Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kegiatan magang merupakan pengenalan suasana kerja yang akan

dihadapi oleh mahasiswa, agar siap pakai dan siap terjun di dunia kerja

setelah menyelesaikan studi. Untuk itu mahasiswa disiapkan lebih mengenal

secara dini lingkungan kerja seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM).

Upaya-upaya pengenalan dunia kerja dilakukan melalui proses belajar

mengajar dalam bentuk pengalaman belajar lapangan (PBL), magang, kuliah

dan orientasi program kerja di puskesmas dan lain sebagainya (Panduan

Magang, 2015).

Kegiatan magang diberikan kepada mahasiswa Program Studi

Kesehatan Masyarakat pada akhir masa pendidikannya. Dalam program

magang, mahasiswa secara individu diberikan kesempatan mengikuti

program kerja di instansi pemerintah atau swasta yang, mempunyai kegiatan

berkaitan dengan upaya-upaya meningkatkan status kesehatan masyarakat.

Instansi tersebut antara lain Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota,

Kantor Kesehatan Pelabuhan, Rumah Sakit, Puskesmas, BPJS Kesehatan,

BPJS Ketenagakerjaan, KKP, Badan Ketahan Pangan, BKKBN.

Kegiatan-kegiatan yang wajib dilaksanakan oleh mahasiswa di bawah

bimbingan akademik maupun pembimbing instansi dituangkan dalam buku

pedoman. Buku pedoman magang ini memberikan arahan atau aturan yang

1
dapat dijadikan pedoman pada pelaksanaan magang baik mahasiswa,

pembimbing akademik maupun pembimbing instansi di tempat magang.

Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk

keterampilan dan kecakapan seseorang untuk memasuki dunia kerja.

Pendidikan yang dilakukan di perguruan tinggi masih terbatas pada

pemberian teori dan praktek dalam skala kecil dengan intensitas yang

terbatas, agar dapat memahami dan memecahkan setiap permasalahan yang

muncul di dunia kerja, maka mahasiswa perlu melakukan kegiatan pelatihan

kerja secara langsung di instansi/lembaga yang relevan dengan program

pendidikan yang diikuti, sehingga setelah lepas dari ikatan akademik di

perguruan tinggi yang bersangkutan, mahasiswa bisa memanfaatkan ilmu dan

pengalaman yang telah diperoleh selama masa pendidikan dan masa pelatihan

kerja untuk melanjutkan kiprahnya di dunia kerja yang sebenarnya. Sebab,

untuk dapat terjun langsung di masyarakat tidak hanya dibutuhkan pendidikan

formal yang tinggi dengan perolehan nilai yang memuaskan, namun

diperlukan juga ketrampilan (skill) dan pengalaman pendukung untuk lebih

mengenali bidang pekerjaan sesuai dengan keahlian yang dimiliki (Budiana,

2011).

Kegiatan magang merupakan sarana latihan kerja bagi mahasiswa

dalam meningkatkan pemahaman, penghayatan dan keterampilan di bidang

keilmuan kesehatan masyarakat. Hal tersebut dimaksudkan untuk dapat

meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam pengetahuan, sikap dan

keterampilan professional dalam bekerja. Dalam pelaksanaanya, magang

2
berati melaksanakan apa yang menjadi fungsi, tugas, kewajiban dan pekerjaan

pokok dari institusi tempat magang, yang relevan dengan keilmuan kesehatan

masyarakat. Mahasiswa peserta magang juga diharapkan dapat membantu

memecahkan masalah kesehatan yang mungkin sedang dihadapi oleh institusi

magang tersebut (Krisna, 2013).

Keberadaan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat/Promosi Kesehatan

sangat ditentukan oleh tenaga pendukungnya. Sejak periode awal hingga kini,

pada umumnya tenaga Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promosi Kesehatan

adalah orang-orang yang peduli (concern) pada bidangnya akan tetapi, karena

jumlahnya sangat terbatas dan berada dalam lingkup struktur yang terbatas

serta tidak strategis menyebabkan kinerjanya belum maksimal. Dalam hal ini,

pengalaman menunjukkan, bahwa pengakuan terhadap eksistensi Promosi

Kesehatan dan pengembangannya termasuk ketenagaannya pada saat ini

tidaklah diperoleh dengan mudah. Artinya ada suatu proses panjang yang

cukup melelahkan yang harus ditempuh untuk dapat mencapai situasi seperti

sekarang (Kemenkes RI, 2010).

Integrasi tenaga promosi kesehatan dapat dirumuskan sebagai salah satu

fungsi untuk memadukan serta menghasilkan dan menyelaraskan berbagai

kepentingan dan kegiatan yang saling berkaitan, langkah dan waktu dalam

rangka pencapaian tujuan dan sasaran yang akan di capai (Panduan Integrasi

Promkes, 2000).

Meskipun telah mengalami perkembangan dari tahun ke tahun.

Profesionalisme tenaga Promosi Kesehatan masih saja menjadi masalah.

3
Teridentifikasi di lapangan bahwa sebagian besar pemegang program belum

profesional dalam bidangnya dan belum berstatus pejabat fungsional. Hal ini

tentu akan menjadi hambatan besar terciptanya upaya peningkatan derajat

kesahatan masyarakat Indonesia. Untuk itu dirasa perlu mengkaji hal ini

secara ilmiah dan sistematis.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan diatas, dapat ditarik rumusan masalah sabagai

berikut:

a. Bagaimana hasil identifikasi masalah yang ada di Dinas Kesehatan

Provinsi Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah khususnya pada unit kerja

UPT. Promosi Kesehatan?

b. Apa alternatif Pemecahan Masalahnya?

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Mengidentifikasi masalah yang ada di Dinas Kesehatan Provinsi

Sulawesi tengah Sulawesi Tengah khususnya pada unit kerja UPT.

Promosi Kesehatan.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Menganalisis masalah yang ada di Dinas Kesehatan Provinsi

Sulawesi tengah Sulawesi Tengah khususnya pada unit kerja UPT.

Promosi Kesehatan.

b. Memberikan alternatif penyelesaian masalah.

4
1.4. Manfaat

1.4.1. Manfaat Penulis

Mampu menganalisis masalah yang ada di dunia kerja dan

memberikan alternatif penyelesaian masalah.

1.4.2. Manfaat Institusi

Menjadikan lulusan mahasiswa kesehatan masyarakat yang

mempunyai pengetahuan, pengalaman dan keterampilan dalam

menganalisis masalah di dunia kerja.

1.4.3. Manfaat Instansi

Sebagai bahan masukan dan informasi tentang profesionalisme

tenaga promosi kesehatan melalui jabatan fungsional.

5
BAB II

ANALISIS SITUASI UMUM

2.1 Gambaran Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

1. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah merupakan salah satu

Instansi dibawah Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah yang saat ini di

Pimpin oleh seorang Kepala Dinas, adapun struktur organisasi Dinas

Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah yaitu sebagai berikut:

a. Kepala Dinas

b. Sekretaris

1) Sub.Bag Kepegawaian dan Umum

2) Sub.Bag Penyusunan Program dan Evaluasi

3) Sub.Bag Keuangan dan Aset

c. Bidang Bina Upaya Kesehatan

1) Seksi Bimdal Gizi dan KIA

2) Seksi Bimdal Pelayanan Kesehatan

3) Seksi Bimdal Kesehatan Khusus

d. Bidang Bina Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

1) Seksi Bimdal Penyakit Menular

2) Seksi Bimdal Penyakit Tidak Menular

3) Seksi Bimdal Kesehatan Lingkungan

e. Bidang Bina Pengembangan SDM Kesehatan

1) Seksi Bimdal Perencanaan dan Pendayagunaan

6
2) Seksi Bimdal Pendidikan dan Pelatihan

3) Seksi Bimdal Registrasi dan Akreditasi

f. Bidang Bina Kefarmasian, Jaminan, Sarana Kesehatan dan Alat

Kesehatan

1) Seksi Bimdal Jaminan Kesehatan

2) Seksi Bimdal Sarana Dan Peralatan Kesehatan

3) Seksi Bimdal Kefarmasian

2.2 Visi dan Misi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

Kesehatan merupakan hak azasi manusia dan sekaligus merupakan

investasi sumber daya manusia, serta memiliki kontribusi yang sangat

besar dalam meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), oleh

karena itu menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, swasta

dam masyarakat untuk dapat memelihara, meningkatkan dan melindungi

kesehatan dan kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia (Profil

Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, 2012).

Untuk mewujudkan hal tersebut maka pembangunan kesehatan

Sulawesi Tengah diselenggarakan dalam upaya mendukung visi

pembangunan kesehatan Indonesia, yaitu “Indonesia Sehat” dan visi

kemitraan kesehatan yaitu “Masyarakat Sehat Yang Mandiri dan

Berkeadilan” serta berdasarkan kepada analisis perkembangan situasi dan

kondisi, rencana strategi kementerian kesehatan, rencana pembangunan

jangka menengah daerah Provinsi Sulawesi Tengah serta visi Gubernur

Sulawesi Tengah periode 2011-2016 yaitu: ’’Sulawesi Tengah Sejajar

7
Dengan Provinsi Maju Melalui Pengembangan Agribisnis Dan Kelautan

Dengan Kualitas Sumber Daya Manusia Yang Berdaya Saing Dikawasan

Timur Indonesia Tahun 2020“, maka ditetapkan Visi Dinas Kesehatan

Provinsi Sulawesi Tengah sebagai berikut (Profil Kesehatan Provinsi

Sulawesi Tengah, 2012) :

“Terwujudnya Masyarakat Mandiri Menuju Sulawesi Tengah

Sehat".

Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat adalah sualu kondisi

masyarakat Sulawesi Tengah yang sadar, mau dan mampu mengenali,

mencegah dan mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi, sehingga

dapat terbebas dari gangguan kesehatan, baik yang disebabkan karena

penyakit termasuk gangguan kesehatan akibat bencana, maupun

lingkungan dan perilaku yang tidak mendukung untuk hidup sehat (Profil

Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, 2012).

Untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan maka dirumuskan

Misi sebagai berikut (Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, 2012):

1) Meningkatkan kerjasama antar lembaga/organisasi dalam konteks

kemitraan;

2) Meningkatkan mutu dan jangkauan layanan secara adil dan proporsional.

3) Meningkatkan perlindungan kesehatan jender, bayi, balita dan lansia

dengan memberi penekanan pada daerah perbatasan, transmigrasi,

pemukiman baru, pemekaran baru dan kantong kemiskinan baik perkotaan

maupun perdesaan;

8
4) Meningkatkan kesadaran lingkungan sehat, mendorong perilaku hidup

bersih dan sehat serta meningkatkan peran serta masyarakat di bidang

kesehatan;

5) Meningkatkan perlindungan masyarakat dari pajanan penyakit;

6) Meningkatkan kompetensi aparatur kesehatan (pengetahuan, keterampilan,

sikap mental) secara berkelanjutan.

Sebagai penjabaran dari Visi dan Misi Dinas kesehatan Provinsi

Sulawesi tengah, maka tujuan pembangunan kesehatan yang akan dicapai

adalah “Meningkatnya pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan

hidup sehat bagi setiap orang agar dapat terwujud derajat kesehatan

masyarakat setinggi- tingginya”.

Ada pun sasaran daripada tujuan di atas adalah sebagai berikut (Profil

Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, 2012):

1. Meningkatnya Umur Harapan Hidup ( U H H ) dari 66,3 tahun pada tahun

2007 menjadi 70 tahun pada tahun 2016.

2. Menurunnya angka kematian bayi (AKB) dari 60 per 1000 kelahiran hidup

pada tahun 2007 menjadi 40 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2016.

3. Menurunnya angka kematian Ibu (AKI) dari 307 per 100.000 kelahiran

hidup pada tahun 2007 menjadi 250 per 100.000 kelahiran hidup pada

tahun 2016.

4. Menurunnya prevalensi kurang gizi pada anak BALITA dari 27,6% pada

tahun 2007 menjadi < 15% pada tahun 2016 (Konferensi Riskesdas 2010).

9
2.3 Tugas dan Fungsi

Berdasarkan Keputusan Gubernur Sulawesi Tengah nomor 03 Tahun

2001 bahwa Dinas Kesehatan Provinsi mempunyai tugas dikonsentrasi di

Bidang Kesehatan dan Peraturan Gubernur nomor 13 tahun 2009 tentang

uraian tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi

Tengah mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Pembinaan program kesehatan berkala provinsi atau lintas

Kabupaten/Kota melalui perumusan kebijakan, koordinasi pengelolaan

data dan informasi perencanaan pembangunan kesehatan dan program

kesehatan, evaluasi dan pelaporan serta penelitian dan pengembangan

sistem kesehatan berskala provinsi atau lintas kabupaten/kota.

2. Pembinaan dan pengembangan tenaga kesehatan skala daerah provinsi

melalui koordinasi perumusan kebutuhan dan program pendidikan tenaga

kesehatan, pelatihan tenaga, mobilisasi serta pendayagunaan tenaga

kesehatan, perizinan dan akreditasi tenaga kesehatan dan perizinan dan

akreditasi penyelenggaraan pendidikan tenaga kesehatan.

3. Penyelenggaraan pelayanan medik RS, pembinaan pelayanan medik dasar

puskesmas, pelayanan medik khusus dan pengawasan instalasi medik,

perizinan dan akreditasi pelayanan medik dan penunjang medik skala

provinsi, pengaturan izin RS/Sarana pelayanan medik dan penunjang

medik, bimbingan pengendalian penyelenggaraan pelayanan medik,

sarana pelayanan, kesehatan lain, penetapan prosedur dan pola tarif

pelayanan kesehatan dan rujukannya.

10
4. Pembinaan kesehatan masyarakat melalui koordinasi perumusan program

peran serta masyarakat, jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat, dan

sistem pembiayaan kesehatan, promosi kesehatan dan budaya hidup sehat,

kesehatan kerja, kesehatan keluarga, gizi dan kesehatan Instansi.

5. Pembinaan teknis serta pengawasan penerapan standar kualitas kesehatan

lingkungan, penyehatan air wilayah provinsi, pengawasan aspek

kesehatan, mengenai dampak lingkungan dan perencanaan lata mang

provinsi serta kesehatan matra (kesehatan lapangan, kelautan dan bawah

air serta dirgantaraan) dan penanggulangan bencana.

6. Perencanaan dan pengadaan obat sangat esensial untuk pelayanan medik

dasar, pembinaan teknis dan operasional berkaitan dengan upaya

pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan obat, narkotika

psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya lingkup provinsi, sertifikasi,

akreditasi perizinan terhadap asarana produksi, pengadaan distribusi, obat,

kosmetika, alat kesehatan, makanan dan mininnan serta bahan berbahaya

lintas Kabupaten/Kota.

7. Pelayanan penunjang teknis administratif klaim rangka pembinaan teknis,

operasional dengan kegiatan lain yang meliputi:

a. Administrasi Umum dan Perlengkapan

b. Administrasi Kepegawaian

c. Administrasi Keuangan

d. Ketatalaksanaan Hukum dan Kehumasan.

8. Pelaksanaan pembinaan pengelolaan unit pelaksana teknis dan jabatan

11
fungsional. Tugas dan fangsi masing-masing bidang dan seksi sub bagian,

tertuang dalam uraian Tugas Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi

Tengah dan melaksanakan tugas tersebut urusan pemerintah daerah di

bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas perbantuan, maka

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah menyelenggarakan fungsi

sebagai benkut:

a. Melaksanakan perumusan kebijakan teknis di bidang kesehatan

b. Melaksanakan penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan

umum di bidang kesehatan.

c. Melaksanakan pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang kesehatan

d. Melaksanakan lugas-lugas lain di bidang kesehatan yang diberikan oleh

Gubernur (Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, 2012).

2.4 Tugas dan Fungsi Urusan Bidang Kesehatan

Urusan Bidang Kesehatan meliputi Sub Bidang dan Sub-sub Bidang

sebagai berikut :

1. Sub Bidang Upaya Kesehatan:

a. Sub-sub bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit terdiri atas :

1) Penyelenggaraan survailans epidemiologi, penyelidikan kejadian

luar biasa skala provinsi;

2) Penyelenggaraan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular

skala provinsi;

3) Penyelenggaraan pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak

menular tertentu skala provinsi; dan

12
4) Pengendalian operasional penanggulangan masalah kesehatan akibat

bencana dan wabah skala provinsi.

b. Sub-sub Bidang Lingkungan Sehat yaitu pengelolaan pencegahan dan

penanggulangan pencemaran lingkungan skala provinsi.

c. Sub-sub Bidang Perbaikan Gizi Masyarakat terdiri atas :

1) Penyelenggaraan survailans gizi buruk skala provinsi; dan

2) Pemantauan penanggulangan gizi buruk skala provinsi.

d. Sub-sub Bidang Pelayanan Kesehatan Perorangan dan Masyarakat

terdiri atas:

1) Bimbingan dan pengendalian pelayanan kesehatan haji skala

provinsi;

2) Pengelolaan pelayanan kesehatan rujukan sekunder dan tersier

tertentu;

3) Bimbingan dan pengendalian upaya kesehatan pada daerah

perbatasan, terpencil, rawan dan kepulauan skala provinsi; dan

4) Registrasi, akreditasi, sertifikasi sarana kesehatan sesuai Peraturan

Perundang-undangan.

2. Sub Bidang Pembiayaan Kesehatan meliputi Sub-sub Bidang

Pembiayaan Kesehatan Masyarakat terdiri atas :

a. pengelolaan/penyelenggaraan, bimbingan, pengendalian jaminan

pemeliharaan kesehatan skala provinsi; dan

b. bimbingan dan pengendalian penyelenggaraan jaminan pemeliharaan

kesehatan nasional (Tugas Pembantuan).

13
3. Sub Bidang Sumberdaya Manusia Kesehatan meliputi Sub-sub

Bidang Peningkatan Jumlah, Mutu dan Penyebaran Tenaga

Kesehatan terdiri atas :

a. Penempatan tenaga kesehatan strategis, pemindahan tenaga tertentu

antar kabupaten/ kota skala provinsi.

b. Pendayagunaan tenaga kesehatan skala provinsi.

c. Pelatihan diklat fungsional dan teknis skala provinsi.

d. Registrasi, akreditasi, sertifikasi tenaga kesehatan tertentu skala

provinsi sesuai Peraturan Perundang-undangan.

e. Pemberian rekomendasi izin tenaga kesehatan asing.

4. Sub Bidang Obat dan Perbekalan Kesehatan meliputi Sub-sub Bidang

Ketersediaan, Pemerataan, Mutu Obat dan Keterjangkauan Harga

Serta Perbekalan Kesehatan terdiri atas :

a. Penyediaan dan pengelolaan bufferstock obat provinsi, alat kesehatan,

reagensia dan vaksin lainnya skala provinsi.

b. Sertifikasi sarana produksi dan distribusi alat kesehatan, Perbekalan

Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) Kelas II.

c. Pemberian rekomendasi izin industri komoditi kesehatan, PBF dan

Pedagang Besar Alat Kesehatan (PBAK).

d. Pemberian izin PBF Cabang dan IKOT.

5. Sub Bidang Pemberdayaan Masyarakat Sub-sub bidang

Pemberdayaan Individu, Keluarga dan Masyarakat Berperilaku

Hidup Sehat dan Pengembangan Upaya Kesehatan Bersumberdaya

14
Masyarakat (UKBM) yaitu Penyelenggaraan promosi kesehatan skala

provinsi.

6. Sub Bidang Manajemen Kesehatan meliputi :

a. Sub-sub bidang Kebijakan yaitu :

Bimbingan dan pengendalian norma, standar, prosedur, dan kriteria

bidang kesehatan.

b. Sub-sub bidang Penelitian dan Pengembangan Kesehatan terdiri atas :

1) Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan kesehatan yang

mendukung perumusan kebijakan provinsi;

2) Pengelolaan survei kesehatan daerah (surkesda) skala provinsi; dan

3) Pemantauan pemanfaatan Iptek kesehatan skala provinsi.

c. Sub-sub bidang Kerja sama Luar Negeri yaitu Penyelenggaraan

kerjasama luar negeri skala provinsi.

d. Sub-sub bidang Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas yaitu

Pembinaan, monitoring, evaluasi dan pengawasan skala provinsi.

e. Sub-sub bidang Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan yaitu

Pengelolaan SIK skala provinsi.

2.4 Sumber Daya Manusia Instansi

Sumber daya tenaga kesehatan yang bekerja pada Dinas Kesehatan

Provinsi Sulawesi Tengah termasuk UPT sebanyak 273 orang terdiri dari

laki-laki 131 orang dan perempuan 142 orang. Tenaga tersebut berasal dari

berbagai disiplin ilmu dan tingkat pendidikan serta ditempatkan sesuai

15
dengan keahlian yang dimiliki (Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah,

2012).

Tabel 2.1 Jumlah Pegawai Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

Jenis Kelamin
No Unit/UPT Jumlah
Laki-laki Perempuan

1. Dinkes Prov. 212 101 104


2. Laboratorium kesehatan 29 9 20
3. Bapelkes 32 114 18

Jamlah 273 131 142


(Sumber : Bidang Perencanaan Dinkes Provinsi Sulteng, 2012)

Tingkat pendidikan pegawai Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi

Tengah umumnya berasal dari latar belakang pendidikan kesehatan yaitu

sekitar 69,6%. Hal ini telah sesuai mengingat Dinas Kesehatan merupakan

instansi teknis. Jika dilihat dari tingkat pendidikan diharapkan kemampuan

secara teknis dan manajerial dapat teratasi karena tenaga yang memiliki

pendidikan pasca sarjana kesehatan dan non kesehatan sudah cukup besar

yaitu sebanyak 34 orang (12,46%) (Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi

Tengah, 2012).

16
Tabel 2.2 Tingkat Pendidikan Pegawai Dinas Kesehatan Provinsi Sulteng

No Tingkat Pendidikan Jumlah %


1 SD 1 0,32
2 SMP 7 2,57
3 SMA sederajat 63 23,08
4 D1 Kesehatan 14 5,13
5 D3 Kesehatan 51 18,69
6 D3 Non Kesehatan 11 4,03
7 S1 Kesehatan 64 23,45
8 Masyarakat 13 4,77
9 Dokter/Dokter Gigi 15 5,50
S1 Non Kesehatan
10 Masyarakat 27 9.89
11 S2 Kesehatan 7 2,57
Masyarakat
S2 Non Kesehatan
Masyarakat
Jumlah 273 100
(Sumber : Bidang Perencanaan Dinkes Provinsi Sulteng, 2012).

Pegawai pada Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah rata-rata

berada pada pangkat/golongan penata yaitu sebesar 69,2% dan terendah

pada golongan pembina sebesar 8.5%.

Tabel 2.3 Jumlah Kepangkatan Pegawai Dinas Kesehatan Provinsi Sulteng

Kepangkatan/Golongan Jumlah
Unit Persentase I I s Persentase Persentase
I & II IV
(%) I (%) (%)
Dinkes dan UPT 63 22,3 189 69,2 23 8.5 273

(Sumber : Bidang Perencanaan Dinkes Provinsi Sulteng, 2012).

2.5 Garis Besar Program Pelayanan Instansi

1. Program pelayanan administrasi perkantoran

2. Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur

3. Program kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan

17
4. Program obat dan perbekalan kesehatan

5. Program upaya pelayanan kesehatan

6. Program upaya kesehatan perorangan

7. Program pembiayaan dan jaminan kesehatan

8. Program gizi masyarakat

9. Program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular

10. Program lingkungan sehat

11. Program pengembangan dan pendayagunaan sumberdaya tenaga

kesehatan

12. Program promosi kesehatan dam pemberdayaan masyarakat.

13. Program peningkatan pelayanan laboratorium kesehatan.

14. Program peningkatan balai pelatihhan kesehatan.

15. Program pengembangan system surveilans epidemiologi kesehatan data

dan informasi.

2.6 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah merupakan salah satu

Instansi dibawah Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah yang saat ini di

Pimpin oleh seorang Kepala Dinas, adapun bagan Struktur organisasi Dinas

Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah sebagai berikut:

18
Gambar 2.1 Bagan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Tengah

Bidang P2PL

SEKSI
BIMDALPENY.
MENULAR

SEKSI BIMDAL
PENY. TIDAK
MENULAR

SEKSI
PENYEHATAN
LINGKUNGAN

UPTD
PENANGGULANGAN
KRISIS DAN KESEHATAN

(Sumber : Profil Dinkes Provinsi Sulteng, 2012)

19
BAB III

ANALISIS SITUASI KHUSUS

1. Struktur Organisasi

3.1 Bagan Struktur Organisasi UPT Promosi Kesehatan Dinas

Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

LAMPIRAN
STRUKTUR ORGANISASI
UPT PROMOSI KESEHATAN DINKES PROPINSI SULAWESI TENGAH
PERATURAN GUBERNUR NOMOR : 05 / TAHUN 2009, TGL 31 MARET 2009
TENTANG : ORGANISASI DAN TATA KERJA UPT PADA DINAS DAN BADAN
DILINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH.

KEPALA
UPT PROMKES

KELOMPOK
FUNGSIONAL KEPALA SUBBAGIAN
TATA USAHA

KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI


TEKNOLOGI DAN SARANA KEMITRAAN DAN
PROMOSI KESEHATA N PERAN SERTA MASYARAKAT

(Sumber: Profil UPT. Promkes, 2016)

2. Kedudukan

1. UPT Promosi Kesehatan adalah pelaksana tugas di bidang promosi

kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang berada langsung dibawah

Kepala Dinas

20
2. UPT Promosi Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala UPT yang dalam

melaksanakan tugas sehari-hari bertanggung jawab kepada Kepala Dinas

Kesehatan

3.3 Visi, Misi dan Strategi Promosi Kesehatan

a. Visi

Masyarakat Sulawesi Tengah mampu melaksanakan Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS) dan menyelenggarakan UKBM

b. Misi

1) Melakukan advokasi

2) Menjembatani, kemitraan, bina suasana untuk menuju PHBS

3) Memberikan Pengetahuan Masyarakat dengan cara penyuluhan,

diklat, pemberian SDM sehingga masyarakat sadar, mau & mampu

ber PHBS

c. Strategi

1) Advokasi ® ke-bijakan sehat

2) Bina suasana ®opini kondusif

3) Gerakan/Pemberdayaan masyarakat

3. Tugas Pokok

UPT Promosi Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan perumusan

kebijakan teknis, bimbingan dan pelaksanaan program pemberdayaan

masyarakat & promosi kesehatan

21
4. Lingkup Tugas

Lingkup tugas UPT Promosi Kesehatan meliputi seluruh unit eselon

III/sektor pemerintah/masyarakat.

5. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas sebagai mana dimaksud dalam tugas

pokok, UPT Promosi Kesehatan menyelenggarakan fungsi :

a. Perumusan kebijakan teknis promosi kesehatan

b. Penyusunan program promosi kesehatan

c. Pelaksanaan Promosi Kesehatan

d. Pembinaan advokasi dan kemitraan kesehatan

e. Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat

f. Pengembangan Teknologi dan penyebarluasan informasi kesehatan

g. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan promosi kesehatan

h. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga UPT

6. Struktur Organisasi

Struktur
1. Sub Bagian Tata Usaha
2. Seksi Kemitraan Dan Peran Serta

Masyarakat
3. Seksi Teknologi Dan Sarana

Promosi Kesehatan

1. Sub Bagian Tata Usaha

22
Mempunyai tugas melakukan perencanaan program dan evaluasi,

keuangan, urusan umum dan kepegawaian UPT Promosi Kesehatan.

Dalam melaksanakan tugas sebagai mana dimaksud dalam tugas pokok,

Bagian Tata Usaha menyelenggarakan fungsi :

a. Penyiapan koordinasi dan pelaksanaan penyusunan program dan

evaluasi

b. Penyiapan koordinasi dan pelaksanaan pengelolaan urusan keuangan

c. Penyiapan koordinasi dan pelaksanaan pengelolaan urusan umum,

kepegawaian, tata usaha, kerumah tanggaan, dan perlengkapan

Sub bagian tata usaha itu sendiri terdiri dari beberapa urusan,

antara lain:

a. Urusan Program dan Evaluasi

Urusan Program dan Evaluasi mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan koordinasi pelaksanaan penyusunan program,

rencana dan anggaran, serta evaluasi dan penyusunan laporan.

b. Urusan Keuangan

Urusan Keuangan mempunyai tugas melakukan urusan

pengelolaan dan penyusunan laporan keuangan

c. Urusan Umum dan Kepegawaian

Urusan Keuangan mempunyai tugas melakukan urusan urusan

tata persuratan dan kearsipan, rumah tangga dan perlengkapan, serta

kepegawaian.

2. Seksi Kemitraan & Peran Serta Masyarakat

23
Mempunyai tugas melakukan penyiapan pembinaan Pemberdayaan

Masyarakat dibidang kesehatan. Dalam melaksanakan tugas sebagai mana

dimaksud dalam tugas pokok, Bidang Pemberdayaan Masyarakat

menyelenggarakan fungsi :

a. Penyiapan bahan koordinasi dan pelaksanaan pemberdayaan

masyarakat di bidang kesehatan

b. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan pelaksanaan

pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan

Seksi Kemitraan dan Peran Serta Masyarakat terdiri dari

beberapa urusan antara lain:

a. Urusan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat

Urusan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat mempunyai

tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan program,

koordinasi, pelaksanaan, evaluasi dan penyusunan laporan

pelaksanaan upaya kesehatan bersumber masyarakat

b. Urusan Peran Serta Masyarakat

Urusan Peran Serta Masyarakat mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan penyusunan program, koordinasi, pelaksanaan,

evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan peran serta

masyarakat

24
c. Urusan Advokasi Kesehatan

Urusan Advokasi Kesehatan mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan penyusunan program, koordinasi, pelaksanaan,

evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan advokasi bidang

kesehatan.

d. Urusan Kemitraan

Urusan Kemitraan mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan penyusunan program, koordinasi, pelaksanaan, evaluasi dan

penyusunan laporan pelaksanaan Kemitraan.

3. Seksi Teknologi Promosi Kesehatan dan Penyebaran Informasi

Mempunyai tugas melaksanakan penyiapan, penyusunan dan

pembinaan teknologi promosi kesehatan dan penyebarluasan informasi

kesehatan. Dalam melaksanakan tugas sebagai mana dimaksud dalam

tugas pokok, seksi teknologi promosi kesehatan dan penyebaran informasi

kesehatan menyelenggarakan fungsi :

a. Penyiapan bahan penyusunan metode dan teknik serta teknologi

promosi kesehatan

b. Penyiapan bahan pembinaan metode dan teknik serta teknologi

promosi kesehatan

c. Penyiapan bahan koordinasi penyebarluasan informasi kesehatan

d. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan pelaksanaan pembinaan

teknologi dan penyebarluasan informasi kesehatan

25
Bidang Teknologi Promosi Kesehatan Dan Penyebaran Informasi

Kesehatan terdiri dari beberapa urusan antara lain:

a. Urusan Pengembangan Teknologi Promosi Kesehatan

Urusan Pengembangan Teknologi Promosi Kesehatan

mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan dan

pembinaan metode, teknik dan teknologi promosi kesehatan

b. Urusan Penyebarluasan Informasi

Urusan Penyebaraluasn Informasi Kesehatan mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan penyusunan program, koordinasi,

pelaksanaan, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan

penyebarluasan informasi kesehatan.

c. Urusan Pembinaan Perilaku Sehat

Urusan Pembinaan Perilaku Sehat mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan penyusunan program, koordinasi,

pelaksanaan, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan

Pembinaan Perilaku sehat/ PHBS

3.7 Jabatan Fungsional

3.7.1 Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat

Mempunyai tugas melaksanakan kebijakan teknis promosi

kesehatan dan pemberdayaan masyarakat dan mengembangkan metode

dan teknologi promosi kesehatan

26
Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dalam tugas pokok,

pejabat fungsional penyuluh kesehatan masyarakat menyelenggarakan

fungsi :

a. Penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan teknis promosi kesehatan

dan pemberdayaan masyarakat

b. Penyiapan bahan pelaksanaan pengembangan metode dan teknologi

promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat

c. Penyusunan laporan pelaksanaan tugas pokok pejabat fungsional

penyuluh kesehatan masyarakat.

3.7.2 Pejabat Fungsional Arsiparis

Mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan dan pembinaan

pelaksanaan tertib kearsipan direktorat dan mengembangkan system

kearsipan yang professional.

Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dalam tugas pokok,

pejabat fungsional arsiparis menyelenggarakan fungsi :

a. Penyiapan bahan pelaksanaan tertib kearsipan direktorat

b. Penyiapan bahan pelaksanaan pengembangan system kearsipan yang

professional

c. Penyusunan laporan pelaksanaan tugas pokok pejabat fungsional

Arsiparis

27
BAB IV

IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH

4.1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan hasil observasi dan berbagai proses kegiatan magang

yang telah dilalui, didapatkan beberapa masalah yang ada di UPT. Promosi

Kesehatan Dinkes Provinsi Sulteng antara lain:

a. Integrasi Tenaga promosi kesehatan dengan program lainnya masih belum

optimal.

b. Sebagian besar masyarakat masih belum berperilaku hidup bersih dan

sehat

c. Meningkatnya faktor resiko penyakit tidak menular akibat rendahnya gaya

hidup sehat, serta masih tigginya penyakit infeksi yang terkait dengan

perilaku dan lingkungan sehat (PHBS).

d. Keterbatasan sumber daya promosi kesehatan yang dimiliki seperti sumber

daya manusia, sarana, dana dan sebagainya.

e. Profesionalisme tenaga promosi melalui pengembangan jabatan fungsional

penyuluh kesehatan belum optimal.

4.2 Prioritas Masalah

Berdasarkan hasil identifikasi masalah di atas, maka ditarik satu

prioritas masalah yang dirasa perlu menjadi prioritas yaitu Integrasi Tenaga

promkes dengan program lainnya masih belum optimal. Integrasi tenaga

promosi kesehatan dapat dirumuskan sebagai salah satu fungsi untuk

memadukan serta menghasilkan dan menyelaraskan berbagai kepentingan

28
dan kegiatan yang saling berkaitan, langkah dan waktu dalam rangka

pencapaian tujuan dan sasaran yang akan di capai yaitu pada masalah

kelembagaan yang belum ada kesinambungan struktur mulai dari pusat

sampai ke kabupaten yang menangani masalah pemberdayaan masyarakat

bidang kesehatan, fungsi UKM di Puskesmas belum maksimal, UKBM yang

ada belum optimal.

Pada sumber daya alam yaitu diklat jabatan fungsional Puskesmas

(PKM) masih kurang, belum ada formasi tenaga promkes di kabupaten/kota,

tenaga khusus promkes di puskesmas belum terpenuhi di seluruh puskesmas,

media promosi dan pemasaran belum optimal, kemitraan. Sedangkan pada

tata kelola yaitu sasaran belum fokus, mobilisasi peran lintas sektor masih

kurang, belum banyak digunakan model pemberdayaan masyarakat dan

Kapasitas RS dalam pengelolaan PKRS belum optimal.

29
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN ALTERNATIF PENYELESAIAN

MASALAH

5.1 Hasil Alternatif Penyelesaian Masalah

Setelah mendapatkan prioritas masalah yaitu Integrasi promkes

dengan program lainnya masih belum optimal, maka dapat dilakukan

beberapa alternatif penyelesaian masalah, antara lain:

a. Pelaksanaan kegiatan yang belum optimal Posyandu(imunisasi, gizi, KIA)

b. Proses pengkaderan kader yang belum optimal

c. Ketidaksesuaian Bidang./Jurusan di UPT. Promosi Kesehatan

d. Kurang Efektifnya Jabatan Fungsional

5.2 Pembahasan Alternatif Penyelesaian Masalah

1. Posyandu

a. Imunisasi

Imunisasi adalah investasi terbesar bagi anak di masa depan.

Imunisasi adalah hak anak yang tidak bisa ditunda dan diabaikan

sedikitpun. Imunisasi sudah terbukti manfaat dan efektifitasnya dan

teruji keamanannya secara ilmiah dengan berdasarkan kejadian berbasis

bukti. Tetapi masih banyak saja orangtua dan kelompok orang yang

menyangsikannya. Setiap tahun ada sekitar 2,4 juta anak usia kurang

dari 5 tahun di dunia yang meninggal karena penyakit-penyakit yang

dapat dicegah oleh vaksinasi. Di Indonesia, sekitar 7 % anak belum

30
mendapatkan vaksinasi. Masalah utama yang menghambat akses anak

terhadap program vaksinasi adalah harga yang masih mahal serta

kurang aktifnya petugas vaksinasi dalam menjangkau masyarakat.

Imunisasi sangat diperlukan untuk memberikan perlindungan,

pencegahan, sekaligus membangun kekebalan tubuh terhdap berbagai

penyakit menular maupun penyakit berbahaya yang dapat menimbulkan

kecacatan tubuh bahkan kematian (Depkes RI, 2006).

b. Gizi

Status gizi sangat mempengaruhi untuk kesehatan seseorang

khususnya pada bayi atau balita. Umumnya untuk mengetahui tingkat

status gizi seseorang akan dilaksanakan di tempat pelayanan kesehatan

terutama di posyandu, hal yang sering dialami bagi para pengunjung

adalah kurang maksimalnya pelayanan kesehatan untuk bagi bayi atau

balita, karena kurangnya sarana yang tersedia atau masalah yang

lainnya seperti para bayi atau balita tidak sepenuhnya mendapatkan

pelayanan karena biaya yang tidak mampu dibayar bagi keluarga tidak

mampu, seharusnya pemerintah ataupun pihak pengelolah posyandu

memberikan kebijakan untuk bagi keluarga yang tidak mampu, seperti

memberikan pemeriksaan secara gratis. Agar peningktan status

kesehatan untuk bayi atau balita dapat terpenuhi sepenuhnya (Depkes

RI, 2006).

31
c. KIA

Pemeliharaan kesehatan ibu di posyandu, Pemeriksaan kehamilan

dan nifas, Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan

pil penambah darah, Imunisasi untuk ibu hamil. Karena pemeriksaan

kesehatan ibu di posyandu sangat berpengaruh juga terhadap kesehatan

anaknya, karena kesehatan ibu yang baik pasti kesehatan anaknya juga

baik dan begitu juga sebaliknya. Terkadang saat ibu dan anak

melakukan pemeriksaan di posyandu, biasanya para kader atau tenaga

kesehatan hanya sekedar memeriksa kemudian memberikan pil

kesehatan atau obat saja, melainkan tidak memberikan penjelasan yang

lebih detail dari hasil pemeriksaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi

kedatangan ibu ke posyandu adalah, pengetahuan ibu tentang manfaat

posyandu, motivasi ibu untuk membawa anaknya ke posyandu,

dukungan dan motivasi dari kader posyandu dan tokoh masyarakat,

sarana dan prasarana di posyandu (Depkes RI, 2006).

2. Proses Pengkaderan yang belum optimal

Secara umum pembinaan kader posyandu bertujuan meningkatkan

pengetahuan dan wawasan kader agar dapat melakukan kegiatan

penggerakan dan pemberdayaan masyarakat.  Secara khusus pembinaan

kader Posyandu bertujuan tersampaikannya kebijakan program UKBM,

adanya pembinaan Kader Posyandu, meningkatkan penggerakkan dan

pemberdayaan masyarakat untuk menumbuhkembangkan UKBM.

32
Upaya penggerakan masyarakat dapat terwujud bila semua lintas

program dan lintas sektor serta masyarakat memahami tanggung jawab,

tugas dan fungsinya. Untuk itu diperlukan peningkatan pemahaman,

pengetahuan dan kemampuan lintas sektor/lintas program serta

masyarakat, sehingga memiliki pemahaman terhadap, kegiatan pembinaan

Kader Posyandu menjadi wahana yang menjembatani antara kebutuhan

program dan proses kemandirian masyarakat. Oleh sebab itu, pemilihan

kader sangat perlu untuk mengevaluasi calon kader yang bisa diandalkan

untuk pelayanan masyarakat khususnya di Posyandu (Depkes RI, 2006).

3. Ketidaksesuaian Bidang./Jurusan di UPT. Promosi Kesehatan

Permasalahan yang terdapat di UPT. Promosi Kesehatan yaitu

ketidaksesuaian bidang/jurusan yang ada di UPT. Promosi kesehatan.

Ketidaksesuaian pekerjaan yang ada dengan latar belakang yang dimiliki

pada akhirnya membuat tenaga kerja terpaksa bekerja tidak sesuai dengan

latar belakang pendidikan mereka. Tanpa disadari, hal ini berdampak

serius pada penurunan produktivitas kerja hingga kecilnya jenjang karier.

Maka, perlu penataan kembali tata prosedur penerimaan tenaga honorer

yang ada di UPT. Promosi Kesehatan untuk memaksimalkan potensi yang

ada.

4. Kurang Efektifnya Jabatan Fungsional

Jabatan fungsional mempunyai tugas untuk melaksanakan kebijakan

teknis promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat dan

pengembangan metode dan tehknologi promosi kesehatan, kemudian

33
permasalahan yang muncul adalah kurang efektifnya jabatan tersebut

dilaksanakan, karena tugas yang diberikan kepada masing-masing bidang

fungsional tersebut tidak dilaksanakan dan bahkan menyerahkan tugas

tersebut kepada pemegang jabatan fungsional lainnya dengan alasan

pekerjaan yang sebelumnya belum selesai dilaksanakan, akhirnya

pekerjaan yang lainnya tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan waktu

yang diberikan.

Oleh sebab itu, sikap disiplin waktu rasa bertanggung jawab akan

pekerjaan bagi para pemegang jabatan fungsional sangat berpegaruh

didunia kerja untuk mencapai hasil yang maksimal dan tuntutan pekerjaan

yang berikan dapat diselesaikan sesuai waktu yang ditentukan (UPT

Promkes Sulteng, 2010).

34
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan diatas adalah :

1. Pelaksanaan kegiatan Posyandu yang belum optimal (imunisasi, gizi, KIA)

2. Proses pengkaderan kader yang belum optimal

3. Ketidaksesuaian Bidang./Jurusan di UPT. Promosi Kesehatan

4. Kurang Efektifnya Jabatan Fungsional

6.2 Saran

1. Untuk kedepannya di harapakan pelaksanaan suatu program kesehatan

harap dimaksimalkan untuk hasil yang diinginkan, UPT. Promosi

kesehatan mengerjakan kegiatan sesuai dengan renstra yang sudah ada.

2. Perlunya aktualisasi dalam pengkaderan kader-kader yang berkualitas

3. Penyesuaian bidang di suatu unit kerja harus dilakukan sesuai keahlian,

perlu penataan kembali tata prosedur penerimaan tenaga honorer yang ada

di UPT. Promosi Kesehatan.

4. Fungsi dari pemegang jabatan fungsional lebih di tingkatkan lagi untuk

memaksimalkan pelaksanaan tupoksinya masing-masing.

35
DAFTAR PUSTAKA

Budiana Marisa, 2011. Laporan Kuliah Kerja Nyata/ Magang. Universitas


Brawijaya Malang.

Departemen kesehatan RI. 2006. Buku Kader Posyandu Dalam Usaha Perbaikan
Gizi Keluarga. Jakarta. Departemen Kesehatan RI.

Depkes RI. Pedoman umum pengelolaan posyandu. Jakarta: Dirjen Binkesmas


dan PMD; 2006.

Dinkes Provinsi Sulawesi Tengah. 2012. Profil Dinas Kesehatan Provinsi


Sulawesi Tengah: Dinkes Provinsi Sulteng.

Dinkes Provinsi Sulteng. 2013. Informasi program promosi Kesehatan: UPT


Promkes Dinkes Provinsi Sulteng.

Kementrian Kesehatan. 2010. Panduan Promosi Kesehatan Rumah Sakit.


Kemenkes RI. Jakarta.

UPT Promkes Sulteng. 2010. Tugas Pokok Dan Fungsi Pengelolaan Promosi
Kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Sulawesi Tengah:
Dinkes Provinsi Sulteng. Palu.

36

Anda mungkin juga menyukai