Anda di halaman 1dari 65

Kajian Terhadap Pilar

Pembangunan
Lingkungan (SDGs) Presented By:

Dalam Perspektif Ilmu 1. Dita Deviyanti (2380511009)


2. Putu Ayu Ira Kusuma Wardani (2380511010)
Hukum 3. Ni Kadek Erika Manggala (2380511011)
4. Ni Luh Putu Devi Wirasasmita (2380511013)
5. Holys Abdiel Lumira (2380511019)
6. Anak Agung Anisca Primadwiyani (2380511020)
7. I Gusti Agung Istri Ranya Astri Pratiwi (2380511022)
The 17
Sustainable
Development
Goals

Sustainable Development
Goals
OUTLINES
Tujuan 6 Tujuan 11 Tujuan 12
MENJAMIN KETERSEDIAAN Pembangunan Berkelanjutan Memastikan Pola Konsumsi dan
DAN MANAJEMEN AIR DAN (TPB) untuk kota dan Produksiyang Berkelanjutan
SANITASI SECARA pemukiman yang inklusif,
BERKELANJUTAN aman, tangguh, dan
berkelanjutan

Tujuan 13 Tujuan 14 Tujuan 15


MENGAMBIL TINDAKAN Melindungi, Memulihkan, dan Mengelola Hutan Secara
SEGERA UNTUK Mempromosikan Pemanfaatan Berkelanjutan,
MEMERANGI PERUBAHAN Berkelanjutan pada ekosistem Memerangi Penggurunan,
IKLIM DAN DAMPAKNYA lautan dan daratan Menghentikan
Membalikkan degradasi lahan
dan Menghentikan
Hilangnya Keanekaragaman
Hayati Sustainable Development
Goals
TUJUAN 6
MENJAMIN KETERSEDIAAN DAN MANAJEMEN AIR DAN
SANITASI SECARA BERKELANJUTAN

• Sanitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan dengan cara memelihara dan
melindungi kebersihan lingkungan dari subjeknya yaitu manusia

• Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Lingkungan (SDGs) adalah memastikan bahwa


masyarakat memiliki akses universal terhadap air bersih dan sanitasi. Program yang
dilaksanakan untuk mengimplementasikan SDGs di bidang akses air bersih dan
sanitasiadalah memastikan ketersediaan dan manajemen air bersih yang berkelanjutan
dan sanitasi bagi semua.

Sustainable Development
Goals
Sustainable Development
Goals

Target dari Tujuan Pembangunan


Berkelanjutan yang Ke-6
• Mencapai akses universal dan adil terhadap air minum yang
aman dan terjangkau untuk semua

• Mencapai akses terhadap sanitasi dan kebersihan yang layak


dan adil untuk semua dan mengakhiri buang air di tempat
terbuka, dengan memberikan perhatian khusus pada kebutuhan
perempuan dan anak perempuan serta mereka yang berada
dalam situasi rentan.

• Memperbaiki kualitas air dengan mengurangi polusi,


menghapuskan pembuangan limbah dan meminimalisir
pembuangan bahan kimia dan materi berbahaya,

• Mengurangi separuh dari proporsi air limbah yang tidak diolah


dan secara substansial meningkatkan daur ulang dan
penggunaan ulang yang aman secara global, secara substantif
meningkatkan penggunaan air secara efisien di semua sektor,
mengimplementasikan pengelolaan sumber air yang terintegrasi
pada setiap level.
Strategi dalam menjamin ketersediaan dan
manajemen air dan sanitasi
secara berkelanjutan

02 03 04
01
Penyediaan Penyelenggaraan sinergi air
Peningkatan efektifitas dan
Menjamin ketahanan air infrastrukturproduktif dan minum dan sanitasi yang
efisiensipendanaaninfrastruktur air
melalui peningkatan manajemenlayananmelaluipe dilakukan di tingkatnasional,
minum dan sanitasi
pengetahuan, perubahan nerapanmanajemenasetbaik provinsi, kabupaten/kota,
sikap dan perilaku dalam di perencanaan, dan Masyarakat
pemanfaatan air minum dan penganggaran, dan investasi
pengelolaan sanitasi .
PENGATURAN
INTERNASIONAL
Komite Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (ICESCR)
mengadopsi Komentar Umum No. 15 tentang hak atas air,
yang mencakup hak atas sanitasi yang layak.

Komentar Umum No. 15, Paragraf 10


“Hak atas air mengandung kebebasan dan hak. Kebebasan
mencakup hak untuk mempertahankan akses kepada pasokan
air yang ada yang dibutuhkan untuk hak atas air, serta hak
untuk bebas dari intervensi, seperti hak untuk bebas dari
pemutusan sewenang-wenang atau kontaminasi pasokan air.
Sebaliknya, hak mencakup hak atas sistem pasokan dan
pengelolaan air yang memberikan peluang yang setara bagi
masyarakat untuk menikmati hak atas air."
PENGATURAN
INTERNASIONAL

Paragraf 12, Hak atas air mencakup elemen-elemen :

•Ketersediaan
•Kualitas
•Keberterimaan
•Aksesibilitas
•Keterjangkauan
Sustainable Development
Goals
Lembaga-lembaga dan program-program
PBB di Indonesia dapat membantu
Pemerintah Indonesia mencapai targetnya
dalam bidang pengelolaan air dan sanitasi
melalui kelangsungan sanitasi berbasis
komunitas PBB, dan juga proyek-proyek
Air, Sanitasi & Kebersihan (Water,
Dukungan Sanitation & Hygiene/WASH). UNICEF
dan WHO sebagai organisasi utama

dari PBB di pelaksanaan proyek WASH dapat


memberikan bantuan kemitraan dan
teknis yang kuatbagi Pemerintah
Indonesia Indonesia untuk menerima target yang
terkait dengan SDGs 6 untuk menjamin
ketersediaan dan keberlanjutan
pengelolaan air dan sanitasi di Indonesia

Sustainable Development
Goals
Sustainable Development
Goals

Pengaturan
Nasional
• Air merupakan bagian dari kekayaan alam dikuasai • Pengelolaan sumber daya air tersebut menjadi
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya tanggung jawab bersama Pemerintah dan Pemerintah
kemakmuran rakyat, sebagaimana termaktub dalam Daerah yang diantaranya terdapat dalam UU Nomor 7
Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dan PP Nomor
Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945). 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan
• Berdasarkan hak menguasai negara atas air tersebut, Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
negara melalui pemerintah mempunyai hak untuk Kabupaten/Kota
mengelola sumber daya air dan sekaligus berkewajiban
untuk memeliharanya berdasarkan asas kelestarian • Namun pada perkembangannya Mahkamah Konstitusi
untuk mencapai sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat. (MK) membatalkan keberlakuan secara keseluruhan
Undang-Undang Nomor7 Tahun 2004 tentang Sumber
Daya Air (SDA)
Pemerintah Indonesia telah menetapkan target-target dari Tujuan 6 SGDs, yaitu menjamin ketersediaan
dan keberlanjutan pengelolaan air dan sanitasi bagi semua, sejalan dengan RPJMN yakni berupa
1. Target Global
2. Target Nasional
3. Indikator Nasional

Target Global Target Nasional Indikator Nasional

A. Perwujudan100% layanan
air minum, dengan 85%
Pada 2030, mencapai akses Peningkatan akses kepada populasi terlayani akseskepada
air sejalandengan prinsip 4K
universal dan merata layanan air minum dan dan 15% lainnya akanterlayani
sesuai denganlayanan
kepada air minum aman sanitasi layak dan kebutuhandasar; (Baseline
2014: 70%, target 2019:
dan terjangkau bagi semua. berkelanjutan. 100%).

B. Akses kepada air minum


layak
Target Global Target Nasional Indikator Nasional

A. Tercapainya 100% layanan sanitasi


Pada 2030, mencapai akses • Peningkatan akses kepada (air limbah domestik, sampah domestik,
sanitasi dan kebersihan layak dan layanan air minum dan sanitasi drainase lingkungan), yang berarti 85%
merata bagi semua serta yang layak dan berkelanjutan. populasi akan terlayani sesuai dengan
mengakhiri BAB sembarangan, 2. Peningkatan implementasi promosi standar layanan, dan 15% populasi akan
dengan perhatian khusus kepada kesehatan dan pemberdayaan bagi terlayani sesuai dengan kebutuhan dasar
Part 2: perempuan dan anak
kebutuhan masyarakat. (Baseline 2014:60,9%, target
perempuan serta kelompok yang 2019:100%).
berada dalam situasi rentan. B. Persentase kabupaten/kota yang
mengadopsi PHBS (Baseline 2014: 40%,
target 2019: 80%).

Date:
March 20, 2025
Target Global Target Nasional Indikator Nasional

Pada 2030, meningkatkan kualitas air A. Jumlah kabupaten/kota yang


dengan mengurangi polusi, • Sistem infrastruktur air terlayani dengan sistem infrastruktur
menghilangkan pembuangan dan limbah kota terpusat di 438 air limbah kota terpusat (Baseline
meminimalkan pelepasan bahan kimia kota/kabupaten; 2014: 60%, target 2019: 95%);
dan bahan berbahaya lainnya, • Pemenuhan air baku untuk B. Peningkatan kapasitas
memotong separuh proporsi air limbah infrastruktur air baku untuk rumah
rumah tangga, wilayah
tak terolah dan meningkatkan secara tangga, wilayah perkotaan dan
perkotaan dan industri. industri (baseline 2014:
signifikan daur ulang dan penggunaan
kembali (reuse) yang aman di tingkat 51,44m3/detik; target 2019:
global. 118,5m3/detik).
Target Global Target Nasional Indikator Nasional
A. Jumlah kolam retensi (retention basin) dan
reservoir air lain yang dibangun. (Baseline 2014:
Pada 2030, meningkatkan secara signifikan • Peningkatan kondisi dan 299; target 2019: 216);
efisiensi penggunaan air di seluruh sektor fungsi reservasi air dan B. Jumlah dam yang ditingkatkan/direhabilitasi
dan menjamin penarikan (withdrawal) dan sumber air lainnya; (baseline 2014: 7, target 2019: 11).
pasokan air bersih yang berkelanjutan untuk C. Jumlah kolam retensi dan reservoir air lain yang
2. Perbaikan kondisi dan fungsi ditingkatkan/direhabilitasi. (Baseline 2014: 55,
mengatasi kelangkaan air dan mengurangi
reservasi air dan sumber air target 2019: 143);
secara signifikan jumlah warga yang
D. Peningkatan kapasitas infrastruktur air baku
menderita kelangkaan air lainnya.
untuk melayani rumah tangga, wilayah perkotaan
dan industri. (Baseline 2014: 60%, target 2019:
95%
E. Jumlah dam yang dibangun

Sustainable Development
Goals
Target Global Target Nasional Indikator Nasional

a. Kapasitas PLTA;
b. Tersedianya 1 juta hektar sawah teririgasi
Pada 2030, melaksanakan pengelolaan 1.Peningkatan kapasitas pembangkit dan diperbaikinya 3 juta hektar jaringan
irigasi. (Baseline 2014: 50,7 GW, target
sumber air terintegrasi di seluruh listrik tenaga air (PLTA);
2019: 86,6 GW);
tingkatan, termasuk melalui kerja sama 2.Tersedianya fasilitas dan infrastruktur c. Jumlah bantaran sungai prioritas dengan
lintas-negara jika diperlukan. irigasi peningkatan mata air melalui konservasi
sumber air vegetatif, kolamretensi, dam
pengontrol dan penahan dan check dam
(gully plugs) di bantaran sungai huludan
sumur resapan

Sustainable Development
Goals
Target Global Target Nasional Indikator Nasional

a. Jumlah DAS prioritas yang terestorasi


melalui pembangunan kolam retensi, dam
Pada 2030, melindungi dan merestorasi Peningkatan upaya rehabilitasi dan pengontrol dan penahan/retensi, serta dam
ekosistem terkaitair, termasuk gunung, konservasi untuk mengurangi lahan skala kecil dan medium di wilayah hulu
hutan, lahan basah, sungai, akuifer, dan tak produktif untuk mendukung DAS (target 2019: 15 DAS, tidak ada baseline);
b. Penurunan jumlah lahan tidak produktif
danau dan perlindungan air untuk DAS
hingga 5,5 jutahektar melalui rehabilitasi
Prioritas.
oleh Unit Pengelolaan Hutan (KPH) dan
DAS;

Sustainable Development
Goals
Sustainable Development
Goals

Indikator
Target Global Target Nasional Nasional
Pada 2030, memperluas kerja sama internasional
dan dukungan pembangunan kapasitas bagi
Peningkatan anggaran untuk
negara berkembang dalam kegiatan dan program
terkait air dan sanitasi, termasuk pemanenan air, pengembangan air dan sanitasi Tidak tersedia.
desalinasi, efisiensi air, pengolahan air limbah, yang dialokasikan dalam APBN
serta teknologi daur ulang dan reuse

Mendukung dan memperkuat partisipasi


masyarakat lokal dalam meningkatkan
pengelolaan air dan sanitasi. Tidak tersedia. Tidak tersedia.
Tujuan 11
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) untuk kota dan
pemukiman yang inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan

Pendahuluan

• Undang–undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
• Pembangunan berkelanjutan sebagai upaya memadukan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi
• Tujuan 11 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) untuk kota dan pemukiman yang inklusif, aman, tangguh, dan
berkelanjutan
• SDGS 11 sebagai salah satu tujuan Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan
• Tujuh target utama dan tiga target tambahan
• Meningkatkan kualitas hidup penduduk kota dan pedesaan, serta mengurangi dampak negatif perkotaan
Meningkatkan Akses Perumahan layak, aman, terjangkau
Terhadap Perumahan dan Pelayanan Dasar
Penataan kawasan kumuh

Kegiatan Perencanaan, pengelolaan, dan pemeliharaan


Partisipasi dan Pemberdayaan Masyarakat
perumahan

Pendukung
Menghormati hak-hak penghuni

Urbanisasi Inklusif dan Berkelanjutan Akses transportasi yang aman, terjangkau, dan

SDGS 11 berkelanjutan

Partisipasi masyarakat dalam perencanaan

Pengakuan, perlindungan, dan promosi


Promosi dan Pemeliharaan
Sustainable Development
warisan budaya
Sustainable Development Warisan Budaya
Goals
Goals Partisipasi masyarakat dalam pelestarian
Sustainable Development
• Mengurangi jumlah kematian, Goals

orang terdampak, dan kerugian


ekonomi
Penanggulangan Bencana
• Perlindungan terutama bagi orang
miskin dan rentan

• Menyediakan ruang publik dan terbuka hijau


• Aman, inklusif, dan mudah dijangkau
• Fokus pada perempuan, anak, manula, dan
Ruang Publik dan Hijau
penyandang difabilitas

• Menguatkan hubungan antara


urban, pinggiran kota, dan
Hubungan Ekonomi, Sosial, dan
perdesaan
Lingkungan
• Perencanaan pembangunan
nasional dan daerah

Menguatkan kemitraan antara


Kemitraan dan Kapasitas pemerintah, masyarakat sipil,
sektor swasta, dan organisasi
internasional
• Hubungan timbal balik
antara SDGs dengan
kebijakan, program, dan
pelaksanaan perumahan di
Indonesia

Interkoneksi SDGs dalam • Contoh interkoneksi


Perumahan dengan SDGs 6, 11, dan 13

Sustainable Development
Goals
Department or
Agency Name

• Perumahan yang Layak


• Transportasi yang Berkelanjutan
Target Global dan • Urbanisasi Inklusif dan Berkelanjutan
• Preservasi Warisan Budaya dan Alam
Nasional • Pengelolaan Lingkungan
• Akses Universal ke Ruang Publik
Target global dari SDGS 11 dan
• Ketahanan terhadap Bencana dan Perubahan Iklim
Target nasional dari RAN TPB 2020-
2024 • Integrasi Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan
• Dukungan Internasional

Sustainable Development
Goals
Pengaturan Perumahan
dan Kawasan
Permukiman

• PP Nomor 14 Tahun 2016


• Undang-Undang tentang Penataan Ruang,
Bangunan Gedung, Jalan, Pengairan,
Pengelolaan Sampah, dan Rumah Susun

Sustainable Development
Goals
Department or
Agency Name

Partisipasi
Masyarakat
•Peran strategis partisipasi
masyarakat dalam membangun
kota dan pemukiman yang
inklusif, aman, tangguh, dan
berkelanjutan
•Dukungan untuk inovasi,
kreativitas, dan kolaborasi

Sustainable Development
Goals
Kesimpulan

• Pentingnya membangun kota dan pemukiman yang


inklusif, aman, tangguh, danberkelanjutan

• Dukungan global dan nasional

• Peran kunci partisipasi masyarakat

Sustainable Development
Goals
Tujuan 12

Memastikan Pola
Konsumsi dan
Produksi yang
Berkelanjutan

Sustainable Development
Goals
Memastikan Pola Konsumsi dan
Produksi yang Berkelanjutan merupakan
bagian daripilar Lingkungan SDGs dan
tujuan Ke – 12 dari SDGs

Menurut definisi dari Simposium Oslo tahun 1994, Produksi


dan Konsumsi Berkelanjutan (Sustainable Consumption and
Production/ SCP) adalah salah satu sub-tema aksimewujudkan
Pembangunan Berkelanjutan yang telah dicanangkan sejak
Deklarasi Rio tahun 1992, dan selanjutnya dikuatkandengan
Johannesburg Plan of Implementation tahun 2002 dan
Konferensi United Nations Conference on Sustainable
Development (Konferensi Rio+20) di Rio de Janeiro, Brasil
pada bulan Juni 2012
Dalam praktik perwujudan Produksi dan Konsumsi
Berkelanjutan SDGs, pendekatan pembangunan dan
pendekatanpemberdayaan dapat diimplementasikan
melalui program CSR
Sustainable Development
Goals
Dampak negatif yang dapat terjadi akibat gagalnya
perwujudan SDG 12
Tindakan produksi dan konsumsi yang dilakukan manusia selama ini telah mendorong perkembangan ekonomi dunia, namun di
satu sisi memunculkan dampak negatif pada lingkungan dan ekosistem yang tidak dapat dihindari
Dampak negatif yang dapat terjadi akibat gagalnya perwujudan SDG 12 ini adalah hilangnya
1.biodiversitas,
2.perubahan iklim,
3.dan polusi serta mengancam kesejahteraan manusia
Tujuan pola konsumsi dan produksi
yang berkelanjutan
Tujuan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan adalah menjamin pola produksi dan konsumsi yang
bertanggungjawab

Dalam rangka mencapai tujuan konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab pada tahun 2030, pada
dokumen RAN ditetapkan 11 target yang diukur melalui 19 indikator.
Berikut target dari tujuan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan:

1.Melaksanakan kerangka program 10 tahun mengenai konsumsi dan produksi berkelanjutan, semua negara
mengambil tindakan, dengan negara-negara maju sebagai pemimpin, dengan mempertimbangkan
perkembangan dan kemampuan negara-negara berkembang
2. Pada tahun 2030, mencapai pengelolaan berkelanjutan dan penggunaan sumber daya alam secara efisien
3.Pada tahun 2030, mengurangi separuh limbah pangan global per kapita di tingkat ritel dan konsumen serta
mengurangi kehilangan pangan di sepanjang rantai produksi dan pasokan, termasuk kerugian pasca panen
4.Pada tahun 2020, mencapai pengelolaan bahan kimia dan semua limbah yang berwawasan lingkungan
sepanjang siklus hidupnya, sesuaidengan kerangka kerja internasional yang disepakati, dan secara signifikan
mengurangi pelepasannya ke udara, air dan tanah untuk meminimalkan dampak buruknya terhadap
kesehatan manusia dan lingkungan.
5.Pada tahun 2030, mengurangi timbulan sampah secara signifikan melalui pencegahan, pengurangan, daur
ulang, dan penggunaan kembali
Next
6. Mendorong perusahaan, khususnya perusahaan besar dan transnasional, untuk mengadopsi praktik
berkelanjutan dan mengintegrasikaninformasi keberlanjutan ke dalam siklus pelaporan mereka
7. Mendorong praktik pengadaan publik yang berkelanjutan, sesuai dengan kebijakan dan prioritas nasional
8. Pada tahun 2030, memastikan bahwa masyarakat dimana pun memiliki informasi dan kesadaran yang relevan
untuk pembangunan berkelanjutandan gaya hidup yang selaras dengan alam
9. Mendukung negara-negara berkembang untuk memperkuat kapasitas ilmu pengetahuan dan teknologi mereka
untuk bergerak menuju polakonsumsi dan produksi yang lebih berkelanjutan
10.Mengembangkan dan menerapkan alat untuk memantau dampak pembangunan berkelanjutan untuk pariwisata
berkelanjutan yang menciptakanlapangan kerja dan mempromosikan budaya dan produk lokal
11. Merasionalisasikan subsidi bahan bakar fosil yang tidak efisien yang mendorong konsumsi yang boros dengan
menghilangkan distorsi pasar, sesuai dengan keadaan nasional, termasuk dengan melakukan restrukturisasi
perpajakan dan menghapuskan secara bertahap subsidi-subsidi yang merugikan tersebut, jika ada, untuk
mencerminkan dampak lingkungannya, dengan sepenuhnya mempertimbangkan dampaknya terhadaplingkungan.
kebutuhan dan kondisi spesifik di negara-negara berkembang dan meminimalkan kemungkinan dampak buruk
terhadap pembangunandengan cara yang melindungi masyarakat miskin dan komunitas yang terkena dampak.

Sustainable Development
Goals
Perwujudan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan di Indonesia secara Nasional
dan Internasional

Action Step 1 Action Step 1 Action Step 1

Indonesia merupakan salah satu Indonesia telah aktif di berbagai SCP juga telah dimasukkan
negara yang menjadi forum Internasional dalambidang sebagai salah satu agenda
negarapendukung resolusi pada SCP sejak tahun 2001, dan pembangunan dalam Rencana
Sidang Ke-4 PBB tentang menjadi tuan rumah Asia Pasific Pembangunan JangkaMenengah
LingkunganHidup untuk Roundtable on Sustainable Nasional (RPJMN) 2015-2019
mendorong agenda global Consumption and Production
konsumsi dan produksiyang (APRSCP) ke-10 pada November
bertanggungjawab 2011 di Yogyakarta
( dalam SDGs 12)
Penerapan SCP di Indonesia meliputi : Tantangan yang dihadapi dalam
(1)pengembangan perangkat kebijakan pelaksanaan SCP di Indonesia
dan teknispenerapan produksi bersih antara lain
(eko-efisiensi), (1)perlu intervensi kebijakan
(2)verifikasi kinerja teknologi ramah operasionalmengenai penerapan
lingkungan, prinsip-prinsip SCP
(3)sistem manajemen lingkungan untuk dalam“business cycle” dan
penerapanproduksi berkelanjutan, “business process” di
kriteria ekolabel untuk sertifikasiproduk pihakpemerintah, swasta dan
ramah lingkungan dan pengadaan masyarakat secaramenyeluruh
barang/jasaramah lingkungan untuk termasuk dalam hal pendanaan,
penerapan konsumsiberkelanjutan, (2)perlu menghilangkan

Penerapan SCP di (4)sistem kompetensi keahlian dan


lembaga penyedia jasauntuk penyediaan
sumberdaya manusia yang kompeten;
dan
hubungan negatif
antarapertumbuhan ekonomi yang
menurunkan kualitaslingkungan
dan cadangan sumberdaya alam.

Indonesia
(5)pembinaan dan peningkatan (3) perlu menerapkan pola
kapasitas produsen dankonsumen, produksi dan
termasuk pihak pendukung, a.l. konsumsiberkelanjutan untuk
sektorpembiayaan (green banking), mengubah polapembangunan
serta yang tidak berkelanjutan
(6)penerapan efisiensi energi, industri (konsep“de-coupling”) menjadi
hijau, dan pariwisataramah lingkungan pembangunan yang
oleh berbagai instansi. berkelanjutan.
Penerapan Sistem
Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan (SML) merupakan salah satu upaya penerapan pola
konsumsi dan produksi yang berkelanjutan. Dari tahun 2009-2015 jumlah perusahaan yang telah

Manajemen memiliki sertifikat SML terus meningkat. Tercatat pada tahun2016 sebanyak 2.001 perusahaan
telah memiliki Sertifikat SML. Dari sisi konsumsi (demand) perubahan operasional di
pihakpemerintah diindikaasikan menjadi lebih ramah lingkungan termasuk yang terkait dengan
Lingkungan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Sementara pada sisi produksi (supply) diarahkan untuk
mendorong pelaku usaha/kegiatan beralih menghasilkan barang dan jasaramah lingkungan,
(SML) menumbuhkan pasar hijau, mengembangkan circular economy, dan mendapatkan insentif
Terdapat juga pengaturan dari SML.
Department or
Agency Name

Tujuan 13

MENGAMBIL TINDAKAN SEGERA


UNTUK MEMERANGI PERUBAHAN
IKLIM DAN DAMPAKNYA
Dalam Pilar Pembangunan Lingkungan terdapat salah satu tujuan yakni Mengambil tindakan segera untuk memerangi
perubahan iklim dan dampaknya. Jika kita melihat perkembangan Lingkungan sekarang terdapatperubahan cuaca dan iklim
yang tidak stabil dimana disebabkan oleh 3 faktor yang mempengaruhi kerusakanLingkungan, yakni:

1.Pemanasan Global
2.Kerusakan
3.Adanya kebijakan/peraturan yang tidak sesuai dengan Pilar pembangunan lingkungan dalam SDGs

➢Jika kita membahas berkaitan SDGs terkait Perubahan iklim memang merupakan proses fisis, tapi perludipahami juga
secara sosial ekonomi. Fenomena perubahan iklim yang datang mendadak dapat saja merusakhasil-hasil yang telah dicapai
dan menghambat pencapaian tujuan pembangunan.
➢Dapat kita tafsirkan bahwa dampak dari adanya perubahan iklim yang tidak stabil dapat mempengaruhibebagai aspek yang
tentunya dapat mempengaruhi pembangunan berkelanjutan, Oleh sebab itu diperlukanUpaya untuk Mengambil tindakan
segera untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya agar pembangunan berkelanjutan tidak terpengaruh.
➢Di Tingkat Internasional dalam upaya pengedalian perubahan iklim dilakukan salah satu contohnya dengan cara membuat
Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim (UNFCCC) dan Protocol Kyoto dalam konfensitersebut membahas bagaimana
menentukan tujuan dan prinsip-prinsip umum untuk mengatasi perubahan iklim yang mana objek utamannya adalah untuk
stabilisasi konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer pada tingkat yang mencegah gangguan antropogenik yang berbahaya
terhadap sistem iklim
Terdapat beberapa prinsip-prinsip dalam UNFCCC antara lain :
1.Prinsip kesetaraan tanggung jawab dan tanggung jawab bersama yang berbeda.
2.Prinsip pencegahan.
3.Prinsip kehati-hatian.
4.Prinsip kontribusi yang adil dan merata.
5.Prinsip kerjasama internasional.
➢Hasil dari Konvensi itu juga menghasilkan Protocol Kyoto yang membahas kewajiban negara-nagara majuuntuk
memgurangi emisi GRK sebesar 5% dan menyedikan mekanisme untuk membantu negara-negara majudalam
mencapau komitmenya. Keberadaan protocol Kyoto menyediakan sebuah mekanisme untuk membantunegara
maju dalam mencapai komitmennya. Contohnya perdagangan emisi dan mekanisme pembangunanbersih.
➢Indonesia di tingkat internasional merupakan salah satu negara peratifikasi Konvensi Kerangka Kerja
Perubahan Iklim (UNFCCC) dan Protocol Kyoto. Pemerintah Indonesia telah meratifikasi KonvensiPerubahan
Iklim melalui Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations Framework Convention
on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentangPerubahan Iklim) dan
termasuk dalam negara Non-Annex I.
➢Selain Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim (UNFCCC) dan Protocol Kyoto Indonesia juga kembalimeratifikasi Perjanjian
Pari di New York pada tanggal 22 April 2016, Indonesia menandatangani PerjanjianParis di New York. Sebagai negara peratifikasi.

➢Kemudian hasil dari ratifikasi tersebut menghasilkan Undang-Undang No 16 tahun 2016 tentang RatifikasiPerjanjian Paris. Kedua
ratifikasi yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia menjadi bentuk upayapemerintah dalam upayanya menjalakan salah satu Pilar
Sdgs dalam Mengambil tindakan segera untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya dapat ditafsirkan pemerintah Indonesia
mendukungpembangunan berkelanjutan berbasis SDGs.
➢Dari 17 tujuan SDGs terdapat 12 tujuan yang memiliki target terkait iklim, terkait dengan energi, kehutanan, ketahanan pangan,
dan pendidikan. Laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) terbarumenyebutkan dan mencatat bahwa kelompok
termiskin adalah yang kelompok yang paling rentan menerimadampak perubahan iklim. Tanpa adanya pembangunan yang inklusif
dan cepat mengintegrasikan aksi terkait perubahan iklim, maka diperkirakan lebih dari 100 juta orang akan berada di bawah garis
kemiskinan pada tahun 2030. Demikian pula, analisis UNDP menunjukkan bahwa kurangnya tindakan terhadap perubahan iklim
akan menurunkan pendapatan dan mengurangi peluang bagi populasi rentan Mahawan Karuniasa, 2019, Prinsip-Prinsip
Transformasi Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan Dan Pengendalian Perubahan IklimBerdasarkan Paradigma Systems Thinking,
Wahana Foresta : Jurnal Kehutanan, Vol. 12 No. 2 Juli 2019, hlm. 9
➢Diskusi internasional juga menegaskan bahwa upaya pengendalian perubahan iklim dilakukan dengan
mempertimbangkan national circumstances (termasuk kondisi dan kapasitas Negara) dan
keadaulatan(sovereignty) Negara.
➢Indonesia telah terlibat aktif di tingkat internasional sebagai salah satu negara peratifikasi
KonvensiKerangka Kerja Perubahan Iklim (UNFCCC) dan Protocol Kyoto. Pemerintah Indonesia telah
meratifikasiKonvensi Perubahan Iklim melalui Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1994 tentang
Pengesahan United Nations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja
Perserikatan Bangsa-Bangsatentang Perubahan Iklim) dan termasuk dalam negara Non-Annex I. Dengan
demikian Indonesia secara resmiterikat dengan kewajiban dan memiliki hak untuk memanfaatkan
berbagai peluang dukungan yang ditawarkanUNFCCC atau Kerangka Kerja PBB dalam upaya mencapai
tujuan konvensi tersebut.
➢Indonesia juga menunjukkan peran pentingnya di tingkat dunia sebagai tuan rumah COP 13 tahun
2007 di Bali yang diantaranya menghasilkan Bali Action Plan yang menempatkan peran penting hutan
Indonesia melalui pelaksanaan skema REDD+ serta dengan dihasilkannya studi IFCA (Indonesia Forest
Climate Alliance). Bali Action Plan diantaranya menyepakati adanya Policy Approaches and Positive
Incentives for REDD+ in Developing Countries yang memungkinkan untuk memberikan solusi terhadap
deforestasi di negara berkembang agar dapat dikurangi, namun tetap dapat melanjutkan pembangunan
nasionalnya.
➢Komitmen dan Kontribusi Indonesia kembali ditunjukkan dengan meratifikasi Perjanjian Pari di New
York pada tanggal 22 April 2016, Indonesia menandatangani Perjanjian Paris di New York. Sebagai
negara peratifikasi, Indonesia berkomitmen untuk melakukan upaya menurunkan emisi gas rumah kaca
dan bergeraaktif mencegah terjadinya perubahan iklim. Perjanjian Paris juga memposisikan hutan
sebagai kunci dariupaya penurunan gas rumah kaca
➢Pemerintah Indonesia juga telah menerbitkan Undang-Undang No 16 tahun 2016
tentang RatifikasiPerjanjian Paris. Pemerintah Indonesia dengan 9 (sembilan) aksi
prioritas pembangunan nasional yang dituangkan melalui Nawa Cita merupakan
komitmen nasional menuju arah pembangunan rendah karbon dan berketahanan iklim,
dengan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim sebagai satu prioritas yang terintegrasi dan
lintas- sektoral dalam agenda Pembangunan Nasional.
➢Komitmen yang tertuang dalam Nawa Cita menjadi dasar
bagi penyusunan dokumen The First Nationally Determined
Contribution (NDC) Indonesia yang telah disampaikan kepada
United Nations Framework Convention on Climate Change
(UNFCCC) pada bulan November 2016. First NDC Indonesia
menguraikantransisi Indonesia menuju masa depan yang
rendah emisi dan berketahanan iklim.

➢NDC dipergunakan sebagai salah satu acuan pelaksanaan


komitmen mitigasi perubahan iklim dengan rencana penurunan
emisi hingga tahun 2030 sebesar 29% sampai dengan 41% bila
dengan dukunganinternasional.
➢Berkaitan dengan tujuan ke 13 SDGs dalam penangan perubahan iklim, dibawah ini
terdapat target yang telah disusun oleh kementian PPN /BAPPENAS, yaitu :
1.Memperkuat kapasitas ketahanan dan adaptasi terhadap bahaya terkait iklim dan
bencana alam di semuanegara.
2.Mengintegrasikan tindakan antisipasi perubahan iklim ke dalam kebijakan, strategi dan
perencanaannasional dimana Terwujudnya penyelenggaraan inventarisasi gas rumah
kaca (GRK), serta monitoring, pelaporan dan verifikasi emisi GRK yang dilaporkan
dalam dokumen Biennial Update Report (BUR) dan National Communications.
3.Meningkatkan pendidikan, penumbuhan kesadaran, serta kapasitas manusia dan
kelembagaan terkait mitigasi, adaptasi, pengurangan dampak dan peringatan dini
perubahan iklim.
4.Melaksanakan komitmen negara maju pada the United Nations Framework Convention
on Climate Change untuk tujuan mobilisasi dana bersama sebesar 100 miliar dolar
Amerika per tahun pada tahun 2020 dari semua sumber untuk mengatasi kebutuhan
negara berkembang dalam konteks aksi mitigasi yang bermanfaat dan transparansi dalam
pelaksanaannya dan mengoperasionalisasi secara penuh the Green Climate Fund melalui
kapitalisasi dana tersebut sesegera mungkin.
5.Menggalakkan mekanisme untuk meningkatkan kapasitas perencanaan dan
pengelolaan yang efektifterkait perubahan iklim di negara kurang berkembang, negara
berkembang pulau kecil, termasuk fokus pada perempuan, pemuda, serta masyarakat
lokal dan marjinal.
➢Beberapa program yang telah disusun dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan sebagai berikut :
1.Kebijakan RPJMN 2020-2024 terkait dengan TPB/SDGs berkaitan dengan program penangananperubahan iklim.
2.DJPPI (Direktorat Jendral Penanganan Perubahan Iklim) dalam menjalankan tugasnya dan mempertimbangkan nature dari
pengendalian perubahan iklim, melaksanakan implementasi fungsikoordinasi, sinergi, integrasi dan fungsi leadership termasuk
monitoring, pelaporan dan verifikasipelaksanaan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim baik di tingkat nasional maupun
internasional, sertasebagai National Focal Point (NFP) UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change).
3.Ditetapkannya Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pemerintah
melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 mengatur beberapa hal terkait perubahan iklim pada tahap perencanaan,
pengendalian, dan pemeliharaan lingkungan hidup
4.Perubahan iklim juga diatur dalam tahap pengendalian lingkungan hidup melalui penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS) yang dalam penyusunan kajiannya mencakup kajian mengenaikerentanan dan adaptasi perubahan iklim.
5.Penetapan kriteria kerusakan lingkungan, yang di dalamnya terdapat kriteria kerusakan ekosistem dan lingkungan hidup yang
diakibatkan oleh perubahan iklim
6.Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon.
7.Pada tahun 1999, Pemerintah Indonesia menetapkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 TentangKehutanan.
8. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara (Undang-Undang
Minerba) erat kaitannya dengan izin pinjam pakai kawasan hutan.
9. Pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 telah memperhatikan
aspek perubahan iklim
dalam pengaturannya.
10. Indonesia telah menetapkan Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas
Rumah Kaca (RAN-GRK)
melalui Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 (Perpres RAN-GRK).
11. Pemerintah melalui Perpres Nomor 71 Tahun 2011 telah mengatur
penyelenggaraan inventarisasi GRK
nasional, dimana dalam pengaturannya disebutkan bahwa Inventarisasi GRK
dilakukan untuk mendapatkan
informasi mengenai: a. tingkat dan status emisi GRK nasional b. capaian
penurunan emisi GRK/peningkatan
serapan GRK dari aksi mitigasi perubahan iklim nasional.
Melindungi, Memulihkan,
dan Mempromosikan
Pemanfaatan Berkelanjutan
pada ekosistem lautan dan
daratan
A. Ekosistem Lautan

•Tujuan 14 TPB adalah melestarikan dan memanfaatkan secaraberkelanjutan sumber


daya lautan dan samudera untuk pembangunanberkelanjutan.
•Target-target tersebut terdiri dari tata ruang laut dan pengelolaanwilayah laut
berkelanjutan, penangkapan ikan dalam batasan biologisyang aman (MSY) dan
pemberantasan IUU Fishing, peningkatankawasan konservasi perairan dan
pemanfaatan berkelanjutan, sertadukungan dan perlindungan nelayan kecil.
•Upaya-upaya yang dilakukan untuk mencapai target-target tersebutdijabarkan pada
kebijakan, program dan kegiatan yang akan dilakukanoleh pemerintah maupun
organisasi non pemerintah.
Ekosistem lautan difokuskan pada dua arah kebijakan utama yaitu:

(1)Pengelolaan pesisir serta pengembangan ekonomi


kelautanberkelanjutan.

(2) Pengelolaan kawasan konservasi perairan.


Arah kebijakan tersebut dilaksanakanmelalui upaya-upaya sebagai berikut:

(1) Meningkatkan tata kelola sumber daya kelautan, termasuk upaya


penataan ruang laut dan harmonisasinya,

(2) Meningkatkan konservasi, rehabilitasi dan peningkatan ketahanan


masyarakat terhadap bencanadipesisir dan laut, termasuk penambahan luasan
kawasan konservasi perairan dan penguatankelembagaan serta efektivitas
pengelolaannya,

(3) Mengendalikan IUU Fishing dan kegiatan yang merusak di laut,


(4) Menguatkan peran SDM dan iptek kelautan serta budaya maritim

(5) Meningkatkan produktivitas, optimalisasi kapasitas dan kontinuitas produksi


perikanan, termasuk alokasi yang proporsional antara stok sumber daya ikan, serta
penyediaan dan pengembangan teknologi penangkapan ikan yang efisien dan ramah
lingkungan
Pengelolaan Ruang Laut dan PerlindunganLingkungan Laut

A) Pengelolaan Ruang Laut


•Penciptaan keterpaduan lintas program antarsektor di wilayah laut;
•Percepatan penetapan rencana tata ruang laut nasional;
•Percepatan penetapan rencana zonasi wilayah pesisir
• Percepatan penyelesaian rencana zonasi kawasan strategis nasional, rencana
zonasikawasan strategis nasional tertentu, dan rencana zonasi kawasan
antarwilayah;
•Penyediaan data informasi geospasial dasar dan informasi geospasial tematik
terpadudalam kerangka kebijakan satu peta untuk penyusunan tata ruang laut; dan
•Penyederhanaan perizinan pemanfaatan ruang laut.
B) Perlindungan Lingkungan Laut
•Penguatan pengelolaan wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS), pesisir, laut, dan
pulau-pulau kecil melalui manajemen terpadu dan berkelanjutan;
•Penguatan konservasi ekosistem, jenis, dan genetik;
•Pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan dampak pencemaran dan kerusakan
lingkungan laut;
•Penanggulangan bencana kelautan
• Pengembangan tata guna dan infrastruktur pesisir dan laut yang berkelanjutan;
dan
• Pengembangan kerja sama bilateral, regional, dan global di bidangpengelolaan
lingkungan laut
c) Pengaturan Mengenai Kelautan
• United Nations Convention on the Law of The Sea 1982 (UNCLOS 1982).
• Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 Tentang Kelautan sebagaimana telah
diubahdengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Undang-Undang
Cipta Kerja ( Kelautan )
• Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023
• Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisirdan Pulau-Pulau Kecil.
• Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2017
TentangPelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB).
B. EK0SISTEM DARATAN

Bertujuan untuk pelestarian dan pemanfaatan sumber daya daratan secara


berkelanjutan, yang memiliki target antara lain:

(i)Menjaga konservasi dan restorasi serta pemanfaatan ekosistem air dan


daratansejalan dengan perjanjian internasional;

(ii) Menerapkan pengelolaan semua jenis hutan;

(iii) Memerangi pengguruan (desertification), mengembalikan lahan


terdegradasi
Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal (Dirjen) Perlindungan
Hutan dan Pelestarian Alam (PHPA) Nomor : 129/Kpts/DJ-VI/ 1996
tanggal 31 Desember1996 tentang Pola Pengelolaan Kawasan Suaka
Alam, Kawasan Pelestarian Alam, Taman Buru dan HutanLindung
menyatakan bahwa pembangunan kawasankonservasi haruslah
mengacu pada kebijaksanaan yang terdapat dalam pola Pengelolaan
Kawasan Suaka Alam (KSA), Kawasan Pelestarian Alam (KPA),
Taman Buru (TB) dan Hutan Lindung (HL), yakni :
Mengupayakan terwujudnya tujuan dan embanan upaya konservasi
sumber daya alam hayatidan ekosistemnya.

Meningkatkan pendayagunaan potensi hayati kawasan konservasi


untuk kegiatan menunjangbudidaya.

Memberdayakan peran serta masyarakat sekitar kawasan konservasi.

Integrasi dan koordinasi.

Evaluasi fungsi kawasan .


TUJUAN 15

Mengelola Hutan Secara Berkelanjutan,


Memerangi Penggurunan, Menghentikan
Membalikkan degradasi lahan dan Menghentikan
Hilangnya Keanekaragaman Hayati

Presented By:
Latar Belakang
Pengelolaan hutan secara berkelanjutan merupakan elemen krusial
dalam mencapai Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya pada.
Pengelolaan ini masuk ke dalam Tujuan 15 dari 17 tujuan SDGs, tujuan ini
berfokus pada ekosistem daratan yang mencakup perlindungan, restorasi,
dan pemanfaatan berkelanjutan dari ekosistem daratan, termasuk
pengelolaan hutan secara lestari, penghentian penggurunan, pemulihan
degradasi lahan, dan upaya untuk menghentikan hilangnya
keanekaragaman hayati. Pada tujuan 15 ini, menandai komitmen global
yang sangat tinggi untuk melestarikan lingkungan dan sumber daya
alam bumi.
Pengelolaan Hutan Secara
Berkelanjutan dalam SDGs

Pengelolaan hutan secara berkelanjutan di Indonesia


diatur melalui sejumlah kebijakan dan peraturan , baik
di tingkat nasional maupun internasional . Skema
Hutan Desa, Hutan Kemasyarakatan , dan kemitraan
Hutan Papua
merupakan langkah-langkah yang diadopsi dalam
Hutan Papua memiliki luas kurang lebih pengelolaan hutan di Indonesia, dan tunduk pada
40.546.360.00 hektar yang merupakan
hutan terluas di Indonesia, hutan ini terdiri regulasi menteri kehutanan Indonesia .
atas gabungan hutan Papua dan hutan
Papua Barat. Kawasan hutan Papua dihuni
oleh berbagai jenis fauna autentik Papua Sementara itu, SDGs sebagai agenda internasional, yang
seperti burung cenderawasih, kasuari, nuri
diinisiasi oleh PBB, menuntut partisipasi aktif dari
sayap hitam, kanguru mantel emas, dan
masih banyak lagi. seluruh pemangku kepentingan dan masyarakat dalam
tujuan pencapaian dan pembangunan berkelanjutan.
Aturan-Aturan yang Mengatur
PEraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Pengelolaan Hutan Secara
Nomor 8 Tahun 2021

Tentang Tata Hutan dan


Berkelanjutan
Penyusunan Rencana Pengelolaan
Hutan, Serta Pemanfaatan Hutan di
Hutan Lindung dan Hutan
Produksi. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6 Tahun 2007

Tentang Tata Hutan Dan


Penyusunan Rencana Pengelolaan
Hutan Serta Pemanfaatan Hutan
PEraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor 20 Tahun 2022

Tentang Peredaran Hasil Hutan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2021

Kayu. Mengatur mengenai Perencanaan Kehutanan;


Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan dan
Perubahan Fungsi Kawasan Hutan; Penggunaan
Kawasan Hutan; Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan
Hutan; Pengelolaan Perhutanan Sosial; Perlindungan
Hutan; Pengawasan; dan Sanksi Administratif.

Keberadaan regulasi ini merupakan komitmen pemerintah Indonesia untuk


memastikan pengelolaan hutan yang berkelanjutan dan kontribusi positif terhadap upaya global untuk
mencapai pembangunan berkelanjutan .
Interkoneksi antara SDGs
dan Pengelolaan Hutan

Pengelolaan hutan secara berkelanjutan tidak


dapat dipisahkan dari tujuan-tujuan SDGs
lainnya. Keterkaitan erat antara pengelolaan
hutan dan aspek-aspek seperti pangan,
kesehatan, air, dan iklim menegaskan bahwa
upaya untuk menjaga kelestarian hutan
merupakan satu tujuan dalam berbagai tujuan
pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu,
implementasi pengelolaan hutan yang
berkelanjutan tidak hanya berdampak pada
ekosistem hutan itu sendiri, tetapi juga
membentuk dasar untuk kemajuan lintas
sektor dalam mencapai tujuan-tujuan SDGs
tersebut.
Konsep Pembangunan
Berkelanjutan
Pentingnya pengelolaan hutan secara berkelanjutan semakin
menonjol dalam konteks konsep pembangunan berkelanjutan
yang diusung oleh PBB. Sustainable Development Goals (SDGs)
menjadi manifestasi dari tujuan pembangunan berkelanjutan
(TPB), yang menggabungkan dimensi ekonomi, sosial, dan
lingkungan. Konsep pembangunan berkelanjutan diarahkan
untuk mencapai pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan yang berkelanjutan, memberikan dasar bagi
keberlanjutan kehidupan manusia di bumi ini.
Land Degradation Neutrality

Land Degradation Neutrality (LDN). merupakan konsep penting


yang merangkum upaya global untuk mengatasi degradasi
lahan. LDN adalah konsep yang diperkenalkan oleh United
Nations Convention to Combat Desertification (UNCCD), dengan
tujuan menghentikan degradasi lahan dan mengembalikan
lahan yang telah mengalami kerusakan. Dalam mencapai
LDN, diperlukan pendekatan holistik dan terintegrasi yang
melibatkan berbagai pemangku kepentingan dan masyarakat.
Pengelolaan lahan yang berkelanjutan, restorasi lahan,
pengembangan ekonomi berkelanjutan, dan pemberdayaan
masyarakat menjadi konsep-konsep yang dapat diterapkan
dalam upaya mencapai LDN
Partisipasi Masyarakat
dalam Pembangunan
Berkelanjutan

Partisipasi masyarakat merupakan prinsip sentral dalam pembangunan


berkelanjutan yang menyoroti pentingnya melibatkan semua pihak
terkait dalam proses pengambilan keputusan. Dalam konteks pengelolaan
hutan, partisipasi masyarakat dapat meningkatkan efektivitas dan
efisiensi pengelolaan. Forum-forum partisipatif, konsultasi publik, dan
partisipasi dalam pengambilan keputusan adalah mekanisme-
mekanisme yang dapat digunakan untuk memperkuat keterlibatan
masyarakat. Selain itu, program-program pemberdayaan masyarakat,
seperti pelatihan dan pendidikan tentang pengelolaan hutan secara
lestari, juga memiliki peran penting dalam membentuk kesadaran dan
tanggung jawab masyarakat terhadap lingkungan dan sumber daya
alam .
Dalam konteks Dalam konteks Global
indonesia
Dalam hal ini, pada negara indonesia yang jelas kaya akan keanekaragaman Dalam konteks global, kerjasama antar negara dan organisasi internasional
hayati dan memiliki hutan yang luas, pengelolaan hutan, secara dalam pembangunan ini merupakan hal yang penting. Transparansi informasi,
berkelanjutan kekayaan ini bukan hanya suatu kewajiban nasional, pertukaran pengalaman, dan dukungan bersama dapat memperkuat upaya
tetapi juga sebuah kontribusi signifikan pada tingkat global. Hutan- pengelolaan hutan secara berkelanjutan di tingkat internasional. Pemberian
hutan Indonesia memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan insentif dan sanksi yang sesuai juga dapat menjadi alat yang efektif dalam
ekosistem global, menyediakan habitat bagi berbagai spesies, dan mendorong negara-negara untuk mematuhi komitmen pembangunan
berkontribusi pada mitigasi perubahan iklim melalui penyimpanan berkelanjutan.
karbon yang besar.
KESIMPULAN

Pengelolaan hutan di Indonesia, melalui program seperti Hutan Desa,


bukan hanya penting bagi negara kita tetapi juga berkontribusi secara global
dengan menjaga lingkungan dan mengurangi dampak perubahan iklim.
Tantangan seperti penebangan ilegal dan perubahan penggunaan lahan tetap
menjadi fokus. Diperlukan upaya bersama dalam bentuk penegakan hukum,
inovasi, dan dukungan masyarakat untuk menjaga keberlanjutan pengelolaan
hutan ini.
THANKYOU

Anda mungkin juga menyukai