Pembangunan
Lingkungan (SDGs) Presented By:
Sustainable Development
Goals
OUTLINES
Tujuan 6 Tujuan 11 Tujuan 12
MENJAMIN KETERSEDIAAN Pembangunan Berkelanjutan Memastikan Pola Konsumsi dan
DAN MANAJEMEN AIR DAN (TPB) untuk kota dan Produksiyang Berkelanjutan
SANITASI SECARA pemukiman yang inklusif,
BERKELANJUTAN aman, tangguh, dan
berkelanjutan
• Sanitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan dengan cara memelihara dan
melindungi kebersihan lingkungan dari subjeknya yaitu manusia
Sustainable Development
Goals
Sustainable Development
Goals
02 03 04
01
Penyediaan Penyelenggaraan sinergi air
Peningkatan efektifitas dan
Menjamin ketahanan air infrastrukturproduktif dan minum dan sanitasi yang
efisiensipendanaaninfrastruktur air
melalui peningkatan manajemenlayananmelaluipe dilakukan di tingkatnasional,
minum dan sanitasi
pengetahuan, perubahan nerapanmanajemenasetbaik provinsi, kabupaten/kota,
sikap dan perilaku dalam di perencanaan, dan Masyarakat
pemanfaatan air minum dan penganggaran, dan investasi
pengelolaan sanitasi .
PENGATURAN
INTERNASIONAL
Komite Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (ICESCR)
mengadopsi Komentar Umum No. 15 tentang hak atas air,
yang mencakup hak atas sanitasi yang layak.
•Ketersediaan
•Kualitas
•Keberterimaan
•Aksesibilitas
•Keterjangkauan
Sustainable Development
Goals
Lembaga-lembaga dan program-program
PBB di Indonesia dapat membantu
Pemerintah Indonesia mencapai targetnya
dalam bidang pengelolaan air dan sanitasi
melalui kelangsungan sanitasi berbasis
komunitas PBB, dan juga proyek-proyek
Air, Sanitasi & Kebersihan (Water,
Dukungan Sanitation & Hygiene/WASH). UNICEF
dan WHO sebagai organisasi utama
Sustainable Development
Goals
Sustainable Development
Goals
Pengaturan
Nasional
• Air merupakan bagian dari kekayaan alam dikuasai • Pengelolaan sumber daya air tersebut menjadi
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya tanggung jawab bersama Pemerintah dan Pemerintah
kemakmuran rakyat, sebagaimana termaktub dalam Daerah yang diantaranya terdapat dalam UU Nomor 7
Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dan PP Nomor
Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945). 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan
• Berdasarkan hak menguasai negara atas air tersebut, Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
negara melalui pemerintah mempunyai hak untuk Kabupaten/Kota
mengelola sumber daya air dan sekaligus berkewajiban
untuk memeliharanya berdasarkan asas kelestarian • Namun pada perkembangannya Mahkamah Konstitusi
untuk mencapai sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat. (MK) membatalkan keberlakuan secara keseluruhan
Undang-Undang Nomor7 Tahun 2004 tentang Sumber
Daya Air (SDA)
Pemerintah Indonesia telah menetapkan target-target dari Tujuan 6 SGDs, yaitu menjamin ketersediaan
dan keberlanjutan pengelolaan air dan sanitasi bagi semua, sejalan dengan RPJMN yakni berupa
1. Target Global
2. Target Nasional
3. Indikator Nasional
A. Perwujudan100% layanan
air minum, dengan 85%
Pada 2030, mencapai akses Peningkatan akses kepada populasi terlayani akseskepada
air sejalandengan prinsip 4K
universal dan merata layanan air minum dan dan 15% lainnya akanterlayani
sesuai denganlayanan
kepada air minum aman sanitasi layak dan kebutuhandasar; (Baseline
2014: 70%, target 2019:
dan terjangkau bagi semua. berkelanjutan. 100%).
Date:
March 20, 2025
Target Global Target Nasional Indikator Nasional
Sustainable Development
Goals
Target Global Target Nasional Indikator Nasional
a. Kapasitas PLTA;
b. Tersedianya 1 juta hektar sawah teririgasi
Pada 2030, melaksanakan pengelolaan 1.Peningkatan kapasitas pembangkit dan diperbaikinya 3 juta hektar jaringan
irigasi. (Baseline 2014: 50,7 GW, target
sumber air terintegrasi di seluruh listrik tenaga air (PLTA);
2019: 86,6 GW);
tingkatan, termasuk melalui kerja sama 2.Tersedianya fasilitas dan infrastruktur c. Jumlah bantaran sungai prioritas dengan
lintas-negara jika diperlukan. irigasi peningkatan mata air melalui konservasi
sumber air vegetatif, kolamretensi, dam
pengontrol dan penahan dan check dam
(gully plugs) di bantaran sungai huludan
sumur resapan
Sustainable Development
Goals
Target Global Target Nasional Indikator Nasional
Sustainable Development
Goals
Sustainable Development
Goals
Indikator
Target Global Target Nasional Nasional
Pada 2030, memperluas kerja sama internasional
dan dukungan pembangunan kapasitas bagi
Peningkatan anggaran untuk
negara berkembang dalam kegiatan dan program
terkait air dan sanitasi, termasuk pemanenan air, pengembangan air dan sanitasi Tidak tersedia.
desalinasi, efisiensi air, pengolahan air limbah, yang dialokasikan dalam APBN
serta teknologi daur ulang dan reuse
Pendahuluan
• Undang–undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
• Pembangunan berkelanjutan sebagai upaya memadukan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi
• Tujuan 11 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) untuk kota dan pemukiman yang inklusif, aman, tangguh, dan
berkelanjutan
• SDGS 11 sebagai salah satu tujuan Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan
• Tujuh target utama dan tiga target tambahan
• Meningkatkan kualitas hidup penduduk kota dan pedesaan, serta mengurangi dampak negatif perkotaan
Meningkatkan Akses Perumahan layak, aman, terjangkau
Terhadap Perumahan dan Pelayanan Dasar
Penataan kawasan kumuh
Pendukung
Menghormati hak-hak penghuni
Urbanisasi Inklusif dan Berkelanjutan Akses transportasi yang aman, terjangkau, dan
SDGS 11 berkelanjutan
Sustainable Development
Goals
Department or
Agency Name
Sustainable Development
Goals
Pengaturan Perumahan
dan Kawasan
Permukiman
Sustainable Development
Goals
Department or
Agency Name
Partisipasi
Masyarakat
•Peran strategis partisipasi
masyarakat dalam membangun
kota dan pemukiman yang
inklusif, aman, tangguh, dan
berkelanjutan
•Dukungan untuk inovasi,
kreativitas, dan kolaborasi
Sustainable Development
Goals
Kesimpulan
Sustainable Development
Goals
Tujuan 12
Memastikan Pola
Konsumsi dan
Produksi yang
Berkelanjutan
Sustainable Development
Goals
Memastikan Pola Konsumsi dan
Produksi yang Berkelanjutan merupakan
bagian daripilar Lingkungan SDGs dan
tujuan Ke – 12 dari SDGs
Dalam rangka mencapai tujuan konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab pada tahun 2030, pada
dokumen RAN ditetapkan 11 target yang diukur melalui 19 indikator.
Berikut target dari tujuan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan:
1.Melaksanakan kerangka program 10 tahun mengenai konsumsi dan produksi berkelanjutan, semua negara
mengambil tindakan, dengan negara-negara maju sebagai pemimpin, dengan mempertimbangkan
perkembangan dan kemampuan negara-negara berkembang
2. Pada tahun 2030, mencapai pengelolaan berkelanjutan dan penggunaan sumber daya alam secara efisien
3.Pada tahun 2030, mengurangi separuh limbah pangan global per kapita di tingkat ritel dan konsumen serta
mengurangi kehilangan pangan di sepanjang rantai produksi dan pasokan, termasuk kerugian pasca panen
4.Pada tahun 2020, mencapai pengelolaan bahan kimia dan semua limbah yang berwawasan lingkungan
sepanjang siklus hidupnya, sesuaidengan kerangka kerja internasional yang disepakati, dan secara signifikan
mengurangi pelepasannya ke udara, air dan tanah untuk meminimalkan dampak buruknya terhadap
kesehatan manusia dan lingkungan.
5.Pada tahun 2030, mengurangi timbulan sampah secara signifikan melalui pencegahan, pengurangan, daur
ulang, dan penggunaan kembali
Next
6. Mendorong perusahaan, khususnya perusahaan besar dan transnasional, untuk mengadopsi praktik
berkelanjutan dan mengintegrasikaninformasi keberlanjutan ke dalam siklus pelaporan mereka
7. Mendorong praktik pengadaan publik yang berkelanjutan, sesuai dengan kebijakan dan prioritas nasional
8. Pada tahun 2030, memastikan bahwa masyarakat dimana pun memiliki informasi dan kesadaran yang relevan
untuk pembangunan berkelanjutandan gaya hidup yang selaras dengan alam
9. Mendukung negara-negara berkembang untuk memperkuat kapasitas ilmu pengetahuan dan teknologi mereka
untuk bergerak menuju polakonsumsi dan produksi yang lebih berkelanjutan
10.Mengembangkan dan menerapkan alat untuk memantau dampak pembangunan berkelanjutan untuk pariwisata
berkelanjutan yang menciptakanlapangan kerja dan mempromosikan budaya dan produk lokal
11. Merasionalisasikan subsidi bahan bakar fosil yang tidak efisien yang mendorong konsumsi yang boros dengan
menghilangkan distorsi pasar, sesuai dengan keadaan nasional, termasuk dengan melakukan restrukturisasi
perpajakan dan menghapuskan secara bertahap subsidi-subsidi yang merugikan tersebut, jika ada, untuk
mencerminkan dampak lingkungannya, dengan sepenuhnya mempertimbangkan dampaknya terhadaplingkungan.
kebutuhan dan kondisi spesifik di negara-negara berkembang dan meminimalkan kemungkinan dampak buruk
terhadap pembangunandengan cara yang melindungi masyarakat miskin dan komunitas yang terkena dampak.
Sustainable Development
Goals
Perwujudan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan di Indonesia secara Nasional
dan Internasional
Indonesia merupakan salah satu Indonesia telah aktif di berbagai SCP juga telah dimasukkan
negara yang menjadi forum Internasional dalambidang sebagai salah satu agenda
negarapendukung resolusi pada SCP sejak tahun 2001, dan pembangunan dalam Rencana
Sidang Ke-4 PBB tentang menjadi tuan rumah Asia Pasific Pembangunan JangkaMenengah
LingkunganHidup untuk Roundtable on Sustainable Nasional (RPJMN) 2015-2019
mendorong agenda global Consumption and Production
konsumsi dan produksiyang (APRSCP) ke-10 pada November
bertanggungjawab 2011 di Yogyakarta
( dalam SDGs 12)
Penerapan SCP di Indonesia meliputi : Tantangan yang dihadapi dalam
(1)pengembangan perangkat kebijakan pelaksanaan SCP di Indonesia
dan teknispenerapan produksi bersih antara lain
(eko-efisiensi), (1)perlu intervensi kebijakan
(2)verifikasi kinerja teknologi ramah operasionalmengenai penerapan
lingkungan, prinsip-prinsip SCP
(3)sistem manajemen lingkungan untuk dalam“business cycle” dan
penerapanproduksi berkelanjutan, “business process” di
kriteria ekolabel untuk sertifikasiproduk pihakpemerintah, swasta dan
ramah lingkungan dan pengadaan masyarakat secaramenyeluruh
barang/jasaramah lingkungan untuk termasuk dalam hal pendanaan,
penerapan konsumsiberkelanjutan, (2)perlu menghilangkan
Indonesia
(5)pembinaan dan peningkatan (3) perlu menerapkan pola
kapasitas produsen dankonsumen, produksi dan
termasuk pihak pendukung, a.l. konsumsiberkelanjutan untuk
sektorpembiayaan (green banking), mengubah polapembangunan
serta yang tidak berkelanjutan
(6)penerapan efisiensi energi, industri (konsep“de-coupling”) menjadi
hijau, dan pariwisataramah lingkungan pembangunan yang
oleh berbagai instansi. berkelanjutan.
Penerapan Sistem
Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan (SML) merupakan salah satu upaya penerapan pola
konsumsi dan produksi yang berkelanjutan. Dari tahun 2009-2015 jumlah perusahaan yang telah
Manajemen memiliki sertifikat SML terus meningkat. Tercatat pada tahun2016 sebanyak 2.001 perusahaan
telah memiliki Sertifikat SML. Dari sisi konsumsi (demand) perubahan operasional di
pihakpemerintah diindikaasikan menjadi lebih ramah lingkungan termasuk yang terkait dengan
Lingkungan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Sementara pada sisi produksi (supply) diarahkan untuk
mendorong pelaku usaha/kegiatan beralih menghasilkan barang dan jasaramah lingkungan,
(SML) menumbuhkan pasar hijau, mengembangkan circular economy, dan mendapatkan insentif
Terdapat juga pengaturan dari SML.
Department or
Agency Name
Tujuan 13
1.Pemanasan Global
2.Kerusakan
3.Adanya kebijakan/peraturan yang tidak sesuai dengan Pilar pembangunan lingkungan dalam SDGs
➢Jika kita membahas berkaitan SDGs terkait Perubahan iklim memang merupakan proses fisis, tapi perludipahami juga
secara sosial ekonomi. Fenomena perubahan iklim yang datang mendadak dapat saja merusakhasil-hasil yang telah dicapai
dan menghambat pencapaian tujuan pembangunan.
➢Dapat kita tafsirkan bahwa dampak dari adanya perubahan iklim yang tidak stabil dapat mempengaruhibebagai aspek yang
tentunya dapat mempengaruhi pembangunan berkelanjutan, Oleh sebab itu diperlukanUpaya untuk Mengambil tindakan
segera untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya agar pembangunan berkelanjutan tidak terpengaruh.
➢Di Tingkat Internasional dalam upaya pengedalian perubahan iklim dilakukan salah satu contohnya dengan cara membuat
Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim (UNFCCC) dan Protocol Kyoto dalam konfensitersebut membahas bagaimana
menentukan tujuan dan prinsip-prinsip umum untuk mengatasi perubahan iklim yang mana objek utamannya adalah untuk
stabilisasi konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer pada tingkat yang mencegah gangguan antropogenik yang berbahaya
terhadap sistem iklim
Terdapat beberapa prinsip-prinsip dalam UNFCCC antara lain :
1.Prinsip kesetaraan tanggung jawab dan tanggung jawab bersama yang berbeda.
2.Prinsip pencegahan.
3.Prinsip kehati-hatian.
4.Prinsip kontribusi yang adil dan merata.
5.Prinsip kerjasama internasional.
➢Hasil dari Konvensi itu juga menghasilkan Protocol Kyoto yang membahas kewajiban negara-nagara majuuntuk
memgurangi emisi GRK sebesar 5% dan menyedikan mekanisme untuk membantu negara-negara majudalam
mencapau komitmenya. Keberadaan protocol Kyoto menyediakan sebuah mekanisme untuk membantunegara
maju dalam mencapai komitmennya. Contohnya perdagangan emisi dan mekanisme pembangunanbersih.
➢Indonesia di tingkat internasional merupakan salah satu negara peratifikasi Konvensi Kerangka Kerja
Perubahan Iklim (UNFCCC) dan Protocol Kyoto. Pemerintah Indonesia telah meratifikasi KonvensiPerubahan
Iklim melalui Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations Framework Convention
on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentangPerubahan Iklim) dan
termasuk dalam negara Non-Annex I.
➢Selain Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim (UNFCCC) dan Protocol Kyoto Indonesia juga kembalimeratifikasi Perjanjian
Pari di New York pada tanggal 22 April 2016, Indonesia menandatangani PerjanjianParis di New York. Sebagai negara peratifikasi.
➢Kemudian hasil dari ratifikasi tersebut menghasilkan Undang-Undang No 16 tahun 2016 tentang RatifikasiPerjanjian Paris. Kedua
ratifikasi yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia menjadi bentuk upayapemerintah dalam upayanya menjalakan salah satu Pilar
Sdgs dalam Mengambil tindakan segera untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya dapat ditafsirkan pemerintah Indonesia
mendukungpembangunan berkelanjutan berbasis SDGs.
➢Dari 17 tujuan SDGs terdapat 12 tujuan yang memiliki target terkait iklim, terkait dengan energi, kehutanan, ketahanan pangan,
dan pendidikan. Laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) terbarumenyebutkan dan mencatat bahwa kelompok
termiskin adalah yang kelompok yang paling rentan menerimadampak perubahan iklim. Tanpa adanya pembangunan yang inklusif
dan cepat mengintegrasikan aksi terkait perubahan iklim, maka diperkirakan lebih dari 100 juta orang akan berada di bawah garis
kemiskinan pada tahun 2030. Demikian pula, analisis UNDP menunjukkan bahwa kurangnya tindakan terhadap perubahan iklim
akan menurunkan pendapatan dan mengurangi peluang bagi populasi rentan Mahawan Karuniasa, 2019, Prinsip-Prinsip
Transformasi Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan Dan Pengendalian Perubahan IklimBerdasarkan Paradigma Systems Thinking,
Wahana Foresta : Jurnal Kehutanan, Vol. 12 No. 2 Juli 2019, hlm. 9
➢Diskusi internasional juga menegaskan bahwa upaya pengendalian perubahan iklim dilakukan dengan
mempertimbangkan national circumstances (termasuk kondisi dan kapasitas Negara) dan
keadaulatan(sovereignty) Negara.
➢Indonesia telah terlibat aktif di tingkat internasional sebagai salah satu negara peratifikasi
KonvensiKerangka Kerja Perubahan Iklim (UNFCCC) dan Protocol Kyoto. Pemerintah Indonesia telah
meratifikasiKonvensi Perubahan Iklim melalui Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1994 tentang
Pengesahan United Nations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja
Perserikatan Bangsa-Bangsatentang Perubahan Iklim) dan termasuk dalam negara Non-Annex I. Dengan
demikian Indonesia secara resmiterikat dengan kewajiban dan memiliki hak untuk memanfaatkan
berbagai peluang dukungan yang ditawarkanUNFCCC atau Kerangka Kerja PBB dalam upaya mencapai
tujuan konvensi tersebut.
➢Indonesia juga menunjukkan peran pentingnya di tingkat dunia sebagai tuan rumah COP 13 tahun
2007 di Bali yang diantaranya menghasilkan Bali Action Plan yang menempatkan peran penting hutan
Indonesia melalui pelaksanaan skema REDD+ serta dengan dihasilkannya studi IFCA (Indonesia Forest
Climate Alliance). Bali Action Plan diantaranya menyepakati adanya Policy Approaches and Positive
Incentives for REDD+ in Developing Countries yang memungkinkan untuk memberikan solusi terhadap
deforestasi di negara berkembang agar dapat dikurangi, namun tetap dapat melanjutkan pembangunan
nasionalnya.
➢Komitmen dan Kontribusi Indonesia kembali ditunjukkan dengan meratifikasi Perjanjian Pari di New
York pada tanggal 22 April 2016, Indonesia menandatangani Perjanjian Paris di New York. Sebagai
negara peratifikasi, Indonesia berkomitmen untuk melakukan upaya menurunkan emisi gas rumah kaca
dan bergeraaktif mencegah terjadinya perubahan iklim. Perjanjian Paris juga memposisikan hutan
sebagai kunci dariupaya penurunan gas rumah kaca
➢Pemerintah Indonesia juga telah menerbitkan Undang-Undang No 16 tahun 2016
tentang RatifikasiPerjanjian Paris. Pemerintah Indonesia dengan 9 (sembilan) aksi
prioritas pembangunan nasional yang dituangkan melalui Nawa Cita merupakan
komitmen nasional menuju arah pembangunan rendah karbon dan berketahanan iklim,
dengan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim sebagai satu prioritas yang terintegrasi dan
lintas- sektoral dalam agenda Pembangunan Nasional.
➢Komitmen yang tertuang dalam Nawa Cita menjadi dasar
bagi penyusunan dokumen The First Nationally Determined
Contribution (NDC) Indonesia yang telah disampaikan kepada
United Nations Framework Convention on Climate Change
(UNFCCC) pada bulan November 2016. First NDC Indonesia
menguraikantransisi Indonesia menuju masa depan yang
rendah emisi dan berketahanan iklim.
Presented By:
Latar Belakang
Pengelolaan hutan secara berkelanjutan merupakan elemen krusial
dalam mencapai Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya pada.
Pengelolaan ini masuk ke dalam Tujuan 15 dari 17 tujuan SDGs, tujuan ini
berfokus pada ekosistem daratan yang mencakup perlindungan, restorasi,
dan pemanfaatan berkelanjutan dari ekosistem daratan, termasuk
pengelolaan hutan secara lestari, penghentian penggurunan, pemulihan
degradasi lahan, dan upaya untuk menghentikan hilangnya
keanekaragaman hayati. Pada tujuan 15 ini, menandai komitmen global
yang sangat tinggi untuk melestarikan lingkungan dan sumber daya
alam bumi.
Pengelolaan Hutan Secara
Berkelanjutan dalam SDGs