ABSTRACT. The purpose of this study was to describe the self-construal description of the Karang Mumus
Watershed community in predicting environmental awareness. This type of research is qualitative. The research
subjects amounted to 10 people who had the characteristic of knowing about the problems in the Karang Mumus
River and living and settling in the Mahakam River Basin. Methods of collecting data using observation and
interviews. The analysis technique is carried out by means of data reduction, presentation, and conclusions and
verifications. The results showed that people living on the banks of the Karang Mumus River generally had low
economic levels, and lived in simple houses. People who live on the banks of Sungai Mumus do not care about
their living environment even though they use river water for bathing, washing, latrines, and cooking and
drinking. This is evidenced by the attitude of the community who throw garbage and feces directly into the river.
INTISARI. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran self-construal masyarakat daerah aliran
Sungai Karang Mumus dalam memprediksi sikap kepedulian akan lingkungan. Jenis penelitian ini adalah kuali-
tatif. Subjek penelitian berjumlah 10 orang yang memiliki ciri mengetahui tentang permasalahan di Sungai
Karang Mumus serta tinggal dan menetap di Daerah Aliran Sungai Mahakam. Metode pengumpulan data
menggunakan observasi dan wawancara. Teknik analisa dilaksanakan dengan cara reduksi data, penyajian data,
melakuan kesimpulan dan verivikasi. Hasil penelitian menunjukkan masyarakat yang tinggal di pinggir Sungai
Karang Mumus umumnya tingkat perekonomiannya rendah, dan tinggal dirumah-rumah sederhana. Masyarakat
yang tinggal di pinggir Sungai karang Mumus tidak peduli dengan lingkungan tempat tinggalnya walaupun
mereka menggunakan air sungai untuk kebutuhan mandi, cuci, kakus, serta masak dan minum. Hal ini dibuk-
tikan dengan sikap masyarakat yang membuang sampah dan tinja langsung ke sungai.
Kata kunci: self construal, sikap peduli lingkungan, sungai karang mumus
sikap peduli lingkungan dewasa ini, terasa semakin lingkungan Harjanto menjelaskan tiga masalah yaitu
banyak diabaikan. Orang-orang lebih banyak me- yang pertama, air sungai terlalu banyak jika musim
mentingkan kehidupannya sendiri, sehingga terlena hujan karena tingginya limpasan air hujan (run off),
dan akhirnya lari dengan sikap peduli lingkungan. yakni air hujan sebagian besar menjadi air permukaan
Kondisi seperti ini lebih tampak pada kehidupan akibat tidak terserap oleh tanah sehingga masuk ke
masyarakat di kota-kota besar, yang pada umumnya Sungai Karang Mumus. Sungai Karang Mumus tidak
sibuk dengan diri sendiri. Berbagai kegiatan yang mampu menampung air hujan karena telah ke-
bertemakan kesadaran lingkungan akhir-akhir ini hilangan kolam retensi di kanan kirinya sehingga
juga ramai digencarkan di berbagai kampus di Indo- daya tampungnya berkurang, termasuk akibat pen-
nesia. Seperti yang diberitakan oleh antarakaltim.com dangkalan dan penyempitan ruang sungai. Kedua,
(16 September 2016) mahasiswa Universitas Mula- pada musim kemarau air di SKM terlalu sedikit sep-
warman Samarinda yang merawat Sungai Karang erti selokan, bahkan tidak layak disebut sungai karena
Mumus dengan cara memungut sampah sebagai ben- aliran airnya mirip seperti parit. Hal ini terjadi karena
tuk sindiran ke masyarakat agar tidak membuang SKM kehilangan pemasukkan air akibat hilangnya
sampah ke sungai. mata air di daerah aliran sungai, terutama di bagian
Permasalahan tentang lingkungan di Samarinda hulu dan tengah. Masalah ketiga adalah kondisi SKM
akhir-akhir ini menjadi masalah yang menjadi fokus sehari-hari terlalu kotor dipenuhi sampah dan limbah.
pemerintah untuk diselesaikan salah satunya di kawa- Bahkan di beberapa titik, airnya bukan hanya keruh,
san daerah aliran Sungai Karang Mumus. Banyaknya melainkan juga menghitam dan berbau menyengat se-
pencemaran udara, permukiman kumuh, bencana hingga masyarakat yang tidak biasa jika menyen-
alam, banjir, dan sebagainya merupakan potret tuhnya akan merasa gatal. Atas semua masalah terkait
keadaan yang ada di Samarinda. Penyebab dari dengan air itu, maka SKM kerap menjadi tertuduh
berbagai bencana tersebut sebagian disebabkan oleh utama sebagai penyebab ketidakelokan dan ketid-
manusia yang rakus dengan mengeksploitasi ling- aknyamanan di Kota Samarinda. (Sumber: kaltim.an-
kungan secara berlebihan. taranews.com Selasa 3 April 2018).
Sungai Karang Mumus adalah nama sungai yang Menurut Iskandar (2012) menjelaskan bahwa manu-
membelah sebagian wilayah di Kota Samarinda, Ka- sia seharusnya dapat berinteraksi dengan baik ter-
limantan Timur. Sungai Karang Mumus merupakan hadap lingkungannya baik fisik maupun sosial. In-
anak dari Sungai Mahakam yang memiliki panjang teraksi tersebut adalah suatu yang saling
aliran 34,7 kilometer. Sungai Karang Mumus menjadi menguntungkan antara manusia dan lingkungan.
salah satu jalur trasportasi air bagi warga yang berada Artinya manusia dapat dipengaruhi oleh lingkungan
di daerah aliran sungai (DAS) Karang Mumus. Selain atau mempengaruhi lingkungan, atau saling
itu juga menjadi sumber aktifitas warga mulai dari mempengaruhi.
mencuci, mandi, dan lain sebagainya. Sesuai dengan Menurut Here & Priyanto (2014) menjelaskan bahwa
intruksi dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) kota secara umum kesadaran lingkungan yang rendah hen-
Samarinda, saat ini kualitas air Sungai Karang Mu- daknya harus dicegah untuk berupaya meningkatkan
mus tidak lagi layak untuk digunakan oleh warga aki- kesadaran pada lingkungan. Seseorang yang terlibat
bat pencemaran limbah rumah tangga yang melebihi secara aktif dalam berbagai kegiatan sederhana yang
ambang batas normal. diadakan di lingkungan sekitar merupakan salah satu
Salah satu permasalahan yang berulang kali terjadi di bentuk dari kesadaran lingkungan. Misalnya dengan
Sungai Karang Mumus yaitu air sungai yang sering menjaga kebersihan lingkungan, mencegah ter-
meluap ketika hujan terjadi sehingga menyebabkan jadinya polusi dengan tidak membakar sampah dan
banjir mencapai ketinggian hingga 1 meter. Hal ini, tidak membuangnya di sungai yang bisa mengakibat-
menyebabkan rumah warga di dua kelurahan, yakni kan banjir dan tersumbatnya aliran sungai. Seseorang
Kelurahan Gunung Lingai dan Kelurahan Temindung yang tidak mampu menjaga lingkungannya maka
Permai di Kecamatan Sungai Pinang terendam banjir. akan melakukan hal-hal yang mengkhawatirkan bagi
Air sungai akan terus meluap ketika hujan yang tidak lingkungannya seperti membuang sampah semba-
kunjung berhenti. Menurut salah satu warga, apabila rangan dan tidak menjaga kebersihan yang akan
hujan turun dari sore hingga pagi air sungai akan berdampak pada keberlangsungan hidup di masa
meluap semakin cepat sekali naiknya dan menyebab- mendatang.
kan banjir yang cukup dalam (Sumber: merdeka.com, Menurut Iskandar (2013) menjelaskan bahwa
Selasa 4 April 2017 siang hari). Kondisi Sungai Ka- kesadaran mengenai peduli lingkungan merupakan
rang Mumus di Kota Samarinda, Kalimantan Timur, suatu kondisi psikologis dari seseorang yang sadar
kini sangat mengkhawatirkan. Menurut pemerhati bahwa dalam berinteraksi dengan lingkungan
2
Psikostudia: Jurnal Psikologi Vol 7, No 2, Desember 2018, hlm. 1-11 ISSN: 2302-2582
terdapat permasalahan yang harus diatasi. Penge- yang dimaksud disini adalah apakah seseorang me-
tahuan akan kesadaran peduli lingkungan akan men- mandang diri mereka terpisah (otonom) dari orang
jadi berguna bagi seseorang dalam upaya pelestarian lain atau terkoneksi (lekat) dengan orang lain
lingkungannya. (Markus & Kitayama, 1991). Priza (2005) secara se-
Kesadaran akan peduli lingkungan tidak akan terjadi derhana mendefinisikan Self Construal sebagai
apabila tidak adanya nilai-nilai peduli dari seseorang keterhubungan (connectedness) atau keterpisahan
terhadap lingkungan. Adanya nilai-nilai dalam diri “diri” seseorang dengan orang lain sebagai implikasi
seseorang dapat membangkitkan kesadaran pada cara ia memandang, membayangkan dan mengeval-
lingkungannya. Nilai-nilai tersebut berupa permasa- uasi diri sendiri. Sehubungan dengan itu Markus dan
lahan yang terjadi di lingkungan yang mampu menya- Kitayama (dalam Priza, 2005) menyatakan bahwa
darkan permasalahan yang ada. Masalah-masalah Self Construal memperngaruhi kognisi, emosi, dan
mengenai lingkungan seperti kerusakan hutan, motivasi seseorang serta pada akhirnya memandu
penurunan keanekaragaman hayati, kualitas air, atau mengatribusi perilaku komunikasi orang terse-
pengaruh industri, pelestarian lingkungan, pema- but.
nasan global, serta seperti hal yang terkecil yaitu
membuang sampah sembarangan juga masih banyak 2.2 Sikap Peduli Lingkungan
terjadi di berbagai tempat. Kata pertama yaitu sikap (attitude). Berbagai ahli
Self construal menunjukan sikap yang dimiliki indi- memberikan definisi yang berbeda mengenai hakikat
vidu untuk mengamati dirinya dan peranan dirinya sikap. Akan tetapi, para ahli Psikologi Sosial
bagi individu yang berada disekitarnya. Self construal mutakhir mengklasifikasikan sikap dalam dua
akan melahirkan sikap atau cara berperilaku dari pendekatan seperti berikut ini. Pendekatan pertama
seorang individu. Dalam ini individu akan menyadari adalah pendekatan tricomponent. Pendekatan
batas kemampuan yang ia miliki untuk dapat ber- tricomponent memandang sikap sebagai kombinasi
kontribusi bagi masyarakat sekitarnya, selain itu indi- reaksi afektif, perilaku, dan kognitif terhadap suatu
vidu akan berusaha bersikap untuk menaikan nilai diri objek yang mengorganisasikan sikap individu.
ditengah lingkungan social yang berada disekitarnya. Pendekatan kedua merupakan bentuk ketidakpuasan
Menurut Markus dan Kitayama (dalam Priza, 2005) terhadap pendekatan tricomponent. Pendekatan ini
pada dasarnya self construal memiliki dua dimensi memandang konsep sikap hanya pada aspek afektif
yaitu independent self construal dan interindependent saja. Pendekatan kedua mendefinisikan sikap sebagai
self construal. Independent self construal ditandai afek atau penilaian tentang positif dan negatif
dengan sifat stabil, unik, dan berbeda dari yang lain. terhadap suatu objek (Azwar, 2002).
Konsep diri seperti ini membutuhkan perasaan terin-
dividuasi dari orang lain dan hasrat untuk 2.3 Daerah Aliran Sungai
menemukan keunikan dalam diri yang berbeda dari Menurut Kartodihardjo et al. (2004), definisi DAS
orang lain, sedangkan interdependent self construal dari sudut pandang institusi bukan menunjuk pada
ditandai dengan individu yang memandang dirinya hak-hak terhadap sumber daya di dalam DAS, batas
tidak terpisah dari konteks sosial. yurisdiksi pihak-pihak yang berada dalam DAS
Dalam hal ini individu merasa mereka merupakan ba- maupun bentuk-bentuk aturan perwakilan yang
gian dari sebuah kelompok sosial yang hidup diperlukan dalam pengambilan keputusan seputar
berdampingan dan saling membutuhkan. Self con- cara-cara yang digunakan (teknologi), melainkan
strual masyarakat juga sangat penting untuk mem- bagaimana para pihak mempunyai kapasitas dan
prediksi sikap peduli terhadap lingkungan. kemampuan untuk mewujudkan aturan main diantara
Berdasarkan rangkaian permasalahan yang diuraikan mereka, termasuk kesepakatan dalam penggunaan
diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian teknologi itu sendiri, sehingga masing-masing pihak
dengan judul “self construal masyarakat daerah aliran mempunyai kepastian hubungan yang sejalan dengan
sungai karang mumus dalam memprediksi sikap tujuan yang telah ditetapkan.
kepedulian akan lingkungan”.
2.4 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian diatas maka dapat diambil
2 TINJAUAN PUSTAKA beberapa pertanyaan dapat diambil dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut,
2.1 Self Construal 1. Bagaimana seharusnya masyarakat berperan dalam
Self Construal adalah cara orang memandang diri menjaga lingkungan?
mereka dalam relasi dengan orang lain. Cara pandang
3
Psikostudia: Jurnal Psikologi Vol 7, No 2, Desember 2018, hlm. 1-11 ISSN: 2302-2582
2. Adakah upaya pemerintah dalam mengatasi pence- sampel dalam penelitian konvensional (kuantitatif).
maran lingkungan dan bagaimana upaya tersebut di Penentuan sampel tidak didasarkan perhitungan
lakukan? statistik. Sampel yang dipilih berfungsi untuk
3. Bagaimana anda memaknai diri anda sebagai orang mendapatkan informasi yang maksimum, bukan un-
yang memiliki sikap peduli lingkungan? tuk digeneralisasikan.
4. Bagaimana penerapan sikap peduli lingkungan Poerwandari (2011) juga mengatakan bahwa dengan
sungai terhadap keluarga anda? fokus penelitian kualitatif pada kedalaman dan
5. Menurut anda faktor-faktor apa saja yang dapat proses, maka penelitian kualitatif cenderung dil-
merusak lingkungan? akukan dengan jumlah kasus sedikit. Prosedur pem-
6. Bagaimana kondisi lingkungan sungai karang mu- ilihan subjek penelitian dalam penelitian kualitatif
mus pada zaman dulu dengan sekarang?
pada umumnya mengikuti beberapa kaidah, antara
lain:
a. Diarahkan tidak pada jumlah sampel yang besar,
3 METODE PENELITIAN
melainkan pada kasus-kasus tipikal sesuai kekhu-
3.1 Jenis Penelitian susan masalah penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan b. Tidak ditentukan secara kaku sejak awal, tetapi
metode fenomenologi. Menurut Craswell (2014) dapat berubah baik dalam jumlah, maupun karakter-
penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk istik sampelnya, sesuai dengan pemahaman konsep-
mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh tual yang berkembang dalam penelitian
sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap c. Tidak diarahkan pada keterwakilan melainkan pada
berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Proses kecocokan konteks
penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-upaya pent- Berdasarkan penjelasan diatas, maka penentuan
ing, seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan subjek penelitian dalam penelitian ini digunakan un-
prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang spe- tuk memperoleh informasi yang dibutuhkan secara
sifik dari para partisipan, menganalisa data secara in- jelas dan mendalam. Penentuan subjek penelitian atau
duktif mulai dari tema-tema yang khusus ke tema- responden dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
tema yang umum dan menafsirkan makna data. purposive sampling. Purposive sampling merupakan
Pendekatan kualitatif diharapkan mampu teknik pengambilan sample yang berdasarkan atas
menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan, suatu pertimbangan tertentu seperti sifat-sifat popu-
tulisan dan atau perilaku yang dapat diamati dari lasi ataupun ciri-ciri yang sudah diketahui sebe-
suatu individu, kelompok, masyarakat dan atau or- lumnya (Notoatmodjo, 2010). Sehingga, dalam
ganisasi tertentu dalam suatu setting konteks tertentu penelitian ini jumlah keseluruhan subjek dan in-
yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, kompre- forman sebanyak 10 orang yang secara rinci tercan-
hensif dan holistic Menurut Notoatmodjo (2010) tum dalam tabel 1.
cross sectional adalah suatu penelitian untuk Tabel 1. Jumlah Keseluruhan Subjek dan Informan
mempelajari suatu dinamka korelasi antar faktor- Penelitian
faktor resiko dengan efek, dan dengan suatu pendeka- No Subjek dan Informan Penelitian Jumlah
1 Subjek (Kode: RR) 1 Orang
tan, observasi ataupun dengan pengumpulan data 2 (Kode: HA) 1 Orang
pada suatu saat tertentu (point time approach). Pen- 3 (Kode: DB) 1 Orang
dapat lain mengatakan bahwa cross sectional adalah 4 Informan (Kode: CA) 1 Orang
pendekatan yang sifatnya sesaat atau pada suatu 1 (Kode: TR) 1 Orang
waktu saja dan tidak diketahui dalam kurun waktu 2 (Kode: SH) 1 Orang
3 (Kode: IK) 1 Orang
tertentu. Total 7 Orang
3.2 Lokasi dan Subjek Penelitian Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini
Lokasi penelitian dilakukan di tempat yang sama beru- adalah purposive sampling yaitu teknik pengambilan
lang kali. Penelitian ini mengambil lokasi di kawasan
sampel yang berdasarkan atas suatu pertimbangan
tempat tinggal masyarakat yang berada di daerah aliran
tertentu seperti sifat-sifat populasi ataupun ciri-ciri
sungai Karang Mumus.
yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo,
Sebagaimana dijelaskan oleh Arikunto (2007) subjek
2010).
penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti
Secara khusus, subjek yang terlibat dalam penelitian
oleh peneliti. Sugiyono (2017) mengemukakan
ini memiliki ciri-ciri sebagai berkut:
bahwa: penentuan sampel dalam penelitian kualitatif
1. Mengetahui tentang permasalahan di Sungai Ka-
(naturalistik) sangat berbeda dengan penentuan
rang Mumus
4
Psikostudia: Jurnal Psikologi Vol 7, No 2, Desember 2018, hlm. 1-11 ISSN: 2302-2582
2. Tinggal dan menetap di Daerah Aliran Sungai Ma- 2. Pernah turut serta membersihkan Sungai Karang
hakam Mumus
3. Berusia sekitar 25-60 tahun 3. Tidak memiliki gangguan komunikasi (untuk
4. Tidak memiliki gangguan komunikasi (untuk kepentingan wawancara)
kepentingan wawancara) 4. Bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian
5. Bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian secara utuh.
secara utuh Guna kepentingan kerahasiaan identitas subjek dan
Informan yang memiliki hubungan dengan Subjek informan penelitian, selanjutnya nama dan tempat
yang terlibat dalam penelitian ini memiliki ciri-ciri tinggal yang digunakan bukan yang
sebagai berikut: sebenarnya/disamarkan. Secara demografis mengenai
1. Mengenal dekat dengan subjek penelitian subjek dan informan penelitian dapat dilihat dalam
tabel 3 dan 4.
Tabel 2. Gambaran Demografis Subjek Penelitian
Keterangan RR HA DB CA
Usia 36 60 25 40 tahun
Agama Islam Islam Islam Islam
Pendidikan terakhir SMA SMP SMA SMA
Status Menikah Menikah Belum Nikah Menikah
Tempat Tinggal Samarinda Samarinda Samarinda Samarinda
cara yang benar dalam melakukan wawancara, dian- lebih jelas tentang hasil observasi, wawancara, dan
taranya adalah sebagai berikut. dokumentasi.
a. Pewawancara hendaknya menghindari kata yang 3.4.2 Penyajian Data
memiliki arti ganda, taksa, atau pun yang bersifat
ambiguitas. Sekumpulan informasi tersusun memberi kemung-
b. Pewawancara menghindari pertanyaan panjang kinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
yang mengandung banyak pertanyaan khusus. Per- tindakan. Dalam penelitian kualitatif penyajian data
tanyaan yang panjang hendaknya dipecah menjadi dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, tabel,
beberapa pertanyaan baru. grafik, pictogram, dan sejenisnya. Melaui penyajian
c. Pewawancara hendaknya mengajukan pertan- data tersebut, maka data terorganisasikan sehingga
yaan yang konkrit dengan acuan waktu dan tem- akan semakin mudah dipahami.
pat yang jelas. 3.4.3 Kesimpulan atau Verifikasi
d. Pewawancara seyogyanya mengajukan pertanyaan Peneliti membuat kesimpulan berdasarkan data yang
dalam rangka pengalaman konkrit si responden. telah diproses melalui reduksi dan display data.
e. Pewawancara sebaiknya menyebutkan semua al- Penarikan kesimpulan yang dikemukakan bersifat se-
ternatif yang ada atau sama sekali tidak menyebut- mentara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti
kan alternatif. yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan
f. Dalam wawancara mengenai hal yang dapat mem- data berikutnya. Namun apabila kesimpulan yang
buat responden marah, malu atau canggung, dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-
gunakan kata atau kalimat yang dapat mem- bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali
perhalus. ke lapangan mengumpulkan data maka kesimpulan
3.3.3 Dokumentasi yang di kemukakan merupakan kesimpulan yang
Metode dokumentasi, yakni peneliti memamfaatkan kredibel.
sumber-sumber berupa catatan dan dokumen (non-
human resources), sumber-sumber kepustakaan 3.5 Teknik Keabsahan Data
berupa buku teks, jurnal, makalah, dokumen negara Keabsahan data dalam sebuah penelitian kualitatif
seperti UUD. Arsip/dokumen Pemerintah daerah dan sangat penting. Melalui keabsahan data kredibilitas
lain-lain. Catatan dan dokumen ini dapat dimamfaat- (kepercayaan) penelitian kualitatif dapat tercapai. Yin
kan sebagai saksi dari kejadian-kejadian tertentu atau (2014) mengajukan empat kriteria keabsahan data
sebagai bentuk pertanggungjawaban untuk keperluan yang diperlukan dalam suatu penelitian pendekatan
penelitian, peneliti mengumpulkan catatan dan doku- kualitatif. Empat hal tersebut adalah sebagai berikut:
men yang dipandang perlu untuk membantu analisis. 3.5.1 Keabsahan Konstruk
Keabsahan bentuk batasan berkaitan dengan suatu
3.4 Teknik Analisis Data kepastian bahwa yang berukur benar- benar merupa-
Creswell (2010) mengatakan analisis data secara kan variabel yang ingin diukur. Keabsahan ini juga
keseluruhan melibatkan usaha memaknai data yang dapat dicapai dengan proses pengumpulan data yang
berupa teks atau gambar. Pada dasarnya proses ana- tepat. Salah satu caranya adalah dengan proses trian-
lisis data dimulai dengan menelaah seluruh data dari gulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang
berbagai sumber data. Peneliti membuat langkah- memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk
langkah pengolahan data dengan membuat kategori- keperluan pengecekan atau sebagai pembanding ter-
kategori atas informasi yang diperoleh (open coding), hadap data itu.
memilih salah satu kategori dan menempatkannya da- Menurut Sugiyono (2017), terdapat tiga jenis triangu-
lam satu model teoritis (axial coding), lalu merangkai lasi, yakni:
sebuah cerita dari hubungan antar kategori (selective a. Triangulasi Sumber
coding). Adapun langkah-langkah analisis data Triangulasi sumber untuk mengkaji kredibilitas
menurut Miles dan Huberman (2009), yaitu sebagai data dilakukan dengan cara mengecek data yang
berikut: telah diperoleh melalui beberapa sumber.
3.4.1 Reduksi Data b. Triangulasi Teknik
Sebagai suatu proses pemilihan, pemusatan, per- Triangulasi teknik untuk mengkaji kredibilitas
hatian, penyederhanaan, pengabstrakan, dan transfor- data dilakukan dengan cara mengecek data sumber
masi data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang sama dengan teknik yang berbeda. Misal data
lapangan, sehingga data itu memberi gambaran yang diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan
observasi dan dokumentasi.
6
Psikostudia: Jurnal Psikologi Vol 7, No 2, Desember 2018, hlm. 1-11 ISSN: 2302-2582
7
Psikostudia: Jurnal Psikologi Vol 7, No 2, Desember 2018, hlm. 1-11 ISSN: 2302-2582
8
Psikostudia: Jurnal Psikologi Vol 7, No 2, Desember 2018, hlm. 1-11 ISSN: 2302-2582
lebat dan air pasang besar. Sampah yang menumpuk 1. Masyarakat yang tinggal di pinggir Sungai Karang
di sungai, menjadikan sungai semakin dangkal, se- Mumus umumnya tingkat perekonomiannya ren-
hingga daya tampung sungai terhadap volume air dah, dan tinggal dirumah-rumah sederhana.
yang besar (hujan lebat dan air pasang besar). 2. Masyarakat yang tinggal di pinggir Sungai karang
Persamaan keempat subjek dalam penelitian ini ada- Mumus tidak mengelola sampahnya dengan baik
lah masyarakat yang telah lama tinggal di daerah ali- melainkan dengan membuangnya langsung ke
ran Sungai Karang Mumus dan sama-sama masih Sungai Karang Mumus, mereka mengetahui
menetap di daerah tersebut hingga sekarang, menge- bahwa sampah yang dibuang ke sungai dapat ber-
tahui keadaan dan kondisi yang ada di Sungai Karang pengaruh terhadap kualitas air sungai namun
Mumus. Dalam wawancara juga subjek menjelaskan membuang sampah ke sungai sudah menjadi ke-
bagaimana perubahan yang terjadi pada Sungai Ka- biasaan bagi masyarakat yang tinggal di pinggir
rang Mumus. sungai sehingga susah untuk mehilangkan sesuatu
Menurut para subjek dan masyarakat setempat kon- yang sudah menjadi kebiasaan terutama dalam
disi Sungai Karang Mumus amat jauh berbeda dari membuang sampah yang bukan pada tempatnya.
beberapa tahun yang lalu. Menurut subjek RR, HA 3. Penggunaan Jamban/WC oleh masyarakat yang
dan CA sejak tahun 1985 Sungai Karang Mumus mu- tinggal di pinggir Sungai Karang Mumus langsung
lai mengalami kerusakan seperti kondisi air sungai yang berada diatas sungai atau pembuangannya ke
yang mulai keruh, padahal sebelumnya sungai ini sungai walaupun jamban/wc yang digunakan be-
kondisinya amat baik dan airnya pun jernih. Hal ini rada dirumah.
disebabkan karena salah satunya yaitu keberadaan 4. Masyarakat mengetahui dampak yang ditimbulkan
bangunan pasar segiri yang berada tepat di dekat dari pembuangan tinja cair yang dibuang ke sungai
Sungai Karang Mumus, aktivitas di pasar seperti yaitu dapat menimbulkan bau yang tidak sedap,
membuang sampah sayur-sayuran serta hewan seperti dari segi kualitas air pun akan terganggu namun
ayam dan ikan membuat kondisi sungai semakin bu- mereka tidak mengindahkan dan tetap membuang
ruk. Selain itu menurut hasil pengamatan dilapangan kotoran dan tinja cair ke sungai. Hal ini berdampak
masyarakat juga banyak yangmembuang sampahnya terhadap kesehatan masyarakat, diantaranya
langsung ke Sungai Karang Mumus terlebih lagi terserang penyakit seperti gatal-gatal, diare dan ty-
mereka juga memelihara hewan ternak seperti ayam fus.
tepat berada dipinggiran Sungai Karang Mumus. 5. Sanitasi masyarakat yang tinggal di pinggir Sungai
Sebenarnya di daerah tersebut terdapat tempat pem- Karang Mumus masih belum di kelola dengan baik
buangan sampah umum tetapi bukan milik kondisi air Sungai Karang Mumus kotor dan terce-
pemerintah sehingga mereka yang membuang sam- mar, namun masyarakat di pinggir Sungai Karang
pah di tempat tersebut harus membayar 10.000 setiap Mumus sebagian besar menggunakan air Sungai
bulannya. Jika masyarakat terus menerus Karang Mumus untuk mandi, cuci, kakus (MCK)
menggunakan air sungai tersebut untuk keperluan dan mengkonsumsi air Sungai Karang Mumus un-
sehari-hari dikhawatirkan dalam jangka panjang tuk masak dan minum.
dapat menyebabkan berbagai macam penyakit yang
5.2 Saran
cukup berbahaya bagi kesehatan masyarakat.
Berdasarkan hasil pengakuan keempat subjek maka Berdasarkan dalam penelitian ini, maka saran yang
diketahui ada perbedaan dalam menyikapi kepedulian dapat diberikan adalah:
lingkungan yang berdasar pada makna diri yang ada 1. Sebaiknya masyarakat yang berada di sekitar
pada diri masing-masing subjek. Faktor terpenting Sungai Karang Mumus tidak menggunakan air
bagaimana penanaman makna diri subjek yang telah Sungai tersebut untuk keperluan mandi, mencuci,
didapat pada lingkungan, keluarga dan masyrakat kakus (MCK) dan juga untuk memasak.
sekitarnya. 2. Diharapakan agar pengelola pasar maupun para
pedagang pasar untuk tidak lagi membuang sam-
pah maupun limbah ke sungai untuk menjaga ling-
5 PENUTUP kungan sungai agar tetap bersih dan bebas dari
5.1 Kesimpulan sampah. Kesadaran ini tentunya didukung oleh
masyarakat setempat yang juga tinggal di ping-
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka giran sungai untuk tidak membuang sampah ke
dapat disimpulkan bahwa: sungai.
3. Diperlukan kesadaran dari masyarakat yang ting-
gal di pinggir sungai untuk tidak lagi
10
Psikostudia: Jurnal Psikologi Vol 7, No 2, Desember 2018, hlm. 1-11 ISSN: 2302-2582
menggunakan air Sungai Karang Mumus karena Here, S. V., & Priyanto, P. H. 2014. Subjective well-
air itu sudah tidak layak digunakan, dari segi kuali- bing pada remaja ditinjau dari kesadaran ling-
tas airnya telah mengalami penurunan dikarenakan kungan. Psikodimensia, 13(1), 10–21.
banyaknya sampah maupun karena limbah yang Iskandar. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan
dibuang masyarakat setempat dan sebagai alter- dan Sosial. Jakarta: Referensi
natif hendaknya pemerintah menyediakan sarana Kartodihardjo H, MurtilaksonoK & Sudadi U. 2004.
air bersih dan membangun sarana MCK (mandi, Institusi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai:
cuci, kakus) yang sehat agar dapat digunakan oleh Konsep dan Pengantar Analisis Kebijakan. Bo-
masyarakat yang tinggal di pinggir Sungai Karang gor: Fakultas Kehutanan IPB.
Mumus. Manan S. 1976. Silvikultur. Bogor: Fakultas Kehu-
4. Untuk pemerintah hendaknya segera menyediakan tanan IPB.
tempat untuk relokasi masyarakat yang bermukim Markus, H.R., & Kitayama, Y. 1991. Culture and the
di pinggir sungai agar segera dipindahkan untuk self: Implicationscognition, Emotion, and Moti-
menjaga lingkungan sungai agar tidak begitu rusak vation. Psychological Review, 98, 224-250.
karena sebagian besar masyarakat yang bermukim Masruri, Siasah, Muhsinatun. 2002. Pendidikan
di pinggir Sungai Karang Mumus bersedia untuk Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Yogya-
di relokasi. karta: Universitas Negeri Yogyakarta.
5. Diperlukan kesadaran dari berbagai pihak baik itu Mursi, S. M. 2001. Seni Mendidik Anak. Jakarta: Ar-
pemerintah maupun masyarakat setempat untuk royan.
sama-sama menjaga kebersihan lingkungan sungai Narwanti, Sri. 2011. Pendidikan Karakter Penginte-
Karang Mumus. grasian 18 Nilai Dalam Mata Pelajaran. Yogya-
karta: Familia.
Priza, 2005. Pola hubungan variabilitas Budaya, so-
6 DAFTAR PUSTAKA sialisasi individual, ldentitas Budaya dan peru-
Agung, Iskandar. 2012. Panduan Penelitian Tinda- bahan generasi dengan self construal individu
kan Kelas bagi Guru. Jakarta: Bestari Buana (Kasus Mahasiswa dari cohort Human Capital
Murni. Generation pada konteks generasi budaya kolek-
Azwar, Saifuddin. 2002. Sikap Manusia, Teori dan tivis). Tesis. Universitas Indonesia
Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Salim, Emil, 1986, Pembangunan Berwawasan Ling-
Brewer, M. B., & Gardner, W. 1996. Who is this kungan. Jakarta: LP3ES,
"we"? Levels of collective identity and self rep- Samani, Muchlas, Hariyanto. 2012. Pendidikan
resentations. Journal of Personality and Social karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Psychology, 71, 83-93. Sue, Bowler. 2003. Bumi yang Gelisah. Jakarta: Er-
Depdikbud, 1989. Sistem Pendidikan Nasional UU langga
RI no.2 tahun 1989. Jakarta: Armas Duta Jaya. Tim penyusun kamus pusat bahasa. 2002. Kamus
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Kon- BesarBahasa Indonesia, Edisi ke-3, Cetakan ke-
servasi Alam, Departemen Kehutanan. 2008. In- 2. Jakarta: Balai Pustaka.
formation of Conservation Areas in Indonesia. ______ 2006. Peraturan Menteri Kehutanan No.
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan P.56/Menhut-II/2006 tentang Pedoman Zonasi
Konservasi Alam, Departemen Kehutanan. Ja- Taman Nasional. Jakarta: Departemen Kehu-
karta. tanan.
11