Kesultanan Rokan IV Koto atau Kerajaan Rokan ialah kerajaan yang berada di sekitar
Batang Rokan Kiri. Kerajaan Rokan IV Koto menguasai wilayah yang kini mencakup 3
kecamatan di Kabupaten Rokan Hulu, Riau (Rokan IV Koto, Pendalian IV Koto, dan Ujung
Batu). Kerajaan ini didirikan pada 1340 oleh Sutan Seri Alam dari Koto Banio Tinggi.
Status
vasal Pagaruyung (1603-1805), Hindia Belanda (1902-1942), dan Jepang (1942-1945);
interregnum Padri (1805-1817)
Ibu kota
Rokan
Bahasa resmi
Melayu Tinggi, Minangkabau
Agama
Islam
Pemerintahan
Monarki
Sejarah
• Didirikan
1340
• Bergabung ke Indonesia
1945
Digantikan oleh
Indonesia
KERAJAAN RAMBAH
• Didirikan
1700
• Bergabung ke Indonesia
1945
KERAJAAN PEKANTUA KAMPAR
Kerajaan Pekantua Kampar adalah kerajaan yang ke-2 dalam sejarah kesultanan
Pelalawan. Terletak di Sumatera, Kab. Pelalawan, Prov. Riau. Berdiri 1505-1675.
The kingdom of Pekantua Kampar was the second kingdom in the history of the Sultanate
of Pelalawan. Located on Sumatera, Kab. Pelalawan, Prov. Riau. Existed 1505-1675.Sejarah
kerajaan Pekantua Kampar
Setelah mengalahkan Pekantua, Sultan Mansyur Syah kemudian mengangkat Munawar
Syah sebagai Raja Pekantua, yang berkuasa pada tahun 1505-1511. Pada upacara penabalan raja,
nama Kerajaan Pekantua diubah menjadi Kerajaan Pekantua Kampar.
Sejak saat itulah Islam berkembang di Kerajaan Pekantua Kampar. Setelah mangkat,
Sultan Munawar Syah diganti putranya, Raja Abdullah (1511-1515). Pada masa yang hampir
bersamaan, di Malaka Sultan Mansyur Syah mangkat, dan secara berurutan digantikan oleh
Sultan Alauddin Riayat Syah I, kemudian Sultan Mahmud Syah I. Sekitar tahun 1511, Malaka
diserang Portugis. Hal ini menyebabkan Sultan Mahmud Syah I menyingkir ke Muar, lalu ke
Bintan. Pada tahun 1526, Sultan Mahmud Syah I sampai di Kerajaan Pekantua Kampar.
Tertangkapnya Raja Abdullah saat membantu Malaka melawan Portugis, menyebabkan
beliau diasingkan ke Gowa. Hal ini menyebabkan terjadinya kekosongan kekuasaan di Pekantua
Kampar. Sultan Mahmud Syah I yang tiba di Pekantua Kampar pada tahun 1526 langsung
dinobatkan menjadi Raja Pekantua Kampar (1526-1528). Setelah mangkat, ia digantikan oleh
putranya hasil pernikahan dengan Tun Fatimah, yang bernama Raja Ali, bergelar Sultan
Alauddin Riayat Syah II (1528-1530).
Tak lama kemudian, Sultan Alauddin Riayat Syah II meninggalkan Pekantua Kampar
menuju Tanah Semenanjung dan mendirikan negeri Kuala Johor. Sebelum meninggalkan
Pekanbatu (ibu kota Pekantua Kampar), beliau menunjuk dan mengangkat Mangkubumi
Pekantua Kampar, bernama Tun Perkasa (1530-1551) bergelar Raja Muda Tun Perkasa. Setelah
itu, ia digantikan oleh Tun Hitam (1551-1575) dan kemudian Tun Megat (1575-1590).
Saat dipimpin Sultan Abdul Jalil Syah (cucu Sultan Alauddin Riayat Syah II, Raja
Pekantua Kampar), Kerajaan Johor berkembang pesat. Tun Megat merasa sudah seharusnya
mengirim utusan ke Johor untuk meminta salah seorang keturunan Sultan Alauddin Riayat Syah
II menjadi Raja Pekantua Kampar.
Setelah mufakat dengan orang-orang Besar Pekantua Kampar, maka dikirim utusan ke
Johor, yang terdiri dari Batin Muncak Rantau (Orang Besar Nilo dan Napuh), Datuk Patih
Jambuano (Orang Besar Delik dan Dayun), dan Raja Bilang Bungsu (Orang Besar Pesisir
Kampar).
Sultan Abdul Jalil Syah mengabulkan permintaan Tun Megat. Ia lalu mengirimkan salah
seorang keluarga dekatnya bernama Raja Abdurrahman untuk menjadi Raja Pekantua Kampar.
Sekitar tahun 1590, Raja Abdurrahman dinobatkan menjadi Raja Pekantua Kampar bergelar
Maharaja Dinda (1590-1630). Tun Megat yang sebelumnya berkedudukan sebagai Raja Muda,
oleh Raja Abdurrahman dikukuhkan menjadi Mangkubumi, mewarisi jabatan kakeknya, Tun
Perkasa.
Setelah mangkat, Maharaja Dinda secara berturut-turut digantikan oleh Maharaja Lela I,
bergelar Maharaja Lela Utama (1630-1650), Maharaja Lela Bangsawan (1650-1675), dan
kemudian Maharaja Lela Utama (1675-1686).