Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PARADIGMA PEMEKARAN PROVINSI LAMPUNG

DISUSUN OLEH :

NAMA : RAHMAWATI
NIM : 091901018
KELAS : A ( 303 )
SEMESTER : 2 ( DUA )

DOSEN PENGAMPU : ASTARI RAHIM

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON

BAUBAU

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatakan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berisikan
tentang “Paradigma Pemekaran Provinsi Lampung” tepat pada waktunya.
Sholawat dan salam kami haturkan kepada baginda Rasulullah Muhammad
SAW, yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman ilmu pengetahuan
yang menjadikan manusia cerdas dan berwawasan luas.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan karena


keterbatasan ilmu yang kami miliki. Namun berkat usaha dan bantuan dari beberapa
pihak, makalah ini dapat terselesaikan meski masih banyak terdapat kekurangan.

Ucapan terima kasih kami kepada dosen pembimbing Astari Rahim yang telah
memberikan motivasi dan dorongan sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik.

Harapan kami adalah semoga kritik dan saran dari pembaca tetap tersalurkan
kepada kami dan semoga makalah ini bermanfaat. Amiiin

Baubau, 4 April 2020

RAHMAWATI

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar belakang ................................................................................................ 3


B. Rumusan masalah ........................................................................................... 5
C Tujuan .............................................................................................................. 5
D. Manfaat .......................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 6

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 6


B. Analisis Pemekaran Opini dan Aspirasi Masyarakat Lampung Tengah ........ 10
C. Dampak Pemekaran terhadap Kabupaten (Induk) Lampung Tengah ............ 16
D. Tanggapan Penulis Tentang Pemekaran di Daerah Lampung ...................... 18

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 19

A. Kesimpulan .................................................................................................... 19
B. Saran ............................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Peta merupakan gambaran penyederhanaan dari permukaan bumi yang dituangkan


melalui bidang datar dengan skala tertentu serta dilengkapi dengan simbol-simbol atau
keterangan. Peta sendiri memiliki beberapa fungsi diantaranya untuk menyajikan data suatu
wilayah. Dengan salah satu fungsi peta tersebut sebagai penyaji data, bukan hal yang tidak
mungkin bahwa peta dapat dijadikan suatu acuan atau sumber informasi yang variatif sesuai
dengan tema dan kebutuhan yang terdapat dalam peta tersebut. Dari peta tersebut kita dapat
mengetahui secara sistematis informasi atau lokasi suatu tempat dipermukaan bumi sesuai
dengan apa yang kita butuhkan.

Pada zaman sekarang ini, kebutuhan akan informasi berupa peta semakin dirasakan
dalam berbagai bidang. Banyak hal yang dapat diinformasikan oleh peta maka dari itu peta
tidak sekedar merupakan suatu komoditas informasi visual yang sangat penting, tetapi juga
dapat digunakan sebagai dasar perencanaan pembangunan, pengambilan keputusan dan lain-
lain. Misalkan saja dalam dunia kesehatan salah satu contohnya peta dapat dimanfaatkan
untuk memetakan sebaran penyakit guna memprioritaskan wilayah mana dulu yang
membutuhkan pelayanan kesehatan tersebut, dari hal tersebut diharapakan dapat
meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan
yang maksimal, karena peta dapat digunakan sebagai salah satu sumber informasi untuk
mempermudah masyarakat dalam mengakses fasilitas kesehatan tersebut. Seperti yang telah
dijelaskan dalam Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, pasal 17 yang
menyebutkan bahwa: ”Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan akses terhadap
informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya”

1
Dalam rangka mendorong pembangunan manusia secara menyeluruh, Kementrian
kesehatan juga menyelenggarakan program Indonesia sehat sebagai upaya mewujudkan
masyarakat Indonesia yang berprilaku sehat, hidup dalam lingkungan sehat, serta mampu
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu untuk mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya. Program Indonesia sehat sendiri terdiri atas paradigma sehat, penguatan
pelayanan kesehatan primer dan jaminan kesehatan nasional. Kementrian kesehatan akan
melakukan penguatan pelayanan kesehatan untuk tahun 2015-2019 penguatan dilakukan
meliputi Kesiapan 6.000 puskesmas di 6 regional dan terbentuknya 14 rumah sakit rujukan
nasional, serta terbentuknya 184 rumah sakit rujukan regional.

Pada kenyataanya berdasarkan peraturan pemerintah yang tercantum dalam


Undangundang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, pasal 17 seperti yang telah
dijelaskan, hal tersebut tidak sesuai dengan apa yang ada di lapangan, penyelenggaraan
kesehatan di beberapa daerah di Indonesia tidak diimbangi dengan informasi mengenai
prasarana kesehatan tersebut, khususnya daerah yang terletak di luar kota. Kurangnya
informasi mengenai prasarana kesehatan ini adalah salah satu masalah dalam memajukan
kesehatan nasional sesuai dengan program Kementrian Kesehatan tentang Indonesia Sehat.
Sebagai contoh wilayah Kota Bandar Lampung. Kota Bandar Lampung sendiri adalah
wilayah kota yang berada di Provinsi Lampung yang terletak antara 50º20’50º30’ LS dan
105º28’-105º37 ’ BT dengan luas wilayah 192.96 km2. Kota Bandar Lampung memiliki luas
wilayah 197,22 km² yang terbagi ke dalam 20 Kecamatan dan 98 Kelurahan dengan populasi
penduduk 879.651 jiwa (berdasarkan sensus 2010), kepadatan penduduk sekitar 8.142
jiwa/km².

2
A. Latar Belakang

Provinsi Lampung merupakan provinsi yang berada di ujung selatan Pulau Sumatera
dan merupakan gerbang utama jalur transportasi dari dan ke Pulau Jawa. Dengan posisi yang
srategis tersebut, maka pembangunan di wilayah Lampung mempunyai potensi dan peluang
yang besar, dengan tantangan dan permasalahan yang lebih komplek dibandingkan daerah lain.
Pengembangan dan pemanfaatan potensi dan peluang serta penanganan tantangan dan
permasalahan pembangunan memerlukan perencanaan pembangunan yang terarah, terpadu,
menyeluruh, sinergis, dan harmonis antar sektor, antar waktu, antar wilayah, dan antar level
pemerintahan.

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan


Nasional adalah landasan hukum di bidang perencanaan pembangunan baik oleh Pemerintah
Pusat maupun Pemerintah Daerah. Undang-undang ini merupakan satu kesatuan tata cara
perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan jangka panjang, jangka
menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggaraan pemerintahan di pusat
dan daerah dengan melibatkan masyarakat.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang


Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara
Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah
mengamanatkan bahwa perencanaan daerah dirumuskan secara transparan, responsif, efisien,
efektif, akuntabel, partisipatif, terukur, berkeadilan, dan berwawasan lingkungan. Adapun
perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan kegiatan yang
melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan di dalamnya, guna pemanfaatan dan
pengalokasian sumberdaya yang ada, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam
suatu lingkungan wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu.

3
Merujuk kepada peraturan di atas, maka Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Provinsi Lampung Tahun 2015-2019 merupakan penjabaran dari agenda-
agenda pembangunan yang ditawarkan Kepala Daerah pada saat kampanye ke dalam rencana
pembangunan jangka menengah. Masa bakti Gubernur/Wakil Gubernur periode 2009-2014
telah berakhir pada tahun 2014 dan selanjutnya Gubernur terpilih Muhammad Ridho Ficardo
dan Wakil Gubernur terpilih Bachtiar Basri yang dilantik pada tanggal 2 Juni 2014 menyusun
dan menyampaikan RPJMD Provinsi Lampung 2015–2019 yang penetapannya paling lambat
6 (enam) bulan setelah pelantikan, sesuai dengan ketentuan Pasal 15 ayat (2) Peraturan
Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana

Pembangunan Daerah. Gubernur dan Wakil Gubernur Lampung Tahun 2015— 2019
telah dilantik pada tanggal 2 Juni 2014, maka periode RPJMD Provinsi Lampung disusun
sesuai dokumen RPJPD Tahun 2005—2025 yaitu tahapan pembangunan lima tahun ketiga
periode 2015—2019. Selain itu mengacu kepada mekanisme perencanaan dan penganggaran
tahunan yang dimulai pada bulan Januari sampai dengan Desember, maka RPJMD Provinsi
Lampung menggunakan periode Tahun 2015—2019.

Penyusunan RPJMD Provinsi Lampung Tahun 2015-2019 dilakukan melalui berbagai


tahapan analisis data dan informasi hasil pembangunan, serta penelaahan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Lampung Tahun 2005–2025.
Penyusunan RPJMD Provinsi Lampung Tahun 2015-2019 menggunakan 5 (lima) pendekatan,
yaitu politik, teknokratik, partisipatif, atas-bawah (top-down), dan bawah-atas (bottom-up).

4
B. Rumusan Masalah

1. Jelaskan Latar Belakang Pemekaran Di Daerah Lampung ?


2. Jelaskan Analisis Opini dan Aspirasi Masyarakat Lampung Tengah terhadap
Pemekaran ?
3. Apa Dampak Pemekaran terhadap Kabupaten (Induk) Lampung Tengah ?

C. Tujuan

1. Dapat Mengetahui Latar Belakang Pemekaran Di Daerah Lampung.


2. Untuk Memahami Analisis Opini dan Aspirasi Masyarakat Lampung Tengah terhadap
Pemekaran.
3. Untuk Mengetahui Dampak Pemekaran terhadap Kabupaten (Induk) Lampung
Tengah.

D. Manfaat
1. Memberikan Pemahaman Mengenai Latar Belakang Yang Terjadi Di Daerah
Lampung.
2. Dapat Memahami Analisis Opini dan Aspirasi Masyarakat Lampung Tengah terhadap
Pemekaran.
3. Dapat memngetahui Dampak Pemekaran terhadap Kabupaten (Induk) Lampung
Tengah.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Pemekaran Daerah Lampung

Sejak bergulirnya era reformasi 1998, bangsa Indonesia menaruh harapan besar
terhadap perubahan-perubahan sistem bernegara. Dalam konteks sistem ketatanegaraan
Indonesia, euforia reformasi juga ditandai dengan gelombang otonomi daerah secara besar-
besaran. Lahirnya Undang-Undang Pemerintahan Daerah pada kondisi tersebut merupakan
salah satu upaya pemerintah “mendinginkan” euforia reformasi dan di lain pihak untuk
menjaga keutuhan NKRI. Maka tidak salah jika “nada” Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah memberikan kebebasan yang nyata dan seluas-luasnya
bagi daerah untuk menyelenggarakan pemerintahannya sendiri (otonomi) demi
kesejahteraan daerah. Prinsip kebebasan, demokrasi, dan partisipasi publik juga sangat
menonjol dalam produk hukum tersebut.
Era otonomi daerah juga menjadi penanda bergesernya paradigma sentralisasi yang
dianut Orde Baru, menjadi paradigma desentralisasi yang termuat dalam Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah. Fenomena pemekaran daerah atau pembentukan daerah otonom baru (DOB),
kemudian menjadi konsekuensi logis dari penerapan kebijakan desentralisasi politik. Dalam
konteks politik pasca reformasi, desentralisasi memang lebih dimaknai sebagai kebebasan
daerah untuk melakukan pemekaran daerah atau pembentukan daerah otonom baru, baik
provinsi, kabupaten/kota, kecamatan maupun desa/kelurahan.

Dalam konteks negara hukum modern (welfare staat), setiap kebijakan pemerintah,
termasuk pemekaran daerah harus berimplikasi pada kepentingan umum, yakni memberikan
kontribusi positif bagi peningkatan kualitas pelayanan publik yang merata dan terjangkau
bagi semua kelompok masyarakat. Ketentuan tersebut sebenarnya secara yuridis telah
termuat dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang secara teknis diatur dalam PP
Nomor 78 Tahun 2007 sebagai acuan mewujudkan tujuan pemekaran daerah, yakni
meningkatkan kesejahteraan rakyat, pelayanan yang lebih baik, peningkatan kehidupan
demokratis, pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat, meningkatnya keamanan dan
ketertiban, relasi yang harmonis antar-daerah, serta memperpendek rentang kendali
pemerintahan.

6
Di balik tujuan ideal itu ternyata terselip kepentingan politik dan kekuasaan yang
justru menafikan tujuan pemekaran daerah secara keseluruhan. Telaah atas proses
pemekaran daerah juga harus menilik secara cermat pada konteks lokasi, waktu peristiwa,
serta konstelasi politik saat terjadinya pemekaran, karena tidak dapat dinafikan bahwa
pengaruh politik atas hukum sangat kuat. Hukum dan politik hakikatnya saling
mempengaruhi, sehingga dapat dipahami ketika pemekaran daerah hanya merupakan
rekayasa elite politik, baik lokal maupun pusat, dengan berbagai kepentingan yang
diusungnya, tanpa memperhatikan aspek viability (rasionalitas dan urgensitas), maupun
feasibility (kelayakan).

Menguatnya fenomena pemekaran daerah di era reformasi juga merupakan potret


lemahnya pemerintahan pusat. Lemahnya pemerintahan pusat dipandang dari kepentingan
daerah adalah peluang untuk mengajukan tuntutan (aspirasi) atau melakukan ‘resistensi’
terhadap negara. Karena pemerintah pusat lemah, maka negara lemah pula dalam
menghadapi tekanan-tekanan dari daerah, elite-elite lokal serta mobs (massa bergerak) di
daerah. Mobokrasi inilah yang tampaknya dikhawatirkan pemerintah pusat yang lemah itu
karena berdampak buruk pada stabilitas dan pembangunan citra yang sedang diupayakan.
Kemudian pusat yang tidak berdaya melakukan politik akomodasi atas tuntutantuntutan
daerah, khususnya tuntutan pemekaran.

Jika dibandingkan pengaturan pemekaran daerah pada era Orde Baru yang merujuk
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974, kebijakan pemekaran daerah pasca ditetapkannya
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 mempunyai perbedaan yang signifikan. Kebijakan
pemekaran daerah pada Orde Baru, memang bersifat elitis dan memiliki karakter sentralistis,
yang perencanaan dan implementasi pemekaran lebih merupakan inisiatif pemerintah pusat
(top-down) daripada partisipasi dari bawah (buttom-up). Pemekaran daerah pada periode ini
seringkali menjadi proses yang tertutup dan menjadi arena terbatas di kalangan pemerintah
pusat.
Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang
secara teknis diatur dalam PP Nomor 78 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan,
Penghapusan, dan Penggabungan Daerah justru lebih menekankan pada prosesproses politik.
Ruang bagi daerah untuk mengusulkan pembentukan DOB dibuka lebar. Dengan kebijakan
yang demikian ini, pemekaran daerah lebih didominasi oleh proses politik daripada proses
teknokratis-administratif. Pemekaran daerah kemudian seolah menjadi pilihan utama untuk
mewujudkan aspirasi daerah. Padahal dalam konteks penataan daerah, pemekaran justru
bermakna pemekaran dan penggabungan daerah. Produk hukum ini berdampak pada
maraknya pemekaran daerah yang tidak terbendung di seluruh Indonesia, terutama di luar
Jawa, yang mencapai hampir 95 persen. Untuk pulau Sumatra, termasuk di Provinsi
Lampung, angka kenaikannya mencapai 150% dari tahun 1999-2009.

7
Derasnya gelombang pemekaran ini kemudian juga berdampak pada timbulnya
berbagai problem di daerah yang baru dimekarkan tersebut.

Pemekaran daerah di Provinsi Lampung, selain berlangsung cukup pesat dalam


dasawarsa terakhir juga berimplikasi pada banyak aspek administratif dan kehidupan sosial-
politik. Sejak reformasi, di Provinsi Lampung telah terbentuk 7 (tujuh) daerah otonom baru,
yakni: Kabupaten Lampung Timur yang mekar dari Kabupaten Lampung Tengah; Kota
Metro yang mekar dari Kabupaten Lampung Tengah; Kabupaten Way Kanan yang mekar
dari Kabupaten Lampung Utara; Kabupaten Pesawaran yang mekar dari Kabupaten
Lampung Selatan; Kota Pringsewu yang mekar dari Kabupaten Tanggamus; Kabupaten
Mesuji yang mekar dari Kabupaten Tulang Bawang; dan Kabupaten Tulang Bawang Barat
yang mekar dari Kabupaten Tulang Bawang.

Problem yang hadir dalam proses pemekaran di Lampung juga terkait tujuan awal
pemekaran yang kurang berhasil, yakni mendekatkan akses masyarakat terhadap pelayanan
publik yang baik, meningkatkan partisipasi masyarakat, dan mendorong pertumbuhan
ekonomi daerah setempat (kesejahteraan). Justru daerah-daerah otonom baru kerap
menimbulkan masalah baru, mulai dari tumpang tindih wewenang, proyek sepihak dengan
pengusaha lokal, hingga menjadi ladang baru kolusi dan korupsi. Realitas ini terjadi karena
dalam konteks otonomi daerah, belum diatur batas-batas kewenangan di antara setiap
pemerintah secara jelas. Model kelembagaan daerah otonom baru juga belum disesuaikan
dengan karakteristik daerah. Semua daerah baru dipandang memiliki kapasitas sama
sehingga struktur kelembagaannya diseragamkan.

Terbentuknya Kabupaten Pesawaran berdasarkan UndangUndang Nomor 33 Tahun


2007, diundangkan pada tanggal 10 Agustus 2007 dan diresmikan menjadi kabupaten pada
tanggal 2 November 2007. Sejak saat itu, Pesawaran resmi menjadi Kabupaten ke-11 di
Provinsi Lampung yang wilayahnya meliputi Kecamatan Gedongtataan, Negeri Katon,
Tegineneng, Waylima, Kedondong, Padang Cermin, dan Kecamatan Punduh Pedada,
dengan Ibukota kabupaten di Gedongtataan.

Kemudian sebagai tindak lanjut penetapan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2007,


Menteri Dalam Negeri menerbitkan Pedoman Pelaksanaan Undang-Undang tentang
Pembentukan Kabupaten/Kota melalui Surat Menteri Dalam Negeri Nomor. 135/2051/SJ
tanggal 31 Agustus 2007 dan pada tanggal 2 November 2007 Menteri Dalam Negeri atas
nama Presiden Republik Indonesia, melaksanakan peresmian pembentukan Kabupaten
Pesawaran dengan melantik Drs. H. Haris Fadilah, M.M sebagai Pejabat Bupati Pesawaran
yang pertama dan dilanjutkan dengan penandatanganan prasasti oleh Menteri Dalam Negeri
atas nama Presiden Republik Indonesia.

8
Dalam konteks pemekaran Kabupaten Pesawaran, harapan ideal pemekaran adalah
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memperpendek rentang kendali
pemerintahan. Di satu sisi implementasi, pemekaran ini memang membuahkan hasil yang
positif, karena masyarakat dapat dengan mudah menjangkau pusat pemerintahan dan akses
pelayanan dibanding sebelumnya. Tetapi di sisi lain, pemekaran yang lahir tanpa didasarkan
kondisi objektif Kabupaten Pesawaran berdampak pada timbulnya berbagai persoalan,
termasuk persoalan administratif dan sosiopolitik. Misalnya saja ketika awal dibentuk
melalui UndangUndang Nomor 33 Tahun 2007, kabupaten ini mengalami persoalan tanah
lokasi kantor kabupaten. Padahal secara yuridis ketentuan lokasi kabupaten merupakan
bagian dari kajian daerah yang harus ada sejak diusulkan. Selain itu, Pemilukada Pesawaran
yang dilaksanakan pada 2010 melewati batas ketentuan yang ditetapkan

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2007, yakni 2 tahun lebih lama. Selain itu, sejak
dimekarkan, berbagai kewajiban Kabupaten Lampung Selatan sebagai kabupaten induk dan
Provinsi Lampung sebagaimana yang tertuang dalam ketentuan Pasal 15 dan 16 Undang-
Undang Nomor 33 Tahun 2007 tidak tepat waktu dan cenderung setengah hati. Termasuk di
antaranya penyerahan alokasi dana perimbangan dari kabupaten induk, penyerahan asset,
penyerahan personalia, dan beberapa persoalan lain.

9
B. Analisis Opini dan Aspirasi Masyarakat Lampung Tengah terhadap Pemekaran

Secara formal dan teknis administratif sebagaimana diatur dalam PP Nomor 129
Tahun 2000, Kabupaten Lampung Tengah memenuhi persyaratan untuk dapat dimekarkan.
Meskipun demikian, masyarakat sebagai komunitas yang menetap di daerah perencanaan
perlu diikutsertakan dalam mensikapi rencana pemekaran daerah tersebut. Hal ini
dimaksudkan agar pemekaran daerah Kabupaten Lampung Tengah bukan semata untuk
memenuhi kepentingan elite-elite atau kelompok tertentu tetapi mencerminkan aspirasi
masyarakat secara luas, sehingga mendapatkan legitimasi dan dukungan semua pihak. Tidak
jarang suatu kebijakan pemerintah, khususnya dalam pemekaran daerah menimbulkan pro –
kontra dan konflik yang berkepanjangan di tengah-tengah masyarakat.
Untuk itu, perlu diketahui opini masyarakat terhadap isu-isu krusial sebagai berikut :
(1) Perlukah Pemekaran Daerah Kabupaten Lampung Tengah
(2) Kapan waktu yang paling tepat untuk mempersiapkan Pemekaran Daerah Kabupaten
Lampung Tengah.
(3) Dimana lokasi untuk menempatkan calon ibukota Kabupaten Pemekaran. Hasil penelitian
terhadap 1.293 responden yang terdiri atas tokoh-tokoh masyarakat/adat/agama, pemuda,
kepala kampung, Lembaga Pembedayaan Masyarakat Kampung dan aparatur kecamatan di
dapatkan gambaran secara detail.
Data mengenai karakteristik responden dalam pelaksanaan jajak pendapat melalui
penyeberan kuisioner salah satunya adalah berkenaan dengan mata pencaharian (pekerjaan)
sebagai indikator dalam melihat perlu tidaknya pemekaran daerah. Keseluruhan mata
pencaharian (pekerjaan) yang dimiliki oleh responden akan menunjukkan hubungan sebab
akibat dengan adanya keinginan masyarakat berkenaan dengan pemekaran daerah Kabupaten
Lampung Tengah.

Mayoritas jenis pekerjaan yang dimiliki oleh responden adalah sebagai petani yaitu
sebesar 585 orang (45,2 persen), selanjutnya adalah sebagai wiraswasta sebesar 433 orang
(33,5 persen), posisi ketiga adalah responden yang bekerja pada sektor usaha swasta
(karyawan) sebesar 145 orang (11,2 persen) dan terakhir adalah Pegawai.

10
Banyaknya pekerjaan yang dimiliki oleh responden adalah sebagai petani dan
wiraswasta memberikan gambaran mengapa perlu diadakanya proses pemekaran
daerah Kabupaten Lampung Tengah. Melalui pemekaran yang dilakukan maka beberapa hal
yang diharapkan dapat terwujud adalah sebagai berikut :
1. Adanya pemerataan pembangunan yang selama ini belum sepenuhnya dirasakan oleh
masyarakat dibagian wilayah barat dan timur.
Pembangunan yang telah berjalan belum mampu memberikan kemudahan bagi petani dan
dunia usaha dalam meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan yang lebih baik. Adanya
keterbatasan pembangunan telah mengakibatkan hasil produksi yang dihasilkan oleh
petani dan dunia usaha tidak mampu mendukung percepatan pergerakan ekonomi
wilayah. Prioritas pembangunan yang masih terpusat pada wilayah tengah,
mengakibatkan kecemburuan sosial antar wilayah sehingga yang terjadi wilayah tengah
melaju dengan cepat sedangkan wilayah barat dan timur mengalami perlambatan
pertumbuhan. Potensi wilayah yang selama ini belum mampu teroptimalkan akibat
adanya pembangunan yang tidak merata menjadi salah satu pemicu terjadinya keinginan
dari masyarakat untuk diperlukannya pemekaran daerah dengan harapan pembangunan
yang selama ini belum terwujud dapat dilaksanakan dengan adanya pemekaran wilayah.
Sehingga akan adanya peningkatan taraf hidup dan pergerakan laju perekonomian yang
baik dimasa mendatang.

2. Adanya kemudahan bagi dunia usaha dalam mendapatkan perizinan usaha dengan jarak
tempuh yang semakin pendek antara dunia usaha dengan aparatur pemerintah daerah.
Selama ini jarak tempuh merupakan salah satu kendala bagi dunia usaha karena telah
menyita waktu yang seharusnya dapat dialokasikan kepada sesuatu yang lebih produktif.
Proses dalam pengurusan segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia usaha tidak
selamanya selesai dengan segera. Sarana jalan yang kurang baik ikut memberikan andil
keterhambatan kerja dunia usaha sehingga hasil usaha tidak mampu berproduksi dengan
optimal. Kondisi ini akan berakibat menjadikan produktivitas dunia usaha wilayah barat
dan timur Kabupaten Lampung Tengah akan menjadi tidak memiliki daya saing yang baik
dengan wilayah lainnya. Oleh karenanya melalui pemekaran daerah kemampuan dunia
usaha akan semakin berkembang baik dengan adanya kemudahan dalam mengakses dan
mobilitas dunia untuk keperluan-keperluan yang berhubungan dengan pemerintahan
daerah.
3. Ketersediaanya prasarana sarana yang mendukung bagi dunia pertanian dan usaha sehingga
mampu meningkatkan taraf hidup dan laju pertumbuhan ekonomi yang baik. Prasarana
sarana merupakan kebutuhan yang penting bagi aksesbilitas dan mobilitas demi
terwujudnya perekonomian wilayah yang berkembang. Selama ini prasana sarana yang ada
belum mampu memenuhi kebutuhan yang sesuai dengan harapan karena terbatasnya
anggaran pembangunan. Sehingga wilayah barat dan timur memperoleh porsi yang sedikit
jika dibandingkan dengan wilayah tengah. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya disparitas
(kesenjangan) antara wilayah tengah dengan wilayah barat dan timur.

11
Selanjutnya dari karakteristik responden yang telah diuraikan, beberapa pertanyaan
yang diajukan dapat menjadi acuan dalam penyerapan aspirasi masyarakat sehubungan
dengan pemekaran daerah. Dari pertanyaan mengenai perlu tidaknya dilakukan pemekaran
pada wilayah Kabupaten Lampung Tengah maka dari tiga kriteria yang diajukan, hasil
terbanyak menyatakan perlunya di lakukan pemekaran pada Kabupaten Lampung Tengah.

Sebagian besar responden menyatakan perlunya diadakan pemekaran dengan nilai


sebesar 81,0 persen. Sedangkan 14,2 persen menyatakan belum perlu, 4,1 persen menyatakan
tidak perlu dan 0,4 persen menyatakan tidak tahu. Dari hasil tersebut terlihat dengan jelas
bahwa sebagian besar masyarakat berkeinginan kuat agar wilayah Kabupaten Lampung
Tengah mengalami pemekaran daerah agar pembangunan di masing-masing wilayah akan
semakin maju dimasa mendatang.

Untuk alasan utama yang mendasari diperlukan adanya pemekaran terbagi atas
empat kriteria yaitu:

(1) Mempercepat proses pemerataan pembangunan di seluruh daerah

(2) Untuk memperpendek rentang kendali pemerintahan

(3) Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat

(4) Untuk mengoptimalkan dan pendayagunaan potensi daerah/sumberdaya daerah.

Mengenai alasan masyarakat pada umumnya berkenaan dengan diperlukan adanya


pemekaran daerah di Kabupaten Lampung Tengah dapat dijelaskan bahwa dari keseluruhan
jawaban yang diberikan oleh responden terlihat bahwa alasan utama diperlukan adanya
pemekaran daerah di Kabupaten Lampung Tengah adalah dalam rangka mempercepat proses
pembangunan di seluruh wilayah dengan nilai sebesar 60,1 persen. Alasan lainnya
diperlukannya pemekaran daerah adalah dalam rangka memperpendek meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat yang lebih baik kepada masyarakat dimasa mendatang dengan
peroleh nilai sebesar 8,0 persen berbeda tipis dengan pernyataan yang sebelumnya.
Sedangkan yang terakhir berkenaan dengan pengoptimalan dan pendayagunaan potensi
daerah/sumberdaya alama adalahsebesar 2,6 persen.

12
Dominasi perlu adanya pemerataan pembangunan di Kabupaten Lampung Tengah
memberikan gambaran bahwa untuk wilayah bagian barat dan timur belum merasakan
pembangunan yang merata, yang artinya selama ini pembangunan lebih banyak tercurah pada
wilayah bagian tengah sehingga perkembangan di wilayah bagian barat dan timur belum
mengalami pertumbuhan yang berarti jika dibandingkan dengan wilayah bagian tengah
sehingga dikhawatirkan akan mengalami ketertinggalan pembangunan yang maju dan
berkembang dimasa mendatang.

Berkenaan dengan adanya pendapat dari masyarakat yang menyatakan belum


perlunya adanya pemekaran daerah pada Kabupaten Lampung Tengah, terdapat beberapa
alasan yang melandasinya seperti keadaan keuangan negara/daerah yang belum
memungkinkan, pemekaran wilayah akan membebani masyarakat, pembangunan daerah
masih perlu diarahkan untuk pembangunan prasarana daerah dan sektor lainnya, dan masih
banyak masyarakat miskin yang perlu segera ditangani.
Sesuai dengan beberapa kriteria diatas yang menjadi alasan belum perlunya
pemekaran daerah di Kabupaten Lampung Tengah, dari hasil penyebaran kuisioner kepada
masyarakat tertuanglah hasil pernyataan masyarakat yang menunjukkan bahwa hanya 6,7
persen yang menyatakan belum perlunya dilakukan pemekaran daerah di Kabupaten
Lampung Tengah dikarenakan pembangunan daerah masih perlu diarahkan untuk
pembangunan prasarana daerah dan sektor lainnya. Sedangkan yang lainnya menyatakan
bahwa masih banyaknya masyarakat miskin yang perlu segera ditanangi (5,6 persen),
keadaan keuangan negara/daerah yang belum memungkinkan (4,4 persen), Pemekaran
wilayah akan membebani masyarakat (1,6 persen) yang menjadi alasan belum perlunya
dilakukan pemekaran daerah pada Kabupaten Lampung Tengah.
Perlunya dilakukan pembangunan prasarana daerah dan sektor lainnya menunjukkan
bahwa kebutuhan akan pembangunan prasarana dan sektor lainnya di masing-masing wilayah
pada Kabupaten Lampung Tengah belum sepenuhnya dirasakan oleh masyarakat Kabupaten
Lampung Tengah dan harus mendapatkan prioritas pembangunan dimasa mendatang
sehingga memberikan kemanfaatan bagi pertumbuhan ekonomi wilayah dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Kebutuhan akan adanya prasarana yang baik akan membantu
dalam memberikan kemudahan distribusi barang dan orang dari dan ke wilayah tersebut
dengan wilayah lainnya sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah.

13
Sehubungan dengan adanya opini pemekaran daerah pada wilayah Kabupaten
Lampung Tengah yang sebagian besar masyarakat menginginkan pertanyaan adalah
kapankah rentang waktu yang sesuai dalam rangka pemekaran daerah Kabupaten Lampung
Tengah sehingga hasil yang didapat akan sesuai dengan rencana pemekaran itu sendiri. Untuk
lebih jelasnya mengenai rentang waktu yang diharapkan oleh masyarakat dalam pemekaran
daerah Kabupaten Lampung Tengah dapat dilihat bahwa dari keseluruhan jawaban yang
diperoleh dari hasil penyebaran kuisioner kepada masyarakat di wilayah Kabupaten Lampung
Tengah, maka hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa waktu yang tepat dalam pemekaran
daerah Kabupaten Lampung Tengah adalah antara tahun 2009 – 2010 (51,8 persen), diikuti
pada peringkat kedua antara tahun 2011 – 2013 (23,8 persen), selanjutnya antara tahun 2013 –
2015 (9,4 persen) dan terakhir waktu yang tepat dalam proses pemekaran daerah dilaksanakan
setelah tahun 2015 (8,1 persen).
Kondisi ini menggambarkan bahwa rentang waktu pemekaran yang sesuai dan tepat
adalah antara tahun 2009 – 2010. Hal ini berarti bahwa pada keseluruhannya masyarakat
Kabupaten Lampung Tengah menginginkan secepatnya dilaksanakannya pemekaran daerah
di Kabupaten Lampung Tengah. Dalam kurun waktu tersebut maka proses yang panjang
dalam pembangunan daerah hasil dari pemekaran akan berjalan dengan baik dikarenakan
akan banyaknya waktu yang tersedia setelah terbentuknya kabupaten baru hasil dari
pemekaran.

Sedangkan untuk calon ibukota yang tepat untuk kabupaten baru terdiri dari dua calon
Kabupaten baru yaitu Kabupaten Seputih Barat dan Seputih Timur tergambar dalam gambar.
Dari 4 (empat) calon ibukota bagi calon Kabupaten Seputih Barat yaitu Kecamatan Padang
Ratu, Anak Tuha, Kalirejo dan Pubian maka hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa

Kecamatan Kalirejo merupakan calon yang tepat sebagai Ibukota Kabupaten Seputih Barat
dengan nilai sebesar 22,7 persen. Posisi kedua calon ibukota adalah Kecamatan Padang Ratu
(19,1 persen), selanjutnya Kecamatan Anak Tuha (2,9 persen) menempati urutan ketiga dan
terakhir berada pada Kecamatan Pubian sebesar 1,9 persen.

Posisi Kecamatan Kalirejo sebagai ibukota calon Ibukota Seputih Barat berdasarkan
pada jalur lintas yang dekat wilayah Kabupaten Tanggamus terutama pada Kecamatan
Pringsewu yang merupakan basis perdagangan bagi Kabupaten Tanggamus. Kondisi ini akan
memberikan dampak yang baik bagi perkembangan Kecamatan Kalirejo sebagai Ibukota
calon Kabupaten Seputih Barat. Aksesbilitas yang baik dan adanya pergerakan pertumbuhan
ekonomi wilayah yang dimiliki oleh Kecamatan Kalirejo menunjang laju pergerakan wilayah
yang nantinya dapat bekerjasama dengan kabupaten lainnya yang dekat dengan Kecamatan
Kalirejo maupun dengan wilayah lainnya.

14
Untuk calon Ibukota Kabupaten Seputih Timur terdapat 4 (empat) calon yaitu
Kecamatan Way Seputih, Rumbia, Seputih Banyak, Seputih Surabaya. Dari keseluruhan hasil
jawaban responden menunjukkan bahwa sebagian besar menginginkan Kecamatan Seputih
Banyak sebagai calon ibukota Kabupaten Seputih Timur sebagaimana yang terlihat pada
gambar.

Dari hasil jawaban responden mengenai calon Ibukota Kabupaten Seputih Timur
sebagian besar besar menjawab Kecamatan Seputih Banyak yang paling tepat (25,1 persen),
yang diikuti oleh Kecamatan Rumbia (18,3 persen), kemudian Way Seputih (14,8 )

Kecamatan Seputih Banyak merupakan wilayah yang dilintasi oleh Jalur Lintas Pantai
Timur sehingga senantiasa dilalui oleh lalu lintas barang dan orang. Kabupaten Tulang
Bawang dan Kabupaten Lampung Timur dimasa mendatang akan ikut merasakan andil dari
perkembangan yang tejadi di Kecamatan Seputih Banyak. Lingkup pergerakan ekonomi yang
terjadi di calon Kabupaten Seputih Timur dengan ibukotanya Kecamatan Seputih Banyak
tidak hanya berinteraksi dengan wilayah Jawa dan Sumatera Bagian Selatan bahkan keluar
negeri dengan adanya frekuensi yang tinggi pada Jalur Lintas Pantai Timur di masa yang
akan datang. Oleh karenanya Kecamatan Seputih Banyak akan memberikan kontribusi yang
sangat besar dalam pergerakan laju ekonomi wilayah calon Kabupaten Seputih Timur
nantinya.

15
C. Dampak Pemekaran terhadap Kabupaten (Induk) Lampung Tengah

Proses pemekaran daerah merupakan suatu upaya dalam rangka meningkatkan


kesejahteraan masyarakat melalui pemerataan pembangunan dan pelayanan yang lebih
optimal. Namun dalam pelaksanaannya akan terdapat beberapa kendala yang menjadikan
sebuah proses pemekaran daerah tidak akan menghasilkan tujuan sebagaimana yang
diharapkan seperti semula. Dalam hubungannya dengan pemekaran daerah di Kabupaten
Lampung Tengah, akan terjadinya sebuah pengurangan atau perpindahan aset dan kekayaan
daerah yang selama ini dimiliki Kabupaten Lampung Tengah, seperti :

1) Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 4.789,82 km2 akan terkurang seluas
3.402,44 km2 (71,03%) serta cakupan jumlah kampung/kelurahan yang semula 285 buah
akan dikurangi sebesar 192 buah (67,37%).
2) Jumlah penduduk semula berjumlah 1.146.141 jiwa akan berkurang sebesar 644.417 jiwa
(58,64%).
3) Jumlah tenaga kerja terampil dan berpengalaman dari jumlah 43.779 orang akan
mengalami pengurangan sejumlah 2.099 jiwa (4,79%).
4) Jumlah perusahaan semula berjumlah 455 buah akan mengalami pengurangan sebesar 173
buah (38,02%).
5) PDRB Kabupaten Lampung Tengah yang dihasilkan sebesar Rp. 7,50 trilyun, apabila
terjadinya pemekaran wilayah maka akan adanya pengurang nilai PDRB Kabupaten
Lampung Tengah sebesar Rp. 4,43 trilyun (59,11%).
6) Produksi pertanian sub sektor tanaman pangan sebesar 2.947.330 ton akan mengalami
pengurangan sebesar 1.854.550 ton (62,92%) khususnya produksi ubi kayu Kabupaten
Lampung Tengah sebesar 2.012.488 ton akan mengalami pengurangan jumlah produksi
sejumlah 1.254.717 ton (62,35%) yang merupakan kontributor terbesar bagi sub sektor
ini.
7) Produksi hasil sub sektor perkebunan sebesar 93.039,05 ton akan mengalami pengurangan
jumlah produksi sebesar 71.066,84 ton (76,38%) terutama komoditas kelapa sawit dari
nilai produksi sebesar 81.798,70 ton akan mengalami pengurangan dari segi jumlah
sebesar 62.941,62 ton (76,05%) sebagai penyumbang terbesar bagi perkebunan.

16
8) Secara keseluruhan hasil perikanan berjumlah 14.554,22 ton dan akan mengalami
pengurangan sebesar 13.050,51 (89,67%) apabila terjadi pemekaran Kabupaten Lampung
Tengah, terutama akan mengalami kekurangan pasokan ikan yang berasal dari laut sebesar
7.839,52 ton (100%), sungai sebesar 2.773,92 ton (79,87%) dan kolam sebesar
1.329,69 ton (79,31%).
9) Apabila terjadinya pemekaran di Kabupaten Lampung Tengah maka akan adanya
pengurangan potensi peternakan sebesar 2.357.137 ekor (68,08%). Produksi sub sektor
peternakan terbesar berasal dari komoditas ayam buras 1.132.436 ekor.
10) Apabila terjadinya pemekaran di Kabupaten Lampung Tengah maka akan adanya
pengurangan jumlah gedung sekolah dari tingkat SD hingga SMU/SMK yang semula
berjumlah 938 buah terkurangi 591 buah (63,01%).
11) Dampak dari pemekaran bagi Kabupaten Lampung Tengah adalah berkurangnya jumlah
aset fasilitas kesehatan sebesar 84 unit (63,64%) yang sebagian besar merupakan
puskesmas dan puskesmas pembantu.
12) Dampak dari pemekaran bagi Kabupaten Lampung Tengah adalah berkurangnya jumlah
aset fasilitas peribadatan yang semula berjumlah 3.091 buah terkurangi sebesar 2.078 buah
(67,23%) yang sebagian besar merupakan puskesmas dan puskesmas pembantu.
13) Fasilitas perdagangan yang merupakan aset bertransaksi ekonomi wilayah yang semula
berjumlah 4.254 buah akan mengalami pengurangan jumlah akibat adanya pemekaran
sebesar 1.510 buah (35,50%).

17
D. Tanggapan Penulis Tentang Pemekaran di Daerah Lampung

Tentu dalam persoalan yang sedang kita alami sekarang ialah masalah kesejahteraan.
Mengapa saya katakan demikian? Sebab segala pergolakan yang terjadi ditengah masyarakat
seperti kriminalitas, pengangguran, pendidikan dll. Hal ini ada hubungan kesejahteraan,
Artinya bahwa pembangunan yang sifatnya dengan hal kesejahteraan belum merata. Inilah
persoaLan yang perlu difikirkan pemerintah dalam mengupayakan berbagi macam program
yang mengakar pada masyarakat terkait output kesejahteraan. Lampung Tengah merupakan
salah satu kabupaten di lampung yang memiliki kekayaan alam begitu banyak. Mulai dari
sektor perkebunan, perternakan, pertambangan dll. Ini menjadi modal awal bagi pemerintah
dalam mengupayakan pemberdayaan terhadap masyarakat. Lampung Tengah selain memiliki
sumber Daya Alam yang berlimpah juga memiliki panorama wisata yang tidak begitu kalah
dengan kabupaten kota lainnya. Tempat wisata seperti tugu kopiah mas yang menjadi wahana
tempat berfoto tentu memiliki daya keindahan tersendiri. Danau Bekri yang mampu
memberikan daya tarik tersendiri begitu juga dengan tempat wisata lain masih banyak lagi.
Selain itu kentalnya budaya memiliki keunikan dimasyakat.

Namun demikian kabupaten yang dapat di akses kurang lebih 1 jam dari kota Bandar
Lampung ini, Juga memiliki persoalan tersendiri bagi para pengamat baik bidang ekonomi,
sosial, budaya, hukum, pembangunan dll. Kenapa tidak demikian? Telaah demi telaah tentu
permasalahan yang kabupaten ini mulai terlihat. Insfrastuktur seperti jalan kurang lebih
sangat memprihatinkan. Jalan lintas sumatera mulai dari selatan perbatasan kabupaten
Pesawaran tepatnya kecamatan bumi ratu nuban sampai dengan kecamatan terbanggi besar
ini rusak parah, kerusakan parah tersebut mampu mengakibatkan kemacetan pula yang hal ini
dapat dilihat di jalan lintas di kampung terbanggi subing dan di daerah yukum jaya dan
sekitarnya. Selain dijalan nasional ini dapat dilihat juga dijalan provinsi baik dari barat mau
timur lampung tengah pun demikian rusak berat. Beberapa hari yang lalu perjalanan yang
seharusnya mampu saya tempuh dengan cepat ke kecamatan bumi nabung namun butuh
waktu yang berjam jam dikarenakan jalan yang rusak berat. Selain jalan nasional dan jalan
provinsi, jalan kabupaten sendiri pun tidak jauh berbeda. Informasi demi informasi masuk ke
telinga kita atau bahkan dapat kita lihat banyak kejadian kejadian kecelakaan akibat daripada
insfrastuktur jalan yang rusak parah. Tentu persoalan jalan rusak ini sedikit demi sedikit
mengundang kekesalan tersendiri bagi kita yang berdomisi di lampung tengah.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada prinsifnya pemekaran daerah sah-sah saja apabila memang bisa diyakini secara
ilmiah bahwa akan memberikan manfaat yang jauh lebih besar kepada masyarakat dan
mampu berkembang lebih cepat dan lebih baik dalam persepektif pembangunan ekonomi,
sosial, budaya dan keamanan. Namun yang disayangkan selama ini pemekaran daerah lebih
banyak unsur politisnya untuk kepentingan meraih kekuasaan dan bagi bagi kekuasaan.
Mayoritas pemekaran daerah tidak atau belum mampu berkembang sesuai harapan dan
malah memberatkan anggaran pemerintah karna terus menerus disubsidi oleh pemerintah
pusat. Bagi daerah yang sudah surplus dan memiliki potensi yang bagus ditambah faktor
demografi yang mendukung memang pantas untuk dimekarkan. Tapi bagi daerah yang
masih minus dan demografinya tidak menunjang seharusnya tidak perlu dimekarkan, lebih
baik difokuskan untuk percepatan pembangunan daerahnya. Kalau merujuk kepada syarat
syarat pembentukan/pemekaran daerah sesuai dengan PP 129 tahun 2000 : kemampuan
ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah,
pertimbangan lainnya. Dilihat dari syarat syarat tersebut pada prakteknya
pemekaran/pembentukan daerah baru lebih banyak disebabkan oleh alasan luas daerah,
jumlah penduduk dan terutama pertimbangan lain yang tidak diketahui. Padahal kalau
dibobot seharusnya pertimbangan ekonomi (PDRB dan PAD), Potensi daerah (ketersediaan
lembaga keuangan, pendidikan, kesehatan, transportasi, pariwisata, sumber alam,
ketenagakerjaan dll) serta aspek sosial budaya yang memiliki bobot tertinggi dalam menilai
kelayakan pemekaran daerah. Tidak heran pada akhirnya pemekaran daerah di Indonesia
belum memberikan manfaat kepada masyarakatnya, hanya sedikit sekali yang berhasil
itupun di daerah daerah yang memang surplus.

B. Kritik dan Saran

Saya sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan
sangat jauh dari kesempurnaan.Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan
mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan
makalah diatas.

19
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

DPRD Pesawaran Keluhkan Keuangan. Lampung Post. Edisi 14 Juli 2011.

Marta, M Fajar dan Yulvianus Harjono. “Otonomi Daerah Lampung (6), Pemekaran
Masihkah Perlu?”. Kompas. Edisi Selasa, 2 November 2010.

Mukhlis, Maulana. “Pencederaan Pemekaran Pesawaran”. Lampung Post. Edisi 21 April


2008.

Nazara, Suahazil dan Nurkholis. "Evaluasi Pemekaran Wilayah kabupaten/ Kota di Indonesia
dalam Era Desentralisasi”. Jurnal Ekonomi. Volume 5, No 2, 2006.
Noer, Deliar. Pengantar ke Pemikiran Politik. Jakarta: CV. Rajawali, 1983.
Pemekaran Dipaksakan Pesawaran Melarat. Rakyat Merdeka. Edisi 24 Mei 2010.
Penyimpangan Anggaran Dominan di Pesawaran. Lampung Post. Edisi Rabu, 14 Desember
2011.
Santoso, Lukman. “Problematika Pemekaran Daerah Pasca Reformasi di Indonesia”.
Supremasi Hukum. Vol. 1, Nomor 2, Desember 2012.

Sunarno, Siswanto. Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia. Jakarta: Penerbit Sinar


Grafika, 2009.

Tarigan, Antonius. “Dampak Pemekaran Wilayah”. Majalah Perencanaan. Edisi 01/ tahun
XVI/2010.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan United Nation Development


Programme, 2007, “Studi Evaluasi Pemekaran
Daerah”, Building and Reinventing Decentralized Governance Project Version of
July 4., Jakarta
Fitrani, Fitria, Bert Hofman dan Kai Kaiser, 2005, “Unity in Diversity?
The Creation of New Local
Governments in A Decentralising Indonesia”, Jurnal Bulletin of Indonesian
Economic Studies
Vol.41 No.1 tahun 2005

20
Lembaga Administrasi Negara, 2005, “Laporan Evaluasi Penyelenggaran

Otonomi Daerah Periode 19992003”, Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah,


Lembaga
Administrasi Negara, Jakarta.

Mubarak M. Zaki, dkk. (eds). 2006. Blue Print Otonomi Daerah Indonesia. Jakarta: Yayasan
Harkat Bangsa bekerja sama dengan Partnership for Governance Reform in Indonesia
(PGRI) dan European Union (EU).

Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah, 2011, “Rencana Pembangunan Jangka


Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lampung Tengah Tahun
2011-2016”, Bappeda
Lampung Tengah
Pratikno, 2007, “Policy Paper: Usulan Perubahan Kebijakan Penataan Daerah
(Pemekaran dan
Penggabungan Daerah)”, Kajian Akademik Penataan Daerah di Indonesia kerjasama
dengan DRSP-Depdagri.
Pratikno, dan Hasrul Hanif, 2006, Kerangka Pikir Kebijakan
Pemekaran, dalam Lay, Cornelis, 2006, Perjuangan Menuju Puncak, Yogyakarta: S2
Politik Lokal dan Otonomi Daerah UGM dengan
Pemkab Puncak Jaya.

21

Anda mungkin juga menyukai