Anda di halaman 1dari 43

PAPER

PERANAN SUMBER DAYA ALAM DALAM PENANGANGAN


VIRUS CORONA(COVID-19)

OLEH:

SALOMON R. HABUT

NO.REG.31118112

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA

KUPANG

TAHUN AJARAN 2020


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas berkat dan perlindungan-nya, sehingga saya sebagai
penulis bisa menyusunnya makalah ini dengan semampunya. Dalam penyusunan
makalah yang berjudul” Peranan Sumber Daya Alam Dalam Penangangan
Virus Corona(Covid-19)” Saya sudah memcari dari berbagai refrensi dari media
massa, yang klarifikasinya tidak terlalu memadai dan luas, mengenai judul diatas.

Maka dari itu, saya sebagai penulis meminta dukungan yang bersifat
membangun, sehingga untuk kedepannya saya bisa memperbaiki apa yang
menjadi kekurangan dari makalah ini. Melalui makalah ini penulis menghimbau
kepada pembaca agar dengan giat membaca refrensi mengenai judul yang tertera
di atas, yang tujuannya mengetahui permasalahan perekonomian di indonesia
karena dampak covid-19 ini. Dengan merasa kekurangan dalam menyusun
makalah ini, saya mengharapkan dukungan dari dosen matakuliah untuk
menyempurnakan makalah ini. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

i
DAFTAR ISI

Halaman judul.......................................................................................................

Kata pengantar.......................................................................................................i

Daftar isi................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang..................................................................................................1
B. Rumusan masalah.............................................................................................5
C. Tujuan masalah.................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Keterkaitan sumber daya alam dengan covid-19..............................................6
B. Peranan SDA terhadap penanaganan covid-19.................................................16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................................39
B. Saran ................................................................................................................40

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sumber daya alam merupakan sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk
berbagai kepentingan dan memenuhi kebutuhan hidup manusia agar hidup
lebih sejahtera. Sumber daya alam terdapat di mana saja seperti di dalam
tanah, air, permukaan tanah, udara, dan lain sebagainya, dimana sumberdaya
alam ada yang dapat di perbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui.
Indonesia merupakan negara dengan keragaman sumberdaya alam yang
melimpah dengan dilewati oleh garis katulistiwa yang menjadikan wilayah
Indonesia memiliki iklim tropis, sehingga berdampak pada luasnya hutan
hujan tropis yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia, selain itu Negara
Indonesia memilik banyak gunung api yang masih aktif berdampak pada
kesuburan tanah, Indonesia juga dihimpit oleh dua samudera menambah
keragamannya sumber hayati yang tersedia. Melimpahnya sumber daya alam
yang tersedia belum banyak dimanfaatkan secara menyeluruh oleh berbagai
pihak. Dimana pembangunana yang semakin meningkat, dan diiringi dengan
bertambahnya jumlah penduduk yang berdapak pada peningkatan kebutuhan
masyarakat terhadap sumber daya yang semakin meningkat. Kebutuhan
manusia yang semakin beragam dan meningkatnya jumlah penduduk
menjadikan meningkatnya kebutuhan dan semakin beragamnya kebutuhan
hidup, berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi menjadikan beberapa
peluang usaha oleh mereka yang peka terhadap perubahan dan dalam
pengolahan hasil bumi yang ada di sekitar lingkungan dengan munculnya
industry industri, mulai dari industri pangan, industri pengolahhan, sampai
industri pemenuhan kebutuhan lainnya. Pembangunan di berbagai sektor
industri-industri, seperti sektor pertanian dan pertambangan, serta kelautan
yang memiliki peluang besar dalam pembangunan ekonomi Indonesia.
Pembangunan sektor industri pengolahan (manufaktucturing industri) sering
mendapat prioritas utama di dalam perencanaan pembangunana yang

1
dominan diterapkan oleh negara berkembang. Hal ini di karenakan sektor
industri pengolahan banyak dianggap sebagai perintis pembangunanan (Wie,
1988: 17). Dengan kebijakan pembangunan didalam sektor industri yang
mengarah pada petumbuhan industri-industri yang memiliki peluang besar
dalam perekonomian Indonesia dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984, industri adalah suatu


kegiatan perekonomian yang bertujuan untuk mengolah dari bahan mentah,
bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang yang
siap jual dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaanya termasuk
kegiatan perancangan dan perekayasaan industri. Industri di Indoneisa sangat
beragam, mulai dari industri pangan, industri tambang industri pengolahhan,
sampai industri pemenuhan kebutuhan lainnya industri pengolahan merupakan
hal yang lazim dalam hal perekonomian di Indonesia. Hal ini sebagai sumber
ekonomi masyarakat sektor informal yang dimanfaatkan secara mudah dengan
mengandalkan sumber daya alam yang terdapat di lingkungan tempat tinggal.
Untuk memanfaatkan sumber daya khususnya dalam pengelolahan
pertambangan dibutuhkan usaha dan sumber daya dari manusia yang turut
menyumbang terselenggaranya sistem perekonomian. Masyarakat terhubung
dan bekerjasama ketika menghadapi suatu usaha bersama, seperti halnya
dalam pengolahan tambang dan sumber daya yang dikelola secara kerakyatan
untuk kepentingan bersama dan sebagai modal dalam pertumbuhan gerak
ekonomi masyarakat setempat. Industri yang bergerak di dalam masyarakat
salah satunya adalah industri pengolahan. Industri pengolahan merupakan
kegiatan ekonomi yang yang memiliki fungsi mengubah suatu barang dasar
secara mekanis, kimia, atau dengan tangan menjadi barang jadi, dan atau
barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya menjadi lebih dekat kepada
pemakai akhir, termasuk dalam kegiatan industri adalah jasa industri dan
pekerjaan perakitan.

Salah satu industri pengolahan adalah industri pengolahan bahan


galian non logam yang dapat ditambang berupa pasir dan batu, batu dan pasir

2
ini merupakan hasil tambang yang dapat digolongkan kedalam golongan
tambang non logam atau hasil tambang. Hasil tambang batu dan pasir yang di
hasilkan dari erupsi Gunung Merapi sendiri merupakan galian ini yang sangat
diperlukan untuk kebutuhan berbagai pembangunan pribadi masyarakat
maupun industri besar di sektor konstruksi guna menunjang
pembangunan.Pesatnya pertumbuhan pembangunan di berbagai sektor
pembangunana infrastuktur menjadikan industri maupun penambangan galian
bukan logam berkembang dengan pesat, baik penambang manulah,
menggunakan alat berat, industri pengolahan pertambangan bukan logam.
Data dari Indonesia masih bergelut melawan virus Corona hingga saat ini,
sama dengan negara lain di dunia. Jumlah kasus virus Corona terus bertambah
dengan beberapa melaporkan kesembuhan, tapi tak sedikit yang meninggal.
Usaha penanganan dan pencegahan terus dilakukan demi melawan COVID-19
dengan gejala mirip flu. BPS Provinsi D.I. Yogyakarta. Dari landasan teori
mengenai peranan sumber daya alam terhadap penanganan covid-19, bahwa
keduanya saling bergantung. Di satu sisi adanya virus ini dapat membawah
dampak negatif, sedangkan untuk adanya sumber daya alam, mampu
mengatasi masalah virus ini(berdampak positif). Dilihat dari krisisnya
kebutuhan manusia dalam hal mengonsumsi maupun menggunakan sumber
daya alam, maka peran sumber daya alam sangat dibutuhkan oleh manusia
yang sekarang menjadi korban utama dari adanya virus ini. Misalnya, obat
tradisional yang hasilnya dari alam seperti kunyit, tamulawak, dan lain
sebagainya. Contoh pemanfaatan dari kekayaan alam tersebut adalah
penggunaan tanaman herbal untuk tujuan kesehatan secara turun temurun.
Saat ini, tanaman herbal banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai salah
satu cara untuk membantu pencegahan virus corona atau COVID-19.
Tanaman herbal yang umum dikonsumsi oleh masyarakat adalah kunyit dan
temulawak. Prof. Daryono Hadi Tjahjono, Dekan Sekolah Farmasi, Institut
Teknologi Bandung menjelaskan bahwa kunyit (Curcuma longa L)
mengandung senyawa metabolit bahan alam berupa kurkumin yang dilaporkan
memiliki potensi terapeutik yang beragam seperti antibiotik, antiviral,

3
antioksidan, antikanker, dan untuk penanganan penyakit alzheimer.
“Kurkumin (atau turunannya, yaitu kurkuminoid) juga terdapat pada
temulawak, jahe, dan tanaman sejenis. Selain senyawa kurkuminoid, terdapat
puluhan senyawa kimia lain yang terkandung di dalam tanaman tersebut.

Masyarakat secara umum memanfaatkan tanaman tersebut dalam


kehidupan sehari – hari dan aman dalam penggunaannya. Selain sebagai
bumbu masak, tanaman tersebut juga menjadi bahan baku jamu, dan obat
herbal terstandarkan,” tulis Prof. Daryono dalam artikelnya yang diterima
Humas ITB. Ia menambahkan, berbagai penelitian farmakologi telah
dilakukan terhadap kurkumin, namun salah satu yang menjadi perhatian saat
ini adalah pengaruh kurkumin terhadap penyembuhan COVID-19. Hal ini
diketahui sejak terjadi epidemi penyakit SARS pada tahun 2003.
Dijelaskannya, reseptor yang berperan (SARS-CoV-2) adalah angiotensin
converting enzyme 2 (ACE2). ACE2 dapat berada dalam bentuk fixed
(menempel di sel) dan soluble (tidak menempel pada sel). Penelitian terhadap
senyawa kurkumin (sebagai senyawa tunggal atau murni) dilaporkan
meningkatkan ACE2 pada hewan uji tikus, namun belum ada studi hubungan
langsung terhadap infeksi virus corona (COVID-19). “Agar keperluan terapi
menggunakan kurkumin dapat tercapai, diharapkan banyak ACE2 yang bebas
(soluble) sehingga akan mencegah virus corona menempel pada sel, yang
secara langsung akan mencegah terjadinya infeksi,” ujarnya. Dalam kaitannya
dengan COVID-19, penggunaan tanaman tersebut baik secara tunggal maupun
gabungannya bisa membantu dalam meningkatkan daya tahan tubuh sebagai
imunomodulator.

Oleh karena itu, pemanfaatan kunyit, temulawak atau jahe sebagai


jamu, obat herbal terstandarkan, atau suplemen minuman adalah aman.
“Manfaat kurkumin terhadap penyembuhan Covid-19 tentu masih
memerlukan pembuktian melalui penelitian lanjutan. Diperlukan kerja keras
dari berbagai pihak seperti peneliti, industri farmasi, dan pemerintah Indonesia

4
dalam pengembangan tanaman – tanaman tersebut hingga menjadi obat
fitofarmaka sebagai antivirus terhadap Covid-19.

B. Rumusan Masalah
1) Bagimana keterkaitan antara sumber daya alam dengan virus corona?
2) Bagimana peranan sumber daya alam terhadap penanganan Covid-19?
C. Tujuan Masalah
Untuk Mengetahui:
1) Bagimana keterkaitan antara sumber daya alam dengan virus Corona?
2) Bagimana peranan sumber daya alam terhadap penanganan Covid-19?

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Keterkaitan antara Sumber Daya Alam Dengan Covid-19
Ada berbagai macam klarifikasi mengenai Keterkaitan antara Sumber Daya
Alam Dengan Covid-19, adalah sebagai berikut:
1. Pandemi Covid-19, Peringatan untuk Manusia Hidup Berdampingan
dengan Satwa Liar

WHO telah menetapkan Covid-19 sebagai pandemi atau wabah


penyakit global. Sampai Jumat (13/03/2020) sore, WHO mencatat ada
136.895 pasien positif Covid-19, dengan 5.077 orang meninggal dunia
yang tersebar di 123 negara di dunia. Di Indonesia sendiri, ada 69 orang
pasien positif Covid-19 dengan 4 orang diantaranya meninggal.Dari hasil
penelitian, kelelawar dipercaya sebagai sumber virus baru Corona yang
berawal di Kota Wuhan, Tiongkok. Tetapi penelitian lain menunjukkan
trenggiling diduga sebagai perantara virus tersebut. Tiongkok sendiri telah
melarang perdagangan satwa liar.Pandemi Covid-19 menjadi peringatan
agar manusia tidak memelihara atau mengkonsumsi satwa liar. Meski ada
dampak buruk dan berbagai upaya konservasi serta penegakan hukum
dilakukan, perdagangan satwa liar tidak berkurang. Justru malah
bertambah.Satwa liar dan habitatnya bisa dimanfaatkan sebagai mata
pencaharian alternatif masyarakat, seperti untuk ekowisata Seiring
merebaknya penyebaran dan jumlah orang yang terkena di berbagai negara
di dunia, Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu (11/03/2020)
akhirnya menetapkan Covid-19 sebagai pandemi atau wabah yang
berjangkit serempak dengan geografi yang luas. Sampai Jumat
(13/03/2020) sore,

WHO mencatat ada 136.895 pasien positif Covid-19, dengan 5.077


orang meninggal dunia yang tersebar di 123 negara di dunia. Di Indonesia
sendiri, Juru bicara Pemerintah untuk Covid-19 dr. Achmad Yurianto di
Komplek Istana Negara, Jakarta, Jumat (13/3) menyebutkan ada 69 orang

6
pasien positif Covid-19 dengan 4 orang diantaranya meninggal. Dari
beberapa penelitian menyebutkan Kelelawar merupakan hewan yang
dipercaya sebagai sumber virus baru Corona tersebut. Namun, beberapa
temuan menunjukkan, virus Corona tidak ditularkan langsung dari
kelelawar ke manusia. Sebaliknya, trenggiling, kelompok hewan pemakan
semut bersisik yang merupakan mamalia paling diperdagangkan di dunia,
diduga sebagai perantara virus tersebut. Kantor Berita Xinhua, Tiongkok,
melaporkan pekan lalu bahwa para peneliti telah menemukan kecocokan
genetik terdekat dengan virus corona yang menginfeksi manusia dalam
virus yang terdeteksi pada trenggiling. Namun, para ilmuwan telah
memperingatkan agar tidak sampai pada tahap kesimpulan, sebelum
penelitian dipublikasikan dan ditinjau lebih dalam. Jika trenggiling
berperan sebagai perantara, pelarangannya dapat diberlakukan untuk
mengatasi kondisi krisis. Trenggiling diperdagangkan untuk diambil
daging dan sisiknya, yang digunakan dalam pengobatan tradisional
Tiongkok. CITES sendiri telah melarang perdagangan internasional untuk
semua delapan spesies trenggiling sejak 2016. Dari tahun 2000 hingga
2013, diperkirakan lebih satu juta trenggiling masuk pasar internasional
secara ilegal. Ahli paru-paru China, yang menemukan virus corona SARS
pada 2003, Zhong Nanshan mengatakan, setelah dia berkunjung ke
Wuhan, dapat dipastikan virus corona berasa dari hewan liar di
sana.“Wabah terkonsentrasi di dua distrik di Huwan, terutama di pasar
makanan laut,” kata Zhong, dikutip South China Morning Post, pekan lalu.
China telah mengeluarkan aturan larangan terhadap perdagangan satwa
liar. Tujuannya, agar virus pencabut nyawa ini tidak menyebar ke seluruh
dunia. Sepuluh tahun terakhir, sebanyak 26 ribu trenggiling dari Indonesia
diselundupkan ke Tiongkok. Hal tersebut diungkap Database and Analysis
Officer Wildlife Conservation Society (WCS) Indonesia, Yunita Dwi
Setyorini, dalam sebuah acara di Jakarta, Selasa (18/2/2020). Yuni
mengatakan, penyelundupan dilakukan dengan berbagai modus: jalur laut,
kargo, dan melalui pelabuhan-pelabuhan kecil.“Mayoritas ke Tiongkok.

7
Kebanyakan transitnya di Malaysia, kemudian lanjut ke negara pengguna
yaitu di Hong Kong, daratan Tiongkok, dan Vietnam,” katanya.
Sedangkan Peneliti Mikrobiologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI), Sugiono Saputra, meminta masyarakat mewaspadai wabah virus ini
dengan mengurangi, bahkan menghindari interaksi atau kontak langsung
dengan satwa liar. Biarkan satwa liar berkembang di habitat
alaminya.“Fenomena ini harus menjadi momentum kesadaran kita semua,
melindungi satwa liar di tempat aslinya,” terangnya kepada Mongabay
Indonesia, Senin (24/2/2020). Dia menjelaskan, satwa liar memang ada
yang dikonsumsi sebagai sumber makanan atau obat. Tetapi, risiko
biologis pengolahan hewan tersebut juga ada, yaitu transfer virus
(transmisi patogen).

a. Eksploitasi Satwa Liar

Project Manajer Javan Langure Centre (JLC), the Aspinal


Foundation, Iwan Kurniawan menjelaskan, munculnya wabah
penyakit virus corona (COVID-19) ini mestinya bisa dijadikan
catatan penting bahwa seharusnya manusia itu tidak lagi
memelihara atau mengkonsumsi satwa liar. Jika itu dilakukan maka
dampak yang ditimbulkan bisa membahayakan diri sendiri dan juga
masyarakat luas. Iwan menyebutkan, pola eksploitasi satwa liar
masih sama. Manusia masih memanfaatkan satwa liar untuk
kesenangan, bahkan tidak sedikit yang menjadikannya sebagai
makanan atau nutrisi yang tidak jelas dasar ilmiahnya. Perdagangan
satwa liar sejauh tidak berkurang, justru malah bertambah. Seperti
lutung jawa (Trachypithecus auratus). Dalam enam bulan terakhir
ini, setiap bulan rata-rata hampir ada 2-3 primata berekor panjang
yang masuk ke rehabilitasi JLC. “Artinya dari rantai permasalahan
tidak putus-putus. Masih ada yang bermasalah terus ditengah kita
melakukan upaya rehabilitasi,” ujarnya kepada Mongabay
Indonesia, Selasa (03/03/2020). Meski ada tim gabungan penegak

8
hukum, tidak menjamin permasalahan itu selesai. Realitanya
sampai saat ini masyarakat masih banyak yang membeli satwa liar
baik itu yang sudah dilindungi maupun tidak. Perburuan masih
marak karena masih ada permintaan. Hal itu berdampak pada
kerusakan lingkungan. Misalnya kebakaran hutan, selain orang
mencari kayu salah satunya yaitu ulah dari para pemburu.

b. Keseimbangan Ekologi

Berbagai upaya konservasi satwa liar kerap kali menghadapi


tantangan berat, seperti kondisi hutan sebagai habitatnya yang
semakin memprihatinkan. Padahal pada prinsipnya, lanjut Iwan,
satwa liar ini lebih baik ada di alam. Jika satwa liar diambil, ada
konsekuensi ekologis yang ditanggung manusia, contohnya virus
corona yang lagi menyebar luas dengan cepat ini. Sehingga perlu
program edukasi secara terstruktur oleh semua pihak, baik di
lembaga sekolahan formal maupun yang non formal. Bisa juga
melalui media sosial. “Peduli satwa liar kan tidak harus memiliki.
Kepedulian itu bisa disampaikan dengan hal kecil misalnya tidak
mendukung adanya perdagagan satwa liar,” katanya. Jika ingin
memelihara satwa, kata Iwan, beli dari penangkaran atau hasil
pembudidayaan, seperti burung nuri (Loriini) maupun burung
lovebird (Agapornis). Apalagi sekarang ini banyak penangkaran
yang berhasil mengembangbiakkan berbagai jenis burung. Yang
mengkhawatirkan jika satwa liar bersentuhan dengan manusia yang
mempunyai imunitas rendah itu akan menjadi masalah. Ketika
diganggu dampaknya juga akan lebih luas. Bukan hanya ke
satwanya, tapi bisa ke alamnya, maupun manusianya. Selain itu,
pada masa-masa tertentu satwa liar seperti kukang (Nycticebus),
monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) maupun orangutan
(Pongo) ini memang relatif jinak dan lucu. Namun, yang tidak
banyak orang ketahui adalah ketika masa birahi satwa liar ini akan

9
menjadi masalah. Sifat alaminya yang susah dikendalikan akan
timbul. Sehingga membahayakan. Intinya, banyak dampak buruk
ketika memelihara. Apalagi mengkonsumsi. Untuk itu, sambung
Iwan satwa liar lebih baik tidak dipelihara. Jika ingin tahu bisa ke
kebun binatang. Banyak hal yang bisa mengapresiasikan sisi-sisi
keindahan tanpa harus memiliki. Karena di alam satwa liar
memiliki peranan penting untuk keseimbangan ekologis. Selain itu
juga bisa dijadikan sarana kajian keilmuan. Sekarang ini,
menurutnya, banyak gerakan kembali ke uri-uri budaya. Mengingat
nenek moyang dulu sudah mengajarkan bagaimana menghargai
alam yang di dalamnya ada tumbuhan dan satwa liar. Alam ini
bukan hanya air saja, melainkan di dalamnya juga ada makhluk lain
seperti binatang. “Ini juga mempunyai peran penting dalam
keberlangsungan atau kestabilan ekosistem di alam,” imbuhnya.

c. Mata Pencaharian Alternatif

Budi Prasetyo, dalam artikel Reintroduksi Spesies Fauna ke


Kehidupan Alam Liar menjelaskan, mengacu pada permalahan
yang terjadi. Maka sudah suatu kewajiban bagi pemerintah untuk
terus membangun dan memfasilitasi para ahli dan praktisi biologi
konservasi untuk bekerja sama dengan masyarakat lokal, pihak
swasta yang berkepentingan, LSM terkait, pemerintah daerah
setempat pada beberapa bidang konservasi antara lain pengelolaan,
pelepas-liaran hewan, dan evaluasi porgram konservasi. Di
samping itu, upaya peningkatan kepedulian seluruh lapisan
masyarakat perkotaan dan pedesaan terhadap kelestarian fauna
perlu terus dibina dan digalakkan, kepedulian ini berdampak positif
bagi aspek lain pada kehidupan masyarakat, yaitu aspek sosial
ekonomi, budaya, dan sumberdaya alam . Senada dengan hal itu,
Founder Sahabat Alam Indonesia, Andik Syaifudin saat dihubungi
menjelaskan, peran para pihak terkait dalam menjalankan serta

10
menegakkan regulasi untuk menjaga satwa liar sangat penting.
Salah satunya dengan menggandeng seluruh stake holder yang di
dalamnya ada komunitas pemerhati lingkungan, LSM, maupun
organisasi masyarakat (ormas) untuk sosialisasi dan edukasi terkait
dengan perlindungan satwa liar dan habitatnya. Mendorong
masyarakat untuk peka dan peduli terhadap lingkungan sekitarnya.
Sehingga tergerak dan bergerak melindungi habitat satwa liar.
Mengingatkan teman, keluarga, tetangga atau masyarakat yang
melakukan tindakan pelaggaran seperti penyalahgunaan senapan
angin, berburu di kawasan lindung, jual beli satwa, dll. Keberadaan
satwa liar ini menurut Andik secara langsung bisa dimanfaatkan
sebagai mata pencaharian alternatif masyarakat sekitar dengan
membuat ekowisata, yaitu wisata berbasis ekologi. Seperti
pengamatan burung, pengamatan satwa liar, juga kupu-kupu.
Dimana masyarakat ini bisa mendapatkan nilai ekonomi tambahan.
Sedangkan wisatawan bisa mendapatkan nilai edukasi dan
pengalaman. Selain itu, pemanfaatan secara tidak langsung yaitu
sebagai penyeimbang ekosistem, memberikan kesuburan tanah,
hutan lestari, oksigen melimpah, dan juga kelimpahan
air.“Percayalah, jika kita berbuat baik kepada alam mereka akan
berdoa dan berzikir kepada Tuhan yang Maha Pencipta tanpa
terputus,” kata pria yang juga penyelam ini. Dia beriktikad, bisa
jadi makhluk lain seperti binatang maupun tumbuh-tumbuhan
inilah yang akan membantu manusia masuk surga. Tidak ada hal
sia-sia dalam hal berbuat baik, khususnya untuk alam.

2. Ahli Farmakologi Ungkap Hubungan Kunyit dan Virus Corona


Saat ini, tanaman herbal banyak dimanfaatkan oleh masyarakat
sebagai salah satu cara untuk membantu pencegahan infeksi virus corona
atau COVID-19. Beberapa tanaman herbal yang umum dikonsumsi oleh
masyarakat adalah kunyit dan temulawak. Dekan Sekolah Farmasi

11
Institut Teknologi Bandung (ITB), Daryono Hadi Tjahjono menjelaskan
bahwa kunyit (Curcuma longa L) mengandung senyawa metabolit.
Senyawa ini merupakan bahan alam berupa kurkumin yang dilaporkan
memiliki potensi terapeutik yang beragam seperti antibiotik, antivirus,
antioksidan, antikanker, dan untuk penanganan penyakit Alzheimer.
"Kurkumin atau turunannya yaitu kurkuminoid, juga terdapat pada
temulawak, jahe, dan tanaman sejenis. Selain senyawa kurkuminoid,
terdapat puluhan senyawa kimia lain yang terkandung di dalam tanaman
tersebut," kata Daryono dilansir dari laman resmi ITB, Jumat (20/3). Dia
mengatakan, masyarakat secara umum memanfaatkan tanaman tersebut
dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaannya pun diklaim aman untuk
tubuh. Selain sebagai bumbu masak, tanaman tersebut juga menjadi
bahan baku jamu dan obat herbal terstandarkan. Lebih jauh, Daryono
menyebutkan, berbagai penelitian farmakologi telah dilakukan terhadap
kurkumin. Namun salah satu yang menjadi perhatian saat ini adalah
pengaruh kurkumin terhadap penyembuhan Covid-19. Hal ini diketahui
sejak terjadi epidemi penyakit SARS pada 2003 silam. "Reseptor yang
berperan [SARS-CoV-2] adalah angiotensin converting enzyme 2
[ACE2]. ACE2 dapat berada dalam bentuk fixed [menempel di sel] dan
soluble [tidak menempel pada sel]. Penelitian terhadap senyawa
kurkumin [sebagai senyawa tunggal atau murni] dilaporkan
meningkatkan ACE2 pada hewan uji tikus, namun belum ada studi
hubungan langsung terhadap infeksi virus corona.
3. Bergantung Pada Lingkungan Hidup Manusia

Terkait dengan dampak perdagangan yang di sebabkan oleh

penyebaran virus corona, menurut kepala badan pusat statistic, belum ada

dampak signifika virus corona terhadap kinerja perdagangan januari

2020.kondisi ini di sebab kan oleh turunnya nilai impor pada beberapa

Negara utama, salah satunya adalah China.

12
Wabah virus corona memberikan dampak signifikan terhadap

perekonomian global bahkan di kawasan asia. Indonesia juga tak lepas

dari wabah ini yang di kenal dengan COVID-19. Virus corona yang

menyebar memberikan dampak perlahan tapi pasti, terutama pada

perekonomian Indonesia. Sadar bahwa pertumbuhan ekonomi di

pengaruhi sebagian besar oleh sector konsumsi, pemerintah akan terus

melakukan percepatan belanja kementrian dan lembaga di kuartal 2020.

Hal ini juga sejalan dengan perintah dari presiden agar membelanjakan

anggaran dalam mengantisipasi virus corona yang mungkin akan

mengerus konsumsi awal tahun ini.

Selain focus pada belanja kementrian dan lembaga, pemerintah

juga akan fokus dalam menyalurkan bantuan social agar seluruh

masyarakat bisa segera menikmati tanpa terhambat oleh virus corona.

Pemerinyah juga akan menhidupkan kembali destinasi wisata yang ada

dengan membuat bundling paket-paket wisata dan memberikan harga

khusus agar masyarakat mau melakukan perjalanan.

Virus COVID – 19 ini pula sangat berkaitan erat dengan Sumber

Daya Alam, terutama dalam menjaga kebersihan lingkungan dan

mengolah obat-obatan yang di anggap bisa menagkal virus corona

tersebut. Namun Sumber Daya Alam harus di oleah terlebih dahulu agar

pertahanan daya tahan tubuh lebih kuat untuk bisa mengkal virus corona

masuk dalam tubuh.

13
Faktor infeksi virus ini sebenarnya tidak menjadi sebab musabab

wabah ini terjadi, jika keseimbangan daya tahan imun manusia tetap

terjaga dan yang memperkuatnya adalah faktor lingkungan yang sudah

rusak dan tidak aman lagi bagi manusia, misalnya ketersediaan air bersih

serta aman bagi manusia, saluran pembuangan kotoran yang tidak

memadai, kebersihan lingkungan yang buruk, kondi makanan yang tidak

layak di konsumsi, tingkat polusi udara yang sangat tinggi serta banyak

kerusakan ekosistem lainnya.

Industry menjadi faktor penyebab utama rusaknya ekosistem

lingkungan hidup. di Negara- Negara berkembang seperti idonesia,

memiliki efek ganda terhadap buruknya lingkungan, seperti deforestasi

dan degadasi tanah, sebagian besar tetap tidak bisa terpecahkan. pada

saat yang sama masalah baru terkait dengan industralisasi muncul, seperti

meningkatnya emisi gas rumah kaca, polusi udara dan air, meningkatnya

volume limbah, desertifikasi dan polusi bahan kimia. jadi industrialisasi

mempunyai hubungan erat dengan wabah virus saat ini, sehingga todak

aneh , jika wabah-wabah ganas seperti flu burung, flu unta, SARS,

MERS, virus corona bisa menyerang alat pernapasan yang sangat

berhubungan dengan udara, dan saluran pembuangan yang berhubungan

dengan air seperti penderita mengalami permasalahan diare yang akut.

Sebenarnya Indonesia sangat rentan denagn wabah- wabah virus

seperti virus corona yang dimana lebih di dominasi oleh binatang seperti

kelelawar-kelelawar d berbagai daerah. virus corona yang sudah ada

14
sejak dulu, dan baru menyebar dari Negara ke Negara dimana itu karena

diakibatkan oleh ekosistem yang di rusak oleh manusia sendiri. tetapi

virus ini di sebarkan oleh Negara China yang melakukan penelitian pada

kelelawar dan setelah kelelawar tersebut mati, virus corona sudah mulai

muncul dan menyebar sampai ke beberapa Negara dan menyebabkan

banyak orang yang mati Karena virus ini, bukan hanya itu perekonomian

juga terhambat serta Sumber Daya Alam yang sebagian di jadikan tempat

wisata telah di batasi oleh pemerintah untuk mengunjungi tempat wisata

agar dapat encegah virus COVID- 1 9 tersebut tidak menyebar.

Penyebaran virus corona ini juga bisa di tangani dengan

menkonsumsi boat-obatan yang di anggap bisa mengatasi masalah virus

corona yang mewabah saat ini, obat-obatan yang bisa digunakan untuk

mencegah virus corona ini, seperti ; daun kelor, tamulawak, jahe, jeruk

nipis, dan lain-lain.

Adapun stimulus yang di berikan pemerintah kali ini di nilai lebih

baik di bandingkan dengan stimulus pertama yang lebih banyak berfokus

pada pariwisata. Ramuan stimulus ini masih perlu di buktikan

keampuhannya. Pasalnya, sejak kasus virus corona menyebar keluar cina,

sector rill di tanah air mulai terdampak. Melihat gejala tersebut BI

menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 5% -

5,4% tahun ini dari proyeksi sebelumnya 5,1% - 5,5%.

15
Di bagian Sector pariwisata Penyebaran virus corona di Indonesia

menyebabkan wisatawan yang ingin berwisata semakin menurun baik itu

dari domestic maupun mancanegara.harga tiket pesawat pun saat ini

menurun. Badan perencanaan pembangunan (Bappenas) memprediksi

ada potensi kehilangan devisa dari sector pariwisata US530 DOLAR juta.

Ekonom Bank Danamon Wisnu Wardhana bahkan menghitung

penyebaran virus corona akan membuat RI kehilangan devisa sebesar

US730 dolar juta sepanjang 2020. Sementara itu, BI memperkirakan

penerimaan devisa dari pariwisata akan menurun hingga US1,3 dolar

miliar. Dari penilaian BI, kunjungan turis dalam enam bulan kedepan.

Sebagian besar pemerintah menutup kawasan konservasi dan juga

kbun binatang untuk menatasi penyebaram virus corona, akibat dari itu

pendapatan dari masyarakat yang kebanyakan hanya dapat dari hasil

menjaga tempat wisata semakin menurun.

B. Peranan Sumber Daya Alam terhadap Penanganan Covid-19

Wabah virus corona (Covid – 19) telah mengubah wajah dunia. Sejak

ia menjadi isu serius “pembunuh manusia”, saat ini semua Negara bertindak

untuk mengamankan keselamatan warganegaranya. Badan Dunia WHO

menyatakan bahwa virus ini telah menjadi pandemic global, beberapa Negara

pun telah melakukan karantina diri atau yang di sebut dengan lockdown.

Sejak munculnya wabah virus dari Wuhan ini, tanpa terduga

penularannya sangat cepat dan tidak ada satupun Negara yang tidak terserang

16
virus ini. Dalam kasus penyebran virus corona, maka ia meneyeruak bukan

hanya menjadi isu kesehatan tetapi juga isu multi dimensi yang

bersinggungan dengan kontesk social. Namun hal ini sangat bertolak

belakang dengan isu lingkungan yaitu perubahan iklim dan dampak

pemanasan global. Jika virus corona sudah di nyatakan sebagai pandemi oleh

WHO, maka perubahan iklmi pun derajat isunya seharusnya setingkat dengan

penyebaran virus corona.

Dampak dari perubahan iklim akan sangat berpengaruh bagi

kehidupan seluruh masyarakat. Beragam bencana alam yang sudah merusak

dan menyebabkan kematian, belum membuat manusia tersadar. Padahal

dampak perubahan iklim merupakan ancaman bagi kemanusiaan yang sama-

sama memiliki daya bunuh dengan virus corona bahkan mungkin lebih.

Sebelum terjadinya wabah virus corona rezim perubahan iklim (para pihak

yang terlibat dalam KTT perubahan iklim) hanya di sibukkan dengan isu yang

itu-itu saja yaitu tanggung jawab untuk mengurangi emisi karbon.

Berbagai kerusakan lingkungan yang bersumber dari pengambilan

kebijakan, tata kelola hingga budaya konsumerisme menutup narasi bahwa

bumi saat ini sedang sakit. Keseimbangan bumi yang semakin tidak menentu

menyebabkan bencana alam menjadi kerapkali terjadi. Virus corona muncul

di saat perubahan iklim terjadi semakin ekstrem. Solusi untuk mengurangi

laju perubahan iklim belum optimal dan di tambahkan dengan permasalahan

lainnya yang membutuhkan daya dukun ekologi dan social.

17
Saat wabah terjadi, perilaku memborong barang untuk memenuhi

kebutuhna diri atau perilaku perdagangan untuk menjual barang dan jasa

dengan harga berkali-kali kemudia terjadi. Hal tersebut menunjukkan empati

yang minim. Satu titik yang dapat di lakukan oleh komunitas lokal dan

wabah. Jka kegagalan hasil dari KTT perubahan iklim adalah indikasi dari

bagaimana lemahnya komitmen para pemimpin dunia. Hal tersebut dui

perburuk dengan perilaku masyarakat global yang tidak lingkungan.

Kerusakan ekosistem dipercepat dengan laju pertumbuhan ekonomi

dan kebijakan yang memudahkan kepentingan ekonomi politik untuk

merambah dan melakukan eksploitasi lingkungan hidup. Lingkungan hidup

menjadi komoditas yang bisa di pertukarkan untuk pemuasan kepentingan

yang bersifat materialistis. maka, laju konsumerisme semakin tidak

terkendali. Konsumerisme mebutuhkan pemuas kebutuhan melalui gambaran

gaya hidup yang pada akhirnya menghasilkan lautan sampah yang sulit untuk

di urai.

Maka struktur yang demikian memberikan keleluasaan bagi korporasi

dan elit politik korup yang melakukan transaksi. Berikutnya masyarakat yang

mengendapkan konsumerisme sebagai gaya hidup semakin abai dengan

realita keruakan lingkungan hidup. Virus corona ini muncul bukan hanya

karena penelitian yang di lakukan di China namun, akibatnya juga karena

kebersihan lingkungan yang tidak terjaga.

18
Peran sumber daya alam terhadap virus corona sangat penting dimana

sumber daya alam yang ada sudah memadai khususnya di Indonesia, namun

dari segi pengelolaannya ada beberapa bagian pengelolaan sumber daya alam

belum maksimal. di lihat dari kasus yang mewabah secara menyelruh untuk

Negara Indonesia penaganan untuk virus corona atau Covid – 19 ini di batasi

oleh persediaan yang tidak cukup dari pemerintah.

Persediaan sumber daya alam di Indonesia yang di kategorikan

termasuk dalam pencegahan atau penaganan virus corona memiliki banyak

sumber untuk pencegahan Covid – 19, namun penelitian lanjutnya masih

belum di ketahui apakah penagkal yang bisa menangani virus tersebut bisa

mematikan virus secara otomatis.

Dari segi strategi Mitigasi manusia memiliki empat model budaya

lingkingan, yaitu; merusak, mengabaikan, memelihara, memperbaiki. Model

budaya mengabaiakn dan merusak lingkungan hidup lebih cendrung terjadi

dalam budaya rasional. Sama halnya dalam menghadapi virus corona, di

mana masyarakat sendiri yang mengabaiakan kelestarian alam sehungga virus

mewabah secara cepat.

Sejak munculnya wabah virus dari Wuhan ini, tanpa terduga

penularannya sangat cepat dan tidak ada satupun Negara yang tidak terserang

virus ini. Dalam kasus penyebran virus corona, maka ia meneyeruak bukan

hanya menjadi isu kesehatan tetapi juga isu multi dimensi yang

bersinggungan dengan kontesk social. Namun hal ini sangat bertolak

19
belakang dengan isu lingkungan yaitu perubahan iklim dan dampak

pemanasan global. Jika virus corona sudah di nyatakan sebagai pandemi oleh

WHO, maka perubahan iklmi pun derajat isunya seharusnya setingkat dengan

penyebaran virus corona.

Dampak dari perubahan iklim akan sangat berpengaruh bagi

kehidupan seluruh masyarakat. Beragam bencana alam yang sudah merusak

dan menyebabkan kematian, belum membuat manusia tersadar. Padahal

dampak perubahan iklim merupakan ancaman bagi kemanusiaan yang sama-

sama memiliki daya bunuh dengan virus corona bahkan mungkin lebih.

Sebelum terjadinya wabah virus corona rezim perubahan iklim (para pihak

yang terlibat dalam KTT perubahan iklim) hanya di sibukkan dengan isu yang

itu-itu saja yaitu tanggung jawab untuk mengurangi emisi karbon.

Berbagai kerusakan lingkungan yang bersumber dari pengambilan

kebijakan, tata kelola hingga budaya konsumerisme menutup narasi bahwa

bumi saat ini sedang sakit. Keseimbangan bumi yang semakin tidak menentu

menyebabkan bencana alam menjadi kerapkali terjadi. Virus corona muncul

di saat perubahan iklim terjadi semakin ekstrem. Solusi untuk mengurangi

laju perubahan iklim belum optimal dan di tambahkan dengan permasalahan

lainnya yang membutuhkan daya dukun ekologi dan social.

Saat wabah terjadi, perilaku memborong barang untuk memenuhi

kebutuhna diri atau perilaku perdagangan untuk menjual barang dan jasa

dengan harga berkali-kali kemudia terjadi. Hal tersebut menunjukkan empati

20
yang minim. Satu titik yang dapat di lakukan oleh komunitas lokal dan

wabah. Jka kegagalan hasil dari KTT perubahan iklim adalah indikasi dari

bagaimana lemahnya komitmen para pemimpin dunia. Hal tersebut dui

perburuk dengan perilaku masyarakat global yang tidak lingkungan.

Kerusakan ekosistem dipercepat dengan laju pertumbuhan ekonomi

dan kebijakan yang memudahkan kepentingan ekonomi politik untuk

merambah dan melakukan eksploitasi lingkungan hidup. Lingkungan hidup

menjadi komoditas yang bisa di pertukarkan untuk pemuasan kepentingan

yang bersifat materialistis. maka, laju konsumerisme semakin tidak

terkendali. Konsumerisme mebutuhkan pemuas kebutuhan melalui gambaran

gaya hidup yang pada akhirnya menghasilkan lautan sampah yang sulit untuk

di urai.

Maka struktur yang demikian memberikan keleluasaan bagi korporasi

dan elit politik korup yang melakukan transaksi. Berikutnya masyarakat yang

mengendapkan konsumerisme sebagai gaya hidup semakin abai dengan

realita keruakan lingkungan hidup. Virus corona ini muncul bukan hanya

karena penelitian yang di lakukan di China namun, akibatnya juga karena

kebersihan lingkungan yang tidak terjaga.

Peran sumber daya alam terhadap virus corona sangat penting dimana

sumber daya alam yang ada sudah memadai khususnya di Indonesia, namun

dari segi pengelolaannya ada beberapa bagian pengelolaan sumber daya alam

belum maksimal. di lihat dari kasus yang mewabah secara menyelruh untuk

21
Negara Indonesia penaganan untuk virus corona atau Covid – 19 ini di batasi

oleh persediaan yang tidak cukup dari pemerintah.

Persediaan sumber daya alam di Indonesia yang di kategorikan

termasuk dalam pencegahan atau penaganan virus corona memiliki banyak

sumber untuk pencegahan Covid – 19, namun penelitian lanjutnya masih

belum di ketahui apakah penagkal yang bisa menangani virus tersebut bisa

mematikan virus secara otomatis.

Dari segi strategi Mitigasi manusia memiliki empat model budaya

lingkingan, yaitu; merusak, mengabaikan, memelihara, memperbaiki. Model

budaya mengabaiakn dan merusak lingkungan hidup lebih cendrung terjadi

dalam budaya rasional. Sama halnya dalam menghadapi virus corona, di

mana masyarakat sendiri yang mengabaiakan kelestarian alam sehungga virus

mewabah secara cepat.

Sementara virus corona yang sangat darurat sekarang di hadapi dunia.

Angka yang semakin bertambah. Kasus ini juga merupakan salah satu kasus

yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan. salah satu mitigasi prefentifnya

adalah dengan kebersiha dan pelestarian lingkungan. salah satu aspek yang

dapat di optimalkan adalah konribusi budaya atau sistem pengetahuan lokal.

secara garis besar kekuatan sumber daya alam sangat di butuhkan oleh

yang menerima penyebaran virus corona. Dari segi ini sumber daya alam

yang bisa mencegah penyebaran virus ini seperti; daun kelor, jahe. jambu biji,

arak. kehidupan sehari- hari juga bisa mengatasi virus corona pabila kita

22
mengikuti arahan dokter misalnya hal sederhana yang perlu di lakukan yaitu ,

antara lain;

1) Minum air secukupnya

Minum air yang secukupnya sudah merupakan hal sederhana yang bisa

menagatasi virus corona,

2) Minum arak

3) Berjemur di bawah matahari

Merupakan hal sederhana yang di lakukan masyarakat dimana berjemur

di bawah matahari selama beberpa jam untuk bisa mencegah virus masuk

ke dalam tubuh.

Lebih banyak lagi peranan dari sumber daya alam terhadap penanganan

covid-19 yang sekarang menjadi isu di lingkup global ini. Secara luas akan

dijelaskan, adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Kunyit dan Temulawak Terhadap Penanganan COVID-19

Indonesia merupakan negara dengan sumber daya alam yang begitu


melimpah. Contoh pemanfaatan dari kekayaan alam tersebut adalah
penggunaan tanaman herbal untuk tujuan kesehatan secara turun temurun.
Saat ini, tanaman herbal banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai salah
satu cara untuk membantu pencegahan virus corona atau COVID-19.
Tanaman herbal yang umum dikonsumsi oleh masyarakat adalah kunyit dan
temulawak.

Prof. Daryono Hadi Tjahjono, Dekan Sekolah Farmasi, Institut

Teknologi Bandung menjelaskan bahwa kunyit (Curcuma longa L)

mengandung senyawa metabolit bahan alam berupa kurkumin yang

23
dilaporkan memiliki potensi terapeutik yang beragam seperti antibiotik,

antiviral, antioksidan, antikanker, dan untuk penanganan penyakit alzheimer.

“Kurkumin (atau turunannya, yaitu kurkuminoid) juga terdapat pada

temulawak, jahe, dan tanaman sejenis. Selain senyawa kurkuminoid, terdapat

puluhan senyawa kimia lain yang terkandung di dalam tanaman tersebut.

Masyarakat secara umum memanfaatkan tanaman tersebut dalam kehidupan

sehari – hari dan aman dalam penggunaannya. Selain sebagai bumbu masak,

tanaman tersebut juga menjadi bahan baku jamu, dan obat herbal

terstandarkan. Ia menambahkan, berbagai penelitian farmakologi telah

dilakukan terhadap kurkumin, namun salah satu yang menjadi perhatian saat

ini adalah pengaruh kurkumin terhadap penyembuhan COVID-19. Hal ini

diketahui sejak terjadi epidemi penyakit SARS pada tahun 2003.

Dijelaskannya, reseptor yang berperan (SARS-CoV-2) adalah angiotensin

converting enzyme 2 (ACE2). ACE2 dapat berada dalam bentuk fixed

(menempel di sel) dan soluble (tidak menempel pada sel). Penelitian terhadap

senyawa kurkumin (sebagai senyawa tunggal atau murni) dilaporkan

meningkatkan ACE2 pada hewan uji tikus, namun belum ada studi hubungan

langsung terhadap infeksi virus corona (COVID-19). “Agar keperluan terapi

menggunakan kurkumin dapat tercapai, diharapkan banyak ACE2 yang bebas

(soluble) sehingga akan mencegah virus corona menempel pada sel, yang

secara langsung akan mencegah terjadinya infeksi. Prof. Daryono

menjelaskan, secara empiris, gabungan kandungan senyawa kimia dari

tanaman tersebut bermanfaat sebagai imunomodulator untuk menjaga daya

24
tahan tubuh. Efek farmakologi gabungan senyawa kimia (multi compound)

dalam tanaman tersebut tentu bisa berbeda dengan efek farmakologi senyawa

kurkumin secara tunggal (single compound). Dalam kaitannya dengan

COVID-19, penggunaan tanaman tersebut baik secara tunggal maupun

gabungannya bisa membantu dalam meningkatkan daya tahan tubuh sebagai

imunomodulator. Oleh karena itu, pemanfaatan kunyit, temulawak atau jahe

sebagai jamu, obat herbal terstandarkan, atau suplemen minuman adalah

aman. “Manfaat kurkumin terhadap penyembuhan COVID-19 tentu masih

memerlukan pembuktian melalui penelitian lanjutan. Diperlukan kerja keras

dari berbagai pihak seperti peneliti, industri farmasi, dan pemerintah

Indonesia dalam pengembangan tanaman – tanaman tersebut hingga menjadi

obat fitofarmaka sebagai antivirus terhadap COVID-19. Sumber daya alam

yang memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat yang bisa

membantu mengatasi virus corona dengan lebih baik. Sejauh ini sumber daya

alam yang di gunakan untuk mencegah virus corona dengan menggunakan

beberapa obat-obatan tradisional yang di anggap ampuh untuk mengatasi

gejala virus corona. selain itu bukan hanya suber daya alam saja melainkan

ada beberapa sistem lain yang ,membantu untuk mengatasi virus yang

memakan banyak korban sampai saat ini.

Saat ini di Negara Indonesia khsusunya di NTT kekayaan alam dan

sunber daya alam memadai hanya karena dari segi pengolahannya yang tidak

di olah secara baik oleh masyarakat itu sendiri.

25
Banyak perusahan SDA yang berkontribusi untuk mengurangi virus

corona yang sedanh mewabah di Indonesia., sebagian besar perusahaan SDA

menyumbangkan bahan yang di anggap penting untuk menangani virus

corona seperti; masker, disinfektan, dan lain sebagainya. peran dunia usaha

sangat di harapkan dan di butuhkan, serta partisipasi masyarakat juga menjadi

hal yang mutlak bukan hanya untuk sekedar menerima sumbangan dari para

pemerintah.

Sebagian besar pengelola poerusahaan SDA tidak hanya diam tanpa

ada tindakan yang berarti, karena bantuan yang di butuhkan belum beberapa

dengan laba yang di keluarkan. Tidak hanya sumber daya alam tetapi peran

nasional yang makin meningkat Namun, kondisi ini justru meningkatkan

kewaspadaan.

Dengan defisit yang melebar pemerintah memerlukan dana untuk

menambah gap tersebut. Ruang kosong yang timbul akibat dinamika tersebut

bagaimanapun harus di penuhi melalui pembiayaan anggaran. Pasar surat

berharga neggara (SBN) tidak selalu stabil ketika virus corona dan perang

harga minyak melanda. Oleh karenanya strategi pembiayaan yang tepat

sasaran perlu disusun dan kebijakan perlu di keluarkan agar penerbitan SBN

tidak membebani anggaran di tahun-tahun depan.

Melihat besarnya dampak penyebaran virus corona yang resmi

menjadi pandemic global, ujung dari krisis ini kian buram.pemerintah akan

mengumumkan paket kebijakan untuk mengatasi virus corona harus melewati

26
presiden. Paket ini terdiri atas stimulus fiscal dan stimulus non fiscal.untuk

stimulus fiscal pemerintah akan melakukan releaksasi sejumlah pajak di

sector manufaktur selama 6 bulan ke depan dan mempercepat proses restrusi

pajak sebagai stimulasi fiscal kedua untuk menangkal dampak virus COVID-

19. Adapun, stimulus nonfiskal akan menghilangkan larangan terbatas bagi

749 HS code barang impor yang di pakai sebagai bahan baku. Stimulus fiscal

tersebut berupa pajak penghasilan (pph) pasal 21 yang di tanggung

pemerintah untuk karyawan sector industry, PPh pasal 22 barang impor, dan

PPh pasal 25 atau PPh badan untuk industry manufaktur yang di tangguhkan

selama 6 bulan.

Dan inilah beberapa tanaman yang secara turu-temurun(empiris) telah dikenal

luas oleh masyarakat dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap covid-

19, yakni sebagai berikut:

1) Kunyit

Kunyit atau Curcuma longa memiliki senyawa aktif utama kurkumin yang
memiliki aktivitas antiinflamsi, analgetik, dan imunomodulator. Selain itu
kunyit juga mengandung zat aktif yang khas, yaitu curcuminoide dan
ukanon jenis A, B, C, dan D yang berfungsi merangsang daya tahan tubuh.

27
2) Pegagan (Centela asiatica)
Merupakan tanaman tradisional yang mempunyai manfaat sebagai
imunomodulator pada penyakit yang membutuhkan pertahanan sistem
imun seluler maupun humoral. Kandungan senyawa glikosida triterpenoid
dan asiaticoside mempercepat perbaikan sel-sel kulit dan meningkatkan
daya tahan tubuh non spesifik.

3) Kayu Manis
Kayu manis kaya akan antioksidan, bahkan menjadi salah satu rempah
dengan kandungan antioksidan tertinggi. Antioksidan ini bisa melindungi
tubuh dari beberapa penyakit, misalnya flu.

4) Temu mangga (Curcuma mangga)

28
Temu mangga mempunyai aktifitas fagositosis terkuat dibandingkan
empon-empon lain yang dikenal untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

5) Bawang putih (Allium sativum)

Keunggulannya adalah untuk menjaga kesehatan dengan cara


meregulasi hormon, meregulasi aliran darah, meningkatkan gairah
bercinta, dan banyak lainnya. Kalau diperhatikan lebih jauh, bawang putih
ini memiliki fungsi dalam meningkatkan kekebalan yang mengesankan.
Bawang putih mengandung allcin, sebuah komponen kuat yang dapat
menghancurkan bakteri dan infeksi.

6) Echinacea

Banyak sekali manfaat yang didapat dari bunga echinacea. Umumnya


echinacea digunakan untuk pengobatan influenza, infeksi saluran kemih,
pembengkakan kelenjar getah bening, dan juga dapat mengatasi infeksi
kulit, luka, dan eksim. Berdasarkan penelitian ilmiah, echinacea memang
dapat meningkatkan kekebalan atau daya tahan tubuh karena mampu
meningkatkan kadar interferon, menstimulasi fagositosis untuk
mendukung sel darah putih dan limfosit melalui pelepasan tumor necrosis
factor, interleukin-1, dan interferon beta-2 hingga mampu menyerang

29
organisme asing yang masuk ke dalam tubuh. Aksi echinacea yang lebih
spesifik yaitu dengan cara meningkatkan jumlah dan aktivitas sel imun
termasuk sel antitumor, meningkatkan aktivasi sel T, menstimulasi
pertumbuhan jaringan baru untuk penyembuhan luka, mengurangi
inflamasi pada artritis (radang sendi), dan kulit yang terkena inflamasi.

7) Sereh
Sereh mengandung beberapa jenis antioksidan, yang bisa membantu
memberantas radikal bebas di dalam tubuh yang bisa menyebabkan
penyakit. Antioksidan di dalamnya termasuk asam klorogenik, isoorientin,
dan swertiajaponin.

2. Pandemi Covid-19, Peringatan untuk Manusia Hidup Berdampingan dengan


Satwa Liar
 WHO telah menetapkan Covid-19 sebagai pandemi atau wabah
penyakit global. Sampai Jumat (13/03/2020) sore, WHO mencatat
ada 136.895 pasien positif Covid-19, dengan 5.077 orang meninggal
dunia yang tersebar di 123 negara di dunia. Di Indonesia sendiri, ada

30
69 orang pasien positif Covid-19 dengan 4 orang diantaranya
meninggal. Dari hasil penelitian, kelelawar dipercaya sebagai
sumber virus baru Corona yang berawal di Kota Wuhan, Tiongkok.
Tetapi penelitian lain menunjukkan trenggiling diduga sebagai
perantara virus tersebut. Tiongkok sendiri telah melarang
perdagangan satwa liar.
 Pandemi Covid-19 menjadi peringatan agar manusia tidak
memelihara atau mengkonsumsi satwa liar. Meski ada dampak buruk
dan berbagai upaya konservasi serta penegakan hukum dilakukan,
perdagangan satwa liar tidak berkurang. Justru malah bertambah.
Satwa liar dan habitatnya bisa dimanfaatkan sebagai mata
pencaharian alternatif masyarakat, seperti untuk ekowisata Seiring
merebaknya penyebaran dan jumlah orang yang terkena di berbagai
negara di dunia, Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu
(11/03/2020) akhirnya menetapkan Covid-19 sebagai pandemi atau
wabah yang berjangkit serempak dengan geografi yang luas.
 WHO mencatat ada 136.895 pasien positif Covid-19, dengan 5.077
orang meninggal dunia yang tersebar di 123 negara di dunia. Di
Indonesia sendiri, Juru bicara Pemerintah untuk Covid-19 dr.
Achmad Yurianto di Komplek Istana Negara, Jakarta, Jumat (13/3)
menyebutkan ada 69 orang pasien positif Covid-19 dengan 4 orang
diantaranya meninggal.
 Dari beberapa penelitian menyebutkan Kelelawar merupakan hewan
yang dipercaya sebagai sumber virus baru Corona tersebut. Namun,
beberapa temuan menunjukkan, virus Corona tidak ditularkan
langsung dari kelelawar ke manusia. Sebaliknya, trenggiling,
kelompok hewan pemakan semut bersisik yang merupakan mamalia
paling diperdagangkan di dunia, diduga sebagai perantara virus
tersebut. Kantor Berita Xinhua, Tiongkok, melaporkan pekan lalu
bahwa para peneliti telah menemukan kecocokan genetik terdekat
dengan virus corona yang menginfeksi manusia dalam virus yang

31
terdeteksi pada trenggiling. Namun, para ilmuwan telah
memperingatkan agar tidak sampai pada tahap kesimpulan, sebelum
penelitian dipublikasikan dan ditinjau lebih dalam.

 Jika trenggiling berperan sebagai perantara, pelarangannya dapat


diberlakukan untuk mengatasi kondisi krisis. Trenggiling
diperdagangkan untuk diambil daging dan sisiknya, yang digunakan
dalam pengobatan tradisional Tiongkok. CITES sendiri telah
melarang perdagangan internasional untuk semua delapan spesies
trenggiling sejak 2016. Dari tahun 2000 hingga 2013, diperkirakan
lebih satu juta trenggiling masuk pasar internasional secara ilegal.
Ahli paru-paru China, yang menemukan virus corona SARS pada
2003, Zhong Nanshan mengatakan, setelah dia berkunjung ke
Wuhan, dapat dipastikan virus corona berasa dari hewan liar di sana.
“Wabah terkonsentrasi di dua distrik di Huwan, terutama di pasar
makanan laut.
 Sedangkan Peneliti Mikrobiologi Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI), Sugiono Saputra, meminta masyarakat
mewaspadai wabah virus ini dengan mengurangi, bahkan
menghindari interaksi atau kontak langsung dengan satwa liar.
Biarkan satwa liar berkembang di habitat alaminya. “Fenomena ini
harus menjadi momentum kesadaran kita semua, melindungi satwa
liar di tempat aslinya. Dia menjelaskan, satwa liar memang ada yang
dikonsumsi sebagai sumber makanan atau obat. Tetapi, risiko
biologis pengolahan hewan tersebut juga ada, yaitu transfer virus
(transmisi patogen).
a) Eksploitasi Satwa Liar

Project Manajer Javan Langure Centre (JLC), the Aspinal


Foundation, Iwan Kurniawan menjelaskan, munculnya wabah

32
penyakit virus corona (COVID-19) ini mestinya bisa dijadikan
catatan penting bahwa seharusnya manusia itu tidak lagi
memelihara atau mengkonsumsi satwa liar. Jika itu dilakukan
maka dampak yang ditimbulkan bisa membahayakan diri sendiri
dan juga masyarakat luas. Iwan menyebutkan, pola eksploitasi
satwa liar masih sama. Manusia masih memanfaatkan satwa liar
untuk kesenangan, bahkan tidak sedikit yang menjadikannya
sebagai makanan atau nutrisi yang tidak jelas dasar ilmiahnya.
Perdagangan satwa liar sejauh tidak berkurang, justru malah
bertambah. Seperti lutung jawa (Trachypithecus auratus). Dalam
enam bulan terakhir ini, setiap bulan rata-rata hampir ada 2-3
primata berekor panjang yang masuk ke rehabilitasi JLC.
“Artinya dari rantai permasalahan tidak putus-putus. Masih ada
yang bermasalah terus ditengah kita melakukan upaya
rehabilitasi,” ujarnya kepada Mongabay Indonesia. Meski ada tim
gabungan penegak hukum, tidak menjamin permasalahan itu
selesai. Realitanya sampai saat ini masyarakat masih banyak yang
membeli satwa liar baik itu yang sudah dilindungi maupun tidak.
Perburuan masih marak karena masih ada permintaan. Hal itu
berdampak pada kerusakan lingkungan. Misalnya kebakaran
hutan, selain orang mencari kayu salah satunya yaitu ulah dari
para pemburu.

b) Keseimbangan Ekologi
Perdagangan satwa liar sejauh tidak berkurang, justru malah
bertambah. Seperti lutung jawa (Trachypithecus auratus). Dalam
enam bulan terakhir ini, setiap bulan rata-rata hampir ada 2-3
primata berekor panjang yang masuk ke rehabilitasi JLC.
“Artinya dari rantai permasalahan tidak putus-putus. Masih ada
yang bermasalah terus ditengah kita melakukan upaya
rehabilitasi,” ujarnya kepada Mongabay Indonesia. Meski ada tim

33
gabungan penegak hukum, tidak menjamin permasalahan itu
selesai. Realitanya sampai saat ini masyarakat masih banyak yang
membeli satwa liar baik itu yang sudah dilindungi maupun tidak.
Perburuan masih marak karena masih ada permintaan. Hal itu
berdampak pada kerusakan lingkungan. Misalnya kebakaran
hutan, selain orang mencari kayu salah satunya yaitu ulah dari
para pemburu.

Berbagai upaya konservasi satwa liar kerap kali menghadapi


tantangan berat, seperti kondisi hutan sebagai habitatnya yang
semakin memprihatinkan. Padahal pada prinsipnya, lanjut Iwan,
satwa liar ini lebih baik ada di alam. Jika satwa liar diambil, ada
konsekuensi ekologis yang ditanggung manusia, contohnya virus
corona yang lagi menyebar luas dengan cepat ini. Sehingga perlu
program edukasi secara terstruktur oleh semua pihak, baik di
lembaga sekolahan formal maupun yang non formal. Bisa juga
melalui media sosial. “Peduli satwa liar kan tidak harus memiliki.
Kepedulian itu bisa disampaikan dengan hal kecil misalnya tidak
mendukung adanya perdagagan satwa liar,” katanya. Jika ingin
memelihara satwa, kata Iwan, beli dari penangkaran atau hasil
pembudidayaan, seperti burung nuri (Loriini) maupun burung
lovebird (Agapornis). Apalagi sekarang ini banyak penangkaran
yang berhasil mengembangbiakkan berbagai jenis burung. Yang
mengkhawatirkan jika satwa liar bersentuhan dengan manusia
yang mempunyai imunitas rendah itu akan menjadi masalah.
Ketika diganggu dampaknya juga akan lebih luas. Bukan hanya
ke satwanya, tapi bisa ke alamnya, maupun manusianya. Selain
itu, pada masa-masa tertentu satwa liar seperti kukang
(Nycticebus), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) maupun
orangutan (Pongo) ini memang relatif jinak dan lucu. Namun,
yang tidak banyak orang ketahui adalah ketika masa birahi satwa

34
liar ini akan menjadi masalah. Sifat alaminya yang susah
dikendalikan akan timbul. Sehingga membahayakan. Intinya,
banyak dampak buruk ketika memelihara. Apalagi
mengkonsumsi. Untuk itu, sambung Iwan satwa liar lebih baik
tidak dipelihara. Jika ingin tahu bisa ke kebun binatang. Banyak
hal yang bisa mengapresiasikan sisi-sisi keindahan tanpa harus
memiliki. Karena di alam satwa liar memiliki peranan penting
untuk keseimbangan ekologis. Selain itu juga bisa dijadikan
sarana kajian keilmuan. Sekarang ini, menurutnya, banyak
gerakan kembali ke uri-uri budaya. Mengingat nenek moyang
dulu sudah mengajarkan bagaimana menghargai alam yang di
dalamnya ada tumbuhan dan satwa liar. Alam ini bukan hanya air
saja, melainkan di dalamnya juga ada makhluk lain seperti
binatang. “Ini juga mempunyai peran penting dalam
keberlangsungan atau kestabilan ekosistem di alam.

c) Mata Pencaharian Alternatif


Budi Prasetyo, dalam artikel Reintroduksi Spesies Fauna ke
Kehidupan Alam Liar menjelaskan, mengacu pada permalahan
yang terjadi. Maka sudah suatu kewajiban bagi pemerintah untuk
terus membangun dan memfasilitasi para ahli dan praktisi biologi
konservasi untuk bekerja sama dengan masyarakat lokal, pihak
swasta yang berkepentingan, LSM terkait, pemerintah daerah
setempat pada beberapa bidang konservasi antara lain
pengelolaan, pelepas-liaran hewan, dan evaluasi porgram
konservasi.
Di samping itu, upaya peningkatan kepedulian seluruh
lapisan masyarakat perkotaan dan pedesaan terhadap kelestarian
fauna perlu terus dibina dan digalakkan, kepedulian ini
berdampak positif bagi aspek lain pada kehidupan masyarakat,
yaitu aspek sosial ekonomi, budaya, dan sumberdaya alam .

35
Senada dengan hal itu, Founder Sahabat Alam Indonesia, Andik
Syaifudin saat dihubungi menjelaskan, peran para pihak terkait
dalam menjalankan serta menegakkan regulasi untuk menjaga
satwa liar sangat penting. Salah satunya dengan menggandeng
seluruh stake holder yang di dalamnya ada komunitas pemerhati
lingkungan, LSM, maupun organisasi masyarakat (ormas) untuk
sosialisasi dan edukasi terkait dengan perlindungan satwa liar dan
habitatnya.
Mendorong masyarakat untuk peka dan peduli terhadap
lingkungan sekitarnya. Sehingga tergerak dan bergerak
melindungi habitat satwa liar. Mengingatkan teman, keluarga,
tetangga atau masyarakat yang melakukan tindakan pelaggaran
seperti penyalahgunaan senapan angin, berburu di kawasan
lindung, jual beli satwa, dll.
Keberadaan satwa liar ini menurut Andik secara langsung
bisa dimanfaatkan sebagai mata pencaharian alternatif masyarakat
sekitar dengan membuat ekowisata, yaitu wisata berbasis ekologi.
Seperti pengamatan burung, pengamatan satwa liar, juga kupu-
kupu. Dimana masyarakat ini bisa mendapatkan nilai ekonomi
tambahan. Sedangkan wisatawan bisa mendapatkan nilai edukasi
dan pengalaman. Selain itu, pemanfaatan secara tidak langsung
yaitu sebagai penyeimbang ekosistem, memberikan kesuburan
tanah, hutan lestari, oksigen melimpah, dan juga kelimpahan
air.“Percayalah, jika kita berbuat baik kepada alam mereka akan
berdoa dan berzikir kepada Tuhan yang Maha Pencipta tanpa
terputus,” kata pria yang juga penyelam ini. Dia beriktikad, bisa
jadi makhluk lain seperti binatang maupun tumbuh-tumbuhan
inilah yang akan membantu manusia masuk surga. Tidak ada hal
sia-sia dalam hal berbuat baik, khususnya untuk alam. Di samping
itu, upaya peningkatan kepedulian seluruh lapisan masyarakat
perkotaan dan pedesaan terhadap kelestarian fauna perlu terus

36
dibina dan digalakkan, kepedulian ini berdampak positif bagi
aspek lain pada kehidupan masyarakat, yaitu aspek sosial
ekonomi, budaya, dan sumberdaya alam . Senada dengan hal itu,
Founder Sahabat Alam Indonesia, Andik Syaifudin saat
dihubungi menjelaskan, peran para pihak terkait dalam
menjalankan serta menegakkan regulasi untuk menjaga satwa liar
sangat penting. Salah satunya dengan menggandeng seluruh stake
holder yang di dalamnya ada komunitas pemerhati lingkungan,
LSM, maupun organisasi masyarakat (ormas) untuk sosialisasi
dan edukasi terkait dengan perlindungan satwa liar dan
habitatnya.
Mendorong masyarakat untuk peka dan peduli terhadap
lingkungan sekitarnya. Sehingga tergerak dan bergerak
melindungi habitat satwa liar. Mengingatkan teman, keluarga,
tetangga atau masyarakat yang melakukan tindakan pelaggaran
seperti penyalahgunaan senapan angin, berburu di kawasan
lindung, jual beli satwa, dll.
Keberadaan satwa liar ini menurut Andik secara langsung
bisa dimanfaatkan sebagai mata pencaharian alternatif masyarakat
sekitar dengan membuat ekowisata, yaitu wisata berbasis ekologi.
Seperti pengamatan burung, pengamatan satwa liar, juga kupu-
kupu. Dimana masyarakat ini bisa mendapatkan nilai ekonomi
tambahan. Sedangkan wisatawan bisa mendapatkan nilai edukasi
dan pengalaman. Selain itu, pemanfaatan secara tidak langsung
yaitu sebagai penyeimbang ekosistem, memberikan kesuburan
tanah, hutan lestari, oksigen melimpah, dan juga kelimpahan
air.“Percayalah, jika kita berbuat baik kepada alam mereka akan
berdoa dan berzikir kepada Tuhan yang Maha Pencipta tanpa
terputus,” kata pria yang juga penyelam ini. Dia beriktikad, bisa
jadi makhluk lain seperti binatang maupun tumbuh-tumbuhan

37
inilah yang akan membantu manusia masuk surga. Tidak ada hal
sia-sia dalam hal berbuat baik, khususnya untuk alam.

38
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebenarnya Indonesia sangat rentan denagn wabah- wabah virus

seperti virus corona yang dimana lebih di dominasi oleh binatang seperti

kelelawar-kelelawar d berbagai daerah. virus corona yang sudah ada sejak

dulu, dan baru menyebar dari Negara ke Negara dimana itu karena

diakibatkan oleh ekosistem yang di rusak oleh manusia sendiri. tetapi virus

ini di sebarkan oleh Negara China yang melakukan penelitian pada

kelelawar dan setelah kelelawar tersebut mati, virus corona sudah mulai

muncul dan menyebar sampai ke beberapa Negara dan menyebabkan

banyak orang yang mati Karena virus ini, bukan hanya itu perekonomian

juga terhambat serta Sumber Daya Alam yang sebagian di jadikan tempat

wisata telah di batasi oleh pemerintah untuk mengunjungi tempat wisata

agar dapat encegah virus COVID- 1 9 tersebut tidak menyebar.

Penanganan dari virus corona ini ada beberapa banyak diantaranya :

daun kelor, jahe, jeruk, jambu biji, bisa mengatasi virus corona. Namun

bukan hanya itu, masih banyak penanganan lain yang bisa mencegah

terjadinya virus corona atau biasa di sebut Covid – 19. Persediaan sumber

daya alam di Indonesia yang di kategorikan termasuk dalam pencegahan

atau penaganan virus corona memiliki banyak sumber untuk pencegahan

Covid – 19, namun penelitian lanjutnya masih belum di ketahui apakah

39
penagkal yang bisa menangani virus tersebut bisa mematikan virus secara

otomatis.

Dari segi strategi Mitigasi manusia memiliki empat model budaya

lingkingan, yaitu; merusak, mengabaikan, memelihara, memperbaiki.

Model budaya mengabaiakn dan merusak lingkungan hidup lebih

cendrung terjadi dalam budaya rasional. Sama halnya dalam menghadapi

virus corona, di mana masyarakat sendiri yang mengabaiakan kelestarian

alam sehungga virus mewabah secara cepat.

B. Saran

Untuk sumber daya alam agar bisa mencegah virus corona yang

sedang melanda warga dunia khususnya di Indonesia, semoga pemerintah

dan para dokter bisa menemukan penangkal virus tersebut. dan semoga

untuk masyarakat juga bisa menjaga jarak dan bisa membatasi aktivitas

agar virus corona ini tidak menyebar.

40

Anda mungkin juga menyukai