Disusun oleh
Irhami (1102110357)
AL-AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH
PALANGKA RAYA
2012 M/1433
KATA PENGANTAR
Bismillâhirraẖmânirraẖîm
Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam, Shalawat serta salam semoga
tercurah kepada junjungan kita baginda besar Nabi Muhammad SAW. Keluarga, serta para
Sahabat sekalian.
yangberjudul “ Hadis Ditinjau Dari Segi Kuantitas Sanadnya (Mutawatir dan Ahad). ”
penggunaan EYD, maupun dari segi isinya. Oleh karena itu, kami membuka pintu yang lebar
untuk kritik dan saran dari pembaca sekalian, demi untuk menjadi lebih baik lagi.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................
A. Latar Belakang...........................................................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................................................
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................
D. Metode penulisan.......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................
A. Simpulan....................................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................................
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesepakatan para Ulama telah menetapkan bahwa sebagai sumber ajaran Islam yaitu,
Al-Qur’an dan Al-Hadis, dalam artian sumber ajaran yang murni diberikan langsung dari
Pada kesempatan kali ini penulis akan membahas sumber ajaran yang kedua, yaitu Al-
Hadis, lebih khususnya lagi tentang Hadis Ditinjau Dari Segi Kuantitas Sanadnya. Para
ulama berbeda pendapat dalam menentukan atau membagi hadis yang ditinjau dari segi
kuantitasnya ini. Ada yang membaginya menjadi tiga, di antaranya hadis mutawatir,
hadis ahad, dan hadis masyhur. Pendapat ini salah satunya di ungkapkan oleh Abu Bakar
Al-Jashshah (305-370 H). Dan ada juga yang membaginya hanya menjadi dua, yaitu
hadis mutawatir dan hadis ahad. Yang banyak di canangkan oleh ulama-ulama Ushul dan
Ulama Kalam. Lebih lanjut lagi, menurutnya hadis masyhur merupakan bagian dari hadis
Dalam hal ini penulis sependapat dengan pendapat ulama yang kedua, yakni hadis
ditinjau dai segi kuantitas sanadnya terbagi hanya menjadi dua, mutawatir dan ahad. Oleh
karena itu, penulis telah menyiapkan berbagai ulasan tentang hal ini dalam makalah yang
1
Mudasir, Ilmu Hadis, Bandung: Pustaka Setia, 1999, h. 113.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Metode Penulisan
Adapun metode penulisan dalam makalah ini, yakni melaului Metode Penelusuran
perpustakaan.
BAB II
PEMBAHASAN
Kata kuantitas berasal dari bahasa Inggris yaitu quantity yang artinya
banyaknya, jumlahnya.2 Sedangkan kata sanad berasal dari bahasa Arab yaitu al-
mu‘tamad yang artinya sandaran, tempat bersandar, yang menjadi sandaran.3 Lebih
Jadi, maksud dari Hadis Ditinjau Dari Segi Kuantitas Sanadnya adalah
Seperti dijelaskan di depan, bahwa hadis ditinjau dari kuantitas sandanya ini
terbagi menjadi dua, yaitu hadis mutawatir dan hadis ahad. Untuk lebih terperinci
1. Hadis Mutawatir
Secara bahasa kata mutawatir adalah isim fa’il dari kata at-tawatur, yang
berarti berurutan.4
ِ َما َر َواهُ َج ْم ٌع ع َْن َج ْم ٍع تُ ِح ْي ُل ْال َعا َدةُ تَ َواطُُؤ هُ ْم َعلَى ْال َك ِذ
ب
Artinya: “ Hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah besar orang yang menurut
yang tidak mungkin bersepakat untuk berdusta dari sejumlah perawi yang
semisal mereka dan seterusnya sampai akhir sanad. Dan sanadnya mereka
adalah pancaindera.”6
Jadi, dari kedua definisi di atas, jelaslah bahwa hadis mutawatir adalah hadis
untuk bersepakat berdusta. Dan juga hadis ini memberi pengertian qath’i(pasti).
Menurut Al-Qaththan dalam hal ini ada empat syarat. Pertama, diriwayatkan oleh
jumlah yang banyak. Kedua, jumlah yang banyak ini berada pada semua
Para ulama berbeda pendapat, ada yang menetapkan jumlah tertentu dan
Menurut Al-Baqillani yang dikutip dari buku Mudasir yang berjudul Ilmu
6
Ibid., h. 96-97.
7
Ibid., Al-Qaththan, Pengantar, h. 110.
orang. Hal ini ia qiyaskan dengan jumlah Nabi yang mendapat gelar Ulul
Azmi.8
Ulama lain menetukan minimal 12 orang, seperti firman Allah SWT dalam
Al Qur’an.
Artinya: “Dan telah kami angkat di antara mereka dua belas orang
di bawah ini:
َ َاِ ْن يَ ُك ْن ِم ْن ُك ْم ِع ْشرُون
صابِرُونَ يَ ْغلِبُوْ ا ِماَتَ ْي ِن
Artinya: “Jika ada dua puluh orang yang sabar di antara kamu,
niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh.” (QS. Al-
Anfal : 65)10
1) Mutawatir lafdzi
Dalam buku Ilmu Hadis karya Mudasir, yang dimaksud hadis mutawatir
lafdzi adalah:
8
Mudasir, Ilmu Hadis, h. 116.
9
Ibid.
10
Ibid., h. 116-117.
ُت ِر َوايَتُهُ َعلَى لَ ْف ٍظ َوا ِح ٍد اَوْ َما ت ََوات ََر لَ ْفظُهُ َو َم ْعنَاه
ْ َماتَ َواتَ َر
Sesuai definisi di atas, menurut penulis hadis mutawatir lafdzi ini adalah
suatu hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah perawi dan dalam segi lafadz
serta maknanya sama. Dalam hal ini dapat dibayangkan suatu hadis yang
sangat sulit mencari hadis ini. Menurut para ulama pun demikian, Ibn
ini tidak dapat diperoleh.12 Demikian juga Ibn Ash-Shalih yang diikuti oleh
An-Nawawi menetapkan bahwa hadis seperti ini sedikit sekali dan sukar
dikemukakan contohnya.13
Hal ini terjadi disebabkan oleh syarat hadis mutawatir yang salah satunya
yang banyak juga bahwa hadis ini menurut adat mustahil bersepakat untuk
berdusta. Karena begitu ketatnya kriteria hadis mutawatir lafdzi ini, dari
beberapa buku yang penulis peroleh hanya ada dua buah contoh dari hadis
َي ُمتَ َع ِّمدًا فَ ْليَتَبَ َّو ْا َم ْق َع َدهُ ِمن َ َم ْن َك َّذ:صلَّى هللاِ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم
َّ َب َعل َ ُقَ َل َرسُوْ ُل هللا
ِ َّالن
ار
meriwayatkannya.15
Contoh hadis yang kedua diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan At-
Tirmidzi, yakni:
2) Mutawatir ma’nawi
ِ اَ ْن يَ ْنقِ َل َج َما َعةٌ يَ ْستَ ِح ْي ُل تَ َوا طُُؤ هُ ْم َعلَى ْال َك ِذ
َ ب َو ُوقُوْ ُعهُ ِم ْنهً ْم ُم
ًصا َدفَة
persamaan.”18
14
Muhammad, Ulumul Hadis, h. 89.
15
Mudasir, Ilmu Hadis, h. 120.
16
Munazir, Ilmu hadis, h. 103.
17
Ibid. h. 104.
18
Ibid.
Dari beberapa definisi di atas, dapat kita pahami bahwa yang dinamakan
berbeda-beda namun makna atau inti dari hadis tersebut adalah sama.
berikut:
Tirmidzi)20
ِهَلَكَ النَّاسُ فَ َرفَ َع َرسُوْ اُل هللِ يَ َد ْي ِه يَ ْد ُعوْ َو َرفَ َع النَّاسُ ا ْي ِديَهُ ْم َم َع َرسُوْ اُل هللا
يَ ْد ُعوْ نَ قَ َل اَنَسٌ فَ َما خَ َرجْ نَا ِمنَ ْال َم ْس ِج ِد َحتَّى َم ِطرْ نَا
19
Muhammad dan mudzakir, Ulumul Hadis, h. 90.
20
Ibid., h. 91.
Artinya: “Anas berkata, “Seorang Arab pedesaan (pegunungan) datang
Dari hadis-hadis di atas, dapat kita cermati bahwa ketiga hadis tersebut
berdoa.22
2. Hadis Ahad
Secara bahasa kata ahad berasal dari bahasa Arab yang berarti satu.23
Artinya: “Hadis ahad adalah hadis yang para perawinya tidak mencapai
jumlah rawi hadis mutawatir, baik rawinya itu satu, dua, tiga, empat atau
21
Ibid.
22
Ibid.
23
Achmad Sya’bi, Kamus An-Nur – Arb-Indonesia-Arab, Surabaya: Halim Jaya, h. 7.
24
Muhammad dan Mudzakir, Ulumul Hadis, h. 93.
Ulama lain berpendapat, hadis ahad merupakan hadis yang sanadnya sah dan
Jadi, hadis ahad adalah hadis yang perawinya tidak mencapai jumlah
berdusta. Dan juga sifatnya zhanni atau diduga hadis ini berasal dari Nabi.
Para ulama berbeda pendapat tentang macam-macam hadis ahad. Ada yang
mengatakan ada tiga macam, yaitu hadis masyhur, hadis aziz dan hadis
gharib. Namun ada juga yang berpendapat bahwa hadis ahad itu ada empat
macam, yaitu hadis masyhur, hadis mustafid, hadis aziz dan hadis gharib.26
Disini penulis lebih setuju terhadap pendapat yang membaginya menjadi tiga
macam, masyhur, aziz dan gharib. Karena menurut penulis hadis mustafid itu
1) Hadis masyhur
ْث ْال َم ْشهُوْ ُر َما لَهُ طُرُق ٌل َمحْ صُوْ َرةٌ بِا َ ْكثَ َر ِم ْن ْاثنَي ِْن
ُ ْال َح ِدي
Artinya: “Hadis masyhur dalah hadis yang memiliki sanad terbatas yang
Ulama ushul:
25
Mudasir, Ilmu Hadis, h. 125.
26
Muhammad dan Mudzakir, Ulumul Hadis, h. 93.
27
Munazir, Ilmu Hadis, h. 110.
28
Nuruddin ‘Itr, Ulumul Hadis, Bandung: Remaja Rosdakarya, cet. 2, 1997, h. 202.
َّ َّحابَ ِة َع َد ُد اَل يَ ْبلُ ُغ َح َّد التَّ َوا تُ ِر ثُ َّم ت ََوا تَ َربَ ْع َد ال
ص َحابَ ِة َو ِم ْن َ َما َر َواهُ ِمنَ الص
diriwayatkan oleh tiga perawi atau lebih pada setiap thabaqat dan belum
hadis masyhur adalah hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang terhingga
dan tidak mencapai ukuran mutawatir, namun hadis ini telah populer di
memberikan sifat suatu hadis yang di anggap populer menurut ahli hadis di
kalangan masyarakat.31
ََعلَى ِر ْع ٍل َو َذ ْك َوان
29
Munazir, Ilmu Hadis, h. 110-111.
30
Manna’, Pengantar, h. 113.
31
Mudasir, Ilmu Hadis, h. 129-130.
Artinya: “Bahwasanya Rasulullah SAW melakukan qunut setelah
ruku’ selama satu bulan untuk mohon kecelakaan atas Suku Ri’i
Abu Mijlaz dari Anas. Ada juga yang meriwayatkan dari Anas oleh
selain Mijlaz, dari Mijlaz oleh selain Sulaiman, dari Sulaiman oleh
Jama’ah.33
masyarakat awam.
Muslim)34
ار ِ ض َر َر َواَل
َ ض َر َ اَل
Artinya: “Tidak boleh membiarkan bahaya datang dan tidak boleh
mendatangkan bahaya.”35
صلَّى هللاِ َعلَي ِه َو َسلَّ َم ع َْن بَي ِْع الغ ََر ِر
َ ِنَهَى َرسُو ُل هللا
Artinya: “Rasulullah SAW melarang jual-beli yang di dalamnya
masyarakat.
2) Hadis Aziz
Secara bahasa kata aziz berasal dari kata ‘azza ya’izzu yang berarti sedikit
atau jarang. Dapat juga berasal dari ‘azza ya’azzu yang berarti kuat.38
Nazham Al-Baiquniyah:
َ ْ َم ْشهُو ٌر َمرْ ِويٌّ فَو. َزي ٌز َمرْ ِويٌّ اثَنَي ِْن اَوْ ثَاَل ثَ ٍة
ق َماثَاَل ثَ ٍة ِ ع
Artinya: “Hadis aziz adalah hadis yang diriwayatkan oleh dua atau tiga
ٌك َج ِم َعة
َ َِر َواهُ بَ ْع َد َذاا
Artinya: “Hadis aziz adalah hadis yang diriwayatkan oleh dua orang rawi,
kendati dua rawi itu pada satu tingkatan saja, dan setelah itu diriwayatkan
37
Ibid., h. 131.
38
Munazir, Ilmu Hadis, h. 116.
39
Nuruddin, Ulumul Hadis, h. 212.
40
Muhammad dan Mudzakir, Ulumul Hadis, h. 95.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan, bahwa hadis aziz ialah hadis
yang diriwayatkan oleh dua atau tiga orang rawi, walaupun nantinya
نَحْ ُن االَ ِخرُونَ فِى ال ُّد ْنيَا السَّا بِقُونَ يَوْ َم:صلَّى هللاُ َعلَي ِه َو َسلَّ َم
َ ِقَ َل َر ُسلُوهللا
القِيَا َم ِة
paling akhir (di dunia) dan yang paling terdahulu di hari kiamat.”(HR.
Hadis ini diriwayatkan oleh dua orang sahabat Nabi, namun pada
3) Hadis gharib
Ibnu Hajar:
ض ٍغ َوقَ َع التَفَرُّ ُد بِ ِه ال َّسنَ ُد َّ ََماتَفَ َّر َد بِ ِر َوايَتِ ِه َش ْخصٌ َوا ِح ٌد فِى ا
ِ ْي َمو
terjadi.” 43
41
Ibid., h. 95-96.
42
Munazir, Ilmu Hadis, h. 118.
43
Ibid.
Ulama lain berpendapat bahwa hadis gharib ini adalah hadis yang
Hadis ini merupakan hadis gharib, walaupun hadis ini diriwayatkan oleh
pertama hanya diriwayatkan oleh satu orang saja, yaitu Umar bin Khatab.46
B. Hasil Analisa
Menurut hasil analisa kami, agar lebih mudah dipahami, penulis merangkumnya
44
Ibid.
45
Muhammad dan Mudzakir, Ulumul Hadis, h. 97.
46
Ibid.
No Hadis Mutawatir Hadis Ahad
1. Jumlah rawi sangat banyak pada Jumlah rawi terhingga dan tidak
mutawatir.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Hadis di tinjau dari segi kuantitas sanadnya itu ada dua, yaitu Hadis
rawi, dan dengan jumlah itu, menurut adat mustahil sepakat untuk
berdusta.
Hadis ini terbagi menjadi dua lagi, yaitu hadis mutawatir lafadz dan
lafadznya satu redaksi atau sama. Serta jumlah hadis ini sangat sedikit.
Hadis ini terbagi menjadi tiga, yaitu hadis masyhur, hadis aziz, dan
hadis gharib.
lebih, namun tidak mencapai jumlah mutawatir. Hadis ini sesuai namanya
yakni masyhur yang berarti hadis yang telah populer di dalam masyarakat.
Hadis aziz merupakan hadis yang diriwayatkan dua orang atau tiga
orang dan toidak mencapai jumlah hadis masyhur apalagi hadis mutawatir.
Hadis gharib merupakan hadis yang diriwayatkan oleh satu orang rawi.
B. Saran
Dalam segala hal sudah menjadi fitrah manusia jika mempunyai
kelemahan dari segala sisi, dengan harapan memperoleh kritik dan saran
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Muhammad dan Mudzakir, Ulumul Hadis, Bandung: Pustaka
Setia, 2004.
2005.
1997.
Halim Jaya.