Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH STUDI HADIST

“HADITS AHAD”

DOSEN PENGAMPU : EDI MARWAN, M.PD.I., S.PD.I.

DISUSUN OLEH

KELOMPOK III

SYAKIRA ERAWATI (12180122012)

SYAHRUL TRI APRIAN (12180112161)

TITO VINOTA (12180112426)

WIRA YUDA PRATAMA (12180112147)

SYAFIQ AL AFKAAR (12180111785)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU ( UIN SUSKA RIAU)
JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN

TP 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Studi hadist, dengan judul “HADIST AHAD”.

Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Karena itu, kami
sangat mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca untuk melengkapi segala kekurangan
dan kesalahan dari makalah ini.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Edi Marwan, M.PD.I., S.PD.I. selaku
dosen Mata Kuliah studi hadist. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL..............................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................2
C. Tujuan......................................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..............................................................................................................................3
A.Definisi hadist Ahad.................................................................................................................3
B.Klasifikasi Hadist Ahad............................................................................................................4
1.Hadits Masyhur.....................................................................................................................4
2. Hadist aziz............................................................................................................................6
3. Hadis Gharib........................................................................................................................6
BAB III............................................................................................................................................9
PENUTUP.......................................................................................................................................9
A.Kesimpulan..............................................................................................................................9
B.Saran.........................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................10

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Hadist dan Sunnah, baik secara struktural maupun fungsional disepakati oleh mayoritas
kaum muslimin dari berbagai mazhab Islam sebagai sumber ajaran Islam, karena dengan adanya
hadis dan sunnah itulah ajaran Islam menjadi jelas, rinci dan spesifik. Sepanjang sejarahnya,
hadis-hadis yang tercantum dalam berbagai kitab hadis yang ada berasal melalui proses
penelitian ilmiah yang rumit, sehingga menghasilkan kualitas hadis yang diinginkan oleh para
penghimpunnya. Implikasinya, telah terdapat berbagai macam kitab hadis yang sering kali
dijumpai keaneka ragaman redaksi (matan hadis) dan sanadnya, karena diantara kolektor hadis
tersebut memakai kriteria dan standar masing-masing. Disinilah letak pentingnya pembelajaran
hadis agar dapat diketahui bagaimana hadis tersebut diteliti dan lebih dari itu bagaimana meneliti
sehingga dapat diketahui tata cara dengan benar pemakaian hadis sebagai dasar amalan.

Jadi dengan adanya ulumul hadist, umat Islam dapat mengetahui hadist yang Shahih, dan
hadis-hadis palsu. Sebab tidak semua hadis itu boleh diamalkan dan dijadikan sebagai dasar
hukum yang baik. Setelah Nabi wafat, banyak orang-orang yang membuat hadis-hadis palsu
untuk kepentingan golongannya atau untuk menjatuhkan penguasa.

Dengan adanya studi hadis, umat dengan mudah mendapatkan hadis-hadis yang
diperlukan sebagai sumber hukum yang sah setelah Al qur’an. Begitu juga umat Islam dengan
mudah membedakan antara lafaz Al quran dengan lafaz hadist, karena sering sekali terjadi akhir-
akhir ini yang hadis dikatakan Al quran, sebaliknya Al quran disebut hadist.

Dalam makalah ulumul hadist ini akan membahas Hadis Ahad, yang diawali dari
pengertian hadis ahad,macam-macam hadis ahad dan contohnya, pendapat ulama tentang
hadis ahad dan analisis historis kemunculannya. 

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi hadist ahad ?
2. Bagaimana klasifikasi hadist ahad ?
3. Bagaimana definisi hadist Masyhur ?
4. Bagaimana definisi hadist Aziz ?
5. Bagaimana definisi hadist Gharib ?

C. Tujuan
1. Mendeskripsikan definisi hadist ahad.
2. Mendeskripsikan klasifikasi hadist ahad.
3. Mendeskripsikan definisi hadist Masyhur.
4. Mendeskripsikan definisi hadist Aziz.
5. Mendeskripsikan definisi hadist Gharib.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A.Definisi hadist Ahad

Hadits ahad adalah hadits yang diriwayatkan oleh satu, dua,atau sedikit orang yang tidak
mencapai derajat mutawatir. Hadits ahad dikategorikan sebagai hadits zhanny as-tsubut. Hadits
ahad mempunyai sisi gelap yang memungkinkannya untuk ditolak atau diabaikan dan tidak
diamalkan.

Kata ahad berarti “satu”. Khabar al-Wāhid adalah kabar yang diriwayatkan oleh satu
orang. Sedangkan menurut istilah Ilmu Hadis, Hadis Ahad berarti :

.‫هو ما لم يجمع شروط المتواتر‬

“Hadis yang tidak memenuhi syarat mutawatir”.

’Ajjaj al-Khathib, yang membagi hadis berdasarkan jumlah perawinya kepada tiga, bahwa ia
mengatakan defenisi Hadis Ahad sebagai berikut:

.‫هو ما رواه الواحد أ و اﻹ ثنان فاكثر مما لم تتوفو فيه شروط المشهور أو المتواتر‬

“Hadis Ahad adalah hadis yang diriwayatkan oleh satu orang perawi, dua atau lebih, selama
tidak memenuhi syarat-syarat Hadis Masyhur atau Hadis Mutawatir”.

Dari definisi ‘Ajjaj al-Khathib di atas dapat dipahami bahwa Hadis Ahad adalah hadis yang
jumlah perawinya tidak mencapai jumlah yang terdapat pada Hadis Mutawatir ataupun Hadis
Masyhur.

Jumlah periwayat yang terlibat pada hadist ahad untuk setiap (tsabaqah) sanadnya tidak
sebanyak jumlah periwayat pada hadist mutawatir . Akibatnya, tingkat keakuratan riwayat hadist
ahad tidak setinggi hadist mutawatir . Untuk hadist mutawatir  tingkat keakuratan riwayatnya
mencapai qath‟i (meyakinkan kebenaran beritanya), sedangkan untuk hadist ahad, tingkat

3
keakuratan riwayatnya hanya mencapai  zhanni (dugaan keras). Karenanya, untuk mengetahui
apakah wurud (kedatangan) hadist ahad dapat dipercaya ataukah tidak, maka terlebih dahulu
sanad dan matannya harus diteliti. Untuk hadist mutawatir , penelitian yang demikian itu tidak
diperlukan karena sudah pasti kebenaran wurud-nya

B.Klasifikasi Hadist Ahad

Jumlah rawi-rawi dalam thabaqat (lapisan) pertama, kedua, atau ketiga dan seterusnya
pada hadits Ahad itu, mungkin terdiri dari tiga orang atau lebih, dua orang atau seorang. Para
Muhadditsin memberikan nama-nama tertentu bagi hadits Ahad mengingat banyak-sedikitnya
rawi-rawi yang berada pada tiap-tiap thabaqat dengan Hadits Masyhur, Hadits ‘Aziz, dan Hadits
Gharib.

1. Hadits Masyhur 
  Masyhur menurut bahasa berarti nampak. Sedangkan menurut istilah adalah yang
diriwayatkan oleh tiga perawi atau lebih pada setiap thabaqah (tingkatan) dan belum mencapai
batas mutawatir.

Hadis ini dinamakan masyhur karena telah tersebar luas di kalangan masyarakat.
Beberapa ulama mendefinisikan hadits masyhur adalah segala hadits yang populer dalam
masyarakat, meskipun tidak memiliki sanad, baik berstatus  shahih  atau dha‟if.

Hadits masyhur ini ada yang berstatus  shahih, hasan  dan dha‟if . Yang dimaksud
dengan sahih apabila telah memenuhi ketentuan hadis  shahih baik pada sanad dan matannya.
Begitu pula yang berstatus hasan dan dha‟if   juga bergantung pada ketentuannya baik pada
sanad maupun matannya. Ditinjau dari segi lingkungan tersiar dan tersebarnya hadits masyhur
dapat dibagi menjadi beberapa bagian. Hal ini dikarenakan terkadang suatu hadits dikatakan
masyhur di kalangan ahli hadits dan ulama lain serta masyarakat umum, dan terkadang suatu

4
hadits juga dikatakan masyhur  pada pembicaraan banyak orang, meskipun hadits tersebut hanya
diriwayatkan melalui sanad, bahkan terkadang tidak memiliki sanad sama sekali.

Berikut ini adalah beberapa contoh hadits masyhur menurut  pembagian di atas:

a. Hadits masyhur di kalangan ahli hadits saja. “Bahwasanya Rasulullah SAW melakukan
qunut setelah ruku‟ selama satu bulan untuk mendo‟akan hukuman atas (tindakan
kejahatan) suku Ri‟l dan  suku dzakwan” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).  

b. Hadits masyhur di kalangan ahli muhadditsin dan ulama lain, serta masyarakat umum
“Seorang muslim (yang sempurna keislaman-nya) adalah orang yang umat Islam selamat dari
kejahatan lidah dan tangannya”.

c. Hadits masyhur di kalangan fuqaha “Perbuatan halal yang paling dibenci Allah adalah
talak.” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majjah)

d. Hadits masyhur di kalangan ahli ulama fiqh “Diangkatkan (dosa/hukuman)dari umatku


karena tersalah (tidak  senagja, lupa, dan perbuatan yang dilakukan karena terpaksa)(HR Ibnu
Majjah)

e. Hadits masyhur di kalangan ulama ahli bahasa Arab “Sebaik -baiknya hamba Allah
adalah suhaib, kalaupun ia tidak punya rasa takut kepada Allah maka ia tetap tidak akan
mendurhakainya”

f. Hadits masyhur di kalangan ahli pendidikan “Tuhankulah yang mendidikku, maka Ia


mendidikku dengan baik”.

g. Hadits masyhur di kalangan umum “Tergesa-gesa itu adalah dari (perbuatan


setan)”(HR. Tirmidzi)

h. Serta masih banyak lagi hadits-hadits yang kemasyhurannya hanya di kalanagan


tertentu, sesuai dengan disiplin ilmu dan bidangnya masing masing.

2.      Hadist aziz


Kata Aziz menurut etimologi, jika diambil dari kata , Ya'izzu berarti sedikit dan jika
diambil dari kata , Ya'izzu berarti kuat. Adapun pengertian hadist aziz menurut terminologi ialah
hadis yang diriwayatkan oleh  dua Orang rawi atau lebih dalam satu thabaqatnya. Definisi ini
5
paling populer dan telah digunakan oleh Ibnu Hajar kitabnya  Al-Nukhbah Sedang menurut Ibnu
Al-Shalah dan yang lain, bahwa hadis aziz ialah hadis yang diriwayatkan oleh dua atau tiga
orang rawi, sebagaimana dikatakan oleh pengarang kitab Al-Baiquniyyah:

‫عزيز مروي إثنينى او ثالثة مشهور مروي فوق ما ثالثة‬


Hadis aziz ialah hadis yang diriwayatkan oleh dua  atau tiga orang rawi, sedang hadis masyhur
ialah hadis yan riwayatkan oleh lebih dari tiga orang rawi.

Contoh hadist azis :

‫ده‬o‫ده وول‬oِ‫ه من وال‬o‫ون أحب إلي‬o‫تى أك‬o‫دكم ح‬o‫ؤمن أح‬o‫ ال ي‬: ‫ال‬oَ‫عن أبي هريرة رضي هللا عنه أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم ق‬
.‫والناس أجمعين‬
“Bahwasanya Rasulullah saw bersabda, 'Tidak semmpurna iman salah seorang di antara kamu
sekalian sehingga aku lebih disukai olehnya dari pada orang tuanya dan anaknya.”

Hadits ini diriwayatkan dari Rasulullah oleh Anas bin Malik kemudian diriwayatkan
kepada dua orang yaitu, qatadah dan Abdul Aziz bin suhaib, dari qatadah diriwayatkan pada dua
orang, yaitu Syu’bah dan Husain al-Muallim. Dan dari Abdul Aziz diriwayatkan kepada dua
orang yaitu Abdul Warits dan Ismail bin ‘Ulaiyyah, dari keempat orang rawi ini diriwayatkan
pada generasi dibawahnya lebih banyak lagi yang akhirnya sampai pada Imam Bukhari dan
Muslim.

3.      Hadis Gharib


Gharib menurut bahasa berarti al-munfarid   (menyendiri) atau alba‟id an aqaribihi
(jauh dari kerabatnya). Gharib menurut bahasa berarti jauh dari tanah air atau sukar dipahami.
Sedangkan menurut istilah adalah hadis yang asing, sebab hanya diriwayatkan oleh seorang rawi,
atau disebabkan oleh adanya penambahan matan atau sanad. Hadis yang demikian disebut gharib
karena keadaannya asing menurut pandangan rawi-rawi yang lain, seperti orang  yang jauh dari
tempat tinggalnya.

6
Ada dua macam pembagian hadits  gharib, yaitu: pertama, dilihat dari sudut bentuk
penyendirian perawinya, dan kedua, dilihat dari sudut kaitannya antara penyendirian pada sanad
dan pada matan. Dilihat dari  bentuk penyendirian perawinya, hadits  gharib terbagi kepada dua
bagian, yaitu gharib muthlaq dan gharib nisbi. Kemudian, dilihat dari sudut kaitannya antara
penyendirian pada  sanad dan matan terbagi kepada dua bagian pula, yaitu  gharib  pada  sanad
dan matan secara  bersama dan gharib pada sanad saja.

1) Hadits gharib dilihat dari sudut penyendirian perawi

a) Gharib Muthlaq Dikategorikan sebagai gharib muthlaq apabila penyendirian itu mengenai


personalianya, sekalipun penyendirian tersebut hanya terdapat dalam satu thabaqat. Penyendirian
hadits  gharib muthlaq ini harus berpangkal di tempat ashlu sanad, yakni thabi‟i,  bukan sahabat.
Hal ini dikarenakan tujuan perbincangan  penyendirian perawi dalam hadits  gharib di sini adalah
untuk menetapkan apakah periwayatannya dapat diterima atau ditolak. Sedangkan mengenai
sahabat tidak perlu diperbincangkan, sebab secara umum dan diakui oleh jumhur ulama ahli
hadits, bahwa sahabat-sahabat dianggap adil semuanya.
b) Gharib Nisbi Dikategorikan hadits nisbi yang tergolong pada gharib nisbi adalah apabila
penyendiriannya itu mengenai sifat atau keadaan tertentu dari seorang rawi. Penyendiriannya
seorang rawi seperti ini, bisa terjadi berkaitan dengan keadilan dan kedhabit an (ketsiqqahan)
perawi atau mengenai tempat tinggal atau kota tertentu.

2) Hadits  gharib dilihat dari sudut kaitanya antara penyendirian pada  sanad dan
matan

a) Gharib pada sanad dan matan Yang dimaksud adalah hadits yang matannya hanya
diriwayatkan oleh seorang rawi saja.
b) Gharib pada sanad saja Yang dimaksud dengan  gharib  pada  sanad saja adalah hadits yang
telah populer dan diriwayatkan oleh banyak sahabat, tetapi ada sorang rawi yang
meriwayatkannya dari salah seorang sahabat yang lain yang tidak populer. Periwayatan hadits
melalui sumber sahabat yang lain seperti ini disebut sebagai gharib pada sanad.

7
BAB III

PENUTUP
A.Kesimpulan

Dari pembahasan makalah ini dapat kami simpulkan bahwa hadis Ahad adalah hadis yang
jumlah rawinya tidak sampai pada jumlah mutawatir, tidak memenuhi syarat mutawatir, dan tidak
pula sampai pada derajat mutawatir.
Klasifikasi Hadis Ahad terbagi menjadi Masyhur dan Ghairu Masyhur. Hadis Masyhur adalah
sesuatu yang sudah tersebar dan populer. Ada yang Masyhur di kalangan ini ahli hadis, Masyhur di
kalangan ulama ahli hadis, Masyhur di kalangan ahli ushul fiqh, Masyhur di kalangan ahli sufi,
Masyur di kalangan ulama-ulama Arab, dan Masyhur dikalangan masyarakat awam, dan masih
banyak lagi hadis yang kemasyhurannya di kalangan tertentu, sesuai dengan disiplin ilmu dan
bidangnya masing-masing.
Hadis ghairu masyhur terbagi menjadi hadis ‘Aziz dan hadis gharib dan hadis gharib terbagi lagi
menjadi gharib muthlaq dan gharib Nisby.

B.Saran

Demikian makalah ini kami buat, semoga dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Apabila
ada saran atau kritik, mohon sampaikan pada kami. Apabila terdapat kesalahan mohon maklumi
kami, karena kami hanya manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan..

8
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Hadits, Jakarta Timur: Pustaka AL-Kautsar,

2005

http://rud1.cybermq.com/post/detail/2237/klasifikasi-hadits

Munzier, Suparta, Ilmu Hadits, Jakarta: PT Rajawali Grafindo, 2010

https://muhfathurrohman.wordpress.com/tag/pembagian-hadits-ahad/

https://www.anekamakalah.com/2012/03/hadis-ahad.html?m=1

https://redaksimanahij.blogspot.com/2017/11/makalah-hadist-ahad-disusun-guna.html?m=1

9
10

Anda mungkin juga menyukai