Anda di halaman 1dari 18

KLASIFIKASI HADIST

BERDASARKAN SANADNYA
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ulumul Hadist

Dosen pengampu: Helda Pratiwi. M.Pd.,

Oleh:

Fikri Ahmad

Sintia

Andri. N

Mumum. M.M

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI DAN BISNIS SYARIAH


NAHDLATUL ULAMA GARUT

2022-2023
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puja & puji syukur atas rahmat & ridha Allah SWT,
karena tanpa rahmat & ridha-Nya, kita tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
selesai tepat waktu Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Dosen Helda Pratiwi. M.Pd.,M.H
selaku dosen pengampu Ulumul Hadist yang membingbing kami dalam pengerjaan tugas
makalah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang selalu setia
membantu dalam hal mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah ini. Dalam makalah
ini kami menjelaskan tentang “Klasifikasi Hadist Berdasarkan Sanadnya”. Mungkin dalam
pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami ketahui. Maka dari itu kami mohon
saran & kritik dari teman-teman maupun dosen. Demi tercapainya makalah yang sempurna.

Garut, November 2022


Penulis

2
BAB I................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
LATAR BELAKANG..................................................................................................4
RUMUSAN MASALAH..............................................................................................4
TUJUAN PENULISAN................................................................................................4
SUMBER BUKU..........................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
PEMBAHASAN...............................................................................................................5
A. Klasifikasi Hadist Berdasarkan Kwantitas Sanad.............................................5
1. HADIST MUTAWATIR.........................................Error! Bookmark not defined.
2. HADIST AHAD.......................................................Error! Bookmark not defined.
1. Hadist Masyhur........................................................Error! Bookmark not defined.
2. Hadist Aziz...............................................................Error! Bookmark not defined.
3. Hadist Gharib...........................................................Error! Bookmark not defined.
B. Klasifikasi Hadist Berdasarkan Kwalitas Sanad....Error! Bookmark not defined.
1. HADIST SHAHIH......................................................Error! Bookmark not defined.
2. HADIS HASAN...........................................................Error! Bookmark not defined.
2. HADIST DLA’IF.........................................................Error! Bookmark not defined.
C. Berdasakan Maqbul dan Mardud........................Error! Bookmark not defined.
a. Hadist Maqbul..........................................................Error! Bookmark not defined.
b. Hadist Mardud..........................................................Error! Bookmark not defined.
BAB III...............................................................................Error! Bookmark not defined.
PENUTUP...........................................................................Error! Bookmark not defined.
A. Kesimpulan.................................................................Error! Bookmark not defined.
B. Saran............................................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA.........................................................Error! Bookmark not defined.

3
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Berbagai upaya telah dilakukan oleh kalangan para ulama, para ahli hadist dan para ahli
hadistdan para cendikiawan untuk meneliti dan menelaah tentang kehidupan, perilaku, sifat dan
apapun dari Nabi SAW. Salah satunya dengan meneliti segala ucapan, perilaku, ikrar maupun
sifat nabi yang biasa disebut dengan hadist.
Makalah yang kami buat ini adalah cuplikan dari kitab-kitab para cendikiawan tentang ilmu
Mustholahul Hadist. Dalam ringkasan ini kami berusaha menyampaikan dengan kalimat yang
singkat, tepat, dan insyaallah baik, dengan tujuan memudahkan pemahaman terhadap ilmu
mustholah.

RUMUSAN MASALAH
1) Bagaimana klasifikasi hadist berdasarakan kwantitas sanad?
2) Bagaimana klasifikasi hadist berdasarkan kwalitas sanad?
3) Apa pengertian maqbul dan mardud hadist?

TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui klasifikasi hadist
Berdasarkan sanad. Dan selain itu untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul
Hadist Program Studi Pendidikan Agama Islam Reguler Sore B2 Semester 1,
Universitas Wahid Hasyim Semarang.

SUMBER BUKU
Untuk menyelesaikan tugas ini penulis merujuk dari buku ‘ULUM al- HADIST
Karangan Drs. M. Syakur Sf., M.Ag. dan kami juga mengambil sumber dari
Buku Mihnatul Mughisfi ilmi Mustholahil Hadist karangan Hafidz Hasan Al-Mas’udi.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Klasifikasi Hadist Berdasarkan Kwantitas Sanad

Sebelum jauh menjelaskan klasifikasi hadist berdasarkan kwantitas sanad terlebih kita harus
mengetahui apa itu kwantitas. Kwantitas adalah aspek jumlah.
Hadist di tinjau dari segi jumlah perawi yang terdapat dalam sanadnya dapat diklasifikasikan
menjadi dua kategori, yaitu Hadist Mutawatir dan Hadist Ahad.
Sebelum kami terangkan secara terperinci, klasifikasi hadist berdasarkan sanadnya dapat
digamabarkan melalui skematika sebagai berikut agar pembaca dapat memahami dengan mudah.

HADIST

Berdasarkan Kwantitas Sanad

MUTAWATIR f AHAD
f
g

Gharib
Lafdhi Ma’nawi
Aziz
Masyhur

Shahih Hasan
Dla’if

5
1. HADIST MUTAWATIR

Drs. M. Syakur Sf., M.A. telah menjelaskan di dalam bukunya Ulum al-Hadist, yang
merujuk dari Prof. Dr. Mahmud at-Thahhan, ketua progam ilmu hadist Fakultas Dirasat
Universitas Kwait, memberikan pengertian hadist mutawatir adalah dengan formulasi definisi
singkat.

‫ما رواه عدد كثر تحيل العادة تواطؤهم على الكذب‬

“Hadist Mutawatir adalah hadist yang diriwayatkan oleh sejumlah banyak orang yang secara adat
tidak mungkin mereka melakukan kesepakatan untuk berdusta”.

 Pembagian dan Definisi Hadist Mutawatir

Hadist Mutawatir terdiri dari dua bagian, yaitu:

1) Hadist Mutawatir yang Mempunyai Satu Tingkatan, yaitu hadist yang diriwayatkan oleh
sekelompok orang yang menurut adat (kebiasaan) mustahil mereka berkumpul dan bersepakat
dusta, dan hasil tersebut hasil dari panca indera mereka sendiri.

2) Hadist Mutawatir yang Mempunyai Lebih dari Satu Tingkatan, yaitu hadist yang
diriwayatkan oleh segolongan orang dari segolonganorang lain, mulai dari permulaan sanad
hingga akhir sanad, yang menurut adat (kebiasaan, mereka tidak mungkin bisa berkumpul dan
sepakat dusta serta hadist tersebut hasil tanggapan dari pencaindera mereka sendiri.

 Faedah Hadist Mutawatir

Selain memiliki dua bagian sebagaimana yang telah di jelaskan diatas oleh Hafizh Hasan al-
Mas’udi hadist mutawatir juga memberi faedah ilmu dharury, bukan ilmu nazhary, tidak terbatas
pada jumlah tertentu, harus diterima bulat-bulat, karena tidak perlu lagi penelitian terhadap
keadaan para perawinya.

 Hadist Mutawatir itu ada dan banyak jumlahnya.


 Berbeda dengan orang yang tidak mengakui keberadaanya atau mengakui kebenarannya
 Tetapi jumlahnya hanya terlalu kecil (jarang).

6
 Klasifikasi Hadist Mutawatir

Dilihat dari sifatnya hadist mutawatir dibedakan menjadi dua jenis, yaitu Hadist Mutawatir
Lafdhi dan Hadist Mutawatir Ma’nawi, adapun penjelasanya sebagai berikut.

1) Hadist Mutawatir Lafdhi

Hadist Mutawatir Lafdhi menurut Imam Hafizh Hasan Al-Mas’udi ialah hadist yang
diriwayatkan oleh banyak rawi dengan susunan redaksi dan makna yang sama.

Sedangkan menurut Drs. M. Syakur Sf., M.Ag. Menjelaskan bahwa hadist mutawatir lafdhi
ialah hadist yang diriwayatkan secara redaksional adalah mutawatir berdasarkan sanadnya. Sejak
generasi awal sanad hingga akhir matan hadist yang diriwayatkan adalah sama, konsisten secara
redaksional.

Contoh dari hadist mutawatir lafdhi ialah sebagai berikut:

، ‫اب‬RR‫د بن حس‬RR‫دثنا محم‬RR‫ح‬:‫فل‬.‫ ح وحاثنا محمد بن عبد هللا الحضر مي‬، ‫ حدثنا خلف بن هشا م‬:‫ قال‬،‫حدثنا علي بن عبذ العزىز‬
)‫ من كذب علي متعمدا فليتبوأ مقعدة منالنار( رواة البخري ومسلم‬: ‫ قال رسوالهلل‬، ‫ عن أبي هريرة‬،‫حدثنا أبو عوانة‬:‫قاال‬

(...Riwayat Abu Hurairah ra., Nabi SAW. Bersabda: “Barang siapa mendustakan aku dengan
sengaja, maka hendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya dari api neraka”)

Berdasarkan bebrapa sumber Hadist tersebut diriwayatkan oleh sekitar 200 perawi, yang
bersumber dari 70 orang sahabat. Menurut catatan Abu Syahbah, hadist tersebut diriwayatkan
oleh 40 sahabat atau (menurut kalangan lain) 62 sahabatdengan redaksi ( lafadh) yang sama.
Bahkan dalam riwayat tersebut terdapat seluruh sepuluh sahabat yang diajamin masuk surga
(al-‘asyarah al- mubasysyarun bil jannah). Dengan demikian hadist tersebut mutawatir lafadznya.

2) Hadist Mutawatir Ma’nawi

Hadist Mutawatir Ma’nawi ialah hadist yang para rawinya berlainan dalam susunan redaksi
dan maknanya, tetapi ada pengertian global yang sama, sedangkan didalam bukunya Ulum al-
Hadist, Drs. M. Syakur Sf., M.Ag menjelasakan dengan jelas bahwa Hadist Mutawatir Ma’nawi
adalah hadist yang isinya atau maknanya diriwayatkan secara mutawatir sedangkan bentuk
lafadh hadist berbeda-beda.

Hadist Mutawatir Ma’nawi pada umumnyay berisi tentang riwayat perilaku Nabi SAW. Seperti
hadist menganggkat kedua tangan saat berdo’a, tentang mengangkat kedua tangan saat berdo’a
iini telah banyak diriwayatkan, bahkan jumlahnya ratusan dalam berbagai pesoalan yang tiap-
tiap hadist tersebut tidak mutawatir. Kendatipun demikian, tetapi tiap-tiap riwayat tersebut
memiliki kadar Musytarak (titik persamaan) yang sama, yakni keadaan mengangkat kedua
tangan di kala berdo’a, telah mencapai derajat mutawatir secara keseluruhan.

7
 Kriteria Hadist Mutawatir

Sebuah riwayat di katakan sebagai mutawatir jika telah memenuhi kriteria yang telah disepakati
oleh para ‘ulama muhaddisun. Dr.Mahmud at-Thahhan menerangan kriteria hadist mutawatir
sebagai berikut:

a) Diriwayatkan oleh para perawi dalam jumlah yang banyak (‘adad katsir), sekurang
kurangnya sepuluh orang.

b) Jumlah perawinya dalam keseluruhan generasi atau tahapan sanad adalah banyak.

c) Secara umum tidak mungkin terjadi kesepakatan berdusta dianatara para perawi.

d) Para perawi mengisnadkan hadist berdasarkan pengalaman pribadi dan empiris.

 Kitab Tentang Hadist Mutawatir

Dengan memeperhatikan hadist mutawatir yang sangat ketat sebagaimana keterangan


diatas,kiranya diketahui bahwa jumlah hadist mutawatir tidak banyak, dan karya tentang hadist
mutawatirpun tidak banyak ditemukan. Adapun kitab yang berisi kumpulan hadist mutawatir
yang terkenal antara lain:

a). Al-azhar al-muanatsirah fi al-mtawatirah karya al-imam as-Suyuti (w.911 H).

b). Nadhm al-Mutanasir min al-Hadist al-Mutawatir karya as-Sayyi Muhammad ibn ja’far al-
Kattani.

c). A-Fawa’id al-Mutaktsirah fi al-Aqbar al-Mutawatirah (transkip,14 halaman) karya al-Imam


as-Suyuti (w.911 H)

d). Al-Kawakib az-Zahra fi al-Arba’in al-Mutawatirah (transkip, 6 halaman) karya al-‘Allamah


as-Sayyid Mahmud Afandi al-Hamzawi.

8
2. HADIST AHAD

Hadist ahad adalah hadist yang diriwayatkan oleh satu atau dua orang atau tiga orang, atau
bahkan oleh sejumlah orang, tetapi jumlah tersebut tidak mencapai jumlahnya perawi (hasidt)
mutawatir.

Hadist ahad pada dasarnya dapat diterima dan ditolak, tergantung pada kwalitas perawinya
dan atau ketersambungan sanadnya, karena jumlah sanad pada setiap generasi itu sendiri.

 Klasifikasi Hadist Ahad

Berdsasarkan perbedaan kwantitas sanad hadist ahad juga dibedakan lagi menjadi dua macam,
yaitu Hadist Masyhur dan Hadist Aziz .

1. Hadist Masyhur

Hadist Masyhur adalah hadist yang mempunyai dua jalur atau lebih yang diriwayatkan oleh tiga
orang atau lebih pada setiap tingkat sanadnya di masing-masing jalur, dan tidak melebihi jumlah
sanad untuk periwayatan hadist mutawattir.

• Klasifikasi hadist masyhur

Dalam kitab Mihnatul Mughis fi Ilmi Mustholahil Hadist karangan Hafiz Hasan Al-Mas’udi
bahwa Hadist Masyhur itu ada dua bagian,yaitu:

1). Masyhur Mutlak, yaitu hadist terkenal dikalangan ulama ahli hadist dan orang umum.

2). Masyhur Muqoyyad, yaitu hadist terkenal dikalangan ulama ahli hadist saja.

Adapun istilah hadist masyhur konon sama (sinonim) dengan hadist mustafidh, namun ada pula
yang berpendapat bahwa hadist mustafidh adalah hadist yang diriwayatkan oleh tiga atau lebih
dalam semua tingkatan (thobaqoh). Sedangkan menurut Drs. M. Syakur Sf., M.Ag. didalam
bukunya Ulum al-Hadist Menerangkan bahwa hadist masyhur dibagi menjadi tiga.

1) Masyhur Shahih

Hadist masyhur shahih adalah hadist yang terkenal dikalangan tertentu karena dinilai telah
memenuhi kriteria.

2) Masyhur Hasan

Hadist Masyhur Hasan adalah hadist yang matannya masyhur tetapi memiliki sanad yang hasan.

3) Masyhur Dla’if

Hadist Masyhur Dla’if adalah hadist yang terkenal dalam komunitas tertentu tetapi memilki
sanad yang yang lemah.

9
 Kitab-Kitab Tentang Hadist Masyhur

Diantara karya para ulama tentang hadist masyhur dianatarnya adalah sebagai berikut:

- al-La’ila al-Mantsurah fi al-Ahadist al-Masyhurah karya Badruddin az-Zarkasyi (w.794


H).
- Al-Maqashid al-Hasanah fi Bayan Katsir min al-Ahadist al-Mahsyurah ‘ala al-Asinah
karya al-Hafidh as-Sakhawi.
- Tamyiz at-Thalab min al-Khabist fima Yaduru’ala Al-sinah an-Nas min al-Hadist
karya as-Syaikh Abdur Rahman ibn ad-Dayba’ az-Zabidi.
- al-La’ila al-Muntatsirah fi al-Ahadist al-Mustasyhiroh karya al-Hafidz as-Suyuthi.

2. Hadist Aziz

Hadist Aziz adalah hadist yang mempunyai dua jalur sana, yang masing-
masing terdiri atas dua orang rawi pada setiap tahapan. Salah satu cotohnya ialah sebagai
berikut:

‫آليومن احدكم حتى اكون احب اليه من والده وولده والناس اجمعين‬

“Sesungguhnya Rasulullah saw. Bersabda: Tidak sempurna iman seseorang diantara kaum,
sehingga aku lebih dicintainya dari pada orang tua dan anaknya serta seluruh manusia’’.

Hadist tersebut diriwayatkan Qatadah dan Abdul Azizbin Shuhaib, dari sahabat Anas. Kemudian
Syu’bah dan Saidmeriwayatkannya dari Qatadah, lalu Ismail dan Ulaiyyah meriwayatkannya
dari Abdul Aziz. Sesudah itu banyak yang meriwayatkannya masing-masing.

3. Hadist Gharib

Hadist Gharib adalah hadist yangmemiliki dua jalur atau lebih yang diriwayatkan oleh seorang
rawi pada salah satu jalur riwayat, meskipun pada tingkat lainnyaterdapat banyak rawi.

Hadist Gharib itu ada dua bagian, yaitu:

1) Gharib Mutlak, yaitu hadist yang diriwayatkan oleh satu orang sahabat atau tabiin secara
sendirian.

2) Gharib Nisby, yaitu hadist yang diriwayatkan oleh seseorang selain sahabat dan tabiin
secara sendirian.

10
B. Klasifikasi Hadist Berdasarkan Kwalitas Sanad

Klasifikasi hadist sebagaimana di uraikan diatas belum menunjukkan apakah hadist dapat
diterima ataupun ditolak, suatu hadist dapat diterima atau ditolak tergantung pada keadaan sanad
dan sifat pada para perawinya, bukan karena banyak sedikitnya jumlah orang yang berada pada
tataran sanad. Dan dapat dikatakan bahwa kwalitas hadist sangat ditentukan kwalitas sanadnya,
bukan kwantitasnya, ditinjau dari kwalitas sanadnya hadist dapat dibedakan menjadi tiga .

1. HADIST SHAHIH

Secara bahasa shahih merupakan lawan dari dari (saqim) atau sakit, istilah shahih pada
dasarnya dipakaikan untuk menyebutkan keadaan fisik, dan terhadap hadist ini merupakan
bentuk majaziy atau maknawi.

Secara istilah terdapat beberapa definisi yang dirumuskan oleh ulama hadist.

- Ibn Shalah : Musnad yang sanadnya bersambung melalui periwayatan orang yang adil
lagi dhabit dari orang yang adil lagi dhabit pula sampai keujungnya, tidak sadz dan tidak pula
terkena ilat.

- Imam Nawawi: Hadist yang sanadnya bersambung melalui periwayatan orang yang adil lagi
dhabit dari orang yang adil lagi dhabit tanpa adanya sadz dan ilat.

- Ajjaj al-Khatib: Hadist yang sanadnya bersambung melalui periwayatan orang yang tsiqoh
tsiqoh tanpa adanya sadz dan ilat.

Dari adanya definisi-definisi yang disampaikan oleh para ulama diatas setidaknya dapat
disimpulkan syarat-syarat hadist shahih adalah:

1) Ittishal al-Sanad (bersambung sanadnya) maksudnya adalah antara satu perawi dengan
perawi sesudah da sebelumnya dimungkinkan unruk bertemu. Sehingga dengan syarat ini
dikecualikan hadist munqoti’, mu’dhal, mu’allaq, dan mudallas.

2) Diriwayatkan oleh perawi yang adil. Adapun yang dimaksud dengan perawi yang adil
adalah perawi yang memiliki integritas agama, akhlak yang baik serta terhindar dari perbuatan
fasik dan hal-hal yang menjatuhkan muru’ah-Nya.

3) Dhabit (menurut Ajjaj al-Khatib)

‫ وحفظه لذالك من وقت التحمل الي وقت اْالءداء‬،‫ هو تيقظ الراوي حين تحمله وفهمه لما سمعه‬:‫ضابط‬

“Seorang perawi menyadari hadist tersebut ketika mendengarnya, memahami maknanya, ketika
menyampaikan, dan menghafal atau memahami hadist mulai dari waktu menerima hingga
menyampaikannya”

11
4) Tidak terdapat Syuzuz artinya bahwa riwayat tersebut tidak bertentangan dengan
periwayatan yang lebih tsiqoh darinya.

5) Tidak terdapat ilat. Ilat adalah sifat yang tersembunyi yang mencemari keshahihan hadist.
Baik yang terdapat pada sanad atau matan.

Adapun jenis hadist shahih dibagi menjadi dua:

1) Shahih Li Dzatihi

Shahih Li Dzatihi adalah hadist shahih yang sesuai dengan kriteria derajatnya.

2) Shahih Li Ghairihi

Shahih Li Ghairihi adalah hadist yang keshohihanya dikarenakan faktor lain.

12
2. HADIS HASAN

Pada awal perkembangan ilmu hadist, pembagian hadist berdasarkan kwalitas ini hanay dibagi
menjadi dua yakni Shahih dan Dla’if. Adapun yang mempopulerkan istilah hadist hasan ini
pertama kali adalah Abu Isa al-Tirmidziy.

Secara bahasa adalah sifat musyabahah dari ) ‫ ) الحسن‬dengan ( ‫)الجمال‬.

Adapun secara istilah hadist shahih adalah hadist yang memiliki sanad bersambung,
diriwayatkan oleh perawi yang adil yang lebih rendah kedhabitannya, tanpa adanya syadz dan
ilat.

3. HADIST DLA’IF

Dla’if berarti lemah lawan adari kata kuat ) ‫) قوة‬. Adapun yang dimaksud dengan hadist dla’if
adalah sebagaimana rumusan dibawah ini:

‫الحديث الظعيف ما لم يجمع صفة الحسن بفقد شرط من شروطه‬

“ Hadist dla’if adalah hadist yang tidak memiliki syarat sebagai hadiya st hasilangan karena
hilangnya sebagaian syarat

13
C. Berdasakan Maqbul dan Mardud

a. Hadist Maqbul

Dewasa ini, hadist yang maqbul adalah hadist yang dapat diterima dan disepakati oleh para
ahlinya sebagai hujjah.

Yang termasuk dalam hadist maqbul adalah

1) Hadist Shahih, yaitu hadist yang paling tinggi tingkat maqbulnya karena dapat
dipertanggung jawabkan validasinya dari berbagai seginya.

2) Hadist Hasan, yaitu hadist yang tidak memiliki syarat menjadi shahih tetapi tidak terlalu
rendah derajatnya.

3) Hadist Shahih Li Dzatihi, adalah seperti hadist hasan tetapi oleh karena sebab lainnya
maka hadist tersebut dapat diangkat derajatnya hingga fungsinya seperti hadist shahih sebagai
sumber hukum karena tidak ditemukan hadist shahih ketika itu.

4) Hadist Hasan Li Ghairihi ialah hadist yang sanadnya tidak sepi dari dari seseorang yang
tidak jelas perilakunya atau kurang baik hafalan dan lainnya.

Pada kitab Hafizh Hasan Al-Mas’udi, Minhatul Mughis Fi Ilmi Mustholah al-Hadist ,
diterangkan dengan jelas bahwa syarat-syarat hadist shahih adalahsebagai berikut:

 Sanadnya bersambung.

 Perawinya adil.

 Dhabith (kuat ingatannya).

 Tidak ada kejanggalan (rawi dapat dipercaya).

 Tidak ada cacat yang parah.

Dengan empat hadist maqbul diatas kita dapat melihat dari segi sifatnya, yaitu hadist ini tidak
ada perselisihan, pesannya wajib diamalkan atau dapat diambil sebagai sumber informasi, dan
dari pada itu hadist maqbul mempunyai sifat yang sekaligus dapat diterima, yakni tiga sifat
sebagai berikut:

 Hadist Mutawatir

 Hadist Ahad yang marfu’, musnad, dan shahih.

 Hadist Ahad yang marfu’, musnad dan hasan.

14
b. Hadist Mardud

Hadist mardud ialah hadist yang ditolak karena berbagai sebab.Dalam hal ini ialah dla’if, dla’if
karena sanadnya tidak sambung dan dla’if karena sebab yang lainnya.

 Hadist dla’if karena sanadnya tidak tersambung

1) Hadist mursal, adalah hadist yang disandarkan oleh tabi’in kepada Rosul tanpa
menyabutkan nama sahabat yang membawa hadist tersebut.

2) Hadist munqati’,adalah hadist yang dalam sanadnya terputus.

3) Hadist mu’dlal, adalah hadist yang gugur atau terputus dua rawi atau lebih dipertengahan
sanad secaraberurutan.

4) Hadist mudallas, adalah hadist yang terdapat perawi yang digugurkan oleh seorang
perawi secara sengaja dengan maksud untuk menutup aibnya.

5) Hadist mu’lal, adalah hadist yang didalamnya terdapat sebab-sebab Kecacatan yang
tersembuny.

 Hadist dla’if karena sebab lainnya

1) Hadist mudlatharib, adalah hadist yang riwayatnya atau matannya berlawan-lawanan,


baik dilakukan oleh seorang atau banyak perawi, dengan cara menambah, mengurangi atau
mengganti.

2) Hadist maqlub, adalah hadist yang diriwatkan oleh perawi yang didalamnya terjadi
keterlibatan, baik didalam sanad maupun matannya.

3) Hadist syadz, adalah hadist yang diriwayatkan oleh perawi yang tsiqah, tetapi berlainan
dengan riwayat dari kebanyakan perawi yangtsiqah juga.

4) Hadist munkar, adalah hadist diriwatyatkan oleh seoarang perawi yang lemah, yang
menyalahi atau berbeda dengan riwayat rawi yang tsiqah, atau riwayat yang lebih lemah lagi.

5) Hadist Matruk, adalah hadist yang diriwayatkan oleh seorang perawi yang dituduh
pendusta baik dalam masalah hadist ataupun masalah lainnya, atau dituduh sebagai seorang
fasiq, atau sering lalai dan salah.

6) Hadist mu’allaq, adalah hadist yang gugur perawinya, baik seorang,dua orang maupun
semuannya pada awal sanad.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan.

 Hadist Berdasarkan Kwantitas Sanad

1. Mutawatir

- lafdhi
- ma’nawi

2. Ahad

- Masyhur
- shahih
- hasan
- dlo’if
- Aziz
- Gharib
 Hadist Berdasarkan Kwalitas Sanad

1. Shohih

- Shahih Li Dzatihi
- Shahih Li Ghairihi

2. Hasan

3. Dlo’if

 Berdasakan Maqbul dan Mardud

1. Hadist Maqbul

- Hadits Shohih
- Hadits Hasan
- Hadits Shohih Li Dzatihi
- Hadits Hasan Li Ghoirihi

16
2. Hadits Mardud

- Hadist dla’if karena sanadnya tidak tersambung


- Hadits karena sebab lainnya

B. Saran

Setelah penulis menguraikan kesimpulan di atas maka penulis sangat membutuhkan saran-
saran dari pembaca, yang mana dari saran tersebut dapat membantu adanya perbaikan makalah
ini. dan disarankan kepada semua pembaca untuk mencari informasi-informasi mengenai
pembagian hadits baik dari segi kwalitas maupun kwantitas.

17
DAFTAR PUSTAKA

Syakur, M. Ulum al-Hadits. Kudus: Maseifa Jendela Ilmu. 2009

Hasan al Mas’udi, Hafizh. Minhantul Mughis Fi Ilmi Mustholah al-Hadits. Semarang: Pustaka
Awaliyah. 1998

Utsman, Imam Abiy Amru. Muqodimah Ibn Shalah Fi Ulum al-Hadits. Beirut: Daral al-Kutub
al-Ilmiyah. 1995

Abdul al-Rohman, Jalal al-Din. Tadrib al-Rawiy Fi Taqrib an- Nawawiy. Beirut: Dar Kutub al-
Ilmiyah. 1996

18

Anda mungkin juga menyukai