Anda di halaman 1dari 13

ADAB, ETIKA, DAN TANGGUNG JAWAB GURU TERHADAP MURID

DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM

Makalah Ini dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam

Disusun oleh:

Eka Fitri Nurhayati (201210113)

Dosen pengampu:

Dr. Basuki, M.Ag

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
IAIN PONOROGO
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................................... 2

B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2

C. Tujuan Pembahasan ................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Adab, Etika, dan Tanggung Jawab ........................................................ 5

B. Adab Pendidik Terhadap Murid .............................................................................. 6

C. Sifat Atau Etika Pendidik ........................................................................................ 7

D. Tugas dan Tanggung Jawab Pendidik......................................................................8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dunia pendidikan tidak mungkin lepas dari kegiatan belajar dan mengajar. Dimana
di dalamnya terdapat komponen-komponen yang harus dipenuhi dengan tujuan agar
pendidikan tersebut dapat berjalan dengan baik, sesuai kurikulum yang berlaku. Dapat
dipastikan terdapat hubungan erat antara guru dan murid dalam proses belajar dan
mengajar, dimana guru dipandang hormat dan menjadi teladan bagi para murid. Dengan
demikian, guru tidak hanya dituntut menjadi seorang yang berpengetahuan luas tetapi juga
berperilaku santun sebagai bentuk perealisasian dari pengetahuan yang dimilikinya.
Sebagai seorang guru juga memiliki tanggung jawab terhadap muridnya, baik dari
sisi pengetahuan, perilaku, maupun kebiasaan murid baik ketika proses belajar mengajar
berlangsung maupun diluar jam pelajaran. Oleh karena itu, guru harus memiliki adab dan
etika yang baik terhadap murid, karena apa yang mereka lakukan baik secara langsung
maupun tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku murid. Tetapi dalam konteks ini guru
tetap dihargai dan dihormati sebagai pendidik. Berdasarkan alasan tersebut, penulis tertarik
untuk mengangkat topik ini dalam sebuah makalah yang berjudul “Adab, Etika, dan
Tanggung Jawab Guru Terhadap Murid Dalam Tinjauan Pendidikan Islam”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Adab, Etika, dan Tanggung Jawab?
2. Bagaimana Adab Pendidik Terhadap Murid?
3. Bagaimana Sifat Atau Etika Pendidik?
4. Bagaimana Tugas dan Tanggung Jawab Pendidik?

C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui Pengertian Adab, Etika, dan Tanggung Jawab
5. Mengetahui Adab Pendidik Terhadap Murid
2. Mengetahui Sifat atau Etika Pendidik
3. Mengetahui Tugas dan Tanggung Jawab Pendidik

3
4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Adab, Etika, dan Tanggung Jawab


Kata adab dalam kamus Bahasa Arab berarti kesopanan, yaitu memberikan
hak kepada segala sesuatu dan waktu, dan mengetahui apa yang menjadi hak diri
sendiri dan hak Allah SWT. perilaku mulia atau tata krama spritual di jalan sufi
serta kesempurnaan dalam perkataan dan perbuatan. Ilmu tasawuf berpijak pada
adab yang berkisar dari prilaku yang benar sesuai dengan syariat hingga tata krama
spritual yang terus menerus kepada Allah SWT. sendiri.1
Adab menurut Al-Attas, dalam artinya yang asli dan dasar, adab berarti
undangan pada suatu perjamuan. Perjamuan mengandung makna implisif bahwa
baik pengundang maupun tamu diharapkan bertingkah laku sesuai dengan keadaan,
baik dalam bicara, bertindak maupun etika. Bisa dikiaskan pada saat pembelajaran
antara murid dan guru harus sama-sama menjaga adab masing-masing.2
Sedangkan kata etika berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang artinya adat
kebiasaan. Etika merupakan istilah lain dari akhlak, tetapi memiliki perbedaan yang
substansial, yaitu konsep akhlak berasal dari pandangan agama terhadap tingkah
laku manusia, sedangkan konsep etika berasal dari pandangan tentang tingkah laku
manusia dalam perspektif filsafat.3
Etika adalah tingkah laku manusia yang ditransmisikan dari hasil pola pikir
manusia. Dalam Ensiklopedi Winkler Prins dikatakan bahwa etika merupakan
bagian dari filsafat yang mengembangkan teori tentang tindakan dan alasan-alasan
diwujudkannya suatu tindakan dengan tujuan yang telah dirasionalisasi. Dalam
ensiklopedi New American, sebagaimana diuraikan oleh Hamzah Ya’qub
disebutkan bahwa etika adalah kajian filsafat moral yang tidak mengkaji fakta-
fakta, tetapi meneliti nilai-nilai dan perilaku manusia serta ide-ide tentang lahirnya
suatu tindakan.4

1
Totok Jumantoro dan Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Tasawuf, (Wonosobo: Amzah, 2005), h. 3
2
Muhammad Nuqaib Al-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam, (Bandung: Mizan, 1990), h. 56-67
3
Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, op.cit., h. 44
4
Ibid, h. 49

5
Dari pandangan filosofis Epikuros, dapat diambil pemahaman tentang arti
etika, yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan nilai-nilai tindakan manusia yang
menurut ukuran rasio dinyatakan dan diakui sebagai sesuatu yang substansinya
paling besar. Kaidah-kaidah kebenaran dari tindakan digali oleh akal sehat manusia
dan distandardisasi menurut ukuran yang rasional, seperti sumber kebenaran adalah
jiwa, nilai kebenaran jiwa itu kekal, segala yang tidak kekal pada dasarnya bukan
kebenaran substansial.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia tanggung jawab adalah keadaan di
mana wajib menanggung segala sesuatu sehingga kewajiban menanggung,
memikul jawab, menanggung segala sesuatunya atau memberikan jawab dan
menanggung akibatnya. Adapun tanggung jawab secara definisi merupakan
kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan baik yang disengaja maupun
yang tidak disengaja.
Dalam konteks seorang pendidik, tanggung jawab pendidik merupakan
suatu perwujudan kesadaran yang dimiliki oleh seorang pendidik dalam
mempengaruhi perkembangan peserta didik baik dari segi kognitif, afektif, maupun
psikomotoriknya. Tanggung jawab pendidikan dimanifestasikan dalam bentuk
kewajiban melaksanakan pendidikan.5

B. Sifat Atau Etika Pendidik


Sifat atau etika pendidik terbagi tiga macam:
Pertama, sifat yang terkait dengan dirinya sendiri. Pendidik dalam bagian
ini paling tidak memiliki dua sifat, yaitu:
1. sifat-sifat keagamaan (diniyah) yang baik, meliputi patut dan tunduk
terhadap syariat Allah dalam bentuk ucapan dan tindakan; dan
2. sifat-sifat akhlak yang mulia (akhla-qiyah), seperti menghias diri
(tahalli) dengan memeliharanya, khusyu’, rendah hati, menerima
apa adanya, zuhud, memiliki daya dan hasrat yang kuat dalam
ilmunya.

55
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. 1, Hlm.159.

6
Kedua, sifat terhadap peserta didiknya. Pendidik dalam bagian ini paling
tidak memiliki tiga sifat, yaitu:

1. sifat-sifat sopan santun (adabiyah), yang terkait dengan akhlak yang


mulia seperti di atas;
2. sifat-sifat memudahkan, menyenangkan dan menyelamatkan
(muhniyah); dan
3. sifat kebapakan (abawiyah), dan yang terpenting sifat kasih sayang.

Ketiga, sifat dalam proses belajar-mengajar. Pendidik dalam bagian ini


paling tidak mempunyai dua sifat, yaitu:

1. sifat-sifat memudahkan, menyenangkan dan menyelamatkan


(muhniyah); dan
2. sifat-sifat seni, yaitu seni mengajar yang menyenangkan, sehingga
peserta didik tidak merasa bosan.6

C. Adab Guru Terhadap Murid


Imam Nawawi menjelaskan dalam karyanya mengenai etika guru baik
sebelum mengajar ataupun disaat mengajar, beberapa adab guru tentang pengajaran
yang harus diperhatikan oleh pengajar yakni :
1. Berniat meraih ridha dengan wasilah mengajar. Oleh karena itu
seorang pengajar harus menghadirkan dalam fikiran dan hatinya
bahwa mengajar adalah suatu perbuatan yang istimewa dan mulia.
2. Tidak menolak mengajari murid karena niat murid yang kurang
benar. “Dan tidak menolak orang yang belajar karena niatnya yang
tidak benar”. Misalnya seorang murid datang untuk belajar agama
dengan niat untuk pamer kepada temannya maka guru tidak boleh
menolaknya walaupun niat murid itu kurang baik. Adalah tugas
seorang pendidik untuk selalu membimbing murid agar meluruskan
niat didalam belajar.

6
Dedeng Rosyidin, Etika Pendidik dalam Islam, tt.

7
3. Seorang guru sebagai penasehat bagi murid ‫أن يبذل لهم النصيحة‬
“Hendaknya memberikan muird nasehat” Salah satu akhlak guru
sekaligus tugas guru menurut Imam Nawawi yakni dengan memberi
nasehat kepada murid.
4. Mengajari peserta didik secara bertahap dengan adab yang luhur dan
sifat yang terpuji, melatih jiwanya dengan tata karma dan budi
pekerti yang baik serta menjaga diri baik dhohir maupun bathin.
5. Merangsang peserta didik agar menyukai ilmu. Banyak cara untuk
merangsang peserta didik agar menyukai ilmu, salah satunya yakni
dengan menjelaskan keutamaan ilmu, penuntut ilmu dan keutamaan
para ulamanya. Hendaklah guru mengingatkannya akan keutamaan
hal itu untuk membangkitkan kegiatannya dan menambah
kecintaannya.
6. Sabar dalam mendidik. Sudah seharusnya mendidik para pelajar
dengan sabar, selain itu hendaklah mendidik anak dengan usaha
yang batin maupun luar batin.
7. Bersimpati dan memperhatikan kepentingan-kepentingan murid,
sama seperti memperhatikan anak kandungnya sendiri. Maka
bersabarlah terhadap kenakalan para pelajar, memaafkan
kesalahannya, bersikap lembut dan baik pada para pelajar.
8. Menyukai kebaikan untuk murid sebagaimana ia menyukai
kebaikan untuk dirinya sendiri serta membenci keburukan seperti ia
membenci keburukan untuk dirinya sendiri.7

D. Tugas dan Tanggung Jawab Pendidik


Untuk mendidik manusia yang berkarkter agamis serta mempunyai nilai-
nilai spiritual yang tinggi kepada seorang pendidik,’’maka diperlukan adanya
pendidikan yang terarah”. Chairul Anwar mengatakan dalam bukunya:”Pendidikan
yang terarah merupakan pendidikan yang berbasis pada prinsip-prinsip hakikat
fitrah manusia dalam pendidikan. Artinya seorang pendidik diharapkan mampu

7
Al-Nawawi, Al-Tibyān Fī Ᾱdābi Ḥamalah Al-Qur’ān…, hal. 30

8
memberikan pendidikan yang bisa membentuk manusia secara utuh, baik dari sisi
dimensi jasmani maupun dari sisi mental”.
Menurut al-Syalhub Fuad dalam kitabnya,”.Al-Mu'allim al-Awal Shalallhu
Alaihi Wasalam. Beliau berkata: Tidak ada pekerjaan yang paling mulia selain dari
pada pekerjaan sebagai pendidik (guru). Pekerjaan menjadi guru adalah perkarjaan
yang paling mulia dan paling luhur. Semakin tinggi dan semakin bermanfaat ilmu
yang diajarkan, maka otomatis yang mengajarkannya juga semakin tinggi
derajatnya.
Menurut Imam Al-Ghazali, seorang pendidik yang mengamalkan ilmunya
lebih sempurna dari pada seorang yang ibadah kepada allah SWT seperti puasa, dan
sholat setiap malam. Guru merupakan pelita bagi orang yang hidup semasa
dengannya akan memperolehnya pancaran nur keilmuanya. Andai kata dunia tidak
ada pendidik, niscaya manusia seperti binatang sebab pendidikan adalah upaya
mengeluarkan manusia dari sifat kebinatangan (hayawaniyah) kepada sifat
kemanusian (insaniyah). Ia juga menyatakan bahwa tugas utama seorang pendidik
adalah menyempurnakan, membersihkan, mensucikan, serta membawa manusia
untuk ber-taqarrub kepada Allah SWT. Dari pemaparan tersebut diatas dapat
dipahami bahwa tugas pendidik sebagai warasat al-anbiya’, yang pada hakikatnya
mengemban misi "rahmatan lil al-alamin" yakni mengajak orang untuk patuh pada
hukum-hukum Allah SWT, guna memperoleh keberkahan, keselamatan, dan
kedamaian dunia dan akhirat. Kemudian dikembangkan kepada pembentukan
kepribadian yang berjiwa tauhidiyah, kreatif, beramaliyah shaleh dan
bermoraliyah.
Al-Syalhub Fuad menyebutkan bahwa tugas dan kewajiaban pendidik
adalah:
1. Menanami akidah yang kuat dan memperkokoh keimanan ketika
mengajar
2. Memberikan nasihat kepada murid. Memberikan nasihat dalam
bentuk membimbing merupakan tuntunan syariat, dan tuntunan
tersebut diberlakukan sebelum memberikan pengajaran dan
pendidikan.

9
3. Berperilaku lemah lembut kepada murid dan mendidiknya dengan
cara yang baik
4. Tidak menyebut nama dalam mencela seseorang
5. Memberikan salam kepada murid sebelum dan sesudah melakukan
pelajaran berlangsung
6. Memberikan reward dan punishment kepada peserta didik sebagai
bentuk penghargaan dan juga agar lebih semangat dalam belajar.

Said Hawa memberikan penjelasan lebih rinci tentang tugas seorang


pendidik atau guru sebagai berikut:

1. Guru harus memiliki belas kasih kepada murid dan memperlakukan


nya sebagai anak (sendiri). Dengan tujuan menyelamatkan mereka
dari api neraka di hari akhirat, bahkan lebih penting dari
menyelamatkan orang tua terhadap anaknya dari api neraka. Oleh
karena itu hak guru lebih besar dari hak orang tua. Karena orang tua
adalah sebab keberadan sekarang dan kehidupan yang fana,
sedangkan guru adalah sebab kehidupan yang abadi.
2. Guru hendaknya tidak meninggalkan nasihat kepada muridnya, dan
mendalami ilmu yang tersembunyi sebelum mengusai ilmu yang
jelas. Kemudian meningkatkan murid bahwa tujuan mencari ilmu
adalah taqarrub kepada Allah bukan untuk meraih kekuasan,
kedudukan, dan persaingan.
3. Mencegah murid dari akhlak yang tercela (al-sayyidah), dengan
cara tidak langsung dan terang-terangan sedapat mungkin, serta
dengan kasih sayang, bukan dengan celaan. Karena mencegah
terang-terangan akan mengurangi kewibawaan, menimbulkan
keberanian untuk membangkan dan akan merangsang untuk
berisiskeras mempertahankannya.
4. Bagi murid yang kemampuannya terbatas, sebaiknya disampaikan
hal-hal yang jelas dan cocok dengannya.

10
5. Hendaknya guru melaksanakan ilmu, yakni perbuatannya tidak
mendustakan atau bertentangan dengan perbuatannya karena ilmu
dikatahui dengan mata hati, sementara amal diketahui oleh mata,
sedangkan orang yang memiliki mata jauh lebih banyak.8

8
Nurul Apriyadi, Adab Pendidik dan Peserta Didik Prespektif Imam An-Nawawi Ad-Damasqy Serta Relefansinya
Terhadap Pendidikan Islam. 2020, (Lampung: Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung).

11
BAB II
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam dunia pendidikan, seorang guru juga memiliki adab dan etika
terhadap murid. Diantaranya berniat meraih ridha dengan wasilah mengajar,
tidak menolak mengajari murid karena niat murid yang kurang benar, mengajari
peserta didik secara bertahap dengan adab yang luhur dan sifat yang terpuji,
merangsang peserta didik agar menyukai ilmu, memberi teladan yang baik pada
murid, bersimpati dan memperhatikan kepentingan-kepentingan murid, sama
seperti memperhatikan anak kandungnya sendiri, menyukai kebaikan untuk
murid sebagaimana ia menyukai kebaikan untuk dirinya sendiri serta membenci
keburukan seperti ia membenci keburukan untuk dirinya sendiri.
Kemudian beberapa tanggung jawab pendidik atas murid, yaitu menanami
akidah yang kuat dan memperkokoh keimanan ketika mengajar, memberikan
nasihat kepada murid, berperilaku lemah lembut kepada murid dan
mendidiknya dengan cara yang baik, tidak menyebut nama dalam mencela
seseorang, memberikan salam kepada murid sebelum dan sesudah melakukan
pelajaran berlangsung, memberikan reward dan punishment kepada peserta
didik sebagai bentuk penghargaan dan juga agar lebih semangat dalam belajar.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata. 2010. Ilmu Pendidikan Islam, cet. 1 (Jakarta: Kencana).


Al-Nawawi, Al-Tibyān Fī Ᾱdābi Ḥamalah Al-Qur’ān
Dedeng Rosyidin, Etika Pendidik dalam Islam, tt.
Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, op.cit.
Muhammad Nuqaib Al-Attas. 1990. Konsep Pendidikan dalam Islam, (Bandung: Mizan).
Nurul Apriyadi, Adab Pendidik dan Peserta Didik Prespektif Imam An-Nawawi Ad-Damasqy
Serta Relefansinya Terhadap Pendidikan Islam. 2020, (Lampung: Universitas Islam Negeri
Raden Intan Lampung).
Totok Jumantoro dan Samsul Munir Amin. 2005. Kamus Ilmu Tasawuf, (Wonosobo: Amzah).

13

Anda mungkin juga menyukai