Spii Pendidikan Islam Masa Reformasi
Spii Pendidikan Islam Masa Reformasi
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam
di Indonesia
Dosen Pengampu :
Arif Shaifudin, M.Pd.I
Kelompok 9
Nama Anggota:
i
KATA PENGANTAR
Dalam penyusunan makalah ini, tentunya tak lepas dari kontribusi yang
baik dari berbagai pihak. Maka dari itu, kami ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya.
Demikian, besar pula harapan penulis agar makalah ini bisa dimanfaatkan
dengan baik dan menjadi salah satu sumber ilmu yang bermanfaat.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
BAB II ............................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 3
KESIMPULAN ............................................................................................................................. 18
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Sisdiknas, (Tangerang: SL Media, 2011),
hlm 82.
1
mengutamakan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, keadilan
serta melahirkan hikmah yang bijak dalam kehidupan. Dalam padangan
lain pendidikan Indonesia menanamkan nilai nasionalisme, patriotisme
serta berbasis multikultural yang akhir-akhir ini dikenal dengan moderasi,
begitupun dengan pendidikan Islam. Dalam dinamikanya pendidikan di
Indonesia termasuk di dalamnya pendidikan Islam terus mengalami
perubahan baik dari sisi kebijakan maupun dari sisi politiknya. Bangsa ini
telah banyak mengalami dinamika pendidikan Islam dari masa orde lama,
orde baru sampai orde reformasi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep pendidikan Islam pada masa Reformasi?
2. Bagaimana orientasi pendidikan Islam?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui konsep pendidikan Islam pada masa Reformasi.
2. Untuk mengetahui orientasi pendidikan Islam.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 347.
3
Said Adiel Siradj, Islam Kebangsaan (Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999), hlm. 122.
3
Lembaga pendidikan Islam pada masa ini sebagaimana diakui
dalam UU No.20 tahun 2003 adalah meliputi lembaga formal,
informal, dan non formal. Diantara lembaga-lembaga pendidikan
Islam seperti: pondok pesantren, madrasah, diniyah, sekolah umum
berciri KeIslaman4, dan sebagainya.5 Ini merupakan hasil dari
reformasi pendidikan, sehingga terjadinya pergeseran kedudukan
pendidikan agama Islam. Dalam pandangan lain ditulis bahwa
pendidikan Islam paling tidak mempunyai tiga pengertian:
a. Lembaga pendidikan Islam itu pendirian dan
penyelenggaraannya didorong oleh hasrat
mengejawantahkan nilai-nilai Islam yang tercermin dalam
nama lembaga pendidikan itu dan kegiatan-kegiatan yang
diselenggarakan. Dalam pengertian ini, Islam dilihat
sebagai sumber nilai yang harus diwujudkan dalam
kehidupan lembaga pendidikan yang bersangkutan.
b. Lembaga pendidikan yang memberikan perhatian dan
menyelenggarakan kajian tentang Islam yang tercermin
dalam program kajian sebagai ilmu dan diperlakukan
sebagai ilmu-ilmu lain yang menjadi program kajian
lembaga pendidikan Islam yang bersangkutan.
c. Mengandung dua pengertian di atas dalam arti lembaga
tersebut memperlakukan Islam sebagai sumber nilai bagi
sikap dan tingkah laku yang harus tercermin dalam
penyelenggaraannya maupun sebagai bidang kajian yang
tercermin dalam program kajiannya.6
4
Soebahar, Abd. Halim, Matriks Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Marwa, 2009),
hlm. 9.
5
Ahmad Ma’ruf, Kebijakan Politik Kelembagaan Pendidikan Islam Di Indonesia Pada
Masa Reformasi, al-Murabbi, Volume 1, Nomor 1, 2016, hlm. 29.
6
A. Malik Fadjar, Reorientasi Pendidikan Islam (Jakarta: Fajar Dunia, 1999), hlm. 31.
4
nilai-nilai agama saja melainkan transformasi kehidupan manusia
seutuhnya. Maka dengan pendidikan Islam inilah seluruh
kehidupan akan diwarnai dengan nilai-nilai Illahiyah. Sehingga
pendidikan Islam memiliki rumusan pendidikan yang dinamis,
modern, dan progresif. Maka pendidikan Islam bukan saja
membangun kehidupan secara individu melainkan juga
membangun kehidupan berbangsa dan bernegara.
7
Choirul mahfud, Politik Pendidikan Islam: Analisis Kebijakan Pendidikan Islam di
Indonesia Pasca Orde Baru, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), hlm. 264-265.
5
setiap komponen pendidikan; komponen guru, sarana, penilaian,
keuangan dan lain sebagainya.
Secara khusus mengenai pendidikan Agama Islam,
pemerintah masa reformasi mengeluarkan kebijakan operasional
dalam bentuk peraturan pemerintah sebagai penjabaran dari UU.
No. 20 Tahun 2003, antara lain PP. No.55 Tahun 2007 yang
kemudian dilanjutkan dengan kebijakan teknis dengan Permenag
No. 13 Tahun 2014 tentang Pendidikan Keagamaan Islam dan No.
18 Tahun 2014 tentang Pendidikan Pesantren Muadalah. Dengan
kedua kebijakan ini, pemerintah mempertegas posisi pendidikan
madrasah diniyah dan pesantren dalam sistem pendidikan nasional.
Sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional, madrasah diniyah
dan pesantren berfungsi sebagai lembaga pendidikan keagamaan
Islam yang bertujuan untuk menghasilkan ahli ilmu agama Islam.
Menurut pemandangan pemakalah dapat disimpulkan bahwa
kurikulum yang diterapkan menggunakan standar nasional
pendidikan. Dan juga pemerintah masa reformasi mengeluarkan
kebijakan operasional. Pendidikan madrasah diniyah dan pesantren
merupakan sistem pendidikan nasional.
3. Politik pendidikan Islam masa reforormasi
Politik pendidikan adalah suatu proses pemilihan nilai-nilai
dan pengalokasian sumber daya terbatas dalam proses pembuatan
keputusan yang melibatkan berbagai kelompok yang memiliki
kepentingan berbeda dalam rangka memengaruhi pengambilan
keputusan sehingga nilai-nilai dan alokasi sumber daya terbatas
yang diinginkan oleh kelompok-kelompok tertentu masuk dalam
pengambilan keputusan.
Pendidikan bukanlah alat politik melainkan politik adalah
bagian dari pendidikan, artinya pendidikan disesuaikan dengan
kebutuhan negera dalam memajukan semberdaya yang ada.
Artinya dalam pendidikan pun di butuhkan supermasi hukum
6
sebagai alat penguat dan mempermudah dalam menjalankan
kebijkan-kebijkan dalam pendidikan. Negara ini dimerdekakan
untuk mewujudkan masyarakat dengan sistem poltik yang
berdaulat kedapada rakyat, begitupun pendidikan.
Pada era pemerintahan BJ. Habibie masih menggunakan
Kurikulum 1994 yang disempurnakan sampai pada masa
pemerintahan Abdurahman Wahid (Gus Dur). Kemudian
kekuasaan berganti kepada Megawati (Mega). Pada era
Mega terjadi beberapa perubahan di bidang Pendidikan;
Pertama, perubahan Kurikulum 1994 menjadi Kurikulum
2000 dan akhirnya disempurnakan menjadi Kurikulum 2002,
kemudian menjadi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang
kerap disebut dengan Kurikulum 2004. KBK merupakan
kurikulum yang pada dasarnya berorientasi pada pengembangan
tiga aspek utama, antara lain aspek afektif (sikap), kognitif
(pengetahuan) dan psikomotorik (ketrampilan).
Diantara ciri utama KBK yaitu: a). Menekankan pencapaian
kompetensi siswa, bukan tuntasnya materi. b). Kurikulum dapat
diperluas, diperdalam dan disesuaikan dengan potensi siswa
(normal, sedang dan tinggi). c). Berpusat pada siswa. d). Orientasi
pada proses dan hasil. e). Pendekatan dan metode yang digunakan
beragam dan bersifat kontekstual. f). Guru bukan satu-satunya
sumber ilmu pengetahuan. g). Buku pelajaran bukan satu-satunya
sumber belajar. h). Belajar sepanjang hayat. i). Belajar mengetahui
(learning now to know). j). Belajar melakukan (learning how to
do). k. Belajar menjadi diri sendiri (leraning how to be). l. Belajar
hidup dalam keberagaman (learning ho to live together)
Kedua, pada tanggal 8 Juli 2003 disahkannya Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional yang kerap disebut UU No. 20/2003 atau UU Sisdiknas.
Undang-undang ini memberikan dasar hukum untuk membangun
7
pendidikan nasional dengan menerapkan prinsip demokrasi,
desentralisasi, otonomi, keadilan dan menjunjung Hak Asasi
Manusia (HAM).
Pembaharuan sistem pendidikan nasional sendiri dilakukan
untuk memperbaharui visi, misi dan strategi pembangunan
pendidikan nasional. Adapun visi pendidikan nasional adalah
terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat
dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga Negara
Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga
mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu
berubah. Sedangkan misi pendidikan nasional yaitu: pertama,
mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperleh
pendidikan dan bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia. Kedua,
membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa
secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka
mewujudkan masyarakat belajar.
Kemudian ketiga, meningkatkan kesiapan masukan dan
kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan
kepribadian yang bermoral. Keempat, meningkatkan
keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai
pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, ketrampilan, pengalaman,
sikap dan nilai berdasarkan standar nasional dan
global. Dan kelima, memberdayakan peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam
konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pasca Mega, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terpilih
menjadi presiden periode 2004-2009. Pada era SBY, UU No.
20/2003 masih tetap berlaku. Namun pada periode awal kabinet
SBY, muncul dan ditetapkan UU No. 14/2005 Tentang Guru dan
Dosen.
8
Penetapan Undang-Undang tersebut disusul dengan pergantian
kurikulum KBK menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Kurikulum ini berasaskan pada PP No. 19 tahun 2005
Tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP).
KTSP merupakan kurikum operasional yang disusun dan
dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri
dari tujuan pendidikan, tingkat satuan pendidikan, struktur dan
muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan
serta silabus. KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip sebagai
berikut: a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan
kepentingan pesrta didik serta lingkungan; b. Beragam dan
terpadu; c. Tanggapan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni; d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan;
e. Menyeluruh dan berkesinambungan; f. Belajar sepanjang hayat;
dan g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan
daerah.
Adapun tujuan pendidikan KTSP yaitu: 1. Untuk pendidikan
dasar, diantaranya meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia serta ketrampilan untuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut; 2. Untuk pendidikan
menengah, meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut; 3. Untuk pendidikan menengah kejuruan
adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.8
Secara kebijakan politik maupun kebijakan pemerintahan
slaing berganti-ganti adalah dalam rangka penegakkan kedaulatan
8
Kurikulum dan Kebijakan Pendidikan Era Reformasi
http://kumpulanidependidikan.blogspot.com/2016/12/kurikulum-dan-kebijakan-pendidikan-
pada.html Di akses Sabtu, 29 Oktober 2022 pukul 05.12 WIB
9
rakyat, walupun perlu di akui masih banyak hal yang harus
diperbaiki dalam pelaksanaannya. Sejalan dengan adanya berbagai
perbaikan dalam politik, telah menimbulkan keadaan pendidikan
Islam era reformasi keadaannya jauh lebih baik dari keadaan
pemerintah era Orde Baru. Hal ini terjadi dikarena telah banyaknya
kajian terhadap arah pendidikan Islam dan adanya pembaharuan
dalam pola fikir dan pola tidak di dalam kehidupan bangsa
Idonesia. Secara politik dapat dilihat dari bentuknya kebijakan-
kebijakan pendidikan Islam era reformasi,9 kebijakan itu antara
lain:
Pertama, kebijakan tentang pemantapan pendidikan Islam
sebagai bagian dari system pendidikan nasional. Upaya ini
dilakukan melalui penyempurnaan UndangUndang Nomor 2 Tahun
1989 menjadi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
system pendidikan nasional. Jika pada Undang-Undang No 2
Tahun 1989 hanya menyebutkan madrasah saja yang masuk dalam
system pendidikan nasional, maka pada Undang-Undang No. 20
Tahun 2003 manyebutkan pesantren, ma’had Ali, Roudhotul
Athfal (Taman Kank-Kanak) dan Majlis Ta’lim termasuk dalam
system pendidikan nasional. Dengan masuknya pesantren, ma’had
Ali, Roudhotul Athfal (Taman Kank-Kanak) dan Majlis Ta’lim ke
dalam system pendidikan nasional ini, maka selain eksistensi dan
fungsi pendidikan Islam semakin diakui, juga menghilangkan
kesan dikotomi dan diskriminasi. Sejalan dengan itu, maka
berbagai perundang-undangan dan peraturan tentang standar
nasional pendidikan tentang sertifikasi Guru dan Dosen, bukan
hanya mengatur tentang Standar Pendidikan, Sertifikasi Guru dan
Dosen yang berada di bawah Kementerian Pendidikan Nasional
saja, melainkan juga tentang Standar Pendidikan,
9
Depag RI., Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Sistem Pendidikan Nasional,
Dirjend, Bimbaga Islam, Jakarta, 1991/1992.
10
Sertifikasi Guru dan Dosen yang berada di bawah Kementerian
Agama.10
Kedua, kebijakan tentang peningkatan anggaran pendidikan.
Kebijakan ini misalnya terlihat pada ditetapkannya anggaran
pendidikan Islam 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) yang di dalamnya termasuk gaji Guru dan Dosen,
biaya operasional pendidikan, pemberian beasisiwa bagi siswa
kurang mampu, pengadaan buku gratis, infrastruktur, sarana
prasarana, media pembelajaran, peningkatan sumber daya manusia
bagi lembaga pendidikan yang bernaung di bawah Kementerian
Agama dan Kementerian Pendidikan Nasional. Dengan adanya
anggaran pendidikan yang cukup besar ini, pendidikan saat ini
mengalami pertumbuhan, perkembangan, dan kemajuan yang
signifikan dibandingkan dengan keadaan pendidikan sebelumnya,
termasuk keadaan pendiidkan Islam.
Ketiga, program wajib belajar 9 tahun, yaitu setiap anak
Indonesia wajib memilki pendidikan minimal sampai 9 tahun.
Program wajib belajar ini bukan hanya berlaku bagi anak-anak
yang berlaku bagi anak-anak yang belajar di lembaga pendidikan
yang berada di bawah naungan Kementeria Pendidikan Nasional,
melainkan juga bagi anak-anak yang belajar di lembaga pendidikan
yang berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan Agama.
Keempat, kebijakan sertifikasi bagi semua Guru dan Dosen
baik Negeri maupun Swasta, baik umum maupun Guru agama,
baik Guru yang berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan
Nasional maupun Guru yang berada di bawah Kementerian
Pendidikan Agama. Program ini terkait erat dengan peningkatan
mutu tenaga Guru dan Dosen sebagai tenaga pengajar yang
profesional.
10
Ridwan Saidi, Pemuda Islam dalam Dinamika Politik Bangsa 1925-1984, (CV.
Rajawali, Jakarta, 1984).
11
Pemerintah sangat mendukung adanya program sertifikasi
tersebut dengan mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 74
tahun 2005 tentang sertifikasi Guru dan Dosen, -juga
mengalokasikan anggaran biayanya sebesar 20% dari APBN.
Melalui program sertifikasi tersebut, maka kompetensi akademik,
kompetensi pedagogik (teaching skill), kompetensi kepribadian
dan kompetensi sosial para Guru dan Dosen ditingkatkan.
Kelima, pengembangan kurikulum berbasis kompetensi
(KBK/tahun 2004) dan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP/tahun 2006). Melalui kurikulum ini para peserta didik tidak
hanya dituntut menguasai mata pelajaran (subject matter)
sebagaimana yang ditekankan pada kurikulum 1995, melainkan
juga dituntut memilki pengalaman proses mendapatkan
pengetahuan tersebut, seperti membaca buku, memahami,
menyimpulkan, mengumpulkan data, mendiskusikan, memecahkan
masalah dan menganalisis. Dengan cara demikian para peserta
didik diharapkan akan memiliki rasa percaya diri, kemampuan
mengemukakan pendapat, kritis, inovatif, kreatif dan mandiri.
Peserta didik yang yang demikian itulah yang diharapkan akan
dapat menjawab tantangan era globalisasi, serta dapat merebut
berbagai peluang yang terdapat di masyarakat.
Keenam, pengembangan pendekatan pembelajaran yang tidak
hanya terpusat pada Guru (teacher centris) melalui kegiatan
teachimg, melainkan juga berpusat pada murid (student centris)
melalui kegiatan learnig (belajar) dan research (meneliti) dalam
suasana yang partisipatif, inovatif, aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan. Dengan pendekatan ini metode yang digunakan
dalam kegiatan belajar mengajar bukan hanya ceramah, seperti
diskusi, seminar, pemecahan masalah, penugasan dan penemuan.
12
Pendekatan proses belajar mengajar ini juga harus didasarkan
pada asas demokratis, humanis dan adil, dengan cara menjadikan
peserta didik bukan hanya menjadi objek pendidikan melainkan
juga sebagai subjek pendidikan yang berhak mengajukan saran dan
masukan tentang pendekatan dan metode pendidikan. Ketuju,
kebijakan mengubah sifat madrasah menjadi sekolah umum yang
berciri khas keagamaan. Dengan ciri ini, maka madrasah menjadi
sekolah umum plus. Karena di madrasah (Ibtidaiyah, Tsanawiyah
dan Aliyah) ini, selain para siswa memperoleh pelajaran umum
yang terdapat pada sekolah umu seperti SD, SMP, dan SMA.
Menurut pemandangan pemakalah adalah dengan adanya
kebijakan tersebut, madrasah akan menjadi pilihan utama
masyarakat. Pendidikan dan politik adalah dua elemen penting
dalam sistem sosial di setiap Negara, baik Negara maju maupun
berkembang. Meskipun sekilas satu sama lain tidak memiliki
hubungan apapun, tapi keduanya bahu membahu dalam proses
pembentukan karakteristik masyarakat di suatu bangsa. Sejalan
dengan itu, kebijakan yang diambil bentuk keputusan karena
bagaimanapun kebijakan politik menentukan arah pengembangan
bangsa, termasuk dalam sebuah pendidikan.
B. Orientasi Pendidikan Islam
Pendidikan adalah keindahan proses belajar mengajar dengan
pendekatan manusianya dan bukan sekadar memindahkan otak dari
kepala-kepala atau mengalihakn mesin ke tangan, dan sebaliknya.
Pendidikan lebih dari itu, pendidikan menjadikan manusia mampu
menaklukkan masa depan dan menaklukkan dirinya sendiri dengan
daya pikir, daya dzikir, dan daya ciptanya.
Dari sudut pandang masyarakat, pendidikan adalah proses
sosialisasi, yakni memasyarakatkan nilai-nilai, ilmu pengetahuan, dan
keterampilan dalam kehidupan. Sosiolog Emile Durkheim, dalam
karyanya Education and Sosiology (1956),
13
sebagaimana dikutip Saefudin menyatakan bahwa pendidikan
merupakan produk masyarakat itu sendiri, yaitu mampu hidup
konsisten mengatasi ancaman dan tantangan masa depan. Nabi SAW
bersabda: “Didiklah anak-anak kamu, sesungguhnya mereka
diciptakan untuk zamanmu”. Jadi, pendidikan harus berorientasi masa
depan, harus futuristik. Sementara itu, dari sudut pandang individu,
pendidikan adalah proses perkembangan, yakni perkembangan potensi
yang dimiliki secara maksimal dan diwujudkan dalam bentuk konkrit,
dalam arti perkembangan menciptakan sesuatu yang baru dan berguna
untuk kehidupan masa mendatang.
Abdurrahman al-Bani sebagaimana dikutip Adi Sasono
menggambarkan bahwa pendidikan mencakup 3 faktor yang mesti
dilakukan secara bertahap:
1. Menjaga dan memelihara anak.
2. Mengembangkan potensi dan bakat anak sesuai dengan
minat/bakatnya masing-masing.
3. Mengarahkan potensi dan bakat anak agar mencapai
masyarakat dan kesempurnaan
14
manusia agar tidak berkembang atas pribadi yang terpecah, split of
personality, dan bukan pula pribadi timpang. Manusia diharapkan tidak
materialistik atau aspiritualistik, amoral, egosentrik atau antrosentris,
sebagaimana yang secara ironis masih banyak dihasilkan oleh sistem
pendidikan kita dewasa ini. Untuk meraih tujuan yang ideal itu, maka
realisasinya harus sepenuhnya bersumber dari cita-cita alQur’an,
sunnah, dan ijtihad-ijtihad yang masih berada dalam ruang
lingkupnya.11
11
Irja Putra Pratama dan Zulhijra, “REFORMASI PENDIDIKAN ISLAM INDONESIA”, Vol. 1.
No.2, Jurnal PAI Raden Patah, (Palembang: April, 2019).
12
Siswadi, Reformasi Sistem Pendidikan Islam di Indonesia, Vol.12. No.3, Jurnal Pemikiran
Alternatif Pendidikan, (Purwokerto: Sep-Des, 2007). Hal. 2-3
15
Secara operasional pendidikan Islam diorientasikan kepada dua hal
sekaligus:
13
Nasruddin Yusuf, MENILIK DASAR DAN ORIENTASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM.
16
Dari sudut pandang pemakalah orientasi pendidikan islam sekarang
tidak cukup hanya memberikan bekal pengetahuan, keterampilan,
keimanan, dan ketakwaan saja, tetapi juga harus diupayakan
melahirkan manusia yang kreatif, inovatif, mandiri dan produktif,
mengingat masa yang akan datang adalah dunia kompetitif. Selain
manusia kreatif dan produktif sebagai visi pendidikan Islam, maka
yang perlu diperhatikan juga adalah bagaimana visi dan orientasi
pendidikan islam tidak semata-mata menekankan pada pengisisan
oak saja, tetapi juga pengisian jiwa, pembinaan akhlak dan
kepatuhan dalam menjalankan ibadah.
17
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Reformasi telah melahirkan sejumlah kebijakan strategis dalam dunia
pendidikan Islam. Kebijkan ini tentunya dapat dirasakan langsung oleh
masyarakat secara luas, baik yang terlibat maupun tidak telibat dalam
dunia pendidikan Islam. Selain itu reformasi telah melakukan perubahaan
dalam dunia pendidikan Islam, yang hal ini pengaruhnya langsung.
Pengaruh itu dapat terlihat dari adanya perubahan yang signifikan dalam
dunia pendidikan Islam baik itu tujuan, pendidikan, peserta didik, materi,
metode dan evaluasi.
Dari sini lah telaihat dengan jelas bagaikan lembaga pendidikan Islam
dalam perkembangannya tidak kalah kalah jauh dari pendidikan secara
umum. Perubahan pendidkan Islam itu sediri terjadi mulai dari pendidikan
usia dini sampai perguruan tinggi. Pendidikan Islam secara politik dan
kebijakan sangat diuntungkan dengan kelahiran undang-undang sistem
pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003. Maka reformasi sangat berjasa
dalam dunia pendidikan Islam, selain itu juga telah melahirkan sejumah
kebijakan strategis bukan hanya bagi sekolah umum yang bernaung
dibawah kementerian Pendidikan Nasional saja, melainkan juga bagi
madrasah dan Perguruan Tinggi yang bernaung di bawah Kementerian
Agama.
18
DAFTAR PUSTAKA
Saidi, Ridwan. 1984, Pemuda Islam dalam Dinamika Politik Bangsa 1925-1984,
Jakarta: CV. Rajawali
19
Kurikulum dan Kebijakan Pendidikan Era Reformasi
http://kumpulanidependidikan.blogspot.com/2016/12/kurikulum-dan-
kebijakan-pendidikan-pada.html Di akses Sabtu, 29 Oktober 2022 pukul
05.12 WIB
20