Anda di halaman 1dari 16

KEBIJAKAN KURIKULUM

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah

Pengembangan Kurikulum

Dosen pengampu:

Pof. Dr. Hj. S. Maryam Yusuf, M.Ag.

Disusun oleh :

1. Faizatul Ulya 201210128


2. Fajar Firmansyah 201210129

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU PENDIDIKAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2022

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, yang telah memberikan nikmat iman, islam,
kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyusun serta menyelesaikan
tugas makalah kelompok dengan baik. Makalah yang berjudul “Kebijakan
Kurikulum” disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan
Kurikulum Tahun ajaran 2022-2023.
Dalam menyusun makalah ini, tentunya tak lepas dari kontribusi yang baik
dari berbagai pihak, dan kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen
pengampu ibu Pof. Dr. Hj. S. Maryam Yusuf, M.Ag. yang telah membimbing
kami.
Meskipun demikian, makalah ini masih membutuhkan banyak perbaikan dari
segi penulisan, struktur penyusunan, ejaan bahkan tanda baca. Oleh karenanya,
kritik dan saran sangat dibutuhkan untuk bahan evaluasi bagi penulis. Demikian,
besar pula harapan penulis agar makalah ini bisa dimanfaatkan dengan baik dan
menjadi salah satu sumber ilmu yang bermanfaat

Ponorogo, 13 November 2022

Pemakalah

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i

KATA PENGANTAR .............................................................................................ii

DAFTAR ISI ...........................................................................................................iii

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar belakang ...................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ..............................................................................................1

C. Tujuan masalah ..................................................................................................1

BAB II : PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebijakan Kurikulum Pendidikan Nasional ....................................2

B. Sejarah Kebijakan Kurikulum Di Indonesia ......................................................3

BAB III: PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................................12

B. Daftar Pustaka………………………………………………………………13

iii
BAB I
PEMBUKAAN
A. LATAR BELAKANG
Kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu
dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang
terjadi di masyarakat, agar dapat mengikuti perkembangan dan tantangan
zaman.
Pendidikan di Indonesia memiliki banyak kebijakan. Kenyataan
bahwa kebijakan pendidikan tersebut seringkali berganti dengan cepat,
salah satunya dipengaruhi oleh faktor politik. Kebijakan pendidikan suatu
Negara pada gilirannya kembali pada stakeholder yang paling berkuasa
dalam pengambilan kebijakan, yaitu siapa yang berkuasa pada periode
tertentu yang menggunakan kekuasaannya untuk menentukan apa dan
bagaimana pendidikan terselenggara.
Keberadaan kurikulum memberi pengaruh yang signifikan bagi
kualitas pendidikan yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, melalui tulisan
ini, penulis menganggap penting untuk mengurai lebih mendalam dan
cermat akan kurikulum pendidikan Indonesa dari periode ke periode,
sekaligus memperbandingannya, sehingga sebagai pelaku pendidikan
tulisan ini diharapkan dapat menjadi bahan diskusi solutif untuk
memahami pokok permasalahan pendidikan Indonesia dalam perspektif
kebijakan kurikulum yang di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kebijakan kurikulum pendidikan nasional?
2. Bagaimana sejarah kebijakan kurikulum di Indonesia?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian kebijakan kurikulum pendidikan nasional.
2. Mengetahui sejarah kebijakan kurikulum di Indonesia

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebijakan Kurikulum


Kebijakan merupakan terjemahan dari kata policy yang berasal dari
bahasa Inggris. Kata policy diartikan sebagai sebuah rencana kegiatan
atau pernyataan mengenai tujuan-tujuan yang diajukan atau diadopsi oleh
suatu pemerintahan, dan partai politik. Implikasinya antara lain:
1. Kebijakan selalu mempunyai tujuan tertentu atau merupakan
tindakan yang berorientasi pada tujuan;
2. Kebijakan berisi tindakan-tindakan atau pola-pola tindakan
pejabat-pejabat pemerintah;
3. Kebijakan merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh
pemerintah;
4. Kebijakan bisa bersifat positif, dalam arti merupakan beberapa
bentuk tindakan pemerintah mengenai suatu masalah tertentu
atau bersifat negatif yang merupakan keputusan pejabat
pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu;
5. Kebijakan dalam arti positif didasarkan pada peraturan
perundang undangan dan bersifat memaksa (otoritatif). 1
Sedangkan istilah “kurikulum” berasal dari bahasa Latin, yakni
“Curricula”, artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari.
Pengertian kurikulum kaitannya dengan pendidikan ialah jangka waktu
pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk
memperoleh ijazah. Kurikulum juga dianggap sebagai jembatan yang
sangat penting untuk mencapai titik akhir dari suatu perjalanan dan
ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu. Kurikulum dapat dipandang

1
M. Bustanul Ulum, Mar’atus Sholihah. DASAR-DASAR KEBIJAKAN KURIKULUM DI MADRASAH
IBTIDAIYAH (IAI Al-Falah Kencong Jember), 3.

2
sebagai buku atau dokumen yang dijadikan guru sebagai pegangan dalam
proses belajar mengajar.2
Istilah “kurikulum” di Indonesia boleh dikatakan baru populer
sejak tahun 50-an, dipopulerkan oleh mereka yang memperoleh
pendidikan di Amerika Serikat. Istilah itu kini telah dikenal orang di luar
pendidikan, karena pada hakikatnya, kurikulum sama artinya dengan
rencana pelajaran.
Jadi, pengertian kebijakan kurikulum pendidikan nasional
merupakan suatu rencana kegiatan terkait bahan pembelajaran yang
diterapkan disekolah-sekolah nasional.

B. Sejarah Kurikulum di Indonesia


1. Kurikulum 1947
“Rentjana Pelajaran 1947” Kurikulum pertama yang lahir
pada masa kemerdekaan memakai istilah dalam bahasa Belanda
“leer plan” artinya rencana pelajaran, istilah ini lebih popular
dibanding istilah “curriculum” 3 (bahasa Inggris). Perubahan arah
pendidikan lebih bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda
ke kepentingan nasional. Sedangkan asas pendidikan ditetapkan
Pancasila. Kurikulum yang berjalan saat itu dikenal dengan sebutan
“Rentjana Pelajaran 1947”, yang baru dilaksanakan pada tahun
1950. Sejumlah kalangan menyebut sejarah perkembangan
kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya memuat dua
hal pokok: (1) daftar mata pelajaran dan jam pengajaranya; (2)
garis-garis besar pengajaran.
Pada saat itu, kurikulum pendidikan di Indonesia masih
dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda dan Jepang,
sehingga hanya meneruskan yang pernah digunakan sebelumnya.
Rentjana Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai pengganti sistem
pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa

2
Prof. Dr. S. Nasution, M.A. ASAS-ASAS KURIKULUM (PT. Bumi Aksara; 2014), 121.

3
saat itu masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka
pendidikan sebagai development conformism lebih menekankan
pada pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan
berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini.
Orientasi Rencana Pelajaran 1947 tidak menekankan pada
pendidikan pikiran. Yang diutamakan adalah: pendidikan watak,
kesadaran bernegara dan bermasyarakat. Materi pelajaran
dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap
kesenian dan pendidikan jasmani.
2. Kurikulum 1952
“Rentjana Pelajaran Terurai 1952” Setelah “Rentjana Pelajaran
1947”, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami
penyempurnaan. Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran
yang kemudian diberi nama “Rentjana Pelajaran Terurai 1952”.
Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan
nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum
1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi
pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Silabus
mata pelajarannya menunjukkan secara jelas bahwa seorang guru
mengajar satu mata pelajaran, (Djauzak Ahmad, Dirpendas
periode1991-1995).
3. Kurikulum 1964
“Rentjana Pendidikan 1964” Usai tahun 1952, menjelang tahun
1964, pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum di
Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-
pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini
adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat
mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang
SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program
Pancawardhana, yaitu pengembangan moral, kecerdasan,

4
emosional/ artistik, keprigelan, dan jasmani. Pendidikan dasar lebih
menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.
4. Kurikulum 1968
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis, mengganti
Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde
Lama. Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan
bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk
manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan
keyakinan beragama. Dalam kurikulum ini tampak dilakukannya
perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana
menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan
kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan
dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni
dan konsekuen.
Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi
pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar,
dan kecakapan khusus. Mata pelajaran dikelompokkan menjadi
pokok. Djauzak menyebut Kurikulum 1968 sebagai kurikulum
bulat. "Hanya memuat mata pelajaran pokok saja," . Muatan
materi pelajaran bersifat teoritis, tidak mengaitkan dengan
permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa
saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang
pendidikan. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang
sehat dan kuat.
5. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan
lebih efektif dan efisien. latar belakang lahirnya kurikulum ini
adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO
(management by objective) yang terkenal saat itu, Metode, materi,

5
dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan
Sistem Instruksional (PPSI), yang dikenal dengan istilah "satuan
pelajaran", yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap
satuan pelajaran dirinci menjadi : tujuan instruksional umum
(TIU), tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat
pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum
1975 banyak dikritik. Guru dibuat sibuk menulis rincian apa yang
akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.
6. Kurikulum 1984
“Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Kurikulum 1984
mengusung process skill approach. Meski mengutamakan
pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini
juga sering disebut "Kurikulum 1975 yang disempurnakan".
Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati
sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan.
Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student
Active Learning (SAL). Konsep CBSA yang elok secara teoritis
dan bagus hasilnya di sekolah sekolah yang diujicobakan,
mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara
nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan
CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas
lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, dan
yang menyolok guru tak lagi mengajar model berceramah.
Akhiran penolakan CBSA bermunculan.
7. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
Kurikulum 1994 merupakan hasil upaya untuk memadukan
kurikulum-kurikulum sebelumnya, terutama kurikulum 1975 dan
1984. Sayang, perpaduan antara tujuan dan proses belum berhasil.
Sehingga banyak kritik berdatangan, disebabkan oleh beban
belajar siswa dinilai terlalu berat, dari muatan nasional sampai
muatan lokal. Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan

6
daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian,
keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan
kelompok kelompok masyarakat juga mendesak agar isu-isu
tertentu masuk dalam kurikulum. Akhirnya, Kurikulum 1994
menjelma menjadi kurikulum super padat. Kejatuhan rezim
Soeharto pada 1998, diikuti kehadiran Suplemen Kurikulum
1999. Tapi perubahannya lebih pada menambal sejumlah materi
pelajaran saja.3
Kemudian pasca reformasi, terdapat beberapa kebijakan
kurikulum yang menjadi pedoman pendidikan di Indonesia sampai
sekarang, yaitu
1. Kurikulum 2004
“KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)” Sebagai
pengganti kurikulum 1994 adalah kurikulum 2004, yang
disebut dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)6.
Suatu program pendidikan berbasis kompetensi harus
mengandung tiga unsur pokok, yaitu: pemilihan kompetensi
yang sesuai; spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk
menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi; dan
pengembangan pembelajaran. KBK memiliki ciri-ciri sebagai
berikut : Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik
secara individual maupun klasikal, berorientasi pada hasil
belajar (learning outcomes) dan keberagaman. Kegiatan
pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervariasi, sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber
belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam
upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. Struktur
kompetensi dasar KBK ini dirinci dalam komponen aspek,

3
Alhamuddin, SEJARAH KURIKULUM DI INDONESIA (Nur El-Islam, Volume 1, Nomor 2, Oktober
2014), 49-53.

7
kelas dan semester. Keterampilan dan pengetahuan dalam
setiap mata pelajaran, disusun dan dibagi menurut aspek dari
mata pelajaran tersebut. Pernyataan hasil belajar ditetapkan
untuk setiap aspek rumpun pelajaran pada setiap level.
Perumusan hasil belajar adalah untuk menjawab pertanyaan,
“Apa yang harus siswa ketahui dan mampu lakukan sebagai
hasil belajar mereka pada level ini?”. Hasil belajar
mencerminkan keluasan, kedalaman, dan kompleksitas
kurikulum dinyatakan dengan kata kerja yang dapat diukur
dengan berbagai teknik penilaian. Setiap hasil belajar memiliki
seperangkat indikator. Perumusan indikator adalah untuk
menjawab pertanyaan, “Bagaimana kita mengetahui bahwa
siswa telah mencapai hasil belajar yang diharapkan?”.
2. Kurikulum 2006
“KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)”
Pelaksanaan KBK masih dalam uji terbatas, namun pada awal
tahun 2006, uji terbatas tersebut dihentikan. Dan selanjutnya
dengan terbitnya permen nomor 24 tahun 2006 yang mengatur
pelaksanaan permen nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi
kurikulum dan permen nomor 23 tahun 2006 tentang standar
kelulusan, lahirlah kurikulum 2006 yang pada dasarnya sama
dengan kurikulum 2004. Perbedaan yang menonjol terletak
pada kewenangan dalam penyusunannya, yaitu mengacu pada
jiwa dari desentralisasi sistem pendidikan.
Pada kurikulum 2006, pemerintah pusat menetapkan
standar kompetensi dan kompetensi dasar, sedangkan sekolah
dalam hal ini guru dituntut untuk mampu mengembangkan
dalam bentuk silabus dan penilaiannya sesuai dengan kondisi
sekolah dan daerahnya. Hasil pengembangan dari semua mata
pelajaran, dihimpun menjadi sebuah perangkat yang dinamakan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Penyusunan

8
KTSP menjadi tanggung jawab sekolah di bawah binaan dan
pemantauan dinas pendidikan daerah dan wilayah setempat.
3. Kurikulum 2013
Pemerintah melakukan pemetaan kurikulum berbasis
kompetensi yang pernah diujicobakan pada tahun 2004
(curriculum based competency). Kompetensi dijadikan acuan
dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk
mengembangkan berbagai ranah pendidikan; pengetahuan,
keterampilan, dan sikap dalam seluruh jenjang dan jalur
pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah.
Kurikulum 2013 berbasis kompetensi memfokuskan pada
pemerolehan kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta
didik. Oleh karena itu, kurikulum ini mencakup sejumlah
kompetensi dan seperangkat tujuan pembelajaran yang
dinyatakan sedemikian rupa, sehingga pencapaianya dapat
diamati dalam bentuk perilaku atau keterampilan peserta didik
sebagai suatu kriteria keberhasilan. Kegiatan pembelajaran
perlu diarahkan untuk membantu peserta didik menguasai
sekurang-kurangnya tingkkat kompetensi minimal, agar mereka
dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Sesuai
dengan konsep belajar tuntas dan pengembangan bakat. Setiap
peserta didik harus diberi kesempatan untuk mencapai tujuan
sesuai dengan kemamapuan dan kecepatan belajar masing-
masing. Tema utama kurikulum 2013 adalah menghasilkan
insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif,
melalui pengamatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
terintegrasi. Untuk mewujudkan hal tersebut, dalam
implementasi kurikulum, guru dituntut secara profesional
merancang pembelajaran secara efektif dan bermakna,
mengorganisir pembelajaran, memilih pendekatan
pembelajaran yang tepat, menentukan prosedur pembelajaran

9
dan pembentukan kompetensi secara efektif, serta menetapkan
kriteria keberhasilan.
4. Kurikulum merdeka.
Pada masa pandemi tahun 2021, dalam pemulihan
pembelajaran, Kemdikbudristek mengeluarkan kebijakan
penggunaan Kurikulum 2013 secara penuh, Kurikulum Darurat
(kurikulum 2013 yang disederhanakan, dan Kurikulum
Merdeka.4 Sebagai bagian dari upaya pemulihan pembelajaran,
Kurikulum Merdeka (yang sebelumnya disebut sebagai
kurikulum prototipe) dikembangkan sebagai kerangka
kurikulum yang lebih fleksibel, sekaligus berfokus pada materi
esensial dan pengembangan karakter dan kompetensi peserta
didik. Karakteristik utama dari kurikulum ini yang mendukung
pemulihan pembelajaran adalah:
a. Pembelajaran berbasis projek untuk pengembangan soft
skills dan karakter sesuai profil pelajar Pancasila
b. Fokus pada materi esensial sehingga ada waktu cukup
untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar
seperti literasi dan numerasi.
c. Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang
terdiferensiasi sesuai dengan kemampuan peserta didik dan
melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal.5
Pemulihan pembelajaran pasca pandemi menjadi hal yang
disoroti oleh Kemdikbudristek karena dianggap sebagai hal yang
penting. Selama proses pengimplementasian Kurikulum
Merdeka sebagai salah satu opsi bagi satuan pendidikan dalam
pelaksanaan proses pembelajaran, dilakukan proses pendataan

4
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN RISET, DAN TEKNOLOGI, Kebijakan Kurikulum, Badan
Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Maret 2022.
5
H. R. Alpha Amirrachman, M.Phil., Ph.D. H. Teuku Ramli Zakaria, M.A., Ph.D. KURIKULUM
MERDEKA: LOMPATAN KEBIJAKAN DAN TANTANGAN IMPLEMENTASI (Majelis Dikdasmen PP
Muhammadiyah)

10
untuk melihat satuan pendidikan yang siap melaksanakan
Kurikulum Merdeka. Setelahnya, tahun 2024 menjadi penentuan
kebijakan Kurikulum Nasional yang akan dilakukan oleh
Kemdikbudristek berdasarkan evaluasi terhadap kurikulum pada
masa pemulihan pembelajaran. Hasil evaluasi ini nantinya akan
menjadi acuan bagi Kemdikbudristek dalam pengambilan
kebijakan lanjutan pasca pemulihan krisis pembelajaran. 6

6
Tono supriatna nugraha, Kurikulum Merdeka untuk Pemulihan Krisis Pembelajaran, Inovasi
Kurikulum 19 (2) (2022), 256.

11
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Pendidikan selalu membutuhkan kurikulum yang mampu membawa kepada


kesuksesan tujuan pembelajaran. Pendidikan di Indonesia memiliki banyak
kebijakan. Kenyataan bahwa kebijakan pendidikan tersebut seringkali berganti
dengan cepat, secara makro, ekonomi, sosial dan dan budaya, serta globalisasi
turut mempengaruhi corak kurikulum pendidikan di Indonesia dari mulai periode
awal, yakni masa kemerdekaan dan pemerintahan orde lama, orde baru, reformasi,
hingga kurikulum merdeka yang saat ini mulai diaplikasikan.
Harapan kita semua bahwa kurikulum yang baru tidak akan mengalami
nasib yang sama dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya. Akan tetapi mampu
memberikan pencerahan terhadap perubahan paradigma berpikir para pelaksana di
lapangana, serta mampu memfasilitasi dan membantu meningkatkan kompetensi
peserta didik sehingga mampu bersaing baik di kancah nasional maupun
internasional dengan bangsa-bangsa yang lain.

12
DAFTAR PUSTAKA

Alhamuddin, SEJARAH KURIKULUM DI INDONESIA, Nur El-Islam, Volume 1,


Nomor 2, Oktober 2014.
H. R. Alpha Amirrachman, M.Phil., Ph.D. H. Teuku Ramli Zakaria, M.A., Ph.D.
KURIKULUM MERDEKA: LOMPATAN KEBIJAKAN DAN
TANTANGAN IMPLEMENTASI, Majelis Dikdasmen PP
Muhammadiyah.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN RISET, DAN
TEKNOLOGI, Kebijakan Kurikulum, Badan Standar, Kurikulum
dan Asesmen Pendidikan Maret 2022.
Nugraha, Tono supriatna Kurikulum Merdeka untuk Pemulihan Krisis
Pembelajaran, Inovasi Kurikulum 19 (2) (2022).
Prof. Dr. S. Nasution, M.A. ASAS-ASAS KURIKULUM, PT. Bumi Aksara;
2014.
Ulum, M. Bustanul. DASAR-DASAR KEBIJAKAN KURIKULUM DI MADRASAH
IBTIDAIYAH, IAI Al-Falah Kencong Jember.

13

Anda mungkin juga menyukai