Anda di halaman 1dari 11

FIRQOH-FIRQOH DALAM ILMU KALAM

Dosen pengampu: Alfian Dhani Misbakhuddin, STH.I.,M.Ag.

Disusun Oleh:
Dyah Ayu Pangastuti
Fadhilah Nur Afifa

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2021
Kata Pengantar

Alhamdulillahi rabbil‘alamin. Segala puji bagi Allah, yang telah memberikan nikmat iman,
islam, kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tugas
makalah ini dengan baik.

Makalah berjudul “Firqoh-firqoh dalam Ilmu Kalam” disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Ilmu Tauhid tahun ajaran 2021-2022.

Dalam penyusunan makalah ini, tentunya tak lepas dari kontribusi yang baik dari
berbagai pihak. Maka dari itu, kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Meski demikian, makalah ini masih membutuhkan banyak perbaikan dari segi penulisan,
struktur penyusunan, ejaan bahkan tanda baca. Oleh karenanya, kritik dan saran sangat
dibutuhkan untuk bahan evaluasi bagi penulis.

Demikian, besar pula harapan penulis agar makalah ini bisa dimanfaatkan dengan baik
dan menjadi salaah satu sumber ilmu yang bermanfaat.
Daftar Isi

Kata Pengantar……………………………………………………………………………………………………………………. i

Daftar Isi ……………………………………………………………………………………………………………………………….. ii

BAB 1 PENDAHULUAN …………………………………………………………………………………………………………… 1

A.Latar Belakang …………………………………………………………………………………………………….. 1


B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………………………………………..1
C. Tujuan Pembahasan ……………………………………………………………………………………………..1

BAB 2 PEMBAHASAN ……………………………………………………………………………………………………………….2

A. Mu’tazilah ………………………………………………………………………………………………………….2
B. Maturidiyah ……………………………………………………………………………………………………….3
C. Salafiyah …………………………………………………………………………………………………………….3
D. Ahl as-sunnah …………………………………………………………………………………………………….3
E. Jabariyah ……………………………………………………………………………………………………………4
F. Qadariyah ………………………………………………………………………………………………………….5
G. Sejarah kemunculan doktrin-doktrin tokoh-tokoh …………………………………………….5.

BAB 3 PENUTUP ………………………………………………………………………………………………………………………6

A. Kesimpulan ……………………………………………………………………………………………………….6

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………………………………………………..7


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Dalam ilmu kalam ada beberapa firqoh diantaranya adalah firqoh syi’ah,
khawarij, mu’tazilah, qodariyah, jabariyah, murji’ah dan terakhir ahlus sunnah. Dalam bahasa
firqoh atau golongan ialah perbedaan pendapat dalam soal akidah atau masala-masalah
ushuludiyah. Timbulnya firqoh karena 5anatic kesukuan dan kearaban, perebutan khilafah,
hubungan antara umat islam dengan pemeluk agama lain, penerjemahan buku-buku filsafat
Yunani, banyak pembicaraan hal-hal yang rumit, adanya ayat-ayat mutasyabihat dalam Al-
quran .
B. Rumusan masalah
1. apa saja firqah-firqah dalam ilmu kalam?
2. bagaimana sejarah munculnya doktrin-doktrin tokoh-tokoh?
C. Tujuan pembahasan
1. mengetahui apa saja firqoh-firqoh dalam ilmu kalam
2. mengetahui dan memahai sejarah munculnya doktrin-doktrin tokoh-tokoh

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mu’tazilah
Mu’tazilah berasal dari kata i’tizal yang berarti memisahkan diri, asal usulnya nama ini
diberikan oleh orang dari luar yang namanya, washil bin atha’karna tidak sependapat dan
memisahkan diri dari gurunya, hasan al-bashri kemudian disetujui oleh pengikut mu’tazilah dan
digunakan sebagai nama dari aliran teologi mereka. Sejarah munculnya aliran mu’tazilah oleh
para kelompok pemuja dan aliran mu’tazilah tersebut muncul di kota bashrah (irak) abad 2
hijriyah, tahun 105-110 H, masa pemerintahan khalifah abdul malik bin marwan dan khalifah
hisyam bin abdul malik. Pelopornya penduduk bashrah mantan murid al-hasan al-bashri yang
bernama washil bin atha’ al-makhzumi al-gozzal ini adalah, jika tuhan dikatakan maha
mengetahui maka itu bukan sifat-Nya tai Dzat-Nya.
Doktrin ajaran aliran mu’tazilah :
1. at-tauhid (keesaan Allah)
Meyakini sepenuhnya hanya Allah SWT. Yang maha esa tidak ada yang serupa dengan-
Nya. Mereka menganggap konsep tauhid ini yang paling murni sehingga mereka senang disebut
ahlut tauhid (pembela tauhid). Dalam mempertahankan paham keesaan Allah SWT. Mereka
meniadakan segala sifat Allah, yaitu bahwa tuhan tidak mempunyai sifat yang berdiri diluar
Dzat-Nya. Kaum mu’tazilah enggan mengakui adanya sifat tuhan dalam pengertian sesuatu
yang melekat pada Dzat Tuhan. Jika tuhan dikatakan maha mengetahui maka itu bukan sifat-
Nya tapi Dzat-Nya. Mu’tazilah juga meyakini bahwa al-quran adalah makhluk.
2. al-adl (keadilan tuhan)
Paham keadilan yang di kehendaki mu’tazilah adalah bahwa Allah SWT. Tidak
menghendaki keburukan, tidak menciptakan perbuatan manusia dan manusia dapat
mengerjakan perintah-perintah-Nya dan meninggalkan larangan-larangan-Nya dengan qudrah
(kekuasaan)yang ditetapkan Allah SWT. Pada diri manusia itu. Allah tidak memerintahkan
sesuatu kecuali menurut apa yang
dikehendaki-Nya. Ia hanya menguasai kbaikan-kebaikan yang diperintahakan-Nya dan tidak
tahu menahu (bebas), dari keburukan-keberukan yang dilarang-Nya.
3. al-wa’d wa al-waid(janji dan ancaman
Bahwa wajib bagi Allah SWT. Untuk memenuhi janji-Nya bagi pelaku kebaikan agar
dimasukkan ke dalam surga, dan melaksanakan ancaman-Nya bagi pelaku dosa besar
(walaupun dibawah syirik) agar di masukkan ke dalam neraka, kekal abadi di dalamnya, dan
tidak boleh bagi allah swt. Untuk menyelisihinya. Karna ini maka mereka disebut dengan
wa’idiyyah.
4. al-manzilah baina al-manzilatain (posisi diantara dua tempat)
Adalah suatu tempat antara surga dan neraka sebagai konsekwensi dari pemahaman
yang mengatakan bahwa pelaku dosa besar adalah fasik, tidak dikatakan beriman dan tidak
pula dikatakan kafir, dia tidak berhak dihukumkan mukmin dan tidak pula dihukumkan kafir.
5. amar ma’ruf dan nahi mungkar
Pengaruh aliran mu’tazilah terhadap dunia islam, penyusunan buku-buku ilmiah.
Aktivitas penyusunan buku ini, sebagaimana diuarakan oleh syalabi berjalan melalui 3 fase. Fase
pertama adalah pencatatan pemikiran atau hadits pada kertas kemudian dirangkap.fase kedua
pembukuan pemikiran-pemikiran atau hadits-hadits rasulullah dalam satu buku. Fase ketiga
adalah penyusunan dan pengaturan kembali buku yang telah ada ke dalam pasal-pasal dan bab-
bab tertentu.
B. Pengertian Maturidiyah
Berdasarkan buku pengantar teologi islam, aliran maturidiyah diambil dari nama
pendirinya, yaitu abu mansur muhammad bin muhammad. Di samping itu, buku terjemahan
oleh abd. Rahman dahlan dan ahmad qarib menjelaskan bahwa pendiri aliran maturidiyah yakni
abu manshur al-maturidi, kemudian namanya dijadikan sebagai nama aliran ini.
Selain itu, definisi dari aliran maturidiyah adalah aliran kalam yang dinisbatkan kepada
abu manshur al-maturidi yang berpijak kepada penggunaan argumentasi dan dalil aqli kalami.
Sejalan itu juga, aliran maturidiyah merupakan maturidiyah dalam kelompok ahli sunnah wal
jamaah yang merupakan ajaran teknologi yang bercorak rasional.
C. Pengertian Salafiyah
Salafiyah juga disebut salafi dan salafisme, adalah gerakan reformasi cabang dalam islam
sunni. Nama ini diambil dari anjuran untuk kembali ke pemahaman leluhur(salaf), tiga generasi
awal muslim yang mengetahui ajaran islam yang murni tanpa adanya tambahan dan
pengurangan. Salafi berpendapat bahwa umat islam harus berpegang pada al-quran, hadits,
dan ijma’ (konsensus) mengabaikan ajaran hermeneutik islam lainnya.
Salafi menolak inovasi agama atau bid’ah dan mendukung penerapan syari’at (hukum
islam). Gerakan ini kadang-kadang di bagi menjadi 3 kategori: kelompok terbesar adalah salafi
puritan, yang menghindari politik, selanjutnya salafi pergerakan, yang terlibat dalam proses
politik, dan kelompok ke tiga adalah salafi jihadis, yang mendukung perjuangan bersenjata
untuk memulihkan gerakan islam awal.
D. Ahl as-sunnah
Ahl al-sunnah wa al-jama’ah atau ahlus-sunnah wal jama’ah,atau sama saja dengan suni
adalah fikrah muslim terbesar yang disebut dengan ahlus-sunnah wal jama’ah atau golongan
yang menjalankan sunah (muhammad) dengan penekanan pada peneladanan peri kehidupan
muhammad. Sekitar 90% umat muslim sedunia merupakan kaum suni. Sunni kadang-kadang
disebut sebagai “salafush shalih”.
*Ahl, yang mempunyai beberapa arti, yakni: keluarga-keluarga pengikut dan penduduk.
*As-sunnah, yang secara bahasa bermakna at-thariqah wa lau ghaira mardhiyah (jalan, cara,
atau perilaku walaupun tidak diridai)
*Al-jama’ah, berasal dari kata al-jam’u artinya mengumpulkan ssuatu, dengan mendekatkan
sebagian ke sebagian lain, atau mengumpulkan yang bercerai-berai. Kata jama’ah juga berasal
dari kata ijtima’(perkumpulan), yang merupakan lawan kata tafaruq (perceraian)dan lawan kata
dari furqah (perpecahan). Jama’ah adalah sekelompok orang banyak dan sekelompok manusia
yang berkumpul berdasarkan satu tujuan. Selain itu, jama’ah juga berarti kaum yang bersepakat
dalam suatu masalah, atau orang-orang yang memelihara kebersamaan dan kolektifitas dalam
mencapai satu tujuan.
E. Jabariyah
Sejarah aliran jabariyah tidak terlepas dai respon sejumlah tokoh muslim pada awal
perkembangan islam terhadap kemunculan paham qadariyah. Manusia hanyalah wayang dalam
pentas semesta. Dalang pertunjukannya adalah Tuhan. Segala hal yang terjadi pada wayang
adalah kehendak sang dalang. Wayang tidak memiliki kemampuan apa pun untuk jabariyah
muncul sebagai respon pada lahirnya aliran qadariyah. Apa perbedaan antara aliran jabariyah
dan yang paling mendasar perbedaannya terletak pada paham tentang bagaimana posisi
dihadapan Allah SWT. Aliran qadaiyah meyakini bahwa manusia memiliki kekuasaan penuh atas
perbuatannya sendiri. Adapun paham aliran jabariyah berada dikutub sebaliknya.
Dalam paham jabariyah, pendapat qadariyah yang menyatakan manusia memiliki
kehendak yang bebas dan daya buat menentukan nasibnya sendri, sudah melenceng dari ajaran
islam. Menjawab kemunculan qadariyah, paham ini hadir menjadi aliran tersendiri. Sejarah
aliran jabariyah dan pemikiran para tokohnya dari sisi bahasa, jabariyah berasal dari bahasa
arab,”jabara” yang artinya memaksa. Jadi, orang-orang jabariyah menganggap bahwa semua
perbuatan manusia adalah “terpaksa”. Mereka meyakini manusia tidak memiliki kekuasaan apa
pun atas kehendak dan nasibnya. Segala tindak-tanduknya, mulai ia lahir, bekerja, siapa
jodohnya, hingga ajalnya sudah ditentukan Allah SWT. Tidak hanya itu, selepas ia mati pun,
Allah sudah menentukan apakah ia masuk surga atau neraka. Manusia tidak ikut campur sedikit
pun atas takdir yang ia miliki. Maka itu, Asy-syahratasani pernah menulis, paham jabariyah
menghilangkan perbuatan manusia dalam arti yang sesungguhnya dan secara mutlak
menyandarkannya kepada Allah SWT. Dalil paham ini berasal dari banyak ayat Al-quran dan
hadits nabi muhammad saw, diantaranya adalah ayat-ayat berikut ini,: “dan kamu tidak
menghendaki [menempuh jalan itu] kecuali bila dikehendaki Allah”(Q.S. Al-insan [76]:30). Pada
surah al-an’am ayat 111, allah berfirman: “mereka sebenarnyatidak percaya sekiranya Allah
tidak menghendaki,” (Q.S. Al-An’am [6]: 111). Aliran jabariyah lahir di khurasan, persia, denagn
tokohnya bernama jaham bin shafwan. Nama lain dari jabariyah adalah jahmiyah yang
dinisbahkan kepada nama jahm bin shafwan. Sebenarnya, aliran ini dicetuskan pertama kali
oleh ja’ad bin dirham, barulah kemudian diteruskan oleh jaham bin shafwan. Karena pahamnya
yang serba pasrah, khalifah pertama dari dinsti umayyah, muawiyah bin abu sufyan
“mempolitisasinya” sehingga jabariyah jadi aliran yang memperoleh dukungan pemerintah
daulah umayah (siswanto, dalam akidah akhlak, 2020.
Terdapat sejumlah tokoh aliran jabariyah yang berpengaruh dalam sejarah pemikiran
ilmu kalam. Dari pemikiran tokoh-tokoh itu, aliran jabariyah terbagi menjadi dua paham lagi.
Pertama, jabariyah ekstren yang dipelopori ja’ad bin dirham dan jaham bin shofwan. Sementara
yang kedua adalah jabariyah moderat yang dipengaruhi oleh an-najjar dan ad-dhirar. Pemikiran
para tokoh itu adalah sebagai berikut, sebagaimana dikutip dari buku studi ilmu kalam yang
ditulis oleh didin komarudin.
1. ja’ad bin dirham dan jaham bin shofwan ja’ad bin dirham adalah pencetus awal aliran
jabariyah. Setelah diusir dari damaskus, ja’ad pindah ke kufah dan meneruskan ajarannya. Salah
satu muridnya adalah jaham bin shofwan yang menjadikan aliran jabariyah kian populer
dikalangan umat islam kala itu. Menurut ja’ad bin dirham dan jaham bin shofwan, manusia
adalah makhluk yang tak memiliki kehendak apa pun. Allah yang mengendalikan segala
perbuatan manusia. Aliran jabariyah ekstrem dari kedua tokoh ini meyakini fatalisme dan
manusia adalah sosok pasf dalam kehidupan dunia. Selain itu, aliran jabariyah ekstrem juga
berpandangan bahwa surga dan neraka tidaklah kekal. Menurut pendapat mereka, yang kekal
di alam semesta ini adalah Allah SWT. Jika surga dan neraka juga kekal, maka keduanya akan
menyaingi sifat Allah yang maha kekal.
2. An-najjar dan ad-dhirar husain bin muhammad an-najjar dan dhirar bin amr sebenarnya juga
meyakini bahwa Allah SWT memang mengendalikan semua perbuatan manusia. Namun, ia
berpendapat manusia pun memiliki peran dalam mewujudkan perbuatan tersebut. Pendapat
kedua tokoh tersebut berdasarkan firman Allah SWT. Dalam al-quran berikut ini: “Allah lah yang
menciptakan kamu apa yang kamu kerjakan” (Q.S. As-shaffat [37]: 96). Dalam surah al-balad
ayat 10, Dia SWT juga berfirman: “ dan kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan [ jalan
dan keburukan. Manusia bebas memilih jalan yang mana],” (Q.S. Al-Balad [90] :10).
Menurut pendapat mereka, jika manusia tidak memiliki kehendak bebas sama sekali,
maka akan sangat tidak adil jika manusia diganjar dosa atas perbuatan buruknya atau
memeperoleh pahala atas amalan baiknya. Pemikiran An-najjar dan ad-dhirar melandasi
perkembangan kelompok jabariyah moderat yang tidak serta-merta menganggap manusia
mutlak tunduk pada takdir, melainkan juga berpartisipasi dalam memutuskan segala
perbuatannya.
F. Qodariyah
Qodariyah berasal dari bahasa arab, yaitu kata qadara yang atinya kemampuan dan
kekuatan. Adapun menurut pengertian terminologi, qodariyah adalah suatu aliran yang percaya
bahwa segala tindakan manusia tidak diinvertasi oleh Tuhan. Aliran ini berpendapat bahwa
tiap-tiap orang adalah pencipta bagi setiap perbuatannya, ia dapat berbuat sesuatu atau
meninggalkannya atas kehendaknya sendiri. Berdasarkan paham tersebut dapat dipahami
bahwa paham qadariyah dipakai untuk nama suatu aliran yang memberi penekanan bahwa
manusia mempunyai kemerdekaan dan kebebasan dalam menentukan perjalanan hidupnya
untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya.
Dalam hal ini, harun nasution menegaskan bahwa nama qadariyah berasal dari
pengertian bahwa manusia mempunyai qudrah atau kekuatan untuk melaksanakan
kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusia tunduk terhadap qadar atau
kadar Tuhan. Dalam bahasa inggrisnya faham ini dikenal dengan nama free will dan free acr.
Adapun paham qodariyah secara matematis sulit dipastikan kapan ia mulai muncul, apalagi
paham tersebut ketika dikenalkan kepada masyarakat arab oleh orang arab non padang pasir,
kegoncangan dan sikap menentang sikap qodariyah adalah: “kaum qadariyah merupakan
majusi umat islam” dalam arti golongan yang tersesat. Untuk menelusuri sejarah paham
qodariyah ini tentu tidak lepas dari pembahasan paham jabariyah, sebagai realitas yang masih
terus mewarnai kehidupan-kehidupan manusia dalam bidang teologi, yang secara pasti sulit
kapan paham-paham tersebut lahir/ada. Tetapi pada dinasti umayyah, setelah islam dianut oleh
berbagai bangsa, maka faham jabariyah dan qadariyah telah menjadi bahan pemikiran diantara
mereka, dan disitulah mulai muncul aliran-aliran tersebut.
Ahli teologi islam menerangkan bahwa paham qodariyah pertama kali di kenalkan oleh
ma’bad al-juhani : seorang tabi’in yang baik dan temannya ghailan al-dimasqi, yang keduanya
memperoleh pahamnya dari orang kristen yang masuk islam di irak. Ma’bad al-juhani adalah
seorang lelaki penduduk bashro keturunan orang majusi. Dia adalah seorang ahli hadits dan
tafsir al-quran, tetapi kemudian beliau dianggap sesaat dan membuat pendapat-pendapatyang
salah serta batal. Setelah diketahui pemerintahan waktu itu, ia dibunuh oleh abdul malik bin
marwan pada tahun 80 H. Da ia adalah taba’i yang dapat dipercaya dan pernah berguru pada
hasan al-basrih. Sedangkan menurut al-zahabi, ma’bad adalah orang tabi’i yang baik, tetapi ia
memasuki lapangan politik dan memihak ‘abd al-rahman ibn al-asy’as, gubernur sajistan, dalam
menentang bani umayyah. Dalam pertempuran dengan al-hajjaj ma’bad terbunuh dalam tahun
80 H. Pada waktu itu ghailan sendiri terus menyiarkan faham qodariyah-nya di damaskus, tetapi
mendapat tantangan dari khalifah umar ibn ‘abd al-aziz. Setelah umar wafat meneruskan
kegiatannya yang lama, sehingga akhirnya ia mati dihukum bunuh hisyam ‘abd al-malik (74-
743). Sebeum dijatuhi hukuman bunuh diadakan perdebatan antara ghailan dan al-awza’i yang
dihadiri oleh hasyim sendir.

G. Sejarah munculnya doktrin-doktrin tokoh-tokoh


salah satu aliran teologi islam yang mengagungkan akal diatas segala hal adalah
mu’tazilah. Dalil-dalil nas al-quran dan hadits adalah penopang dari kapasitas akal yang sudah
dianugrahkan allah swt kepada manusia, demikian kesimpulan umum dari doktrin ajaran
mu’tazilah. Penganut aliran mu’tazilah mayakini bahwa akal bisa mengantarkan pada keimanan
dan ketaatan pada allah swt. Aliran mu’tazilah dipelopori tokoh intelektual muslim bernama
washil bin atha’al-makhzumi pada tahun 700-an masehi di irak. Dia dianggap sebagai tokoh
pemula yang membangun aliran ini. Mengutip ulasan karya analiansyah bertajuk “peran akal
dan kebebasan bertindak dalam filsafat ketuhanan mu’tazilah” washil atha’ lahir di madinah
pada masa pemerintahan salah satu khalifah bani umayyah, abdul malik bin marwan (65-
86H/684-705).

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Timbulnya aliran-aliran teologi islam tidak terlepas dari fitnah-fitnah yang beredar
setelah wafatnya rasulullah saw. Setelah rasulullah saw wafat peran sebagai kepala negara
digantikan oleh para sahabat-sahabatnya, yang disebut khulafaur rasyidin yakni abu bakar,
umar bin khatab, usman bin afwan, ali bin abi thalib. Namun, ketika pada masa usman bin
afwan mulai timbul adanya perpecahan antara umat islam yang disebabkan oleh banyaknya
fitnah yang timbul pada masa itu.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad warson munawir,Al munawir kamus besar bahasa arab,indonesia, ponpes Al-munawir,
yogyakarta, 1984.
Anwar, rohison dan abdul rozak, ilmu kalam untuk IAIN, STAIN, PTAIS. Bandung : pustaka setia
2001.

Anda mungkin juga menyukai