Anda di halaman 1dari 42

TANGGAL TAMPIL :

RABU, 27 MARET 2019

MAKALAH

KURIKULUM FISIKA SEKOLAH MENENGAH

MEMAHAMI STANDAR PENILAIAN K13 UNTUK MATA PELAJARAN IPA SMP


DAN FISIKA SMA ( MEMAHAMI SOAL LOTS DAN HOTS )

KELOMPOK 6

ANGGOTA : 1. DEMI DWI ARYANTI (17033006)

2. FERA DESNAWATI (17033013)

3. RATHIKA MAFFIRA (17033035)

PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN FISIKA ( S1 )

KELAS : B 2017

JADWAL : RABU, 13:20 – 15:50 ( FMA 02209 )

DOSEN : Prof. Dr. FESTIYED, M.S

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya, sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan lancar dengan
tepat waktu.

Kami selaku pembuat makalah mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing
ibu Prof.Dr.Festiyed, M.S, atas arahannya dalam pembuatan makalah Memahami Standar
Penilaian K13 Untuk Mata Pelajaran Ipa Smp Dan Fisika Sma ( Memahami Soal Lots Dan
Hots ), sehingga kami dapat menyusun makalah ini meskipun dalam pembuatan makalah ini
masih masih terdapat beberapa kekurangan-kekurangan.

Kami selaku pembuat makalah menyadari keterbatasan kemampuan kami sehingga


dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan.Oleh karena itu, kami
mengharapkan adanya masukan, saran maupun kritik yang dapat membantu dan membangun
guna menyempurnakan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini dapat dan dapat membantu kelancaran proses
perkuliahan Kurikulum Fisika Sekolah Menengah dan juga bemanfaat bagi semua pihak.
Terimakasih.

Padang, 22 maret 2019

Penulis,

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................4

A. Latar Belakang..................................................................................................4

B. Rumusan Masalah............................................................................................7

C. Tujuan ..............................................................................................................7

BAB II MATERI........................................................................................................8

A. Konsep Standar Penilaian K13.......................................................................8


B. Perangkat Penilaian K13................................................................................9
C. Pelaksanaan Penilaian....................................................................................10
D. Hasil Penilaian...............................................................................................16
E. Penyusunaan Soal LOTS dan HOTS.............................................................24

BAB III PEMBAHASAN..........................................................................................37

BAB IV PENUTUP...................................................................................................2

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................3

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
1. Landasan Teoritis

Standar adalah kesepakatan-kesepakatan yang telah didokumentasikan yang di


dalamnya terdiri antara lain mengenai spesifikasi-spesifikasi teknis atau kriteria-kriteria
yang akurat yang digunakan sebagai peraturan, petunjuk, atau definisi-definisi tertentu
untuk menjamin suatu barang, produk, proses, atau jasa sesuai yang telah dinyatakan.

Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur


pencapaian hasil belajar peserta didik.

Pendidikan adalah segala usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan susana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Jadi, Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai lingkup, tujuan,


manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta
didik yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar peserta didik pada
pendidikan dasar dan pendidikan menengah..

2. Landasan Filosofis

Proses pendidikan adalah proses untuk mengembangkan potensi siswa menjadi


kemampuan dan keterampilan tertentu, hanya saja perlu dipahami bersama bahwa pada
dasarnya tidaklah mudah untuk dapat mengakomodasikan kebutuhan setiap siswa secara
tepat dalam proses pendidikan, namun harus pula menjadi pemahaman bahwa setiap
siswa harus diperlakukan secara adil dalam proses pendidikan, termasuk di dalamnya
proses penilaian. Untuk itu proses penilaian yang dilakukan harus memiliki asas keadilan,
kesetaraan serta obyektifitas yang tinggi.

Pernyataan tersebut mengandung pengertian bahwa setiap siswa harus


diperlakukan sama dan meminimalkan semua bentuk prosedur ataupun tindakan yang
menguntungkan atau merugikan salah satu atau sekelompok siswa. Di samping itu
4
penilaian yang adil harus tidak membedakan latar belakang sosial ekonomi, budaya,
bahasa dan gender.

3. Landasan Yuridis

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 57 Ayat (1), dinyatakan


bahwa evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional,
sebagai akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan,
kemudian pada Ayat (2) dijelaskan bahwa evaluasi dilakukan terhadap peserta didik,
lembaga, dan program pendidikan pada jalur formal dan non formal untuk semua jenjang,
satuan dan jenis pendidikan.

Selanjutnya pada pasal 58 ayat (1) dijelaskan bahwa evaluasi proses dan hasil
belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan dan
perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan, sedang pada ayat (2)
menjelaskan secara lebih jauh bahwa evaluasi peserta didik, satuan pendidikan dan
program pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri secara berkala, menyeluruh,
transparan dan sistemik untuk mencapai standar nasional pendidikan.

Hal ini kemudian dikembangkan aturan pelaksanaannya dalam Peraturan


Pemerintah No. 19 Tahun 2005, Pasal 63 Ayat (1) dinyatakan bahwa penilaian
pendidikan khususnya penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah terdiri atas:

a. Penilaian hasil belajar oleh pendidik;


b. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan
c. Penilaian hasil belajar oleh pemerintah.

Dijelaskan lebih lanjut dalam pasal 64 ayat (1) bahwa penilaian hasil belajar yang
dilakukan oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses,
kemajuan dan perbaikan hasil dalam bentuk ulanganP

Selanjutnya pada pasal 65 dijelaskan beberapa pokok pikiran mengenai penilaian


yang dilakukan oleh satuan pendidikan yang dikelompokkan menjadi 5 kelompok mata
pelajaran, pada ayat (1) dikemukakan secara tegas bahwa penilaian pada satuan
pendidikan sebagaimana dimaksudkan pada pasal 63 ayat (1) butir b; bertujuan untuk
menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran, sedang ayat
5
(2) menjelaskan bahwa penilaian hasil belajar sebagaimana dijelaskan pada ayat (1) untuk
semua mata pelajaran pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok
mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika,
kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan, merupakan penilaian akhir
untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. Berikutnya pada ayat
(3) dinyatakan bahwa penilaian akhir sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2)
mempertimbangkan hasil penilaian hasil belajar peserta didik oleh pendidik, sebagaimana
dimaksud pada ayat 64.

Berikutnya pada ayat (4) dinyatakan bahwa penilaian hasil belajar untuk semua
mata pelajaran pada kelompok mata pelajaran ilmu dan teknologi dilakukan melalui Ujian
Sekolah/Madrasah untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan,
yang dilanjutkan pada ayat (5) yang menjelaskan bahwa untuk dapat mengikuti ujian
Sekolah/Madsarah sebagaimana dimaksud pada ayat (4), peserta didik harus mendapatkan
nilai yang sama atau lebih besar dari nilai batas ambang kompetensi yang dirumuskan
oleh BSNP, pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata
pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estética serta
kelompok mata pelajaran jasmani olahraga dan kesehatan.

Sedangkan untuk memberikan penilaian pencapaian kompetensi lulusan secara


Nasional pada kelompok mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu
dan teknologi menurut PP No. 19 Pasal 66, dinyatakan secara tegas; akan dilakukan
dalam bentuk Ujian Nasional yang dilakukan secara obyektif berkeadilan dan akuntabel
serta diadakan sekurang-kurangnya satu kali dan sebanyak-banyaknya dua kali dalam satu
tahun ( BSNP.2005).

Untuk standar penilaian untuk kurikulum 2013 mengacu pada Permendikbud No


23 Tahun 2016.

4. Landasan Religius

6
Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya;
dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan
seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). (QS.
Al-An'am:160)

"Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia
akan melihat (balasan)nya pula" (QS. Al-Zalzalah: 7-8)

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang
yang sabar. [2:155]

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perangkat penilaian dalam K13 ?

2. Bagaimana pelaksanaan penilaian dalam K13?

3. Bagaimana hasil penilaian dalam K13?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perangkat penilaian dalam K13

2. Untuk mengetahui pelaksanaan penilaian dalam K13

3. Untuk mengetahui hasil penilaian dalam K13

7
BAB II

MATERI

A. KONSEP STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN


1. Pengertian Standar Penilaian K13

Menurut Permendikbud no 23 tahun 2016 Standar Penilaian Pendidikan adalah


kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen
penilaian hasil belajar peserta didik yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil
belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

2. Ruang Lingkup dan Tujuan Penilaian Penilaian

Penilaian pendidikan pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah terdiri atas:

a. penilaian hasil belajar oleh pendidik

Penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi
proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara
berkesinambungan.

b. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidika

Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan untuk menilai pencapaian
Standar Kompetensi Lulusan untuk semua mata pelajaran.

c. Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah

Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian


kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu.

3. Prinsip penilaian

Prinsip penilaian hasil belajar terdiri atas:

a. sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang
diukur;

b. objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak
dipengaruhi subjektivitas penilai;

c. adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena
8
berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat,
status sosial ekonomi, dan gender.

d. terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari
kegiatan pembelajaran;

e. terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan


keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan;

f. menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua aspek


kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk
memantau dan menilai perkembangan kemampuan peserta didik;

g. sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan


mengikuti langkah-langkah baku;

h. beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi


yang ditetapkan; dan

i. akuntabel,berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segimekanisme,


prosedur, teknik, maupun hasilnya.

B. PERANGKAT PENILAIAN (INSTRUMEN PENILAIAN)

a. Instrumen penilaian yang digunakan oleh pendidik dalam bentuk penilaian berupa tes,
pengamatan, penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai
dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.

b. Instrumen penilaian yang digunakan oleh satuan pendidikan dalam bentuk penilaian
akhir dan/atau ujian sekolah/madrasah memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, dan
`bahasa, serta memiliki bukti validitas empirik.

c. Instrumen penilaian yang digunakan oleh pemerintah dalam bentuk UN memenuhi


persyaratan substansi, konstruksi, bahasa, dan memiliki bukti validitas empirik serta
menghasilkan skor yang dapat diperbandingkan antarsekolah, antar daerah, dan
antartahun.

C. PELAKSANAAN PENILAIAN

9
1.Bentuk dan Mekanisme Penilaian

a. Penilaian oleh Pendidik

Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan dalam bentuk ulangan, pengamatan,
penugasan, dan/atau bentuk lain yang diperlukan. Penilaian hasil belajar oleh pendidik
digunakan untuk:

1. mengukur dan mengetahui pencapaian kompetensi Peserta Didik;

2. memperbaiki proses pembelajaran

3. menyusun laporan kemajuan hasil belajar harian, tengah semester, akhir semester,
akhir tahun. dan/atau kenaikan kelas.

Pemanfaatan hasil penilaian oleh pendidik diatur lebih lanjut oleh Direktorat Jenderal terkait.

Mekanisme penilaian hasil belajar oleh pendidik:

1. perancangan strategi penilaian oleh pendidik dilakukan pada saat penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan silabus;

2. penilaian aspek sikap dilakukan melalui observasi/pengamatan dan teknik penilaian


lain yang relevan, dan pelaporannya menjadi tanggungjawab wali kelas atau guru kelas;

3. penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tes tertulis, tes lisan, dan penugasan
sesuai dengan kompetensi yang dinilai;

4. penilaian keterampilan dilakukan melalui praktik, produk, proyek, portofolio, dan/atau


teknik lain sesuai dengan kompetensi yang dinilai;

5. peserta didik yang belum mencapai KKM satuan pendidikan harus mengikuti
pembelajaran remedi; dan

6. hasil penilaian pencapaian pengetahuan dan keterampilan peserta didik disampaikan


dalam bentuk angka dan/atau deskripsi.

b. Penilaian oleh satuan pendidikan


10
Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan dalam bentuk ujian
sekolah/madrasah untuk penentuan kelulusan dari satuan pendidikan, melakukan perbaikan
dan/atau penjaminan mutu pendidikan pada tingkat satuan pendidikan dan menetapkan
kriteria ketuntasan minimal serta kriteria dan/atau kenaikan kelas peserta didik..

Mekanisme penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan:

1. penetapan KKM yang harus dicapai oleh peserta didik melalui rapat dewan pendidik;

2. penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan pada semua mata pelajaran mencakup
aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan;

3. penilaian pada akhir jenjang pendidikan dilakukan melalui ujian sekolah/madrasah;

4. laporan hasil penilaian pendidikan pada akhir semester dan akhir tahun ditetapkan
dalam rapat dewan pendidik berdasar hasil penilaian oleh Satuan Pendidikan dan hasil
penilaian oleh Pendidik; dan

5. kenaikan kelas dan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan ditetapkan melalui
rapat dewan pendidik.

Ketentuan lebih lanjut tentang mekanisme penilaian oleh satuan pendidikan diatur dalam
pedoman yang disusun oleh Direktorat Jenderal terkait berkoordinasi dengan Badan
Penelitian dan Pengembangan Kementerian.

c. Penilaian oleh Pemerintah.

Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dilakukan dalam bentuk Ujian Nasional dan/atau
bentuk lain yang diperlukan. Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dalam bentuk Ujian
Nasional digunakan sebagai dasar untuk:

1. pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan;

2. pertimbangan seleksi masuk ke jenjang pendidikan berikutnya; dan

3. pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upayanya untuk
meningkatkan mutu pendidikan.

Mekanisme penilaian hasil belajar oleh pemerintah:

1. penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dilakukan dalam bentuk Ujian Nasional (UN)
dan/atau bentuk lain dalam rangka pengendalian mutu pendidikan;
11
2. penyelenggaraan UN oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) bekerjasama
dengan instansi terkait untuk mengukur pencapaian kompetensi lulusan.

3. hasil UN disampaikan kepada peserta didik dalam bentuk sertifikat hasil UN;

4. hasil UN disampaikan kepada satuan pendidikan untuk dijadikan masukan dalam


perbaikan proses pembelajaran;

5. hasil UN disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai dasar untuk:


pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan; pertimbangan seleksi masuk
jenjang pendidikan berikutnya; serta pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan
pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan;

6. bentuk lain penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dapat dilakukan dalam bentuk
survei dan/atau sensus; dan

7. bentuk lain penilaian hasil belajar oleh Pemerintah diatur dengan Peraturan Menteri.

2.Prosedur penilaian

Penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah
meliputi aspek, yaitu sikap,pengetahuan, dan keterampilan.

a. Penilaian aspek sikap

Penilaian aspek sikap merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk memperoleh
informasi deskriptif mengenai perilaku peserta didik.

Penilaian aspek sikap dilakukan melalui tahapan:

1. mengamati perilaku peserta didik selama pembelajaran;

2. mencatat perilaku peserta didik dengan menggunakan lembar observasi/pengamatan;

3. menindaklanjuti hasil pengamatan; dan

4. mendeskripsikan perilaku peserta didik

Tehnik penilaian sikap

12
b. Penilaian aspek pengetahuan

Penilaian aspek pengetahuan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengukur


penguasaan pengetahuan peserta didik.

Penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tahapan:

1. menyusun perencanaan penilaian;

2. mengembangkan instrumen penilaian;

3. melaksanakan penilaian;

4. memanfaatkan hasil penilaian; dan

5. melaporkan hasil penilaian dalam bentuk angka dengan skala 0-100 dan deskripsi.

Tehnik penilaian pengetahuan

13
c. Penilaian aspek keterampilan

Penilaian aspek keterampilan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengukur


kemampuan peserta didik menerapkan pengetahuan dalam melakukan tugas tertentu.

Penilaian aspek keterampilan dilakukan melalui tahapan:

a. menyusun perencanaan penilaian;

b. mengembangkan instrumen penilaian;

c. melaksanakan penilaian;

d. memanfaatkan hasil penilaian; dan

e. melaporkan hasil penilaian dalam bentuk angka dengan skala 0-100 dan deskripsi.

Tehnik penilaian keterampilan

Prosedur penilaian proses belajar dan hasil belajar oleh pendidik dilakukan dengan urutan:

a. menetapkan tujuan penilaian dengan mengacu pada RPP yang telah disusun;

b. menyusun kisi-kisi penilaian;

14
c. membuat instrumen penilaian berikut pedoman penilaian;

d. melakukan analisis kualitas instrumen;

e. melakukan penilaian;

f. mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan hasi penilaian;

g. Melaporkan hasil penilaian;

h. memanfaatkan laporan hasil penilaian.

Prosedur penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan dengan mengkoordinasikan
kegiatan dengan urutan:

a. Menetapkan KKM;

b. menyusun kisi-kisi penilaian mata pelajaran;

c. menyusun instrumen penilaian dan pedoman penskorannya;

d. melakukan analisis kualitas instrumen;

e. melakukan penilaian;

f. mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan hasil penilaian;

g. melaporkan hasil penilaian; dan

h. memanfaatkan laporan hasil penilaian.

Prosedur penilaian hasil belajar oleh pemerintah dilakukan dengan urutan:

a. menyusun kisi-kisi penilaian;

b. menyusun instrumen penilaian dan pedoman penskorannya;

c. melakukan analisis kualitas instrumen;

d. melakukan penilaian;

e. mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan hasil penilaian;

f. melaporkan hasil penilaian; dan

15
g. memanfaatkan laporan hasil penilaian.

Ketentuan lebih lanjut tentang prosedur Penilaian oleh Pendidik sebagai mana dimaksud pada
ayat (1) serta Penilaian oleh Satuan Pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur
dalam pedoman yang disusun oleh Direktorat Jenderal terkait berkoordinasi dengan Badan
Penelitian dan Pengembangan Kementerian.

D. HASIL PENILAIAN K13


1. Pengolahan Hasil Penilaian
a. Nilai Sikap Spiritual dan Sikap Sosial

Contoh Predikat dan Deskripsi Penilaian Sikap Spiritual

Predikat Deskripsi

Baik Selalu bersyukur dan berdoa sebelum


melakukan kegiatan serta memiliki
toleransi pada agama yang berbeda;
ketaatan beribadah mulai berkembang.

Sangat Baik Memiliki sikap santun, disiplin, dan


tanggung jawab yang baik, sangat
responsif dalam pergaulan serta
memiliki kepedulian sangat tinggi.
 

Cukup Memiliki sikap santun, kurang peduli,


  percaya diri, kurang disiplin, dan
tanggungjawab mulai meningkat. Perlu
pendampingan dan pembinaan secara
intensif

16
2.Nilai Pengetahuan

NO NAMA KD HASIL PENILAIAN PENILAIA RATA RATA


HARIAN N AKHIR (PEMBULATAN
SEMESTE )
R
1 2 3
1 ANI 3.1 75 68 85 76
3.2 40 80 76 70 75
3.3 70 88 80 79
Nilai rapor 77

Keterangan

 Jumlah kd =3

 Nilai akhir setiap KD diperoleh dengan cara merata-ratakan nilai dari KD yang
sama

Contoh kd 3.1 =(75+68+76)/3 =76

 Nilai rapor menggunakan rata-rata dari seluruh nilai KD dalam satu semester

Nilai rapor= (76+75+79)/3=77 lalu diberi predikat A,B,C atau D

3.Nilai Keterampilan

NO NAMA KD HASIL PENILAIAN RATA RATA


Praktik Proyek fortofolio (PEMBULATAN)
1 ANI 3.1 75 75
3.2 80 76 78
3.3 70 80 75
Nilai rapot 76

Keterangan

 Jumlah kd =3

 Nilai akhir setiap KD diperoleh dengan cara merata-ratakan nilai dari KD yang
sama

 Nilai rapor menggunakan rata-rata dari seluruh nilai KD dalam satu semester

17
Nilai rapor= (75+78+75)/3=76 lalu diberi predikat A,B,C atau D

2.Pemanfaatan dan Tindak Lanjut Hasil Penilaian

Hasil penilaian dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan dan perkembangan


peserta didik, baik perkembangan aspek sikap, kemampuan pengetahuan maupun
kemampuan keterampilan sesuai tuntutan yang tersurat dalam kurikulum. Perilaku sikap
spiritual dan sosial yang teramati dan tercatat dalam jurnal guru, wali kelas maupun guru
BK harus menjadi dasar untuk tindak lanjut oleh pihak sekolah. Bila perilaku sikap yang
kurang termasuk dalam sikap spiritual maupun sikap sosial, maka tindak lanjut berupa
pembinaan terhadap peserta didik dapat dilakukan oleh semua pendidik di sekolah. Hasil
penilaian sikap sebaiknya segera ditindak lanjuti, baik saat pembelajaran maupun setelah
pembelajaran. Hal tersebut diharapkan dapat menjadi bentuk penguatan bagi peserta
didik yang telah menunjukkan sikap baik, dan dapat memotivasi peserta didik untuk
memperbaiki sikap yang kurang baik. Di samping itu hasil penilaian dapat juga memberi
gambaran tingkat keberhasilan pendidikan pada satuan pendidikan. Berdasarkan hasil
penilaian, kita dapat menentukan langkah atau upaya yang harus dilakukan dalam
meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar oleh pendidik, satuan pendidikan, orang
tua, peserta didik, maupun pemerintah. Hasil penilaian yang diperoleh harus
diinformasikan langsung kepada peserta didik sehingga dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan peserta didik (assessment as learning), pendidik (assessment for learning),
dan satuan pendidikan selama proses pembelajaran berlangsung maupun setelah
beberapa kali program pembelajaran, atau setelah selesai program pembelajaran selama
satu semester. Penilaian yang dilakukan oleh pendidik untuk mengetahui hasil akhir dari
pembelajaran, maka penilaian ini merupakan assessment of learning.

Remedial dan Pengayaan

Konsekuensi dari pembelajaran tuntas adalah tuntas atau belum tuntas. Bagi peserta didik
yang belum mencapai KKM maka dilakukan tindakan remedial dan bagi peserta didik yang
sudah mencapai atau melampaui ketuntasan belajar diberikan pengayaan. Pembelajaran
remedial dan pengayaan dilaksanakan untuk kompetensi pengetahuan dan keterampilan,
sedangkan sikap tidak ada remedial atau pengayaan namun merupakan penumbuh-
kembangan sikap, perilaku, dan pembinaan karakter setiap peserta didik. Setelah diketahui

18
kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik, langkah berikutnya adalah memberikan
perlakuan berupa pembelajaran remedial. Bentuk-bentuk pelaksanaan Pemanfaatan dan
Tindak Lanjut Hasil Penilaian pembelajaran remedial dan pengayaan dapat dilakukan antara
lain:
1. Remedial
Remedial merupakan program pembelajaran yang diperuntukkan bagi
peserta didik yang belum mencapai KKM dalam satu KD tertentu. Pembelajaran
remedial diberikan segera setelah peserta didik diketahui belum mencapai KKM.
Pembelajaran remedial dilakukan untuk memenuhi kebutuhan/hak peserta didik.
Dalam pembelajaran remedial, pendidik membantu peserta didik untuk
memahami kesulitan belajar yang dihadapi secara mandiri, mengatasi kesulitan
dengan memperbaiki sendiri cara belajar dan sikap belajarnya yang dapat
mendorong tercapainya hasil belajar yang optimal. Dalam hal ini, penilaian
merupakan assessment as learning.
Metode yang digunakan pendidik dalam pembelajaran remedial juga dapat
bervariasi sesuai dengan sifat, jenis, dan latar belakang kesulitan belajar yang
dialami peserta didik. Tujuan pembelajaran juga dirumuskan sesuai dengan
kesulitan yang dialami peserta didik. Pada pelaksanaan pembelajaran remedial,
media pembelajaran juga harus betul-betul disiapkan pendidik agar dapat
mempermudah peserta didik dalam memahami KD yang dirasa sulit. Dalam hal
ini, penilaian tersebut merupakan assessment for learning. Jadi remedial bukan
kegiatan tes ulang atau mengulang tes bagi peserta didik yang belum mencapai
KKM namun merupakan pembelajaran remedial ketika peserta didik
teridentifikasi oleh pendidik mengalami kesulitan terhadap penguasaan materi
pada KD tertentu yang sedang berlangsung.
Tahapan pelaksanaan pembelajaran remedial serta strateginya
digambarkan dalam skema sebagai berikut.

19
2.Pengayaan

Pengayaan merupakan program pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik yang
telah mencapai dan/atau melampaui KKM. Fokus pengayaan adalah pendalaman dan
perluasan dari kompetensi yang dipelajari. Pengayaan biasanya diberikan segera setelah
peserta didik diketahui telah mencapai KKM berdasarkan hasil penilaian harian.
Pembelajaran pengayaan biasanya hanya diberikan satu kali, tidak berulangkali
sebagaimana pembelajaran remedial. Pembelajaran pengayaan umumnya tidak diakhiri
dengan penilaian. Jadi dalam hal ini berbeda perlakuannya dengan remedial. Bentuk
pelaksanaan pembelajaran pengayaan dapat dilakukan melalui:

a Belajar kelompok, yaitu sekelompok peserta didik yang memiliki minat tertentu diberi
tugas untuk memecahkan permasalahan, membaca di perpustakaan terkait dengan KD
yang dipelajari pada jam pelajaran sekolah atau di luar jam pelajaran sekolah. Pemecahan
masalah yang diberikan kepada peserta didik berupa pemecahan masalah nyata. Selain
itu, secara kelompok peserta didik dapat diminta untuk menyelesaikan sebuah proyek atau
penelitian ilmiah. b Belajar mandiri, yaitu secara mandiri peserta didik belajar mengenai
sesuatu yang diminati, menjadi tutor bagi teman yang membutuhkan. Kegiatan
pemecahan masalah nyata, tugas proyek, ataupun penelitian ilmiah juga dapat dilakukan
oleh peserta didik secara mandiri jika kegiatan tersebut diminati secara individu. c
Pembelajaran berbasis tema, yaitu pembelajatan terpadu yang memadukan kurikulum di
bawah tema besar sehingga peserta didik dapat mempelajari hubungan antara berbagai
disiplin ilmu. Melalui pembelajaran tematik dapat mengaitkan beberapa mata pelajaran
sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik. Dikatakan
bermakna karena dalam pembelajaran tematik, peserta didik akan memahami konsep-
konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya
dengan konsep lain yang telah dipahaminya.

3.Kriteria Kenaikan Kelas

Kriteria kenaikan kelas berdasarkan ketuntasan hasil belajar pada setiap mata pelajaran
baik sikap, pengetahuan maupun keterampilan. Ketuntasan belajar pada kenaikan kelas
adalah ketuntasan dalam kurun waktu 1 (satu) tahun. Jika terdapat aspek pengetahuan dan
20
keterampilan mata pelajaran yang tidak mencapai KKM pada semester ganjil atau genap,
maka: 1) dihitung rerata nilai berdasarkan aspek mata pelajaran semester ganjil dan
genap. 2) nilai rerata setiap aspek dibandingkan dengan KKM pada mata pelajaran
tersebut. Jika hasil pada nilai rerata lebih dari nilai KKM, maka aspek mata pelajaran
tersebut dinyatakan TUNTAS, dan sebaliknya jika nilai rerata kurang dari nilai KKM,
maka aspek mata pelajaran tersebut dinyatakan BELUM TUNTAS. Selanjutnya jika
rerata kedua aspek tuntas dan nilai sikap baik maka mata pelajaran tersebut dikatakan
TUNTAS, dan sebaliknya minimal 1 (satu) aspek tidak tuntas maka mata pelajaran
tersebut dikatakan BELUM TUNTAS.

Berikut kriteria kenaikan kelas pada satuan pendidikan yang menggunakan Sistem Paket.
Peserta didik dinyatakan naik kelas apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut. 1.
Menyelesaikan seluruh program pembelajaran dalam 2 (dua) semester pada tahun
pelajaran yang diikuti. 2. Predikat sikap minimal BAIK yaitu memenuhi indikator
kompetensi sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh satuan pendidikan. 3. Predikat
kegiatan ekstrakurikuler wajib pendidikan kepramukaan minimal BAIK sesuai dengan
kriteria yang ditetapkan oleh satuan pendidikan. 4. Tidak memiliki lebih dari 2 (dua) mata
pelajaran yang masing-masing capaian pengetahuan dan/atau keterampilan di bawah
KKM. Apabila ada mata pelajaran yang tidak mencapai KKM pada semester ganjil
dan/atau semester genap, maka ketuntasan mata pelajaran diambil dari rata-rata nilai
setiap aspek mata pelajaran pada semester ganjil dan genap. 5. Satuan pendidikan dapat
menambahkan kriteria sesuai dengan kebutuhan masingmasing.

Catatan:

Keputusan kenaikan kelas bagi peserta didik dilakukan berdasarkan hasil rapat pleno
dewan guru dengan mempertimbangkan kebijakan satuan pendidikan, seperti minimal
kehadiran, tata tertib, dan peraturan lainnya yang berlaku di satuan pendidikan tersebut.
Kriteria kenaikan kelas dari satuan pendidikan harus tersurat dalam dokumen KTSP.

Bagi satuan pendidikan yang menggunakan sistem SKS, tidak ada kenaikan kelas bagi
peserta didik.  Lembar kriteria kenaikan kelas dilampirkan pada rapor peserta didik.

Rapor Sistem Paket dan Sistem Kredit Semester

Laporan hasil penilaian dalam bentuk rapor ditetapkan dalam rapat dewan guru berdasarkan
hasil penilaian oleh pendidik dan hasil penilaian oleh Satuan Pendidikan. Hasil penilaian oleh
21
pendidik meliputi pencapaian kompetensi peserta didik pada sikap spiritual, sikap sosial,
pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara terpisah karena karakternya berbeda.
Laporan hasil penilaian sikap berupa predikat dan deskripsi yang menggambarkan sikap yang
menonjol dalam satu semester. Hasil penilaian pencapaian pengetahuan dan keterampilan
dilaporkan dalam bentuk bilangan bulat (skala 0 – 100) dan predikat, serta dilengkapi dengan
deskripsi singkat yang menggambarkan capaian kompetensi yang menonjol dalam satu
semester. Hasil pengolahan nilai rapor digunakan sebagai dasar penetapan kenaikan kelas
dan program tindak lanjut. Bentuk dan model rapor untuk Sistem Paket dan Sistem Kredit
Semester (SKS) pada prinsipnya sama. Contoh format laporan hasil belajar (rapor) terlampir.

Kriteria Kelulusan Ujian Sekolah dan Kriteria Kelulusan dari Satuan Pendidikan

Dalam pelaksanaan Ujian Sekolah, satuan pendidikan wajib membuat Prosedur Operasional
Standar (POS) sebagai rujukan teknis dalam pelaksanaan Ujian Sekolah. Tujuan penyusunan
POS untuk mengorganisasikan pelaksanaan Ujian Sekolah yang efektif dan profesional,
mewujudkan pelayanan yang berkualitas, memuaskan, transparan, dan dapat
dipertanggungjawabkan.

Berikut dijelaskan kriteria kelulusan Ujian Sekolah dan Ujian Sekolah Berstandar Nasional
serta kriteria kelulusan dari Satuan Pendidikan.

1. Kriteria Kelulusan Ujian Sekolah dan Ujian Sekolah Berstandar Nasional

Peserta didik dinyatakan lulus Ujian Sekolah (US) dan Ujian Sekolah Berstandar Nasional
(USBN) apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Kelulusan US dan USBN ditentukan berdasarkan nilai Ujian Sekolah (NUS).

b. NUS ditentukan berdasarkan batas minimal rata-rata semua mata pelajaran dan/atau batas
minimal untuk setiap mata pelajaran yang diuji. Contoh : rata-rata semua mata pelajaran
yang di-US-kan paling rendah 70 dan nilai US setiap mata pelajaran paling rendah 65.

Kriteria Kelulusan dari Satuan Pendidikan

Peserta didik dinyatakan lulus dari Satuan Pendidikan setelah memenuhi kriteria:

a. menyelesaikan seluruh program pembelajaran;

22
b. memperoleh nilai sikap/perilaku minimal baik; dan c. lulus ujian sekolah dan ujian
sekolah berstandar nasional.

Berikut penjelasan mengenai ketiga kriteria tersebut:

a. Penyelesaian seluruh program pembelajaran untuk peserta didik SMA apabila telah
menyelesaikan pembelajaran dari kelas X sampai dengan kelas XII. Untuk SMA yang
menerapkan sistem kredit semester (SKS) apabila telah menyelesaikan seluruh mata pelajaran
yang dipersyaratkan; b. Nilai sikap/perilaku minimal baik ditentukan oleh satuan pendidikan
dengan mempertimbangkan hasil penilaian sikap oleh pendidik. c. Kriteria kelulusan peserta
didik dari Ujian Sekolah dan Ujian Sekolah Berstandar Nasional untuk semua mata pelajaran
ditetapkan oleh Satuan Pendidikan berdasarkan perolehan nilai US dan USBN.

Kelulusan peserta didik dari SMA ditetapkan oleh setiap Satuan Pendidikan yang
bersangkutan melalui rapat dewan guru.

E. PENYUSUNAN SOAL LOTS DAN HOTS


A. PENGERTIAN SOAL LOTS DAN HOTS

Soal-soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan untuk mengukur


kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan berpikir yang tidak sekadar
mengingat (recall), menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan
pengolahan (recite).

Soal-soal HOTS pada konteks asesmen mengukur kemampuan:

1) transfer satu konsep ke konsep lainnya,

2) memproses dan menerapkan informasi

3) mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda- beda

4) menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah 5) menelaah ide dan


informasi secara kritis. Meskipun demikian, soal-soal yang berbasis HOTS tidak
berarti soal yang lebih sulit daripada soal recall.

23
Dilihat dari dimensi pengetahuan, umumnya soal HOTS mengukur dimensi
metakognitif, tidak sekadar mengukur dimensi faktual, konseptual, atau prosedural
saja.Dimensi metakognitif menggambarkan kemampuan menghubungkan beberapa
konsep yang berbeda, menginterpretasikan, memecahkan masalah (problem
solving), memilih strategi pemecahan masalah, menemukan (discovery) metode
baru, berargumen (reasoning), dan mengambil keputusan yang tepat.

Dimensi proses berpikir dalam Taksonomi Bloom sebagaimana yang telah


disempurnakan oleh Anderson & Krathwohl (2001), terdiri atas kemampuan:
mengetahui (knowing-C1), memahami (understanding-C2), menerapkan (aplying-
C3), menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi
(creating-C6). Soal-soal HOTS pada umumnya mengukur kemampuan pada ranah
menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi
(creating-C6).Pada pemilihan kata kerja operasional (KKO) untuk merumuskan
indikator soal HOTS, hendaknya tidak terjebak pada pengelompokkan
KKO.Sebagai contoh kata kerja ‘menentukan’ pada Taksonomi Bloom ada pada
ranah C2 dan C3. Dalam konteks penulisan soal-soal HOTS, kata kerja
‘menentukan’ bisa jadi ada pada ranah C5 (mengevaluasi) apabila untuk
menentukan keputusan didahului dengan proses berpikir menganalisis informasi
yang disajikan pada stimulus lalu peserta didik diminta menentukan keputusan yang
terbaik. Bahkan kata kerja ‘menentukan’ bisa digolongkan C6 (mengkreasi) bila
pertanyaan menuntut kemampuan menyusun strategi pemecahan masalah baru. Jadi,
ranah kata kerja operasional (KKO) sangat dipengaruhi oleh proses berpikir apa
yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan.

Pada penyusunan soal-soal HOTS umumnya menggunakan stimulus.Stimulus


merupakan dasar untuk membuat pertanyaan.Dalam konteks HOTS, stimulus yang
disajikan hendaknya bersifat kontekstual dan menarik.Stimulus dapat bersumber
dari isu-isu global seperti masalah teknologi informasi, sains, ekonomi, kesehatan,
pendidikan, dan infrastruktur.

Stimulus juga dapat diangkat dari permasalahan-permasalahan yang ada di

24
lingkungan sekitar satuan pendidikan seperti budaya, adat, kasus-kasus di daerah,
atau berbagai keunggulan yang terdapat di daerah tertentu. Kreativitas seorang guru
sangat mempengaruhi kualitas dan variasi stimulus yang digunakan dalam penulisan
soal HOTS.

B. KARAKTERISTIK SOAL HOTS

1. Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi

The Australian Council for Educational Research (ACER) menyatakan bahwa kemampuan
berpikir tingkat tinggi merupakan proses: menganalisis, merefleksi, memberikan argumen
(alasan), menerapkan konsep pada situasi berbeda, menyusun, menciptakan.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi bukanlah kemampuan untuk mengingat,
mengetahui, atau mengulang.Dengan demikian, jawaban soal-soal HOTS tidak tersurat
secara eksplisit dalam stimulus.

Kemampuan berpikir tingkat tinggi termasuk kemampuan untuk memecahkan masalah


(problem solving), keterampilan berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif
(creative thinking), kemampuan berargumen (reasoning), dan kemampuan mengambil
keputusan (decision making).Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan salah satu
kompetensi penting dalam dunia modern, sehingga wajib dimiliki oleh setiap peserta
didik.

Kreativitas menyelesaikan permasalahan dalam HOTS, terdiri atas:


a. kemampuan menyelesaikan permasalahan yang tidak familiar;
b. kemampuan mengevaluasi strategi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah
dari berbagai sudut pandang yang berbeda;
c. menemukan model-model penyelesaian baru yang berbeda dengan cara-cara
sebelumnya.

‘Difficulty’ is NOT same as higher order thinking. Tingkat kesukaran dalam butir soal
tidak sama dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Sebagai contoh, untuk
mengetahui arti sebuah kata yang tidak umum (uncommon word) mungkin memiliki
tingkat kesukaran yang sangat tinggi, tetapi kemampuan untuk menjawab permasalahan
tersebut tidak termasuk higher order thinking skills.Dengan demikian, soal-soal HOTS

25
belum tentu soal-soal yang memiliki tingkat kesukaran yang tinggi.

Kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat dilatih dalam proses pembelajaran di


kelas. Oleh karena itu agar peserta didik memiliki kemampuan berpikir tingkat
tinggi, maka proses pembelajarannya juga memberikan ruang kepada peserta didik
untuk menemukan konsep pengetahuan berbasis aktivitas. Aktivitas dalam
pembelajaran dapat mendorong peserta didik untuk membangun kreativitas dan
berpikir kritis.

2. Berbasis permasalahan kontekstual

Soal-soal HOTS merupakan asesmen yang berbasis situasi nyata dalam kehidupan
sehari-hari, dimana peserta didik diharapkan dapat menerapkan konsep-konsep
pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan masalah.Permasalahan kontekstual yang
dihadapi oleh masyarakat dunia saat ini terkait dengan lingkungan hidup, kesehatan,
kebumian dan ruang angkasa, serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam berbagai aspek kehidupan.Dalam pengertian tersebut termasuk pula
bagaimana keterampilan peserta didik untuk menghubungkan (relate),
menginterpretasikan (interprete), menerapkan (apply)dan
mengintegrasikan(integrate) ilmu pengetahuan dalam pembelajaran di kelas untuk
menyelesaikan permasalahan dalam konteks nyata.

Berikut ini diuraikan lima karakteristik asesmen kontekstual, yang disingkat REACT.
a. Relating, asesmen terkait langsung dengan konteks pengalaman kehidupan nyata.
b. Experiencing, asesmen yang ditekankan kepada penggalian (exploration), penemuan
(discovery), dan penciptaan (creation).
c. Applying, asesmen yang menuntut kemampuan peserta didik untuk menerapkan
ilmu pengetahuan yang diperoleh di dalam kelas untuk menyelesaikan masalah-
masalah nyata.
d. Communicating, asesmen yang menuntut kemampuan peserta didik untuk mampu
mengomunikasikan kesimpulan model pada kesimpulan konteks masalah.
e. Transfering, asesmen yang menuntut kemampuan peserta didik untuk
mentransformasi konsep-konsep pengetahuan dalam kelas ke dalam situasi atau
konteks baru.

26
Ciri-ciri asesmen kontekstual yang berbasis pada asesmen autentik, adalah sebagai
berikut.
a. Peserta didik mengonstruksi responnya sendiri, bukan sekadar memilih jawaban
yang tersedia;
b. Tugas-tugas merupakan tantangan yang dihadapkan dalam dunia nyata;
c. Tugas-tugas yang diberikan tidak hanya memiliki satu jawaban tertentu yang benar,
tetapi memungkinkan banyak jawaban benar atau semua jawaban benar.

Berikut disajikan perbandingan asesmen

Asesmen Tradisional Asesmen Kontekstual


Peserta didik cenderung memilih Peserta didik mengekspresikan respons
respons yang diberikan.
Konteks dunia kelas (buatan) Konteks dunia nyata (realistis)
Umumnya mengukur aspek ingatan Mengukur performansi tugas (berpikir tingkat
(recalling) tinggi)
Terpisah dengan pembelajaran Terintegrasi dengan pembelajaran
Pembuktian tidak langsung, cenderung Pembuktian langsung melalui penerapan
teoretis. pengetahuan dan keterampilan dengan konteks
nyata.

3. Menggunakan bentuk soal beragam

Bentuk-bentuk soal yang beragam dalam sebuah perangkat tes (soal-soal HOTS)
sebagaimana yang digunakan dalam PISA, bertujuan agar dapat memberikan informasi
yang lebih rinci dan menyeluruh tentang kemampuan peserta tes. Hal ini penting
diperhatikan oleh guru agar penilaian yang dilakukan dapat menjamin prinsip
objektif.Artinya hasil penilaian yang dilakukan oleh guru dapat menggambarkan
kemampuan peserta didik sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya.Penilaian yang
dilakukan secara objektif, dapat menjamin akuntabilitas penilaian.

Terdapat beberapa alternatif bentuk soal yang dapat digunakan untuk menulis butir
soal HOTS

27
(yang digunakan pada model pengujian PISA), sebagai berikut.

a. Pilihan ganda
Pada umumnya soal-soal HOTS menggunakan stimulus yang bersumber pada
situasi nyata.Soal pilihan ganda terdiri dari pokok soal (stem) dan pilihan jawaban
(option).Pilihan jawaban terdiri atas kunci jawaban dan pengecoh (distractor).Kunci
jawaban ialah jawaban yang benar atau paling benar.Pengecoh merupakan jawaban
yang tidak benar, namun memungkinkan seseorang terkecoh untuk memilihnya
apabila tidak menguasai bahannya/materi pelajarannya dengan baik.Jawaban yang
diharapkan (kunci jawaban), umumnya tidak termuat secara eksplisit dalam
stimulus atau bacaan. Peserta didik diminta untuk menemukan jawaban soal yang
terkait dengan stimulus/bacaan menggunakan konsep-konsep pengetahuan yang
dimiliki serta menggunakan logika/penalaran. Jawaban yang benar diberikan skor 1,
dan jawaban yang salah diberikan skor 0.

b. Pilihan ganda kompleks (benar/salah, atau ya/tidak)


Soal bentuk pilihan ganda kompleks bertujuan untuk menguji pemahaman peserta
didik terhadap suatu masalah secara komprehensif yang terkait antara pernyataan
satu dengan yang lainnya.Sebagaimana soal pilihan ganda biasa, soal-soal HOTS
yang berbentukpilihan ganda kompleks juga memuat stimulus yang bersumber pada
situasi kontekstual.Peserta didik diberikan beberapa pernyataan yang terkait dengan
stilmulus/bacaan, lalu peserta didik diminta memilih benar/salah atau
ya/tidak.Pernyataan-pernyataan yang diberikan tersebut terkait antara satu dengan
yang lainnya.Susunan pernyataan benar dan pernyataan salah agar diacak secara
random, tidak sistematis mengikuti pola tertentu.Susunan yang terpola sistematis
dapat memberi petunjuk kepada jawaban yang benar.Apabila peserta didik
menjawab benar pada semua pernyataan yang diberikan diberikan skor 1 atau
apabila terdapat kesalahan pada salah satu pernyataan maka diberi skor 0.

c. Isian singkat atau melengkapi


Soal isian singkat atau melengkapi adalah soal yang menuntut peserta tes untuk
mengisi jawaban singkat dengan cara mengisi kata, frase, angka, atau simbol.
Karakteristik soal isian singkat atau melengkapi adalah sebagai berikut.
1) Bagian kalimat yang harus dilengkapi sebaiknya hanya satu bagian dalam ratio butir
soal, dan paling banyak dua bagian supaya tidak membingungkan siswa.
2) Jawaban yang dituntut oleh soal harus singkat dan pasti yaitu berupa kata, frase,
28
angka, simbol, tempat, atau waktu.

Jawaban yang benar diberikan skor 1, dan jawaban yang salah diberikan skor 0.

d. Jawaban singkat atau pendek


Soal dengan bentuk jawaban singkat atau pendek adalah soal yang jawabannya
berupa kata, kalimat pendek, atau frase terhadap suatu pertanyaan.Karakteristik soal
jawaban singkat adalah sebagai berikut:
1) Menggunakan kalimat pertanyaan langsung atau kalimat perintah;
2) Pertanyaan atau perintah harus jelas, agar mendapat jawaban yang singkat;
3) Panjang kata atau kalimat yang harus dijawab oleh siswa pada semua soal
diusahakan relatif sama;
4) Hindari penggunaan kata, kalimat, atau frase yang diambil langsung dari buku teks,
sebab akan mendorong siswa untuk sekadar mengingat atau menghafal apa yang
tertulis dibuku.
Setiap langkah/kata kunci yang dijawab benar diberikan skor 1, dan jawaban yang
salah diberikan skor 0.

e. Uraian
Soal bentuk uraian adalah suatu soal yang jawabannya menuntut siswa untuk
mengorganisasikan gagasan atau hal-hal yang telah dipelajarinya dengan cara
mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut menggunakan kalimatnya
sendiri dalam bentuk tertulis.

Dalam menulis soal bentuk uraian, penulis soal harus mempunyai gambaran tentang
ruang lingkup materi yang ditanyakan dan lingkup jawaban yang diharapkan,
kedalaman dan panjang jawaban, atau rincian jawaban yang mungkin diberikan oleh
siswa. Dengan kata lain, ruang lingkup ini menunjukkan kriteria luas atau
sempitnya masalah yang ditanyakan. Di samping itu, ruang lingkup tersebut harus
tegas dan jelas tergambar dalam rumusan soalnya.

Dengan adanya batasan sebagai ruang lingkup soal, kemungkinan terjadinya


ketidakjelasan soal dapat dihindari. Ruang lingkup tersebut juga akan membantu
mempermudah pembuatan kriteria atau pedoman penskoran.

Untuk melakukan penskoran, penulis soal dapat menggunakan rubrik atau pedoman
29
penskoran. Setiap langkah atau kata kunci yang dijawab benar oleh peserta didik
diberi skor 1, sedangkan yang salah diberi skor 0. Dalam sebuah soal kemungkinan
banyaknya kata kunci atau langkah-langkah penyelesaian soal lebih dari
satu.Sehingga skor untuk sebuah soal bentuk uraian dapat dilakukan dengan
menjumlahkan skor tiap langkah atau kata kunci yang dijawab benar oleh peserta
didik.

Untuk penilaian yang dilakukan oleh sekolah seperti Ujian Sekolah (US) bentuk
soal HOTS yang disarankan cukup 2 saja, yaitu bentuk pilihan ganda dan
uraian.Pemilihan bentuk soal itu disebabkan jumlah peserta US umumnya cukup
banyak, sedangkan penskoran harus secepatnya dilakukan dan diumumkan
hasilnya.Sehingga bentuk soal yang paling memungkinkan adalah soal bentuk
pilihan ganda dan uraian.Sedangkan untuk penilaian harian, dapat disesuaikan
dengan karakteristik KD dan kreativitas guru mata pelajaran.

Pemilihan bentuk soal hendaknya dilakukan sesuai dengan tujuan penilaian yaitu
assessment of learning, assessment for learning, dan assessment as learning.

Masing-masing guru mata pelajaran hendaknya kreatif mengembangkan soal-soal


HOTS sesuai dengan KI-KD yang memungkinkan dalam mata pelajaran yang
diampunya.Wawasan guru terhadap isu-isu global, keterampilan memilih stimulus soal,
serta kemampuan memilih kompetensi yang diuji, merupakan aspek-aspek penting yang
harus diperhatikan oleh guru, agar dapat menghasilkan butir-butir soal yang bermutu.

B. Level Kognitif

Anderson & Krathwohl (2001) mengklasifikasikandimensi prosesberpikir sebagai


berikut.

30
Tabel 2.2 Dimensi Proses Berpikir

31
CONTOH SOAL LOTS DAN HOTS

PENGETAHUAN (C1)

Pengetahuan adalah aspek yang paling dasar dalam taksonomi Bloom. Sering kali
disebut juga aspek ingatan (recall).

Contoh soal yang mengukur pengetahuan (kemampuan ingatan) yaitu:

1. Besaran berikut yang bukan merupakan besaran turunan adalah....


A. momentum C. gaya E. volume

B. kecepatan D. massa

Pembahasan:

Yang bukan besaran turunan adalah besaran pokok. Ada tuju besaran pokok, yaitu
panjang, massa, waktu, suhu, intensitas cahaya, kuat arus, dan banyak zat.

Jawaban: D

PEMAHAMAN (C2)

Kemampuan ini umumnya mendapat penekanan dalam proses belajar- mengajar.


Siswa dituntut memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang
dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa harus menghubungkannya dengan
hal- hal lain.

Contoh soal untuk mengukur pemahaman adalah:

1. Bagaimana dengan periode getaran pegas jika amplitudonya berubah....


A. massa pegas berubah D. frekuensinya berubah

B. tetapan pegas berubah E. kecepatannya berubah

C. pariode getaran pegas tetap

Pembahasan:

32
Periode getaran pegas berumus: T = 2π √m/k , maka jika amplitudonya berubah maka
periode getaran pegas tetap.

Jawaban: C

PENERAPAN atau APLIKASI (C3)

Untuk penarapan atau aplikasi ini siswa dituntut memiliki kemampuan untuk
menyeleksi atau memilih suatu abstrasi tertentu (konsep, dalil, hukum, aturan, gagasan, cara)
secara tepat untuk diterapkan dalam suatu situasi baru dan menerapkannya secara benar.

Contoh soal penerapan dalam fisika:

1. Jika 75 gram air yang bersuhu 0oC dicampur dengan 50 gram air yang bersuhu 100oC,
maka suhu akhir campuran itu adalah....
A. 25oC C. 60oC E. 75oC

B. 40oC D. 65oC

Pembahasan:

Misal suhu akhir ToC, maka sesuai asas Black:

Q serap = Q lepas

m c ΔT = m c ΔT

(75) (1) (T – 0) = (50) (1) (100 – T)

75T = 5000 – 50T

125T = 5000

T = 40oC

Jawaban: B

33
ANALISIS (C4)

Dalam tugas analisis ini siswa diminta untuk menganalisis suatu hubungan atau
situasi yang kompleks atas konsep- konsep dasar.

Contoh soal menganalisis yaitu:

1. Sebuah pesawat terbang dapat mengangkasa karena....


A. perbedaan tekanan dari aliran- aliran udara

B. pengaturan titik berat pesawat

C. gaya angkat dari mesin pesawat

D. perubahan momentum dari pesawat

E. berat pesawat yang lebih kecil daripada berat udara yang dipindahkan

Pembahasan:

Sayap pesawat dibuat aerodinamis. Ketika pesawat bergerak dengan kecepatan v,


udara yang dibelahnya terbagi ke dua bagian (atas dan bawah sayap). Karena
lengkungan atas sayap yang lebih panjang dari bagian bawahnya, kecepatan aliran
udara di atas sayap (v1) lebih besar dari kecepatan aliran udara di bawah sayap (v2).
Ini mengakibatkan perbedaan tekanan aliran udara dimana tekanan di bawah sayap
lebih besar daripada tekanan di atas sayap yang selanjutnya menimbulkan gaya angkat
pesawat.

Jawaban: A

SINTESIS (C5)

Apabila penyusunan soal tes bermaksud meminta siswa melakukan sintesis maka
pertanyaan- pertanyaan disusun sedemikian rupa sehingga meminta siswa untuk
menggabungkan atau menyusun kembali (reorganize) hal- hal yang spesifik agar dapat
mengembangkan suatu struktur baru. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa dengan soal
sintesis ini siswa diminta untuk melakukan generalisasi.
34
Contoh:

1. Seorang pelajar yang bermassa 50 kg bergantung pada ujung sebuah pegas sehingga
pegas bertambah panjang 10 cm. Dengan demikian, tetapan pegas bernilai....
A. 5 N/m C. 50 N/m E. 5000 N/m
B. 20 N/m D. 500 N/m
Pembahasan:

Gaya yang berkerja pada pegas adalah gaya berat W = m.g , sehingga:

F = k Δx

m.g = k Δx

k = m.g/ Δx

k = 50 x 10 / 10 x 10-2

k = 5000 N/m

Jawaban: E

EVALUASI (C6)

Apabila penyusun soal bermaksud untuk mengetahui sejauh mana siswa mampu
menerapkan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki untuk menilai sesuatu kasus
yang diajukan oleh penyusun soal.

Contoh soal evaluasi:

Petunjuk:

A → jika pernyataan dan alasan benar dan mengandung seba akibat

B → jika pernyataan dan alasan benar namun tidak mengandung sebab akibat

C → jika pernyataan benar dan alasan salah

D → jika pernyataan salah dan alasan benar

E → jika pernyataan dan alasan salah


35
1. Tinggi maksimum akan dicapai peluru jika peluru ditembak dengan sudut elevasi 90o.
SEBAB

Arah kecepatan peluru yang ditembakkan dengan sudut elevasi θ bergantung pada
waktu dan posisinya.

Pembahasan:

 Tinggi maksimum peluru yang dilemparkan dengan kecepatan awal v 0 dan


sudut elevasi θ dapat dicari dengan persamaan
h = v02 sin2 θ / 2g

Tinggi h akan maksimum bila sin θ = 1 atau θ = 90o

Pernyataan: benar

 Arah kecepatan peluru dapat ditentukan dengan persamaan


vy = v0y – gt (vy bergantung pada waktu)

atau

vy2 = v02 – 2 gy (vy bergantung pada posisi)

Dari kedua persamaan di atas diperoleh bahwa arah kecepatan peluru bergantung pada
waktu atau posisi bukan pada waktu dan posisi. Sebab, ketika variabel waktu muncul
variabel posisi (y) tidak muncul dan sebaliknya.

Alasan: salah

Jawaban: C

Peran Soal HOTS dalam Penilaian

Soal-soal HOTS bertujuan untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat


tinggi.Dalam melakukan Penilaian, guru dapat menyisipkan beberapa butir soal
HOTS. Berikut dipaparkan beberapa peran soal-soal HOTS dalam meningkatkan
mutu Penilaian.

36
1. Mempersiapkan kompetensi peserta didik menyongsong abad ke-21

Penilaian yang dilaksanakan oleh satuan pendidikan diharapkan dapat membekali


peserta didik untuk memiliki sejumlah kompetensi yang dibutuhkan pada abad ke-
21. Secara garis besar, terdapat 3 kelompok kompetensi yang dibutuhkan pada abad

ke-21 (21st century skills) yaitu: a) memiliki karakter yang baik (beriman dan
taqwa, rasa ingin tahu, pantang menyerah, kepekaan sosial dan berbudaya, mampu
beradaptasi, serta memiliki daya saing yang tinggi); b) memiliki sejumlah
kompetensi (berpikir kritis dan kreatif, problem solving, kolaborasi, dan komunikasi);
serta c) menguasai literasi mencakup keterampilan berpikir menggunakan sumber-
sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital, dan auditori.
Penyajian soal-soal HOTSdalam Penilaian dapat melatih peserta didik untuk mengasah
kemampuan dan keterampilannya sesuai dengan tuntutan kompetensi abad ke-21 di
atas. Melalui penilaian berbasis pada soal-soal HOTS, keterampilan berpikir kritis
(creative thinking and doing), kreativitas (creativity) dan rasa percaya diri (learning self
reliance), akan dibangun melalui kegiatan latihan menyelesaikan berbagai
permasalahan nyata dalam kehidupan sehari- hari (problem-solving).

2. Memupuk rasa cinta danpeduli terhadap kemajuan daerah


Dalam Penilaian guru diharapkan dapat mengembangkan soal-soal HOTS secara kreatif
sesuai dengan situasi dan kondisi di daerahnya masing-masing.Kreativitas guru dalam
hal pemilihan stimulus yang berbasis permasalahan daerah di lingkungan satuan
pendidikan sangat penting.Berbagai permasalahan yang terjadi di daerah tersebut dapat
diangkat sebagai stimulus kontekstual.Dengan demikian stimulus yang dipilih oleh guru
dalam soal-soal HOTS menjadi sangat menarik karena dapat dilihat dan dirasakan
secara langsung oleh peserta didik.Di samping itu, penyajian soal-soal HOTS dalam
ujian sekolah dapat meningkatkan rasa memiliki dan cinta terhadap potensi-potensi
yang ada di daerahnya.Sehingga peserta didik merasa terpanggil untuk ikut ambil
bagian untuk memecahkan berbagai permasalahan yang timbul di daerahnya

3. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik

Pendidikan formal di sekolah hendaknya dapat menjawab tantangan di


masyarakat sehari- hari.Ilmu pengetahuan yang dipelajari di dalam kelas,
agar terkait langsung dengan pemecahan masalah di masyarakat.Dengan
demikian peserta didik merasakan bahwa materi pelajaran yang diperoleh
37
di dalam kelas berguna dan dapat dijadikan bekal untuk terjun di
masyarakat.Tantangan-tantangan yang terjadi di masyarakat dapat
dijadikan stimulus kontekstual dan menarik dalam Penilaian, sehingga
munculnya soal-soal berbasis soal-soal HOTS, yang diharapkan dapat
menambah motivasi belajar peserta didik.

4. Meningkatkan mutu Penilaian

Penilaian yang berkualitas akan dapat meningkatkan mutu pendidikan.


Dengan membiasakan melatih siswa untuk menjawab soal-soal HOTS,
maka diharapkan siswa dapat berpikir secara kritis dan kreatif. Ditinjau
dari hasil yang dicapai dalam US dan UN, terdapat 3 kategori sekolah
yaitu: (a) sekolah unggul, apabila rerata nilai US lebih kecil daripada
rerata UN; (b) sekolah biasa, apabila rerata nilai US tinggi diikuti dengan
rerata nilai UN yang tinggi dan sebaliknya nilai rerata US rendah diikuti
oleh rerata nilai UN juga rendah; dan (c) sekolah yang perlu dibina bila
rerata nilai US lebih besar daripada rerata nilai UN.
Masih banyak satuan pendidikan dalam kategori sekolah yang perlu
dibina.Indikatornya adalah rerata nilai US lebih besar daripada rerata nilai
UN. Ada kemungkinan soal-soal buatan guru level kognitifnya lebih rendah
daripada soal-soal pada UN. Umumnya soal-soal US yang disusun oleh guru
selama ini, kebanyakan hanya mengukur level 1 dan level 2 saja. Penyebab
lainnya adalah belum disisipkannya soal-soal HOTS dalam US yang
menyebabkan peserta didik belum terbiasa mengerjakan soal-soal HOTS. Di
sisi lain, dalam soal-soal UN peserta didik dituntut memiliki kemampuan
mengerjakan soal-soal HOTS. Setiap tahun persentase soal-soal HOTS yang
disisipkan dalam soal UN terus ditingkatkan. Sebagai contoh pada UN tahun
pelajaran 2015/2016 kira-kira terdapat 20% soal-soal HOTS. Oleh karena itu,
agar rerata nilai US tidak berbeda jauh dengan rerata nilai UN, maka dalam
penyusunan soal-soal US agar disisipkan soal- soal HOTS.

38
BAB III

PEMBAHASAN

Tabel Perbandingan Permendikbud No 53 tahun 2015 dengan Permendikbud no 23 tahun


2016

N Pembeda Permendikbud No 53 tahun 2015 Permendikbud no 23


O tahun 2016

1 Tujuan a. mengetahui tingkat penguasaan a. mengukur dan


penilaian kompetensi; mengetahui
hasil belajar pencapaian
b. menetapkan ketuntasan
oleh pendidik kompetensi Peserta
penguasaan kompetensi;
Didik;
c. menetapkan program perbaikan
b. memperbaiki proses
atau pengayaan berdasarkan
pembelajaran; dan
tingkat penguasaan kompetensi;
dan c. menyusun laporan
kemajuan hasil belajar
d. memperbaiki proses
harian, tengah
pembelajaran.
semester, akhir
semester, akhir tahun.
dan/atau kenaikan
kelas.

39
2 Penilaian Oleh Pendidik dan Satuan Oleh Pendidik, Satuan
Hasil Belajar pendidikan pendidikan dan Pemerintah

3 Penilaian bentuk Penilaian Akhir dan/atau Ujian Sekolah


Hasil oleh Ujian Sekolah/Madrasah
satuan
pendidikan

Tabel Perbandingan penilaian KTSP 2006 dan K13

N Pembeda KTSP K13


O

1 Penilaian Hasil Tes (Pengetahuan saja) Pengetahuan,sikap dan


keterampilan

2 Proses Penilaian Output pengetahuan Proses

3 Skala Penilaian 0-100 Pengetahuan dan


ketrampilan(0-4)

Sikap(SB,B,C dan K)

TABEL ANALISIS MENURUT PERMENDIKBUD NO 4 TAHUN 2018

SD SMP DAN SMA


US 
USBN  
UN 
Syarat telah beradapada tahun terakhir di Terdaftar pada semester
jenjang SD/MI/SDTK/SDLB, memiliki terakhir di Satuan
laporan lengkap penilaian hasil belajar Pendidikan dan memiliki
mulai kelas IV semester 1 sampai laporan lengkap penilaian

40
dengan kelas VI semester 1 hasil belajar mulai semester
1 sampai dengan semester 5
Naskah 20%-25% oleh kementrian
USBN 75%-80% oleh guru pada Satuan Pendidikandan dikonsolidasikan di
Kelompok Kerja Guru (KKG), Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP), Forum Tutor,dan Kelompok KerjaGuruPondok Pesantren
Salafiah (Pokja PPS)
NASKAH oleh Satuan Pendidikan
US

BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari materi pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Standar Penilaian


Pendidikan adalah kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur,
dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik yang digunakan sebagai dasar dalam
penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Standar Nasional Pendidikan disusun agar dapat dijadikan Kriteria Minimal tentang sistem
pendidikan diseluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar nasional
Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu.
Dalam melakukan penilaian harus memperhatikan prinsip penilaian antara lain Sahih,
Objektif, Adil, Terpadu, Terbuka, Menyeluruh dan berkesinambung, Sistematis, Beracuan
kriteria, serta Akuntabel.

B. Saran

Dalam penerapan kurikulum 2013 masih kurang bisa untuk diterapkan. Hal ini
dikarenakan sulitnya siswa dalam mencari masalah dan memecahkan masalah, jadi siswa
benar-benar butuh bimbingan yang sebaik-baiknya agar bisa melaksanakan kurikulum
2013 dengan baik dan benar serta demi hasil belajar yang sempurna.

41
DAFTAR PUSTAKA

Permendikbud No 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan

Permendikbud No 53 Tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik Dan Satuan
Pendidikan Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah

Panduan Penilaian Oleh Pendidik Dan Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Atas 2017

Modul Penyusunan soal High Order Thinking Skill (HOTS) Tahun 2017

Foster, Bob. 2006. 1001 Plus: Soal dan Pembahasan FISIKA. Jakarta: Penerbit Erlangga
Sulistyo. 2006. Intisari Fisika. Bandung: Penerbit Pustaka Setia
Sunardi. 2006. FISIKA Bilingual. Bandung: CV. YRAMA MEDIA

42

Anda mungkin juga menyukai