Anda di halaman 1dari 14

TUGAS TERSTRUKTUR PENGANTAR STUDI ISLAM

DOSEN PEMBIMBING DR.KHAIRUNNAS RAJAB

METODE DAKWAH ALQURAN


OLEH KELOMPOK: 1. INDRA HADI UTOMO 11217100181 2. NURHASANAH 11217202526 3. SITI MUSYAROFAH 11217204047

A. PENDAHULUAN
Alquran adalah kitab suci yang diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad SAW yang berfungsi sebagai rahmat dan petunjuk bagi manusia dalam menjalankan hidup dan kehidupannya. Secara etimologis Alquran berasal dari kata kerja qaraa yang mengandung arti : mengumpulkan atau menghimpun, membaca atau mengkaji. Jadi kata alquran berarti kumpulan atau bacaan. Adapun definisi Al-Quran secara terminologis, seperti yang banyak diungkapkan oleh para ulama adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril untuk disampaikan kepada umat manusia, dan merupakan iadah dalam membacanya. (Dr. H. Ali Anwar Yusuf, M.Si, 2003, Studi Agama Islam, Pustaka Setia, Bandung, hlm.63-64)

Metode dakwah adalah cara mencapai tujuan dakwah, untuk mendapatkan gambaran tentang prinsip-prinsip metode dakwah harus mencermati firman Allah Swt, dan Hadits Nabi Muhammad Saw :


Siapa di antara kamu melihat kemunkaran, ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan hatinya, dan yang terakhir inilah selemah-lemah iman. [ H.R. Muslim ]. Dalam al-Quran banyak ayat yang berkaitan dengan dakwah, baik menyangkut materi, metodologi, subjek maupun objeknya. Secara bahasa, dakwah berarti memanggil, mengajak, atau menyeru. Menurut Muhammad al-Wakil dalam Ushuhlu ad-Dakwah Waadabu ad-Duat, dakwah artinya mengumpulkan manusia dalam kebaikan dan menunjukan mereka kepada jalan yang benar dengan cara amar maruf nahi munkar. Sandaran dari pendapat ini merujuk pada firman Allah Swt yang berbunyi

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang mengajak kepada kebaikan, menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang mungkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung, (QS Ali Imran [3]: 104). Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kita sebagai umat islam yang telah diberikan petunjuk-petunjuk melalui Al-Quran dengan rasa bertanggung jawab untuk selalu menyebarkan agama yamg diridhoi Allah SWT ini dengan tidak henti-hentinya. Tidak perlu ada keraguan dalam mendakwahkan kebenaran, karena perintah ini sudah terdapat dalam Al-Quran dan Al-Quran juga telah menjelaskan metode-metodenya. Alquran merupakan petunjuk bagi umat islam yang juga berperan dalam pendakwahan islam melalui keunggulan-keunggulannya.

B. Metode Dakwah Al Quran


1. Metode dakwah dengan lisan (billisan)
Metode dakwah dengan lisan [ billisan ], maksudnya dengan kata-kata yang lemah lembut, yang dapat difahami oleh madu, bukan dengan kata-kata yang keras dan menyakitkan hati.


Siapa di antara kamu melihat kemunkaran, ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan hatinya, dan yang terakhir inilah selemah-lemah iman. [ H.R. Muslim ]. Contoh: ceramah dalam majlis taklim,

2. Metode dakwah Bil Hikmah.


Dakwah bil Hikmah Yakni menyampaikan dakwah dengan cara yang arif bijaksana, yaitu melakukan pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak obyek dakwah mampu melaksanakan dakwah atas kemauannya sendiri, tidak merasa ada paksaan, tekanan maupun konflik. Dengan kata lain dakwah bi al-hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi dakwah yang dilakukan atas dasar persuasif.

Dalam kitab al-Hikmah fi al dakwah Ilallah taala oleh Said bin Ali bin wahif al-Qathani diuraikan lebih jelas tentang pengertian al-Hikmah, antara lain: Menurut bahasa:

adil, ilmu, sabar, kenabian, Al-Quran dan Injil memperbaiki (membuat manjadi lebih baik atau pas) dan terhindar dari kerusakan ungkapan untuk mengetahui sesuatu yang utama dengan ilmu yang utama obyek kebenaran(al-haq) yang didapat melalui ilmu dan akal pengetahuan atau marifat.

Menurut istilah Syari:

valid dalam perkataan dan perbuatan, mengetahui yang benar dan mengamalkannya, wara dalam Dinullah, meletakkan sesuatu pada tempatnya dan menjawab dengan tegas dan tepat.

Contoh: Kita ingat bagaimana Rasulullah Saw tidak marah saat seorang kaum musyrik meludahi beliau setiap pergi ke masjid. Suatu hari, ketika Rasulullah Saw pergi ke masjid, beliau merasakan keanehan karena orang yang setiap saat meludahi beliau setiap akan pergi ke masjid tidak ada. Sesampainya di masjid Rasulullah Saw menanyakan kepada para sahabat di mana orang itu berada. Lalu Rasulullah Saw memperoleh jawaban bahwa orang yang meludahi beliau jatuh sakit. Setelah mendengar jawaban itu, Rasulullah datang membesuk orang tersebut dan mendoakan kesembuhan baginya. Akhirnya, orang tersebut kemudian menyatakan diri sebagai Muslim.

3. Bil Mauidhokhasanah
Metode ini dipergunakan untuk menyeru atau mendakwahi orang-orang awam, yaitu orang yang belum dapat berfikir secara kritis atau ilmu pengetahuannya masih rendah. Mereka pada umumnya mengikuti sesuatu tanpa pertimbangan terlebih dahulu dan masih berpegang pada adat

istiadat yang turun temurun. Kepada mereka ini hendak disajikan materi yang mudah dipahami dan disampaikan dengan bahasa yang sederhana sehingga mudah dimengerti. Contoh : misal memberi ceramah kepada orang awam tentang hukum hukum muamalah.

4. Billati Hiya Ahsan (debat yang terbaik).


Pada penafsiran yang lebih terperinci, akan didapati perbezaan pendapat di kalangan para mufasir. Akan tetapi, perbezaan itu sesungguhnya dapat dihimpun (jama) dan diletakkan dalam aspeknya masing-masing. Perbezaan itu dapat dikategorikan menjadi tiga aspek. 1. Dari segi cara (uslb), sebagian mufasir menafsirkan jidl billati hiya ahsan sebagai cara yang lembut (layyin) dan lunak (rifq), bukan dengan cara keras lagi kasar. 2. Dari segi topik (fokus) debat, sebagian mufasir menjelaskan bahwa jidl billati hiya ahsan sebagai debat yang dimaksudkan semata-mata untuk mengungkap kebenaran pemikiran, bukan untuk merendahkan atau menyerang peribadi lawan debat. 3. Dari segi hujjah, sebahagian mufasir menjelaskan bahawa hujjah dalam jidl billati hiya ahsan mempunyai dua tujuan sekaligus, yaitu untuk menghancurkan hujjah lawan (yang batil) dan menegakkan hujjah kita (yang haq). Contoh: Ulama berdiskusi untuk membahas masalah yang kurang jelas hukumnya.

5. Qaulan Layyinan
Di dalam al-Quran tema Qaulan Layyinan hanya ditemukan sekali saja dalam surah Thaha ayat44, yang artinya: Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Firaun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut. Asal makna layyin adalah lembut atau gemulai, yang pada mulanya digunakan untuk menunjuk gerakan tubuh. Kemudian kata ini dipinjam untuk menunjukkan perkataan yang lembut.

Sedangkan pengertian Qoulan Layyinan adalah perkataan yang mengandung anjuran, ajakan, pemberian contoh di mana si pembicara berusaha meyakinkan pihak lain bahwa apa yang disampaikan adalah benar dan rasional, dengan tidak bermaksud merendahkan pendapat atau pandangan orang yang diajak bicara tersebut. Dengan demikian, Qaulan Layyinan adalah salah satu metode dakwah, karena tujuan utama dakwah adalah mengajak orang lain kepada kebenaran, bukan untuk memaksa dan unjuk kekuatan. Contoh : kisah nabi Musa saat berdakwah menghadapi Firaun yaitu dengan cara yang lemah lembut.

6. Qaulan Sadidan (kata-kata jelas)


Di dalam al-Quran kata qaulan sadidan disebutkan dua kali. Pertama dalam surah An-Nisa ayat 9, yang artinya: Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutu rkata yang benar. Kedua, dalam surah Al-Ahzab ayat 70, yang artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar. Berkaitan dengan perkataan Qaulan Sadidan, ada banyak penafsiran, antara lain perkataan yang jujur dan tepat sasaran, perkataan yang lembut dan mengandung kemuliaan bagi pihak yang lain, pembicaraan yang tepat sasaran dan logis, perkataan yang tidak menyakitkan pihak lain, perkataan yang memiliki kesesuaian antara apa yang diucapkan dengan apa yang di dalam hatinya.

7. Qaulan Maisyura (kata-kata yang memudahkan)


Tema ini hanya ditemukan sekali saja dalam surah Al-Isra ayat 28. Dan jika engkau berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang engkau

harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang lemah lembut. Pada prinsipnya, qaulan maisuran adalah segala bentuk perkataan yang baik, lemah lembut, dan melegakan. Ada juga yang menjelaskan bahwa qaulan maisuran adalah menjawab dengan cara yang sangat baik, lemah lembut, dan tidak mengada-ada. Ada juga yang berpendapat sama dengan pengertian qaulan marufan. Artinya perkataan yang maisur, adalah ucapan yang wajar dan sudah dikenal sebagai perkataan yang baik bagi masyarakat setempat. Ucapan yang lemah lembut adalah perisai seorang muslim dalam berkomunikasi. Meskipun konflik perbedaan pendapat semakin panas tetapi kalau metode penyampaian dapat dilakukan secara lemah lembut biasanya debat yang terjadi akan terkontrol, namun perkataan lemah lembut ini tidak muncul begitu saja melainkan harus dilatih dan diiringi dengan budi pekerti yang baik.
(http://cheemut29.wordpress.com/2011/04/09/metode-dakwah-dan-macam-macamnya/)

C. Bahasa Al Quran
Al Quran sebagai kitab petunjuk bagi seluruh manusia di sepanjang zaman. Allah SWT menjelaskan ruang lingkup risalah Nabi Muhammad saw dengan firman-Nya:

Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada Mengetahui. (Surat Saba` ,ayat 28)

Dengan demikian risalah Nabi Muhammad saw dan Al Quran, ialah mendunia dan abadi. Umat beliau mencakup seluruh manusia, tidak terbatas pada kelompok tertentu Al Quran adalah kitab yang merupakan petunjuk bagi seluruh umat manusia karena mempunyai dua kriteria, yaitu: 1. Al Quran berbicara dengan bahasa dunia supaya dapat dipahami oleh semua orang dan tidak ada jalan bagi mereka untuk beralasan bahwa bahasa Al Quran ialah tidak benar dan literaturnya asing bagi mereka.

2. Kandungan Al Quran berguna untuk semua orang laksana air yang merupakan unsur penyebab kehidupan segala makhluk hidup di sepanjang masa.

1. Fitrah sebagai bahasa dunia


Bahasa fitrah ialah kultur umum bagi semua orang di segala waktu. Setiap orang yang memahami fitrah, akan menggunakannya sehingga ia tidak bisa beralasan dengan mengatakan bahwa bahasa fitrah adalah aneh. Dalam surat Ar Ruum, ayat 30, dikatakan:

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

Kosakata dan literatur bukan merupakan maksud dari bahasa Al Quran dalam kajian ini. Sebab, jelas bahwa selain bangsa arab, bangsa lain tidak mengenal bahasa Al Quran sebelum mempelajari bahasa dan literaturnya.

Manusia berbeda-beda dari sisi bahasa, literatur, budaya-budaya kesukuan dan iklim daerah akan tetapi dari sisi fitrah, mereka mempunyai kesamaan. Dengan bahasa fitrah inilah, Al Quran berbicara dengan manusia. Oleh karenanya bahasa fitrah sebagai bahasa yang dapat difahami oleh semua orang. Rasulullah saw diutus untuk seluruh suku maupun kelompok manusia dan berbicara dengan bahasa fitrah sehingga dimengerti oleh berbagai macam sahabat seperti Salman Al Farisi, Shuhaib Ar Ruumi, Bilal Al Habsyi, Uwais Al Qarni, Ammar dan Abu Dzar Al Hijazi. Dalam kitab Bihar Al Anwar, jilid 16, halaman 323 Rasulullah bersabda: Aku diutus untuk orang-orang yang berkulit putih, hitam dan merah.

Beragamnya bahasa, suku, iklim, adab, tradisi serta aneka ragam faktor eksternal lainnya berada dalam naungan kesatuan fitrah manusia ini. Di dalam surat An Nahl, ayat 89, Allah swt berfirman:

Dan kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur`an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.

Perkataan Al Qur`an dengan bahasa fitrah manusia dan dipahaminya bahasa fitrah tersebut oleh semua orang, tidak berarti sama kadar pemahaman orang-orang terhadap Al Qur`an. IlmuIlmu Al Qur`an memiliki banyak tingkatan dan setiap tingkatannya hanya dapat difahami oleh kelompok tertentu. Dalam kitab Bihar Al Anwar, jilid 75, halaman 278 dikatakan: Al Qur`an mempunyai empat bagian, yaitu a. Bagian pertama adalah penjelasan untuk kelompok awam b. Bagian kedua adalah isyarat untuk kelompok alim c. Bagian ketiga adalah point-point penting untuk para wali d. Bagian keempat adalah hakikat untuk para Nabi

Setiap orang memahami Al Qur`an sesuai dengan potensi dan kapasitasnya, Meskipun Al Qur`an sebagai kitab yang internasional dan abadi, namun tidak semua orang mendapatkan hidayah untuk memanfaatkanya.

Dosa, penyelewengan, keatheisan dan taklid batil kepada orang-orang dahulu, merupakan tirai penutup hati manusia dan sebagai penghalang manusia untuk merenung atas rahasia-rahasia Al Qur`an. Allah swt berfirman dalam surat Muhammad, ayat 24:

Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur`an ataukah hati mereka terkunci.

Hati yang tertutup tidak dapat ditembus oleh ilmu-ilmu Al Qur`an, adapun bagi mereka yang menjaga fitrahnya dari noda-noda dosa seperti sahabat yang bernama Shuhaib yang datang dari Roma, Salman Al Farisi yang datang dari Persia, Bilal yang datang dari Habasyah serta Ammar dan Abu Dzar yang datang dari Hijaz, mereka dapat memasuki ilmu-ilmu Al Qur`an. Sebab fitrah yang terjaga sebagai salah satu dari modal yang diperlukan untuk memanfaatkan Al Qur`an.

Walaupun seorang ilmuan matrealisme, tatkala fitrah Tauhidnya terjaga dari penyimpangan maka ia dapat menerima hidayah Al Qur`an. Sebab tirai keatheisan telah memadamkan cahaya fitrahnya sehingga ia tidak akan merenung tentang kebesaran Al Qur`an karena image bahwa Al Qur`an merupakan dongeng yang di buat-buat. Al Qur`an dapat dipahami oleh semua orang dengan syarat bahwa mereka telah mengenal qaedah-qaedah bahasa arab dan ilmu-ilmu yang mendasari pemahaman terhadap Al Qur`an.{ http://wwwmj67.blogspot.com/2012/05/metode-dakwah-alquran.html ( di unduh tanggal 14 oktober 2012)}

2. Metode penyampaian
Allah swt menjelaskan bahwa risalah Nabi Muhammad SAW dimulai dari pembacaan ayat kepada masyarakat, kemudian mengajarkan hikmah-hikmahnya dan pembenahan diri. Risalah tersebut merupakan tanggung jawab para Nabi untuk mengajak umat manusia kepada Tauhid.

Dalam surat Al Jum`ah, ayat 2 di katakan:

Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah.

Allah swt telah mengajarkan berbagai metode dakwah kepada Rasulullah dan rahasia dari metode dakwah yang beraneka ragam ini dikarenakan adanya perbedaan dan tingkatan pada intelektual quality (IQ) manusia sehingga daya pemahaman mereka tidak sama, meskipun fitrah mereka sama.

Obyek Quran yang berbeda-beda ini menuntut metode dakwah yang variatif sehingga orang yang mempunyai IQ tinggi, tidak merasa sombong dan tetap memerlukan pesan-pesan wahyu dan sebaliknya bagi orang yang memiliki IQ rendah juga dapat menjangkau pesan-pesan wahyu tersebut. Oleh karena itu, Al Quran di samping menunjukkan metode dakwahnya dengan bentuk hikmah, nasehat yang baik serta sanggahan yang bagus, ia juga menunjukkannya dalam bentuk perumpamaan, supaya dapat dijangkau oleh orang awam sekaligus menjadi penekanan untuk orang alim yang pada intinya dapat diserap oleh semuanya.

Jalan hikmah, nasehat baik, serta sanggahan yang bagus dari satu sisi dan perumpamaan serta cerita-cerita dari sisi lain merupakan metode yang komprehensif dalam dakwah dan hal ini sebagai karakteristik Al Quran yang tidak ditemukan dalam kitab-kitab lainnya. Di samping Al Quran menggunakan premis tertentu untuk menguatkan bukti-bukti atas klaimnya, ia juga menggunakan perumpamaan agar dipahami dengan mudah. Dalam surat Az Zumar, ayat 27 Allah swt berfirman:

Sesungguhnya Telah kami buatkan bagi manusia dalam Al Quran Ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran.

Untuk lebih jelasnya, kita perhatikan Burhan Tamaanu`(bukti kontradiksi) yang dijelaskan dengan Qiyas Istitsna`i dalam Al Quran. Sesuai logika Aristotelian Qiyas ini tersusun dari dua unsur muqaddam dan tali.

Proposisi kondisional serta susunan Muqaddam dan Talinya berada dalam surat Al An biyaa`,ayat 22, yang berbunyi:

Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu Telah rusak. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai 'Arsy dari pada apa yang mereka sifatkan.

Proposisi predikatif dan gugurnya Tali tercantum dalam surat Al Mulk, ayat 3 yang berbunyi:

Yang Telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka Lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?

surat Al Mulk, ayat 4 yang berbunyi :

Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah.

Penjelasan tentang argumen tamanu` diatas ialah Tuhan yang berbilang merupakan faktor rusaknya tatanan yang terdapat di langit maupun di bumi. Tetapi tidak kita saksikan adanya gesekan maupun kekacauan pada tatanan alam ini, sebaliknya tatanan yang terdapat di langit maupun muka bumi berjalan tertib sesuai dengan tugas masing-masing.

Dengan demikian gugurlah klaim tentang Tuhan berbilang tersebut. argumen Tamanu` ini juga dikemas dalam perumpamaan dengan penjelasan bahwa apakah seorang budak yang memiliki beberapa tuan yang berbeda kehendak dan kepentingan sama dengan seorang budak yang hanya mempunyai satu tuan yang bijaksana? Artinya, budak pertama bekerja dengan tidak teratur karena perintah yang berbeda-beda, namun lain hal nya dengan budak kedua, ia bekerja dengan teratur atas satu perintah.

Perumpamaan ini terdapat pada surat Az Zumar, ayat 29 yang berbunyi:

Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (budak) yang dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan dan seorang budak yang menjadi milik penuh dari seorang laki-laki (saja); Adakah kedua budak itu sama halnya? segala puji bagi Allah tetapi kebanyakan mereka tidak Mengetahui.

3. Perbedaan Al Quran dengan Buku ilmiah


Sebagaimana yang telah disebutkan bahwa Al Quran memiliki metode khusus dalam menyampaikan ilmu-ilmu Ilahi. Sekarang kita amati tentang hal yang membedakan antara Al Quran dengan buku-buku ilmiah dari aspek penyampaian. Allah swt dalam menguraikan risalah Nabi terkadang dengan metode pembacaan ayat kepada manusia, pengajaran hikmah dan pembenahan diri. Terkadang pula dengan cahaya petunjukNya, mengangkat manusia dari kebodohan dan kesesatan. Al Quran sebagai bekal Rasul dalam mengemban tugas risalah dan dalam membimbing serta membenahi diri umat. Atas dasar ini, Al Quran berbeda dengan buku ilmiah yang hanya menjelaskan kajian-kajian ilmiah seperti pengetahuan dan eksperimen tentang kosmos, atau pembahasan tentang ilmu Usul maupun Fiqih yang hanya menguraikan metode serta dasar-dasar pengambilan hukum. Adapun metodologi Al Quran sebagai berikut:

1) Menggunakan perumpamaan untuk memudahkan pemahaman pelik tentang ilmu-ilmu transendental Ilahi. 2) Menggunakan sanggahan yang baik dalam berdebat dengan orang-orang yang bersikeras menentang pokok agama. 3) Mengkombinasikan ilmu dan hukum dengan nasehat dan akhlak, pengajaran hikmah dengan bimbingan dan pembenahan diri. 4) Menjustifikasikan persepsi yang dinukil dari yang lain secara akurat. 5) Mengkaitkan permasalahan ontologi dengan teologi. Buku ilmiah mengungkap fenomena alam dan menguraikannya secara horizontal, adapun Al Quran sebagai cahaya petunjuk, mengungkap fenomena alam serta menjelaskannya secara vertikal (keterkaitan alam dengan ketuhanan dan hari kebangkitan) . 6) Mengklasifikasikan pentas-pentas sejarah yang mengandung pelajaran dan mutiara kehidupan dalam menuturkan cerita-cerita. 7) Pengulangan konteks dalam Al Quran, diperlukan sebagai penekanan dalam petunjuk, sebab Setan senantiasa menjauhkan manusia dari jalan Ilahi, sedangkan pengulangan konteks dalam buku ilmiah hanya akan mengurangi kualitas isinya.
(http://wwwmj67.blogspot.com/2012/05/metode-dakwah-al-quran.html ( di unduh tanggal 14 oktober
2012)

4. KESIMPULAN
Al Quran dengan segala kebenarannya memiliki metode dakwah tersendiri untuk dilaksanakan oleh Rasulullah dan para pendakwah. Hal inilah yang menjadi karakteristik Al Quran. Jalan hikmah, nasehat

baik, serta sanggahan yang bagus dari satu sisi dan perumpamaan serta cerita-cerita dari sisi lain merupakan metode yang komprehensif. Di samping Al Quran menggunakan premis tertentu untuk menguatkan bukti-bukti atas klaimnya, ia juga menggunakan perumpamaan agar dipahami dengan mudah. Selain itu Al Quran juga menggunakan bahasa fitrah yang pasti dimengerti oleh setiap orang meskipun pemahaman atas bahasa fitrah itu berbeda pada tiap orang yang disebabkan beberapa faktor, seperti kecerdasan, dosa, penyelewengan, keatheisan dan taklid batil kepada orang-orang dahulu, merupakan tirai penutup hati manusia yang menghalangi manusia untuk merenung atas rahasia-rahasia Al Qur`an.

Anda mungkin juga menyukai