Anda di halaman 1dari 5

Metode Ilmiah 1.

Cara Berfikir yang Belum Ilmiah Pada dasarnya manusia selalu ingin tahu terhadap apa yang dirasakan dan dialami dalam kehidupannya. Rasa ingin tahu inilah yang pada akhirnya manusia berusaha mencari metode untuk mengetahui permasalahan yang dihadapinya agar kepuasan terhadap keingintahuannya itu terpenuhi. Cara yang digunakan untuk ingin tahu antara lain : a. Tahap teologi atau fiktif. Pada tahap teologi atau fiktif manusia berusaha untuk mencari dan menemukan sebab yang pertama dan tujuan yang terakhir dari segala sesuatu, dan selalu dihubungkan dengan kekuatan gaib. Gejala alam yang menarik perhatiannya selalu diletakkan dalam kaitannya dengan sumber yang mutlak. Mempunyai anggapan bahwa setiap gejala atau peristiwa dikuasai dan diatur oleh para dewa atau kekuatan gaib lainnya. Pada tahap ini manusia menciptakan mitos yaitu pengetahuan-pengetahuan baru yang bermunculan dan merupakan gabungan dari pengalaman dan kepercayaan. Mitos tersebut timbul karena adanya keterbatasan indera manusia. Mitos dapat diterima karena : Keterbatasan pengetahuan yang disebabkan karena keterbatasan

penginderaan baik langsung maupun dengan alat. Keterbatasan penalaran manusia pada masa itu Hasrat ingin tahunya terpenuhi. b. Tahap Filsafat atau Metafisik atau Abstrak Pada tahap ini manusia masih mencari sebab utama dan tujuan akhir, tetapi manusia tidak lagi menyandarkan diri dari kepercayaan akan adanya kekutan gaib, melainkan kepada akalnya sendiri, akal yang telah mampu melakukan abstraksi guna menemukan hakekat segala sesuatu.

c. Tahap Positif atau riil Pada tahap ini manusia telah mampu berpikir secara positip atau riil, atas dasar pengetahuan yang telah dicapainya yang dikembangkan secara positif melalui pengamatan, percobaan dan perbandingan. Manusia secara terus menerus selalu mengembangkan pengetahuan dengan cara berfikir dengan akal dan pikiran mereka. Proses berfikir dalam menarik kesimpulan yang berupa pengetahuan yang benar ini disebut penalaran. Penalaran merupakan kegiatan berfikir yang mempunyai ciri-ciri tertentu yakni logis dan analitis. Berfikir yang tidak logis dan analitis antara lain : a. Pengambilan kesimpulan berdasarkan perasaan. Merupakan suatu cara menarik kesimpulan yang tidak berdasarkan penalaran. b. Intuisi Intuisi merupakan kegiatan berfikir yang tidak analistis, tidak berdasar pola berfikir tertentu. Pendapat yang berdasarkan intuisi timbul dari pengetahuanpengetahuan yang terdahulu melalui suatu proses berfikir yang tidak disadari. Seolah-olah pendapat itu muncul begitu saja tanpa dipikir. c. Wahyu Wahyu yaitu pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia. Pengetahuan ini disalurkan lewat Nabi yang diutusNya. Dengan wahyu, manusia memperoleh pengetahuan dengan keyakinan (kepercayaan) bahwa yang diwahyukan tersebut benar. d. Trial and Error Trial and error, yaitu suatu cara untuk memperoleh pengetahuan secara cobacoba atau untung-untungan. 2. Metode Ilmiah Supaya himpunan pengetahuan ini dapat disebut ilmu pengetahuan harus digunakan perpaduan antara rasionalisme (deduksi) dan empirisme (induksi), yang dikenal sebagai metode keilmuan atau pendekatan ilmiah.

Menurut H. Abu Ahmadi dan A. Supatmo Ciri-ciri metode ilmiah yaitu : obyektivitas (bebas keyakinan, perasaan dan prasangka pribadi serta bersifat terbuka) , konsisten dan sistimatik. Menurut Abdullah Aly dan Eny Rahma Ciri ilmiah yaitu : obyektif, metodik, sistimatik dan berlaku umum. Menurut Maskoeri Jasin Ciri ilmiah yaitu: teratur, sistematis, berobyek, bermetode dan berlaku secara universal. 3. Pengertian metode ilmiah Metode Ilmiah yaitu gabungan antara dua pendekatan rasional (deduktif) dan pendekatan empiris (induktif). Metode Ilmiah merupakan cara dalam memperoleh pengetahuan secara ilmiah. Pada pendekatan rasional (deduktif) dasar pikiran yang digunakan dalam penalarannya diperoleh dari ide yang menurut anggapannya sudah jelas, tegas dan pasti, dalam pikiran manusia. Pikiran manusia hanyalah mengenal ide/prinsip tersebut dan kemudian menjadi pengetahuannya. Ide/prinsip yang sebelumnya memang sudah ada dan bersifat apriori tersebut, dapat diketahui manusia lewat kemampuan berpikir rasionalnya. Pengalaman tidak menghasilkan prinsip, sebaliknya dengan mengetahui prinsip yang diperoleh lewat penalaran rasional, maka manusia dapat mengerti kejadiankejadian yang terjadi/berlaku dalam alam sekitarnya. Kelemahan rasionalise yaitu bersifat abstrak, tidak dapat dievaluasi, kemungkinan dapat diperoleh pengetahuan yang berbeda dari obyek yang sama, cenderung bersifat subyektif dan solpsistik, yaitu hanya benar dalam kerangka pemikiran tertentu yang berbeda dalam otak orang yang berfikir tersebut. Kaum empirisme berpendapat bahwa pengetahuan manusia tidak diperoleh lewat penalaran rasional yang abstrak, tetapi lewat pengalaman yang konkrit, berpegang pada prinsip keserupaan, pada dasarnya alam adalah teratur, gejala-gejala alam berlangsung dengan pola-pola tertentu. Dengan mengetahui kejadian masa lalu atau sekarang akan dapat diramalkan kejadian di masa datang. Kelemahannya belum tentu sistimatis, dan keterbatasan alat yang digunakan (misal panca indera).

4. Langkah-langkah Metode Ilmiah a. Penguji sadar bahwa ada masalah yang harus di cari perumusan hasil akhirnya. b. Menganalisis dan mengumpulkan datadari maslah tersebut dengan menjawab pertanyaan 5 W dan 1 H. c. Perumusan masalah; yang dimaksud dengan masalah yaitu pernyataan apa, mengapa, ataupun bagaimana tentang obyek yang teliti. Masalah itu harus jelas batas-batasnya serta dikenal faktor-faktor yang mempengaruhinya. d. Penyusunan hipotesis; yang dimaksud hipotesis yaitu suatu pernyataan yang menunjukkan kemungkinan jawaban untuk memecahkan masalah yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, hipotesis merupakan dugaan yang tentu saja didukung oleh pengetahuan yang ada. Hipotesis juga dapat dipandang sebagai jawaban sementara dari permasalahan yang harus diuji

kebenarannya dalam suatu obserevasi atau eksperimentasi. e. Pengujian hipotesis, yaitu berbagai usaha pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang telah diajukan untuk dapat memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak. Fakta-fakta ini dapat diperoleh melalui pengamatan langsung dengan mata atau teleskop atau dapat juga melalui uji coba atau eksperimentasi, kemudian fakta-fakta itu dikumpulkan melalui penginderaan. f. Penarikan kesimpulan; penarikan kesimpulan ini didasarkan atas penilaian melalui analisis dari fakta (data) untuk melihat apakah hipotesis yang diajukan itu diterima atau tidak. Hipotesis itu dapat diterima bila fakta yang terkumpul itu mendukung pernyataan hipotesis. Bila fakta tidak mendukung maka hipotesis itu ditolak. Hipotesis yang diterima merupakan suatu pengetahuan yang kebenarannya telah diuji secara ilmiah, dan merupakan bagian dari ilmu pengetahuan. Keseluruhan langkah tersebut di atas harus ditempuh melalui urutan yang teratur, langkah yang satu merupakan landasan bagi langkah berikutnya. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang disusun secara sistimatis, berlaku umum dan kebenarannya telah teruji secara empiris.

5. Keterbatasan dan Keunggulan Metode Ilmiah a. Keterbatasan Dengan metode ilmiah dapat dihasilkan ilmu atau pengetahuan yang ilmiah. Dalam pengujian hipotesis, diperlukan data. Data ini berasal dari pengamatan yang dilakukan oleh pancaindera. Kita mengetahui bahwa pancaindera mempunyai keterbatasan untuk menangkap sesuatu fakta, dengan demikian maka data yang terkumpul juga tidak sesuai dengan yang sebenarnya. Jika Kesimpulan yang diambil berdasarkan data tidak benar, tentu saja juga hasil tidak akan benar. Jadi, peluang terjadinya kekeliruan suatu kesimpulan yang diambil berdasarkan metode ilmiah tetap ada. Oleh karena itu semua kesimpulan ilmiah, atau kebenaran ilmu bersifat tentatif, artinya kesimpulan itu dianggap benar selama belum ada kebenaran ilmu yang dapat menolak kesimpulan itu. Sedangkan kesimpulan ilmiah yang dapat menolak kesimpulan ilmiah yang terdahulu, menjadi kebenaran ilmu yang baru. Keterbatasan lain yaitu tidak dapat menjangkau untuk membuat kesimpulan yang bersangkutan dengan baik dan buruk atau sistim nilai, tentang seni dan keindahan, dan juga tidak dapat menjangkau untuk menguji adanya Tuhan. b. Keunggulan Ciri ilmiah yaitu obyektif, metodik, sistimatik dan berlaku umum oleh karena itu orang akan terbimbing sedemikian hingga padanya terkembangkan suatu sikap ilmiah. Sikap ilmiah yaitu : 1). Senang kebenaran yang obyektif, dan bersikap adil. 2). Menyadari bahwa kebenaran ilmu tidak absolut. 3). Tidak percaya pada takhyul, astrologi maupun untung-untungan. 4). Ingin tahu lebih banyak. 5). Tidak berpikir secara prasangka. 6). Tidak percaya begitu saja pada suatu kesimpulan tanpa adanya bukti-bukti yang nyata. 7). Optimis, teliti dan berani menyatakan kesimpulan yang menurut keyakinan ilmiahnya adalah benar.

Anda mungkin juga menyukai