Anda di halaman 1dari 43

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan nasional adalah tercapainya kemapuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional ( Dep. Kes . RI. SKN, 1989 : 6 ) Untuk dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal maka salah satu upaya yang ditempuh oleh pemerintah adalah pembangunan di bidang kesehatan lingkungan , karena lingkungan hidup memungkinkan untuk menghidupakan pengaruh yang merugikan bagi peningkatan dan kelangsungan hidup. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa factor lingkungan merupakan factor yang sangat mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Disamping faktor perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Kasus dalam bidang kesehatan lingkungan telah banyak program yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan nasional dan pembangunan kesehatan diantaranya adalah program penyehatan lingkungan

pemukiman/perumahan . Adapun perumahan pada manusia merupakan kebutuhan, karena selain rumah merupakan tempat berkumpulnya bagi

semua anggota keluarga, kondisi rumah jg sangat berperan bagi media penularan penyakit bagi anggota keluarga dan tetangga ( Dep. Kes. RI, propil kesehatan, 1997 : 37 ) Menurut data yang diperoleh dari puskesmas Puyung kecamatan jonggat kabupaten Lombok tengah, jumlah rumah yang bisa dikatakan sehat sebanyak 1662 (55,4%) dan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 1335 (44,6%), sehingga jumlah rumah yang ada di desa puyung berjumlah 2997. ( data perumahan Puskesmas Puyung, 2009 ). Meskipun sudah banyak penduduk yang menempati rumah sehat tetapi masih banyak yang menempati rumah tidak sehat terutama di perkampungan yang jumlah penduduknya padat dan jarak rumah yang satu dengan yang lainnya berhimpitan. Kondisi rumah yang tidak baik,tidak mempunyai ventilasi dan pencahayan akan memberikan kondisi yang baik pula bagi berkembang dan bangkitnya kuman penyakit

menular seperti kuman penyebab ISPA yang banyak tersebar di udara melalui percikan ludah dan udara pernafasan. Di desa Trong Tawah Kecamatan Labu Api tahun 2012 penyakit yang paling menonjol yang ditemukan di masyarakat adalah penyakit

infeksi saluran nafas atau lebih dikenal dengan nama penyakit ISPA. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kunjungan pasien penderita pneumonia ke Puskesmas yang terus bertambah, terhitung ( juni s/d agustus 2010 ) 35

kasus yang terjadi pada anak balita ( data kunjungan pasien puskusmas desa puyung, 2010 ) Penyakit ISPA merupakan penyakit yang ditularkan melalui uadara dan disebabkan oleh dari 300 jenis kuman,baik yang berupa bakteri ,virus maupun ricketsia. Disamping penyebab perlu juga diperhatikan factor risiko, yaitu factor yang mempengaruhi terjadinya penyakit ISPA antara lain 1. Keadaan social ekonomi dan cara mengasuh anak 2. Keadaan gizi 3. Kondisi lingkungan pemukiman 4. Kebiasaan merokok serta pencemaran udara ( asap ) Kondisi lingkungan pemukiman khususnya kondisi fisik rumah sangat berpengaruh terhadap terjadinya dan tersebarnya penyakit ISPA.Hal ini erat kaitannya dengan yang disebut oleh Dr. Yunizar Roesien dan Dr. Indriyono dalam bukunya menanggulangi ISPA pada anak anak, bahwa 1. Rumah yang kurang mempunyai jendela menyebabkan udara

berlangsung dengan baik, akibatnya asap asap dapur dan anak yang sering menghisap asap akan mudah terserang ISPA. 2. Rumah yang lembab dan banyak mengandung uap air yang terserap di lantai dan di dinding serta sinar matahari yang tidak ada dalam rumah, juga dapat memudahkan anak anak terserang ISPA.

3. Rumah dan perkampungan yang padat dapat menyebabkan berbagai kuman mudah menjalar dari satu anak ke anak yang lain ( Dep. Kes. RI. 1985 : 6- 7 ).

B. Identifikasi masalah
Khususnya untuk wilayah Desa puyung kecamatan jonggat telah dilakukan upaya pencegahan penyakit ISPA melalui program posyandu yang meliputi imunisasi dan perbaikan gizi anak yang dilakukan satu kali setiap bulan. Dari data puskesmas Puyung diperoleh bahwa penderita penyakit ISPA di desa Puyung pada tahun 2009 sebanyak 163 kasus pneumonia dan keseluruhannya rata-rata berusia 1 4 tahun bahkan tidak jauh berbeda dengan anak-anak berusia kurang dari 1 tahun. Mengingat kondisi fisik lingkungan pemukiman/perumahan juga berpengaruh terhadap kejadian penyakit ISPA, maka kondisi perumahan penduduk di Desa puyung kecamatan jonggat masih banyak yang belum memenuhi syarat kesehatan. Keadaan ini disebabkan oleh keadaan ventilasi yang tidak memenuhi syarat (41,6%),kelembaban dalam rumah yang optimal (45,5%) hal ini cenderung mempermudah penyakit dikalangan penghuni terutama penyakit ISPA (rekapitulasi

perumahan,puskesmas Puyung,2009)

Atas dasar pemikiran di atas, maka dalam penelitian ini penulis ingin mempelajari tentang hubungan kondisi fisik rumah terhadap kasus ISPA pada balita di Desa Puyung kecamatan jonggat Kabupaten Lombok Tengah.

C. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut ; apakah ada Hubungan kondisi fisik rumah terhadap kasus ISPA pada balita di Desa Puyung Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2010 .

D. Tujuan dan manfaat penelitian 1. Tujuan penelitian a. Tujuan umum


Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan kondisi fisik rumah terhadap kejadian ISPA pada balita di Desa Puyung Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2010.

b. Tujuan khusus
1. Untuk mengidentifikasi kondisi fisik rumah (ventilasi,

pencahayaan dan pencemaran udara atau asap) di Desa Puyung Kecamatan Jonggat kabupaten Lombok tengah 2. Untuk mengidentifikasi kejadian ISPA pada Balita di Desa Puyung Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok tengah 3. Untuk menganalisis apakah ada hubungan antara kondisi fisik rumah terhadap kejadian ISPA pada balita di Desa Puyung Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah.

2. Manfaat penelitian
Adapun manfaat penulis yang diharapkan dari penelitian ini adalah : a. Hasil ini dapat digunakan sebagai masukan dalam peningkatan upaya upaya pencegahan terhadap penyakit ISPA khususnya di wilayah Desa Puyung. b. Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan penyehatan lingkungan pemukiman dan perumahan. c. Sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan STTL Mataram.

E. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara kondisi fisik rumah terhadap jumlah kasus ISPA pada Balita di Desa Puyung Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2010.

F. Definisi Operasional
Untuk menghindari luasnya permasalahan dan salah penafsiran dalam penulisan ini maka perlu adanya batasan pengertian sebagai ; 1. Kondisi fisik rumah adalah bagian bagian dari bangunan rumah yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit ISPA pada balita, bagian

bagian rumah ini meliputi tiga bagian : ventilasi, pencahayaan dan lubang asap dapur. 2. Ventilasi adalah jalan keluar masuknya angin dalam rumah atau disebut lubang angin. Ventilasi yang memenuhi syarat luasnya lebih dari 5% luas lantai sedangkan yang tidak memenuhi syarat luasnya kurang dari 5% luas lantai. 3. Pencahayaan adalah ada atau tidaknya sinar matahari yang masuk ke dalam rumah, dalam hal ini dapat dilihat secara fisik. 4. Lubang asap dapur di dalam rumah adalah ada atau tidaknya asap dapur yang masuk ke dalam rumah dalam hal ini dapat dilihat dari ada

atau tidaknya lubang asap dapur atau cerobong asap sehingga asap dapur dapat dikeluarkan dengan segera. 5. Kriteria rumah yang memenuhi syarat yaitu memiliki ventilasi >5% luas lantai, ada sinar matahari atau pencahayaan yang cukup masuk ke dalam rumah dan memiliki lubang asap dapur. 6. Kriteria rumah tidak memenuhi syarat yaitu ventilasi <5% luas lantai, kurang sinar matahari atau kurang pencahayaan yang masuk ke dalam rumah dan tidak memiliki lubang asap dapur. 7. Sakit ISPA adalah kejadian penyakit ISPA pada balita dengan gejala batuk, pilek, demam dan sesak nafas yang ditemukan pada rumah yang bersangkutan sejak dua bulan sebelum penelitian. 8. Variable terkait yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kondisi fisik rumah yang dihuni oleh anak balita , adapun skor untuk variable rumah yaitu nilai 1 untuk rumah tidak memenuhi syarat dan nilai 10 untuk rumah yang memenuhi syarat. 9. Kondisi fisik rumah yang dinilai dalam penelitian ini ada 3 bagian yaitu ventilasi, pencahayaan dan lubang asap dapur. Nilai 3 15 ( rumah tidak memenuhi syarat ) dan nilai 16 30 ( rumah memenuhi syarat ). 10. Variabel bebas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah anak yang menderita ISPA.

11. Variabel pengganggu adalah variabel yang mendukung penelitian tetapi tidak diteliti secara langsung, dalam hal ini adalah factor prilaku ibu dalam mengasuh dan merawat anak. 12. Balita adalah bayi dan anak anak yang berusia di bawah lima tahun.

G. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN


Dalam BAB ini diuraikan tentang latar belakang, identifikasi masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, hipotesis, definisi operasional dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI


Dalam BAB ini diuraikan tentang pengetian dan persyaratan rumah sehat,serta beberapa pengertian dari ventilasi, kelembaban, pencemaran di dalam rumah, dan klasifikasi penyakit ISPA.

BAB III METODE PENELITIAN


Dalam BAB ini diuraikan tentang jenis penelitian, populasi dan sampel, lokasi penelitian, metode pengumpulan data, variable penelitian, analisa data dan kerangka konsep.

BAB IV HASIL PENELITIAN


Dalam BAB ini diuraikan dari hasil penelitian.

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN


Dalam BAB ini diuraikan tentang analisa data dan pembahasan dari hasil penelitian.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

10

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengetian Rumah Sehat


Menurut Dr. Azrul Azwar, MPH di dalam buku Djasio Sansopi, Msc (dkk) rumah bagi manusia mempunyai arti : 1. Sebagai tempat untuk melepas lelah, beristirahat setelah sibuk melaksanakan kewajiban sehari hari . 2. Sebagai tempat untuk berkumpul dengan anggota keluarga ato membina rasa kekeluargaan bagi setiep anggota keluarga yang ada. 3. Sebagai lambang status sosial yang dimiliki, yang masi dirasakan hingga saat ini. 4. Sebagai tempat untuk melindungi diri dari bahaya yang datang mengacam. 5. Sebagai tempat untuk meletakkan atau menyimpan barang barang berharga yang dimiliki, terutama masih ditemui pada masyarakat pedesaan. Berdasarkan pada urain di atas, rumah sehat dapat diartikan sebagai tempat berlindung atau bernaung atau tempat untuk

11

beristirahat,sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik rohani dan social. Manusia membutuhkan tempat tinggal dan untuk menjamin agar dirinya tetap sehat,maka dia harus hidup dalam rumah dan lingkungan yang sehat dengan corak keadaan dan bentuk perumahan yang berbeda beda antara yang masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya ( faktor lingkungan, faktor tingkat perekonomian dan kemajuan teknologi ).

B. Persyaratan Rumah Sehat


Rumah tempat tinggal tidak cukup hanya unuk berfungsi sebagai tempat berlindung dari hujan ataupun panas matahari tetapi harus memenuhi persyaratan terutama agar layak dan memadai sebagai pemenuhan kebutuhan manusia akan rumah yang sehat menurut Winslow dan Apha, harus memenuhi syarat antara lain : 1. Memenuhi Kebutuhan Physilogis Manusia a. Ventilasi tiap ruangan harus baik, minimal 5-10% dari luas lantai rumah. b. c. Lantai ruangan tidak dalam keadaan lembab. Adanya penerangan dan cahaya yang cukup masuk ke dalam rumah.

12

d.

Rumah terletak jauh dari kebisingan yaitu kebisingan dalam rumah tidak lebih dari 40 db pada siang hari, dan 30 db pada malam hari.

2. Memenuhi Kebutuhan Fisikologis Manusia a. b. Cukup nyaman dan nyaman bagi masing-masing penghuni Mempunyai ruang yang sesuai dengan fungsinya seperti ruang tamu,ruang keluarga, ruang tidur, kamar mandi dan WC. c. Susunan letak perabotan rumah tangga secara estetik tertata baik dan teratur. d. Menyediakan ruang gerak yang akurat yaitu minimum 9 m kubik per orang. 3. Mencegah Kejadian Penyakit Untuk mencegah kontak dengan vector dan penyebab penyakit menular maka harus : a. Mempunyai sarana penyediaan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan. b. c. d. e. f. Mempunyai sarana pembuangan sampah yang saniter. Mempunyai sarana pembuangan tinja yang saniter. Mepunyai sarana pembuangan air limbah. Bebas dari serangga dan tikus. Bebas pencemaran makanan dan minuman.

13

4. Mencegah Terjadinya Kecelakaan Rumah sehat harus dapat mencegah atau paling tidak dapat mengurangi kecelakaan terhadap penghuni rumah, oleh karena itu bangunan rumah harus kokoh, tangga yang tidak terlalu curam dan licin,terhindar dari bahaya dari bahaya kebakaran, terhidar dari bahaya kebakaran, terhindar dari benda tajam, alat-alat yang harus terlindung dan sebagainya (sanropie : 11-13 ). Rumah yang sehat tidak mesti benar dan mewah, tetapi setiap rumah dikatakan sehat jika mamenuhi empat syarat tersebut termasuk yang rumah yang sehat sedangkan rumah yang tidak memenuhi yang keempat syarat tersebut termasuk rumah yang di bawah standar, maka daerah ini disebut Shim Area ( perkampungan kumuh ).

C. Aliran Udara/ventilasi
Udara yang bersih dan segar sangat dibutuhkan untuk menjaga temperatur dan kelembaban dalam ruangan,proses masuknya udara ke dalam suatu rumah sangat sangat ditentukan oleh ventilasi rumah, suatu rungan yang duhuni oleh manusia jika tidak memilki ventilasi yang baik akan menimbulakan keadaan-keadaan yang membahayakan kesehatan maupun penghuninya.

14

Adapun fungsinya dari ventilasi adalah : 1. Mensuplai udara bersih yang sangat di perlukan untuk pernafasan 2. Membebaskan udara dari ruangan dari bau bauan, asap maupun debu serta zat zat pencemaran lain. 3. Mensuplai panas agar hilangnya panas badan seimbang. 4. Mengeluarkan kelebihan panas yang disebabkan oleh radiasi, konduksi, evaporisasi ataupun keadaan eksternal. Dari uraian tersebut di atas, jelaskan bahwa ventilasi selain berhubungan dengan kebutuhan physikologis, juga berperan dalam pencegahan penyakit, ventilasi yang baik menurut Djasio Sanropie Msc ( dkk ) harus memenuhi syarat diantaranya : 1. Luas lubang ventilasi tetep minimal 5% luas lantai rungan, sedangkan luas ventilasi intedeental 5 % luas lantai sehingga keduanya menjadi 10% dari luas lantai. 2. Udara yang harus masuk bersih tidak dicemari oleh asap dari sampah pabrik, knalpot kendaraan, debu dan lain lain. 3. Aliran udara tidak menyebabkan orang amsuk angin. 4. Aliran udara di ushakan cross ventilation dengan menempatkan lubang bahwa berhadapan antara dua dinding ruangan.

15

5. Kelembaban udara dijaga jangan terlalu tinggi jangan terlalu rendah ( Depkes, Kes RI, 1989 : 15 ).

D. Kelembaban Ruangan
Kelembaban udara dalam rumah di pengaruhi juga oleh keadaan ventilasi, semakin rendah kaedaan dalam rumah semakin kurang jumlah kumannya karena banyak kuman yang tidak tahan dehidrasi sedangkan kelembaban yang berlebihan dapat menimbulkan kegelapan, memberikan kondisi yang baik unyuk pertumbuhan jamur dan kuman penyakit. Menurut Dr. Azrul Azwar, MPH, di dalam buku djasio Sanropi, MSc ( dkk ) disebutkan sebagai berikut : satuan ruangan yang dihuni oleh seseorang, jika tidak memeliki ventilasi dan pencahayaan yang baik akan mengalami kenaikan kelembaban yang disebabkan oleh penguapan cairan tubuh dari kulit atau uap pernafasan. Hal ini akan menyebabkan udara banyak mengandung air ( udara basah ),jika udara basah ini dihirup berlebihan, akan dapat mengganggu fungsi paru-paru ( Dep, Kes, RI. 1989 : 85 ). Untuk mengukur kelembaban dapat dilakukan dengan

menggunakan alat yang disebut hygrometer. Tetapi apabila tidak menggunakan untuk mengetahui kelembaban yaitu : 1. Tidak lembab ditandai dengan dinding ruangan dan lantai yang kering

16

2. Lembab ditandai dan ruangan akan terasa basah bila dipegang atau dilihat adanya jamur lumut. ( Dep, Kes, RI. 1996 : 62 ) E. Pencahayaan Salah satu syarat rumah sehat adalah tersedianya cahaya yang cukup. Suatu rumah atau ruangan yang tidak mendapatkan cahaya lain dapat menimbulkan perasaan yang kurang nyaman juga dapat

mendatangkan kecelakaan. Cahaya matahari selain dalam berperan dalam system penerangan juga berperan sebagai gernisida ( pembunuh kuman atau bakteri ), serta dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Telah dibuktikan bahwa banyak banyak jenis parasit yang dapat mati jika parasit tersebut mendapat sinar matahari secara langsung, efek mematikan atas jasad renik ditentukan pula oleh warna cahaya yang dipancarkan dari suatu penelitian dengan melewatkan sinar matahari pada berbagai warna cahaya terhadap kuman. TBC ternyata bahwa jika cahaya tersebut berwarna hijau maka kuman TBC tersebut dapat dimatikan dalam 45 menit, tetapi jika warna cahaya merah atau biru maka waktu yang diperlukan untuk membunuh kuman TBC lebih cepat yakni 20-30 menit cahaya merah dan 10-20 menit padacahaya biru.

17

Sedangkan

jika

menggunakan

cahaya

matahari

langsung

dibutuhkan waktu 5-10 menit ( Azwar,1989 : 97 ).

F. Pencemaran Udara Di Dalam Rumah


Pencemaran udara di dalam rumah yang diduga banyak timbil adalah gas CO yang berasal dari asap rokok. Dari asap rokok dapat menimbulkan sindrom perokok pasif yakni anggota keluarga yang tidak merokok dapat memiliki resiko setengah dari perokok pada waktu dan tempat yang sama. Akibat lain dari asap tersebut antara lain terikatnya hubungan menjadi Hb Co yang dapat menimbulkan saluran pernafasan dan alergi. Hal ini erat kaitannya dengan yang dikemukakan oleh dr. Runizar Roesin dan dr. Indriyono. asap dapur dan asap rokok yang berkumpul dalam rumah tertutup dan sering terhirup oleh bayi atau anak balita maka akan mempermudah bayi atau anak balita terserang penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( Dep, Kes, RI. 1985: 20 ). Untuk menghindari adanya ganguan kesehatan yang disebabkan oleh asap dapur, maka perlu diatasi dengan cara : 1. Bila menggunakan tungka, gunakanlah dapur yang yang dilengkapi dengan cerobong asap, tetapi jendela biasa.

18

2. Buatkan jendela keluar bagi asap pada bagian atas/diatas sumber asap. 3. Penghawaan di dapur cukup memenuhi syarat ( lubang ventilasi = 5% dari luas lantai dapur ) ( Dep, Kes, RI. 1996 : 63 ).

G. Pengertian Klasifikasi Dan Cara Penanggulangan penyakit ISPA


1. Penyakit ISPA Istilah ISPA atau penyakit infeksi saluran pernafasan akut mengandung beberapa unsur yaitu : a. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembangang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. b. Saluran pernafasan adalah organ tubuh yang mulai dari hidung, hingga alveoli beserta organ adneksa seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. c. Dengan demikian ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian bawah ( jaringan paru-paru ) dan organ adneksa saluran pernafasan. d. Infeksi saluran pernafasan akut adalah infeksi yang berlangsung selama 14 hari. Batas 14 hari ini diambil untuk menunjukkan proses

19

akut meskiput untuk beberapa penyakit yang digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari. Penyakit ISPA disebabkan oleh beberapagolongan besar kuman yaitu bakterai, virus dan recketsia. Diantara bakteri penyebab penyakit ISPA adalah Streptococus, Snemococus Haemphyius dan lain-lain. Sedangkan dari golongan virus adalah Microvirus, Adenivirus, Coronavirus dan lain-lain, (Dep, Kes, RI. 1996 : 4-5 ). 2. Klasifikasi ISPA Program pemberantasan ISPA ( P2 ISPA ) mengklasifikasikan ISPA sebagai berikut: a. Bukan ( non ) pneumonia Ditandai secara klinis oleh : 1) Batuk 2) Pilek 3) Demam atau tanpa demam ( panas ) 4) Rinofagritis ( farigritis dan tonsillitis ) b. Pneumonia Ditandai oleh semua gejala pada ISPA non pneumonia ditambah dengan gejala sebagai berikut :

20

1) Pernafasan cepat ( sesak ) yaitu untuk anak umur 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun lebih dari 50 kali per menit. 2) Panas lebih dari 39 derajat celcius. c. Pneumonia Berat Ditandai oleh semua gejala pada ISPA oleh semua gejala pada ISPA non pneumonia ditambah gejala sebagai berikut : 1) Adanya penarikan dinding pada bagian bawah ke dalam pada waktu anak menarik nafas. 2) Anak tidak mau makan atau minum 3) Kulit dan bibir kebiru-biruan 4) Kejang 5) Kesadaran menurun 6) Pernafasan berbunyi (Dirjen P2M dan PLP, Dep, Kes, RI. 1993).

3. Pencegahan Penyakit ISPA a. Mengasuhkan agar mempunyai gizi yang baik. 1) Bayi disusui sampai 2 tahun 2) Berikan makanan padat sesuai dengan umurnya 3) Makanan bayi harus cukup protein, karbohidrat, lemak dan vitamin b. Mengusahakan kekebalan anak dengan imunisasi
21

c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan 1) Tubuh manusia perorangan dan lingkungan 2) Lingkungan hidup harus tetap bersih dan sehat 3) Aliran udara dalam rumah harus cukup baik 4) Asap tidak boleh terkumpul dalam rumah d. Menghindari anak berhubungan dengan penderita ISPA e. Pengobatan segera 1) Anak penderita penyakit ISPA harus di obati segera dan dirawat dengan baik untuk mencegah penyakit bertambah. 2) Memeriksakan anak secara teratur ke puskesmas ( Dep, Kes, RI. 1998 : 2-3).

22

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian diskriptif yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara obyektif, dengan pendekatan yang digunakan adalah cross sectional yaitu dengan mengadakan penelitian secara langsung pada obyek penelitian dengan cara observasi atau pengumpulan data sekaligus pada waktu yang bersamaan (notoadmojo, 1993 : 135). B. Populasi dan sampel 1. Populasi penelitian Yang dimaksud dengan populasi adalah semua kepala keluarga yang berjumlah 35 kk atau yang menjadi obyek penelitian di Desa Puyung Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2010. 2. Sampel Penelitian Karena jumlah penderita pneumonia yang didapat pada tiga bulan terakhir ini sebanyak 35 KK maka yang menjadi sampel adalah

23

100% dari populasi.karena jumlah tersebut tidak bisa memenuhi syarat untuk diambil sebagian sebagai sampel. C. Cara Pengambilan sampel Adapun cara pengambilan sampel adalah dengan simple random sampling, semua kepala keluarga yang berjumlah 35 kepala keluarga. D. Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Puyung Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok tengah. E. Metode Pengumpulan Data Cara yang digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Data primer diperoleh dengan cara : a. Mengenai identitas responden dan kesakitan ISPA yang dialami oleh keluarga responden. b. Observasi untuk melihat luas ventilasi rumah, ada atau tidaknya sinar matahari yang masuk ke dalam rumah serta ada atau tidaknya lubang asap dapur. 2. Data sekunder diperoleh dari : a. Kantor kepala desa puyung, yaitu data yang mengenai gambaran umum desa puyung.

24

b. Puskesmas Puyung , yaitu data yang mengenai angka kejadian penyakit ISPA tahun 2009 dan 2010 ( 10 penyakit utama ) dan keadaan perumahan di desa puyung. F. Variable Penelitian 1. Variable terikat ( independent ) : kondisi fisik rumah yang dihuni oleh anak balita, mencakup tiga item penelitian yaitu ventilasi, pencahayaan dan lubang asap dapur. 2. Variable bebas ( dependent ) : variable yang diperkirakan mengalami perubahan akibat pengaruh varibel bebas. Dalam penelitian ini yang disebut variable bebas adalah kasus ISPA pada balita. 3. Variabel pengganggu : factor kondisi ibu dalam mengasuh dan merawat anak, lingkungan perumahan, PHBS ( perilaku hidup bersih dan sehat ), factor pendidikan.

G. Analisa Data 1. Analisa Data Data yang diperoleh kemudian di olah dan disajikan dalam bentuk tabel dan uraian kalimat. 2. Analisa Statistik Analisa statistik yang digunakan disini adalah analisa chi square atau kai kudrat untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antara

25

kondisi masyarakat dengan jumlah kasus ISPA pada balita di desa Puyung. Rumus yang digunakan adalah :

( a x d ) ( c xb )n x = ( a+b ) ( c+d ) ( a+c ) ( c+d ) Dimana : x n a,b,c,d = Kai kuadrat = jumlah sampel = Frekwensi Observasi

tabel chi square Independent Rumah Tidak Memenuhi Syarat Dependent ISPA Tidak ISPA Jumlah a b (a + b) c d (c + a) (a + c) (b + d) n Rumah Memenuhi Jumlah Syarat

26

Untuk

menark

kesimpulan,

maka

hasil

penelitian

dibandingkan dengan X tabel, dengan terlebih dahulu menentukan taraf kepercayaan (). yang digunakan adalah 5% = 0,05 sedangkan df = 1 tabel jika X hasil penelitian lebih besar dari X tabel berarti ada hubungan antara kondisi fisik rumah terhadap jumlah kasus ISPA pada balita atau sebaliknya. H. Kerangka Konsep Variabel independent Kondisi tempat tinggal - Ventilasi rumah - pencahayaan - pencemaran udara(asap)

Variabel dependen Penderita ISPA

Keterangan : : Diteliti : tidak di teliti

Tingkat pendidikan Tingkat pendapatan Hygiene & Sanitasi lingkungan rumah

27

BAB IV HASIL PENELITIAN


A. Gambaran Umum Desa Puyung 1. Keadaan Wilayah Desa Puyung adalah suatu desa yang merupakan wilayah Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah. Desa ini berada pada ketinggian 35 m dari permukaan laut, dengan luas wilayah 650 ha. 2. Batas wilayah desa puyung a. b. c. d. Sebelah Utara Sebelah Timur Sebelah Selatan Sebelah Barat : Desa Barejulat : Kelurahan Leneng dan Desa batujai : Desa Sukarara : Desa Nyerot dan Desa Bunkate

Sedangkan jarak Desa Puyung dari pusat-pusat pemerintah adalah adalah sebagai berikut : a. Dari ibukota kecamatan : 5 km b. Dari ibukota kabupaten c. Dari ibukota propinsi : 5 km : 25 km

28

3. Kependudukan Berdasarkan data tahun 2009, jumlah penduduk di wilyah Desa Puyung adalah 10.755 jiwa yang terdapat pada 3.601 KK dan terdiri dari 5.237 penduduk laki-laki dan 5.518 penduduk perempuan. Tabel IV.1 Distribusi jumlah dan persentase penduduk Desa Puyung Menurut jenis kelamin tahun 2009 No 1 2 Jenis kelamin Laki Perempuan Jumlah Sumber : Kantor Desa Puyung Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah laki laki 5.237 ( 48,69 ) dan perempuan 5.518 ( 51,30 ). 4. Tingkat pendidikan denduduk Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut ini : Jumlah 5.237 5.518 10.755 Persentase (%) 48,69 51,30 100,00

29

Tabel IV.2. Distribusi jumlah dan persentase penduduk Desa Puyung Menurut tingkat pendidikan tahun 2009

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9

pendidikan Buta huruf Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat D1 Tamat D2 Tamat D3 Tamat S1 jumlah

jumlah 780 1139 744 1039 947 243 237 265 278 5672

Persentase( %) 13.75 20,08 13,11 18,31 16,69 4,28 4,17 4,67 4,90 100,00

Sumber : Kantor Desa Puyung 5. Mata pencaharian Mata pencaharian penduduk desa puyung cukup beragam yang meliputi petani, peternak, buruh dan pengusaha. Agar lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel IV.3 berikut ini :

30

Tabel IV.3 Distribusi jumlah dan persentase penduduk desa puyung Menurut mata pencaharian tahun 2009 No 1 2 3 4 5 6 7 Jenis pekerjaan Petani Peternak Pengusaha swasta Buruh PNS Pensiunan Jasa angkutan Jumlah 1090 160 72 736 189 32 117 2398 Persentase (%) 45,45 6,67 3,00 30,69 7,88 1,33 4,87 100,00

Jumlah Sumber : Kantor Desa Puyung

B. Keadaan penyakit 1. Sepuluh macam penyakit yang terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Puyung, menurut data dari bulan juni s/d agustus 2010 sebagai berikut :

31

Tabel IV.4 Data 10 macam penyakit Utama di puskesmas Puyung Dari juni s/d agustus 2010 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jenis penyakit ISPA Gastristis Reumatik Peny. Kulit infeksi Disentri Hipertensi Peny. Kulit alergi Diare Asma Kecacingan jumlah Sumber : Puskesmas Puyung Dilihat dari tabel IV.4 diatas ISPA menempati urutan pertama dan merupakan penyakit yang paling banyak penderitanya dengan jumlah kasus 562 ( 36,61% ) dan urutan terbawah adalah kecacingan dengan jumlah kasus 7 ( 0,58% ). Jumlah kasus 562 232 202 157 115 105 94 32 29 7 1535 Persentase (%) 36,61 15,11 13,15 10,22 7,49 6,84 6,12 2,08 1,88 0,58 100,00

32

C. Hasil Wawancara dan Pengamatan 1. Ventilasi Rumah yang menjadi sampel, sebagian besar ventilasi rumahrumah balita tersebut masih belum memenuhi kriteria kesehatan yang telah ditentukan, dari hasil pengamatan yang dilakukan, didapatkan luas ventilasi dari seluruh rumah balita tersebut berkisar antara 0-8 % luas lantai. Tabel IV.5 Distribusi Jumlah dan Persentase Rumah Sampel Di Desa Puyung Menurut Keadaan Ventilasi Tahun 2010 No 1 2 Luas ventilasi <5% luas lantai >5% luas lantai Jumlah Jumlah 26 9 35 % 74,28 25,71 100

Dilihat dari tabel IV.5 diatas, ternyata rumah sampel yang memiliki luas ventilasi <5% luas lantai adalah 26 rumah (74,25%) dan yang >5% luas lantai sebanyak 9 rumah (25,71%).

33

2. Pencahayaan Dari hasil pengamatan terhadap pencahayaan atau ada tidaknya sinar matahari yang masuk ke dalam rumah, ternyata masih banyak rumah sampel yang tidak mendapat sinar matahari atau kurang mendapat sinar matahari. Tabel IV.6 Distribus dan persentase rumah di desa puyung berdasarkan ada atau tidaknya sinar matahari yang masuk ke dalam rumah tahun 2010 No 1 2 Sinar matahari Ada Tidak ada jumlah Jumlah 11 24 35 % 31,42 68,57 100

Dilihat dari tabel di atas, ternyata rumah balita yang dimasuki oleh sinar matahari sebanyak 11 rumah (31,42%) dan yang tidak dimasuki atau kurang mendapat sinar matahari sebanyak 24 rumah ( 68,57%).

34

3. Pencemaran di dalam rumah Pencemaran di dalam rumah dapat dilihat ada tidaknya asap yang masuk ke dalam rumah, terutama asap dari dapur, hal ini dapat dilihat dari ada atau tidaknya asap dapur di tiap tiap rumah sampel. Dari hasil ini pengamatan di dapatkan bahwa sebagian besar rumah sampel tidak memiliki lubang asap dapur. Table IV.7 Distribusi jumlah dan persentase rumah sampel di desa Puyung Berdasarkan ada tidaknya lubang asap dapur Tahun 2010 No 1 2 Lubang asap dapur Ada Tidak ada jumlah Jumlah 8 27 35 % 22,85 77,42 100

Dilihat dari tabel IV.7 di atas ternyata sebagian besar rumah sampel tidak memiliki lubang asap dapur yaitu sebanyak 27 rumah (77,42 %) dan yang memiliki lubang asap dapur sebanyak 8 rumah (22,85%).

35

BAB V ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN


A. Analisa Data 1. Perbandingan Kondisi Fisik Rumah terhadap jumlah kasus ISPA pada Balita di Desa Puyung tahun 2010. Tabel V.1 Perbandingan kondisi fisik rumah yang memenuhi syarat dan yang tidak memenuhi syarat dengan jumlah kasus ISPA pada balita di Desa puyung tahun 2010. No 1 2 Kondisi fisik rumah Memenuhi syarat Tidak memenuhi syarat Jumlah Sumber : data primer yang diolah Dilihat dari tabel di atas ternyata kondisi fisik rumah sampel yang memenuhi syarat sebanyak 10 rumah, yang terkena penyakit ISPA pada balita sebanyak 2 orang dan yang tidak terkena ISPA pada Balita sebanyak 8 orang sedangkan untuk konsdisi fisik rumah yang tidak memenuhi syarat sebanyak 25 rumah, yang terkena ISPA pada Balita sebanyak 14 orang dan yang tidak ISPA pada balita sebanyak 11 orang. ISPA 2 14 16 Tidak ISPA 8 11 19 Jumlah 10 25 35

36

2. Hubungan kondisi fisik rumah terhadap jumlah kasus ISPA pada balita di Desa Puyung tahun 2010. Untuk menentukan ada/tidaknya hubungan kondisi fisik rumah terhadap jumalah kasus ISPA pada Balita, maka dilakukan analisa statistik dengan menggunakan uji kai kuadrat (X) :
Independen Dependen ISPA pada Balita Tidak ISPA pada Balita Jumlah

Tidak Memenuhi Syarat 14 11 25

Memenuhi syarat 2 8 10

Jumlah 16 19 35

Uji Statistik

X2

( a x d ) (c x b ) 2 n ( a d ) (c d ) ( a c ) (c d )

{(14 x 8 ) (11 x 2 )}2 35 (14 11) (2 8) (14 2) (2 8) (112 22) 2 35 (25)(10)(16)(10) (90) 2 x 35 40.000 2 X 7,08 X 2 5% 0,05

37

Karena X hasil penelitian lebih besar dari X tabel maka kondisi fisik rumah mempunyai hubungan terhadap jumlah kasus ISPA pada Balita, hal ini berarti Ho ditolak dan H1 diterima.

B. Pembahasan Penelitian ini dilakukan dari tanggal 21 september sampai tanggal 24 september 2010. Dari data hasil data penelitian kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk tabel dan uraian kalimat dengan menggunakan analisa statistik untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kondisi fisik rumah terhdap jumlah kasus ISPA pada Balita, di Desa Puyung, maka berikut ini diuraikan tentang pembahasan dari hasil penelitian. 1. Analisa kondisi fisik rumah di Desa Puyung a. Ventilasi Pada dasarnya setiap ruangan rumah harus memiliki ventilasi, ventilasi yang baik minimal 5 10% dari luas lantai. Rumah sampel di Di Desa Puyung yang memiliki ventilasi 5% luas lantai sebanyak 9 rumah (25,71%) dan yang memiliki luas ventilasi < 5% dari luas lantai sebanyak 26 rumah (74,28%).

38

b. Pencahayaan Untuk pencahayaan dapat dilihat dari ada atau tidaknya sinar matahari yang masuk ke dalam rumah.berdasarkan hasil

penelitian, didapatkan rumah yang dimasuki sinar matahari sebanyak 11 rumah (31,42%) dan yang tidak dimasuki atau kurang mendapat sinar matahari sebanyak 24 rumah (68,57%). c. Lubang asap dapur Lubang asap dapur di dalam rumah adalah ada atau tidaknya asap dapur yang masuk ke dalam rumah,dalam hal ini dapat dilihat dari ada atau tidaknya lubang asap dapur atau cerobong asap sehingga asap dapur dapat dikeluarkan dengan segera. Berdasarkan hasil penelitian, ternyata rumah yang mempunyai lubang asap dapur sebanyak 8 rumah (22,85%) dan tidak mempunyai lubang asap dapur sebanyak 27 rumah (77,42%). Hal ini disebabkan karena masih banyak masyarakat yang tidak menyadari bahwa asap dapur yang masuk ke dalam rumah sering terhirup oleh balita, maka besar resiko bagi balita tersebut untuk terkena penyakit infeksi saluran nafas. 2. Analisa Hubungan Kondisi Fisik Rumah Terhadap Jumlah Kasus ISPA pada Balita di Desa puyung.

39

Dari hasil analisa kondisi fisik rumah dan jumlah kasus ISPA pada balita, menunjukkan bahwa sebagian besar balita yang sakit di temukan pada rumah yang tidak memenuhi syarat, sedangkan rumah yang memenuhi syarat kasus ISPA lebih rendah. Hasil uji kai kuadrat menunjukkan adanya pengaruh dari kondisi fisik rumah terhadap jumalah kasus ISPA pada balita, sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah balita yang menderita ISPA lebih tinggi pada rumah yang tidak memenuhi syarat.

40

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang dilakukan,maka penulis mencoba mengambil kesimpulan dan mengajukan saran-saran atas dasar pembahasan yang telah dikemukakan pada bab terdahulu. A. Kesimpulan Dari hasil uraian dan pembahasan. Maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Kondisi fisik rumah di desa puyung yang memenuhi syarat adalah 10 rumah (28,57%) dan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 25 rumah (71,42%). 2. Kejadian ISPA pada rumah yang memenuhi syarat sebanyak 2 orang dan tidak ISPA sebanyak 8 orang sedangkan untuk kejadian ISPA pada rumah yang tidak memenuhi syarat sebanyak 14 orang dan tidak ISPA sebanyak 11 orang. 3. Hasil analisis di dapatkan ada hubungan kondisi fisik rumah dalam kejadian ISPA pada balita di Desa Puyung Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah.

41

B. Saran Saran-saran yang diberikan penulis adalah sebagai berikut : 1. Untuk menurunkan angka kasus ISPA pada Balita, masyarakat hendaknya memperhatikan Kondisi fisik rumahnya, kondisi fisik yang memenuhi syarat meliputi ventilasi yang baik minimal 5 10% luas lantai, sinar matahari atau pencahayaan yang cukup masuk ke dalam ruangan rumah dan memiliki lubang asap dapur . 2. Bagi peneliti lain diharapkan adanya penelitian lebih lanjut tentang kasus ISPA ini dengan sampel yang lebih mencukupi.

42

DAFTAR PUSTAKA
Dep. Kes. RI. 1985. Sistem Kesehatan Nasional Cetakan keempat jakarta Dep. Kes. RI. 1993. Pedoman Pemberantasan Penyakit ISPA Untuk Kader Jakarta : Dirjen PPM dan PLP. Dep. Kes. RI. 1996. Modul Pelatihan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Pemukiman. Jakarta : Dirjen PPM dan PLP. Dep. Kes. RI. Pedoman Pemberantasan Penyakit ISPA Untuk

Penanggulangan pneumonia Pada Balita. Jakarta. : Dirjen PPM dan PLP. Kantor PMD NTB. 2000. Data Perumahan dan Prasarana Lingkungan Desa Kelurahan di Daerah Tingkat 1 NTB. Mataram. Notoadmojo, Soekijo, dr, 1993. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta.PT. Rineka Cipta. Puskesmas Desa Puyung 2010. Data kunjungan pasien. Roesin, Yunizar, dr, dan dr, Indriyono, 1985. Menaggulangi ISPA pada anakanak. Jakarta. Dep. Kes. RI. Sanropie, Djasido, Msc. (dkk) 1989. Pengawasan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Jakarta: Dep. Kes. RI.

43

Anda mungkin juga menyukai