Anda di halaman 1dari 24

REFRESHING MATA MERAH VISUS MENURUN STASE MATA

Disusun Oleh : Dian Puji Rahayu 2007730037 Pembimbing : dr. Hj. Hasri Darni, Sp. M

RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH JAKARTA PUSAT 2012

MATA MERAH DENGAN VISUS MENURUN

KERATITIS Radang kornea biasanya diklasifikasikan dalam lapis kornea yang terkena, seperti keratitis superfisialis dan interstisial atau profunda. Keratitis dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti berkurangnya air mata, keracunan obat, reaksi alergi pada pemberian obat topikal, dan reaksi terhadap konjungtivitis menahun. Keratitis akan memberikan gejala mata merah, rasa silau, dan merasa kelilipan. Pengobatan dapat diberikan antibiotika, air mata buatan, dan sikloplegik. Karena kornea merupakan bangunan yang avaskuler maka respon pertahanan tidak cepat terhadap peradangan. Sehingga badan kornea dan sel-sel stroma akan segera bekerja sebagai makrofag yang kemudian akan disusul dengan terjadinya dilatasi dari pembuluh darah yang terdapat di limbus dan akan tampak seperti injeksi perikornea. Kemudian akan terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuklear, sel plasma dan sel polimorfonuklear yang akan mengakibatkan timbulnya infiltrat yang selanjutnya dapat berkembang dengan terjadinya kerusakan epitel dan timbullah tukak (ulkus) kornea. Pada peradangan yang dalam, penyembuhan berakhir dengan pembentukan jaringan parut (sikatriks), yang dapat berupa nebula, makula dan leukoma. Nebula timbul jika ulkus tidak terlalu dalam dan tampak sebagai bercak seperti awan, yang dapat dilihat hanya di kamar gelap dengan cahaya buatan. Makula terjadi bila terjadi ulkus lebih dalam dan tampak sebagai bercak putih yang tampak di kamar biasa. Leukoma didapat bila ulkus lebih dalam lagi dan tampak sebagai bercak putih seperti porselen yang sudah tampak dari jarak jauh. Gejala klinis: Rasa nyeri : karena kornea mempunyai banyak serat nyeri, kebanyakan lesi kornea, baik superfisial maupun dalam (benda asing, kornea, abrasi kornea) menimbulkan rasa nyeri. Rasa nyeri diperberat oleh gerak palpebra di atas kornea dan biasanya sampai sembuh. Penurunan penglihatan : karena kornea berfungsi sebagai jendela bagi mata dan mmbiaskan berkas cahaya, terutama bila letaknya di tengah. Fotofobia : akibat kontraksi iris meradang yang menyebabkan nyeri, terutama bila terkena sinar. Fotofobia yang berat pada kebanyakan penyakit kornea, hanya minimal pada keratitis herpes, karena terjadi hipestesia pada penyakit ini, yang juga merupakan suatu tanda diagnostik penting.

Mata merah : injeksi siliar/ perikornea Blefarospasme : karena fotofobia mata berusaha ditutup oleh palpebra Epifora : karena terdapat nyeri

Pemeriksaan : Terdapat infiltrat pada kornea, dapat ada di seluruh lapisan kornea. Uji Fluoresen : untuk melihat adanya defek pada epitel kornea. Kertas fluoresein yang dibasahi terlebih dahulu dengan garam fisiologis diletakkan pada sakus konjungtiva inferior. Penderita diminta untuk menutup matanya selama 20 detik, beberapa saat kemudian kertas ini diangkat. Dilakukan irigasi konjungtiva dengan garam fisiologik. Dilihat permukaan kornea bila terlihat warna hijau dengan sinar biru berarti ada kerusakan epitel kornea misalnya terdapat pada keratitis superfisial epitelial, tukak kornea, dan erosi kornea. Defek kornea akan terlihat berwarna hijau, akibat pada setiap defek kornea, maka bagian tersebut akan bersifat basa dan memberikan warna hijau pada kornea. Pada keadaan ini disebut uji fluoresein positif. Uji Plasido : untuk melihat kelengkungan kornea. Dipakai papan plasido dengan gambaran lingkaran konsentris putih hitam yang menghadap pada sumber cahaya atau jendela, sedang pasien sendiri membelakangi jendela. Papan plasido merupakan papan yang mempunyai gambaran garis melingkar dengan lobang kecil pada bagian sentralnya. Melalui lubang di tengah plasidoskop dilihat gambaran lingkaran konsentris dan bila : o Lingkaran konsentris berarti permukaan kornea licin dan reguler o Lingkaran lonjong berarti adanya astigmatisme kornea o Garis lingkaran tidak beraturan berarti astigmatisme ireguler akibat adanya infiltrat ataupun parut kornea. o Kurang tegas mungkin akibat edema kornea keruh.

Tes fistel : untuk mengetahui letak dan adanya kebocoran kornea. Pada konjungtiva inferior ditaruh kertas fluoresein atau diteteskan fluoresein. Kemudian dilihat adanya cairan mata yang keluar dari fistel kornea. Bila terdapat kebocoran kornea adanya fistel kornea akan terlihat pengaliran cairan mata yang berwarna hijau mulai dari lubang fistel. Cairan mata terlihat bening dengan sekitarnya terdapat larutan fluoresein yang berwarna hijau.

Visus Bakteriologik, usapan pada ulkus kornea Sensibilitas kornea : untuk fungsi trigeminus kornea. Diketahui bahwa serabut sensibel kornea melalui saraf trigeminus. Bila dirangsang akan terdapat refleks aferen pada saraf fasial dan mata akan berkedip. Penderita yang diminta melihat jauh ke depan dirangsang dengan kapas kering dari bagian lateral kornea. Dilihat terjadinya refleks mengedip, rasa sakit dan mata berair. Bila ada refleks tersebut berarti fungsi trigeminus dan fasial baik.

Klasifikasi berdasarkan tempatnya :


Herpes zoster, herpes simplek, pungtata, sika Numularis, disiform,flikten Neuroparalitik Interstitial Profunda Sklerotikan

Epitel Superficial Subepitel KERATITIS Stroma

A. Keratitis Pungtata Keratitis yang terjadi pada membran bowman, dengan infiltrat berbentuk bercak-bercak halus. Sedangkan keratitis pungtata superfisial terjadi pada permukaan kornea dengan infiltrat halus bertitik-titik pada permukaan kornea. Etiologi dari keratitis pungtata adalah infeksi virus herpes simpleks, herpes zoster, trauma, trakoma, lagoftalmus, keracunan obat seperti neomisin, trauma radiasi, infeksi bakteri.

Keratitis Virus Etiologi : infeksi herpes simpleks, herpes zoster. Keratitis Herpes Simpleks Yang disebabkan herpes simpleks dibagi dalam 2 bentuk yaitu : Pada epitel disebut keratitis dendritik. Kerusakan terjadi akibat pembelahan virus di dalam sel epitel, yang akan mengakibatkan kerusakan sel dan membentuk tukak kornea superfisial. Keratitis yang membentuk garis infiltrat pada permukaan kornea yang kemudian membentuk geografik, yang tidak mengenai jaringan stroma kornea. Pengobatannya adalah terhadap virus dan pembelahan dirinya. Pada stromal disebut keratitis diskiformis. Diakibatkan reaksi imunologik tubuh pasien sendiri terhadap virus yang menyerang. Antigen (virus) dan antibodi (pasien) bereaksi di dalam stroma kornea dan menarik sel leukosit dan sel radang lainnya. Sel ini mengeluarkan bahan proteolitik untuk merusak antigen (virus) yang juga akan merusak jaringan stromal di sekitarnya. Keratitis membentuk kekeruhan infiltrat yang bulat atau lonjong di dalam jaringan kornea. Biasanya merupakan keratitis profunda superfisial, yang terjadi akibat infeksi virus herpes simpleks. Maka pengobatannya dengan menyerang virus dan reaksi radangnya. Gambaran klinis o Secara subjektif : kelopak yang sedikit membengkak atau mata berair yang bila sering diusap menyebabkan lecet pd palpebra, silau, penglihatan kabur o Secara objektif :

iritasi yang ringan, mata berair, dan unilateral, injeksi konjungtiva dan silier, infiltrat stroma yg dpt disertai uveitis dan hipopion konjungtivitis folikularis akut blefaritis vesikuler yang ulseratif, pembengkakan kelenjar limfa regional.

Diagnosis o Anamnesis, riwayat penggunaan obat yg menurunkan resistensi kornea (kortikosteroid, obat imunosupresif) o Melihat gambaran spesifik (gambaran dendrit) o Gambaran klinik infeksi kornea yang cukup tenang dgn tanda - tanda peradangan yg tidak berat Pengobatan IDU (Idoxyuridine) merupakan obat antiviral, bekerja dengan menghambat sintesis DNA virus dan manusia, sehingga bersifat toksik untuk epitel normal dan tidak boleh dipergunakan lebih dari 2 minggu. Terdapat dalam larutan 1% dan diberikan setiap jam. Salep 0,5% diberikan setiap 4 jam. Vibrabin sama dengan IDU akan tetapi hanya terdapat dalam bentuk salep. Trifluorotimidin (TFT) sama dengan IDU, diberikan 1% setiap jam. Acyclovir, bersifat selektif terhadap sintesis DNA virus. Dalam bentuk salep 3% yang diberikan setiap 4 jam. Sama efektif dengan anti virus lain akan tetapi dengan efek samping yang kurang. Untuk menekan

proses

radang

pada

keratitis

stroma

diberikan

NSAID.

Kortikosteroid

kontraindikasi untuk segala tingkatan keratitis herpes simpleks. Keratitis Herpes Zoster Virus herpes zoster dapat memberikan infeksi pada ganglion Gaseri saraf trigeminus. Bila yang terkena ganglion cabang oftalmik maka akan terlihat gejala-gejala herpes zoster pada mata. Gejala ini tidak akan melampaui garis median kepala. Biasanya herpes zoster akan mengenai orang dengan usia lanjut. Gambaran Klinis Secara subjektif, biasanya penderita datang dengan rasa nyeri disertai edema kulit yang tampak kemerahan pada daerah dahi, alis, dan kelopak atas serta sudah disertai dengan vesikel. Secara objektif : Erupsi kulit pada daerah yang dipersarafi cabang oftalmik nervus trigeminus. Rima palpebra tampak menyempit apabila kelopak atas mengalami

pembengkakan. Bila kornea atau jaringan yang lebih dalam terkena, maka timbul lakrimasi, mata yang silau dan sakit Kelainan mata berupa bercak-bercak atau bintik-bintik putih kecil yang tersebar di epitel kornea yang dengan cepat sekali melibatkan stroma. Bila infeksi mengenai jaringan mata yang lebih dalam dapat menimbulkan iridosiklitis disertai sinekia iris serta menimbulkan glaukoma sekunder. Komplikasi lain adalah paresis otot penggerak mata serta neuritis optik. Gambaran klinis Biasanya didapatkan juga pembengkakan kelenjar pre-aurikuler regional yang sesuai dengan sisi cabang oftalmik N.V yang terkena Pengobatan o Acyclovir oral maupun topikal; o Bila disertai infeksi sekunder bakterial dapat diberikan antibiotik. o Dapat pula diberikan obat-obatan yang meningkatkan sistem imunitas tubuh, obat-obatan neurotropik, serta dapat dibantu dengan vitamin C dosis tinggi.

Diagnosis

o Pada mata, pengobatan yang bersifat simtomatik adalah tetes metil selulose, siklopegia

B. Keratitis Flikten Keratitis flikten merupakan radang kornea yang merupakan reaksi imun yang mungkin sel mediated pada jaringan yang sudah sensitif terhadap antigen. Untuk mengetahui penyebabnya maka perlu dicari penyebab alerginya. Pada kornea akan terjadi penimbunan sel limfoid, secara histopatologi ditemukan sel eosinofil. Selain itu, terdapat daerah yang berwarna keputihan yang merupakan degenerasi hialin, terjadi pengelupasan lapis sel tanduk epitel kornea. Gejala klinis lakrimasi, fotofobia, rasa sakit. Ditemukan infiltrat dan neovaskularisasi pada kornea. Gambaran karakteristiknya adalah dengan terbentuknya papul atau pustula pada kornea ataupun konjunctiva. Pada mata terdapat flikten pada kornea berupa benjolan berbatas tegas berwarna putih keabuan dengan atau tanpa neovaskularisasi yang menuju ke arah benjolan tersebut. Biasanya bersifat bilateral yang dimulai dari daerah limbus. Pengobatannya adalah dengan steroid.

C. Keratitis Sika Suatu keadaan keringnya permukaan kornea. Kelainan ini terjadi pada penyakit yang mengakibatkan : Defisiensi komponen lemak air mata. Misalnya : blefaritis menahun, distikiasis dan akibat pembedahan kelopak mata Defisiensi kelenjar air mata : Sindrom Sjogren, obat-obat diuretik, atropin, usia tua. Defisiensi komponen musin : defisiensi vitamin A, trauma kimia, dll Akibat penguapan berlebihan seperti pada keratitis neroparalitik, hidup di gurun pasir, keratitis lagoftalmus Karena parut kornea atau menghilangnya mikrovili kornea

Gejala klinia gatal, mata berpasir, silau, penglihatan kabur, sekresi mukus berlebihan, sukar menggerakkan kelopak mata, mata kering karena erosi kornea.

Pemeriksaan : Tes Schirmer : bila resapan air mata pada kertas Schirmer kurang dari 10 mm dalam 5 menit dianggap abnormal. Tes zat warna Rose Bengal konjungtiva : konjungtiva terlihat berwarna titik merah karena jaringan konjungtiva yang mati menyerap warna. Tear film break up time : waktu antara kedip lengkap sampai timbulnya bercak kering sesudah mata dibuka minimal terjadi sesudah 15-20 detik, tidak pernah kurang dari 10 detik. Pengobatan bergantung pada penyebabnya, yaitu : Pemberian air mata tiruan bila kurang komponen air Pemberian lensa kontak apabila komponen mukus yang berkurang Penutupan pungtum lakrima bila terjadi penguapan yang berlebihan.

D. Keratitis Neuroparalitik Gangguan trofik pada kornea yang disebabkan kerusakan saraf kornea oleh mikobakterium lepra. Terjadinya ektropion dan lagoftalmos serta anestesi kornea sehingga menyebabkan keratitis pajanan. Pada daerah yang endemik, sering disertai adanya penyakit trakoma yang menyebabkan entropion dan trikiasis. Apabila terjadi denervasi kelenjar lakrimal, akan menyebabkan sindrom mata kering. Gejala klinis: Secara objektif, lesi pungtata berwarna putih seperti kapur yang secara perlahan batasnya akan mengabur dan sekelilingnya menjadi seperti berkabut. Lesi ini akan menyebabkan kekeruhan sub-epitelial sering disertai destruksi membran Bowman Pada fase lanjut terjadi neovaskularisasi superfisial yang disebut plannus lepromatosa. Pengobatan : Terhadap mikobakterium lepra diberikan dapsone dan rifampisin. Deformitas palpebra yang akan mengkibatkan kerusakan kornea dilakukan koreksi pembedahan.

E. Keratitis Dimmer atau Keratitis Numularis Keratitis dengan ditemukannya infiltrat yang bundar berkelompok dan tepinya berbatas tegas sehingga memberikan gambaran halo. Keratitis ini berjalan lambat yang sering terdapat unilateral. Gambaran klinisnya ialah : secara objektif, mata yang terserang tampak merah karena injeksi siliar, disertai lakrimasi, Infiltrat multipel dan bundar yang terdapat di lapisan kornea bagian superfisial biasanya tidak menyebabkan ulserasi. Pengobatan : Pemberian kortikosteroid lokal memberikan hasil yang baik yaitu hilangnya tandatanda radang dan lakrimasi tetapi penyerapan infiltrat terjadi dalam waktu yang lama, dapat 1-2 tahun

F. Keratitis Jamur Biasanya dimulai dengan suatu rudapaksa pada kornea oleh ranting pohon, daun, dan bagian tumbuh-tumbuhan. Etiologi : Fusarium, Cephalocepharium, dan Curvularia. Gejala : sakit mata yang hebat, berair, dan silau. Pada mata akan terlihat infiltrat yang berhifa dan satelit bila terletak di dalam stroma. Biasanya disertai dengan cincin endotel dengan plaque tampak bercabang-cabang, dengan endotelium plaque, gambaran satelit pada kornea dan lipatan Descement. Diagnosis pasti dengan pemeriksaan mikroskopis KOH 10% terhadap kerokan kornea yang menunjukkan adanya hifa. Penanganan : natamisin 5% setiap 1-2 jam saat bangun. Diberikan sikloplegik disertai obat oral antiglaukoma bila timbul peningkatan tekanan intra okuler. Bila tidak berhasil diatasi maka keratoplasti. Penyulitnya adalah endoftalmitis.
Keratitis oleh fusarium

G. Keratitis Interstisial Luetik Keratitis pada jaringan kornea yang lebih dalam, nonsupuratif profunda disertai dengan neovaskularisasi. Dapat terjadi akibat alergi atau infeksi spiroket ke dalam stroma kornea dan akibat treponema palidum. Gejala : fotofobia, lakrimasi dan menurunnya visus. Pada keratitis interstitial maka keluhannya bertahan seumur hidup. Seluruh kornea keruh sehingga iris sukar dilihat, terdapat injeksi siliar disertai dengan serbukan pembuluh ke dalam sehingga memberikan gambaran merah kusam atau yang disebut salmon patch, kelainan biasanya bilateral. Pengobatan : sulfas atropin untuk mencegah sinekia akibat terjadinya uveitis dan kortikosteroid tetes mata.

H. Keratitis Sklerotikan Kekeruhan berbentuk segitiga pada kornea yang menyertai radang sklera atau skleritis. Penyebabnya diduga karena terjadi perubahan susunan serat kolagen yang menetap. Perkembangan kekeruhan kornea ini biasanya terjadi akibat proses yang berulang-ulang yang selalu memberikan sisa-sisa baru sehingga defek makin luas bahkan dapat mengenai seluruh kornea. Kekeruhan kornea terlokalisasi dan berbatas tegas unilateral. Kadang mengenai seluruh limbus. Kornea terlihat putih menyerupai sklera. Pengobatan : steroid. Pemberian kortikosteroid dan anti randang non steroid ditujukan terhadap skleritisnya, apabila terdapat iritis, selain kortikosteroid dapat diberikan tetes mata atropin.

ULKUS KORNEA Ulserasi kornea dapat meluas ke dua arah yaitu melebar dan mendalam. Ulkus yang kecil dan superfisial akan lebih cepat sembuh, kornea dapat jernih kembali. Pada ulkus yang menghancurkan membran Bowman dan stroma, akan menimbulkan sikatriks kornea. Gejala Subjektif sama seperti gejala keratitis. Gejala Objektif berupa injeksi siliar, hilangnya sebagaian jaringan kornea, dan adanya infiltrat. Pada kasus yang lebih berat dapat terjadi iritis disertai hipopion. Pemeriksaan penunjang : Fluoresein test dimana akan tampak defek epitel dengan kehijauan ditengahnya. Apusan kornea dan dilakukan pewarnaan gram dan biakkan bila curiga infeksi bakteri. Pewarnaan dengan KOH bila curiga infeksi jamur. Serta test resistensi terhadap antibiotika pada infeksi bakteri

a. Tukak Bakteri Tukak streptokokus Bakteri ini sering dijumpai pada kultur dari infeksi tukak kornea adalah : Streptokokus pneumonia, Streptokokus viridans, Streptokokus pyogenes, Streptokokus faecalis. Gambaran tukak kornea khas, tukak yang menjalar dari tepi ke arah tengah kornea (serpinginous). Tukak berwarna kuning keabu-abuan berbentuk cakram dengan tepi tukak yang menggaung. Tukak cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan perforasi kornea, karena eksotoksin yang dihasilkan oleh Streptokokus Pneumonia. Pengobatan dengan Sefazolin, Basitrasin dalam bentuk tetes, injeksi subkojungtiva, dan intravena. Tukak stafilokokus Di antara Stafilokokus Aureus, Epidermidis, dan Saprofitikus, yang pertamalah yang paling berat, dapat dalam bentuk infeksi tukak kornea sentral, infeksi tukak marginal, dan tukak alergi. Infeksi tukak kornea oleh Stafilokokus Epidermidis biasanya terjadi bila ada faktor pencetus sebelumnya seperti keratopati bulosa, infeksi herpes simpleks dan lensa kontak yang telah lama digunakan. Pada awalnya berupa tukak yang berwarna putih kekuningan disertai infiltrat secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai edema stroma dan infiltrasi sel lekosit. Walaupun terdapat hipopion tukak seringkali indolen yaitu reaksi radangnya minimal. Tukak

kornea marginal biasanya bebas kuman dan disebabkan oleh reaksi hipersensitifitas terhadap Stafilokokus Aureus. Tukak Pseudomonas Berbeda dengan yang lain, bakteri tukak ini ditemukan dalam jumlah yang sedikit. Bakteri ini bersifat aerob obligat dan menghasilkan eksotoksin yang menghambat sintesis protein, Keadaan ini menerangkan mengapa jaringan kornea cepat hancur dan mengalami kerusakan. Bakteri ini dapat hidup dalam kosmetika, cairan fluoresein, dan cairan lensa kontak. Biasanya dimulai dengan tukak kecil di bagian sentral kornea dengan infiltrat berwarna keabu-abuan disertai edema epitel dan stroma. Trauma kecil ini dengan cepat melebar dan mendalam serta menimbulkan perforasi kornea. Tukak mengeluarkan discharge kental berwarna kuning kehijauan. Pengobatan diberikan Gentamaisin, tobramisin, karbensilin yang diberikan secara lokal subkonjungtiva serta intravena.

b. Tukak Virus Tukak kornea oleh virus herpes simpleks cukup sering dijumai. Bentuk khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil di lapisan epitel yang bila pecah akan menimbulkan tukak. Tukak dapat juga terjadi pada bentuk diiform bila mengalami nekrosis di bagian sentral.

c. Tukak Jamur Tukak kornea oleh jamur akhir-akhir ini banyak ditemukan, hal ini dimungkinan oleh : o Penggunaan antibiotik secara berlebihan dalam waktu yang lama atau pemakaian kortikosteroid jangka panjang o Fusarium dan sefalosporim menginfeksi kornea setelah suatu trauma yang disertai lecet epitel, misalnya kena ranting pohon atau binatang yang terbang mengindikasikan bahwa

jamur terinokulasi di kornea oleh benda atau binatang yang melukai kornea dan bukan dari adanya defek epitel dan jamur yang berada di lingkungan hidup. o Infeksi oleh jamur lebih sering didapatkan di daerah yang beriklim tropik, maka faktor ekologi ikut memberikan kontribusi. Kontak dengan pertanian atau trauma yang terjadi di luar rumah bukan merupakan faktor timbulnya tukak atau keratitis oleh kandida. Pengobatan obat anti jamur dengan spektrum luas. Apabila memungkinkan dilakukan pemeriksaan laboratorium dan tes sensitivitas untuk dapat memilih obat jamur yang spesifik.

d. Tukak karena Hipersensitifitas Tukak Marginal Tukak marginal adalah kornea bagian perifer dapat berbentuk bulat atau dapat juga rektangular dapat satu atau banyak dan terdapat daerah kornea yang sehat antara tukak dengan limbus. Pada biakan hasil kerokan tukak, tidak ditemukan mikro-organisma penyebab sehingga diduga terjadi oleh karena proses alergi terhadap kuman stafilokokus. Tukak marginal dapat ditemukan pada orang tua dan sering dihubungkan dengan penyakit rematik atau debilitas. Dapat juga terjadi bersama-sama dengan radang konjungtiva yang disebabkan oleh Moraxella, basil Koch Weeks dan Proteus Vilgaris. Pada bebrapa keadan dapat berhubungan dengan alergi terhadap makanan. Secara histopatologik terlihat sebagai ulkus atau abses epitelial/sub epitelial. Secara subjektif penglihatan pasien dengan tukak marginal dapat menurun disertai rasa sakit, lakrimasi dan fotofobia. Secara objektif terdapat blefarospasme, injeksi konjungtiva, infiltrat, atau tukak yang sejajar dengan limbus. Pemberian kortikosteroid topikal akan sembuh dalam 3-4 hari, tetapi dapat rekurens. Antibiotika diberikan untuk infeksi stafilokokus atau kuman lainnya. Disensitisasi dengan toksoid stafilokok dapat memberikan penyembuhan yang efektif. Tukak Cincin Tukak ini unilateral, letak tukak tepat di bagian dalam limbus dan hampir mengelilingi limbus. Berbeda dengan tukak marginal pada tukak cincin tidak ada hubungan dengan konjungtivitis atau blefaritis. Tukak cincin biasanya berhubungan dengan penyakit sistemik

seperti disentri basiler, arhritis rematoid, dan poliarthritis nodosa. Pemberian steroid lokal memberikan hasil yang baik.

UVEITIS Radang uvea dapat mengenai hanya bagian depan jaringan uvea atau selaput pelangi (iris) dan keadaan ini disebut sebagai iritis. Bila mengenai bagian tengah uvea maka keadaan ini disebut sebagai siklitis. Biasanya iritis akan disertai dengan siklitis yang disebut uveitis anterior. Bila mengenai selaput hitam bagian belakang mata maka disebut koroiditis. Peradangan uvea biasanya unilateral, dapat disebabkan oleh efek langsung suatu infeksi atau merupakan fenomena alergi terhadap antigen dari luar atau antigen dari dalam. Radang iris dan badan siliar menyebabkan rusaknya Blood Aqueous Barrier sehingga terjadi peningkatan protein, fibrin, dan sel-sel radang dalam humor akuos yang tampak pada penyinaran miring menggunakan sentolop atau akan lebih jelas bila menggunakan slit lamp, berkas sinar yang disebut fler. Fibrin dimaksudkan untuk menghambat gerakan kuman akan tetapi justru mengakibatkan perlekatan-perlekatan misalnya perlekatan iris pada permukaan lensa (sinekia posterior). Sel-sel radang yang terdiri atas limfosit, makrofag, sel plasma dapat membentuk presipitat keratik yaitu sel-sel radang yang menempel pada permukaan endotel kornea. Apabila presipitat keratik ini besar, berminyak disebut mutton fat keratic precipitate. Akumulasi sel-sel radang dapat pula terjadi pada tepi pupil disebut Koeppe nodules, bila di permukaan iris disebut Busacca nodules, yang bisa ditemukan juga pada permukaan lensa dan sudut bilik mata depan. Pada iridosiklitis yang berat sel radang dapat sedemikian banyak hingga menimbulkan hipopion. Otot sfingter pupil mendapat rangsangan karena radang dan pupil akan miosis dan dengan adanya timbunan fibrin serta sel0sel radang dapat terjadi seklusio maupun oklusio pupil. Bila terjadi seklusio dan oklusio total, cairan di dalam bilik mata belakang tidak dapat mengalir sama sekali mengakibatkan tekanan dalam bilik mata belakang lebih besar dari tekanan dalam bilik mata depan sehingga iris tampak menggelembung ke depan yang disebut iris bombans. Gangguan produksi humor akuos terjadi akibat hipofungsi badan siliar menyebabkan tekanan bola mata turun. Eksudat protein, fibrin, dan sel-sel radang dapat berkumpul di sudut bilik mata depan terjadi penutupan kanal Schlemm sehingga terjadi gaukoma sekunder.

Pada fase akut terjadi glaukoma sekunder karena gumpalan-gumpalan pada sudut bilik depan, sedang pada fase lenjut glaukoma sekunder terjadi karena adanya seklusio pupil. Naik turunnya tekanan bola mata disebutkan pula sebagai akibat perna asetilkolin dan prostaglandin.

Uveitis Anterior Gejala Subjektif Iridosiklitis Keluhan pasien pada awalnya dapat berupa sakit di mata, sakit kepala, fotofobia, dan lakrimasi. Sakit mata lebih nyata pada iridosiklitis akut daripada iridosiklitis kronik dan sangat hebat bila disertai dengan keratitis. Sakit terbatas di daerah periorbita dan mata serta bertambah sakitnya bila dihadapkan pada cahaya dan tekanan. Derajat fotofobia bervariasi dan dapat demikian hebat sampai kelopak mata tidak bisa dibuka pada waktu pemeriksaan mata. Lakrimasi yang terjadi biasanya sebanding dengan derajat fofobia. Pada uveitis anterior supuratif dapat disertai gejala umum sepertii panas, gelisah, menggigil, dan sebagainya. Gejala Objektif Iridosiklitis Terdapat injeksi siliar, presipitat keratik, fler serta sel dalam bilik mata depan serta endapan fibrin pada pupil yang dapat menyebabkan sinekia posterior. Pada jenis granulomatosa didapatkan presipitat keratik Mutton fat pada endotel kornea, nodul Koeppe atau nodul Busacca pada iris. Pada uveitis intermediate didapatkan vitreitis anterior.

Pengobatan Iridosiklitis Tetes mata sulfas atropin 1 %, prinsipnya untuk membuat pupil selebar-lebarnya dan tetap tinggal lebar selama 2 minggu. Midriatikum yang lain : hydrobromas-scopolamine Hal yang harus diingat pada pemberian atropin adalah serangan glaukoma. Karena atropin melebarkan pupil, maka sudut bilik mata depan menjadi sempit, aliran cairan keluar menjadi insufisiensi sehingga menimbulkan serangan glaukoma. o Bila terjadi glaukoma, atropin tetap diberikan, tetapi di samping itu diberikan diamox. o Bila atropin tidak berhasil meebarkan pupil, karena adhesi iris pada lensa sudah kuat, maka beri midriatikum yang lebih kuat : Sol sulfat atropin 1% + kokain 5% o Untuk membuat midriasis lebih kuat lagi dapat diberi injeksi subkonjungtival atropin atau adrenalin 1 permil. Tetes mata steroid 4-6 x sehari tergantung pada beratnya penyakit. Bila tetes mata steroid forte frekuensi penggunaanya akan lebih sedikit. Kortikosteroid oral diberikan apabila pemberian lkal dipertimbangkan tidak cukup. Antibiotik diberikan apabila mikro-organisme penyebab diketahui.

GLAUKOMA AKUT Mata merah dengan penglihatan turun mendadak merupakan glaukoma sudut tertutup akut. Glaukoma sudut tertutup akut ditandai dengan tekanan intraokular yang meningkat secara mendadak, dan terjadi pada usia lebih dari 40 tahun dengan sudut bilik mata sempit disertai oleh pencekungan diskus optikus dan penyempitan lapangan pandang. Definisi Glaukoma akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intraokular (TIO) yang mendadak meningkat sangat tinggi. Keadaan tersebut dapat menyebabkan kebutaan. Fisiologi Dasar Tekanan Intra Okular Tingkat tekanan intraokular tergantung pada keseimbangan antara produksi dan ekskresi akueous humor. Akueous dihasilkan oleh prosesus siliaris ke dalam bilik mata posterior. Kemudian akueous mengalir melalui pupil menuju ke bilik mata anterior dan meninggalkan mata mengalir melalui jalinan trabekula, kanal schlemm dan vena episklera (jalur konvensional). Sebagian kecil akueous mengalir melalui korpus siliaris ke ruang suprakoroid dan kedalam vena pada sklera (jalur uveosklera). Jenis glaukoma Berdasarkan etiologinya, glaukoma dapat dibagi menjadi: 1. Glaukoma primer : timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan biasanya bilateral dan diturunkan. Termasuk di dalamnya adalah glaukoma sudut tertutup akut primer. 2. Glaukoma sekunder: merupakan penyulit penyakit mata lainnya (ada penyebab), biasanya unilateral. Termasuk di dalamnya adalah glaukoma sekunder yang disebabkan oleh dislokasi lensa, uveitis, glaukoma fakolitik, dan trauma.

Glaukoma sudut tertutup akut primer Epidemiologi Di Amerika Serikat, glaukoma sudut tertutup akut primer terjadi pada 1-40 per 1000 orang, hal ini juga dipengaruhi oleh ras. Penyakit ini terjadi pada 1 per 1000 orang Kaukasian, sedangkan pada ras Asia lebih sering yaitu 1 per 100 orang dan pada ras Eskimo 1 per 100 orang. Glaukoma jenis ini lebih banyak terjadi pada perempuan. Pada usia 60-70 tahun, risiko untuk menderita glaukoma jenis ini meningkat.

Patofisiologi Pada glaukoma sudut tertutup primer, terjadi aposisi dari iris dan lensa yang menyebabkan kontak antara iris dan lensa, disebut sebagai blokade pupil. Blokade pupil ini akan menyebabkan peningkatan tekanan intraokular di kamera okuli posterior sehingga akan menyebabkan iris menempel pada kornea di bagian perifer dan struktur iris terdorong ke depan, keadaan ini disebut iris bombe. Glaukoma akut primer terjadi apabila terbentuk iris bombe yang menyebabkan sumbatan sudut kamera anterior oleh iris perifer. Hal ini akan menyumbat aliran humor akueus dan tekanan intraokular akan meningkat dengancepat. Keadaan ini akan menimbulkan nyeri hebat, kemerahan, dan penglihatan yang kabur. Glaukoma sudut tertutup terjadi pada mata yang sudah mengalami penyempitan anatomik sudut kamera anterior (terutama dijumpai pada hipermetropi). Serangan akut biasanya terjadi pasien usia tua seiring dengan pembesaran kristalin lensa yang berkaitan dengan proses penuaan.

Gejala dan tanda klinis Glaukoma sudut tertutup akut primer ditandai oleh adanya gejala kekaburan penglihatan mendadak yang disertai dengan nyeri hebat, rasa pegal di sekitar mata, mata merah, melihat lingkaran-lingkaran berwarna seperti pelangi di sekitar sinar lampu (halo), mual dan muntah. Selain itu perlu ditanyakan faktor presipitasi serangan akut seperti pemakaian obat yang

berfungsi melebarkan pupil (simpatomimetik, antikolinergik), berdiam lama di tempat yang kurang terang atau gelap dan berhubungan dengan emosional. Pada pemeriksaan oftalmologi dapat ditemukan injeksi silier yang lebih hebat di dekat limbus kornea-skleral dan berkurang ke arah forniks; pembuluh darah tidak bergerak dengan konjungtiva; mid-dilatasi pupil dan tidak bereaksi terhadap sinar; kornea tampak edema dan keruh; dan kamera okuli anterior yang sempit. Pada pemeriksaan tekanan intraokular meningkat, visus sangat turun hingga 1/300, lapang pandang menyempit dan kamera okuli anterior sempit pada gonioskopi. Diagnosis banding Diagnosis banding glaukoma sudut tertutup akut adalah iritis akut dan konjungtivitis akut. Dari gejala dan tanda klinis, penyakit ini dapat dibedakan. Pada iritis akut nyeri dapat ringan sampai hebat; pupil miosis dengan reaksi cahaya lambat atau hilang; injeksi silier yang dalam; kornea biasanya jernih, tidak edema; onset serangan bersifat perlahan; visus turun sedikit; tekanan intraokular normal; di kamera anterior tampak sel-sel. Pada konjungtivitis akut nyeri bersifat membakar dan gatal; injeksi konjungtiva yaitu lebih jelas di forniks dan berkurang ke arah limbus, pembuluh superfisial bergerak dengan konjungtiva; pupil normal; kornea jernih dan normal; sekresi pus; serangan perlahan; visus dan tekanan intraokular normal. Tatalaksana Glaukoma sudut tertutup akut merupakan keadaan kedaruratan oftalmologik. Terapi pada awalnya ditujukan untuk menurunkan tekanan intraokular secepatnya. Obat-obatan yang dapat dipilih adalah: Acetazolamide IV atau oral : 500 mg dilanjutkan 4x250 mg/hari Bekerja sebagai inhibitor karbonik anhidrase yang dapat menekan produksi humor akueus. Tidak boleh diberikan dalam jangka waktu yang lama karena memiliki banyak efek samping sistemik. Solutio Glycerin 50% : 4 x 100-150 cc/hari Merupakan agen hiperosmotik yang berfungsi menurunkan volume vitreus. Penghambat beta adrenergik topikal, dapat dipilih timolol maleat 0,25% dan 0,5% atau betaxolol 0,25% dan 0,5% dan lainnya. Obat ini berfungsi untuk menurunkan produksi humor akueus.

Kemudian dapat diberikan pilocarpin 4% secara intensif misal 1 tetes tiap 15 menit selama 1-2 jam. Pilocarpin merupakan golongan parasimpatomimetik yang berfungsi meningkatkan aliran humor akueus melalui jalinan trabekular karena kontraksi otot-otot silier.

Tetes mata steroid dapat diberikan untuk mengurangi rekasi inflamasi sehingga mengurangi terjadinya kerusakan iris dan jaringan trabekular lebih lanjut. Kadang perlu ditambahkan obat analgesik dan antiemetik.

Setelah tekanan intraokular dapat dikontrol, harus dilakukan iridektomi perifer untuk membentuk hubungan permanen antara kamera okuli anterior dan posterior sehingga kekambuhan iris bombe dapat dicegah. Hal ini paling sering dilakukan dengan neodinium:YAG laser. Iridektomi perifer secara bedah diindikasikan apabila terapi laser tidak berhasil. Prosedur alternatif bila sebagian besar sudut bilik mata depan masih tertutup dapat dipilih operasi trabekulektomi. Pada sebagian besar kasus, dilakukan iridotomi dengan laser untuk mata sebelahnya sebagai profilaksis. Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi pada glaukoma sudut tertutup akut adalah penurunan tajam penglihatan yang permanen, serangan berulang, serangan pada mata sebelahnya, dan oklusi arteri dan vena sentral.

ENDOFTALMITIS Endoftalmitis merupakan radang purulen pada seluruh jaringan intraocular, disertai dengan terbentuknya abses di dalam badan kaca. Bila terjadi peradangan lanjut yang mengenai ke 3 dinding bola mata, maka keadaan ini disebut sebagai panoftalmitis. Pasien terlihat sakit disertai dengan demam, dan pada mata timbul gejala berupa mata sakit, kelopak mata bengkak, edema kornea, keratik presipitat disertai hipopion, reflex fundus hilang akibat adanya nanah di dalam badan kaca. Tajam penglihatan sangat menurun. Tekanan bola mata sangat merendah dan kadang-kadang tekanan meninggi akibat massa supuratif tertumpuk di dalam bola mata. Penyebab peradangan ini adalah: Endogen akibat sepsis, selulitits orbita, dan penyakit seistemik lainnya Eksogen, yang sering terjadi dan merupakan akibat trauma tembus, tukak perforasi, dan penyulit infeksi pada pembedahan

Kuman penyebab biasanya oleh staphylococcus albus, staphylococcus aureus, proteus, dan pseudomonas dengan masa inkubasi 24-72 jam. Bila endoftalmitis terjadi di dalam 2 minggu setelah trauma,maka keadaan ini mungkin disebabkan karena infeksi bakteri, sedang bila gejala terlihat terlambat mungkin infeksi disebabkan oleh jamur. Jadi endoftalmitis juga dapat disebabkan oleh jamur. Penyulit yang dapat timbul adalah ftisis bulbi sehingga perlu dilakukan enuklesi bulbi. Pengobatan disesuaikan dengan penyebabnya. Pengobatan infeksi bakteri dengan memberikan antibiotik dosis tinggi topikal, subkonjungtiva dan sistemik disertai dengan analgetik. Bila disebabkan oleh jamur, maka diberikan amfoterisin (fungisona) dan nistatin (mycostatin). Bila telah terjadi penyulit panoftalmitis dilakukan evaserasi bulbi, sedang bila telah terjadi ftisis bulbi dilakukan enukleasi bulbi. Enukleasi bulbi merupakan tindakan pembedahan mengeluarkan bola mata dengan melepas dan memotong jaringan yang mengikatnya di dalam rongga mata. Jaringan yang dipotong adalah seluruh otot-otot penggerak mata, saraf optic, dan melepaskan konjungtiva dari bola mata. Enukleasi bulbi biasanya dilakukan pada keganasan intraocular, mata yang dapat menimbulkan oftalmia simpatika, mata yang tidak berfungsi dan memberikan keluhan rasa sakit, endoftalmitis supuratif dan ptisis. Biasanya pasien setelah enukleasi bulbi diberi mata palsu atau protesis. Eviserasi bulbi merupakan tindakan mengeluarkan seluruh isi bola mota seperti kornea, lensa,badan kaca dan koroid. Setelah isi dikeluarkan maka limbus kornea dieratkan dan dijahit. Eviserasi bulbi dilakukan pada mata dengan panoftalmitis dan endoftalmitis berat. Endoftalmitis Nonpurulen Endoftalmitis nonpurulen merupakan peradangan nonsupuratif intraocular yang disebabkan oleh kuman nonpiogen seperti tuberculosis, sepsis, lepra, toksoplasmosis, histoplasmosis dan cacing. Endoftalmitis nonpurulen akan memperlihatkan gejala peradangan uvea berat tanpa adanya supurasi jaringan intraocular, mata merah dan tajam penglihaatan pasien sangat menurun. Pengobatan yang diberikan adalah kortikosteroid sistemik.

PANOFTALMITIS Panoftalmitis merupakan radang supuratif intraocular disertai dengan radang jaringan ekstraokular atau kapsul Tendon dan jaringan ikat jarang di dalam rongga orbita. Penyebabnya

terutama akibat perforasi operasi atau tukak yang disertai infeksi. Kuman penyebab biasanya pneumococ, E.coli, Ps. Pysocyaneous, dan Cl. Welchii. Penyebabnya juga dapat terjadi secara endogen yang membawa embolus yang terinfeksi akibat pneumoni, meningitis dan furunkulosis. Pasien dengan panoftalmitis akan terlihat sakit, penglihatan mengalami kemunduran. Tanda Klinis : Mata menonjol, Palpebra edema, Konjungtiva kemotik, Kornea keruh, COA terdapat pus, di dalam fundus okuli terdapat refleks putih. Akibat jaringan ekstraokular juga meradang, maka bola mata menonjol atau eksoftalmus disertai pergerakan mata yang terganggu malah memberikan rasa sakit bila bergerak. Kelopak mata merah dan membengkak. Pengobatan panoftalmitis: Pasien dirawat Untuk rasa sakit dapat diberikan analgetik dan sedative Diberi antibiotik berspektrum luas secara sistemik dan sub konjungtiva Bila keluhan berat, dilakukan eviserasi bulbi dengan mengeluarkan nanah dari dalam bola mata

Tabel Perbedaan Endoftalmitis dengan Panoftalmitis Endoftalmitis Radang Intraokular Panoftalmitis Intraokular Intraorbita Demam Sakit bola mata Pergerakan bola mata Eksoftalmos Bedah Tidak nyata Ada Masih dapat Tidak ada Enukleasi Nyata Berat Sakit, tidak bergerak Mata menonjol Eviserasi bulbi

DAFTAR PUSTAKA 1. Vaughan D. and Riordan-Eva P. Glaucoma. In: Vaughan D, Asbury T, Riordan-Eva P, editors. General ophtalmology. 15th edition. USA: Appleton and Lange; 1999. p. 200-14. 2. Ilyas,Sidharta. Ilmu Penyakit Mata. Cetakan III. Balai Penerbitan FKUI. Jakarta. 2008 3. Ilyas,Sidharta; Mailangkay; Taim,Hilman ;Saman,Raman; Simarmata,Monang;

Widodo,Purbo. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Edisi II. Sagung Seto. Jakarta. 2010. 4. Darkeh AK. Acute angle closure glaucoma. Diunduh dari www.emedicine.com. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2012.

Anda mungkin juga menyukai