Anda di halaman 1dari 11

PESTISIDA Pestisida adalah bahan kimia untuk membunuh hama/ mengendalikan hama antara lain : Serangga ( perusak tumbuhan/

an/ hasil panen, sebagai vektor penyakit ) Jamur Lalat dan nyamuk rumah tangga Penggunaan pestisida dapat mempengaruhi kesehatan manusia, secara nyata dapat menimbulkan keracunan sampai kematian pada manusia. Hal tersebut terjadi pada waktu penggunaan maupun karena disalahgunakan. Bermacam macam pestisida telah di produksi dengan usaha mengurangi efek samping sehingga berkurang daya toksisitas pada manusia, tetapi sngat toksik pada serangga. Toksisitas pestisida bervariasi, sejumlah pestisida sangat toksik sehingga jumlah yang sangat kecil dapat menyebabkan kematian, sementara sejumlah pestisida lain dalam jumlah cukup dapat menyebabkan orang menjadi sakit. Penggolongan pestisida Berdasarkan penggunaan dan struktur kimia : Golongan I. 1nsektisida Bentuk kimia Organofosfat Zat aktif Fosforotionat ( mis : Parathion, Diazinon ) Fosforoditioat (mis : Malathion ) Fosfat (mis : Mevinfos) Fosforotiolat (mis : Dimetoat) Karbaril Karbofuran Propoksour DDT Lindane Dieldrin Aldrin klordan Nikotin piretin Atachlor Propachlor Bentazaone Chlorprophan Asulam Athrazin

Carbamat

Organoklorin

Insektisida tanaman 2. Herbisida Aset anilid Amida Diazinone Carbamate Triazine

3. Fungisida

Triazinone Inorganik

Benzimidazole Hydrocarbon-phenolik Organofosfat

Metribuzine Metamitron Bordeaux mixture Copper oxychlorid Mercurous chloride Sulfur Thiabendazole Tar oil

Lebih dari 50.000 komponen organofosfat telah disintesis dan diuji untuk aktivitas insektisidanya. Tetapi yang telah digunakan tidak lebih dari 500 jenis saja. Semua produk organofosfat tersebut berefek toksik bila tertelan, dimana hal ini sama dengan tujuan penggunaannya untuk membunuh serangga. Beberapa jenis insektisida digunakan untuk keperluan medis misalnya fisostigmin, edroprium dan neostigmin yang digunakan untuk aktivitas kolinomimetik (efek seperti asetil kholin). Obat tersebut digunakan untuk pengobatan gangguan neuromuskular seperti myastinea gravis. Fisostigmin juga digunakan untuk antidotum pengobatan toksisitas ingesti dari substansi antikholinergik (misal: trisiklik anti depressan, atropin). A. Komponen Organofosfat Komponen organofosfat digunakan untuk gas saraf sesuai dengan tujuan sebagai insektisida. 1. Fosforotionat ( mis : Parathion, Diazinon ) 2. Fosforoditioat (mis : Malathion ) 3. Fosfat (mis : Mevinfos) 4. Fosforotiolat (mis : Dimetoat)

B. Mekanisme Toksisitas Organofosfat Organofosfat adalah insektisida yang paling toksik diantara jenis pestisida lainnya dan sering menyebabkan keracunan pada manusia. Termakan hanya dalam jumlah sedikit saja dapat menyebabkan kematian, tetapi diperlukan lebih dari beberapa mg untuk dapat menyebabkan kematian pada orang dewasa. Pestisida golongan ini tersedia dalam bentuk bubuk, cairan konsentrat, atau granul. Semua bentuk tersebut mudah mengalami hidrolisis dan oksidasi. Kelembaban dan sinar matahari berperan penting dalam proses transformasi secara alamiah.

Sebagian besar pestisida golongan organofosfat digunakan sebagai insektisida, dan sebagian lagi digunakan sebagai fungisida, herbisida, atau ratisida. Pajanan terhadap manusia bisa terjadi melalui hidung, kulit atau mulut. Uptake melalui kulit mungkin lebih banyak, karena sifat lipofilik dari senyawa ini. Biotransformasi terjadi melalui tiga reaksi utama, yakni oksidasi, hidrolisis, dan reaksi transferase. Efek toksik pestisida golongan organofosfat terjadi melalui tiga reaksi utama, yaitu: hambatan terhadap aktivitas enzim kolinesterase; hambatan terhadap neuropathy target esterase (NTE) dan terjadinya neuropati secara lambat; dan penglepasan dari gugus alkil yang terikat pada atom pospat dan terjadinya alkilasi dari makromolekul termasuk RNA dan DNA. Organofosfat menghambat aksi pseudokholinesterase dalam plasma dan kholinesterase dalam sel darah merah dan pada sinapsisnya. Enzim tersebut secara normal menghidrolisis asetylcholin menjadi asetat dan kholin. Pada saat enzim dihambat, mengakibatkan jumlah asetilkolin meningkat dan berikatan dengan reseptor muskarinik dan nikotinik pada system saraf pusat dan perifer. Hal tersebut menyebabkan timbulnya gejala keracunan yang berpengaruh pada seluruh bagian tubuh.

Penghambatan kerja enzim terjadi karena organofosfat melakukan fosforilasi enzim tersebut dalam bentuk komponen yang stabil.

C. Gejala Keracunan Gejala keracunan organofosfat sangat bervariasi. Setiap gejala yang timbul sangat bergantung pada adanya stimulasi asetilkolin atau depresi yang diikuti oleh stimulasi.saraf pusat maupun perifer.

D. Efek toksisitas organofosfat

Efek toksik pestisida golongan organofosfat terjadi melalui tiga reaksi utama, yaitu: hambatan terhadap aktivitas enzim kolinesterase; hambatan terhadap neuropathy target esterase (NTE) dan terjadinya neuropati secara lambat; dan penglepasan dari gugus alkil yang terikat pada atom pospat dan terjadinya alkilasi dari makromolekul termasuk RNA dan DNA. Efek yang ditimbulkan organofosfat meliputi efek muskarinik, nikotinik dan saraf pusat Efek Gejala 1. Muskarinik - Salivasi, lacrimasi, urinasi dan diaree (SLUD) - Kejang perut - Nausea dan vomitus - Bradicardia - Miosis - Berkeringat 2. Nikotinik - Pegal-pegal, lemah - Tremor - Paralysis - Dyspnea - Tachicardia 3. Sistem saraf pusat - Bingung, gelisah, insomnia, neurosis - Sakit kepala - Emosi tidak stabil - Bicara terbata-bata - Kelemahan umum - Convulsi - Depresi respirasi dan gangguan jantung - Koma Efek lain yang dapat ditimbulkan adalah dapat mengubah fungsi imun (menekan pembentukan antibodi, mengganggu fagositosis leukosit, dan mengurangi pusat germinal pada limfa, timus dan kelenjar limfa).

1. DIAZINON

Diazinon merupakan insektisida non sistemik digunakan dalam pertanian untuk mengontrol serangga dan hama tanah, daun, buah-buahan, sayuran. Produk dengan zat aktif diazinon yang beredar diformulasikan dalam bentuk cairan konsentrat, mikroenkapsulasi, serbuk yang di larutkan. Mekanisme kerja diazinon yaitu dengan cara mengubah neurotransmisi normal dalam sistem saraf, menghambat enzim asetilkolinesterase (AchE) yang

menghidrolisis asetilkolin (Ach) pada sinapsis kolinergik dan tautan neuromuskular. Hal ini menyebabkn akumulasi Ach yang abnormal pada sistem saraf. Gejala dan efek yang timbul pada manusia : Gejala akut : timbul beberapa menit setelah terpapar seperti mual, pusing, produksi air liur berlebihan, berkeringat. Gejala dapat berkembang menjadi muntah, kram perut, diare, otot berkedut, tremor, penglihatan kabur, cemas dan gelisah serta gejala kejiwaan seperti depresi, hilang memori. Sindrom menengah, terjadi dalam waktu 24-96 jam setelah terpapar. Ditandai dengan kesulitan bernafas dan kelemahan otot pada wajah dan otot-otot ekstremitas proksimal, kelumpuhan nervus kranial dan refleks tendon. Toksisitas akut di tunjukkan oleh nilai : Oral : memiliki toksisitas akut rendah, LD50 pada tikus jantan dan betina, 1340 mg/kg pada tikus jantan dan 1160 mg/kg pada tikus betina. Kulit : LD50 pada kelinci lebih besar dari 2020 mg/kg. Diazinon dapat mengiritasi kulit dan mengiritasi mata.

2. MALATHION

Malathion tergolong kedalam organofosfat yang sering digunakan untuk membunuh nyamuk dan serangga lainnya, lalat dan sering ditemukan pada beberapa produk shampo untuk mengobati kutu. Mekanisme kerja malathion mempengaruhi sistem saraf, malathion mengikat enzim asetilkolinesterase.

Gejala dan efek yang ditimbul : Gejala akut yang timbul segera setelah terpapar adalah mual, muntah, tremor, kejang, sesak nafas, sakit kepala, nyeri perut dan diare. Umumnya malathion dapat di pecah oleh tubuh serta dapat dihilangkan dengan cepat dari dalam tubuh. Penelitian pada tikus, malathion hilang dari tubuh dalam 1 hari setelah terpapar. Malathion mudah terserap melalui kulit, sehingga sangat dianjurkan apabila kulit terpapar produk yang mengandung malathion maka ikuti petunjuk pertolongan pertama pada label produk tersebut.

3. MEVINFOS

Mevinfos merupakan senyawa organofosfat yang sangat beracun yang dapat masuk melalui semua rute paparan. Mevinfos bekerja menginhibitor enzim kolinesterase, berikatan dengan sistem saraf pusat.

Gejala dan efek yang timbul : Gejala keracunan muncul setelah 15 menit sampai 2 jam setelah terpapar mevinfos. Gejala pada pernafasan, ketika terhirup hidung berdarah, batuk, sesak dada (sulit bernafas/ sesak nafas), karena terjadi penyempitan atau kelebihan cairan dalam bronkial. Kontak kulit dan mata, jika kontak dengan kulit dapat menyebabkan berkeringat yang berlebihan. Jika kontak dengan mata, maka menyebabkan nyeri, terjadi perdarahan, penyempitan pupil dan penglihatan kabur. Efek sistemik lainnya mulai muncul setelah 12 jam tertunda, seperti mual, muntah, diare, kram perut, sakit kepala, pusing. Keracunan parah akan mempengaruhi sistem saraf pusat, seperti hilangnya reflek, bicara cadel, lelah, lemah, kontraksi otot tak sadar, berkedut, tremor lidah atau kelopak mata dan ahirnya kelumpuhan tubuh dan otot pernafasan. Gejala parah lainnya, buang air besar atau buang air kecil tanpa disadari, denyut jantung tidak teratur, kejang, koma. Dapat terjadi kematian karena kegagalan pernafasan atau serangan jantung. Toksisitas mevinfos : LD50 oral pada tikus adalah 3-12 mg/kg LD50 dermal pada tikus jantan 12 mg/kg, tikus betina 4,2 mg/kg 4. PARATHION

Parathion merupakan suatau senyawa fosfor organik yang dikenal sebagai insektisida yang sangat beracun bagi manusia. Pada serangga parathion sebagai inhibitor kolinesterase Parathion sangat beracun oleh semua rute paparan. Kematian manusia oleh parathion disebabkan oleh konsumsi oral, adsorpsi dermal, dan inhalasi . Seperti dengan semua organofosfat, parathion mudah diserap melalui kulit. Kulit yang kontak dengan bahan ini harus segera dicuci dengan sabun dan air dan semua pakaian yang

terkontaminasi harus dibersihkan. Orang dengan penyakit kardiovaskular, hati atau penyakit ginjal, glaukoma, atau gangguan sistem saraf pusat mungkin menghadapi peningkatan risiko dari paparan parathion. Suhu lingkungan yang tinggi dan cahaya tampak atau UV dapat meningkatkan toksisitas. Parathion dapat menyebabkan penebalan dan kekasaran kulit (hyperkeratinization). Hal ini tidak menyebabkan terjadinya sensitisasi (alergi). Percikan pada mata dapat menyebabkan penyempitan pupil, sehingga sulit untuk menentukan jalur obyek yang bergerak. Gejala-gejala yang disebabkan antara lain: Pucat, mual, muntah, diare, kram perut, sakit kepala, pusing, sakit mata, penglihatan kabur, konstriksi atau dilatasi pupil, air mata, air liur, keringat, dan konvulsi. Keracunan yang parah dapat mempengaruhi sistem saraf pusat, bicara cadel, hilangnya refleks, kelemahan, kelelahan, kontraksi otot tak sadar, berkedut, tremor lidah atau kelopak mata, dan akhirnya kelumpuhan ekstremitas tubuh dan otot-otot pernapasan. Pada kasus yang parah juga dapat menyebabkan terjadinya psikosis, denyut jantung tidak teratur, tidak sadar, kejang dan koma. Kematian dapat disebabkan oleh kegagalan pernafasan atau serangan jantung LD50 oral untuk parathion adalah 2 sampai 30 mg / kg pada tikus, 5 sampai 25 mg / kg pada tikus, 8 sampai 32 mg / kg pada babi guinea, 10 mg / kg pada kelinci, 0,93 mg / kg pada kucing, dan 3 sampai 5 mg / kg pada anjing. LD50 dermal pada tikus adalah 6.8 sampai 50 mg / kg, pada tikus adalah 19 mg / kg, pada marmut adalah 45 mg / kg, dan pada kelinci adalah 15 mg / kg. Dosis terendah dengan efek toksik pada manusia adalah 240 ug / kg (kurang dari 0,1 ons).

E. Penanganan Keracunan Organofosfat Keracunan akut : Tindakan gawat darurat: 1. Buat saluran udara. 2. Pantau tanda-tanda vital. 3. Berikan pernapasan buatan dengan alat dan beri oksigen. 4. Berikan atropin sulfat 2 mg secara i.m, ulangi setiap 3 8 menit sampai gejala keracunan parasimpatik terkendali. 5. Berikan larutan 1g pralidoksim dalam air secara i.v, perlahan-lahan, ulangi setelah 30 menit jika pernapasan belum normal. Dalam 24 jam dapat diulangi 2 kali. Selain pralidoksim, dapat digunakan obidoksim

(toksogonin). 6. Sebelum gejala timbul atau setelah diberi atropine sulfat, kulit dan selaput lendir yang terkontaminasi harus dibersihkan dengan air dan sabun. 7. Jika tersedia Naso Gastric Tube, lakukan bilas lambung dengan air dan berikan sirup ipeca supaya muntah. Tindakan umum: 1. Sekresi paru disedot dengan kateter. 2. Hindari penggunaan obat morfin, aminofilin, golongan barbital,

golongan fenotiazin dan obat-obat yang menekan pernapasan. Keracunan kronik: Jika keracunan melalui mulut dan kadar enzim kolinesterase menurun, maka perlu dihindari kontak lebih lanjut sampai kadar kolinesterase kembali normal. F. Pestisida yang Mengandung Organofosfat yang Terdapat di Pasaran Herbisida
Fungisida Insektisida

: Scout 180/22 AS, Polaris 240 As, Roundup 75 WSG


: Kasumiron 25 / 1 WP, Afugan 300 EC, Rizolex 50 WP : Curacron 500 EC, Tokuthion 500 E

TUGAS KIMIA ZAT TOKSIK PESTISIDA GOLONGAN ORGANOFOSFAT

disusun oleh: Fienda Triani Yulia Anggraeni 0906601405 0706197843

DEPARTEMEN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN DAN ALAM UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2011

Anda mungkin juga menyukai