Anda di halaman 1dari 7

Term Of Reference Evaluasi konsep pemberdayaan masyarakat dalam rangka mengatasi laju urbanisasi dan kemiskinan kota

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan nasional sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 antara lain adalah meningkatkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Untuk mencapai tujuan nasional tersebut kemiskinan harus ditanggulangi karena tujuan nasional tersebut tidak mungkin terwujud jika kemiskinan ada dimana-mana. Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk miskin masih sebesar 37,3 juta jiwa atau 17,4 persen pada tahun 2003. Kemiskinan yang terjadi di Indonesia tidak hanya dari segi pendapatan saja, tetapi juga dari kemiskinan insani (human poverty) dan kemiskinan martabat (voicelessness, powerlessness, dan vulnerability). Kondisi kemiskinan ini menampakkan kemiskinan multidimensi dan telah berlangsung lama bahkan dalam beberapa generasi, sehingga menjadi kemiskinan kronis. Keadaan tersebut sangat ironis apabila dibandingkan dengan kekayaan alam Indonesia yang berlimpah. Indonesia merupakan negara kepulauan dengan kekayaan alam yang beragam dan letak geostrategis dan peran yang sangat penting dalam lingkup regional. Kekayaan laut memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi dan kandungan mineral serta benda-benda arkeologis yang sangat berharga. Indonesia juga mempunyai hutan hujan tropis terluas nomor dua di dunia, yaitu hampir mencapai 114 juta hektar. Yang antara lain merupakan sumber bahan kayu, plasma nuftah, dan obat-obatan. Kekayaan alam lainnya berupa potensi lahan dan iklim tropis sangat mendukung untuk pengembangan pertanian. Indonesia juga kaya dengan sumberdaya mineral, minyak dan gas bumi. Dengan potensi kekayaan alam tersebut seharusnya kemiskinan tidak terjadi di Indonesia. Kenyataan menunjukkan bahwa kemiskinan terjadi di mana-mana, baik di perkotaan, perdesaan, pesisir, daerah terpencil dan terasing, kawasan transmigrasi, pulau-pulau kecil di kawasan perbatasan dan daerah konflik. Secara indikatif menunjukkan bahwa sebagian besar kemiskinan yang terjadi di Indonesia bukan karena kemiskinan kultural tetapi lebih disebabkan oleh kemiskinan struktural. Pemerintah telah melakukan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan dan telah dapat menurunkan jumlah penduduk miskin secara nyata. Upaya-upaya tersebut berupa kebijakan, program dan anggaran biaya penanggulangan kemiskinan namun belum dilaksanakan secara terintegrasi, sehingga masih terjadi tumpang tindih. Akibatnya kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan tidak mencapai sasaran. Belajar dari pengalaman tersebut, maka perlu disusun strategi penanggulangan kemiskinan secara terintegrasi dengan partisipasi seluruh stakeholder. Ada dua pendekatan utama penanggulangan kemiskinan, yaitu: (1) meningkatkan pendapatan melalui peningkatan produktivitas; dan (2) mengurangi pengeluaran melalui pengeluaran beban kebutuhan dasar. Upaya tersebut ditempuh melalui empat pilar kebijakan yaitu: (1) perluasan kesempatan; (2) pemberdayaan masyarakat; (3) peningkatan kapasitas dan sumberdaya manusia; dan (4) perlindungan sosial. Pembangunan antara 1950-1960 terasa ada optimisne dan harapan besar tentang konsep pembangunan akibat dinamika pertumbuhan ekonomi yang dialami Negara barat yang sudah melakukan industrilisasi dengan investasi modal besar guna mendongkrak

sumberdaya dan potensi yang ada pada masyarakat. Berbekal teori bahwa pembangunan identik dengan pertumbuhan ekomoni di tempuh strategi pembangunan dengan sasaran tunggal untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dalam waktu singkat. Oleh karena itu di tempuh jalan pintas untuk membuka lebar-lebar investasi modal asing beserta teknologinya. Pandangan diatas sebagaimana dikemukakan Rostow, mengasumsukan bahwa terjadi pertumbuhan ekonomi yang tinggi, sebagai konsekuensinya akan terjadi trickle down effect. Tetesan kebawah diharapkan juga akan mencapai lapisan rakyat kecil yang berada di desa maupun di daerah yang belum sempat dibangun. Manun pada kenyataannya sungguh mengedihkan, karena menkipunterjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi secara nasional muncul persoalan lainberupa, pengangguran, peningkatan kejahatan, terjadi pula migrasi dari desa kekota. Penduduk miskin di pedesaan yang tidak terampil meneyerbu ke kotabesar yang semakin mempersubur tingkat kerawanan kota.sektor informal menjadi incaran bagi migrant yang kurang terampil ini. Beserta dengan keluarga dan anak-anak merekamemebantu bekerja penjaga barang dagangan, pengamen,pedagang asong, dan pengemis B. Rumusan Evaluasi Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah kajian ini adalah bagaimana efektifitas konsep program pemberdayaan masyarakat yang ada dalam mengatasi laju urbanisasi dan kemiskinan kota.

C. Tujuan Evaluasi Tujuan yang ingin dicapai dari Kajian ini adalah 1. Menyusun konsep pemberdayaan masyarakat untuk mengatasi laju urbanisasi di Kota Makassar 2. Menyusun konsep pemberdayaan masyarakat untuk mengatasi kemiskinan kota Makassar D. Fokus dan Sasaran Evaluasi Kajian ini diarahkan untuk mendapatkan masukan konsep pemberdayaan masyarakat untuk mengatasi laju urbanisasi dan kemiskinan kota Makassar. Oleh karena itu maka pertanyaan yang akan dijawab dalam kajian ini adalah : 1. Bagaimana dan mengapa motivasi masyarakat melakukan urbanisasi di kota besar 2. Apa dan kenapa pemiskinan kota terjadi 3. Apa dan bagaimana pendekatan pemberdayaan masyarakat yang telah ada, dan bagaimana implikasinya terhadap laju urbanisasi dan kemiskinan kota 4. Bagaimana batasan batasan pemberdayaan masyarakat terhadap pengaruh pada laju urbanisasi dan kemiskinan kota 5. Kelompok sasaran pemberdayaan dalam menekan laju urbanisasi dan kemiskinan kota makassar E. Indikator Pelaksanaan Evaluasi 1. Indikator Masukan (Input) a. Adanya informasi tentang motivasi laju urbanisasi di kota Makassar b. Data aktual penyebab pemiskinan di daerah perkotaan c. Hasil analisis konsep pemberdayaan masyarakat yang ada dalam mengatasi laju urbanisasi dan kemiskinan kota. d. Indikator keberhasilan pemberdayaan masyarakat terhadap laju urbanisasi dan kemiskinan kota beradasarkan kelompok sasaran pemberdayaan 2. Keluaran (Ouput)

a. Analisis komprehensif mengenai konsep pemberdayaan masyarakat yang efektif untuk mengatasi laju urbanisasi dan pemiskinan di kota Makassar b. Konsep pemberdayaan masyarakat yang faktual dalam mengatasi laju urbanisasi dan kemiskinan kota F. Prosedur Evaluasi Persiapan dan Perencanaan Evaluasi Persiapan (Input)

Pelaksanaan Pemantauan (Observasi, FGD, Wawancara)

Penyesuain Perbaikan Konsep

Perencanaan (Proses) Pelaksanaan (Output)

Hasil Pemantauan

Evaluasi/Analisis dan Penilaian

Hasil (Outcome)

Laporan

Pengguna Kepala Dinas Provinsi Kabid Pemberdayaan Provinsi Penerima Manfaat Badan Keswadayaan MAsyarakat

G. Mekanisme Evaluasi Mekanisme evaluasi berkaitan dengan waktu pelaksanaan, pelaksanaannya, metode, Instrumen dan dokumen yang digunakan serta langkah langkah pelaksanaan a. Waktu pelaksanaan dilakukan secara berkala selama........(bulan.....s/d bulan .......) b. Menentukan tim pelaksana evaluasi, Tim pelaksanan adalah SDM dari Unit terkait seperti Badan Pemberdayaan Masyarakat, BAPPEDA dan Supervisor Program Pemberdayaan atau tenaga yang di tunjuk oleh pimpinan kegiatan Tim Evaluasi Menetapkan Target sasaran evaluasi, yaitu pejabat yang terkait dengan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat Miskin perkotaan Menyiapkan dokumen dokumen yang dibutuhkan termasuk daftar pertanyaan dan data data sekunder dan primer c. Metode yang digunakan dapat berupa observasi, angket pengisian kuisioner dan wawancara kepada pejabat terkait dan LSM/Tokoh Masyarakat, melalui FGD (Focus Group Discussion) d. Instrumen yang digunakan adalah comparasi data data efektivitas pemberdayaan masyarakat miskin perkotaan e. Menyusun laporan evaluasi

Bagan Mekanisme Evaluasi


Observasi, Wawancara Kuisioner, FGD

Sasaran
Kepala Dinas Sosial Provinsi Kabid pemberdayaan Sosial Provinsi Kasie yang menangani pemberdayaan Fakir Miskin Penerima Manfaat Pendamping kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Miskin Kota Makassar Supervisor Program Pemberdayaan masyarakat miskin kota Makassar Kepala Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota yang daerah tingkat kemiskinan dan laju mastarakat urban tinggi LSM/Yayasan Tokoh Masyarakat/Agama Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Kota Makassar

Tim Evaluasi

Penyiapan Laporan

H. Batasan Evaluasi 1. Konsep pemberdayaan atau empoverment yang nerupakan kajian kemampuan manusia dan hasil kebudayaan barat (eropa) yang muncul pada dekade 70-an dan kemudian berkembang terus hingga pada dekade berikutnya sampai pada akhir abad ke20. Hal ini muncul yang didasarkan pada gerakan emansipasi, demokratisasi, partisipatoris, serta gerakan gerakan kaum tertindas lainnya dalam pengorganisasian masyarakat dan pertumbuhan dari new polulism dan dalam gerakan gerakan progresif untuk perdamaian dan keadilan sosial (Kresberg, 1992) 2. Urbanisasi merupakan proses sosial penciptaan sistem dinamis yang dikenal sebagai kota. Urbanisasi meliputi perubahan penduduk, proses produksi, dan lingkungan sosialpolitik-ekonomi pedesaan yang bersifat padat karyake ekonomi kota yang terkonsentrasikan spesialisasiproduksi, teknologi relatif tinggi dan kewiraswastaan. Urbanisasi dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu pertumbuhanalami penduduk daerah perkotaan, migrasi dari daerahpedesaan ke daerah perkotaan, dan reklasifikasi desa perdesaan menjadi desa perkotaan [9]. Berhubungan eratdengan proses urbanisasi, bertambahnya kapasitas industri, intensitas pemakaian modal, teknologi, inovasi, dan spesialisasi lebih lanjut yang semuanya merupakan unsur pokok industrialisasi. Oleh karena itu, urbanisasi dipandang sebagai unsur positif berkembangnya industrialisasi di suatu tempat atau negara. 3. Secara ekonomistik kemiskinan dikaitkan dengan masalah pendapatan. Karena pengertian ini tidak mampu menjelaskan masalah kemiskinan secara tuntas maka kemiskinan harus didefinisikan secara plural. John Friendman mendefinisikan kemiskinan sebagai suatu kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan dasar (esensial) individu sebagai manusia, sementara Chambers menggambarkan kemiskinan, terutama di pedesaan

mempunyai lima karakteristik yang saling terkait: kemiskinan material, kelemahan fisik, keterkucilan dan keterpencilan, kerentanan, dan ketidakberdayaan. 4. Batasan pemberdayaan lebih menekankan pada produk akhir dari proses pemberdayaan, yaitu masyarakat yang memperoleh pemahaman dan mampu mengontrol daya-daya sosial, ekonomi, dan poilitik agar bisa meningkatkan kedudukannya dalam masyarakat. Intinya peningkatan kedudukan di masyarakat terdiri atas : (1). Akses, (2). Daya pengikut, (3). Pilihan pilihan, (4). Status, (5). Kemampuan refleksi kritis, (6). Legitimasi, (7). Disiplin, dan (8). Persepsi kreatif 5. Pemberdayaan mempunyai tujuan untuk menumbuhkembangkan kekuatan-kekuatan yang dimiliki pribadi atau kelompok yang ada pada masyarakat miskin dan kelompok lemah lainnya. I. Pendekatan Pendekatan Evaluasi 1. Pendekatan Pendekatan yang digunakan dalam menyusun konsep pemberdayaan masyarakat guna mengatasi laju urbanisasi dan kemiskinan kota secara lokal di Makassar adalah menggunakan metode konsep pemberdayaan secara umum dengan tidak mengesampingkan pendekatan secara kultural spasial 2. Jenis Kegiatan Kajian ini untuk mendeskripsikan, menganalisis secara sistematis, faktual dan akurat tentang konsep pemberdayaan masyarakat berdasarkan teori dan konsep secara umum berlaku. Sesuai dengan hal tersebut maka jenis kajian ini adalah kajian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya (Sukmadinata, 2006 : 72). Sedangkan Furchan (2004:16) menjelaskan bahwa Penelitian deskriptif mempunyai karakteristik-karakteristik sebagai berikut : 1) menggambarkan suatu fenomena apa adanya dengan cara menelaah secara teratur dan ketat, mengutamakan objektivitas (apa adanya), dan dilakukan secara cermat dan teliti; 2) tidak adanya perlakuan yang diberikan atau dikendalikan (variabel), dan 3) tidak adanya uji hipotesis (jawaban sementara atau prediksi). 3. Teknik pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Diskusi Kelompok Terfokus (Focus Group Discussion/ FGD), Wawancara mendalam (in-depth interview) dan studi dokumentasi. FGD dimaksudkan untuk mendapatkan informasi dan verifikasi serta konfirmasi secara cepat terhadap fokus kajian. Wawancara mendalam bertujuan untuk memperoleh informasi yang berkualitas, lengkap dan mendalam terhadap suatu topik serta studi dokumentasi diarahkan pada pengumpulan data yang berasal dari berbagai literatur mencakup peraturan perundang-undangan, peraturan/regulasi, pedoman, serta buku-buku yang terkait dengan kajian. 4. Teknik Pemilihan Informan dan Penentuan Lokasi Teknik Pemilihan informan yang digunakan dalam kajian ini adalah Purposive sampling, yaitu pemilihan Informan didasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam kajian. Infromasi yang diperoleh diharapkan mampu memberikan gambaran tentang penyebab Laju urbanisasi di Kota Makassar serta Indikasi penyebab Kemiskinan di Kota Makassar. Untuk mendapatkan Informasi tersebut maka informan yang diplih adalah : a. Kepala Dinas Sosial Provinsi b. Kabid pemberdayaan Sosial Provinsi c. Kasie yang menangani pemberdayaan Fakir Miskin

d. e. f. g.

Penerima Manfaat Pendamping kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Miskin Kota Makassar Supervisor Program Pemberdayaan masyarakat miskin kota Makassar Kepala Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota yang daerah tingkat kemiskinan dan laju mastarakat urban tinggi h. LSM/Yayasan i. Tokoh Masyarakat/Agama j. Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Kota Makassar Lokasi uji petikdalam kajian ini secara berurutan adalah : a. Kecamatan Rappocini Kota Makassar b. Kecamatan Tamalanrea c. Kecamatan Maccini Gusung Kota Makassar Dasar pemilihan lokasi tersebut dilakukan sesuai dengan kriteria : 1). Keterwakilan wilayah (Barat, Tengah, Timur), 2). Jumlah dan Karasteristik kemiskinan di tiap wilayah Kota Makassar, 3). Urutan Indeks pembangunan manusia (IPM), 3). Wilayah asal masyarakat Urban di Sekitar Kota Makassar. J. Pelaporan Laporan hasil evaluasi disusun secara ringkas dan minimal memuat hal hal sebagai berikut : a. Pengantar Bagian ini memuat pengantar penyampaian hasil evaluasi oleh pimpinan kegiatan yang melaksanakan evaluasi. b. Ringkasan Eskskuti Bagian ini memuat rangkuman kegiatan dan hasil pelaksanaan evaluasi secara keseluruhan c. Pelaksanaan Evaluasi Pada bagian ini dijelaskan bagaimana kegiatan evaluasi dilaksanakan yang mencakup antara lain : tim pelaksana, proses dan prosedir pelaksanaan, metode yang digunakan, jadwal pelaksanaan, dan masalah yang ditemukan selama proses pemantauan dan evaluasi. d. Lingkup kegiatan Menjelaskan lingkup kegiatan evaluasi yang telah diselenggarakan, termasuk siapa sasarannya. e. Hasil Evaluasi (analisis dan penilaian) Mengambarkan hasil kajian dan analisis dan penilaian terhadap hasil evasluasi yang sudah dilakukan. Hasil evaluasi yang dilaporkan mencakup aspek-aspek sebagai berikut : Pencapaian indikator kinerja setiap tahap pelaksanaan Proses pelaksanaan aktivitas penyusunan (termasuk kendala dan masalah yang muncul selama pelaksanaan Penyimpangan yang terjadi dibandingkan dengan aturan yang berlaku serta penyebab penyimpangan Kesimpulan penilaian f. Rekomendasi Rekomendasi memuat hal hal yang perlu mendapat perhatian atau memerlukan tindak lanjut baik oleh internal pelaksana maupun instansi eksternal sebagai penggerak

(Bappenas, Kementerian Keuangan dan Kementerian Kementerian di bidang Pemberdayaan masyarakat) g. Lampiran Memuat lampiran (dokumentasi, kuisioner dan dokumentasi kegiatan)

Anda mungkin juga menyukai