Anda di halaman 1dari 97

PUTUSAN

NO. 517/PID.B/2008/PN.Blt.
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Negeri Blitar yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa dalam peradilan tingkat pertama, telah menjatuhkan putusan dalam perkara terdakwa : Nama lengkap Tempat lahir Umur/Tanggal lahir Jenis kelamin Kebangsaan Tempat tinggal Agama Pekerjaan : Drs. H. MAHMUD Z. : Blitar : 59 tahun/11 Mei 1949 : Laki-laki : Indonesia : Rt.004/Rw.001 Desa Wonodadi Kec. Wonodadi Kab. Blitar : Islam : Anggota DPRD Kab. Blitar (Periode 20042009) Terdakwa ditahan di Rumah Tahanan Negara Blitar berdasarkan Surat Perintah/Penetapan Penahanan : 1. Penyidik (tidak ditahan) ; 2. Penuntut Umum, sejak tanggal 16 Juli 2008 s/d tanggal 4 Agustus 2008 ; 3. Perpanjangan Ketua Pengadilan Negeri Blitar, sejak tanggal 20 Agustus 2008 s/d tanggal 18 Oktober 2008 ; 4. Hakim Pengadilan Negeri Blitar, sejak tanggal 21 Juli 2008 s/d tanggal 19 Agustus 2008 ; 5. Perpanjangan Ketua Pengadilan Negeri Blitar, sejak tanggal 20 Agustus 2008 s/d tanggal 18 Oktober 2008 ; 6. Dilakukan Pembantaran (STUITING), sejak tanggal 4 September 2008 s/d tanggal 11 Sepetember 2008 ; 7. Pengalihan Penahanan Rutan menjadi Tahanan Kota, sejak tanggal 11 September 2008 s/d tanggal 18 Oktober 2008 ; 8. Perpanjangan I Wakil Ketua Pengadilan Tinggi Surabaya, sejak tanggal 19 Oktober 2008 s/d tanggal 17 Nopember 2008 ;

9. Perpanjangan II Wakil Ketua Pengadilan Tinggi Surabaya, sejak tanggal 18 Nopember 2008 s/d tanggal 17 Desember 2008 ; Terdakwa didampingi oleh Penasihat Hukumnya yang bernama MOCHAMAD MOCHTAR, SH.,Msi Advokat/Penasehat Hukum yang berkantor di Jl. Joyosari 563 Malang, berdasarkan surat kuasa khusus yang telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Blitar dengan register No.64/SK/08 tertanggal 4 Agustus 2008 ; Pengadilan Negeri tersebut ; Telah membaca : 1. Surat Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Blitar Nomor : 517/Pen.Pid/2008/PN.Blt, tertanggal 21 Juli 2008 tentang penunjukkan Majelis Hakim untuk memeriksa dan mengadili perkara terdakwa tersebut; 2. Surat Penetapan Hakim Ketua Majelis Nomor : 517/Pen.Pid/2008/PN.Blt, tertanggal 22 Juli 2008 tentang penetapan hari persidangan ; Telah membaca berkas perkara yang bersangkutan ; Telah membaca dakwaan Penuntut Umum ; Telah mendengar keterangan para saksi, keterangan ahli dan keterangan terdakwa ; Telah memeriksa barang bukti yang diajukan di persidangan ; Telah mendengar Surat Tuntutan Penuntut Umum yang dibacakan dan diserahkan di persidangan pada hari Senin tanggal 12 Januari 2009, yang pada pokoknya menuntut agar Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini memutuskan : 1. Membebaskan Drs. H. MAHMUD Z. dari Dakwaan Primair melanggar pasal 2 (1) UU No. 31 tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana dalam Surat Dakwaan Primair ; 2. Menyatakan terdakwa Drs. H. MAHMUD Z. bersalah telah melakukan tindak pidana KORUPSI sebagaimana diatur dalam pasal 3 jo Pasal 18 UU No. 31 tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 20 tahun 2001 tentang perubahan atas UU No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana dalam Surat Dakwaan Subsidair ;

3. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Drs. H. MAHMUD Z. dengan pidana penjara selama 4 (empat) tahun dikurangi tahanan dengan perintah terdakwa tetap ditahan ; 4. Menjatuhkan Pidana Denda sebesar Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) Subsidair 6 (enam) bulan kurungan ; 5. Menjatuhkan Pidana terhadap terdakwa Drs. H. MAHMUD Z. dengan Pidana Tambahan untuk membayar uang Pengganti sebesar Rp. 31.000.000,- (tiga puluh satu juta rupiah) dengan ketentuan jika terdakwa tidak membayar uang pengganti paling lama dalam waktu 1 (satu) bulan sesudah Putusan Pengadilan memperoleh kekuatan hukum yang tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh Jaksa dan dilelang untuk menutupi uang Pengganti tersebut, dalam hal Terdakwa tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar uang pengganti, maka diganti dengan pidana penjara selama 6 (enam) bulan ; 6. Menyatakan barang bukti berupa : a. 1 (satu) lembar surat tentang biaya Jasa Kerja sebesar Rp. 1.125.000.000,- (satu milyar seratus dua puluh lima juta rupiah) semula di Sekretariat DPRD dialihkan ke secretariat belanja barang dan jasa (jenis belanja), Jasa Kantor (obyek belanja), Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan (rincian obyek) ; b. 8 (delapan) lembar SPMG tanggal 18 Pebruari 2004 beserta lampirannya ; c. 2 (dua) lembar fotocopy kwitansi tertanggal 25 Agustus 2004 dengan perincian sebagai berikut : Kwitansi 1 (satu) senilai Rp. 900.000.000,- (sembilan ratus juta rupiah) ; Kwitansi 2 (dua) senilai Rp. 225.000.000,- (dua ratus dua puluh lima juta rupiah) yang ditanda tangani/parap oleh Samirin Darwoto ; d. 1 (satu) buah penjabaran perubahan APBD Kab. Blitar tahun anggaran 2004; e. 1 (satu) buah penjabaran APBD Kab. Blitar tahun anggaran 2004 ; f. 1 (satu) buah APBD Kab. Blitar tahun anggaran 2004 ; g. 1 (satu) buah PAK APBD Kab. Blitar tahun anggaran 2004 ; h. 1 (satu) buah RAPBD Kab. Blitar tahun 2004 ; i. 1 (satu) rancangan PAK Kab. Blitar tahun 2004 ;

j. 1 (satu) rancangan APBD tahun 2004 ; k. 1 (satu) rancangan perubahan Penjabaran APBD Kab. Blitar tahun 2004 ; l. 1 (satu) buah Penjabaran Perubahan APBD Kab. Blitar tahun 2004 ; m. 1 (satu) buah DASK Kab. Blitar tahun 2004 ; n. 1 (satu) bendel SPMG No. 699 tanggal 2 April 2004 ; o. 1 (satu) bendel SPMG No. 1387 tanggal 6 Juli 2004 ; p. 1 (satu) bendel SPMG No. 08 tanggal 30 Januari 2004 ; q. 1 (satu) bendel SPMG No. 745 tanggal 13 April 2004 ; r. 1 (satu) bendel SPMG No. 945 tanggal 5 Mei 2004 ; s. SK Gubernur Kepala Dati II Jatim No : 171423/71/012/1999 tanggal 16 Oktober 1999 yang seluruhnya barang bukti dipergunakan untuk perkara lain ; 7. Menetapkan supaya terdakwa dibebani biaya perkara sebesar Rp. 5.000,(lima ribu rupiah) ; Telah mendengar Pembelaan (Pledoi) terdakwa secara tertulis yang dibacakan dan diserahkan dalam persidangan pada tanggal 2 Pebruari 2009 yang pada pokoknya memohon pada Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara terdakwa tersebut, agar membebaskan terdakwa dari segala dakwaan, membebaskan dari segala biaya dan membebankan segala biaya kepada Negara, dan telah pula mendengar Pembelaan (Pledoi) dari Penasehat Hukum terdakwa secara tertulis yang diserahkan dalam persidangan pada tanggal 2 Pebruari 2009 yang pada pokoknya mengemukakan hal-hal sebagai berikut : Menerima seluruh Pembelaan (Pledoi) Penasehat Hukum terdakwa ; Menyatakan bahwa dakwaan Penuntut Umum tidak terbukti untuk seluruhnya ; Membebaskan terdakwa dari segala dakwaan dan tuntutan Penuntut Umum; Memerintahkan agar terdakwa dibebaskan dari tahanan ; Memulihkan kehormatan dan nama baik terdakwa ; Membebankan seluruh biaya dalam perkara ini kepada Negara ; Menimbang, bahwa atas pembelaan yang diajukan oleh terdakwa dan Penasehat Hukumnya tersebut, Penuntut Umum telah mengajukan tanggapan secara tertulis yang dibacakan dan diserahkan dalam persidangan pada tanggal 9 Pebruari 2009 yang pada pokoknya memohon pada Majelis

Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini menolak Pledoi terdakwa dan Penasehat Hukumnya tertanggal 2 Pebruari 2009 dan Penuntut Umum menyatakan tetap pada Tuntutannya yang dibacakan pada persidangan tanggal 12 Januari 2009 ; Menimbang, bahwa atas tanggapan Penuntut Umum tersebut, terdakwa dan Penasehat Hukumnya telah mengajukan tanggapannya secara tertulis yang dibacakan dan diserahkan dalam persidangan tanggal 12 Pebruari 2009 yang pada pokoknya masing-masing tetap pada Pledoinya ; Menimbang, bahwa terdakwa diajukan oleh Penuntut Umum ke persidangan ini dengan dakwaan sebagai berikut : DAKWAAN PRIMAIR Bahwa terdakwa Drs. H. MAHMUD Z., selaku Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Blitar periode Tahun 1999-2004 berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur No : 171.423/32/021/1999 tanggal 27 Agustus 1999 yang merangkap/sekaligus sebagai Sekretaris Panitia Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Blitar tahun 2004 berdasarkan Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Blitar Nomor : 13 Tahun 2002 tanggal 23 Desember 2002 dan Nomor : 5 Tahun 2004 tanggal 13 April 2004, pada hari yang tidak dapat diingat lagi tanggal 30 Desember 2003 dan 7 Juli 2004 atau setidak- tidaknya pada waktu tertentu dalam Tahun 2003 dan Tahun 2004, bertempat di ruang kerja KRISANTO, SE.MM di kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Blitar Jl. Sudanco Supriyadi Blitar atau setidak-tidaknya pada suatu tempat tertentu yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Blitar, secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, yang dilakukan dengan cara sebagai berikut : Bahwa berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor : 171.423/32/021/1999 tanggal 27 Agustus 1999 terdakwa Drs. H. MAHMUD Z. diangkat sebagai Anggota DPRD Kabupaten Blitar periode Tahun 1999-2004 dan berdasarkan Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Blitar Nomor : 13 Tahun 2002 tanggal 23 Desember 2002 dan Nomor : 5 Tahun 2004 tanggal 13 April 2004 terdakwa Drs. H. MAHMUD Z. diangkat sebagai Sekretaris Panitia

Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2004. Bahwa terdakwa Drs. H. MAHMUD Z., selaku Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten blitar periode Tahun 1999-2004 yang merangkap/sekaligus sebagai Sekretaris Panitia Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2004, seharusnya dalam meminta dan menerima dana penyusunan APBD Kabupaten Blitar Tahun 2004 didasarkan pada ketentuan-ketentuan sebagai berikut : Bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah No : 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggung-jawaban Keuangan Daerah. Pengelolaan Keuangan Daerah dilakukan secara tertib, taat pada perundangan-undangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan dan bertanggung-jawab dengan memperhatikan azas keadilan dan kepatutan (pasal 4). Bahwa berdasarkan Keputusan MENDAGRI Nomor : 29 Tahun 2002 tanggal 10 Juni 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah mengatur antara lain : Setiap pengeluaran Kas harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah mengenai hal yang diperoleh oleh pihak yang menagih (pasal 49 ayat 5). Pengguna Anggaran dilarang melakukan pengeluaran-pengeluaran atas beban belanja Daerah untuk tujuan lain dari pada yang ditetapkan (pasal 55 ayat 2). Bahwa berdasarkan Surat MENDAGRI Nomor : 161/3211/SJ tanggal 29 Desember 2003, Pedoman tentang Kedudukan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah mengatur antara lain : Untuk mendukung tugas Pimpinan DPRD atau membiayai kegiatan lainnya yang dilakukan oleh Pimpinan atas nama Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah dan sebagai alat kelengkapan DPRD dapat disediakan Belanja Penunjang Operasional Pimpinan DPRD (C.1). Penyusunan Pelaksanaan dan Penatausahaan, Penggunaan Belanja Pimpinan dan Anggota DPRD dilakukan oleh Sekretaris DPRD selaku Pengguna Anggaran. 6

Namun dalam pelaksanaannya dilakukan penyimpangan-penyimpangan yang dapat diuraikan sebagai berikut : Bahwa pada sekitar akhir bulan Nopember 2003 atau awal bulan Desember 2003 ada pertemuan di Pendopo Kabupaten Blitar yang dihadiri oleh unsur Pimpinan DPRD Kabupaten Blitar antara lain Sdr. H. SAMIRIN DARWOTO dan pejabat-pejabat eksekutif antara lain Drs. H. IMAM MUHADI, MBA.MM dan Drs. SOEBIANTORO, MSi selaku Sekda Kab. Blitar. Pada saat itu Sdr. H. SAMIRIN DARWOTO selaku Ketua DPRD Kabupaten Blitar telah meminta kepada Drs. H. SOEBIANTORO, MSi selaku Sekretaris Daerah Kabupaten Blitar agar diberikan dana untuk biaya penyusunan APBD Tahun 2004. Bahwa dari hasil pertemuan yang bertempat di Pendopo Kabupaten Blitar antara unsur Pimpinan DPRD Kabupaten Blitar dengan pejabatpejabat eksekutif tersebut, kemudian ditindak lanjuti dengan pertemuan lain dalam pembicaraan khusus antara Panitia Anggaran DPRD Kab. Blitar (Tim legislatif Kabupaten Blitar) yang diwakili oleh MASDAIN RIFAI, KUSTANTO dan terdakwa Drs. H. MAHMUD Z., masing-masing selaku Ketua Panitia Anggaran, Wakil Ketua Panitia Anggaran dan Sekretaris Panitia Anggaran, dengan Tim Anggaran yang dihadiri antara lain oleh Drs. H. SOEBIANTORO, MSi dan KRISANTO, SE.MM masingmasing selaku Ketua Tim dan Sekretaris Tim Anggaran Pemkab. Blitar bertempat di ruang rapat Bupati, dengan agenda membahas permintaan DPRD Kabupaten Blitar yang menghendaki dana untuk biaya penyusunan APBD Tahun 2004 sebesar Rp. 610.000.000,- (enam ratus sepuluh juta rupiah). Bahwa setelah selesai pertemuan dan pembicaraan khusus yang membahas permintaan DPRD Kabupaten Blitar yang meminta dana untuk biaya penyusunan APBD Tahun 2004 sebesar Rp. 610.000.000,(enam ratus sepuluh juta rupiah) tersebut, kemudian Drs. H. SOEBIANTORO, MSi selaku Sekretaris Daerah Kabupaten Blitar merangkap Ketua Tim Anggaran (Eksekutif) memerintahkan Sdr. Krisanto, SE.MM selaku Kabag Keuangan merangkap Sekretaris Tim Anggaran (Eksekutif), untuk memasukkan anggaran biaya penyusunan APBD Tahun 2004 ke dalam Pos Anggaran Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemerintah Kabupaten Blitar.

Bahwa dalam bulan Desember 2003 saat dilakukan pembahasan RAPBD Kab. Blitar Tahun 2004 untuk menjadi Perda No. 1 Tahun 2004 tentang APBD Kab. Blitar Tahun 2004, H. SAMIRIN DARWOTO dan terdakwa atas nama DPRD Kab. Blitar telah meminta kepada Sekda Kab. Blitar (Drs. H. SOEBIANTORO, MSi) dan Kabag Keuangan Pemkab. Blitar (KRISANTO, SE.MM) dana biaya penyusunan APBD Tahun 2004 yang dititipkan pada Pos Anggaran Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemerintah Kabupaten Blitar. Bahwa selanjutnya pada tanggal 30 Desember 2003, Sekretaris Daerah Kabupaten Blitar (Drs. H. SOEBIANTORO, MSi) memerintahkan Kabag. Keuangan (KRISANTO, SE.MM) agar menyerahkan uang Pemkab. Blitar sebanyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) kepada terdakwa dan Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) kepada Sdr. H. SAMIRIN DARWOTO. Karena APBD Kab. Blitar Tahun 2004 belum disahkan kemudian Kabag. Keuangan Pemkab. Blitar (Sdr. KRISANTO, SE.MM) menyuruh SITI SULASTRI untuk mengambil dana/uang stock Kas Pemkab. Blitar dari Pembantu Pemegang Kas Rutin Sekretariat Pemerintah Kabupaten Blitar (TITIK WISMIATI) sebesar Rp. 510.000.000,- (lima ratus sepuluh juta rupiah).

Bahwa setelah dana sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah), sekaligus kuitansi bukti penerimaan uang diterima KRISANTO, SE.MM kemudian pada tanggal 30 Desember 2003 bertempat di ruang kerja Kabag. Keuangan Pemerintah Kabupaten Blitar, dana sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) oleh KRISANTO, SE.MM diserahkan kepada terdakwa dan pada saat itu juga terdakwa menandatangani kuitansi bukti penerimaan uang tersebut, sedang yang Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) pada hari itu juga oleh SITI SULASTRI atas perintah KRISANTO, SE.MM diserahkan kepada H. SAMIRIN DARWOTO di rumah Dinas Ketua DPRD Kab. Blitar yang saat itu juga H. SAMIRIN DARWOTO menandatangani kuitansi bukti penerimaan uang tersebut. Selanjutnya untuk mengganti dana cadangan/stok kas yang keluar, pada tanggal 30 Januari 2004 (dua puluh hari setelah Perda No. 1 tahun 2004 tanggal 9 Januari 2004 tentang APBD Pemda Kab. Blitar tahun 2004 disahkan) Drs. H. SOEBIANTORO, MSi memerintahkan KRISANTO, SE.MM untuk memproses pencairan uang dana DPRD yang dititipkan

pada Pos Anggaran Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar sebesar Rp. 510.000.000,- (lima ratus sepuluh juta rupiah). Atas perintah tersebut kemudian KRISANTO, SE.MM memerintahkan dan dilaksanakan oleh TITIK WISMIATI untuk membuat SPP sebesar tersebut diatas. Selanjutnya setelah SPP dilengkapi dengan SKO dan kuitansi penerimaan uang dari terdakwa dan kuitansi penerimaan uang dari H.SAMIRIN DARWOTO masing-masing tertanggal 30 Desember 2003, berkas SPP tersebut diajukan kepada LILIK PURWANTO sebagai pemegang Kas Sekretariat Pemkab Blitar dan setelah ditandatangani oleh LILIK PURWANTO lalu SPP tersebut diajukan ke Asisten II Sekretaris Pemkab Blitar untuk disetujui, kemudian disampaikan kepada Kasubag Anggaran untuk diteliti kebenaran nilai nominalnya untuk selanjutnya diterbitkan SPMG Nomor : 08 tanggal 30 Januari 2004 yang ditandatangani oleh Kabag Keuangan Sekretariat Pemkab. Blitar (KRISANTO, SE.MM) yang dikeluarkan dari Pos Anggaran Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan rekening nomor : 2.01.03.1.2.02.08.1 untuk pencairan uang senilai Rp. 510.000.000,- (lima ratus sepuluh juta rupiah). Bahwa untuk persiapan sewaktu-waktu diminta oleh terdakwa atau H. SAMIRIN DARWOTO, kemudian pada tanggal 11 Maret 2004, Sdr. KRISANTO, SE.MM (Kabag Keuangan) memerintahkan Sdr. TITIK WISMIATI Pembantu Pemegang Kas agar menyiapkan dana sebesar Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) yang diambilkan dari Pos Anggaran Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan untuk biaya penyusunan APBD tahun 2004 dengan SPMG Nomor : 439 tanggal 11 Maret 2004. Bahwa setelah dana yang diambilkan dari Pos Anggaran Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar untuk biaya penyusunan APBD tahun 2004 sebesar Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) tersebut cair kemudian disimpan dalam brankas sekalian dipersiapkan kuitansi bukti penerimaannya. Bahwa selanjutnya pada tanggal 7 Juli 2004 terdakwa dating ke ruang kerja Kabag Keuangan Pemkab. Blitar menemui KRISANTO, SE.MM untuk mengambil uang sebesar Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) sisa dana biaya penyusunan APBD tahun 2004 Pemkab. Blitar yang dititipkan pada Pos Anggaran Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemerintah Kabupaten Blitar dan kemudian pada

hari itu juga tanggal 7 Juli 2004, bertempat di ruang kerja Kabag Keuangan Pemkab. Blitar oleh Kabag Keuangan (KRISANTO, SE.MM) dana sebesar Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) tersebut diserahkan kepada terdakwa yang saat itu pula terdakwa menerimanya dan menandatangani kuitansi bukti penerimaan uangnya. Bahwa prosedur pencairan keuangan untuk kebutuhan DPRD Kab. Blitar adalah Bendahara Sekretariat DPRD Kab. Blitar memproses pengajuan anggaran sesuai dengan kebutuhan dan pos yang tersedia dalam buku APBD yang pengajuannya ditandatangani oleh Sekwan (Sekretaris DPRD Kab. Blitar) yang kemudian diteruskan ke Bagian Keuangan Pemkab. Blitar oleh Bendahara Sekretariat DPRD. Pengajuan tersebut baru bisa dicairkan apabila sudah terbit SPMG dari Pemkab. Blitar untuk selanjutnya diuangkan di Bank BPD Jatim oleh Bendahara Sekretariat DPRD. Setelah itu Bendahara Sekretariat DPRD (Sekwan) Kab. Blitar membagikan/menggunakan sesuai dengan ketentuan dalam APBD. Bahwa terdakwa dalam hal ini selaku Anggota DPRD Kab. Blitar yang merangkap sebagai Sekretaris Panitia Anggaran DPRD Kab. Blitar telah meminta dan menerima dana dari Pemerintah Kabupaten Blitar untuk DPRD Kab. Blitar sebesar Rp. 600.000.000,- (enam ratus juta rupiah) yang dipergunakan untuk penyusunan APBD Kab. Blitar tahun 2004 dimana SPP (Surat Pengajuan Pembayarannya) tanpa melalui prosedur atau ketentuan yang benar melainkan terdakwa langsung mengambilnya dari Kabag Keuangan Pemkab. Blitar. Bahwa terdakwa bukanlah pengguna anggaran sehingga terdakwa tidak dapat dibenarkan untuk mengambil dana/uang sebesar Rp. 600.000.000,- (enam ratus juta rupiah) untuk DPRD Kab. Blitar. Dengan terdakwa telah meminta dan mengambil dana untuk DPRD Kab. Blitar dengan cara langsung mengambilnya dari Kabag Keuangan Pemkab. Blitar (KRISANTO, SE.MM), maka hal tersebut telah bertentangan dengan Surat MENDAGRI Nomor : 161/3211/SJ tanggal 29 Desember 2003, Pedoman tentang kedudukan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah mengatur antara lain : Untuk mendukung tugas pimpinan DPRD atau membiayai kegiatan lainnya yang dilakukan oleh pimpinan atas nama Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah dan sebagai alat kelengkapan DPRD dapat disediakan Belanja Penunjang Operasional Pimpinan DPRD (C.1).

10

Penyusunan Pelaksanaan dan Penatausahaan, Penggunaan Belanja Pimpinan dan Anggota DPRD dilakukan oleh Sekretaris DPRD selaku Pengguna Anggaran. Bahwa akibat perbuatan terdakwa Drs. H. MAHMUD Z. sebagaimana tersebut diatas telah mengakibatkan kerugian negara Cq. Pemerintah Kabupaten Blitar sebesar Rp. 600.000.000,- (enam ratus juta rupiah) atau setidak-tidaknya sekitar jumlah tersebut. Perbuatan terdakwa Drs. H. MAHMUD Z. tersebut diatas

sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 18 Undang-undang Nomor : 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor : 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undangundang Nomor : 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ; SUBSIDAIR Bahwa terdakwa Drs. H. MAHMUD Z., selaku Anggota DPRD Kabupaten Blitar periode Tahun 1999-2004 berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur No : 171.423/32/021/1999 tanggal 27 Agustus 1999 terdakwa Drs. H. MAHMUD Z. diangkat sebagai Anggota DPRD Kabupaten Blitar periode Tahun 1999-2004 yang merangkap/sekaligus sebagai Sekretaris Panitia Anggaran DPRD Kabupaten Blitar tahun 2004 berdasarkan Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Blitar Nomor : 13 Tahun 2002 tanggal 23 Desember 2002 dan Nomor : 5 Tahun 2004 tanggal 13 April 2004, Drs. H. MAHMUD Z. diangkat sebagai Sekretaris Panitia Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2004, pada waktu dan tempat sebagaimana tersebut pada dakwaan Primair diatas, dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan, yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, yang dilakukan dengan cara sebagai berikut : Bahwa berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor : 171.423/32/021/1999 tanggal 27 Agustus 1999 terdakwa Drs. H. MAHMUD Z. diangkat sebagai Anggota DPRD Kabupaten Blitar periode Tahun 1999-2004 dan berdasarkan Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Blitar Nomor : 13 Tahun 2002

11

tanggal 23 Desember 2002 dan Nomor : 5 Tahun 2004 tanggal 13 April 2004 terdakwa Drs. H. MAHMUD Z. diangkat sebagai Sekretaris Panitia Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Blitar Tahun n 2004. Bahwa sesuai dengan Undang-undang Nomor : 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD, DPRD, Tugas dan fungsi DPRD adalah : 1. Memilih Bupati dan Wakil Bupati ; 2. Bersama Bupati membentuk Perda ; 3. Bersama Bupati menetapkan APBD ; 4. Melaksanakan Pengawasan. Sedangkan tugas dan wewenang Sekretaris Panitia Anggaran adalah melayani, mencatat dan melaporkan kegiatan Panitia Anggaran. Bahwa pada sekitar akhir bulan Nopember 2003 atau awal bulan Desember 2003 ada pertemuan di Pendopo Kabupaten Blitar yang dihadiri oleh unsur Pimpinan DPRD Kabupaten Blitar antara lain Sdr. H. SAMIRIN DARWOTO dan pejabat-pejabat eksekutif antara lain Drs. H. IMAM MUHADI, MBA.MM dan Drs. SOEBIANTORO, MSi. Pada kesempatan itu Ketua DPRD Kabupaten Blitar Sdr. H. SAMIRIN DARWOTO meminta kepada Sekretaris Daerah Kabupaten Blitar agar kepada DPRD Kab. Blitar diberikan dana untuk biaya penyusunan APBD Tahun 2004. Bahwa dari hasil pertemuan yang bertempat di Pendopo Kabupaten Blitar antara unsur Pimpinan DPRD Kabupaten Blitar yang dihadiri antara lain oleh H. SAMIRIN DARWOTO dengan pejabat-pejabat eksekutif antara lain Drs. H. IMAM MUHADI, MBA.MM dan Drs. SOEBIANTORO, MSi tersebut, kemudian ditindak lanjuti dengan pertemuan dan pembicaraan khusus antara Panitia Anggaran DPRD (Tim legislatif) Kabupaten Blitar yang diwakili oleh MASDAIN RIFAI, KUSTANTO dan terdakwa Drs. H. MAHMUD Z., masing-masing selaku Ketua Panitia, Wakil Ketua Panitia dan Sekretaris Panitia Anggaran DPRD Kab. Blitar, bertempat di ruang rapat Bupati, dengan agenda membahas permintaan H. SAMIRIN DARWOTO Ketua DPRD Kabupaten Blitar yang menghendaki dana untuk biaya penyusunan APBD Tahun 2004 sebesar Rp. 610.000.000,- (enam ratus sepuluh juta rupiah).

12

Bahwa setelah selesai pertemuan dan pembicaraan khusus tersebut, kemudian Drs. H. SOEBIANTORO, MSi selaku Sekretaris Daerah Kabupaten Blitar merangkap Ketua Tim Anggaran Eksekutif memerintahkan Sdr. KRISANTO, SE.MM selaku Kabag Keuangan merangkap Sekretaris Tim Anggaran Eksekutif, untuk memasukkan anggaran biaya penyusunan APBD Tahun 2004 ke dalam Pos Anggaran Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemerintah Kabupaten Blitar. Bahwa pada saat dilakukan pembahasan RAPBD untuk menjadi Perda No. 1 Tahun 2004 tentang APBD Pemkab. Blitar Tahun 2004 yaitu sekitar akhir bulan Desember 2003, Sdr. H. SAMIRIN DARWOTO dan terdakwa telah meminta dari Sdr. Drs. H. SOEBIANTORO, MSi selaku Sekda Kab. Blitar merangkap Ketua Tim Anggaran Eksekutif dana untuk biaya penyusunan APBD Tahun 2004 yang dititipkan pada APBD Kab. Blitar Tahun 2004 pada Pos Anggaran Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemerintah Kabupaten Blitar. Bahwa atas permintaan tersebut kemudian pada tanggal 30 Desember 2003, Drs. H. SOEBIANTORO, MSi selaku Sekretaris Daerah Kabupaten Blitar memerintahkan Sdr. KRISANTO, SE.MM selaku Kabag Keuangan Pemkab. Blitar untuk menyerahkan uang Pemkab. Blitar sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) kepada terdakwa dan Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) kepada H. SAMIRIN DARWOTO. Kemudian Sdr. KRISANTO, SE.MM selaku Kabag Keuangan menyuruh SITI SULASTRI untuk mengambil uang stock Kas Pemkab. Blitar yang ada pada Pembantu Pemegang Kas Rutin Sekretariat Pemerintah Kabupaten Blitar (Sdri. TITIK WISMIATI) sebesar Rp. 510.000.000,(lima ratus sepuluh juta rupiah), sekaligus menyiapkan kuitansi bukti penerimaannya. Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) atas nama Drs. H. MAHMUD Z. dan Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) atas nama H. SAMIRIN DARWOTO. Bahwa setelah dana sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dan kuitansi bukti penerimaan uang diterima oleh KRISANTO, SE.MM dari TITIK WISMIATI, kemudian pada hari itu juga tanggal 30 Desember 2003 bertempat di ruang kerja Kabag Keuangan Pemerintah Kabupaten Blitar, dana sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) oleh KRISANTO, SE.MM diserahkan dan diterima oleh terdakwa yang

13

sekaligus menandatangani kuitansi bukti penerimaan uang tersebut. Sedang dana yang sebesar Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) pada hari itu juga oleh Sdri. SITI SULASTRI atas perintah KRISANTO, SE.MM diserahkan kepada H. SAMIRIN DARWOTO di rumah dinas Ketua DPRD Kab. Blitar yang saat itu pula Sdr. H. SAMIRIN DARWOTO membubuhkan tanda tangannya pada kuitansi penerimaan uang tersebut. Selanjutnya untuk mengganti dana cadangan/stok kas yang dikeluarkan tanggal 30 Desember 2003, pada tanggal 30 Januari 2004 sekitar 20 hari setelah Perda No. 1 tahun 2004 tentang APBD Pemda Kab. Blitar Tahun 2004 disahkan Drs. H. SOEBIANTORO, MSi memerintahkan KRISANTO, SE.MM untuk memproses pencairan dana untuk DPRD Kabupaten Blitar yang dititipkan pada Pos Anggaran Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar sebesar Rp. 510.000.000,- (lima ratus sepuluh juta rupiah). Atas perintah tersebut kemudian KRISANTO, SE.MM memerintahkan dan dilaksanakan oleh TITIK WISMIATI untuk membuat SPP sebesar tersebut diatas. Selanjutnya setelah SPP dilengkapi dengan SKO dan kuitansi penerimaan uang dari terdakwa dan H.SAMIRIN DARWOTO, berkas SPP tersebut diajukan kepada LILIK PURWANTO sebagai pemegang Kas Sekretariat Pemkab Blitar dan setelah ditandatangani oleh LILIK PURWANTO lalu SPP tersebut diajukan ke Asisten II Sekretaris Pemkab Blitar untuk disetujui, kemudian disampaikan kepada Kasubag Anggaran untuk diteliti kebenaran nilai nominalnya untuk selanjutnya diterbitkan SPMG Nomor : 08 tanggal 30 Januari 2004 yang ditandatangani oleh Kabag Keuangan Sekretariat Pemkab. Blitar (KRISANTO, SE.MM) yang dikeluarkan dari Pos Anggaran Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan, rekening nomor : 2.01.03.1.2.02.08.1 untuk pencairan uang senilai Rp. 510.000.000,- (lima ratus sepuluh juta rupiah). Bahwa guna persiapan sewaktu-waktu diminta oleh terdakwa atau H. SAMIRIN DARWOTO, setelah RAPBD Tahun 2004 Pemerintah Kabupaten Blitar disahkan menjadi Perda Nomor : 1 Tahun 2004 tentang APBD Tahun 2004 Pemerintah Kabupaten Blitar, Sdr. KRISANTO, SE.MM selaku Kabag Keuangan Pemkab. Blitar pada tanggal 11 Maret 2004 menyuruh TITIK WISMIATI untuk menyiapkan dana sebesar Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) yang diambilkan dari Pos Anggaran

14

Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan untuk biaya penyusunan APBD tahun 2004 dengan SPMG Nomor : 439 tanggal 11 Maret 2004. Bahwa setelah dana yang diambilkan dari Pos Anggaran Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar untuk biaya penyusunan APBD tahun 2004 sebesar Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) tersebut cair kemudian disimpan dalam brankas sekaligus berikut kuitansi bukti penerimaannya. Bahwa selanjutnya pada tanggal 7 Juli 2004 terdakwa datang ke ruang kerja KRISANTO, SE.MM Kabag Keuangan Pemkab Blitar menemui KRISANTO, SE.MM untuk mengambil uang sebesar Rp. 100.000.000,(seratus juta rupiah) sisa dana biaya penyusunan APBD tahun 2004 Pemkab. Blitar yang dititipkan pada Pos Anggaran Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab. Blitar dan pada hari itu juga tanggal 7 Juli 2004, bertempat di ruang kerja Kabag Keuangan (Sdr. KRISANTO, SE.MM), oleh Kabag Keuangan (KRISANTO, SE.MM) dana sebesar Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) tersebut diserahkan kepada terdakwa yang saat itu pula terdakwa menerimanya dan menandatangani kuitansi bukti penerimaan uangnya. Bahwa prosedur pencairan keuangan DPRD Kab. Blitar adalah Bendahara Sekretariat DPRD Kab. Blitar memproses pengajuan anggaran sesuai dengan kebutuhan dan pos yang tersedia dalam buku APBD yang pengajuannya ditandatangani oleh Sekwan (Sekretaris DPRD Kab. Blitar). Kemudian diteruskan ke Bagian Keuangan Pemkab. Blitar oleh Bendahara Sekretariat DPRD. Pengajuan tersebut baru bisa dicairkan apabila sudah terbit SPMG dari Pemkab. Blitar yang selanjutnya diuangkan di Bank Jatim oleh Bendahara Sekretariat DPRD. Setelah itu Bendahara Sekretariat DPRD membagikan/menggunakan sesuai dengan ketentuan dalam APBD. Bahwa terdakwa dalam hal ini selaku Anggota DPRD Kab. Blitar yang merangkap sebagai Sekretaris Panitia Anggaran DPRD Kab. Blitar telah meminta dan menerima dana ke Pemerintah Kabupaten Blitar untuk DPRD Kab. Blitar sebesar Rp. 600.000.000,- (enam ratus juta rupiah) yang dipergunakan untuk penyusunan APBD Kab. Blitar tahun 2004 dimana SPP (Surat Pengajuan Pembayarannya) tanpa melalui prosedur atau ketentuan yang benar melainkan terdakwa langsung mengambilnya dari Kabag Keuangan Pemkab. Blitar.

15

Bahwa terdakwa bukanlah sebagai pengguna anggaran sehingga terdakwa tidak dapat dibenarkan untuk mengambil dana/uang sebesar Rp. 600.000.000,- (enam ratus juta rupiah) dari Sekretariat Pemerintah Kabupaten Blitar untuk DPRD Kab. Blitar. Dengan terdakwa telah meminta dan menerima dana untuk DPRD Kab. Blitar dengan cara langsung mengambilnya dari Kabag Keuangan Pemkab. Blitar (KRISANTO, SE.MM), maka terdakwa telah menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan dan kedudukannya selaku Anggota DPRD Kabupaten Blitar sehingga bertentangan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut : Bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah No : 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggung-jawaban Keuangan Daerah. Pengelolaan Keuangan Daerah dilakukan secara tertib, taat pada perundangan-undangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan dan bertanggung-jawab dengan memperhatikan azas keadilan dan kepatutan (pasal 4). Bahwa berdasarkan Keputusan MENDAGRI Nomor : 29 Tahun 2002 tanggal 10 Juni 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah mengatur antara lain : Setiap pengeluaran Kas harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah mengenai hal yang diperoleh oleh pihak yang menagih (pasal 49 ayat 5). Pengguna Anggaran dilarang melakukan pengeluaran-pengeluaran atas beban belanja Daerah untuk tujuan lain dari pada yang ditetapkan (pasal 55 ayat 2). Bahwa berdasarkan Surat MENDAGRI Nomor : 161/3211/SJ tanggal 29 Desember 2003, Pedoman tentang Kedudukan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah mengatur antara lain : Untuk mendukung tugas Pimpinan DPRD atau membiayai kegiatan lainnya yang dilakukan oleh Pimpinan atas nama Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah dan sebagai alat kelengkapan DPRD dapat disediakan Belanja Penunjang Operasional Pimpinan DPRD (C.1). 16

Penyusunan Pelaksanaan dan Penatausahaan, Penggunaan Belanja Pimpinan dan Anggota DPRD dilakukan oleh Sekretaris DPRD selaku Pengguna Anggaran.

Bahwa akibat perbuatan terdakwa Drs. H. MAHMUD Z. sebagaimana tersebut diatas telah mengakibatkan kerugian negara Cq. Pemerintah Kabupaten Blitar sebesar Rp. 600.000.000,- (enam ratus juta rupiah) atau setidak-tidaknya sekitar jumlah tersebut. Perbuatan terdakwa Drs. H. MAHMUD Z. tersebut di atas

sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 3 jo. Pasal 18 Undangundang Nomor : 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undangundang Nomor : 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor : 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ; LEBIH SUBSIDAIR Bahwa terdakwa Drs. H. MAHMUD Z., selaku Anggota DPRD Kabupaten Blitar periode Tahun 1999-2004 berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur No : 171.423/32/021/1999 tanggal 27 Agustus 1999 terdakwa Drs. H. MAHMUD Z. diangkat sebagai Anggota DPRD Kabupaten Blitar periode Tahun 1999-2004 yang merangkap/sekaligus sebagai Sekretaris Panitia Anggaran DPRD Kabupaten Blitar tahun 2004 berdasarkan Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Blitar Nomor : 13 Tahun 2002 tanggal 23 Desember 2002 dan Nomor : 5 Tahun 2004 tanggal 13 April 2004, Drs. H. MAHMUD Z. diangkat sebagai Sekretaris Panitia Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2004, pada waktu dan tempat sebagaimana tersebut pada dakwaan Primair diatas, sebagai Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara yang menerima hadiah, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena telah melakukan berikut : Bahwa berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor : 171.423/32/021/1999 tanggal 27 Agustus 1999 terdakwa Drs. H. MAHMUD Z. diangkat sebagai Anggota DPRD Kabupaten Blitar periode Tahun 1999-2004 dan berdasarkan Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Blitar Nomor : 13 Tahun 2002 atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya, yang dilakukan dengan cara sebagai

17

tanggal 23 Desember 2002 dan Nomor : 5 Tahun 2004 tanggal 13 April 2004 terdakwa Drs. H. MAHMUD Z. diangkat sebagai Sekretaris Panitia Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2004. Bahwa pada sekitar akhir bulan Nopember 2003 atau awal bulan Desember 2003 ada pertemuan di Pendopo Kabupaten Blitar yang dihadiri oleh unsur Pimpinan DPRD Kabupaten Blitar antara lain Sdr. H. SAMIRIN DARWOTO dan pejabat-pejabat eksekutif antara lain Drs. H. IMAM MUHADI, MBA.MM dan Drs. SOEBIANTORO, MSi. Pada kesempatan itu Ketua DPRD Kabupaten Blitar Sdr. H. SAMIRIN DARWOTO meminta kepada Sekretaris Daerah Kabupaten Blitar agar kepada DPRD Kab. Blitar diberikan dana untuk biaya penyusunan APBD Tahun 2004. Bahwa dari hasil pertemuan yang bertempat di Pendopo Kabupaten Blitar antara unsur Pimpinan DPRD Kabupaten Blitar yang dihadiri antara lain oleh H. SAMIRIN DARWOTO dengan pejabat-pejabat eksekutif antara lain Drs. H. IMAM MUHADI, MBA.MM dan Drs. SOEBIANTORO, MSi tersebut, kemudian ditindak lanjuti dengan pertemuan dan pembicaraan khusus antara Panitia Anggaran DPRD (Tim legislatif) Kabupaten Blitar yang diwakili oleh MASDAIN RIFAI, KUSTANTO dan terdakwa Drs. H. MAHMUD Z., masing-masing selaku Ketua Panitia, Wakil Ketua Panitia dan Sekretaris Panitia Anggaran DPRD Kab. Blitar, bertempat di ruang rapat Bupati, dengan agenda membahas permintaan H. SAMIRIN DARWOTO Ketua DPRD Kabupaten Blitar yang menghendaki dana untuk biaya penyusunan APBD Tahun 2004 sebesar Rp. 610.000.000,- (enam ratus sepuluh juta rupiah). Bahwa setelah selesai pertemuan dan pembicaraan khusus tersebut, kemudian Drs. H. SOEBIANTORO, MSi selaku Sekretaris Daerah Kabupaten Blitar merangkap Ketua Tim Anggaran Eksekutif memerintahkan Sdr. KRISANTO, SE.MM selaku Kabag Keuangan merangkap Sekretaris Tim Anggaran Eksekutif, untuk memasukkan anggaran biaya penyusunan APBD Tahun 2004 ke dalam Pos Anggaran Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemerintah Kabupaten Blitar.

18

Bahwa pada saat dilakukan pembahasan RAPBD untuk menjadi Perda No. 1 Tahun 2004 tentang APBD Pemkab. Blitar Tahun 2004 yaitu sekitar akhir bulan Desember 2003, Sdr. H. SAMIRIN DARWOTO dan terdakwa telah meminta dari Sdr. Drs. H. SOEBIANTORO, MSi selaku Sekda Kab. Blitar merangkap Ketua Tim Anggaran Eksekutif dana untuk biaya penyusunan APBD Tahun 2004 yang dititipkan pada APBD Kab. Blitar Tahun 2004 pada Pos Anggaran Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemerintah Kabupaten Blitar. Bahwa atas permintaan tersebut kemudian pada tanggal 30 Desember 2003, Drs. H. SOEBIANTORO, MSi selaku Sekretaris Daerah Kabupaten Blitar memerintahkan Sdr. KRISANTO, SE.MM selaku Kabag Keuangan Pemkab. Blitar untuk menyerahkan uang Pemkab. Blitar sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) kepada terdakwa dan Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) kepada H. SAMIRIN DARWOTO. Kemudian Sdr. KRISANTO, SE.MM selaku Kabag Keuangan menyuruh SITI SULASTRI untuk mengambil uang stock Kas Pemkab. Blitar yang ada pada Pembantu Pemegang Kas Rutin Sekretariat Pemerintah Kabupaten Blitar (Sdri. TITIK WISMIATI) sebesar Rp. 510.000.000,(lima ratus sepuluh juta rupiah), sekaligus menyiapkan kuitansi bukti penerimaannya, Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) atas nama Drs. H. MAHMUD Z. dan Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) atas nama H. SAMIRIN DARWOTO. Bahwa setelah dana sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dan kuitansi bukti penerimaan uang diterima oleh KRISANTO, SE.MM dari TITIK WISMIATI, kemudian pada hari itu juga tanggal 30 Desember 2003 bertempat di ruang kerja Kabag Keuangan Pemerintah Kabupaten Blitar, dana sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) oleh KRISANTO, SE.MM diserahkan dan diterima oleh terdakwa yang sekaligus menandatangani kuitansi bukti penerimaan uang tersebut. Sedang dana yang sebesar Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) pada hari itu juga oleh Sdri. SITI SULASTRI atas perintah KRISANTO, SE.MM diserahkan kepada H. SAMIRIN DARWOTO di rumah dinas Ketua DPRD Kab. Blitar yang saat itu pula Sdr. H. SAMIRIN DARWOTO membubuhkan tanda tangannya pada kuitansi penerimaan uang tersebut.

19

Selanjutnya untuk mengganti dana cadangan/stok kas yang dikeluarkan tanggal 30 Desember 2003, pada tanggal 30 Januari 2004 sekitar 20 hari setelah Perda No. 1 tahun 2004 tentang APBD Pemda Kab. Blitar Tahun 2004 disahkan Drs. H. SOEBIANTORO, MSi memerintahkan KRISANTO, SE.MM untuk memproses pencairan dana untuk DPRD Kabupaten Blitar yang dititipkan pada Pos Anggaran Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar sebesar Rp. 510.000.000,- (lima ratus sepuluh juta rupiah). Atas perintah tersebut kemudian KRISANTO, SE.MM memerintahkan dan dilaksanakan oleh TITIK WISMIATI untuk membuat SPP sebesar tersebut diatas. Selanjutnya setelah SPP dilengkapi dengan SKO dan kuitansi penerimaan uang dari terdakwa dan H.SAMIRIN DARWOTO, berkas SPP tersebut diajukan kepada LILIK PURWANTO sebagai pemegang Kas Sekretariat Pemkab Blitar dan setelah ditandatangani oleh LILIK PURWANTO lalu SPP tersebut diajukan ke Asisten II Sekretaris Pemkab Blitar untuk disetujui, kemudian disampaikan kepada Kasubag Anggaran untuk diteliti kebenaran nilai nominalnya untuk selanjutnya diterbitkan SPMG Nomor : 08 tanggal 30 Januari 2004 yang ditandatangani oleh Kabag Keuangan Sekretariat Pemkab. Blitar (KRISANTO, SE.MM) yang dikeluarkan dari Pos Anggaran Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan, rekening nomor : 2.01.03.1.2.02.08.1 untuk pencairan uang senilai Rp. 510.000.000,- (lima ratus sepuluh juta rupiah). Bahwa guna persiapan sewaktu-waktu diminta oleh terdakwa atau H. SAMIRIN DARWOTO, setelah RAPBD Tahun 2004 Pemerintah Kabupaten Blitar disahkan menjadi Perda Nomor : 1 Tahun 2004 tentang APBD Tahun 2004 Pemerintah Kabupaten Blitar, Sdr. KRISANTO, SE.MM selaku Kabag Keuangan Pemkab. Blitar pada tanggal 11 Maret 2004 menyuruh TITIK WISMIATI untuk menyiapkan dana sebesar Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) yang diambilkan dari Pos Anggaran Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan untuk biaya penyusunan APBD tahun 2004 dengan SPMG Nomor : 439 tanggal 11 Maret 2004. Bahwa setelah dana yang diambilkan dari Pos Anggaran Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar untuk biaya penyusunan APBD tahun 2004 sebesar Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) tersebut cair kemudian disimpan dalam brankas sekaligus berikut kuitansi bukti penerimaannya.

20

Bahwa selanjutnya pada tanggal 7 Juli 2004 terdakwa datang ke ruang kerja KRISANTO, SE.MM Kabag Keuangan Pemkab Blitar menemui KRISANTO, SE.MM untuk mengambil uang sebesar Rp. 100.000.000,(seratus juta rupiah) sisa dana biaya penyusunan APBD tahun 2004 Pemkab. Blitar yang dititipkan pada Pos Anggaran Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab. Blitar dan pada hari itu juga tanggal 7 Juli 2004, bertempat di ruang kerja Kabag Keuangan (Sdr. KRISANTO, SE.MM), oleh Kabag Keuangan (KRISANTO, SE.MM) dana sebesar Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) tersebut diserahkan kepada terdakwa yang saat itu pula terdakwa menerimanya dan menandatangani kuitansi bukti penerimaan uangnya. Bahwa prosedur pencairan keuangan DPRD Kab. Blitar adalah Bendahara Sekretariat DPRD Kab. Blitar memproses pengajuan anggaran sesuai dengan kebutuhan dan pos yang tersedia dalam buku APBD yang pengajuannya ditandatangani oleh Sekwan (Sekretaris DPRD Kab. Blitar). Kemudian diteruskan ke Bagian Keuangan Pemkab. Blitar oleh Bendahara Sekretariat DPRD. Pengajuan tersebut baru bisa dicairkan apabila sudah terbit SPMG dari Pemkab. Blitar yang selanjutnya diuangkan di Bank Jatim oleh Bendahara Sekretariat DPRD. Setelah itu Bendahara Sekretariat DPRD membagikan/menggunakan sesuai dengan ketentuan dalam APBD. Bahwa terdakwa dalam hal ini selaku Anggota DPRD Kab. Blitar yang merangkap sebagai Sekretaris Panitia Anggaran DPRD Kab. Blitar telah meminta dan menerima dana ke Pemerintah Kabupaten Blitar untuk DPRD Kab. Blitar sebesar Rp. 600.000.000,- (enam ratus juta rupiah) yang dipergunakan untuk penyusunan APBD Kab. Blitar tahun 2004 dimana SPP (Surat Pengajuan Pembayarannya) tanpa melalui prosedur atau ketentuan yang benar melainkan terdakwa langsung mengambilnya dari Kabag Keuangan Pemkab. Blitar. Bahwa terdakwa bukanlah sebagai pengguna anggaran sehingga terdakwa tidak dapat dibenarkan untuk mengambil dana/uang sebesar Rp. 600.000.000,- (enam ratus juta rupiah) dari Sekretariat Pemerintah Kabupaten Blitar untuk DPRD Kab. Blitar. Dengan terdakwa telah meminta dan menerima dana untuk DPRD Kab. Blitar dengan cara langsung mengambilnya dari Kabag Keuangan Pemkab. Blitar (KRISANTO, SE.MM), maka terdakwa telah

21

menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan dan kedudukannya selaku Anggota DPRD Kabupaten Blitar sehingga bertentangan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut : Bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah No : 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggung-jawaban Keuangan Daerah. Pengelolaan Keuangan Daerah dilakukan secara tertib, taat pada perundangan-undangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan dan bertanggung-jawab dengan memperhatikan azas keadilan dan kepatutan (pasal 4). Bahwa berdasarkan Keputusan MENDAGRI Nomor : 29 Tahun 2002 tanggal 10 Juni 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah mengatur antara lain : Setiap pengeluaran Kas harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah mengenai hal yang diperoleh oleh pihak yang menagih (pasal 49 ayat 5). Pengguna Anggaran dilarang melakukan pengeluaran-pengeluaran atas beban belanja Daerah untuk tujuan lain dari pada yang ditetapkan (pasal 55 ayat 2). Bahwa berdasarkan Surat MENDAGRI Nomor : 161/3211/SJ tanggal 29 Desember 2003, Pedoman tentang Kedudukan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah mengatur antara lain : Untuk mendukung tugas Pimpinan DPRD atau membiayai kegiatan lainnya yang dilakukan oleh Pimpinan atas nama Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah dan sebagai alat kelengkapan DPRD dapat disediakan Belanja Penunjang Operasional Pimpinan DPRD (C.1). Penyusunan Pelaksanaan dan Penatausahaan, Penggunaan Belanja Pimpinan dan Anggota DPRD dilakukan oleh Sekretaris DPRD selaku Pengguna Anggaran. Bahwa akibat perbuatan terdakwa Drs. H. MAHMUD Z. sebagaimana tersebut diatas telah mengakibatkan kerugian negara Cq. Pemerintah Kabupaten Blitar sebesar Rp. 600.000.000,- (enam ratus juta rupiah) atau setidak-tidaknya sekitar jumlah tersebut. 22

Perbuatan terdakwa Drs. H. MAHMUD Z. tersebut di atas sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 12 huruf b Undangundang Nomor : 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor : 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 18 Undang-undang Nomor : 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor : 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor : 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ; LEBIH SUBSIDAIR LAGI Bahwa terdakwa Drs. H. MAHMUD Z., selaku Anggota DPRD Kabupaten Blitar periode Tahun 1999-2004 berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur No : 171.423/32/021/1999 tanggal 27 Agustus 1999 terdakwa Drs. H. MAHMUD Z. diangkat sebagai Anggota DPRD Kabupaten Blitar periode Tahun 1999-2004 yang merangkap/sekaligus sebagai Sekretaris Panitia Anggaran DPRD Kabupaten Blitar tahun 2004 berdasarkan Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Blitar Nomor : 13 Tahun 2002 tanggal 23 Desember 2002 dan Nomor : 5 Tahun 2004 tanggal 13 April 2004, Drs. H. MAHMUD Z. diangkat sebagai Sekretaris Panitia Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2004, pada waktu dan tempat sebagaimana tersebut pada dakwaan Primair diatas, sebagai Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara telah menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau yang menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungannya dengan jabatannya, yang dilakukan dengan cara sebagai berikut : Bahwa berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor : 171.423/32/021/1999 tanggal 27 Agustus 1999 terdakwa Drs. H. MAHMUD Z. diangkat sebagai Anggota DPRD Kabupaten Blitar periode Tahun 1999-2004 dan berdasarkan Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Blitar Nomor : 13 Tahun 2002 tanggal 23 Desember 2002 dan Nomor : 5 Tahun 2004 tanggal 13 April 2004 terdakwa Drs. H. MAHMUD Z. diangkat sebagai Sekretaris Panitia Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2004.

23

Bahwa pada sekitar akhir bulan Nopember 2003 atau awal bulan Desember 2003 ada pertemuan di Pendopo Kabupaten Blitar yang dihadiri oleh unsur Pimpinan DPRD Kabupaten Blitar antara lain Sdr. H. SAMIRIN DARWOTO dan pejabat-pejabat eksekutif antara lain Drs. H. IMAM MUHADI, MBA.MM dan Drs. SOEBIANTORO, MSi. Pada kesempatan itu Ketua DPRD Kabupaten Blitar Sdr. H. SAMIRIN DARWOTO meminta kepada Sekretaris Daerah Kabupaten Blitar agar kepada DPRD Kab. Blitar diberikan dana untuk biaya penyusunan APBD Tahun 2004. Bahwa dari hasil pertemuan yang bertempat di Pendopo Kabupaten Blitar antara unsur Pimpinan DPRD Kabupaten Blitar yang dihadiri antara lain oleh H. SAMIRIN DARWOTO dengan pejabat-pejabat eksekutif antara lain Drs. H. IMAM MUHADI, MBA.MM dan Drs. SOEBIANTORO, MSi tersebut, kemudian ditindak lanjuti dengan pertemuan dan pembicaraan khusus antara Panitia Anggaran DPRD (Tim legislatif) Kabupaten Blitar yang diwakili oleh MASDAIN RIFAI, KUSTANTO dan terdakwa Drs. H. MAHMUD Z., masing-masing selaku Ketua Panitia, Wakil Ketua Panitia dan Sekretaris Panitia Anggaran DPRD Kab. Blitar, bertempat di ruang rapat Bupati, dengan agenda membahas permintaan H. SAMIRIN DARWOTO Ketua DPRD Kabupaten Blitar yang menghendaki dana untuk biaya penyusunan APBD Tahun 2004 sebesar Rp. 610.000.000,- (enam ratus sepuluh juta rupiah). - Bahwa setelah selesai pertemuan dan pembicaraan khusus tersebut, kemudian Drs. H. SOEBIANTORO, MSi selaku Sekretaris Daerah Kabupaten Blitar merangkap Ketua Tim Anggaran Eksekutif memerintahkan Sdr. KRISANTO, SE.MM selaku Kabag Keuangan merangkap Sekretaris Tim Anggaran Eksekutif, untuk memasukkan anggaran biaya penyusunan APBD Tahun 2004 ke dalam Pos Anggaran Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemerintah Kabupaten Blitar. Bahwa pada saat dilakukan pembahasan RAPBD untuk menjadi Perda No. 1 Tahun 2004 tentang APBD Pemkab. Blitar Tahun 2004 yaitu sekitar akhir bulan Desember 2003, Sdr. H. SAMIRIN DARWOTO dan terdakwa telah meminta dari Sdr. Drs. H. SOEBIANTORO, MSi selaku Sekda Kab. Blitar merangkap Ketua Tim Anggaran Eksekutif dana untuk

24

biaya penyusunan APBD Tahun 2004 yang dititipkan pada APBD Kab. Blitar Tahun 2004 pada Pos Anggaran Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemerintah Kabupaten Blitar. Bahwa atas permintaan tersebut kemudian pada tanggal 30 Desember 2003, Drs. H. SOEBIANTORO, MSi selaku Sekretaris Daerah Kabupaten Blitar memerintahkan Sdr. KRISANTO, SE.MM selaku Kabag Keuangan Pemkab. Blitar untuk menyerahkan uang Pemkab. Blitar sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) kepada terdakwa dan Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) kepada H. SAMIRIN DARWOTO. Kemudian Sdr. KRISANTO, SE.MM selaku Kabag Keuangan menyuruh SITI SULASTRI untuk mengambil uang stock Kas Pemkab. Blitar yang ada pada Pembantu Pemegang Kas Rutin Sekretariat Pemerintah Kabupaten Blitar (Sdri. TITIK WISMIATI) sebesar Rp. 510.000.000,(lima ratus sepuluh juta rupiah), sekaligus menyiapkan kuitansi bukti penerimaannya, Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) atas nama Drs. H. MAHMUD Z. dan Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) atas nama H. SAMIRIN DARWOTO. Bahwa setelah dana sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dan kuitansi bukti penerimaan uang diterima oleh KRISANTO, SE.MM dari TITIK WISMIATI, kemudian pada hari itu juga tanggal 30 Desember 2003 bertempat di ruang kerja Kabag Keuangan Pemerintah Kabupaten Blitar, dana sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) oleh KRISANTO, SE.MM diserahkan dan diterima oleh terdakwa yang sekaligus menandatangani kuitansi bukti penerimaan uang tersebut. Sedang dana yang sebesar Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) pada hari itu juga oleh Sdri. SITI SULASTRI atas perintah KRISANTO, SE.MM diserahkan kepada H. SAMIRIN DARWOTO di rumah dinas Ketua DPRD Kab. Blitar yang saat itu pula Sdr. H. SAMIRIN DARWOTO membubuhkan tanda tangannya pada kuitansi penerimaan uang tersebut. Selanjutnya untuk mengganti dana cadangan/stok kas yang dikeluarkan tanggal 30 Desember 2003, pada tanggal 30 Januari 2004 sekitar 20 hari setelah Perda No. 1 tahun 2004 tentang APBD Pemda Kab. Blitar Tahun 2004 disahkan Drs. H. SOEBIANTORO, MSi memerintahkan KRISANTO, SE.MM untuk memproses pencairan dana untuk DPRD Kabupaten Blitar yang dititipkan pada Pos Anggaran Biaya Pembinaan

25

dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar sebesar Rp. 510.000.000,- (lima ratus sepuluh juta rupiah). Atas perintah tersebut kemudian KRISANTO, SE.MM memerintahkan dan dilaksanakan oleh TITIK WISMIATI untuk membuat SPP sebesar tersebut diatas. Selanjutnya setelah SPP dilengkapi dengan SKO dan kuitansi penerimaan uang dari terdakwa dan H.SAMIRIN DARWOTO, berkas SPP tersebut diajukan kepada LILIK PURWANTO sebagai pemegang Kas Sekretariat Pemkab Blitar dan setelah ditandatangani oleh LILIK PURWANTO lalu SPP tersebut diajukan ke Asisten II Sekretaris Pemkab Blitar untuk disetujui, kemudian disampaikan kepada Kasubag Anggaran untuk diteliti kebenaran nilai nominalnya untuk selanjutnya diterbitkan SPMG Nomor : 08 tanggal 30 Januari 2004 yang ditandatangani oleh Kabag Keuangan Sekretariat Pemkab. Blitar (KRISANTO, SE.MM) yang dikeluarkan dari Pos Anggaran Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan, rekening nomor : 2.01.03.1.2.02.08.1 untuk pencairan uang senilai Rp. 510.000.000,- (lima ratus sepuluh juta rupiah). Bahwa guna persiapan sewaktu-waktu diminta oleh terdakwa atau H. SAMIRIN DARWOTO, setelah RAPBD Tahun 2004 Pemerintah Kabupaten Blitar disahkan menjadi Perda Nomor : 1 Tahun 2004 tentang APBD Tahun 2004 Pemerintah Kabupaten Blitar, Sdr. KRISANTO, SE.MM selaku Kabag Keuangan Pemkab. Blitar pada tanggal 11 Maret 2004 menyuruh TITIK WISMIATI untuk menyiapkan dana sebesar Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) yang diambilkan dari Pos Anggaran Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan untuk biaya penyusunan APBD tahun 2004 dengan SPMG Nomor : 439 tanggal 11 Maret 2004. Bahwa setelah dana yang diambilkan dari Pos Anggaran Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar untuk biaya penyusunan APBD tahun 2004 sebesar Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) tersebut cair kemudian disimpan dalam brankas sekaligus berikut kuitansi bukti penerimaannya. Bahwa selanjutnya pada tanggal 7 Juli 2004 terdakwa datang ke ruang kerja KRISANTO, SE.MM Kabag Keuangan Pemkab Blitar menemui KRISANTO, SE.MM untuk mengambil uang sebesar Rp. 100.000.000,(seratus juta rupiah) sisa dana biaya penyusunan APBD tahun 2004 Pemkab. Blitar yang dititipkan pada Pos Anggaran Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab. Blitar dan pada hari itu juga

26

tanggal 7 Juli 2004, bertempat di ruang kerja Kabag Keuangan (Sdr. KRISANTO, SE.MM), oleh Kabag Keuangan (KRISANTO, SE.MM) dana sebesar Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) tersebut diserahkan kepada terdakwa yang saat itu pula terdakwa menerimanya dan menandatangani kuitansi bukti penerimaan uangnya. Bahwa prosedur pencairan keuangan DPRD Kab. Blitar adalah Bendahara Sekretariat DPRD Kab. Blitar memproses pengajuan anggaran sesuai dengan kebutuhan dan pos yang tersedia dalam buku APBD yang pengajuannya ditandatangani oleh Sekwan (Sekretaris DPRD Kab. Blitar). Kemudian diteruskan ke Bagian Keuangan Pemkab. Blitar oleh Bendahara Sekretariat DPRD. Pengajuan tersebut baru bisa dicairkan apabila sudah terbit SPMG dari Pemkab. Blitar yang selanjutnya diuangkan di Bank Jatim oleh Bendahara Sekretariat DPRD. Setelah itu Bendahara Sekretariat DPRD membagikan/menggunakan sesuai dengan ketentuan dalam APBD. Bahwa terdakwa dalam hal ini selaku Anggota DPRD Kab. Blitar yang merangkap sebagai Sekretaris Panitia Anggaran DPRD Kab. Blitar telah meminta dan menerima dana ke Pemerintah Kabupaten Blitar untuk DPRD Kab. Blitar sebesar Rp. 600.000.000,- (enam ratus juta rupiah) yang dipergunakan untuk penyusunan APBD Kab. Blitar tahun 2004 dimana SPP (Surat Pengajuan Pembayarannya) tanpa melalui prosedur atau ketentuan yang benar melainkan terdakwa langsung mengambilnya dari Kabag Keuangan Pemkab. Blitar. Bahwa terdakwa bukanlah sebagai pengguna anggaran sehingga terdakwa tidak dapat dibenarkan untuk mengambil dana/uang sebesar Rp. 600.000.000,- (enam ratus juta rupiah) dari Sekretariat Pemerintah Kabupaten Blitar untuk DPRD Kab. Blitar. Dengan adanya terdakwa telah meminta dan menerima dana untuk DPRD Kab. Blitar dengan cara langsung mengambilnya dari Kabag Keuangan Pemkab. Blitar (KRISANTO, SE.MM), maka terdakwa telah menerima hadiah atau janji karena kekuasaannya atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya sebagai Anggota DPRD Kab. Blitar, hal ini bertentangan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut : Bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah No : 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggung-jawaban Keuangan Daerah.

27

Pengelolaan Keuangan Daerah dilakukan secara tertib, taat pada perundangan-undangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan dan bertanggung-jawab dengan memperhatikan azas keadilan dan kepatutan (pasal 4).

Bahwa berdasarkan Keputusan MENDAGRI Nomor : 29 Tahun 2002 tanggal 10 Juni 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah mengatur antara lain : Setiap pengeluaran Kas harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah mengenai hal yang diperoleh oleh pihak yang menagih (pasal 49 ayat 5). Pengguna Anggaran dilarang melakukan pengeluaran-pengeluaran atas beban belanja Daerah untuk tujuan lain dari pada yang ditetapkan (pasal 55 ayat 2). Bahwa berdasarkan Surat MENDAGRI Nomor : 161/3211/SJ tanggal 29 Desember 2003, Pedoman tentang Kedudukan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah mengatur antara lain : Untuk mendukung tugas Pimpinan DPRD atau membiayai kegiatan lainnya yang dilakukan oleh Pimpinan atas nama Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah dan sebagai alat kelengkapan DPRD dapat disediakan Belanja Penunjang Operasional Pimpinan DPRD (C.1). Penyusunan Pelaksanaan dan Penatausahaan, Penggunaan Belanja Pimpinan dan Anggota DPRD dilakukan oleh Sekretaris DPRD selaku Pengguna Anggaran. Bahwa akibat perbuatan terdakwa Drs. H. MAHMUD Z. sebagaimana tersebut diatas telah mengakibatkan kerugian negara Cq. Pemerintah Kabupaten Blitar sebesar Rp. 600.000.000,- (enam ratus juta rupiah) atau setidak-tidaknya sekitar jumlah tersebut. Perbuatan terdakwa Drs. H. MAHMUD Z. tersebut di atas

sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 11 Undang-undang Nomor : 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor : 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 18 Undang-undang Nomor : 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor : 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang28

undang Nomor : 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ; LEBIH LEBIH SUBSIDAIR LAGI Bahwa terdakwa Drs. H. MAHMUD Z., selaku Anggota DPRD Kabupaten Blitar periode Tahun 1999-2004 berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur No : 171.423/32/021/1999 tanggal 27 Agustus 1999 terdakwa Drs. H. MAHMUD Z. diangkat sebagai Anggota DPRD Kabupaten Blitar periode Tahun 1999-2004 yang merangkap/sekaligus sebagai Sekretaris Panitia Anggaran DPRD Kabupaten Blitar tahun 2004 berdasarkan Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Blitar Nomor : 13 Tahun 2002 tanggal 23 Desember 2002 dan Nomor : 5 Tahun 2004 tanggal 13 April 2004, Drs. H. MAHMUD Z. diangkat sebagai Sekretaris Panitia Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2004, pada waktu dan tempat sebagaimana tersebut pada dakwaan Primair diatas, sebagai Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara telah menerima pemberian atau janji karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya, yang dilakukan dengan cara sebagai berikut : Bahwa berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor : 171.423/32/021/1999 tanggal 27 Agustus 1999 terdakwa Drs. H. MAHMUD Z. diangkat sebagai Anggota DPRD Kabupaten Blitar periode Tahun 1999-2004 dan berdasarkan Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Blitar Nomor : 13 Tahun 2002 tanggal 23 Desember 2002 dan Nomor : 5 Tahun 2004 tanggal 13 April 2004 terdakwa Drs. H. MAHMUD Z. diangkat sebagai Sekretaris Panitia Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2004. Bahwa pada sekitar akhir bulan Nopember 2003 atau awal bulan Desember 2003 ada pertemuan di Pendopo Kabupaten Blitar yang dihadiri oleh unsur Pimpinan DPRD Kabupaten Blitar antara lain Sdr. H. SAMIRIN DARWOTO dan pejabat-pejabat eksekutif antara lain Drs. H. IMAM MUHADI, MBA.MM dan Drs. SOEBIANTORO, MSi. Pada kesempatan itu Ketua DPRD Kabupaten Blitar Sdr. H. SAMIRIN DARWOTO meminta kepada Sekretaris Daerah Kabupaten Blitar agar

29

kepada DPRD Kab. Blitar diberikan dana untuk biaya penyusunan APBD Tahun 2004. Bahwa dari hasil pertemuan yang bertempat di Pendopo Kabupaten Blitar antara unsur Pimpinan DPRD Kabupaten Blitar yang dihadiri antara lain oleh H. SAMIRIN DARWOTO dengan pejabat-pejabat eksekutif antara lain Drs. H. IMAM MUHADI, MBA.MM dan Drs. SOEBIANTORO, MSi tersebut, kemudian ditindak lanjuti dengan pertemuan dan pembicaraan khusus antara Panitia Anggaran DPRD (Tim legislatif) Kabupaten Blitar yang diwakili oleh MASDAIN RIFAI, KUSTANTO dan terdakwa Drs. H. MAHMUD Z., masing-masing selaku Ketua Panitia, Wakil Ketua Panitia dan Sekretaris Panitia Anggaran DPRD Kab. Blitar, bertempat di ruang rapat Bupati, dengan agenda membahas permintaan H. SAMIRIN DARWOTO Ketua DPRD Kabupaten Blitar yang menghendaki dana untuk biaya penyusunan APBD Tahun 2004 sebesar Rp. 610.000.000,- (enam ratus sepuluh juta rupiah). - Bahwa setelah selesai pertemuan dan pembicaraan khusus tersebut, kemudian Drs. H. SOEBIANTORO, MSi selaku Sekretaris Daerah Kabupaten Blitar merangkap Ketua Tim Anggaran Eksekutif memerintahkan Sdr. KRISANTO, SE.MM selaku Kabag Keuangan merangkap Sekretaris Tim Anggaran Eksekutif, untuk memasukkan anggaran biaya penyusunan APBD Tahun 2004 ke dalam Pos Anggaran Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemerintah Kabupaten Blitar. Bahwa pada saat dilakukan pembahasan RAPBD untuk menjadi Perda No. 1 Tahun 2004 tentang APBD Pemkab. Blitar Tahun 2004 yaitu sekitar akhir bulan Desember 2003, Sdr. H. SAMIRIN DARWOTO dan terdakwa telah meminta dari Sdr. Drs. H. SOEBIANTORO, MSi selaku Sekda Kab. Blitar merangkap Ketua Tim Anggaran Eksekutif dana untuk biaya penyusunan APBD Tahun 2004 yang dititipkan pada APBD Kab. Blitar Tahun 2004 pada Pos Anggaran Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemerintah Kabupaten Blitar. Bahwa atas permintaan tersebut kemudian pada tanggal 30 Desember 2003, Drs. H. SOEBIANTORO, MSi selaku Sekretaris Daerah Kabupaten Blitar memerintahkan Sdr. KRISANTO, SE.MM selaku Kabag Keuangan Pemkab. Blitar untuk menyerahkan uang Pemkab. Blitar sebesar Rp.

30

500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) kepada terdakwa dan Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) kepada H. SAMIRIN DARWOTO. Kemudian Sdr. KRISANTO, SE.MM selaku Kabag Keuangan menyuruh SITI SULASTRI untuk mengambil uang stock Kas Pemkab. Blitar yang ada pada Pembantu Pemegang Kas Rutin Sekretariat Pemerintah Kabupaten Blitar (Sdri. TITIK WISMIATI) sebesar Rp. 510.000.000,(lima ratus sepuluh juta rupiah), sekaligus menyiapkan kuitansi bukti penerimaannya, Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) atas nama Drs. H. MAHMUD Z. dan Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) atas nama H. SAMIRIN DARWOTO. Bahwa setelah dana sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dan kuitansi bukti penerimaan uang diterima oleh KRISANTO, SE.MM dari TITIK WISMIATI, kemudian pada hari itu juga tanggal 30 Desember 2003 bertempat di ruang kerja Kabag Keuangan Pemerintah Kabupaten Blitar, dana sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) oleh KRISANTO, SE.MM diserahkan dan diterima oleh terdakwa yang sekaligus menandatangani kuitansi bukti penerimaan uang tersebut. Sedang dana yang sebesar Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) pada hari itu juga oleh Sdri. SITI SULASTRI atas perintah KRISANTO, SE.MM diserahkan kepada H. SAMIRIN DARWOTO di rumah dinas Ketua DPRD Kab. Blitar yang saat itu pula Sdr. H. SAMIRIN DARWOTO membubuhkan tanda tangannya pada kuitansi penerimaan uang tersebut. Selanjutnya untuk mengganti dana cadangan/stok kas yang dikeluarkan tanggal 30 Desember 2003, pada tanggal 30 Januari 2004 sekitar 20 hari setelah Perda No. 1 tahun 2004 tentang APBD Pemda Kab. Blitar Tahun 2004 disahkan Drs. H. SOEBIANTORO, MSi memerintahkan KRISANTO, SE.MM untuk memproses pencairan dana untuk DPRD Kabupaten Blitar yang dititipkan pada Pos Anggaran Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar sebesar Rp. 510.000.000,- (lima ratus sepuluh juta rupiah). Atas perintah tersebut kemudian KRISANTO, SE.MM memerintahkan dan dilaksanakan oleh TITIK WISMIATI untuk membuat SPP sebesar tersebut diatas. Selanjutnya setelah SPP dilengkapi dengan SKO dan kuitansi penerimaan uang dari terdakwa dan H.SAMIRIN DARWOTO, berkas SPP tersebut diajukan kepada LILIK PURWANTO sebagai pemegang Kas Sekretariat

31

Pemkab Blitar dan setelah ditandatangani oleh LILIK PURWANTO lalu SPP tersebut diajukan ke Asisten II Sekretaris Pemkab Blitar untuk disetujui, kemudian disampaikan kepada Kasubag Anggaran untuk diteliti kebenaran nilai nominalnya untuk selanjutnya diterbitkan SPMG Nomor : 08 tanggal 30 Januari 2004 yang ditandatangani oleh Kabag Keuangan Sekretariat Pemkab. Blitar (KRISANTO, SE.MM) yang dikeluarkan dari Pos Anggaran Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan, rekening nomor : 2.01.03.1.2.02.08.1 untuk pencairan uang senilai Rp. 510.000.000,- (lima ratus sepuluh juta rupiah). Bahwa guna persiapan sewaktu-waktu diminta oleh terdakwa atau H. SAMIRIN DARWOTO, setelah RAPBD Tahun 2004 Pemerintah Kabupaten Blitar disahkan menjadi Perda Nomor : 1 Tahun 2004 tentang APBD Tahun 2004 Pemerintah Kabupaten Blitar, Sdr. KRISANTO, SE.MM selaku Kabag Keuangan Pemkab. Blitar pada tanggal 11 Maret 2004 menyuruh TITIK WISMIATI untuk menyiapkan dana sebesar Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) yang diambilkan dari Pos Anggaran Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan untuk biaya penyusunan APBD tahun 2004 dengan SPMG Nomor : 439 tanggal 11 Maret 2004. Bahwa setelah dana yang diambilkan dari Pos Anggaran Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar untuk biaya penyusunan APBD tahun 2004 sebesar Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) tersebut cair kemudian disimpan dalam brankas sekaligus berikut kuitansi bukti penerimaannya. Bahwa selanjutnya pada tanggal 7 Juli 2004 terdakwa datang ke ruang kerja KRISANTO, SE.MM Kabag Keuangan Pemkab Blitar menemui KRISANTO, SE.MM untuk mengambil uang sebesar Rp. 100.000.000,(seratus juta rupiah) sisa dana biaya penyusunan APBD tahun 2004 Pemkab. Blitar yang dititipkan pada Pos Anggaran Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab. Blitar dan pada hari itu juga tanggal 7 Juli 2004, bertempat di ruang kerja Kabag Keuangan (Sdr. KRISANTO, SE.MM), oleh Kabag Keuangan (KRISANTO, SE.MM) dana sebesar Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) tersebut diserahkan kepada terdakwa yang saat itu pula terdakwa menerimanya dan menandatangani kuitansi bukti penerimaan uangnya. Bahwa prosedur pencairan keuangan DPRD Kab. Blitar adalah Bendahara Sekretariat DPRD Kab. Blitar memproses pengajuan

32

anggaran sesuai dengan kebutuhan dan pos yang tersedia dalam buku APBD yang pengajuannya ditandatangani oleh Sekwan (Sekretaris DPRD Kab. Blitar). Kemudian diteruskan ke Bagian Keuangan Pemkab. Blitar oleh Bendahara Sekretariat DPRD. Pengajuan tersebut baru bisa dicairkan apabila sudah terbit SPMG dari Pemkab. Blitar yang selanjutnya diuangkan di Bank Jatim oleh Bendahara Sekretariat DPRD. Setelah itu Bendahara Sekretariat DPRD membagikan/menggunakan sesuai dengan ketentuan dalam APBD. Bahwa terdakwa dalam hal ini selaku Anggota DPRD Kab. Blitar yang merangkap sebagai Sekretaris Panitia Anggaran DPRD Kab. Blitar telah meminta dan menerima dana ke Pemerintah Kabupaten Blitar untuk DPRD Kab. Blitar sebesar Rp. 600.000.000,- (enam ratus juta rupiah) yang dipergunakan untuk penyusunan APBD Kab. Blitar tahun 2004 dimana SPP (Surat Pengajuan Pembayarannya) tanpa melalui prosedur atau ketentuan yang benar melainkan terdakwa langsung mengambilnya dari Kabag Keuangan Pemkab. Blitar, seharusnya terdakwa selaku Anggota DPRD Kab. Blitar yang merangkap sebagai Sekretaris Panitia Anggaran DPRD Kab. Blitar menolak atas dana sebesar Rp. 600.ooo.ooo,- (enam ratus juta rupiah) yang dipergunakan untuk dana penyusunan APBD Kab. Blitar Tahun 2004 tersebut, namun terdakwa tidak mengambil reaksi sama sekali. Bahwa dalam hal ini terdakwa bukanlah sebagai pengguna anggaran, seharusnya menolak atau tidak menerima dana sebesar Rp. 600.000.000,- (enam ratus juta rupiah) sebagai biaya penyusunan APBD Tahun 2004 tersebut, namun hal itu tidak dilakukan oleh terdakwa, bahkan memintanya. Padahal terdakwa Drs. H. MAHMUD Z. selaku Anggota DPRD yang merangkap sebagai Sekretaris Panitia Anggaran DPRD Kab. Blitar mengetahui bahwa dana sebesar Rp. 600.000.000,(enam ratus juta rupiah) dari Pemkab. Blitar yang dipergunakan untuk biaya penyusunan APBD Pemkab. Blitar Tahun 2004, SPP (Surat Pengajuan Pembayarannya) tanpa melalui prosedur atau ketentuan yang benar dan terdakwa Drs. H. MAHMUD Z. mengetahui bahwa anggaran untuk eksekutif tidak bisa diberikan kepada legislatif (DPRD). Dengan adanya terdakwa telah meminta dan menerima dana untuk DPRD Kab. Blitar dengan cara langsung mengambilnya dari Kabag Keuangan Pemkab. Blitar (KRISANTO, SE.MM), maka terdakwa telah menerima

33

hadiah atau janji karena atau berhubungan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya sebagai Anggota DPRD Kabupaten Blitar, hal ini bertentangan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut : Bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah No : 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggung-jawaban Keuangan Daerah. Pengelolaan Keuangan Daerah dilakukan secara tertib, taat pada perundangan-undangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan dan bertanggung-jawab dengan memperhatikan azas keadilan dan kepatutan (pasal 4). Bahwa berdasarkan Keputusan MENDAGRI Nomor : 29 Tahun 2002 tanggal 10 Juni 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah mengatur antara lain : Setiap pengeluaran Kas harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah mengenai hal yang diperoleh oleh pihak yang menagih (pasal 49 ayat 5). Pengguna Anggaran dilarang melakukan pengeluaranpengeluaran atas beban belanja Daerah untuk tujuan lain dari pada yang ditetapkan (pasal 55 ayat 2). Bahwa berdasarkan Surat MENDAGRI Nomor : 161/3211/SJ tanggal 29 Desember 2003, Pedoman tentang Kedudukan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah mengatur antara lain : Untuk mendukung tugas Pimpinan DPRD atau membiayai kegiatan lainnya yang dilakukan oleh Pimpinan atas nama Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah dan sebagai alat kelengkapan DPRD dapat disediakan Belanja Penunjang Operasional Pimpinan DPRD (C.1). Penyusunan Pelaksanaan dan Penatausahaan, Penggunaan Belanja Pimpinan dan Anggota DPRD dilakukan oleh Sekretaris DPRD selaku Pengguna Anggaran. Bahwa akibat perbuatan terdakwa Drs. H. MAHMUD Z. sebagaimana tersebut diatas telah mengakibatkan kerugian negara Cq. Pemerintah 34

Kabupaten Blitar sebesar Rp. 600.000.000,- (enam ratus juta rupiah) atau setidak-tidaknya sekitar jumlah tersebut. Perbuatan terdakwa Drs. H. MAHMUD Z. tersebut di atas sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 5 (2) jo. Pasal 5 (1) huruf b Undang-undang Nomor : 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor : 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 18 Undang-undang Nomor : 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor : 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor : 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ; Menimbang, bahwa atas dakwaan Penuntut Umum tersebut, terdakwa telah mengajukan Eksepsi (keberatan) secara tertulis yang dibacakan dan diserahkan di persidangan pada tanggal 12 Agustus 2008 yang pada pokoknya menyatakan bahwa secara keseluruhan Jaksa Penuntut Umum dalam dakwaannya melanggar Undang-undang karena surat dakwaan yang dikemukakan Jaksa Penuntut Umum disusun secara tidak cermat, tidak jelas, dan tidak lengkap serta penuh kejanggalan, karena surat dakwaan tidak memenuhi persyaratan dalam pasal 143 ayat 2 KUHAP, maka dakwaan Jaksa Penuntut Umum harus dinyatakan batal demi hukum ; Menimbang, bahwa Penasihat Hukum terdakwa juga telah mengajukan Eksepsi (keberatan) secara tertulis yang dibacakan dan diserahkan di persidangan pada tanggal 12 Agustus 2008 yang pada pokoknya mengemukakan hal-hal sebagai berikut : 1. Bahwa mengenai pasal 116 ayat 3 KUHAP dimana penyidik tidak melaksanakan ketentuan Undang-undang secara sempurna dalam melakukan penyidikan terhadap tersangka, karena tidak menerapkan ketentuan pasal tersebut diatas secara sempurna yaitu bahwa pada saat proses penyidikan ternyata penyidik sama sekali tidak pernah menanyakan kepada tersangka : Apakah menghendaki didengar saksi yang dapat menguntungkan diri tersangka (dirinya) ; 2. Bahwa dikarenakan penyidik sama sekali tidak menanyakan kepada tersangka, apakah tersangka menghendaki didengar saksi yang dapat menguntungkan tersangka, maka jelas menurut ketentuan pasal 116 ayat 3 KUHAP yang menyatakan wajib untuk menanyakan kepada tersangka tentang didengarnya saksi yang menguntungkan tersangka, sehingga hasil penyidikan tersebut bertentangan dengan ketentuan Undang-

35

undang, yaitu melanggar hak asasi dari tersangka yang seharusnya dihormati ; 3. Bahwa dengan tidak diterapkannya ketentuan pasal 116 ayat 3 KUHAP secara sempurna dalam melakukan penyidikan atas perkara ini, maka penyidikan yang telah dilakukan adalah tidak sah menurut ketentuan Undang-undang dan dengan demikian dakwaan tersebut tidak sah menurut hukum ; Menimbang, bahwa atas Eksepsi (keberatan) dari terdakwa dan Penasihat Hukumnya tersebut, Penuntut Umum telah pula mengemukakan pendapat dalam tanggapannya yang dibacakan dan diserahkan di persidangan pada tanggal 19 Agustus 2008, yang selengkapnya sebagaimana terlampir dalam berita acara persidangan perkara ini ; Menimbang, bahwa untuk mempersingkat uraian dalam putusan ini, selengkapnya Eksepsi (keberatan) terdakwa dan Penasihat Hukumnya atas Surat Dakwaan Penuntut Umum serta pendapat Penuntut Umum atas Eksepsi (keberatan) terdakwa dan Penasihat Hukumnya tersebut, sebagaimana yang termuat dalam berita acara persidangan ini dan semuanya dianggap telah termuat dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam putusan ini ; Menimbang, bahwa sehubungan dengan Eksepsi (keberatan) dari terdakwa dan Penasehat Hukumnya tersebut, maka Majelis Hakim telah menjatuhkan Putusan Sela pada persidangan tanggal 26 Agustus 2008, yang amarnya berbunyi sebagai berikut : 1. Menolak Eksepsi (keberatan) terdakwa dan Penasehat Hukumnya untuk seluruhnya ; 2. Memerintahkan kepada Jaksa Penuntut Umum untuk melanjutkan pemeriksaan perkara atas nama terdakwa Drs. H. MAHMUD Z. ; 3. Menangguhkan biaya perkara sampai dengan putusan akhir ; Menimbang, bahwa untuk membuktikan dakwaannya Jaksa Penuntut Umum telah mengajukan saksi-saksi yang masing-masing telah memberikan keterangan di bawah sumpah di persidangan, yang pada pokoknya menerangkan sebagai berikut : 1. Drs. H. SOEBIANTORO, MSi, pada pokoknya menerangkan : Bahwa saksi pernah memberikan keterangan di depan Penyidik Kejaksaan Negeri Blitar ;

36

Bahwa saksi memberikan keterangan di depan Penyidik sehubungan dengan masalah pertemuan atau rapat ; Bahwa saksi adalah mantan Sekda Kab. Blitar, yang bertugas sejak tanggal 26 Juli 1999 sampai dengan 21 September 2004 ; Bahwa tugas saksi sebagai Sekda adalah pelayanan administrasi Bupati, membantu Bupati dalam mengkoordinasi unit-unit berkaitan administrasi pembangunan dan kemasyarakatan, serta tugas-tugas lain yang diberikan ;

Bahwa saksi masuk dalam Tim Anggaran Eksekutif dan menjabat sebagai Ketua ; Bahwa susunan Tim Anggaran Eksekutif RAPBD Tahun 2004 Kab. Blitar dibentuk berdasarkan SK Bupati No. 449 tanggal 24 Nopember 2003 yang terdiri dari : Pembina Ketua Wakil Ketua I Wakil Ketua II Sekretaris I Sekretaris II Anggota Kadispenda. Kabag. Hukum. Kabag. Pembangunan. Kadis. Praswil. Kadis. Lingkungan Hidup dan Pemukiman. Kasubag. Pembukuan. Kasubag. Perbendaharaan. Kasubag. Verifikasi. Kasubag. Anggaran. : Bupati dan Wakil Bupati. : Sekretaris Daerah. : Kepala Bappeda. : Asisten II. : Kabag. Keuangan. : Sekretaris Bappeda. :

Wakil Ketua III : Asisten I.

Bahwa dalam rangka proses penyusunan APBD Tahun 2004 telah dibentuk Tim Anggaran dari Eksekutif dan Panitia Anggaran dari Legislatif, yang terdiri dari : Ketua Wakil Ketua Sekretaris : Drs. H. Masdain Rifai. : Kustanto. : Drs. H. Mahmud Z.

37

Anggota -

: seluruhnya ada 18 orang, akan tetapi saksi tidak hapal ;

Bahwa proses penyusunan APBD Tahun 2004 adalah sebagai berikut: 1. Pemkab bersama-sama DPRD menyusun arah dan kebijakan umum APBD 2004, yang diawali dengan evaluasi kinerja pembangunan, penyaringan aspirasi masyarakat yang berpedoman pada Rencana Strategi Daerah. Pokok-pokok pikiran DPRD serta pokok Kebijakan Nasional di bidang Keuangan Daerah yang ditetapkan oleh Mendagri ; 2. Berdasarkan arah kebijakan umum APBD, Pemkab. Blitar menyusun strategi dan prioritas APBD yang dituangkan dalam Surat Edaran Bupati Blitar, yang dipakai pedoman dalam menyusun usulan program, kegiatan dan anggaran disusun berdasarkan prinsip anggaran kinerja, kondisi kemampuan ekonomi dan kemampuan Keuangan Daerah ; 3. Usulan program, kegiatan dan Anggaran setiap perangkat daerah dituangkan dalam Rencana Anggaran Satuan Kerja (RASK). Tim Anggaran dan Belanja Kab. Blitar menghimpun RASK dimaksud dengan dikoordinir oleh Ketua Tim dan dihimpun oleh Kepala Bagian Keuangan selaku Sekretaris Tim. Himpunan RASK usulan program kegiatan dan anggaran para perangkat daerah dimaksud, dibahas oleh Tim Anggaran Eksekutif untuk menjadi draft RAPBD Kab. Blitar 2004 ; 4. Draft RAPBD Tahun 2004 dimaksud dilaporkan oleh Sekda selaku Ketua Tim Anggaran Eksekutif kepada Bupati Blitar di hadapan Tim Anggaran Eksekutif dan semua Kepala Dinas, untuk mendapatkan petunjuk prioritas kegiatan/proyek yang mendesak dan perlu dilaksanakan pada tahun 2004 ; 5. Setelah mendapat petunjuk Bupati, draft diperbanyak dan dijilid oleh Kabag. Keuangan selaku Sekretaris Tim Eksekutif dan dijilid sebagai draft RAPBD tahun 2004, sebanyak anggota tim anggaran eksekutif dan panitia anggaran legislative ; 6. Setelah draft RAPBD selesai dibuat, diadakan koordinasi dengan Panitia Inti Anggaran Legislatif (di kantor Pemkab. Blitar) untuk diadakan pembahasan awal terkait pokok-pokok pikiran DPRD dan setelah selesai dibahas, draft RAPBD dilaporkan kepada

38

Bupati apabila ada perubahan-perubahan yang dipandang perlu. Apabila Bupati setuju, draft RAPBD dikirimkan kepada DPRD lewat Sekretaris DPRD oleh Bupati ; 7. Selanjutnya diadakan pertemuan/rapat untuk membahas RAPBD tahun 2004 tersebut antara Tim Anggaran Eksekutif dan Panitia Anggaran Legislatif ; Bahwa sekitar bulan Desember 2003 dalam rapat koordinasi pembahasan RAPBD tahun 2004 bertempat di ruang rapat Bupati Blitar, yang dihadiri oleh Panitia Anggaran Legislatif yaitu Drs. H. Masdain Rifai (Ketua Panggar), Kustanto (Wakil Ketua Panggar) dan Drs. H. Mahmud Z. (Sekretaris Panggar) dan dari seluruh anggota Tim Anggaran Eksekutif, termasuk saksi selaku Ketua Tim dan Krisanto selaku Sekretaris Tim, awalnya pada saat rapat akan dimulai Gus Daim (Ketua Panggar) mengatakan bahwa sesuai perintah Pimpinan, saya diminta untuk menanyakan bagaimana tanggapan dari Tim Anggaran Eksekutif terhadap titipan Pimpinan. Kemudian saksi selaku pihak eksekutif bertanya : Titipan apa? , lalu pimpinan panggar mengatakan bahwa apabila ada titipan tidak interupsi dari ditanggapi dari pimpinan pertemuan yang sudah ditangguhkan. menyampaikan Kemudian Krisanto, dewan

diselesaikan oleh Bapak Bupati. Ketua Panggar lalu berkata : Kalau begini namanya dagelan, kami disuruh tanya-tanya disini, tidak tahunya antara pimpinan sudah langsung berhubungan sendiri. dan pertemuan dilanjutkan ; Bahwa proses terbitnya SPMG adalah masing-masing pengguna anggaran mengajukan SPP ke bagian keuangan. Sebelum SPP dibuat, pengguna anggaran mengajukan nota dinas ke Sekda. Isi dari nota dinas adalah rencana penyerapan anggaran sesuai DAS. Setelah nota dinas dikoreksi dan persyaratan terpenuhi kemudian saksi acc dan dikembalikan ke pengguna anggaran. Pengguna anggaran mengajukan SPP ke bagian keuangan, sebelumnya bagian keuangan meneliti apakah pengajuan SPP sudah tidak ada masalah, apabila tidak ada masalah bagian keuangan memproses pengajuan SPP tersebut dan terbit SPMG. SPMG diproses di Kasda baru dibuat giro ; Bahwa SPP ada 2 (dua) macam, yaitu SPP beban tetap dan SPP beban sementara, dimana SPP beban tetap diajukan sudah lengkap dengan

39

SPJ-nya, sedangkan SPP beban sementara SPJ-nya diajukan belakangan ; Bahwa SPMG No. 8 tanggal 30 Januari 2004 senilai Rp. 510.000.000,- dan SPMG No. 439 tanggal 11 Maret 2004 senilai Rp. 100.000.000,- adalah merupakan SPP beban tetap dan kedua SPMG tersebut dalam prosesnya tidak pernah melalui saksi selaku Sekda, dan saksi baru melihat kedua SPMG tersebut pada saat saksi diperiksa di Kejaksaan ; Bahwa setiap penerbitan SPMG ada nota dinas dan untuk SPMG No. 8 tidak ada nota dinasnya ; Bahwa dalam menyusun anggaran pada APBD tidak diperkenankan memuat titipan anggaran yang digunakan untuk kegiatan lain, selain yang dari pos kegiatan yang telah ditentukan ; Bahwa dalam penyusunan APBD masing-masing tim anggaran baik eksekutif maupun legislatif mempunyai anggaran sesuai dengan pos kegiatan yang telah ditentukan ; Bahwa tidak dibenarkan apabila dana yang disediakan untuk Eksekutif digunakan/diambil untuk Legislatif, begitu juga sebaliknya ; Bahwa saksi tidak tahu tentang penggunaan uang senilai Rp. 510.000.000,- dan senilai Rp. 100.000.000,- ; Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa menyatakan ada yang benar dan ada yang salah dan akan terdakwa tanggapi dalam pembelaan ; 2. LILIK POERWANTO bin SLAMET, pada pokoknya menerangkan : Bahwa saksi pernah memberikan keterangan di depan Penyidik Kejaksaan Negeri Blitar ; Bahwa saksi memberikan keterangan di depan penyidik sehubungan dengan masalah tindak pidana korupsi pada tahun 2004 ; Bahwa saksi adalah sebagai pemegang kas Sekretariat Kab. Blitar sejak 2004 dan tahun 2006 menjadi staf biasa ; Bahwa tugas pemegang kas Sekretariat Kab. Blitar adalah menandatangani SPP gaji, menandatangani SPP pengajuan dana sekretariat dari masing-masing bagian, mencairkan SPMG gaji sekretariat, mencairkan SPMG khusus dana sekretariat yang meliputi 9 (sembilan) bagian masing-masing yaitu : bagian keuangan,

40

perlengkapan, -

umum,

pembangunan,

organisasi,

hukum,

perekonomian, humas, dan pemerintahan ; Bahwa saksi selaku pemegang kas ada staf yang membantu tugas saksi yaitu pembantu pemegang kas bernama Titik Wismiati, yang tugasnya membuat SPP dan menyimpan uang kas sekretariat kabupaten ; Bahwa syarat-syarat pembuatan SPP adalah ada bend. I, bend. II, kwitansi, rencana penggunaan dan SKO. Yang berwenang menandatangani SKO adalah Sekda ; Bahwa atasan langsung saksi adalah Asisten II Bpk. Drs. Hasan Al Habsy, dan saksi membuat SPP atas perintah atasan ; Bahwa saksi menandatangani kedua SPP yang penggunaannya untuk dana penyusunan APBD sesuai dengan perintah Krisanto ; Bahwa pada waktu saksi menandatangani kedua SPP tersebut, kwitansi sebesar Rp. 510.000.000,- dan Rp. 100.000.000,- tidak ada, dan saksi baru tahu kedua kwitansi tersebut setelah diperiksa di Kejaksaan ; Bahwa saksi tahu ada dana di Sekretariat Kabupaten untuk biaya penyusunan APBD ; Bahwa yang berwenang menerbitkan SPMG adalah bagian keuangan yang ditandatangani oleh Kabag. Keuangan ; Bahwa saksi melihat SPMG No. 8 dan No. 439 setelah diperiksa di Kejaksaan ; Bahwa setelah saksi mencairkan uang sebesar Rp. 510.000.000,- di Bank Jatim, dan uang sebesar Rp. 100.000.000,- pada bulan Maret 2004, kemudian uang tersebut saksi serahkan kepada Bu Titik Wismiati dan saksi tidak tahu kemudian uang tersebut diserahkan kepada siapa ; Bahwa terbitnya SPP untuk biaya penyusunan APBD 2004 sebesar Rp. 510.000.000,- tersebut, setelah ada perintah dari Krisanto melalui Bu Titik agar dibuatkan SPP dan SPP tersebut saksi tandatangani meskipun syarat-syaratnya tidak memenuhi, tetap saksi tandatangani karena atas perintah ; Bahwa pengeluaran dana sebesar Rp. 510.000.000,- dianggap memenuhi syarat, apabila adsa kwitansi, nota dinas dan rencana penggunaan ;

41

Bahwa dalam SPP yang menerbitkan SPMG No. 8 tidak ada rencana penggunaan, yang berarti proses pengeluaran dana tersebut adalah tidak benar ;

Bahwa saksi pernah diminta untuk tanda tangan SPP biaya penyusunan APBD sejumlah Rp. 100.000.000,-, perintahnya sama dengan SPP sejumlah Rp. 510.000.000,- yang kwitansinya tidak ada dan saksi baru tahu kwitansi tersebut setelah diperiksa di Kejaksaan ;

Bahwa pos biaya penyusunan APBD adalah pos Sekretariat dan apabila diambil oleh pihak lain tidak diperbolehkan ; Bahwa yang paling mengetahui aliran dana sebesar Rp. 510.000.000,- dan Rp. 100.000.000,- adalah bagian keuangan yaitu Krisanto, dimana menurut keterangan Titik Wismiati uang tersebut diserahkan kepada Krisanto dan oleh Krisanto diserahkan kepada siapa lagi, saksi tidak tahu dan tidak menanyakan ; Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa

menyatakan akan menanggapinya dalam pembelaan ; 3. KRISANTO,SE.MM bin YASIN, pada pokoknya menerangkan : Bahwa saksi pernah memberikan keterangan di depan Penyidik Kejaksaan Negeri Blitar ; Bahwa saksi pernah menjabat sebagai Kabag. Keuangan Pemkab. Blitar tahun 2004 ; Bahwa sebelum saksi menjabat sebagai Kabag. Keuangan, saksi pernah menjadi ajudan Bupati, bertugas di Dinas Pendapatan dan menjabat sebagai Kasubag. Anggaran ; Bahwa pada waktu saksi menjabat sebagai Kabag. Keuangan, atasan langsung saksi adalah Sekda Soebiantoro ; Bahwa tugas Kabag. Keuangan adalah mencatat, mengumpulkan, merekap dan melaporkan keuangan daerah kepada pimpinan, yaitu Bupati maupun kepada DPRD, sedangkan jenis laporan ke dewan adalah perhitungan APBD ; Bahwa mengenai proses penyusunan APBD masuk dalam lingkup tugas saksi ; Bahwa proses penyusunan APBD tahun 2004 dilakukan akhir tahun 2003. Pertama membuat surat edaran yang ditandatangani Sekda ke Dinas/Unit/Bagian agar mereka mengumpulkan ajuan/usulan

42

program kegiatan ke bagian keuangan untuk anggaran rutin dan Bapeda untuk anggaran pembangunan. Ajuan direkap dan dibahas dengan Eksekutif menjadi draft APBD, yang istilahnya pra RAPBD. Setelah draft disetujui Bupati disebut RAPBD dan dikirim ke DPRD. DPRD menetapkan rencana pembahasan, melalui pembahasanpembahasan antara Eksekutif dan DPRD, RAPBD disahkan menjadi APBD ; Bahwa pada waktu proses penyusunan APBD tidak dibahas mengenai biaya penyusunan APBD ; Bahwa sebelum APBD 2004 disahkan, benar pernah dikeluarkan dana untuk biaya penyusunan APBD ; Bahwa khusus pos Sekretariat, ada biaya penyusunan APBD, ada biaya intensif dll ; Bahwa di DPRD tidak ada pos untuk biaya penyusunan APBD, biaya penyusunan APBD diambilkan di Sekretariat Kab. Blitar ; Bahwa dalam rangka penyusunan APBD 2004, saksi pernah mengeluarkan dana sejumlah Rp. 500.000.000,- diambilkan dari pos Sekretariat Pemkab. Blitar dan diserahkan ke Pak Mahmud. Kapan saksi menyerahkan uang tersebut, saksi sudah lupa, kalau tidak salah awal Januari 2004 atau akhir Desember 2003, sebelum APBD disahkan ; Bahwa APBD tahun 2004 benar disahkan pada tanggal 12 Januari 2004 ; Bahwa saksi mencairkan dan menyerahkan dana tersebut atas dasar perintah dari pimpinan yaitu Bupati ; Bahwa penyerahan uang tersebut kronologisnya adalah sebagai berikut awalnya pada persiapan penyusunan APBD tahun 2004 yaitu Nopember 2003, dikeluarkan surat edaran unit-unit agar mengajukan usulan kegiatan/program, untuk rutin usulan kegiatan direkap bagian keuangan, sedang untuk pembangunan direkap oleh Bapeda. Rekapan dibahas Eksekutif dan setelah dibahas menjadi RAPBD. Sebelum RAPBD masukDewan, saksi mendapat informasi dari Bupati, pada waktu itu awal Desember 2003, malam hari saksi (orang lain tidak ada) dipanggil Bupati dan diberitahu, bahwa Dewan minta dana untuk penyusunan APBD Rp. 500.000.000,-. Kemudian saksi bertanya, diambilkan dari pos mana, dan dijawab oleh Pak Bupati,

43

diambilkan dari Sekretariat Pemkab. Blitar. Saksi kemudian bertanya lagi, apa boleh? Seumpama tidak ada biaya penyusunan APBD bagaimana, siapa yang bertanggung jawab? Dijawab oleh Pak Bupati DPR. Akhirnya biaya penyusunan APBD dianggarkan di pos Sekretariat Pemkab. Blitar ; Bahwa saksi mau menerima perintah tersebut karena saksi hanya pelaksana saja ; Bahwa pada pertengahan Desember 2003 terjadi pembicaraan antara Tim Eksekutif dengan Dewan, yaitu antara Sekda dengan Kustanto, Masdain Rifai dan Mahmud Z. membicarakan RAPBD, istilahnya pra RAPBD yaitu mengenai anggaran pendapatan dan pengeluaran serta masalah anggaran DPRD. Saksi pada waktu itu ada di luar, setelah rapat selesai, saksi dipanggil masuk dan ditanya bagaimana titipan dari Samirin dan saksi jawab siap ; Bahwa beberapa hari dari pembicaraan tersebut, uang Rp. 500.000.000,- diambil di ruang kerja saksi pada tanggal 30 Desember 2003 sekitar jam 10.00 WIB, oleh Masdain Rifai, Kustanto dan Mahmud Z. Masdain Rifai yang menyaksikan, Kustanto yang menerima uangnya, sedangkan Mahmud Z. yang tanda tangan. Pada saat mengambil uang terebut, Kustanto mengatakan, apabila uang tersebut tidak dikeluarkan, APBD tidak disahkan ; Bahwa uang yang serahkan berupa pecahan ratusan ribu dan saksi bungkus Koran ; Bahwa saksi membenarkan kwitansi sebagai tanda bukti penerimaan uang sebesar Rp. 500.000.000,- yang ditandatangani oleh terdakwa ; Bahwa uang sebesar Rp. 10.000.000,- saksi serahkan kepada Samirin Darwoto di rumah dinasnya, seminggu kemudian setelah penyerahan uang sejumlah Rp. 500.000.000,- ; Bahwa untuk kebutuhan kegiatan Dewan, Dewan juga mengajukan usulan dan Dewan sendiri yang menentukan usulan kegiatan untuk dianggarkan ; Bahwa apabila ada anggaran Sekretariat Pemkab dikeluarkan untuk Dewan dasarnya permintaan. Sedang menurut aturan yang ada hal demikian tidak dibenarkan ;

44

Bahwa permintaan uang Rp. 500.000.000,- tersebut untuk dibagikan ke Panggar dan apabila uang tersebut tidak dikeluarkan, Panggar tidak mau membahas RAPBD dan tidak mau mengesahkan APBD ;

Bahwa saksi pernah memerintahkan ke Titik Wismiati untuk membuat SPP sebesar Rp. 100.000.000,- ; Bahwa dana tersebut digunakan untuk tambahan biaya penyusunan APBD Panggar, yang sebelumnya sejumlah Rp. 500.000.000,- telah diserahkan oleh saksi ;

Bahwa dana Rp. 100.000.000,- saksi serahkan di ruang kerja saksi kepada Panggar yaitu Masdain Rifai, Kustanto dan Mahmud Z., dimana yang menerima uang tersebut adalah Kustanto, dan yang menandatangani kwitansi bukti penerimaan uang terebut adalah Mahmud Z. ;

Bahwa tidak dibenarkan dana untuk penambahan biaya penyusunan APBD untuk Panggar diambilkan dari Sekretariat Pemkab. Blitar ; Bahwa dasar saksi menyerahkan dana tersebut adalah permintaan ; Bahwa sejak saksi menjabat Kasubag. Anggaran, proses yang demikian sudah biasa terjadi ; Bahwa uang sebesar Rp. 500.000.000,- dan Rp. 100.000.000,tersebut mengalir untuk Panggar dan masalahnya teknisnya saksi tidak tahu ;

Bahwa saksi tidak tahu berapa uang yang dinikmati terdakwa sendiri dari uang sejumlah Rp. 500.000.000,- dan Rp. 100.000.000,- yang diterima terdakwa ;

Bahwa kerugian Negara akibat dari perbuatan terdakwa adalah Rp. 600.000.000,- ; Bahwa anggaran Sekretariat tidak diperbolehkan/salah apabila dikeluarkan untuk Dewan, dasar hukumnya adalah Kepmendagri No. 29/2002 antara lain berbunyi : Kegiatan APBD tidak diperbolehkan untuk kegiatan diluar APBD ;

Bahwa pos biaya penyusunan APBD 2004 dianggarkan Rp. 900.000.000,- dan pos tersebut untuk Legislatif ; Bahwa anggaran Dewan diatur di Pos Dewan, yaitu Pos Sekwan dan Pos DPRD dan untuk pengajuan anggaran dewan tidak ada sanggahan dari Eksekutif, akan tetapi Dewan mempunyai kewenangan sendiri ;

45

Bahwa yang bertanggung jawab atas pengeluaran dana-dana tersebut adalah Sekda selaku Pengguna Anggaran ; Bahwa pertanggung jawaban dari dana-dana tersebut dalam SPJ-nya cukup disebutkan untuk biaya penyusunan APBD ; Bahwa APBD dipayungi oleh PP dan Perda, dan anggaran yang diajukan penyusunannya harus sesuai dengan Perda, sedangkan Penetapan APBD harus sama dengan Perda ; Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa

menyatakan tidak benar yaitu : Bahwa anggaran untuk kegiatan pemrosesan APBD sudah ada dan berlaku sejak dahulu, sejak Bupati Bambang Soekotjo ; Bahwa proses penyusunan APBD dilakukan bersama antara Legislatif dan Eksekutif ; Bahwa penerima dana Rp. 100.000.000,- bukan terdakwa dan sudah menjadi konsensus bahwa sekretaris panggar yang menandatangani kwitansi, wakil ketua yang menerima uang dan ketua sebagai koordinator; Bahwa tidak pernah terucap sama sekali apabila dana biaya penyusunan APBD tidak dikeluarkan, APBD tidak dibahas ; Bahwa terdakwa tidak pernah meminta dana biaya penyusunan APBD, tetapi terdakwa diperintah oleh Pimpinan ; Bahwa tidak ada pertemuan khusus yang membicarakan uang Rp. 500.000.000,- dan Rp. 100.000.000,- ; 4. KUSTANTO, pada pokoknya menerangkan : Bahwa saksi pernah memberikan keterangan di depan Penyidik Kejaksaan Negeri Blitar ; Bahwa saksi pernah menjadi anggota DPRD Pemkab. Blitar sejak tahun 1999 2004 ; Bahwa saksi pernah menjadi Wakil Ketua Panggar, beberapa bulan setelah menjadi anggota DPRD dengan SK dari Ketua DPRD ; Bahwa tugas wakil ketua panggar adalah sama dengan anggota panggar, yaitu membahas APBD Pemkab. Blitar ; Bahwa proses pembahasan APBD 2004 adalah pertama buku RAPBD yang disusun Tim Anggaran Eksekutif masuk DPRD melalui Ketua/Sekwan, kemudian panggar mendapat buku RAPBD tersebut.

46

Panmus atas perintah pimpinan membuat jadwal pembahasan. Setelah tersusun jadwal, panggar diberi waktu untuk meneliti apa-apa yang ada di RAPBD. Kemudian rapat-rapat komisi dan fraksi-fraksi, fraksi-fraksi memberikan pandangan umum terhadap RAPBD dalam sidang paripurna DPRD Pemkab. Blitar. Selanjutnya Panggar Pemkab. rangka panggar. oleh Blitar membahas aspirasi itu RAPBD sesuai jadwal. Panggar mengadakan rapat khusus 4 (empat) kali, yang sebelumnya dalam menjaring Setelah masyarakat, panggar mengadakan untuk kunjungan kerja dan hasil kunjungan kerja dibahas dalam rapat kerja panggar mengundang melalui eksekutif sidang mengadakan rapat kerja, dihadiri Kepala-kepala Dinas yang dipimpin Sekda. Terakhir fraksi-fraksi paripurna memberikan pendapat akhir, menyetujui/tidak RAPBD untuk disahkan menjadi APBD ; Bahwa APBD 2004 disahkan akhir Desember 2003 ; Bahwa susunan Panggar DPRD Pemkab. Blitar 2004 adalah Ketua (Masdain Rifai), Wakil Ketua (saksi sendiri/Kustanto), Sekretaris (H. Mahmud Z.), sedangkan untuk anggota-anggotanya saksi tidak hapal ; Bahwa dalam pembahasan RAPBD 2004 saksi tahu ada biayanya, tetapi saksi tidak tahu diambilkan dari pos mana biaya pembahasan RAPBD 2004 ; Bahwa saksi tahu untuk pembahasan RAPBD 2004 ada biaya karena pada waktu rapat-rapat, kunjungan kerja difasilitasi oleh DPRD ; Bahwa berkaitan dengan masalah biaya pembahasan RAPBD 2004, saksi mengetahui ada kucuran dana yang berasal dari Pemkab. Blitar, tetapi saksi tidak tahu berapa besar kucuran dana tersebut, seingat saksi di APBD ada ; Bahwa saksi pernah melihat barang bukti berupa kwitansi senilai Rp. 500.000.000,- dan Rp. 100.000.000,- pada saat saksi diperiksa di Kejaksaan dan sebelum diperiksa di Kejaksaan saksi belum pernah melihat kedua kwitansi tersebut ; Bahwa saksi selaku anggota Dewan tidak ingat apakah pernah mengeluarkan Perda tentang Pokok-pokok Pengeluaran Keuangan Daerah dan yang mengetahui Perda tersebut adalah komisi A ; Bahwa selama saksi menjadi anggota dewan mendapat gaji tetapi saksi tidak tahu pengaturan gaji dari anggota dewan ;

47

Bahwa saksi tidak tahu proses pembahasan APBD diambilkan dari Pos Sekwan atau Pos DPRD ; Bahwa saksi tidak tahu biaya proses penyusunan APBD 2004 dianggarkan sebesar Rp. 900.000.000,- ; Bahwa mulai pembahasan draft RAPBD sampai APBD disahkan telah diadakan banyak sekali pertemuan ; Bahwa saksi tidak ingat apakah Ketua Panggar pernah menghentikan rapat kerja karena ada titipan dari Pimpinan ; Bahwa saksi bertiga yaitu Ketua Panggar, Wakil Ketua Panggar dan Sekretaris Panggar tidak pernag datang ke kantor Kabag. Keuangan Pemkab. Blitar untuk menerima uang Rp. 500.000.000,- ;

Bahwa saksi bertiga (saksi, Ketua Panggar dan Sekretaris) tidak pernah menerima uang dari Eksekutif baik yang Rp. 500.000.000,maupun yang selain Rp. 500.000.000,- ;

Bahwa untuk pemrosesan APBD benar ada tunjungan panitia anggaran ; Bahwa saksi tidak pernah minta biaya penyusunan APBD ke Eksekutif; Bahwa yang saksi ketahui pemrosesan APBD ada biayanya dan biaya tersebut dari pimpinan DPRD, seingat saksi di APBD ada pos biaya pemrosesan dan mengenai uang Rp. 500.000.000,- saksi tidak tahu ;

Bahwa tanda tangan di kwitansi senilai Rp. 500.000.000,- hampir mirip dengan tanda tangan Pak Mahmud yang ada di hasil laporan kinerja panggar ;

Bahwa kegiatan dewan difasilitasi oleh DPRD maksudnya kegiatan dewan dibiayai DPRD yaitu pimpinan DPRD yang uangnya dari Sekwan ;

Bahwa pada saat pembahasan APBD yang hadir Ketua Panggar, Wakil Ketua Panggar, Sekretaris dan Anggota Panggar, sedangkan dari Eksekutif yang hadir Sekda dan seluruh anggota Tim Anggaran Eksekutif ;

Bahwa saksi tidak tahu apakah dibenarkan atau tidak, apabila ada penerimaan dana selain dari Sekwan ; Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa

menyatakan akan menanggapinya dalam pembelaan ;

48

5. H. MASDAIN RIFAI, pada pokoknya menerangkan : Bahwa saksi pernah memberikan keterangan di depan Penyidik Kejaksaan Negeri Blitar ; Bahwa saksi menjadi anggota DPRD Pemkab. Blitar mulai tahun 1999 2004 dan sejak pelantikan anggota dewan, kemudian ada kelengkapan dewan dibentuk panggar dan saksi diangkat menjadi ketua panggar atas usulan fraksi ; Bahwa susunan panggar saat itu adalah Ketua (saksi sendiri), Wakil Ketua Panggar (Kustanto), sedangkan (H. Mahmud Z.), sedangkan anggota ada 18 orang dan jumlah panggar semuanya ada 21 orang ; Bahwa tugas panggar adalah membahas RAPBD, RPAK, Perhitungan APBD ; Bahwa proses pembahasan APBD 2004 adalah selaku ketua panggar menerima buku RAPBD dari Sekwan. Semua anggota panggar, panmus dan semua anggota dewan mendapat buku RAPBD, semua dilibatkan tetapi dalam lingkup yang berbeda. Setelah buku diterima, Panmus mengagendakan jadwal kerja Panggar. Sesuai jadwal lalu dilaksanakan sidang paripurna, pertama yang mendengarkan laporan keuangan oleh Bupati, lalu Komisi-komisi mencermati persoalan yang ada pada rancangan sesuai jadwal. Kemudian fraksi-fraksi memberikan pandangan umum terhadap RAPBD dalam sidang paripurna DPRD. Kemudian Panggar membahas RAPBD sesuai jadwal. Cara pembahasannya yaitu Panggar rapat khusus untuk menginventarisir persoalan, yang dilaksanakan sekitar 4 (empat) kali rapat khusus. Sebelumnya komisi-komisi yang ada dalam panggar menjaring aspirasi masyarakat dan mengadakan kunjungan kerja, laporan hasil kunjungan kerjanya dilaporkan dalam rapat kerja Panggar DPRD Pemkab. Blitar. Setelah itu Panggar mengundang Eksekutif untuk mengadakan rapat kerja yang dihadiri Kepala-kepala Dinas yang dipimpin oleh Sekda Kab. Blitar, yang dilaksanakan berkali-kali. Selanjutnya Panggar melaksanakan rapat khusus untuk menyimpulkan hasil rapat kerja dan menyusun laporan. Kemudian Panggar melaporkan hasil kerjanya kepada Pimpinan DPRD dalam rapat paripurna khusus untuk itu. Kemudian pada sidang paripurna, fraksi-fraksi memberikan pendapat akhir untuk menyetujui/tidaknya terhadap RAPBD untuk disahkan menjadi Perda tentang APBD ;

49

Bahwa mulai dari proses pembahasan APBD sampai pengesahan APBD, ada biayanya dan biayanya dari Sekwan, yaitu biaya kepanitiaan khusus, ada pertanggung-jawabannya ;

Bahwa biaya penyusunan APBD ada di Pos Sekretariat Pemkab. Blitar, untuk kegiatan-kegiatan pemrosesan, pembiayaan ada di Kepanitiaan Dewan dan biaya kepanitiaan diterimakan setelah APBD selesai ;

Bahwa di anggaran Dewan tidak ada biaya pemrosesan APBD. Di saat kesulitan bertemu dengan masyarakat, tokoh-tokoh, keperluan konstituen, biaya ada di Kepanitiaan Dewan yang diberikan setelah APBD selesai. Masalah tersebut telah diusulkan agar Dewan juga diberikan anggaran untuk pos biaya pemrosesan APBD, akan tetapi karena di Eksekutif sudah ada pos tersebut, dan agar tidak terjadi 1 (satu) pengeluaran diambilkan dari 2 (dua) pos, pos Dewan dan pos Eksekutif, maka biaya penyusunan APBD dianggarkan di pos Sekretariat Pemkab. Blitar. Selama saksi selaku Ketua Panggar, atas ijin Pimpinan menerima dana yang diambilkan dari Eksekutif dan saksi bertanggung jawab kepada Pimpinan ;

Bahwa selama saksi menjadi Ketua Panggar, saksi tidak pernah datang ke Kabag. Keuangan Pemkab. Blitar, bersama Kustanto dan terdakwa Mahmud Z. ;

Bahwa saksi tidak pernah merasa datang ke Kabag. Keuangan untuk mengambil uang senilai Rp. 500.000.000,- bersama Kustanto dan H. Mahmud Z. ;

Bahwa saksi pernah melihat kwitansi senilai Rp. 500.000.000,tersebut, saat diperiksa di Kejaksaan, sedangkan kwitansi senilai Rp. 100.000.000,- saksi tidak tahu ;

Bahwa tanda tangan yang ada/tertera dalam kwitansi senilai Rp. 500.000.000,- adalah tanda tangan Pak H. Mahmud Z., seperti yang sering saksi lihat di buku hasil laporan kinerja Panggar ;

Bahwa saksi tahu ada biaya penyusunan APBD senilai Rp. 900.000.000,- dan Eksekutif juga menggunakan dana tersebut. Namun saksi tidak tahu apakah biaya tersebut titipan Dewan ke Eksekutif, yang jelas setelah pemrosesan APBD selesai, 7 (tujuh) hari harus dikirim ke Propinsi (Gubernur) untuk dikoreksi dan saat itu tidak ada revisi ;

50

Bahwa pada saat akan memimpin rapat, saksi tidak ingat apakah saksi pernah bertanya kepada Eksekutif, bagaimana mengenai titipan Dewan sehubungan dengan uang Rp. 500.000.000,- ; Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa

menyatakan akan menanggapinya dalam pembelaan ; 6. Hj. TITIK WISMIATI binti MULYANI, pada pokoknya

menerangkan : Bahwa saksi pernah memberikan keterangan di depan Penyidik Kejaksaan Negeri Blitar ; Bahwa saksi diangkat menjadi PNS Pemkab. Blitar tahun 1984, tahun 1996 2003 diangkat sebagai Bendaharawan Rutin Pemkab. Blitar, Januari 2004 2006 diangkat sebagai Kasir Sekretariat Kab. Blitar, tahun 2007 diangkat sebagai Bendaharawan Pengeluaran Bantuan Sekretariat Kab. Blitar sampai pension ; Bahwa tugas-tugas dari Bendaharawan Rutin Pemkab. Blitar adalah : Menerima ajuan anggaran dalam bentuk nota dinas dari Dinasdinas dan Bagian-bagian ; Ajuan saksi teliti, kemudian saksi buatkan SPP yang saksi tanda tangani sendiri, kemudian ditandatangani atasan langsung saksi yaitu Asisten II ; SPP saksi serahkan ke subbag anggaran untuk diproses, kemudian diserahkan ke subbag perbendaharaan dan terbit SPMG ; Mengerjakan register SPMG, SPP, SKO ; Memungut dan menyetor pajak ; Mengerjakan buku Kas Umum dan mengambil pencairan ke Bank; Bahwa proses pengajuan anggaran sampai pencairan uang ke Bank adalah ajuan anggaran dari dinas/bagian saksi terima dan saksi teliti, mengenai nominal dan uraian penggunaan, apabila sudah benar saksi buatkan SPP dan saksi tanda tangani, saksi kirim ke Asisten II untuk di-acc, selanjutnya diserahkan ke Kasubag. Anggaran untuk diproses, yaitu diparaf dan diberi nomor SKO. Kasubag. Anggaran menyerahkan ke Kasubag. Perbendaharaan dan terbit SPMG. SPMG diserahkan kepada saksi dan saksi cairkan di Bank Jatim. Uang lalu saksi serahkan kepada yang mengajukan, yang penggunaannya sesuai dengan nota dinas ;

51

Bahwa pada waktu saksi menjadi Bendaharawan Rutin Pemkab. Blitar, atasan langsung saksi adalah Asisten II ; Bahwa selama saksi menjadi Bendaharawan Rutin Pemkab. Blitar, saksi tidak pernah melakukan pencairan dana sebesar Rp. 500.000.000,- atas perintah Krisanto ;

Bahwa saksi tidak tahu proses pencairan dana sebesar Rp. 500.000.000,- ; Bahwa saksi pernah melihat kwitansi senilai Rp. 500.000.000,- di kantor saksi, pada saat saksi sedang mengerjakan SPP ; Bahwa pada waktu saksi melihat kwitansi senilai Rp. 500.000.000,tersebut, saksi juga melihat kwitansi senilai Rp. 100.000.000,-, dimana kedua kwitansi tersebut sudah terlampir dalam SPP ;

Bahwa yang tanda tangan dalam kwitansi tersebut senilai Rp. 500.000.000,- adalah Pak Mahmud sebagai penerima, yang senilai Rp. 10.000.000,- adalah Pak Samirin Darwoto sebagai penerima. Kedua kwitansi tersebut saksi terima dari Krisanto di kantor ;

Bahwa saat membuat SPP yang harus saksi teliti adalah uraian penggunaan dan nominalnya, apakah telah cocok/belum dengan yang terbilang ;

Bahwa pada waktu menerima kwitansi Rp. 500.000.000,- dari Krisanto, uraian penggunaan dalam kwitansi tersebut tidak ada, dan tidak dibenarkan apabila dalam kwitansi tidak ada uraian penggunaan ;

Bahwa saksi tetap membuat SPP meskipun dalam kwitansi tidak ada uraian penggunaan, karena saksi diperintah oleh Krisanto sebagai atasan saksi ;

Bahwa setelah SPP dibuat hingga SPMG terbit, SPMG oleh pemegang kas Lilik Poerwanto dicairkan di BPD Jatim Blitar dan setelah cair uang tersebut oleh Lilik Poerwanto diserahkan kepada saksi ;

Bahwa uang yang diserahkan kepada saksi tersebut, saksi lupa dalam bentuk pecahan berapa, tetapi saksi ingat bahwa uang tersebut dibungkus dalam tas kresek hitam ;

Bahwa uang sebesar Rp. 510.000.000,- yang ada pada saksi, sebesar Rp. 500.000.000,- saksi serahkan kepada Krisanto di ruang kerjanya, sedangkan uang yang sebesar Rp. 10.000.000,- diambil oleh Siti Sulastri ;

52

Bahwa uang sebesar Rp. 500.000.000,- tersebut untuk biaya penyusunan APBD 2004 ; Bahwa pos untuk biaya penyusunan APBD di Sekretariat Pemkab. Blitar ada, sedangkan di Dewan ada/tidak, saksi tidak tahu ; Bahwa setelah uang saksi serahkan, uang tersebut mengalir ke Dewan dan saksi tahu hal tersebut dari Siti Sulastri ; Bahwa sepengetahuan saksi, dana Sekretariat Pemkab. Blitar tidak dibenarka apabila diambil/digunakan oleh Dewan, karena tidak ada dasarnya, akan tetapi hal tersebut tetap saksi laksanakan karena perintah dari atasan ;

Bahwa uang sebesar Rp. 510.000.000,- sesuai dengan SPMG No. 8 tanggal 30 Januari 2004 dan uang sebesar Rp. 100.000.000,- sesuai dengan SPMG No. 439 tanggal 11 Maret 2004, dan penggunaannya untuk biaya penyusunan APBD 2004, posnya ada di Sekretariat Pemkab. Blitar dan dana tersebut seharusnya untuk keperluan Sekretariat Pemkab. Blitar ;

Bahwa saksi tidak tahu, dari aliran dana tersebut, berapa untuk terdakwa ; Bahwa ketika saksi menerima kwitansi sebesar Rp. 510.000.000,- dan tidak ada uraian penggunaannya, saksi tidak ingat apakah saksi menanyakan hal tersebut ke atasan/tidak ;

Bahwa saksi tidak tahu apakah dalam setiap penyusunan APBD ada pos Dewan yang dititipkan ke Eksekutif, dan yang mengetahui hal tersebut adalah subag anggaran ;

Bahwa saksi pernah menerbitkan SPP senilai Rp. 100.000.000,- atas perintah Krisanto, dan proses pencairan SPP senilai Rp. 100.000.000,- tersebut, sama dengan SPP senilai Rp. 500.000.000,-. Setelah dana cair, oleh Lilik Poerwanto diserahkan kepada saksi, kemudian saksi serahkan kepada Krisanto ;

Bahwa saksi melihat dari kwitansi tersebut, yang tanda tangan adalah terdakwa Mahmud Z. sebagai penerima, sama dengan kwitansi senilai Rp. 500.000.000,- ;

Bahwa uraian penggunaan dari kwitansi senilai Rp. 100.000.000,tersebut juga tidak ada ;

53

Bahwa antara penandatanganan kwitansi dengan proses pencairan, lebih dahulu penandatanganan kwitansi, hal tersebut tidak dibenarkan ;

Bahwa hal demikian tidak biasa terjadi, akan tetapi pernah terjadi dan saksi tidak menolak perintah tersebut, karena takut ; Bahwa saksi tahu uang tersebut diserahkan oleh Krisanto kepada Pak Mahmud, karena dalam kwitansi yang tanda tangan adalah Pak Mahmud, tentang penyerahan secara fisik uang tersebut, saksi tidak tahu ;

Bahwa uang senilai Rp. 500.000.000,- oleh Krisanto diserahkan tanggal 30 Desember 2003 dan benar diserahkan sebelum APBD disahkan ;

Bahwa

SPP

saksi

buat

tanggal

30

Januari

2004

karena

pembukuannya tanggal 30 Januari 2004 ; Bahwa prosedur yang demikian tidak dibenarkan, namun saksi tetap melakukan prosedur tersebut karena perintah atasan ; Bahwa pos anggaran untuk biaya penyusunan APBD 2004 sebesar Rp. 900.000.000,- dan besarnya pos anggaran untuk biaya penyusunan APBD 2004 adalah beban tetap ; Bahwa uang Rp. 900.000.000,- tersebut diperuntukkan : Rp. 500.000.000,- untuk Mahmud Z., Rp. 10.000.000,- untuk Samirin Darwoto, Rp. 200.000.000,untuk Samirin Darwoto, Rp. 100.000.000,- untuk Mahmud Z., sedangkan yang Rp. 90.000.000,saksi tidak ingat ; Bahwa sepengetahuan saksi, apabila pos ada di Sekretariat Pemkab. Blitar, penggunaannya untuk Pemkab. Blitar ; Bahwa saksi tetap berani melaksanakan perintah Krisanto yang tidak sesuai prosedur, karena perintah atasan ; Bahwa sehubungan dengan penerimaan dana sebesar Rp. 100.000.000,- oleh terdakwa Mahmud Z., dalam kwitansi tertulis bulan Juni 2004, sedangkan SPMG tertulis bulan Maret 2004, saksi menerangkan bahwa menjelang uang diambil, SPP dan kegiatan hingga uang cair diproses dahulu, setelah uang cair dilaporkan ke Krisanto, dan oleh Krisanto uang disuruh menyimpan dahulu dan bulan Juni baru uang dikeluarkan ;

54

Bahwa setahu saksi, ada proses menyimpan uang yang jumlahnya lebih dari Rp. 100.000.000,-, yaitu yang diserahkan ke Samirin Darwoto pernah mencapai Rp. 1.000.000.000,- ; Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa

menyatakan akan menanggapinya dalam pembelaan ; 7. Drs. GUNAWAN, pada pokoknya menerangkan : Bahwa saksi pernah memberikan keterangan di depan Penyidik Kejaksaan Negeri Blitar ; Bahwa saksi adalah pensiunan PNS Pemkab. Blitar yaitu mantan Sekwan DPRD Kab. Blitar ; Bahwa tugas saksi selaku Sekwan adalah membantu kegiatan pimpinan dewan dalam tugas-tugasnya dan sebagai penghubung antara Eksekutif dan Legislatif dalam rangka kegiatan dewan ; Bahwa secara administrasi saksi bertanggung jawab kepada Bupati, secara operasional saksi bertanggung jawab kepada Ketua Dewan ; Bahwa fungsi saksi selaku Sekwan dalam pembuatan APBD adalah Sekwan bersama Panggar DRPD Kab. Blitar menyusun rencanarencana kegiatan anggaran yang dibutuhkan dewan sekitar bulan Oktober Nopember 2003 untuk penyusunan anggaran 2004. Apabila Panggar sudah menyetujui, rencana kebutuhan dibahas antara Panggar dengan Tim Anggaran Eksekutif dan apabila telah sepakat dimasukkan dalam APBD. Apabila dalam tahun berjalan ada kegiatan yang perlu dilaksanakan oleh Panggar, Sekwan membuat rencana dan rencana tersebut setelah disetujui Panggar, oleh Panggar dibahas bersama Tim Anggaran Eksekutif. Hal ini merupakan PAK yang proses pengajuannya antara bulan Agustus September 2004 ; Bahwa saksi baru tahu saat diperiksa di Kejaksaan, bahwa Dewan minta biaya proses penyusunan APBD ke Sekretariat dan saksi juga baru tahu ada biaya pemrosesan APBD untuk Dewan, ada di pos Sekretariat ; Bahwa saksi tidak tahu besarnya/nominal biaya pemrosesan APBD untuk Dewan yang ada di pos Sekretariat ; Bahwa saksi tidak pernah mendengar ada dana senilai Rp. 510.000.000,- dan Rp. 100.000.000,- yang mengucur dari Eksekutif ke Dewan, dan saksi baru tahu saat diperiksa di Kejaksaan, ternyata

55

ada biaya pemrosesan APBD untuk Dewan di pos Sekretariat Pemkab. Blitar ; Bahwa apabila ada pos Dewan masuk ke pos Sekretariat Pemkab. Blitar tidak dibenarkan, dasarnya Surat Mendagri tanggal 29 Desember 2003 yaitu pedoman tentang kedudukan keuangan pimpinan dan anggota DPRD yang mengatur antara lain : untuk mendukung tugas pimpinan DPRD atau membiayai kegiatan lainnya yang dilakukan oleh pimpinan atas nama lembaga DPRD dan sebagai alat kelengkapan DPRD, dapat disediakan Belanja Penunjang Operasional DPRD. Penyusunan pelaksanaan dan penatausahaan, penggunaan belanja pimpinan dan anggota DPRD dilakukan oleh Sekretaris DPRD selaku pengguna anggaran ; Bahwa saksi pernah melihat Kepmendagri No. 29 tahun 2002 ; Bahwa benar semua kebutuhan DPRD telah ditetapkan di pos DPRD dan pos Sekwan ; Bahwa dalam pemrosesan APBD, kegiatan Panggar semestinya dibiayai dari Dewan ; Bahwa setahu saksi tidak dibenarkan terdakwa menerima biaya penyusunan APBD dari Sekretariat Pemkab. Blitar ; Bahwa syarat-syarat yang ditentukan untuk pencairan dana bagi anggota DPRD adalah permintaan anggaran harus sesuai dengan dana yang ada dan yang menangani adalah Sekwan ; Bahwa yang dapat melakukan pencairan dana untuk anggota Dewan hanya Sekwan ; Bahwa proses pencairan keuangan untuk anggota DPRD Kab. Blitar tahun 1999 2004 adalah melalui fraksi masing-masing yang ada di Dewan mengajukan kebutuhan anggaran untuk keperluannya, kebutuhan dilaporkan ke Ketua dan apabila disetujui, maka Sekwan memproses pencairan anggaran yang dibutuhkan tersebut, dan apabila telah cair diterimakan langsung kepada anggota DPRD yang mengajukan. Untuk gaji dan uang registrasi pada pertengahan bulan bendahara membuat pengajuan yang ditanda tangani Sekwan, kemudian diteruskan ke bagian keuangan Pemkab. Blitar oleh bendahara sekretaris DPRD ; Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa menyatakan akan menanggapinya dalam pembelaan ;

56

8. KADMIARSIH,S.Sos menerangkan : -

binti

SOEDJONO,

pada

pokoknya

Bahwa saksi pernah memberikan keterangan di depan Penyidik Kejaksaan Negeri Blitar ; Bahwa saksi menjabat sebagai Kasubag. Perbendaharaan sejak tanggal 28 Maret 2002 sampai dengan sekarang, sedangkan sebelumnya saksi bertugas di Bappeda ;

Bahwa selaku Kasubag. Perbendaharaan, atasan langsung saksi adalah Kabag. Keuangan yang dijabat oleh Solikin (Januari 2002 Maret 2003), Rusdan (Maret 2003 Desember 2003), Krisanto sebagai PLT (Desember 2003 Pebruari 2004), Krisanto (Pebruari 2004 Desember 2004) ;

Bahwa tugas saksi selaku Kasubag. Perbendaharaan adalah meneliti SPP sebagai dasar penerbitan SPMG, meneliti penerbitan SKPP, meneliti SPP untuk penerbitan SPMG gaji dan tugas-tugas yang diberikan oleh pimpinan antara lain rapat-rapat, kursus-kursus masalah keuangan ;

Bahwa pengajuan dana ke Kasda untuk suat kegiatan di Sekretariat Pemkab. Blitar secara umum adalah pertama masing-masing unit kerja mengajukan pencairan dana ke bagian keuangan. Atas ajuan tersebut, pembantu pemegang kas membuat surat pengantar SPP, yang dilengkapi SPP, daftar rencana penggunaan dan SKO, kemudian diajukan ke pemegang kas untuk diteliti dan ditanda tangani oleh pemegang kas. Setelah diteliti dan ditanda tangani pemegang kas, oleh pembantu pemegang kas diajukan ke Asisten untuk diteliti dan ditanda tangani. Selanjutnya berkas SPP diserahkan ke Kasubag. Anggaran untuk diteliti apakah telah sesuai/tidak dengan dana yang tersedia dalam SKO sekaligus diregister. Kasubag. Anggaran merekomendasi ada dana yang tersedia dan SPP diserahkan ke Kasubag. Perbendaharaan untuk diproses dan diterbitkan SPMG. SPMG dibuat dan saksi teliti ulang, saksi paraf dan dimintakan tanda tangan Kabag. Keuangan, lalu distempel di bagian umum kemudian dikirim ke Kasda ;

Bahwa dalam meneliti SPP, yang saksi teliti saat berkas-berkas masuk adalah lampiran-lampiran SPP, yaitu pengantar SPP, SPP itu sendiri,

57

SKO dan rekomendasi dari Kasubag. Anggaran yang berupa catatan adanya dana yang tersedia yang akan dicairkan ; Bahwa SPP untuk beban tetap (yaitu pengajuan dari pihak ketiga) harus ada kwitansi, sedangkan diluar itu tidak tentu harus ada kwitansi ; Bahwa dalam SPP tidak selalu dilampiri Nota Dinas ; Bahwa selama saksi menjadi Kasubag. Perbendaharaan, saksi tidak pernah melihat/meneliti kedua kwitansi tersebut ; Bahwa sepengetahuan saksi, semua pencairan uang harus melalui saksi selaku Kasubag. Perbendaharaan ; Bahwa saksi tidak tahu apakah ada pencairan dana di lingkungan Pemkab. Blitar, tidak digunakan untuk kegiatan Pemkab. Blitar melainkan digunakan untuk lainnya. Tupoksi saksi sebatas/hanya penerbitan SPMG saja ; Bahwa pencairan dana senilai Rp. 500.000.000,dan Rp. 10.000.000,- dalam SPMG No. 8 tanggal 30 Januari 2004, dipergunakan untuk biaya penyusunan APBD tahun 2004 ; Bahwa sepengetahuan saksi, tidak dibenarkan apabila ada penggunaan anggaran untuk lingkungan Pemkab. Blitar, dananya mengalir ke Legislatif, karena setahu saksi anggaran proses penyusunan APBD ada di Sekretariat Pemkab. Blitar, sedangkan anggaran untuk proses penyusunan APBD di Dewan tidak ada ; Bahwa setahu saksi yang memegang kas adalah Lilik Poerwanto ; Bahwa saksi tidak pernah menanyakan tentang pencairan dana senilai Rp. 500.000.000,- dan Rp. 10.000.000,- kepada atasan saksi, karena bukan tupoksi saksi ; Bahwa setahu saksi dalam APBD ada anggaran untuk Eksekutif dan untuk Legislatif. Kemudian anggaran Eksekutif dipergunakan untuk Eksekutif, dan anggaran untuk Legislatif dipergunakan untuk Legislatif, sedangkan anggaran Legislatif ada di pos Sekretaris Legislatif ; Bahwa setahu saksi, apabila Legislatif menitipkan anggaran ke Eksekutif, tidak dibenarkan dan tidak dibenarkan pula anggaran Eksekutif dipergunakan untuk Legislatif ;

58

Bahwa dalam SPMG No. 8 tanggal 30 Januari 2004 tidak ada kwitansi dan seharusnya untuk SPMG No. 8 tanggal 30 Januari 2004 ada kwitansi yang terlampir ;

Bahwa saksi menulis SPMG sebesar Rp. 510.000.000,- atas dasar SPP dan SPMG tidak dapat diterbitkan tanpa syarat-syarat yang telah ditentukan ;

Bahwa apabila kegiatan tidak sesuai dengan persyaratan penerbitan SPMG, tindakan yang seharusnya saksi lakukan adalah menolak menerbitkan SPMG ;

Bahwa untuk SPMG No. 8 terbit tanggal 30 Januari 2004, sedangkan kwitansi senilai Rp. 500.000.000,- dan Rp. 10.000.000,- yang terlampir tanggal 30 Desember 2003, menurut saksi tanggal 30 Desember 2003 uang tersebut telah cair lebih dahulu ;

Bahwa yang paling mengetahui masalah tersebut adalah Krisanto ; Bahwa yang menerbitkan SPMG No. 439 senialai Rp. 100.000.000,adalah saksi sendiri atas dasar SPP ; Bahwa penerbitan SPMG No. 439 tidak sesuai dengan prosedur dan saksi tetap memproses penerbitan SPMG No. 439, meskipun tidak sesuai prosedur karena perintah atasan dan tanpa SPMG uang tidak dapat keluar/dicairkan ;

Bahwa saksi tahu dana sebesar Rp. 500.000.000,- dan Rp. 10.000.000,- dana untuk Eksekutif karena posnya pada pos Eksekutif, dan apabila dipergunakan untuk selain Eksekutif tidak dibenarkan ;

Bahwa saksi sudah tidak ingat dalam tenggang waktu berapa bulan penerbitan antara SPMG No. 8 dan SPMG No. 439, yang jelas penerbitan SPMG No. 8 lebih dahulu ;

Bahwa saksi tidak tahu SPMG No. 8 dan SPMG No. 439 tersebut dananya mengalir kemana ; Bahwa saksi membuat SPMG memang atas perintah atasan dan bukan intervensi dari atasan ; Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa

menyatakan akan menanggapinya dalam pembelaan ; 9. WISNOEGROHO HERDI PRABOWO bin SUKADI, pada pokoknya menerangkan :

59

Bahwa saksi pernah memberikan keterangan di depan Penyidik Kejaksaan Negeri Blitar ; Bahwa jabatan terakhir saksi di Pemkab. Blitar adalah Kasubag. Anggaran ; Bahwa saksi menjabat sebagai Kasubag. Anggaran sejak bulan Pebruari 2004 sampai Oktober 2005, kemudian saksi pension, sedangkan sebelum menjabat sebagai Kasubag. Anggaran, saksi menjabat sebagai Kasubag. Verifikasi ;

Bahwa tugas saksi selaku Kasubag. Verifikasi adalah memeriksa, meneliti dan menilai realisasi APBD, meneliti dan mengesahkan SPJ beban sementara. Tugas lainnya adalah memberi pembinaan kepada para bendahara dan memberi peringatan/teguran kepada bendahara yang tidak membuat laporan ;

Bahwa tugas saksi selaku Kasubag. Anggaran adalah mengumpulkan dan menyiapkan bahan untuk penyusunan nota keuangan serta petunjuk teknis tentang penyusunan APBD, perubahan APBD dan perhitungan APBD ;

Bahwa prosedur pengajuan anggaran di Pemkab. Blitar adalah pengguna anggaran (unit-unit) mengajukan SPP ke bagian keuangan melalui Kasubag. Anggaran untuk dicek sesuai tidaknya dengan SKO yang ada. Setelah diteliti dan ternyata telah sesuai lalu diregister. Untuk beban tetap langsung dikirim ke Kasubag. Perbendaharaan, sedangkan untuk beban sementara dikirim ke Kasubag. Verifikasi untuk diregister dan dicocokkan dengan SKO yang tersedia, apabila telah sesuai diparaf dan diteruskan ke Kasubag. Perbendaharaan untuk penerbitan SPMG ;

Bahwa selaku Kasubag. Verifikasi, saksi menerima duplikat SPMG. Untuk beban tetap, saksi hanya meregister, sedangkan untuk beban sementara saksi mengkoreksi ;

Bahwa saksi tidak pernah melihat SPMG No. 8 tanggal 30 Januari 2004, sewaktu saksi menjabat sebagai Kasubag. Verifikasi, SPMG No. 8 tanggal 30 Januari 2004 belum sampai ke saksi dan saksi baru melihat SPMG tersebut saat diperiksa di Kejaksaan ;

Bahwa SPMG No. 8 dan SPMG No. 439 termasuk SPMG beban tetap ; Bahwa sesuai Kepmendagri No. 29 tanggal 10 Juni 2002 pasal 55 berbunyi : Pengguna anggaran dilarang melakukan pengeluaran-

60

pengeluaran atas beban belanja daerah untuk tujuan lain daripada yang ditetapkan. dan sepengetahuan saksi dana APBD di Pemkab. Blitar untuk Sekretariat Pemkab. Blitar memakai kode rekening 02 dan untuk Dewan memakai kode rekening 03 ; Bahwa proses penyusunan APBD 2004 adalah pertama masukan dari unit-unit/bagian-bagian dihimpun dan dimasukkan ke rekeningrekening yang ada. Kemudian disusun draft RAPBD oleh Tim Anggaran Eksekutif dengan Ketua Tim Sekda Soebiantoro. Setelah draft RAPBD dibicarakan dengan panggar Dewan 2 (dua) kali yang dalam hal ini ditangani oleh Krisanto, draft RAPBD menjadi RAPBD dan dikirim ke Dewan, kemudian dirapatkan antara Dewan dan Tim Anggaran Eksekutif, melalui perubahan-perubahan jadi APBD. Disini ada terjadi perubahan-perubahan menjadi PAK ; Bahwa dalam pembahasan APBD ada kegiatan-kegiatan, dimana kegiatan-kegiatan tersebut untuk Tim Anggaran Eksekutif dibiayai dari pos pembinaan dan pemrosesan APBD, besarnya saksi tidak ingat, sedangkan untuk panggar dewan saksi tidak tahu diambilkan dari pos mana ; Bahwa saksi baru tahu ada pos biaya pemrosesan APBD di Sekretariat Pemkab. Blitar yang dipergunakan untuk panggar, setelah saksi diperiksa di Kejaksaan, dan sepengetahuan saksi apabila terjadi pos anggaran pembinaan dan pemrosesan APBD Sekretariat Pemkab. Blitar, dipergunakan untuk panggar (Legislatif) adalah tidaj dibenarkan karena tidak sesuai dengan Kepmendagri No. 29 tahun 2002 pasal 55 ; Bahwa semua anggaran Sekretariat Pemkab. Blitar ada di kode rekening 02, termasuk biaya pemrosesan APBD ; Bahwa saksi tidak ingat, adakah biaya pemrosesan APBD di Legislatif, yang saksi tahu segala kegiatan Dewan diambilkan ke Sekwan ; Bahwa pada saat pembahasan APBD 2004, biaya pemrosesan APBD untuk Dewan tidak ada, yang ada biaya rapat ; Bahwa selaku Kasubag. Verifikasi maupun Kasubag. Anggaran, saksi masuk dalam Tim Anggaran Eksekutif ; Bahwa dasar pembuatan APBD adalah Kepmendagri No. 29 tahun 2002 ;

61

Bahwa anggaran DPRD yang menentukan adalah DPRD dan Sekwan. DPRD mempunyai wewenang untuk menentukan anggaran sendiri dan anggaran itu menjadi satu dalam APBD ;

Bahwa keuangan DPRD belum pernah dibahas dalam pembahasan APBD, hanya disepakati saja ; Bahwa saksi tahu prosedur penerbitan SPMG dan SPP. Prosedur penerbitan SPMG dan SPP harus dilengkapi SKO dan keterangan penggunaan (rencana penggunaan) ;

Bahwa tidak dibenarkan SPP kemudian terbit SPMG hanya dilampiri 1 (satu) lembar kwitansi ; Bahwa menurut saksi, apabila APBD disahkan tanggal 12 Januari 2004, sedangkan ada kwitansi pengeluaran tanggal 30 Desember 2003, hal demikian tidak dibenarkan. Sebelum APBD disahkan, pengeluaran dapat dilakukan, khusus untuk gaji ;

Bahwa sepengetahuan saksi, untuk pencairan dana, kegiatan dahulu baru pengajuan pencairan, akan tetapi kadang-kadang pengajuan pencairan lebih dahulu, kegiatan belum dilaksanakan, hal ini dapat dilakukan dan sebagai penanggung jawab adalah pengguna anggaran ;

Bahwa untuk SPMG No. 439, saat SPP masuk, bukti pendukung belum ada ; Bahwa selaku Kasubag. Verifikasi dan Kasubag. Anggaran, saksi tidak mempunyai hak untuk menanyakan pencairan SPMG ; Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa

menyatakan akan menanggapinya dalam pembelaan ; 10. Drs. HASAN AL HABSYI, pada pokoknya menerangkan : Bahwa saksi pernah memberikan keterangan di depan Penyidik Kejaksaan Negeri Blitar ; Bahwa saksi pernah menjabat sebagai Asisten II Pemkab. Blitar sejak tahun 1998 sampai pensiun ; Bahwa tugas saksi selaku Asisten II adalah melakukan pembinaan dan mengkoordinasi pelaksanaan kegiatan Kepala-kepala bagian, terutama Kabag. Perlengkapan, Kabag. Keuangan, Kabag. Humas dan Kabag. Umum ; Bahwa fungsi saksi selaku Asisten II adalah :

62

Pelaksanaan dengan pengkoordinasian kegiatan penyelenggaraan keuangan, umum, perlengkapan dan kehumasan ; Pelaksanaan perumusan pedoman dan petunjuk teknis di bidang keuangan, umum, perlengkapan dan kehumasan ; Mengkoordinasi penyusunan dan petunjuk teknis pengelolaan anggaran dan membantu pelaksanaan penyusunan APBD ; Tugas-tugas lain yang diberikan oleh Sekda ; Bahwa saksi selaku Asisten II, bertanggung jawab kepada Sekda ; Bahwa penyusunan APBD terdiri dari APBD, PAK, dan perhitungan APBD. Prosesnya adalah pertama membentuk Tim Anggaran Eksekutif, setelah Tim Anggaran Eksekutif dibentuk, Tim Anggaran Eksekutif menerima masukan dari bagian-bagian dan dinas-dinas mengenai rencana APBD 2004. RAPBD dibahas oleh Tim Anggaran Eksekutif, kemudian diserahkan ke DPRD melalui Panggar Legislatif. RAPBD kemudian dibahas bersama antara Tim Anggaran Eksekutif dan Panggar Legislatif, kemungkinan ada yang kurang memenuhi syarat, dan apabila telah disetujui, maka RAPBD dilaporkan oleh Panggar Legislatif untuk disetujui dan dibuat RAPBD menjadi Perda APBD 2004 dan diserahkan ke Gubernur untuk disahkan. Setelah APBD berjalan 6 (enam) bulan, diadakan perubahan anggaran, prosesnya sama dengan APBD menjadi PAK. Untuk laporan pertanggung jawaban dikerjakan setiap tahun oleh Bappeda yang dibacakan dalam rapat paripurna DPRD. APBD 2004 disahkan tanggal 12 Januari 2004 ; Bahwa susunan Tim Anggaran Eksekutif tahun 2004 adalah : Pembina Ketua Wakil Ketua I Wakil Ketua II Sekretaris I Sekretaris II Anggota Kadispenda. Kabag. Hukum. Kabag. Pembangunan. : Bupati dan Wakil Bupati : Sekretaris Daerah. : Kepala Bappeda. : Asisten II. : Kabag. Keuangan. : Sekretaris Bappeda. :

Wakil Ketua III : Asisten I.

63

Kadis. Praswil. Kadis. Lingkungan Hidup dan Pemukiman. Kasubag. Pembukuan. Kasubag. Perbendaharaan. Kasubag. Verifikasi. Kasubag. Anggaran.

Bahwa dalam penyusunan APBD ada biayanya, yaitu di pos Sekretariat Pemkab. Blitar, berapa besarnya saksi tidak ingat, yang paling tahu adalah Kabag. Keuangan. Sedangkan Panggar dalam mempelajari dan melakukan kegiatan-kegiatan pembahasan APBD, tidak ada anggaran untuk pemrosesan APBD, karena Dewan mempunyai anggaran sendiri ;

Bahwa dasar hukum penyusunan APBD 2004 adalah PP No. 105 tahun 2000 dan Kepmendagri No. 29 tahun 2002 ; Bahwa saksi membenarkan paraf saksi sendiri pada SPMG No. 8 tentang pencairan dana sebesar Rp. 510.000.000,- ; Bahwa fungsi paraf saksi adalah untuk mengetahui besarnya pengeluaran, jangan sampai melampaui kredit dan saksi menanda tangani SPP karena sudah ada tanda tangan Kabag. Keuangan ;

Bahwa pengeluaran dana sebesar Rp. 510.000.000,- dan Rp. 100.000.000,- tersebut, saksi tidak tahu untuk apa, yang mengetahui adalah Kabag. Keuangan dan Titik Wismiati. Saksi juga tidak tahu mengalir kemanakah dana tersebut ;

Bahwa sepengetahuan saksi, Panggar tidak boleh minta anggaran ke Eksekutif, karena anggaran Eksekutif dipergunakan untuk Eksekutif, sedangkan Dewan mempunyai pos anggaran tersendiri ;

Bahwa setahu saksi, uang-uang anggaran Dewan benar merupakan upah/gaji sebagai anggota Dewan dalam tugasnya, termasuk untuk pembahasan APBD ;

Bahwa

setahu

saksi,

tidak

dibenarkan

Dewan

minta

biaya

pembahasan APBD ke Eksekutif ; Bahwa biaya anggaran APBD tahun 2004, tidak dapat dicairkan tahun 2003, mengenai teknis pencairannya ada di Kabag. Keuangan ; Bahwa saksi belum pernah melihat kwitansi tanggal 30 Desember 2003, dan dalam kwitansi tersebut benar terdapat paraf saksi. Namun

64

kapan saksi membubuhkan paraf pada kwitansi tersebut, saksi tidak ingat ; Bahwa yang mengetahui pencairan kwitansi tanggal 30 Desember 2003 atas anggaran tahun 2004 adalah Kabag. Keuangan ; Bahwa saksi tidak sempat meneliti satu persatu kwitansi yang harus diparaf oleh saksi, sehingga kwitansi tanggal 30 Desember 2003 atas anggaran tahun 2004 seharusnya tidak lolos, menjadi lolos dan dapat dicairkan karena keteledoran saksi ; Bahwa mengenai kwitansi senilai Rp. 100.000.000,- yang terlampir dalam SPMG No. 439, hal tersebut yang mengetahui adalah bendahara ; Bahwa maksud dari penandatanganan kwitansi adalah memberi persetujuan atas pengeluaran, dan saksi tanda tangan karena Kabag. Keuangan sudah tanda tangan ; Bahwa dalam SPMG No. 8 tanggal 30 Januari 2004, sedangkan kwitansi yang terlampir tanggal 30 Desember 2003, saksi menerangkan bahwa saksi tidak sempat mengecek satu persatu, apakah kwitansi tersebut terlampir atau tidak dalam pengajuan SPP, saksi tidak ingat ; Bahwa apabila dalam SPP hanya ada kwitansi saja, dana dapat dicairkan jika Bupati dan Kabag. Keuangan mengehendaki, dan saksi hanya paraf saja ; Bahwa selain Kepmendagri No. 29 tahun 2002 dan PP No. 105 tahun 2000, Surat Mendagri No. 161/3211/SJ Pedoman tentang kedudukan Keuangan Pimpinan dan anggota DPRD, juga menjadi dasar hukum penyusunan APBD 2004 ; Bahwa tidak dibenarkan ada dana cair sebelum APBD disahkan ; Bahwa untuk Pansus , Panggar sudah ada dana tersendiri, dan sudah diatur dalam Surat Mendagri No. 161/3211/SJ tanggal 29 Desember 2003 ; Bahwa cara pencairan dana anggaran untuk DPRD adalah Sekwan mengajukan dana anggaran yang dibutuhkan oleh DPRD. Setelah dana cair, dana diambil oleh bendahara sekretaris Dewan dan dan dibagikan ke Dewan ; Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa menyatakan akan menanggapinya dalam pembelaan ;

65

Menimbang, bahwa telah pula didengar keterangan ahli (saksi ahli) bernama ROEDDY HARIYANTO,SE, yang memberikan keterangan di bawah sumpah dalam persidangan yang pada pokoknya menerangkan sebagai berikut : Bahwa saksi pernah memberikan keterangan di depan Penyidik Kejaksaan Negeri Blitar ; Bahwa saksi memberikan keterangan sehubungan dengan keahlian saksi, yaitu dalam bidang audit cashting ; Bahwa saksi pernah diminta oleh Kejaksaan Negeri Blitar untuk membantu melakukan audit kerugian keuangan Negara tahun anggaran 2004 Sekretariat Pemkab. Blitar ; Bahwa dasar saksi mengaudit keuangan di Sekretariat Pemkab. Blitar tahun anggaran 2004 adalah : Surat Kepala Kejaksaan Negeri Blitar No. B-988/0.5.22/Fd.1/5/2006 tanggal 11 Mei 2006 perihal keterangan ahli kasus DPRD Kab. Blitar tahun 2004 dan Surat tugas Kepala Perwakilan BPKP Propinsi Jawa Timur No. ST-5707/PW.13/5/2006 tanggal 5 Juni 2006 perihal Bantuan Perhitungan Kerugian Negara kepada Kejaksaan Negeri Blitar ; Bahwa sebelum melakukan audit atas permintaan Kejaksaan tersebut, saksi sudah pernah megaudit di : KUKK Pertamina tahun 2006, Kasus penukaran Wilayah Mojokerto tahun 2006 dan Kasus Pasar Turi tahun 2006 ; Bahwa tugas pokok saksi selaku ahli dalam perkara ini adalah membantu melakukan audit keuangan untuk perhitungan kerugian keuangan Negara dalam perkara dugaan tindak pidana korupsi, atas nama terdakwa Drs. H. Mahmud Z. pada anggaran Sekretariat Pemkab. Blitar, tahun anggaran 2004 atas dasar data-data : 1. BAP saksi dan terdakwa dari Kejaksaan Negeri Blitar ; 2. BAP (Resume) dari Kejaksaan Negeri Blitar tanggal 21 April 2006 ; 3. SPP/SPMU beban tetap dari Pemkab. Blitar tahun anggaran 2004 yang berkaitan dengan perkara ini ; 4. Bukti kwitansi pertanggung jawaban penggunaan anggaran yang berkaitan dengan perkara ini ; Bahwa cara melakukan perhitungan kerugian keuangan Negara adalah atas dasar dan mengacu data-data tersebut diatas, kerugian keuangan Negara dihitung dengan metode menghitung seluruh jumlah SPMG dari

66

rekening 2.01.03.1.2.02.08.1 yaitu biaya pembinaan dan pemrosesan keuangan tahun 2004 Sekretariat Pemkab. Blitar yang berkaitan dengan penggunaan uang oleh anggota DPRD Kab. Blitar yang tidak sesuai dengan peruntukkannya, serta tidak didukung dengan bukti yang sah dan tidak dapat dipertanggung jawabkan ; Bahwa saksi melakukan tugas audit atas permintaan Kejaksaan Negeri Blitar selama 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal 5 Juni 2006 ; Bahwa yang melakukan audit adalah Tim yang dibentuk dengan saksi sebagai Ketua Tim, Pak Yustra sebagai Tim Pengendali, dan Abu Amar sebagai Anggota Tim ; Bahwa setelah dilakukan analisis dan evaluasi, diperoleh hasil perhitungan kerugian keuangan Negara sebesar Rp. 1.835.000.000,-, dengan dasar bahwa seluruh pertanggung jawaban tidak didukung dengan bukti yang sah, dimana bukti masih bersifat uang muka, tidak dapat dipertanggung jawabkan serta penggunaannya tidak sesuai dengan peruntukkannya, digunakan untuk anggota DPRD Kab. Blitar, yang sebenarnya anggaran tersebut untuk penyusunan APBD Sekretariat Pemkab. Blitar, sedangkan Sekwan ada anggaran sendiri ; Bahwa pendapat saksi tentang kwitansi Rp. 500.000.000,- yang terlampir dalam SPMG No. 8 dan kwitansi Rp. 100.000.000,- yang terlampir dalam SPMG No. 439, bahwa bukti tersebut belum sah, kwitansi harus dijelaskan penggunaannya ; Bahwa yang dimaksud pengguna anggaran di Kepmendagri N0. 29 tahun 2002 tidak jelas, akan tetapi dalam kasus ini yang dimaksud dengan pengguna anggaran adalah Asisten III dan Sekda ; Bahwa yang janggal dalam bukti SPMG No. 8 adalah : 1. Dilihat dari SKO, uang diperuntukkan untuk Sekretariat Pemkab. Blitar, tetapi dalam bukti ini dipergunakan untuk Legislatif ; 2. Kwitansi seharusnya dijelaskan penggunaannya, sehingga sah sebagai bukti akhir ; Bahwa anggaran untuk Eksekutif dan anggaran untuk Legislatif jelas terpisah, dalam Sekwan anggaran sudah merupakan Tupoksi dan Surat Mendagri No. 161/3211/SJ tanggal 29 Desember 2003 yang mendasari anggaran Sekwan ; Bahwa apabila terjadi penggunaan anggaran Sekretariat Pemkab. Blitar digunakan diluar Sekretariat Pemkab. Blitar adalah salah dan tidak

67

benar, karena tidak sesuai dengan Kepmendagri No. 29 tahun 2002 pasal 55 ayat 2 ; Bahwa yang harus membuat agar tanda bukti difinitif adalah bendahara, tanda bukti harus diverifikasi. Tanda bukti dalam beban tetap menurut segi formalnya, Kabag. Keuangan yang bertanggung jawab. Dalam usulan SPP beban tetap, bukti SPP harus jelas penggunaannya. Bukti dalam SPMG No. 8 tidak ada pendukungnya, mestinya ada bukti susulan ; Bahwa kwitansi senilai Rp. 100.000.000,- diluar kerugian Negara sebesar Rp. 1.835.000.000,-. Apabila saksi diminta untuk menilai, saksi memberi kesimpulan sama dengan kwitansi senilai Rp. 500.000.000,-. Kwitansi senilai Rp. 100.000.000,- diambil dari pos Sekretariat Pemkab. Blitar, jenis biaya penyusunan APBD sebagai beban tetap. Beban tetap disini berbeda, seharusnya SPMG No. 439 tersebut beban sementara, dan ini menyalahi prosedur. Dalam kwitansi Rp. 500.000.000,- dan Rp. 100.000.000,- tidak nampak kemana larinya uang tersebut ; Bahwa dalam penyusunan APBD, Tim Anggaran Eksekutif dibiayai dari pos Sekretariat Pemkab. Blitar, sedangkan Panggar dibiayai dari Sekwan, ini sudah merupakan Tupoksi ; Bahwa semua kegiatan di Dewan sudah didukung dengan biaya anggaran sendiri, jadi tidak dibenarkan Panggar minta anggaran ke Eksekutif, logikanya anggaran ada di masing-masing satkernya ; Bahwa sehubungan dengan kwitansi Rp. 500.000.000,- dan Rp. 100.000.000,- merupakan pemberian pribadi, menurut aturan yang ada harus lewat Sekwan ; Bahwa sesuai dengan Kepmendagri No. 29 tahun 2002 pasal 55 ayat 2 berbunyi : Pengguna anggaran dilarang melakukan pengeluaranpengeluaran atas beban Belanja Daerah untuk tujuan lain darpda yang ditetapkan. , maka tidak dibenarkan ada penittipan anggaran, kalaupun dititipkan akan ada masalah, semua anggaran harus sesuai dengan satkernya ; Bahwa kerugian Negara sehubungan dengan tanda tangan terdakwa adalah sejumlah Rp. 500.000.000,- dan Rp. 100.000.000,- ; Bahwa apabila APBD disahkan tanggal 12 Januari 2004 dan ada pengeluaran tanggal 30 Desember 2003 adalah tidak tepat/salah ; Bahwa dalam membahas APBD tahun 2004, biaya yang dipakai untuk membahas anggaran tahun sebelumnya/anggaran tahun 2003 ;

68

Bahwa tanda tangan dalam kwitansi senilai Rp. 500.000.000,- tanggal 30 Desember 2003, sedangkan kwitansi terlampir dalam SPMG tanggal 30 Januari 2004, sebenarnya hal demikian adalah salah, seharusnya dalam kwitansi ada perincian kegiatan, baru dibayar ;

Bahwa tanda tangan dalam kwitansi senilai Rp. 100.000.000,- tanggal 7 Juli 2004, sedangkan kwitansi terlampir dalam SPMG tanggal 11 Maret 2004, menurut saksi SPMG tersebut SPMG beban sementara, dan bukan SPMG beban tetap ;

Bahwa sesuai Kepmendagri No. 29 tahun 2002 pasal 55, yang bertanggung jawab atas uang Rp. 500.000.000,- dan Rp. 100.000.000,adalah penerima dan bendahara ;

Bahwa kwitansi senilai Rp. 500.000.000,- dan Rp. 100.000.000,- tidak sah karena tidak sesuai dengan peruntukkannya, padahal di Sekwan sudah ada anggaran ;

Bahwa kwitansi dianggap difinitif apabila kwitansi bias diuji sehingga bias dipergunakan sebagai bukti yang sah ; Bahwa sesuai dengan pasal 49, 50, dan 55 Kepmendagri No. 29 tahun 2002, secara formal yang bertanggung jawab adalah yang tanda tangan/penerima ;

Bahwa di Sekwan tidak ada anggaran untuk pemrosesan APBD, anggaran pemrosesan APBD ada di Eksekutif, sedangkan pemrosesan APBD dilakukan Dewan dan Eksekutif, untuk itulah Dewan mengambil biaya pemrosesan ke Eksekutif, sesuai dengan pasal 55 ayat 2 kepmendagri No. 29 tahun 2002, hal demikian adalah salah ; Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa

menyatakan bahwa hasil audit saksi tidak sempurna, dan terdakwa akan menanggapinya dalam pembelaan ; Menimbang, bahwa di persidangan telah dilakukan konfrontir keterangan saksi-saksi antara lain : Krisanto, SE.MM, H. Masdain Rifai, Kustanto, dan Hj. Titik Wismiati, yang pada pokoknya menerangkan bahwa keterangan saksi semua masih tetap pada keterangannya masing-masing, dalam persidangan yang lalu ; Menimbang, bahwa selanjutnya Penasehat Hukum terdakwa mengajukan saksi yang meringankan bagi terdakwa (a de charge), yang memberikan keterangan di bawah sumpah di persidangan, yang pada pokoknya menerangkan sebagai berikut :

69

1. Drs. SYAHRIL MACHMUD, MSi, pada pokoknya menerangkan : Bahwa saksi adalah pensiunan PNS Depdagri, dan sekarang memimpin pusat informasi keuangan daerah ; Bahwa saksi tahu Kepmendagri No. 29 tahun 2002, karena saksi masuk dan ikut menggodok keputusan tersebut, sedangkan Surat Mendagri No. 161/3211/SJ tidak menunjuk ke PP tetapi menunjuk ke Undang-undang ; Bahwa apabila Eksekutif mengucurkan dana untuk Dewan, jika sudah dianggarkan adalah sah ; Bahwa SPMG No. 8 tanggal 30 Januari 2004 tersebut sudah sah, meskipun anggaran belum ditetapkan, sesuai dengan pasal 17 ayat 4, dalam keadaan yang mendesak, dana dapat dikeluarkan (misalnya bencana alam), dan yang bertanggung jawab dalam hal ini adalah Kepala Daerah, dimana setiap tahun Kepala Daerah harus mempertanggung jawabkan keuangan daerah ; Bahwa dalam Kepmendagri No. 29 tahun 2002 pasal 50 disebutkan bahwa siapa yang diberi wewenang untuk menandatangani, dialah yang bertanggung jawab. Untuk kwitansi yang terlampir dalam SPMG tersebut, karena sudah diterima oleh Pejabat yang menandatangani, maka dianggap telah sah, jika kwitansi tersebut dianggap tidak sah, maka Pejabat yang menandatangani kwitansi tersebut harus mengembalikan dan menyuruh memperbaiki kwitansi tersebut ; Bahwa apabila Sekretariat Pemkab. Blitar menganggarkan biaya penyusunan APBD dan yang membahas penyusunan APBD adalah Eksekutif dan Legislatif, Dewan boleh minta anggaran penyusunan APBD ; Bahwa apabila anggaran sudah diaudit BPK, kemudian Kejaksaan minta anggaran diaudit oleh BPKP, BPKP tidak boleh menentukan kerugian Negara, BPKP fungsinya hanya memberi pedoman, memberi informasi. Yang menentukan kerugian Negara adalah Kepala Daerah, dan apabila Kepala Daerah yang merugikan Negara, maka Presidenlah yang menentukan kerugian Negara ; Bahwa apabila kegiatan Dewan tidak dianggarkan di Sekwan, kemudian Dewan mengambil dana di pos Sekretariat Pemkab. Blitar, dan Kepala Daerah membolehkan, artinya hal yang demikian tersebut dibenarkan ;

70

Bahwa dalam hal SPP beban tetap, terlampir kwitansi yang tidak ada uraian penggunaannya, menurut saksi apabila SPP beban tetap tersebut sudah keluar dianggap sah, meskipun bukti pendukungnya tidak ada/tidak lengkap. Yang bertanggung jawab dalam hal ini adalah yang menandatangani SPP. Apabila penanggung jawab mengetahui bukti pendukung tidak ada/tidak lengkap, seharusnya dikembalikan ;

Bahwa untuk membahas biaya pembahasan APBD dianggap keperluan yang mendesak, apabila Kepala Daerah menentukan demikian. Demikian pula APBD disahkan tanggal 12 Januari 2004, dan terdakwa bersama ketua panggar serta wakilnya pada tanggal 30 Desember 2003 mengambil uang biaya penyusunan APBD, jika Kepala Daerah memperbolehkan pengambilan dana tersebut, dianggap sah ;

Bahwa dalam APBD telah dipisahkan antara pos Sekretariat Pemkab. Blitar, untuk Pemkab. Blitar sedangkan pos DPRD yang di dalamnya ada pos Sekwan dan pos DPRD, untuk Dewan. Dalam anggaran Sekwan telah dikeluarkan biaya penyusunan APBD 2004 dan panggar masih juga minta biaya penyusunan APBD 2004 ke Sekretariat Pemkab. Blitar. Apabila hal tersebut terjadi, maka bendahara harus menolak, dan apabila terjadi hal yang demikian maka yang bertanggung jawab adalah Sekda ;

Bahwa jika dalam APBD telah dianggarkan dan telah tertulis uraian penggunaan, tetapi dalam SPP kwitansi yang terlampir tidak tertulis uraian penggunaannya, hal tersebut adalah hak dari pengguna anggaran ;

Bahwa dalam hal pihak Dewan dibiayai oleh Pemda, prosedurnya adalah Kepala Daerah sebagai penanggung jawab penuh keuangan daerah, memerintahkan Sekda untuk memindahkan biaya ke Sekwan, istilah sekarang adalah jurnal ;

Bahwa saksi belum membaca APBD 2004 Pemkab. Blitar untuk biaya penyusunan APBD sejumlah Rp. 900.000.000,-, kegunaannya untuk apa dan apakah fakta-faktanya telah sesuai dengan yang ditetapkan ;

Bahwa dalam pembahasan APBD dilakukan oleh Eksekutif dan Legislatif. Pembahasan APBD memang menjadi tugas Dewan dan dalam menjalankan tugasnya, Dewan telah menerima tunjangan-

71

tunjangan sebagai gaji/penghasilan tetapnya. Apabila Dewan masih mengambil anggaran di pos Sekretariat Pemkab. Blitar, karena kebijaksanaan Pemda ; Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa menyatakan akan menanggapinya dalam pembelaan ; 2. NGAIN, pada pokoknya menerangkan : Bahwa saksi tahu pada waktu terdakwa mengadakan sosialisasi jarring masyarakat, karena saksi hadir sebagai undangan ; Bahwa sosialisasi jarring masyarakat dilaksanakan pada tahun 2003 di Gedung Tawangsari, Kec. Garum, Kab. Blitar ; Bahwa fasilitas yang didapat oleh para undangan yang hadir adalah makan siang dan uang transport sebesar Rp. 50.000,- ; Bahwa pada waktu saksi menerima uang Rp. 50.000,-, terdakwa mengatakan bahwa itu uang APBD ; Bahwa agenda/acara pada pertemuan tersebut adalah menyalurkan uang APBD ke masyarakat, dan pada waktu itu terdakwa membacakan anggaran daerah serta penggunaannya ; Bahwa Pak Lurah pada waktu itu hadir sebagai tamu undangan ; Bahwa saksi adalah tokoh masyarakat dari Desa Sidodadi, Kec. Garum, Kab. Blitar ; Bahwa saksi tidak tahu berapa besar APBD yang dibaca oleh terdakwa; Bahwa saksi tidak tahu apakah Muspika mendapatkan uang transport atau tidak ; Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa menyatakan akan menanggapinya dalam pembelaan ; 3. Drs. SAEANHARI SANTOSO, pada pokoknya menerangkan : Bahwa saksi tahu terdakwa melakukan kegiatan sosialisasi penjaringan masyarakat pada tanggal 12 Desember 2003, di rumah terdakwa Desa Wonodadi ; Bahwa yang diundang adalah tokoh masyarakat, dan yang hadir pada acara tersebut ada 99 orang dari 11 desa ; Bahwa fasilitas yang diberikan pada acara tersebut adalah snack, makan prasmanan dan uang transport sebesar Rp. 50.000,- ; Bahwa yang dibicarakan pada waktu itu sosialisasi RAPBD 2004 ; 72

Bahwa acara penjaringan masyarakat diadakan di Desa Wonodadi sebanyak 2 kali, yang pertama di rumah terdakwa, dan yang kedua di Kec. Wonodadi ;

Bahwa

pada

waktu

dibacakan

RAPBD,

saksi

tidak

dapat

menangkap/tidak mengerti ; Bahwa setahu saksi uang sebesar Rp. 50.000,- asalnya dari APBD untuk sosialisasi ; Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa menyatakan akan menanggapinya dalam pembelaan ; 4. M.LUTFI SANTOSO, pada pokoknya menerangkan : Bahwa pada waktu terdakwa melakukan sosialisasi jaring aspirasi masyarakat di desa, saksi ikut hadir dalam pertemuan tersebut ; Bahwa sosialisasi jaring aspirasi masyarakat tersebut dilakukan pada tahun 2003, bertempat di rumah Pak Nggono Desa Bendosewu, Kec. Talun, Kab. Blitar ; Bahwa yang hadir dalam pertemuan tersebut kurang lebih 100 orang ; Bahwa fasilitas yang didapat oleh saksi karena hadir pada pertemuan itu adalah snack dan amplop berisi uang, yang saksi lupa jumlahnya ; Bahwa menurut keterangan terdakwa, uang yang dibagikan tersebut adalah dari APBD ; Bahwa agenda rapat/pertemuan pada waktu itu adalah membahas RAPBD 2004 ; Bahwa saksi juga mendengar di desa lain juga ada acara sosialisasi jaring aspirasi masyarakat, waktunya setelah Pemilu ; Bahwa saksi hadir dalam pertemuan tersebut atas undangan dari terdakwa ; Bahwa yang menyampaikan pembahasan RAPBD pada pertemuan itu adalah terdakwa ; Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa menyatakan akan menanggapinya dalam pembelaan ; Menimbang, bahwa telah didengar pula keterangan terdakwa di persidangan, yang telah memberikan keterangan yang pada pokoknya menerangkan sebagai berikut : Bahwa terdakwa menjadi anggota DPRD Kab. Blitar sejak tahun 1997 sampai dengan sekarang ;

73

Bahwa tugas dan wewenang anggota DPRD Kab. Blitar periode 1999 2004 adalah : Memilih Bupati dan Wakil Bupati. Bersama Bupati membentuk Perda. Pelaksanaan kebijakan Pembangunan. Memberikan pendapat dan petunjuk.

Bahwa benar terdakwa pernah menjadi anggota Panggar, sejak 1 (satu) tahun menjadi anggota Dewan hingga sekarang ; Bahwa susunan Panggar DPRD Kab. Blitar tahun 2004, dasarnya adalah Keputusan DPRD No. 13 tahun 2002, yang terdiri dari : Ketua Sekretaris Anggota : KH. Masdain Rifai. : Drs. H. Mahmud Z. (terdakwa). : Wakil Ketua : Kustanto.

1. dr. H. Soenarto. 2. Dardiri Al Syamsul Hadi. 3. Ahmad Dardiri, SH. 4. Masykur, Spd. 5. Drs. Rachmad. 6. Hj. Masluchi Saifullah. 7. KH. Nur Hidayatullah. 8. Parkan. 9. I Wayan Suryadi. 10. FX. Soenandi. 11. Gatot Darwoto, Spd. 12. Endar Suparno, SH. 13. Suwito Soren Satoto. 14. Drs. Karyono. 15. H. Nasrodin. 16. Achmad nur. 17. Drs. H. Ahmad Zamrodji. 18. drh. H. Widodo YS. MSos. Bahwa tugas dari Panggar adalah : Memberi saran dan pendapat kepada DPRD mengenai nota keuangan, rancangan APBD, perhitungan APBD dan perubahan APBD.

74

Bersama-sama Kepala Daerah mempersiapkan nota keuangan. Menyusun RAPBD. Bahwa proses pembahasan RAPBD sampai APBD 2004 disahkan sebagai berikut : Program penyusunan APBD ada 2 tahap, yaitu proses rancangan APBD dan proses Penetapan APBD, Eksekutif dan Legislatif saling berkaitan. Tahap pertama, proses rancangan APBD : 1. Eksekutif dan Legislatif menyusun arah kebijakan umum, biasanya dilaksanakan bulan Maret. 2. Berdasarkan AKU, Kepala Daerah menyusun strategi dan prioritas APBD yang dituangkan dalam surat edaran. 3. Satker menyusun anggaran satuan kerja, dari usulan anggaran Satker tersebut, Tim Anggaran Eksekutif menyusun draft RAPBD. Kegiatan selesai, kemudian dilanjutkan tahap kedua, yaitu rapat kerja untuk penetapan APBD dan ini menjadi tanggung jawab Legislatif, yang kegiatannya adalah sebagai berikut : 1. Bupati menyampaikan RAPBD dihadapan rapat Paripurna I. 2. Rapat Paripurna II, fraksi menyampaikan pandangan umum. 3. Rapat Paripurna III, Bupati memberikan jawaban, waktunya 2 hari. 4. Setelah itu kegiatannya melaksanakan rapat-rapat, membahas RAPBD, waktunya 10 hari. 5. Rapat Paripurna IV, penyampaian hasil rapat 6. Rapat Paripurna V, persetujuan RAPBD untuk ditetapkan menjadi APBD yang didahului pendapat akhir fraksi. 7. APBD disahkan tanggal 9 Januari 2004 dan diundangkan tanggal 12 Januari 2004 ; Bahwa untuk menampung kegiatan tersebut, anggaran diambilkan dari APBD 2003, dasarnya Perda No. 14 tahun 2002, tentang APBD 2003, Perda tersebut pernah dirubah dengan Perda No. 9 tahun 2003 ; Bahwa untuk menampung kegiatan tersebut diatas, anggaran diambilkan dari APBD 2003 pos Sekretariat yaitu pos biaya administrasi keuangan ; Bahwa tunjangan kepanitiaan merupakan penghasilan tetap dewan ; Bahwa terdakwa mengetahui pencairan dana sebesar Rp. 500.000.000,dan Rp. 100.000.000,-, namun tidak mengetahui prosesnya ; Bahwa secara pribadi terdakwa tidak pernah menerima uang sebesar Rp. 500.000.000,- dan Rp. 100.000.000,- dari Pemkab. Blitar ;

75

Bahwa tanda tangan pada kwitansi tanggal 30 Desember 2003 senilai Rp. 500.000.000,- dan tanggal 7 Juli 2004 senilai Rp. 100.000.000,- adalah benar tanda tangan terdakwa ;

Bahwa sehubungan dengan penandatanganan kwitansi tersebut, pada saat itu ada serah terima uang, di ruang kerja Krisanto di Pemkab. Blitar, dan pada saat itu terdakwa datang bersama-sama dengan ketua panggar (Masdain Rifai) dan wakil ketua panggar (Kustanto) ;

Bahwa terdakwa tidak tahu uang sebesar Rp. 500.000.000,- tersebut diambilkan dari pos mana ; Bahwa setelah uang sebesar Rp. 500.000.000,- tersebut terdakwa ambil dari Krisanto, uang tersebut kemudian diserahkan ke Samirin Darwoto, untuk dibagikan ke fraksi-fraksi ;

Bahwa dana yang dibagikan ke fraksi-fraksi perinciannya adalah sebagai berikut : 1. Fraksi PDI P 2. Fraksi PKB 3. Fraksi Golkar 4. Fraksi TNI/Polri 5. Fraksi AP : Rp. 102.000.000,- dan Rp. 85.000.000,: Rp. 78.000.000,- dan Rp. 65.000.000,: Rp. 42.000.000,- dan Rp. 35.000.000,: Rp. 30.000.000,- dan Rp. 25.000.000,: Rp. 18.000.000,- dan Rp. 15.000.000,-

Bahwa dari uang Rp. 42.000.000,- dan Rp. 35.000.000,- tersebut, terdakwa tidak ikut menikmati, tetapi mendapat jatah biaya pemrosesan APBD sebesar Rp. 6.000.000,- dan biaya perhitungan APBD sebesar Rp. 5.000.000,- ;

Bahwa perincian dari uang yang Rp. 100.000.000,- adalah langsung untuk kegiatan fraksi, masing-masing fraksi Rp. 20.000.000,-, yang diterima oleh Ketua Fraksi, dan uang tersebut adalah untuk biaya perubahan APBD ;

Bahwa terdakwa tidak tahu siapa yang membagikan uang sebesar Rp. 500.000.000,- tersebut ke fraksi-fraksi ; Bahwa terdakwa tidak pernah mendengar dan tidak pernah tahu pada saat rapat kerja, Ketua Panggar mengatakan bagaimana dengan titipan dewan ;

Bahwa terdakwa tidak tahu di Sekretariat Pemkab. Blitar ada biaya penyusunan APBD sebesar Rp. 900.000.000,-, dan dalam rapat tidak pernah dibicarakan mengenai anggaran penyusunan APBD sebesar Rp. 900.000.000,- tersebut ;

76

Bahwa pada tanggal 30 Desember 2003 terdakwa tidak pernah menerima uang sebesar Rp. 500.000.000,-, namun terdakwa hanya tanda tangan kwitansi atas perintah Ketua Panggar, sedangkan yang menerima uang adalah Kustanto ;

Bahwa terdakwa tidak tahu diambilkan dari pos mana uang pada tanggal 30 Desember 2003, yang melakukan proses pencairan adalah Eksekutif ; Bahwa pembagian dana sebesar Rp. 500.000.000,- ke masing-masing fraksi tidak sama, hal itu adalah kebijaksanaan Ketua Dewan bukan Ketua Panggar. Sedangakan dana sebesar Rp. 100.000.000,pembagiannya sama antara masing-masing fraksi, karena pada waktu itu waktunya sudah hampir habis, jika dibagi menurut aturan tidak cukup, dan dibagi samapun itu adalah hak/terserah DPRD ;

Bahwa mulai tahun 2002 dalam hal penyusunan APBD, Dewan selalu menerima uang seperti uang sejumlah Rp. 500.000.000,- dan sejumlah Rp. 100.000.000,-, dan sejak tahun 2005 sudah tidak menerima karena Kepmendagri sudah diganti, dimana sosialisasi dilakukan oleh Eksekutif ;

Bahwa uang sebesar Rp. 500.000.000,- dan Rp. 100.000.000,- yang terdakwa terima bertiga bersama dengan ketua panggar dan wakil ketua panggar, dibenarkan menurut hukum karena nomen klatur untuk pemrosesan APBD hanya ada di Sekretariat Pemda, apabila di pos Sekwan dianggarkan berarti dobel anggaran, telah disetujui Eksekutif dan Legislatif, tidak melanggar UU yang berlaku saat itu, RAPBD sudah dikoreksi dan dievaluasi oleh Gubernur dan tidak ada masalah, dalam nomen rekening tersebut masih tersedia dana ;

Bahwa biaya penyusunan APBD tidak dianggarkan di Legislatif, karena sudah dianggarkan di Eksekutif ; Menimbang, bahwa selain mengajukan saksi-saksi, Penuntut Umum

untuk membuktikan dakwaannya telah mengajukan barang bukti berupa : a. 1 (satu) lembar surat tentang biaya Jasa Kerja sebesar Rp. 1.125.000.000,- (satu milyar seratus dua puluh lima juta rupiah) semula di Sekretariat DPRD dialihkan ke sekretariat belanja barang dan jasa (jenis belanja), Jasa Kantor (obyek belanja), Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan (rincian obyek) ; b. 8 (delapan) lembar SPMG tanggal 18 Pebruari 2004 beserta lampirannya;

77

c. 2 (dua) lembar fotocopy kwitansi tertanggal 25 Agustus 2004 dengan perincian sebagai berikut : Kwitansi 1 (satu) senilai Rp. 900.000.000,- (sembilan ratus juta rupiah) ; Kwitansi 2 (dua) senilai Rp. 225.000.000,- (dua ratus dua puluh lima juta rupiah) yang ditanda tangani/parap oleh Samirin Darwoto ; d. 1 (satu) buah penjabaran perubahan APBD Kab. Blitar tahun anggaran 2004 ; e. 1 (satu) buah penjabaran APBD Kab. Blitar tahun anggaran 2004 ; f. 1 (satu) buah APBD Kab. Blitar tahun anggaran 2004 ; g. 1 (satu) buah PAK APBD Kab. Blitar tahun anggaran 2004 ; h. 1 (satu) buah RAPBD Kab. Blitar tahun 2004 ; i. 1 (satu) rancangan PAK Kab. Blitar tahun 2004 ; j. 1 (satu) rancangan APBD tahun 2004 ; k. 1 (satu) rancangan perubahan Penjabaran APBD Kab. Blitar tahun 2004 ; l. 1 (satu) buah Penjabaran Perubahan APBD Kab. Blitar tahun 2004 ; m. 1 (satu) buah DASK Kab. Blitar tahun 2004 ; n. 1 (satu) bendel SPMG No. 699 tanggal 2 April 2004 ; o. 1 (satu) bendel SPMG No. 1387 tanggal 6 Juli 2004 ; p. 1 (satu) bendel SPMG No. 08 tanggal 30 Januari 2004 ; q. 1 (satu) bendel SPMG No. 745 tanggal 13 April 2004 ; r. 1 (satu) bendel SPMG No. 945 tanggal 5 Mei 2004 ; s. SK Gubernur Kepala Dati II Jatim No : 171423/71/012/1999 tanggal 16 Oktober 1999 ; Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan para saksi yang telah memberikan keterangannya di bawah sumpah yang saling bersesuaian satu dengan lainnya, dikaitkan pula dengan keterangan terdakwa serta memperhatikan pula barang bukti yang diajukan ke persidangan, Majelis Hakim memperoleh fakta-fakta hukum dan keadaan sebagai berikut : Bahwa benar terdakwa adalah anggota DPRD Kab. Blitar yang menjabat sebagai Sekretaris Panggar ; Bahwa benar dalam proses penyusunan APBD 2004 ada biayanya pada Pos Sekretariat Pemkab. Blitar ; Bahwa benar di Dewan biaya proses penyusunan APBD 2004 tidak dianggarkan ;

78

Bahwa benar antara Eksekutif dan Legislatif mempunyai pos biaya masing-masing, yaitu pos Sekretariat Pemkab. Blitar dan pos Sekwan ; Bahwa benar dalam menyusun anggaran pada APBD tidak diperkenankan memuat titipan anggaran yang digunakan untuk kegiatan lain, selain yang dari pos kegiatan yang telah ditentukan ; Bahwa benar dalam penyusunan APBD masing-masing tim anggaran baik Eksekutif maupun Legislatif mempunyai anggaran sesuai dengan pos kegiatan yang telah ditentukan ; Bahwa tidak dibenarkan apabila dana yang disediakan untuk Eksekutif digunakan/diambil untuk Legislatif, begitu juga sebaliknya ; Bahwa benar dana yang terdapat pada Pos Sekretariat Pemkab. Blitar hanya dapat dipergunakan untuk Eksekutif, dan tidak diperbolehkan ada pihak lain yang mempergunakan dana tersebut ; Bahwa benar sekitar bulan Desember 2003 dalam rapat koordinasi pembahasan RAPBD tahun 2004 bertempat di ruang rapat Bupati Blitar, yang dihadiri oleh Panitia Anggaran Legislatif yaitu Drs. H. Masdain Rifai (Ketua Panggar), Kustanto (Wakil Ketua Panggar) dan Drs. H. Mahmud Z. (Sekretaris Panggar) dan dari seluruh anggota Tim Anggaran Eksekutif, termasuk saksi selaku Ketua Tim dan Krisanto selaku Sekretaris Tim, awalnya pada saat rapat akan dimulai Gus Daim (Ketua Panggar) mengatakan bahwa sesuai perintah Pimpinan, saya diminta untuk menanyakan bagaimana tanggapan dari Tim Anggaran Eksekutif terhadap titipan Pimpinan. Kemudian saksi selaku pihak eksekutif bertanya : Titipan apa? , lalu pimpinan panggar mengatakan apabila tidak ditanggapi pertemuan ditangguhkan. Kemudian ada interupsi dari Krisanto, yang menyampaikan bahwa titipan dari pimpinan dewan sudah diselesaikan oleh Bapak Bupati. Ketua Panggar lalu berkata : Kalau begini namanya dagelan, kami disuruh tanya-tanya disini, tidak tahunya antara pimpinan sudah langsung berhubungan sendiri. dan pertemuan dilanjutkan ; Bahwa benar sebelum APBD 2004 disahkan, pernah dikeluarkan dana untuk penyusunan APBD ; Bahwa benar proses penyusunan APBD tahun 2004 dilakukan akhir tahun 2003. Pertama membuat surat edaran yang ditandatangani Sekda ke Dinas/Unit/Bagian agar mereka mengumpulkan ajuan/usulan program kegiatan ke bagian keuangan untuk anggaran rutin dan Bapeda

79

untuk anggaran pembangunan. Ajuan direkap dan dibahas dengan Eksekutif menjadi draft APBD, yang istilahnya pra RAPBD. Setelah draft disetujui Bupati disebut RAPBD dan dikirim ke DPRD. DPRD menetapkan rencana pembahasan, melalui pembahasan-pembahasan antara Eksekutif dan DPRD, RAPBD disahkan menjadi APBD ; Bahwa benar APBD tahun 2004 benar disahkan pada tanggal 12 Januari 2004 ; Bahwa benar SPMG No. 8 tanggal 30 Januari 2004 dengan kwitansi terlampir tanggal 30 Desember 2003, serta SPMG No. 439 tanggal 11 Maret 2004 dengan kwitansi terlampir tanggal 7 Juli 2004, dimana kedua kwitansi tersebut telah ditanda tangani oleh terdakwa selaku penerima, dan sekaligus yang bertanggung jawab atas penerimaan dana tersebut ; Bahwa benar Kabag. Keuangan pernah mengeluarkan dana sejumlah Rp. 500.000.000,- dan Rp.100.000.000,- yang diambilkan dari pos Sekretariat Pemkab. Blitar, dan diserahkan kepada panitia anggaran Legislatif, yang dalam hal ini adalah Masdain Rifai (Ketua Panggar), Kustanto (Wakil Ketua Panggar) dan Mahmud Z. (Sekretaris Panggar) ; Bahwa benar dana sejumlah Rp. 500.000.000,- dan Rp. 100.000.000,yang diambilkan dari Pos Sekretariat Pemkab. Blitar telah dibagikan ke fraksi-fraksi dengan perincian : 1. Fraksi PDI P 2. Fraksi PKB 3. Fraksi Golkar 4. Fraksi TNI/Polri 5. Fraksi AP : Rp. 102.000.000,- dan Rp. 85.000.000,: Rp. 78.000.000,- dan Rp. 65.000.000,: Rp. 42.000.000,- dan Rp. 35.000.000,: Rp. 30.000.000,- dan Rp. 25.000.000,: Rp. 18.000.000,- dan Rp. 15.000.000,-

semua itu untuk biaya pemrosesan APBD ; Bahwa benar dana yang Rp. 100.000.000,- adalah langsung untuk kegiatan fraksi, masing-masing fraksi mendapat sebesar Rp. 20.000.000,- yang diterima oleh Ketua fraksi, masing-masing bentuk biaya perubahan APBD ; Bahwa benar selain Kepmendagri No. 29 tahun 2002 dan PP No. 105 tahun 2000, Surat Mendagri No. 161/3211/SJ Pedoman tentang kedudukan Keuangan Pimpinan dan anggota DPRD, juga menjadi dasar hukum penyusunan APBD 2004 ;

80

Bahwa benar sesuai dengan Kepmendagri No. 29 tahun 2002 pasal 55 ayat 2 berbunyi : Pengguna anggaran dilarang melakukan pengeluaranpengeluaran atas beban Belanja Daerah untuk tujuan lain darpda yang ditetapkan. , maka tidak dibenarkan ada penittipan anggaran, kalaupun dititipkan akan ada masalah, semua anggaran harus sesuai dengan satkernya ; Menimbang, bahwa apakah dari fakta-fakta hukum dan keadaan tersebut diatas, terdakwa dapat dipersalahkan melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan kepadanya, Majelis Hakim akan mempertimbangkan lebih lanjut ; Menimbang, bahwa terdakwa telah diajukan ke persidangan oleh Penuntut Umum dengan dakwaan yang disusun secara Subsidairitas yaitu Dakwaan Primair : perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 2 ayat (1) jo Pasal 18 UU No. 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Dakwaan Subsidair : perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 3 jo Pasal 18 UU No. 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Dakwaan Lebih Subsidair : perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 12 huruf b UU No. 20. Tahun 2001 tentang Perubahan atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 18 UU No. 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Dakwaan Lebih Subsidair Lagi : perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 11 UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 18 UU No. 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Dakwaan Lebih Lebih Subsidair Lagi : perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 5 ayat (2) jo Pasal 5 ayat (1) huruf b UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 18 UU No. 31 Tahun 1999

81

sebagaimana telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ; Menimbang, bahwa untuk dapat dipersalahkan melanggar ketentuan Pasal-pasal tersebut, maka semua unsur yang terkandung dalam Pasal-pasal yang didakwakan tersebut harus terpenuhi oleh perbuatan terdakwa ; Menimbang, bahwa oleh karena dakwaan Penuntut Umum disusun secara Subsidairitas, maka terlebih dahulu Majelis Hakim akan mempertimbangkan Dakwaan Primair yaitu melanggar ketentuan Pasal 2 ayat (1) jo Pasal 18 UU No. 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang unsur-unsurnya sebagai berikut : 1. Setiap Orang ; 2. Secara Melawan Hukum ; 3. Memperkaya Diri Sendiri atau Orang Lain atau Suatu Korporasi ; 4. Dapat Merugikan Keuangan Negara atau Perekonomian Negara ; Ad. 1. Unsur Setiap Orang. Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan Setiap Orang sesuai dengan ketentuan Pasal 1 angka 3 UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UU No. 31 Tahun 1999 adalah orang perseorangan atau termasuk korporasi ; Menimbang, bahwa menurut Martiman Prodjo Hamidjojo, SH.MM dalam bukunya Penerapan Pembuktian Terbalik Dalam Delik Korupsi, Penerbit CV. Mandar Maju Bandung Tahun 2001, hal. 52-53, disebutkan istilah yang lazim dalam perundang-undangan pidana ataupun KUHP memakai kata Barangsiapa atau salinan dari Hij Die (teks KUHP) dan yang dimaksud dengan Setiap Orang atau Barangsiapa adalah orang atau orang-orang yang apabila orang atau orang-orang tersebut terbukti memenuhi unsur-unsur delik yang diatur dalam Pasal 2 ayat (1) UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, maka orangorang itu disebut sebagai si pelaku atau si pembuat dari delik tersebut ; Menimbang, bahwa menurut R. Wiyono, SH dalam bukunya Pembahasan Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

82

Penerbit Sinar Grafika Jakarta Tahun 2005, hal. 27 disebutkan bahwa dalam Pasal 2 ayat (1) tersebut tidak ditentukan adanya suatu syarat, misalnya syarat Pegawai Negeri yang harus menyertai Setiap Orang yang melakukan tindak pidana korupsi yang dimaksud. Oleh karena itu sesuai dengan apa yang dimaksud dengan Setiap Orang dalam Pasal 1 angka 3 pelaku tindak pidana korupsi yang terdapat dalam Pasal 2 ayat (1) dapat terdiri atas orang perseorangan dan/atau korporasi ; Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta di persidangan terdakwa Drs. H. MAHMUD Z. telah membenarkan identitasnya sebagaimana dalam surat dakwaan Penuntut Umum, sehingga terdakwa adalah orang sebagai subyek hukum yang didakwa telah melakukan tindak pidana tersebut dan memiliki kemampuan mempertanggung jawabkan perbuatannya itu ; Menimbang, bahwa subyek hukum yang memiliki kemampuan bertanggung jawab adalah didasarkan kepada keadaan dan kemampuan jiwanya (geestelijke vermogens), yang dalam doktrin hukum pidana ditafsirkan sebagai dalam keadaan sadar ; Menimbang, bahwa pada saat melakukan perbuatannya itu terdakwa berada dalam keadaan sadar, tidak berada dalam pengaruh dan tekanan dari pihak manapun juga, oleh karenanya terhadap diri terdakwa haruslah dianggap mampu bertanggung jawab (toerekeningsvatbaar) atas perbuatannya tersebut ; Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, maka Majelis Hakim tidak sependapat dengan Penuntut Umum dan Penasehat Hukum terdakwa, sehingga dengan demikian unsur Setiap Orang dalam dakwaan ini menurut pendapat Majelis Hakim telah terpenuhi ; Ad. 2. Unsur Secara Melawan Hukum. Menimbang, bahwa unsur kedua ini terdiri dari beberapa sub unsur (elemen) yang masing-masing saling berkaitan (berhubungan). Dimana yang dimaksud dengan Secara Melawan Hukum dalam rumusan delik ini berdasarkan penjelasan Pasal 2 ayat (1) UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UU No. 31 Tahun 1999 adalah mencakup perbuatan melawan hukum dalam arti formil maupun dalam arti materiil, yakni meskipun perbuatan tersebut tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan, namun apabila perbuatan tersebut

83

dianggap tercela karena tidak sesuai dengan rasa keadilan atau norma-norma kehidupan sosial dalam masyarakat, maka perbuatan tersebut dapat dipidana. Oleh karena itu perbuatan melawan hukum dapat diartikan sebagai perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan (hukum tertulis) dan/atau rasa keadilan atau norma-norma kehidupan sosial. Walaupun sifat melawan hukum materiil dalam fungsi yang positif telah ada putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 003/P.UU.IV/2006 tanggal 25 Juli 2006 dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat sehingga yang masih berlaku hanya sifat melawan hukum dalam arti formil, yang pada hakekatnya sifat melawan hukum secara materiil sudah melekat pada sifat melawan hukum formil sebagai perbuatan yang tidak patut dan tidak terpuji. Demikian pula revisi maupun perubahan terhadap bunyi pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 sampai saat ini belum ada ; Menimbang, bahwa dari fakta-fakta hukum yang ditemukan di persidangan diketahui bahwa baik Eksekutif maupun Legislatif masingmasing telah mempunyai pos anggaran sendiri-sendiri, yaitu untuk Eksekutif berada di Pos Sekretariat Pemkab. Blitar, sedangkan untuk Legislatif berada pada Pos Sekretariat Dewan (Sekwan) ; Menimbang, bahwa dalam penyusunan APBD, Tim Anggaran Eksekutif maupun Panitia Anggaran Legislatif sudah mempunyai anggaran sesuai dengan pos kegiatan yang telah ditentukan dan tidak dibenarkan apabila anggaran yang disediakan untuk Eksekutif dipergunakan/diambil untuk Legislatif, demikian sebaliknya ; Menimbang, bahwa sebagaimana terungkap di persidangan, saksi Kristanto Bin Yasin SE. MM., yang pada waktu itu menduduki jabatan sebagai Kabag Keuangan PemKab. Blitar, menerangkan pernah mengeluarkan dana sejumlah Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) yang diambilkan dari pos untuk Sekretariat Pemkab. Blitar yang diserahkan kepada Terdakwa sekitar antara akhir Desember 2003 sampai dengan Januari 2004 ; Menimbang, bahwa peristiwa penyerahan dana tersebut terjadi di ruang kerja saksi Kristanto Bin Yasin SE. MM., (Kabag. Keuangan Pemkab. Blitar waktu itu) sekitar tanggal 30 Desember 2003 sekitar jam 10.00 wib., yang hadir pada saat itu adalah Masdain Rifai, Kustanto dan Mahmud Z (Terdakwa). Pada saat itu Masdain Rifai menyaksikan Kustanto menerima

84

dana itu dari Kristanto Bin Yasin sedangkan terdakwa Mahmud Z yang menandatangani kwitansi atas dana itu ; Menimbang, bahwa waktu itu Masdain Rifai, Kustanto, Mahmud Z. adalah Anggota DPRD Kabupaten Blitar yang juga berperan sebagai berikut: Masdain Rifai sebagai Ketua Panitia Anggaran (Panggar), Kustanto sebagai Wakil Ketua Panitia Anggaran, Mahmud Z., sebagai Sekretaris Panggar. Pada saat itu menurut keterangan saksi Kristanto Bin Yasin, Wakil Ketua Panggar DPRD Kabupaten Blitar yaitu Kustanto menyatakan, apabila uang tersebut tidak dikeluarkan APBD, tidak di sah-kan; Menimbang, bahwa saksi Kristanto Bin Yasin juga pernah menyerahkan dana sebesar Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) kepada Masdain Rifai, Kustanto dan Mahmud Z., sedangkan yang menandatangani kwitansi bukti penerimaan uang tersebut adalah terdakwa dan peristiwa itu terjadi di ruang kerja saksi Kristanto Bin Yasin; Menimbang, bahwa dana-dana tersebut yaitu dana sejumlah Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sebagaimana barang bukti kwitansi dalam SPMG No. 8 dan dana sejumlah Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) sebagaimana barang bukti kwitansi dalam SPMG No. 439 menurut Ahli, di persidangan, yaitu Roeddy Hariyanto, SE., Auditor dari BPKP Propinsi Jawa Timur, kwitansi tersebut sebagai bukti (pembayaran) adalah belum sah, karena tidak ada penjelasan penggunaannya ; Menimbang, bahwa di samping itu Ahli tersebut juga menjelaskan anggaran atau pembiayaan untuk kegiatan eksekutif (PemKab. Blitar) terpisah dengan anggaran atau pembiayaan Legislatif (Anggota DPRD Kabupaten Blitar), selanjutnya Ahli menjelaskan Pasal 55 Ayat (2) Kepmendagri No. 29 Tahun 2002, antara lain mengatur, Dilarang mengeluarkan anggaran atas beban belanja daerah untuk tujuan lain dari pada yang ditetapkan, tidak dibenarkan adanya penitipan anggaran, semua anggaran harus sesuai dengan satkernya ; Menimbang, bahwa pada kenyataannya dalam hal ini perbuatan terdakwa telah menerima dana yang sebenarnya berasal dari pos anggaran Sekretariat Pemkab. Blitar (Eksekutif), dengan menandatangani 2 (dua) buah bukti penerimaan dana tersebut berupa kwitansi penerimaan uang, sebesar Rp. 500.000.000,- dan Rp. 100.000.000,- untuk digunakan oleh Panggar DPRD Kabupaten Blitar, padahal terdakwa sendiri selaku Sekretaris Panitia Anggaran Legislatif, yang seharusnya hal tersebut tidak dilakukan oleh

85

terdakwa, karena perbuatan tersebut mengakibatkan terjadinya aliran dana yang bertentangan dengan ketentuan Kepmendagri No. 29 tahun 2002 tersebut, dengan kata lain perbuatan terdakwa merupakan perbuatan yang melawan hukum dalam hal ini melanggar ketentuan Kepmendagri tersebut ; Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan diatas, Majelis Hakim berpendapat bahwa unsur Secara Melawan Hukum dalam dakwaan ini telah terpenuhi ; Ad. 3. Unsur Melakukan Perbuatan Memperkaya Diri Sendiri atau Orang Lain atau Suatu Korporasi. Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan Melakukan Perbuatan Memperkaya Diri Sendiri atau Orang Lain atau Suatu Korporasi adalah selalu dan terus menerus tanpa berhenti menambah harta kekayaan dengan jalan melawan hukum, hingga kekayaan yang diperoleh sebagai tambahan itu tidak seimbang dengan penghasilan atau sumber kekayaan yang dia miliki. Dalam artian sebagai suatu kondisi yang obyektif, kemampuan materiilnya lebih meningkat, dan dalam kondisi yang subyektif, walaupun orang yang bersangkutan tidak merasa kaya. Jadi unsur niat untuk memperkaya dirilah yang terlebih dahulu dibuktikan baik sebagai suatu tinjauan yang subyektif maupun obyektif pada diri terdakwa. Sedangkan korporasi adalah kumpulan orang dan atau kekayaan yang terorganisir, baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum ; Menimbang, bahwa Majelis Hakim berpandangan perbuatan memperkaya diri atau orang lain atau suatu korporasi adalah perbuatan yang menyebabkan subyek hukum - subyek hukum itu mendapat penambahan kekayaan (yang dapat dinilai dengan mata uang) secara drastis atau dalam jumlah yang sedemikian rupa sehingga kekayaan tersebut baik dalam jumlah (kuantitas) maupun dalam nilai secara ekonomi (kualitas) bertambah besar ; Menimbang, bahwa dari fakta-fakta hukum yang ditemukan di persidangan, telah diketahui bahwa sehubungan dengan pencairan dana sebesar Rp. 500.000.000,- dan Rp. 100.000.000,- yang kenyataannya telah disalurkan ke semua fraksi (5 fraksi) untuk keperluan biaya pemrosesan APBD 2004, sehingga niat maupun maksud dalam melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, tidak ada pada diri terdakwa ;

86

Menimbang, bahwa dari uraian pertimbangan diatas, Majelis Hakim berpendapat bahwa bertambahnya kekayaan terdakwa yang ingin dinyatakan terbukti oleh Penuntut Umum, akan tetapi Penuntut Umum tidak membuktikannya, bahwa dengan diterimanya dana tersebut oleh Panggar DPRD Kabupaten Blitar, anggota Panggar DPRD tersebut termasuk terdakwa sebagai Sekretaris Panggar DPRD Kabupaten Blitar mendapat penambahan harta sedemikian rupa sebagaimana dimaksud dalam uraian pertimbangan diatas ; Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan diatas, maka Majelis Hakim berpendapat unsur Melakukan Perbuatan Memperkaya Diri Sendiri atau Orang Lain atau Suatu Korporasi dalam dakwaan ini tidak terpenuhi ; Menimbang, bahwa dengan tidak terpenuhinya unsur memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu koorporasi dalam dakwaan primair ini, maka Majelis Hakim tidak perlu mempertimbangkan unsur selebihnya, dan sangat beralasan hukum untuk menyatakan bahwa dakwaan primair ini tidak terbukti secara sah dan meyakinkan, oleh karenanya patutlah pada diri terdakwa untuk dibebaskan dari dakwaan primair tersebut ; Menimbang, bahwa dengan tidak terbuktinya dakwaan primair, sebagai suatu konsekuensi hukum dalam dakwaan yang disusun secara subsidairitas, maka Majelis Hakim selanjutnya akan mempertimbangkan dakwaan subsidair, dimana terdakwa telah didakwa melakukan tindak pidana sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 3 jo Pasal 18 UU No. 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang unsur-unsurnya sebagai berikut : 1. Setiap Orang ; 2. Dengan Tujuan Menguntungkan Diri Sendiri atau Orang Lain atau Suatu Korporasi ; 3. Menyalahgunakan Kewenangan, Kesempatan atau Sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan ; 4. Dapat Merugikan Negara atau Perekonomian Negara ; Ad. 1. Unsur Setiap Orang. Menimbang, bahwa oleh karena unsur Setiap Orang dalam dakwaan Primair telah dipertimbangkan oleh Majelis Hakim dan telah

87

dinyatakan terpenuhi, maka terhadap pertimbangan mengenai unsur Setiap Orang dalam dakwaan Subsidair ini, Majelis Hakim akan mengambil alih pertimbangan unsur Setiap Orang pada dakwaan Primair untuk dijadikan pertimbangan dalam dakwaan Subsidair, dengan demikian unsur Setiap Orang dalam dakwaan Subsidair ini, menurut Majelis Hakim telah pula dinyatakan terpenuhi ; Ad. 2. Unsur Dengan Tujuan Menguntungkan Diri Sendiri atau Orang Lain atau Suatu Korporasi. Menimbang, bahwa unsur subyektif dari unsur ini adalah tujuan si pelaku dalam melakukan tindak pidana yaitu untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi. Unsur tujuan ini tidak berbeda artinya dengan maksud atau kesalahan sebagai maksud atau kesengajaan dalam arti sempit. Yang dimaksud dengan tujuan adalah suatu kehendak yang ada dalam pikiran atau batin si pelaku, yang ditujukan untuk memperoleh suatu keuntungan bagi dirinya sendiri atau orang lain atau suatu korporasi. Sedangkan memperoleh suatu keuntungan atau menguntungkan artinya memperoleh atau menambah kekayaan dari yang sudah ada. (Lamintang, 276) ; Menimbang, bahwa sebagaimana fakta yang terungkap di persidangan, untuk penyusunan APBD tahun 2004, untuk pos legislatif (Anggota DPRD Kabupaten Blitar), telah dianggarkan dana sebesar Rp. 900.000.000,00 (sembilan ratus juta rupiah) ; Menimbang, bahwa sebagaimana terungkap dipersidangan, sekitar tanggal 30 Desember 2003 sekitar jam 10.00 WIB, di ruang kerja Kristanto Bin Yasin (Kabag. Keuangan Pemkab. Blitar waktu itu) telah hadir Masdain Rifai sebagai Ketua Panitia Anggaran (Panggar), Kustanto sebagai Wakil Ketua Panitia Anggaran, Mahmud Z., sebagai Sekretaris Panggar, yang juga sebagai Anggota DPRD Kabupaten Blitar untuk menerima dana yang dianggarkan di pos yang diperuntukkan Sekretariat Pemkab. Blitar; Menimbang, bahwa ketiga orang dari Panggar DPRD Kabupaten Blitar tersebut menerima dana tersebut dengan tujuan untuk digunakan dalam penyusunan APBD Kabupaten Blitar ; Menimbang, bahwa dengan demikian Panggar DPRD Kabupaten Blitar menerima dana dari 2 (dua) pos anggaran untuk 1 (satu) kegiatan yang sama ;

88

Menimbang, bahwa hal ini menguntungkan terdakwa dan pihak lain di DPRD Kabupaten Blitar, karena mendapat pembiayaan dari 2 (dua) pos anggaran yang berbeda, sehingga dari kegiatan yang dilaksanakan, terdakwa dan pihak lain yang terkait dengan pembahasan APBD Kabupaten Blitar di DPRD, dapat menikmati kelebihan dana dari kegiatan tersebut ; Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, maka Majelis Hakim berpendapat unsur Dengan Tujuan Menguntungkan Diri Sendiri atau Orang Lain atau Suatu Korporasi dalam dakwaan ini telah terpenuhi ; Ad. 3. Unsur Menyalahgunakan Kewenangan, Kesempatan atau Sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan. Menimbang, bahwa menyalahgunakan kewenangan dapat didefinisikan sebagai perbuatan yang dilakukan oleh orang yang sebenarnya berhak untuk melakukannya, tetapi dilakukan secara salah atau diarahkan pada hal yang salah dan bertentangan dengan hukum atau kebiasaan oleh mereka yang memiliki jabatan atau kedudukan. Sedangkan menyalahgunakan kesempatan artinya adanya peluang atau tersedianya waktu yang cukup dan sebaik-baiknya untuk melakukan perbuatan tertentu oleh mereka yang memiliki jabatan atau kedudukan. Sedangkan menyalahgunakan sarana artinya orang yang memiliki jabatan atau kedudukan, juga memiliki sarana atau alat yang ada pada dirinya yang digunakan untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, tetapi dipergunakan untuk perbuatan lain yang berhubungan dengan jabatannya ; Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta hukum yang ditemukan dalam persidangan, telah ternyata/diketahui bahwa terdakwa selaku Sekretaris Panitia Anggaran DPRD Kab. Blitar, berwenang untuk menandatangani kwitansi-kwitansi penerimaan keuangan sepanjang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan ; Menimbang, bahwa dalam hal penerimaan dana yang berasal dari Sekretariat Pemkab. Blitar, seharusnya terdakwa sebagai Sekretaris Panggar DPRD Kabupaten Blitar menolak melakukan transaksi penerimaan dana yang bukan berasal dari Pos Sekwan (DPRD) dan tidak melakukan penandatanganan kwitansi atas dana yang dikeluarkan dari anggaran yang berasal dari pos anggaran yang diperuntukkan Sekretariat Pemkab. Blitar, karena hal tersebut tidak sesuai dengan wewenang terdakwa sebagai

89

Sekretaris Panggar DPRD Kabupaten Blitar, dengan kata lain terdakwa telah mempergunakan kewenangannya secara salah/menyalahgunakan wewenangnya sebagai Sekretaris Pangar DPRD Kabupaten Blitar ; Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan diatas, maka Majelis Hakim berpendapat unsur Menyalahgunakan Kewenangan, Kesempatan atau Sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan dalam dakwaan ini telah terpenuhi ; Ad. 4. Unsur Dapat Merugikan Negara atau Perekonomian Negara. Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan Merugikan Keuangan Negara adalah sama artinya dengan menjadi ruginya keuangan negara atau berkurangnya keuangan negara (R. Wiyono SH dalam bukunya UndangUndang Pemberantasan Tindak pidana korupsi hal. 32) ; Menimbang, bahwa selanjutnya yang dimaksud dengan Keuangan Negara sebagaimana dalam penjelasan umum Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 adalah seluruh kekayaan negara dalam bentuk apapun yang dipisahkan atau tidak dipisahkan termasuk didalamnya segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karena berada dalam penguasaan, pengurusan dan pertanggungjawaban pejabat lembaga negara baik tingkat pusat ataupun di daerah ; Menimbang, bahwa arti dapat dalam unsur ke 4 ini haruslah diartikan sebagai suatu perbuatan yang menimbulkan kerugian negara dengan tanpa dirinci dan menyebut bentuk dan jumlah kerugian negera tertentu sebagaimana halnya tindak pidana materiil (Drs. Adami Chazawi, SH dalam bukunya Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia hal. 45) ; Menimbang, bahwa akibat perbuatan terdakwa sebagaimana terungkap di persidangan yaitu terdakwa sebagai Sekretaris Panggar DPRD Kab. Blitar telah menandatangani kwitansi sebagai bukti penerimaan dana yang berasal dari anggaran yang diperuntukkan Sekretariat Pemkab. Blitar, sehingga dikeluarkanlah dana tersebut yang diterima oleh Kustanto (yang waktu itu menjabat sebagai Wakil Ketua Panggar DPRD Kab. Blitar), yang disaksikan oleh Masdain Rifai (Ketua Panggar DPRD Kab. Blitar), yang digunakan oleh Panggar DPRD Kab. Blitar, untuk menyusun APBD, sementara itu dari pos anggaran Sekretariat DPRD Kab. Blitar, telah

90

dianggarkan dana untuk kegiatan penyusunan APBD, bagi Panggar DPRD Kab. Blitar tersebut ; Menimbang, bahwa telah terjadi pendanaan kegiatan yang ganda untuk 1 (satu) kegiatan, hal ini mengakibatkan Negara harus mengeluarkan dana 2 (dua) kali lipat untuk 1 (satu) kegiatan, dengan demikian keuangan Negara telah dirugikan ; Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan diatas, maka Majelis Hakim berpendapat unsur Dapat Merugikan Negara atau Perekonomian Negara dalam dakwaan ini telah pula terpenuhi ; Menimbang, bahwa oleh karena semua unsur yang terdapat dalam dakwaan Subsidair telah terpenuhi seperti diuraikan diatas, maka Majelis Hakim berpendapat bahwa terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana KORUPSI, sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 3 jo Pasal 18 UU No. 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ; Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa dinyatakan bersalah dan selama proses persidangan berlangsung Majelis Hakim tidak menemukan adanya alasan pemaaf mapun pembenar pada diri terdakwa yang dapat menghapuskan pertanggung-jawaban pidana atas segala perbuatan pidana yang dilakukannya, maka kepada Terdakwa haruslah dinyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan perbuatan pidana sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 3 jo Pasal 18 UndangUndang No. 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No. 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dan karenanya patut dijatuhkan pidana yang setimpal dengan kesalahannya ; Menimbang, bahwa berdasarkan uraian tentang pertimbangan hukum sebagaimana terurai pada alinea terdahulu (terurai di atas), maka Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini sependapat dengan Penuntut Umum, sepanjang hal itu berkenaan dengan dakwaan yang dianggap terbukti oleh Penuntut Umum dalam Surat Tuntutannya, berkenaan dengan hal-hal selain dan selebihnya, Majelis Hakim mempunyai pertimbangan sebagaimana terurai diatas; Menimbang, bahwa dari uraian pertimbangan Majelis Hakim sebagaimana tersebut diatas, menunjukkan Majelis Hakim tidak sependapat dengan Penasehat Hukum Terdakwa maupun dengan Terdakwa sepanjang

91

hal itu berkenaan dengan semua argumen Penasehat Hukum Terdakwa maupun Terdakwa dalam nota pembelaan yang diajukan di persidangan, sehingga dengan demikian Majelis Hakim tidak perlu lagi mempertimbangkan hal-hal lain yang diajukan oleh Pihak Penasehat Hukum Terdakwa berkenaan dengan nota pembelaan tersebut; Menimbang, bahwa oleh karena selama proses pemeriksaan terhadap Terdakwa telah dilakukan penahanan, maka sesuai ketentuan Pasal 22 ayat (4) KUHAP penahanan yang telah dijalani dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan ; Menimbang, bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 3 jo Pasal 18 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 diatur mengenai kumulasi penjatuhan hukuman pokok, yaitu hukuman penjara dan hukuman denda, maka kepada diri Terdakwa selain dijatuhi pidana penjara juga patut untuk dijatuhkan pidana denda yang besarnya akan ditetapkan dalam amar putusan ini ; Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 18 ayat (1) huruf b UndangUndang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 31 Tahun 1999, disebutkan bahwa selain tindak pidana tambahan sebagaimana dimaksud dalam KUHP, pidana tambahan dalam tindak pidana korupsi salah satunya adalah pembayaran uang pengganti yang jumlah sebanyak-banyaknya sama dengan harta benda yang diperoleh dari tindak pidana korupsi ; Menimbang, bahwa terhadap barang bukti yang diajukan di persidangan berupa : a. 1 (satu) lembar surat tentang biaya Jasa Kerja sebesar Rp. 1.125.000.000,- (satu milyar seratus dua puluh lima juta rupiah) semula di Sekretariat DPRD dialihkan ke secretariat belanja barang dan jasa (jenis belanja), Jasa Kantor (obyek belanja), Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan (rincian obyek) ; b. 8 (delapan) lembar SPMG tanggal 18 Pebruari 2004 beserta lampirannya ; c. 2 (dua) lembar fotocopy kwitansi tertanggal 25 Agustus 2004 dengan perincian sebagai berikut : Terdakwa tersebut

92

Kwitansi 1 (satu) senilai Rp. 900.000.000,- (sembilan ratus juta rupiah) ; Kwitansi 2 (dua) senilai Rp. 225.000.000,- (dua ratus dua puluh lima juta rupiah) yang ditanda tangani/parap oleh Samirin Darwoto ;

d. 1 (satu) buah penjabaran perubahan APBD Kab. Blitar tahun anggaran 2004 ; e. 1 (satu) buah penjabaran APBD Kab. Blitar tahun anggaran 2004 ; f. 1 (satu) buah APBD Kab. Blitar tahun anggaran 2004 ; g. 1 (satu) buah PAK APBD Kab. Blitar tahun anggaran 2004 ; h. 1 (satu) buah RAPBD Kab. Blitar tahun 2004 ; i. 1 (satu) rancangan PAK Kab. Blitar tahun 2004 ; j. 1 (satu) rancangan APBD tahun 2004 ; k. 1 (satu) rancangan perubahan Penjabaran APBD Kab. Blitar tahun 2004 ; l. 1 (satu) buah Penjabaran Perubahan APBD Kab. Blitar tahun 2004 ; m. 1 (satu) buah DASK Kab. Blitar tahun 2004 ; n. 1 (satu) bendel SPMG No. 699 tanggal 2 April 2004 ; o. 1 (satu) bendel SPMG No. 1387 tanggal 6 Juli 2004 ; p. 1 (satu) bendel SPMG No. 08 tanggal 30 Januari 2004 ; q. 1 (satu) bendel SPMG No. 745 tanggal 13 April 2004 ; r. 1 (satu) bendel SPMG No. 945 tanggal 5 Mei 2004 ; s. SK Gubernur Kepala Dati II Jatim No : 171423/71/012/1999 tanggal 16 Oktober 1999 ; masih dipergunakan dan diperlukan dalam perkara lainnya, maka barangbarang bukti tersebut harus dikembalikan kepada Penuntut Umum, untuk bukti dalam perkara lain ; Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana, maka sesuai Pasal 197 ayat (1) huruf i KUHAP dan Pasal 222 ayat (1) KUHAP kepada Terdakwa dibebani untuk membayar biaya perkara ini yang besarnya akan ditetapkan dalam amar putusan ini ; Menimbang, bahwa sebelum Majelis menjatuhkan pidana kepada terdakwa, maka sesuai pasal 197 ayat (1) huruf f KUHAP akan dipertimbangkan terlebih dahulu hal-hal yang memberatkan maupun hal-hal yang meringankan bagi diri terdakwa, yaitu sebagai berikut :

93

Hal-hal yang memberatkan : Sebagai Sekretaris Panggar Terdakwa tidak memberikan contoh/teladan bagi rakyat Blitar ; Perbuatan Terdakwa mengakibatkan kerugian negara yang sangat besar ; Perbuatan Terdakwa bertentangan dengan semangat Pemerintah dalam memberantas dan memerangi tindak pidana korupsi ; Terdakwa tidak mengakui perbuatannya ; Terdakwa sudah menikmati hasil perbuatannya ;

Hal-hal yang meringankan : Terdakwa mengaku belum pernah dihukum ; Terdakwa bersikap sopan dalam persidangan ; Terdakwa mempunyai tanggungan keluarga ; Menimbang, bahwa untuk mempersingkat putusan ini, maka segala hal yang tertuang dalam berita acara persidangan adalah merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dalam putusan ini ; Mengingat, Pasal 3 jo Pasal 18 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas UndangUndang No. 31 Tahun 1999 dan ketentuan pasal-pasal dalam UndangUndang No. 8 Tahun 1981 tentang hukum Acara Pidana serta peraturan perundang-undangan lainnya yang berkaitan dengan perkara ini :

MENGADILI
1. Menyatakan terdakwa Drs. H. MAHMUD Z. tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana KORUPSI sebagaimana diatur dalam Pasal 2 (1) UU No. 31 tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana dalam Surat Dakwaan Primair ; 2. Membebaskan oleh karenanya terdakwa Drs. H. MAHMUD Z. dari dakwaan Primair tersebut ; 3. Menyatakan terdakwa Drs. H. MAHMUD Z. telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah telah melakukan tindak pidana KORUPSI sebagaimana diatur dalam pasal 3 jo Pasal 18 UU No. 31 tahun 1999

94

sebagaimana telah diubah dengan UU No. 20 tahun 2001 tentang perubahan atas UU No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana dalam Surat Dakwaan Subsidair ; 4. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Drs. H. MAHMUD Z. dengan pidana penjara selama 3 (tiga) tahun ; 5. Menetapkan masa selama terdakwa berada dalam tahanan sementara dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan ; 6. Menjatuhkan Pidana Denda sebesar Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) Subsidair 6 (enam) bulan kurungan ; 7. Menjatuhkan Pidana terhadap terdakwa Drs. H. MAHMUD Z. dengan Pidana Tambahan untuk membayar uang Pengganti sebesar Rp. 31.000.000,- (tiga puluh satu juta rupiah) dengan ketentuan jika terdakwa tidak membayar uang pengganti paling lama dalam waktu 1 (satu) bulan sesudah Putusan Pengadilan memperoleh kekuatan hukum yang tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh Jaksa dan dilelang untuk menutupi uang Pengganti tersebut, dalam hal Terdakwa tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar uang pengganti, maka diganti dengan pidana penjara selama 6 (enam) bulan ; 8. Menyatakan barang bukti berupa : a. 1 (satu) lembar surat tentang biaya Jasa Kerja sebesar Rp. 1.125.000.000,- (satu milyar seratus dua puluh lima juta rupiah) semula di Sekretariat DPRD dialihkan ke secretariat belanja barang dan jasa (jenis belanja), Jasa Kantor (obyek belanja), Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan (rincian obyek) ; b. 8 (delapan) lembar SPMG tanggal 18 Pebruari 2004 beserta lampirannya ; c. 2 (dua) lembar fotocopy kwitansi tertanggal 25 Agustus 2004 dengan perincian sebagai berikut : Kwitansi 1 (satu) senilai Rp. 900.000.000,- (sembilan ratus juta rupiah) ; Kwitansi 2 (dua) senilai Rp. 225.000.000,- (dua ratus dua puluh lima juta rupiah) yang ditanda tangani/parap oleh Samirin Darwoto ; d. 1 (satu) buah penjabaran perubahan APBD Kab. Blitar tahun anggaran 2004 ; e. 1 (satu) buah penjabaran APBD Kab. Blitar tahun anggaran 2004 ;

95

f. 1 (satu) buah APBD Kab. Blitar tahun anggaran 2004 ; g. 1 (satu) buah PAK APBD Kab. Blitar tahun anggaran 2004 ; h. 1 (satu) buah RAPBD Kab. Blitar tahun 2004 ; i. 1 (satu) rancangan PAK Kab. Blitar tahun 2004 ; j. 1 (satu) rancangan APBD tahun 2004 ; k. 1 (satu) rancangan perubahan Penjabaran APBD Kab. Blitar tahun 2004 ; l. 1 (satu) buah Penjabaran Perubahan APBD Kab. Blitar tahun 2004 ; m. 1 (satu) buah DASK Kab. Blitar tahun 2004 ; n. 1 (satu) bendel SPMG No. 699 tanggal 2 April 2004 ; o. 1 (satu) bendel SPMG No. 1387 tanggal 6 Juli 2004 ; p. 1 (satu) bendel SPMG No. 08 tanggal 30 Januari 2004 ; q. 1 (satu) bendel SPMG No. 745 tanggal 13 April 2004 ; r. 1 (satu) bendel SPMG No. 945 tanggal 5 Mei 2004 ; s. SK Gubernur Kepala Dati II Jatim No : 171423/71/012/1999 tanggal 16 Oktober 1999 yang seluruhnya barang bukti dipergunakan untuk perkara lain ; 8. Menetapkan supaya terdakwa dibebani biaya perkara sebesar Rp. 5.000,(lima ribu rupiah) ; Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Blitar pada hari SENIN, tanggal 2 MARET 2009, oleh kami SINUNG BARKAH PRACAYA, SH.MH sebagai Hakim Ketua Majelis, ASMUDI, SH dan ENNIERLIA ARIENTOWATY, SH masing-masing sebagai Hakim Anggota, putusan mana diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum pada hari ini RABU, tanggal 4 MARET 2009 oleh Majelis Hakim tersebut, dengan didampingi oleh ISMINARTI, Panitera Pengganti pada Pengadilan Negeri Blitar dan dihadiri oleh M. RIZA WISNU, SH dan NOVAN SOFYAN, SH Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Blitar serta terdakwa didampingi Penasehat Hukumnya.

96

HAKIM-HAKIM ANGGOTA

HAKIM KETUA MAJELIS

ASMUDI, SH

SINUNG BARKAH P., SH.MH.

ENNIERLIA ARIENTOWATY, SH PANITERA PENGGANTI

ISMINARTI

97

Anda mungkin juga menyukai