Anda di halaman 1dari 52

PUTUSAN

NO. 124 / PID.B /2009 / PN. Blt.


DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Negeri Blitar yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara pidana dalam peradilan tingkat pertama dengan acara pemeriksaan biasa, telah menjatuhkan putusan dalam perkara terdakwa : Nama Lengkap Tempat Lahir Umur / Tanggal lahir Jenis Kelamin Kebangsaan Tempat tinggal Agama Pekerjaan : ROHMAD BIN DULLAH MUKTI : Blitar : 45 tahun / 7 April 1963 : Laki-laki : Indonesia : Dsn. Cempoko Ds. Bendowulung Kec. Sanankulon Kab. Blitar : Islam : Kepala Desa

Terdakwa ditahan di Rumah Tahanan Negara Blitar berdasarkan Surat Perintah/Penetapan Penahanan : 1. Penyidik, sejak tanggal 28 Januari 2009 s/d tanggal 16 Pebruari 2009 ; 2. Penuntut Umum, sejak tanggal 12 Pebruari 2009 s/d tanggal 3 Maret 2009 ; 3. Hakim Pengadilan Negeri Blitar, sejak tanggal 23 Pebruari 2009 s/d tanggal 24 Maret 2009 ; 4. Perpanjangan Ketua Pengadilan Negeri Blitar, sejak tanggal 25 Maret 2009 s/d tanggal 23 Mei 2009 ; 5. Perpanjangan I Wakil Ketua Pengadilan Tinggi Surabaya, sejak tanggal 24 Mei 2009 s/d tanggal 22 Juni 2009 ; Terdakwa didampingi oleh Penasihat Hukumnya yang bernama SULIN, SH.MKn dan EKO SANTOSO, SH Advokat/Penasehat Hukum yang berkantor di Jl. Mahakam No. 112 Tanjungsari - Kota Blitar, berdasarkan surat kuasa khusus yang telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Blitar ;

Pengadilan Negeri tersebut ; Telah membaca : 1. Surat Penetapan Ketua Pengadilan tertanggal 23 Negeri Blitar Nomor : 124/Pen.Pid/2009/PN.Blt, terdakwa tersebut; 2. Surat Penetapan Hakim Ketua 23 Majelis Pebruari Nomor 2009 : 124/Pen.Pid/2009/PN.Blt, penetapan hari persidangan ; Telah membaca berkas perkara yang bersangkutan ; Telah membaca dakwaan Penuntut Umum ; Telah mendengar keterangan para saksi, dan keterangan terdakwa ; Telah memeriksa barang bukti yang diajukan di persidangan ; Telah mendengar Surat Tuntutan Penuntut Umum yang dibacakan dan diserahkan di persidangan pada hari Rabu tanggal 20 Mei 2009, yang pada pokoknya menuntut agar Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini memutuskan : 1. Menyatakan terdakwa ROHMAD BIN DULLAH MUKTI terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 3 jo pasal 18 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah dirubah dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, pada dakwaan kedua ; 2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa ROHMAD BIN DULLAH MUKTI dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun dan 1 (satu) bulan dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan sementara, dengan perintah terdakwa tetap ditahan dan Pidana Denda sebesar Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) Subsidair 1 (satu) bulan kurungan. Dan membayar uang pengganti sebesar Rp. 26.659.000,- (dua puluh enam juta enam ratus lima puluh sembilan ribu rupiah) dengan ketentuan, jika terdakwa tidak membayar uang pengganti paling lama dalam waktu 1 (satu) bulan sesudah Putusan Pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta benda dapat disita oleh Jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut, dalam hal terdakwa tertanggal tentang Pebruari 2009 tentang

penunjukkan Majelis Hakim untuk memeriksa dan mengadili perkara

tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar uang pengganti, maka diganti dengan pidana penjara selama 6 (enam) bulan ; 3. Menyatakan barang bukti berupa : 1 (satu) buah buku catatan untuk Desa Bendowulung ; 9 (sembilan) lembar kwitansi pembayaran ; 1 (satu) buah buku tabungan SIMPEDA Bank BPD Jatim

Dilampirkan dalam berkas perkara, sedangkan : Dikembalikan kepada terdakwa ROHMAD BIN DULLAH MUKTI ; 4. Menetapkan agar supaya terdakwa dibebani untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah) ; Telah mendengar Pembelaan (Pledooi) Penasehat Hukum terdakwa secara tertulis yang dibacakan dan diserahkan dalam persidangan pada tanggal 3 Juni 2009 yang pada pokoknya memohon pada Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara terdakwa tersebut, yang pada pokoknya mengemukakan hal-hal sebagai berikut : Menyatakan terdakwa tidak terbukti melakukan perbuatan pidana sebagaimana didakwakan, baik dakwaan kesatu atau kedua ; Membebaskan terdakwa dari segala dakwaan (Vrisjpraak) ; Menimbang, bahwa atas pembelaan yang diajukan oleh Penasehat Hukum terdakwa tersebut, Penuntut Umum telah mengajukan tanggapan secara lisan dalam persidangan pada tanggal 10 Juni 2009 yang pada pokoknya memohon pada Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini menolak Pledooi Penasehat Hukum terdakwa tertanggal 3 Juni 2009 dan Penuntut Umum menyatakan tetap pada Tuntutannya yang dibacakan pada persidangan tanggal 20 Mei 2009 ; Menimbang, bahwa atas tanggapan Penuntut Umum tersebut, Penasehat Hukum terdakwa telah mengajukan tanggapannya secara lisan dalam persidangan tanggal 10 Juni 2009 yang pada pokoknya menyatakan masing-masing tetap pada Pledooinya ; Menimbang, bahwa terdakwa diajukan oleh Penuntut Umum ke persidangan ini dengan dakwaan sebagai berikut : DAKWAAN KESATU Bahwa ia terdakwa ROHMAD BIN DULLAH MUKTI, pada hari, tanggal dan bulan tidak ingat lagi pada tahun 2007 s/d tahun 2008 bertempat di Kantor Desa Bendowulung Kec. Sanankulon Kab. Blitar atau di suatu

tempat yang masih dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Blitar, terdakwa selaku Kepala Desa Bendowulung Kec. Sanankulon Kab. Blitar, berdasarkan Keputusan Sekretariat Daerah Propinsi Jawa Timur selaku Pengguna Anggaran Nomor : 188/8760/022/2007 tanggal 6 Juli 2007 Petunjuk Operasional Bantuan Program Jaring Pengamanan Ekonomi Dan Sosial Propinsi Jawa Timur pada bab III huruf 4 Kepala Desa/Lurah karena jabatannya adalah Pembina Program Jaring Pengamanan Ekonomi dan Sosial (JPES)/PAM-DKB (Program Aksi Mengatasi Dampak Kenaikan BBM) secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Pengamanan Negara, Ekonomi telah dan mempergunakan dana bantuan Jaring Sosial (JPES)/PAM-DKB (Program Aksi

Mengatasi Dampak Kenaikan BBM) Desa Bendowulung Kec. Sanankulon Kab. Blitar untuk kepentingan pribadinya kurang lebih sebanyak Rp. 26.659.000,- (dua puluh enam juta enam ratus lima puluh sembilan ribu rupiah) atau setidak-tidaknya sejumlah itu untuk kepentingan pribadinya, adapun caranya yaitu : Terdakwa selaku Kepala Desa Bendowulung Kec. Sanankulon Kab. Blitar sesuai Petunjuk Operasional bantuan Program Jaring Pengamanan Ekonomi dan Sosial Propinsi Jawa Timur pada bab III huruf 4 Kepala Desa/Lurah karena jabatannya adalah Pembina Program Jaring Pengamanan Ekonomi dan Sosial (JPES)/PAM-DKB (Program Aksi Mengatasi Dampak Kenaikan BBM) telah membentuk pengurus Kelompok Masyarakat yang bertugas sebagai pelaksana program Jaring Pengamanan Ekonomi dan Sosial (JPES)/PAM-DKB (Program Aksi Mengatasi Dampak Kenaikan BBM) dengan Surat Keputusan Nomor : 01/043.023/SK-ADD/2007 tanggal 4 Oktober 2007 tentang Pengurus Kelompok Masyarakat (POKMAS) penerima Program JPES/PAM-DKB tahun 2007 Desa Bendowulung dengan susunan : No. Nama Jabatan Ketua Sekretaris Bendahara Bendahara BOP Umur 46 tahun 50 tahun 40 tahun 40 tahun Alamat Rt. 01 Rw. III Rt. 04 Rw. IV Rt. 05 Rw. I Bendowulung 1. SUPARMAN 2. SUTRISNO 3. SAIDI 4. ATIM

Pengurus POKMAS yang namanya sebagaimana terdapat dalam daftar diatas akan menjalankan tugas, kewajiban, tanggung jawab serta hak-hak yang melekat sebagai pengurus POKMAS. Adapun tugas dan tanggung jawab Pengurus Kelompok Masyarakat POKMAS penerima Program JPES/PAM-DKB tahun 2007 adalah : 1. Menyusun dan menetapkan berbagai aturan yang diperlukan, terutama berkaitan dengan kegiatan pengelolaan pembangunan lainnya. 2. Membuka rekening atas nama POKMAS. 3. Bertanggung jawab terhadap kelancaran dan keberhasilan kegiatan POKMAS. 4. Membukukan secara teratur, tertib dan rapi semua transaksi kegiatan. 5. Menjalin kerjasama dengan pihak lain dalam rangka meningkatkan kemampuan anggota dan kelancaran kegiatan pembangunan. 6. Mendokumentasikan kegiatan. 7. Melaporkan hasil kegiatan dan realisasi penggunaan dana, hambatan, masalah serta solusinya yang disarankan Kepala Desa/lurah dan pendamping. 8. Melakukan koordinasi dengan berbagai pihak dalam rangka kelancaran program. Terdakwa dengan suratnya Nomor : 01/043.023/ADD/X/2007 tanggal 10 Oktober 2007 telah mengusulkan Program Jaring Pengamanan Ekonomi dan Sosial (JPES)/PAM-DKB (Program Aksi Mengatasi Dampak Kenaikan BBM) tahun 2007 kepada Bupati Blitar, usulan tersebut disetujui oleh Bupati Blitar dimana Program Jaring Pengamanan Ekonomi dan Sosial (JPES)/PAM-DKB (Program Aksi Mengatasi Dampak Kenaikan BBM) tersebut dipergunakan untuk pembangunan jalan macadam Dsn. Cepoko Ds. Bendowulung Kec. Sanankulon Kab. Blitar sepanjang 400 x 3 meter dengan biaya sebesar Rp. 58.000.000,- (lima puluh delapan juta rupiah), selanjutnya pembangunan jalan tersebut dipindahkan ke Dsn. Pangru Ds. Bendowulung Kec. Sanankulon Kab. Blitar sepanjang 700 x 3 meter dengan biaya Rp. 58.000.000,- (lima puluh delapan juta rupiah), dimana dana tersebut telah dicairkan 2 termin oleh Bendahara yaitu saksi SAIDI bersama-sama dengan terdakwa dan dimasukkan ke dalam tabungan Bank Jatim an. Saksi SAIDI pada tanggal 5 Desember 2007 sebesar Rp. 29.000.000,- (dua puluh sembilan juta rupiah) dan 27 Desember 2007 Rp. 29.000.000,- (dua puluh

sembilan juta rupiah), jadi seluruhnya berjumlah Rp. 58.000.000,- (lima puluh delapan juta rupiah), dimana pelaksanaan program tersebut dalam jangka waktu 3 bulan dan akhir bulan Maret 2008 harus sudah ada laporan pelaksanaan dan laporan pertanggung jawaban keuangan, selanjutnya oleh Bendahara/saksi SAIDI dana tersebut dan buku tabungannya dititipkan kepada terdakwa dan terdakwa memberikan uang kepada saksi SAIDI 2 kali masing-masing Rp. 100.000,- jadi 2 x Rp. 100.000,- = Rp. 200.000,- tanpa sepengetahuan Pengurus Kelompok Masyarakat (POKMAS) yang lain selaku penanggung jawab secara fisik dan administrasi, selanjutnya dana yang ada dalam buku tabungan Bank Jatim tersebut dicairkan oleh Bendahara dan terdakwa pada tanggal 17 Desember 2007 sebesar Rp. 29.000.000,- (dua puluh sembilan juta rupiah) dan pada tanggal 7 Januari 2008 sebesar Rp. 29.000.000,,- (dua puluh sembilan juta rupiah), uang tersebut oleh Bendahara diserahkan kepada terdakwa untuk pelaksanaan Proyek, terdakwa selaku kepala desa dan bertindak sebagai Pembina pelaksanaan Proyek dengan tanpa hak telah bertindak sebagai pelaksana proyek tanpa sepengetahuan Pengurus Kelompok Masyarakat (POKMAS) telah melakukan: 1. Pembelian bahan material 2. Pemberian dana kepada saksi TUWUH SUSIONO 3. Pengeluaran lain-lain : a. Pecah batu NUROFIK 8 x Rp. 30.000,- Rp. 240.000,b. Ongkos Kerja (Tuwuh, Hariyanto dan Suparman) c. Ongkos gledekan d. Beli nasi dan jenang dawet e. Rokok pekerja f. Biaya foto g. Biaya pembuatan proposal h. Pembelian materai i. Biaya konsumsi rapat Jumlah Rp. 1.500.000,Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. 150.000,210.000,40.000,175.000,200.000,26.000,50.000,Rp. 2.591.000,Rp. 16.550.000,Rp. 12.200.000,-

Jumlah seluruhnya Rp. 31.341.000,Sisa dana yang ada Rp. 58.000.000,- - Rp. 31.341.000,- = Rp. 26.659.000,(dua puluh enam juta enam ratus lima puluh sembilan ribu rupiah) sesuai dengan peraturan bahwa sisa dana tersebut harus dikembalikan kepada

Kasda Propinsi Jawa Timur melalui Bank Jatim, dimana terdakwa telah memperkaya diri sendiri atau orang lain, telah mempergunakan sisa dana program tersebut untuk membayar PBB Suhernowo alm. (Kaur Pemerintahan) tahun 2007 sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) dan untuk membayar melobikan agar terdakwa tidak didemo kepada 3 orang tidak dikenal Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah), sedangkan sisanya dipergunakan oleh terdakwa untuk kepentingan pribadi. Sampai batas laporan pertanggung jawaban pelaksanaan proyek dan keuangan pada bulan Maret 2008 dimana sampai saat ini belum dibuat. Akibat perbuatan terdakwa tersebut Negara mengalami kerugian kurang lebih sebesar Rp. 26.659.000,- (dua puluh enam juta enam ratus lima puluh sembilan ribu rupiah) atau setidak-tidaknya sejumlah itu. Perbuatan terdakwa ROHMAD BIN DULLAH MUKTI tersebut diatas sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 18 Undang-undang Nomor : 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor : 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor : 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ; ATAU KEDUA Bahwa ia terdakwa ROHMAD BIN DULLAH MUKTI, pada waktu dan tempat yang telah diuraikan dalam dakwaan Kesatu diatas, terdakwa selaku Kepala Desa Bendowulung Kec. Sanankulon Kab. Blitar, berdasarkan Keputusan Sekretariat Daerah Propinsi Jawa Timur selaku Pengguna Anggaran Nomor : 188/8760/022/2007 tanggal 6 Juli 2007 Petunjuk Operasional Bantuan Program Jaring Pengamanan Ekonomi Dan Sosial Propinsi Jawa Timur pada bab III huruf 4 Kepala Desa/Lurah karena jabatannya adalah Pembina Program Jaring Pengamanan Ekonomi dan Sosial (JPES)/PAM-DKB (Program Aksi Mengatasi Dampak Kenaikan BBM) dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Pengamanan Negara, Ekonomi telah dan mempergunakan dana bantuan Jaring Sosial (JPES)/PAM-DKB (Program Aksi

Mengatasi Dampak Kenaikan BBM) Desa Bendowulung Kec. Sanankulon

Kab. Blitar untuk kepentingan pribadinya kurang lebih sebanyak Rp. 26.659.000,- (dua puluh enam juta enam ratus lima puluh sembilan ribu rupiah) atau setidak-tidaknya sejumlah itu untuk kepentingan pribadinya, adapun caranya yaitu : Terdakwa selaku Kepala Desa Bendowulung Kec. Sanankulon Kab. Blitar sesuai Petunjuk Operasional bantuan Program Jaring Pengamanan Ekonomi dan Sosial Propinsi Jawa Timur pada bab III huruf 4 Kepala Desa/Lurah karena jabatannya adalah Pembina Program Jaring Pengamanan Ekonomi dan Sosial (JPES)/PAM-DKB (Program Aksi Mengatasi Dampak Kenaikan BBM) telah membentuk pengurus Kelompok Masyarakat yang bertugas sebagai pelaksana program Jaring Pengamanan Ekonomi dan Sosial (JPES)/PAM-DKB (Program Aksi Mengatasi Dampak Kenaikan BBM) dengan Surat Keputusan Nomor : 01/043.023/SK-ADD/2007 tanggal 4 Oktober 2007 tentang Pengurus Kelompok Masyarakat (POKMAS) penerima Program JPES/PAM-DKB tahun 2007 Desa Bendowulung dengan susunan : No. Nama Jabatan Ketua Sekretaris Bendahara Bendahara BOP Umur 46 tahun 50 tahun 40 tahun 40 tahun Alamat Rt. 01 Rw. III Rt. 04 Rw. IV Rt. 05 Rw. I Bendowulung 1. SUPARMAN 2. SUTRISNO 3. SAIDI 4. ATIM

Pengurus POKMAS yang namanya sebagaimana terdapat dalam daftar diatas akan menjalankan tugas, kewajiban, tanggung jawab serta hak-hak yang melekat sebagai pengurus POKMAS. Adapun tugas dan tanggung jawab Pengurus Kelompok Masyarakat POKMAS penerima Program JPES/PAM-DKB tahun 2007 adalah : 1. Menyusun dan menetapkan berbagai aturan yang diperlukan, terutama berkaitan dengan kegiatan pengelolaan pembangunan lainnya. 2. Membuka rekening atas nama POKMAS. 3. Bertanggung jawab terhadap kelancaran dan keberhasilan kegiatan POKMAS. 4. Membukukan secara teratur, tertib dan rapi semua transaksi kegiatan. 5. Menjalin kerjasama dengan pihak lain dalam rangka meningkatkan kemampuan anggota dan kelancaran kegiatan pembangunan. 6. Mendokumentasikan kegiatan.

7. Melaporkan hasil kegiatan dan realisasi penggunaan dana, hambatan, masalah serta solusinya yang disarankan Kepala Desa/lurah dan pendamping. 8. Melakukan koordinasi dengan berbagai pihak dalam rangka kelancaran program. Terdakwa dengan suratnya Nomor : 01/043.023/ADD/X/2007 tanggal 10 Oktober 2007 telah mengusulkan Program Jaring Pengamanan Ekonomi dan Sosial (JPES)/PAM-DKB (Program Aksi Mengatasi Dampak Kenaikan BBM) tahun 2007 kepada Bupati Blitar, usulan tersebut disetujui oleh Bupati Blitar dimana Program Jaring Pengamanan Ekonomi dan Sosial (JPES)/PAM-DKB (Program Aksi Mengatasi Dampak Kenaikan BBM) tersebut dipergunakan untuk pembangunan jalan macadam Dsn. Cepoko Ds. Bendowulung Kec. Sanankulon Kab. Blitar sepanjang 400 x 3 meter dengan biaya sebesar Rp. 58.000.000,- (lima puluh delapan juta rupiah), selanjutnya pembangunan jalan tersebut dipindahkan ke Dsn. Pangru Ds. Bendowulung Kec. Sanankulon Kab. Blitar sepanjang 700 x 3 meter dengan biaya Rp. 58.000.000,- (lima puluh delapan juta rupiah), dimana dana tersebut telah dicairkan 2 termin oleh Bendahara yaitu saksi SAIDI bersama-sama dengan terdakwa dan dimasukkan ke dalam tabungan Bank Jatim an. Saksi SAIDI pada tanggal 5 Desember 2007 sebesar Rp. 29.000.000,- (dua puluh sembilan juta rupiah) dan 27 Desember 2007 Rp. 29.000.000,- (dua puluh sembilan juta rupiah), jadi seluruhnya berjumlah Rp. 58.000.000,- (lima puluh delapan juta rupiah), dimana pelaksanaan program tersebut dalam jangka waktu 3 bulan dan akhir bulan Maret 2008 harus sudah ada laporan pelaksanaan dan laporan pertanggung jawaban keuangan, selanjutnya oleh Bendahara/saksi SAIDI dana tersebut dan buku tabungannya dititipkan kepada terdakwa dan terdakwa memberikan uang kepada saksi SAIDI 2 kali masing-masing Rp. 100.000,- jadi 2 x Rp. 100.000,- = Rp. 200.000,- tanpa sepengetahuan Pengurus Kelompok Masyarakat (POKMAS) yang lain selaku penanggung jawab secara fisik dan administrasi, selanjutnya dana yang ada dalam buku tabungan Bank Jatim tersebut dicairkan oleh Bendahara dan terdakwa pada tanggal 17 Desember 2007 sebesar Rp. 29.000.000,- (dua puluh sembilan juta rupiah) dan pada tanggal 7 Januari 2008 sebesar Rp. 29.000.000,,- (dua puluh sembilan juta rupiah), uang tersebut oleh Bendahara diserahkan kepada terdakwa untuk pelaksanaan Proyek, terdakwa

selaku kepala desa dan bertindak sebagai Pembina pelaksanaan Proyek dengan tanpa hak telah bertindak sebagai pelaksana proyek tanpa sepengetahuan Pengurus Kelompok Masyarakat (POKMAS) telah melakukan: 1. Pembelian bahan material 2. Pemberian dana kepada saksi TUWUH SUSIONO 3. Pengeluaran lain-lain : a. Pecah batu NUROFIK 8 x Rp. 30.000,- Rp. 240.000,b. Ongkos Kerja (Tuwuh, Hariyanto dan Suparman) c. Ongkos gledekan d. Beli nasi dan jenang dawet e. Rokok pekerja f. Biaya foto g. Biaya pembuatan proposal h. Pembelian materai i. Biaya konsumsi rapat Jumlah Rp. 1.500.000,Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. 150.000,210.000,40.000,175.000,200.000,26.000,50.000,Rp. 2.591.000,Rp. 16.550.000,Rp. 12.200.000,-

Jumlah seluruhnya Rp. 31.341.000,Sisa dana yang ada Rp. 58.000.000,- - Rp. 31.341.000,- = Rp. 26.659.000,(dua puluh enam juta enam ratus lima puluh sembilan ribu rupiah) sesuai dengan peraturan bahwa sisa dana tersebut harus dikembalikan kepada Kasda Propinsi Jawa Timur melalui Bank Jatim, dimana terdakwa telah memperkaya diri sendiri atau orang lain, telah mempergunakan sisa dana program tersebut untuk membayar PBB Suhernowo alm. (Kaur Pemerintahan) tahun 2007 sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) dan untuk membayar melobikan agar terdakwa tidak didemo kepada 3 orang tidak dikenal Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah), sedangkan sisanya dipergunakan oleh terdakwa untuk kepentingan pribadi. Sampai batas laporan pertanggung jawaban pelaksanaan proyek dan keuangan pada bulan Maret 2008 dimana sampai saat ini belum dibuat. Akibat perbuatan terdakwa tersebut Negara mengalami kerugian kurang lebih sebesar Rp. 26.659.000,- (dua puluh enam juta enam ratus lima puluh sembilan ribu rupiah) atau setidak-tidaknya sejumlah itu. Perbuatan terdakwa ROHMAD BIN DULLAH MUKTI tersebut diatas sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 3 jo. Pasal 18 Undang-

10

undang Nomor : 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor : 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor : 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ; Menimbang, bahwa atas dakwaan Penuntut Umum tersebut, Penasehat Hukum terdakwa telah mengajukan Eksepsi (keberatan) secara tertulis yang dibacakan dan diserahkan di persidangan pada tanggal 11 Maret 2009 yang pada pokoknya menyatakan bahwa secara keseluruhan Jaksa Penuntut Umum dalam dakwaannya terdapat cacat hukum karena surat dakwaan tidak memenuhi syarat materiil, oleh karena surat dakwaan yang dikemukakan Jaksa Penuntut Umum disusun secara tidak cermat, tidak jelas, dan tidak lengkap, karena surat dakwaan tidak memenuhi persyaratan dalam pasal 143 ayat 2 huruf b KUHAP, maka dakwaan Jaksa Penuntut Umum harus dinyatakan batal demi hukum ; Menimbang, bahwa atas Eksepsi (keberatan) dari Penasehat Hukum terdakwa tersebut, Penuntut Umum telah pula mengemukakan pendapat dalam tanggapannya yang dibacakan dan diserahkan di persidangan pada tanggal 18 Maret 2009, yang selengkapnya sebagaimana terlampir dalam berita acara persidangan perkara ini ; Menimbang, bahwa untuk mempersingkat uraian dalam putusan ini, selengkapnya Eksepsi (keberatan) Penasehat Hukum terdakwa atas Surat Dakwaan Penuntut Umum serta pendapat Penuntut Umum atas Eksepsi (keberatan) Penasehat Hukum terdakwa tersebut, sebagaimana yang termuat dalam berita acara persidangan ini dan semuanya dianggap telah termuat dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam putusan ini ; Menimbang, bahwa sehubungan dengan Eksepsi (keberatan) dari Penasehat Hukum terdakwa tersebut, maka Majelis Hakim telah menjatuhkan Putusan Sela pada persidangan tanggal 23 Maret 2009, yang amarnya berbunyi sebagai berikut : 1. Menolak Eksepsi (keberatan) Penasehat Hukum terdakwa untuk seluruhnya ; 2. Memerintahkan kepada Jaksa Penuntut Umum untuk melanjutkan pemeriksaan perkara atas nama terdakwa ROHMAD BIN DULLAH MUKTI ; 3. Menangguhkan biaya perkara sampai dengan putusan akhir ;

11

Menimbang, bahwa untuk membuktikan dakwaannya Jaksa Penuntut Umum telah mengajukan saksi-saksi yang masing-masing telah memberikan keterangan di bawah sumpah di persidangan, maupun saksi yang keterangannya dibacakan di persidangan, yang pada pokoknya menerangkan sebagai berikut : 1. SUPARMAN, pada pokoknya menerangkan : Bahwa saksi pernah memberikan keterangan di depan Penyidik Polwil Kediri Resor Blitar ; Bahwa saksi memberikan keterangan mengenai masalah korupsi yang dilakukan oleh terdakwa (Pak Rohmad) ; Bahwa saksi kenal dengan terdakwa yaitu selaku Kepala Desa Bendowulung ; Bahwa saksi adalah mandor kuli dalam pembuatan jalan makadam yang luasnya 700 m2, yang terletak di Desa Bendowulung Kec. Bendowulung Kab. Blitar ; Bahwa yang menunjuk saksi menjadi mandor dalam proyek tersebut adalah Pak Lurah Rohmad ; Bahwa saksi mengetahui ada sisa dana dalam proyek pembangunan jalan makadam tersebut sebesar Rp. 26.000.000,- dan uang tersebut yang membawa adalah Pak Lurah Pohmad ; Bahwa saksi mengetahui dana program JPES dipakai untuk pembuatan jalan makadam di Desa Bendowulung sebesar Rp. 58.000.000,- ; Bahwa setahu saksi proyek tersebut sudah selesai dilaksanakan serta sudah tuntas semua, dan tidak ada pekerjaan yang lain ; Bahwa saksi mengetahui dana proyek tersebut masih ada sisanya dari catatan pembelian material milik saksi ; Bahwa dalam program JPES tsb, saksi tidak pernah mendapatkan SK pengangkatan sebagai Ketua Pokgakin, akan tetapi saksi hanya diberitahu oleh Pak Lurah, bahwa saksi ditunjuk juga sebagai Ketua Pokgakin, sekaligus menjadi mandor dalam pembuatan jalan macadam di Desa Bendowulung ; Bahwa saksi tidak pernah melihat maupun menerima surat, yang berupa susunan pengurus dalam pengerjaan proyek tersebut ; Bahwa setahu saksi, dalam proyek tersebut ada musyawarah, dan saksi diundang pada waktu musyawarah tersebut, kemudian saksi

12

hanya diajak belanja saja, sedangkan yang membeli material adalah Pak Lurah dan Susiono ; Bahwa seingat saksi, Saidi tidak pernah memberitahu bahwa dana untuk proyek pembuatan jalan macadam di Desa Bendowulung sebesar Rp. 58.000.000,- ; Bahwa saksi pernah menerima uang sebesar Rp. 500.000,- untuk batu, selain itu tidak ada ; Bahwa setahu saksi, untuk semua pekerja per hari dibayar ongkosnya sebesar Rp. 25.000,-, untuk 10 orang pekerja, selama 9 hari ; Bahwa setahu saksi, tidak ada uang lain yang dibayarkan kepada semua pekerja selain upah ; Bahwa menurut saksi, lokasi pembuatan jalan makadam tersebut telah sesuai dengan proposal pengajuan yang digunakan untuk pembangunan jalan makadam di Dusun Cepoko Desa Bendowulung, akan tetapi oleh keputusan Kepala Desa dipindahkan ke Dusun Pangru Desa Bendowulung Kec. Sanankulon Kab. Blitar, yang semula 400 m menjadi 700 m ; Bahwa setahu saksi, dana proyek tersebut turunnya sudah lama, sekitar tahun 2007 ; Bahwa menurut aturan proyek tersebut selesai dalam jangka waktu 3 bulan ; Bahwa seingat saksi, terdakwa belum membuat pertanggung jawaban keuangan dalam proyek tersebut ; Bahwa tugas saksi sebagai mandor adalah mengawasi pekerjaan semua pekerja (tukang dan kuli), dan memerintahkan adalah Pak Rohmad ; Bahwa yang merekrut para pekerja tersebut adalah saksi sendiri dan Susiono, dan semua pekerja berasal dari orang sekitar Desa Pangru ; Bahwa yang membagi tugas dan memberi ongkos tukang adalah Pak Susiono, sedangkan saksi yang membagi ongkos kuli (pekerja) dengan ongkos per hari sebesar Rp. 25.000,- ; Bahwa biaya keseluruhan yang dikeluarkan untuk proyek tersebut sekitar Rp. 30.000.000,- lebih ; Bahwa jumlah anggaran yang diberikan pemerintah sebesar Rp. 58.000.000,- untuk proyek tersebut, apakah habis atau tidak, saksi tidak tahu ;

13

Bahwa saksi tidak tahu apa nama proyek tersebut, yang saksi tahu bahwa proyek tersebut digunakan untuk pembangunan jalan makadam yang direncanakan 400 m menjadi 700 m ;

Bahwa selama saksi mengurusi proyek tersebut, tidak disertai pengaspalan jalan, akan tetapi hanya pengerasan jalan ; Bahwa setahu saksi, dalam pengerjaan jalan makadam tersebut dibutuhkan yaitu batu 41 truck @ Rp. 350.000,-, pasir 21 truck @ Rp. 160.000,-, tanah urug 24 truck @ Rp. 160.000,- ;

Bahwa saksi tidak menanyakan kepada Pak Lurah dan Pak Saidi selaku bendahara, berapa biaya yang sudah dikeluarkan atau tersisa dari pelaksanaan proyek tersebut ;

Bahwa setahu saksi, uang proyek tersebut semuanya disimpan di bank, lalu yang mengambil adalah Pak Lurah dan Pak Saidi ; Bahwa waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek tersebut adalah 9 hari dengan 14 orang pekerja, termasuk tukang ; Bahwa setahu saksi, ongkos pekerja (kuli) adalah sebesar Rp. 25.000,- sedangkan ongkos tukang adalah sebesar Rp. 40.000,- ; Bahwa saksi hanya membayarkan ongkos 10 orang kuli, sedangkan 4 orang tukang yang membayarkan adalah Pak Susiono ; Bahwa yang melaporkan kasus ini ke Polisi adalah saksi sendiri ; Bahwa saksi melaporkan mengenai masalah sisa dana proyek pembuatan jalan yang dibawa oleh Pak Lurah ; Bahwa saksi mengetahui ada sisa uang dari proyek tersebut yaitu dengan cara saksi menghitung sendiri sesuai dana yang dikeluarkan, dan masih ada sisa dana kurang lebih Rp. 26.000.000,- ;

Bahwa saksi tidak tahu sisa dana tersebut digunakan untuk apa, tetapi saksi pernah menanyakan kepada Pak Lurah, katanya untuk membangun tempat bandoso (keranda), tetapi sampai sekarang belum dibangun ;

Bahwa saksi tidak tahu mengapa proyek tersebut dialihkan, yang semula di Dusun Cepoko kemudian dialihkan ke Desa Pangru ; Bahwa saksi tidak pernah menyakan sisa dana tersebut kepada Pak Lurah ; Bahwa setahu saksi, proyek tersebut menurut terdakwa habisnya sekitar Rp. 30.000.000,- akan tetapi terdakwa tidak pernah mengatakan berapa sisa dananya ;

14

Bahwa saksi mengetahui dana proyek tersebut dicairkan 2 kali dari Pak Saidi, tetapi saksi tidak tahu kapan dana tersebut dicairkan ; Bahwa setahu saksi, tidak ada sisa dana lain pada saat saksi melaporkan ke Polisi ; Bahwa setahu saksi, sisa dana proyek tersebut, dahulu yang membawa adalah Pak Lurah, dan saksi mengetahuinya dari Pak Saidi; Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa

menyatakan ada yang benar dan ada yang salah dan melalui Penasehat Hukumnya, akan ditanggapi dalam pembelaan ; 2. SAIDI, pada pokoknya menerangkan : Bahwa saksi pernah memberikan keterangan di depan Penyidik Polwil Kediri Resor Blitar ; Bahwa saksi memberikan keterangan mengenai masalah korupsi yang dilakukan oleh terdakwa (Pak Lurah) ; Bahwa saksi kenal dengan terdakwa yaitu selaku Kepala Desa Bendowulung ; Bahwa saksi adalah bendahara proyek atas nama Pokgakin yang ditunjuk oleh Pak Lurah, untuk proyek pembangunan jalan makadam yang terletak di Desa Bendowulung, tetapi tidak ada surat penunjukannya ; Bahwa setahu saksi, rencana pembangunan jalan tersebut semula direncanakan sepanjang 400 m di Desa Cepoko Kec. Sanankulon Kab. Blitar, tetapi kemudian dialihkan menjadi 700 m ke Desa Pangru Kec. Sanankulon Kab. Blitar ; Bahwa semula saksi tidak diajak musyawarah dalam proyek pembangunan jalan tersebut, tetapi pada saat dana turun sebesar Rp. 58.000.000,- baru kemudian ada musyawarah ; Bahwa setahu saksi dana proyek tersebut berasal dari pemerintah Kab. Blitar sesuai dengan proposal yang diajukan ; Bahwa saksi adalah masyarakat biasa, bukan aparat desa ; Bahwa dalam proyek tersebut ada struktur organisasinya, tetapi saksi tidak mempunyai surat penunjukkan, namun hanya mengetahui bahwa saksi sebagai bendahara ; Bahwa saksi ikut dalam pencairan dana tersebut bersama-sama dengan Pak Lurah, dan saksi mencairkan dana tersebut di Bank Jatim

15

sebanyak 2 kali yaitu yang pertama tanggal 5 Desember 2007, lalu yang kedua tanggal 27 Desember 2007 ; Bahwa dana tersebut sudah dipergunakan untuk pembuatan jalan, antara lain untuk pembelian material, dll ; Bahwa yang menerima uang tersebut adalah saksi sendiri, kemudian saksi titipkan kepada Pak Lurah demi keamaan karena rumah saksi tidak memadai untuk menyimpan uang tersebut ; Bahwa yang membelanjakan bahan-bahan material tersebut adalah LPPD dan Pak Lurah ; Bahwa yang menjalankan/mengatur keuangan proyek tersebut ada 2 orang, yaitu saksi sendiri dan Pak Lurah, dimana saksi bertugas mengeluarkan kwitansi, dan saksi tidak membawa uang proyek tersebut, tetapi yang menyimpan uang tersebut adalah Pak Lurah ; Bahwa saksi tidak membawa uang padahal saksi sebagai bendahara, karena saksi menyatakan tidak mampu melaksanakan tugas serta tanggung jawab sebagai bendahara, oleh karena itu pada waktu pertemuan dan sesuai dengan kesepakatan saksi menyerahkan tugas dan tanggung jawab bendahara tersebut kepada LPPD, dan saksi mengatakan bahwa uang sudah dicairkan ; Bahwa saksi mengetahui dana sebesar Rp. 58.000.000,- tersebut dibelanjakan untuk apa saja, dari kwitansi yang ada, dan saksi tidak tahu berapa banyak uang yang sudah dikeluarkan ; Bahwa saksi belum melaporkan pertanggung jawaban keuangan proyek tersebut, karena menurut saksi belum ada penyelesaian ; Bahwa saksi tidak segera menyelesaikan pertanggung jawaban keuangan proyek tersebut karena Pak Parman tidak mau diajak untuk menyelesaikan ; Bahwa saksi mengetahui sisa uang tersebut adalah sebesar Rp. 16.900.000,-, tetapi saksi tidak tahu apakah sisa uang tersebut adalah sisa uang proyek atau uang Pak Lurah pribadi ; Bahwa setahu saksi yang menjadi sasaran dan yang berhak menerima proyek tersebut adalah harus dari Pokgakin ; Bahwa saksi menerima uang sebesar Rp. 100.000,- dan dikasih sebanyak 2 kali oleh Pak Lurah, sebagai pengganti saksi tidak menarik becak, tetapi uang itu bukanlah uang proyek melainkan uang pribadi Pak Lurah sendiri ;

16

Bahwa saksi sama sekali tidak membukukan keluar masuknya uang tersebut, akan tetapi saksi hanya menerima kwitansi ; Bahwa saksi sudah mendapat ijin dari LPPD, dimana saksi hanya mencairkan uang tersebut di Bank, kemudian uang tersebut saksi berikan kepada Pak Lurah ;

Bahwa yang menyuruh saksi untuk menandatangani kwitansi tersebut adalah Pak Lurah, dan saksi melakukannya secara sukarela ; Bahwa saksi tidak pernah diberi pengarahan tentang pencairan dana tersebut, apakah harus diambil semua atau sedikit demi sedikit ; Bahwa saksi tidak tahu siapa yang membuat surat-surat maupun kwitansi sehubungan dengan proyek tersebut ; Bahwa setahu saksi, yang membeli barang untuk keperluan proyek tersebut adalah LPPD dan Pak Lurah, dimana ketua LPPD-nya adalah Pak Susiono ;

Bahwa saksi tidak tahu ada nota-nota yang diserahkan kepada saksi, yang saksi tahu hanyalah kwitansi untuk pembelian barang ; Bahwa saksi tidak tahu berapa biaya yang dikeluarkan untuk pembelian material, karena yang saksi tahu bahwa yang membeli material tersebut adalah LPPD dan Pak Lurah ;

Bahwa buku tabungan yang berfungsi untuk menerima dana proyek tersebut atas nama saksi sendiri, dan saksi pernah melihat buku tabungan tersebut pada saat saksi mencairkan dana, yang kemudian saksi titipkan kepada Pak Lurah, setiap kali saksi selesai mencairkan dana tersebut bersama dengan Pak Lurah ;

Bahwa setahu saksi, kwitansi yang diterima oleh saksi kurang lebih 510 lembar, dan di dalam kwitansi tersebut disebutkan pembelian material secara keseluruhan, tetapi saksi tidak bisa menjumlah total keseluruhan kwitansi tersebut ;

Bahwa saksi tidak pernah menanyakan hal tersebut kepada LPPD, karena saksi tidak tahu mengenai hal tersebut, dan saksi sudah mempercayakannya kepada LPPD ;

Bahwa saksi belum menanyakan kepada LPPD apakah kwitansi yang diterima oleh saksi sudah sesuai dengan uang yang dicairkan tersebut, karena menurut saksi belum ada penyelesaian ;

Bahwa mengenai pencairan kedua, saksi tidak tahu apakah uang yang dicairkan tersebut, jumlahnya sesuai atau tidak ;

17

Bahwa setahu saksi, sisa uang sebesar Rp. 16.900.000,- tersebut ada di Bank, tetapi saksi tidak tahu itu uang kelebihan atau apa, dan yang menyetorkan uang tersebut adalah saksi dengan Pak Lurah ;

Bahwa saksi tidak pernah menanyakan kepada Pak Lurah, apakah ada sisa dana dari pembangunan jalan tersebut ; Bahwa setahu saksi, yang menulis pada kwitansi tersebut adalah Pak Lurah, dan yang menandatangani kwitansi tersebut adalah saksi ; Bahwa setahu saksi, pernah diadakan musyawarah antara Kepala Desa dengan Pokgakin dan LPPD, pada waktu mengalihkan proyek dari Desa Cepoko Kec. Sanankulon Kab. Blitar ke Desa Pangru Kec. Sanankulon Kab. Blitar ;

Bahwa jangka waktu pencairan dana yang pertama dan yang kedua adalah 22 hari, kemudian pekerjaan dimulai, setelah musyawarah pada bulan Januari, pencairan yang kedua dan dilaksanakan sampai selesai ;

Bahwa setahu saksi, yang pertama sudah ada pertanggungjawaban, sedangkan yang kedua belum ada pertanggungjawaban karena belum ada penyelesaian, ternyata sudah menjadi masalah ;

Bahwa setahu saksi, ada pengarahan dari pendamping proyek yang menyarankan apabila terdapat sisa dana, maka sisa dana tersebut dimasukkan kembali ke tabungan ; Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa

menyatakan ada yang benar dan ada yang salah dan melalui Penasehat Hukumnya, akan ditanggapi dalam pembelaan ; 3. HERMANSYAH RUSIANTO, pada pokoknya menerangkan : Bahwa saksi pernah memberikan keterangan di depan Penyidik Polwil Kediri Resor Blitar ; Bahwa saksi memberikan keterangan mengenai masalah proyek PAM- DKB Gakin ; Bahwa setahu saksi dana proyek tersebut diperoleh dari pemerintah yang diberikan kepada Desa Bendowulung Kec. Sanankulon Kab. Blitar sebesar Rp. 58.000.000,-, dan saksi mengetahuinya dari DUP ; Bahwa yang menjabat sebagai Kepala Desa Bendowulung pada waktu itu adalah terdakwa (Pak Rohmad) ; Bahwa di Desa Bendowulung ada pembentukan Forum Komunikasi Masyarakat Desa dan saksi adalah sebagai Ketua II, dan yang

18

membentuk forum tersebut adalah masyarakat desa, yang tugasnya hanya membantu segala sesuatu permasalahan yang disampaikan kepada forum ; Bahwa saksi tidak tahu tahun berapa bantuan dari Pemerintah tersebut diberikan, tetapi untuk peruntukkannya saksi mengetahuinya pada saat saksi melihat proposal yaitu untuk perbaikan jalan makadam tersebut ; Bahwa saksi tidak pernah membaca proposal tersebut, saksi juga tidak tahu siapa yang membuat proposal tersebut ; Bahwa saksi tidak tahu sejak kapan proyek tersebut dimulai, dan kapan proyek tersebut berakhir, karena tempat tinggal saksi jauh dari lokasi ; Bahwa saksi tidak mengetahui susunan pengurus pada proyek tersebut ; Bahwa setahu saksi ada sisa dana dari proyek tersebut, tetapi saksi tidak tahu pasti berapa jumlahnya ; Bahwa setahu saksi kondisi jalan makadam tersebut rusak dan berlubang, dan saksi mengetahui kondisi tersebut empat bulan setelah pengerjaan proyek tersebut selesai ; Bahwa saksi tidak tahu di desa Bendowulung ada musyawarah desa untuk pembangunan jalan makadam atau tidak ; Bahwa jalan yang akan diperbaiki tersebut sepanjang 400 m yang semula di Desa Cepoko di alihkan ke Desa Pangru ; Bahwa saksi mengetahui dana proyek sebesar Rp. 58.000.000,- dari DUP (Daftar Usulan Proyek) ; Bahwa setahu saksi proyek tersebut dilaksanakan sesuai dengan proposal, yaitu dalam proposal disebutkan pembangunan jalan makadam tersebut sepanjang 400 m, kemudian ditambah menjadi 700 m ; Bahwa dana proyek yang turun sesuai dengan keterangan Pak Parman sejumlah Rp. 58.000.000,- pembayarannya dilakukan dua kali, dan pencairanya masing-masing sebesar Rp. 29.000.000,- ; Bahwa saksi tidak tahu dana sebesar Rp. 58.000.000,- tersebut sudah dilaporkan semua atau belum ;

19

Bahwa benar setelah dana diambil oleh bendahara, selanjutnya buku tabungan diminta dan dibawa oleh terdakwa sampai pelaksanaannya berlangsung, dan yang mencairkan dana tersebut adalah terdakwa ;

Bahwa saksi mengetahui hal tersebut dari Pak Parman ; Bahwa dana proyek tersebut yang membawa adalah Pak Lurah, tetapi saksi tidak tahu berapa jumlahnya ; Bahwa dalam proyek tersebut yang saksi monitor adalah sisa anggaran dari proyek tersebut, yang perkiraannya sebesar Rp. 17.000.000,- ;

Bahwa sisa dana sebesar Rp. 17.000.000,- tersebut yang tahu persis adalah Pak Parman, dari catatan pembelian material milik Pak Parman, yang saksi lihat dan tanyakan kepada Pak Parman sendiri ;

Bahwa saksi tidak tahu berapa dana yang sudah dikeluarkan untuk pengerjaan proyek tersebut ; Bahwa saksi tidak pernah menanyakan sisa dana proyek tersebut kepada terdakwa dan LPPD, dihubungkan dengan catatan milik pak Parman tersebut, akan tetapi saksi dan Pak Parman langsung melaporkanya kepada pihak Kepolisian ; Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa

menyatakan ada yang benar dan ada yang salah, dan melalui Penasehat Hukumnya akan ditanggapi dalam pembelaan ; 4. TUWUH SUSIONO, S.Sos, pada pokoknya menerangkan : Bahwa saksi pernah memberikan keterangan di depan Penyidik Polwil Kediri Resor Blitar ; Bahwa saksi memberikan keterangan mengenai masalah tindak pidana korupsi proyek pembuatan jalan makadam di Desa Bendowulung Kec. Sanankulon Kab. Blitar ; Bahwa proyek tersebut dananya berasal dari pemerintah Kab. Blitar sebesar Rp. 58.000.000,- ; Bahwa kedudukan saksi dalam proyek tersebut adalah sebagai Ketua LPPD, yang tugasnya menampung aspirasi masyarakat terhadap pembangunan kesejahteraan masyarakat desa ; Bahwa yang berhak mendapatkan proyek tersebut adalah kelompok Gakin ;

20

Bahwa pada waktu pembentukan kelompok Gakin saksi tidak hadir, dan setahu saksi yang duduk dalam kepengurusan proyek tersebut adalah harus kelompok Gakin ;

Bahwa setahu saksi dana proyek yang turun sebanyak 2 kali, pada termin pertama adalah sebesar 50% yaitu sebesar Rp. 29.000.000,dan termin kedua 50% sebesar 29.000.000,- yang total kesuluhannya sebesar 58.000.000,- dan saksi mengetahuinya dari proposal ;

Bahwa saksi mengetahui program pembuatan jalan makadam tersebut dipindahkan dari Desa Cepoko ke Desa Pangru, pada saat musyawarah saksi mengusulkan hal tersebut, dan sudah ada kesepakatan serta persetujuan dari kelompok Gakin ;

Bahwa usulan perbaikan jalan tersebut semula adalah 3 x 400 m, akan tetapi pelaksanaannya menjadi 3 x 700 m ; Bahwa pada waktu pelaksanaan proyek, dan atas kesepakatan Kepala Desa dan Ketua Panitia, saksi bertugas untuk membantu menangani pelaksanaan proyek tersebut, karena kelompok Gakin merasa kurang mampu untuk menangani pelaksanaan proyek tersebut, dan saksi membantu menangani pelaksanaan proyek tersebut, bukan atas nama LPPD akan tetapi atas nama pribadi ;

Bahwa saksi pernah mendapatkan uang honor sebesar Rp. 500.000,dari terdakwa (Pak Rohmad) ; Bahwa setahu saksi, proyek tersebut dilaksanakan selama kurang lebih 8 hari ; Bahwa setahu saksi, dalam pembelian material, tidak semua Pak Lurah yang membeli, akan tetapi saksi juga pernah diajak oleh Pak Lurah untuk membeli material sehubungan dengan adanya proyek tersebut ;

Bahwa yang membayar semua pembelian material dalam proyek tersebut adalah Pak Lurah, yang jumlah keseluruhannya sebesar Rp. 12.200.000,- dan saksi disuruh Pak Lurah untuk menandatangani catatan pengeluaran tersebut ;

Bahwa saksi tidak tahu berapa sisa dana proyek yang masih ada, sepengetahuan saksi dana tersebut ada di bendahara, dan sebagian lagi ada di rekening tabungan ;

21

Bahwa setahu saksi pembelian material dilakukan sebanyak 2 kali dengan jumlah keseluruhanya sebesar Rp. 12.200.000,-, termasuk didalamnya juga untuk onkos pekerjaan tukang ;

Bahwa saksi mengetahui ada sisa dana dari proyek tersebut dari Suparman ; Bahwa saksi pernah menanyakan kepada terdakwa apakah ada sisa dana dari proyek tersebut, lalu terdakwa mengatakan bahwa karena belum ada laporan, terdakwa tidak bisa menjelaskan, akan tetapi sisanya ada di bendahara ;

Bahwa dalam proyek tersebut saksi tidak tahu apakah sudah dibuatkan surat pertanggung jawaban (SPJ) atau belum ; Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa

menyatakan ada yang benar dan ada yang salah, dan melalui Penasehat Hukumnya akan ditanggapi dalam pembelaan ; 5. SUNYOTO, pada pokoknya menerangkan : Bahwa saksi pernah memberikan keterangan di depan Penyidik Polwil Kediri Resor Blitar ; Bahwa saksi memberikan keterangan sehubungan dengan pembangunan jalan makadam perbatasan antara Dusun Pangru dengan Dusun Kumprit di Desa Bendowulung Kec. Sanankulon Kab. Blitar ; Bahwa tugas saksi dalam proyek tersebut di Dinas Kimpraswil sebagai operator mesin gilas (wales) ; Bahwa saksi melaksanakan pekerjaan itu berdasarkan atas perintah dinas secara lisan oleh pimpinan saksi yaitu Pak Sunardi, bahwa saksi disuruh ke Desa Bendowulung untuk mengerjakan (memadatkan) proyek jalan makadam sepanjang 3 x 700 m ; Bahwa sebelum saksi melaksanakan pekerjaan tersebut, saksi bertemu dengan Pak Tuwuh yang membutuhkan mesin gilas (wales), untuk memadatkan jalan makadam di Desa Bendowulung, dan saksi mengatakan harus antri terlebih dahulu, setelah itu oleh pimpinan saksi mesin gilas (wales) tersebut dikirim ke Desa Bendowulung ; Bahwa biaya yang dikeluarkan untuk menggilas atau memadatkan jalan makadam di Desa Bendowulung dengan panjang 3 x 700 m adalah sebesar Rp. 2.400.000,- dengan perincian, mobilisasi = Rp. 900.000,- operasional pelaksana (@ Rp. 195.000,- x 5 hari) = Rp.

22

975.000,- sewa wales (@ Rp. 105.000,- x 5 hari) = Rp. 525.000,- dan atas pengeluaran biaya tersebut ada bukti kwitansi pembayarannya, dan saksi yang menandatangani kwitansi tersebut ; Bahwa saksi memadatkan jalan makadam tersebut selama 5 hari kerja akan tetapi saksi tidak ingat kapan saksi mulai mengerjakan proyek tersebut ; Bahwa saksi tidak tahu berapa biaya proyek tersebut secara keseluruhan, dan saksi tidak tahu juga bahwa di dalam proposal proyek tersebut diajukan sepanjang 400 m ; Bahwa selama saksi mengerjakan proyek tersebut di Desa Bendowulung, saksi tidak pernah sama sekali bertemu dengan Pak Rohmad dan Suparman ; Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa menyatakan tidak tahu karena tidak ada urusan (berhubungan) dengan saksi; 6. KOMARUDIN, S.Sos, pada pokoknya menerangkan : Bahwa saksi pernah memberikan keterangan di depan Penyidik Polwil Kediri Resor Blitar ; Bahwa saksi memberikan keterangan mengenai masalah proyek JPES PAM-DKB yang ada di Desa Bendowulung Kec. Sanankulon Kab. Blitar ; Bahwa saksi adalah pembantu pendamping Kec. Sanankulon Kab. Blitar, yang ditunjuk untuk menggantikan posisi pemdamping sebelumnya yaitu Bu Susiani (sesuai SK), yang mengundurkan diri sebagai pendamping proyek tersebut, sehingga saksi yang kemudian ditunjuk oleh pemerintah daerah Kab. Blitar, untuk mengurusi masalah program JPES tersebut ; Bahwa tugas saksi sebagai pembantu pendamping proyek tersebut adalah membantu proses awal, sebelum proyek turun, jadi lebih banyak ke penelusuran, sosialisasi tentang program pokja JPES, dan bukan pendamping secara teknis ; Bahwa saksi bertugas menjadi pendamping proyek tersebut selama 3 bulan, sejak bulan September 2007 sampai akhir bulan Desember 2007 ;

23

Bahwa program tersebut berasal dari Propinsi, sedangkan dana dari program tersebut berasal dari pemerintah Kab. Blitar, yang diberikan kepada Desa Bendowulung Kec. Sanankulon Kab. Blitar ;

Bahwa

besarnya

dana

proyek

tersebut

adalah

sebesar

Rp.

58.000.000,- dan dipergunakan untuk pembuatan jalan makadam ; Bahwa saksi tidak setiap hari mengikuti kegiatan dalam pengerjaan proyek tersebut dan saksi tidak ingat berapa kali melakukan pemantauan ; Bahwa saksi tidak tahu apakah proyek tersebut semua sudah sesuai dengan acuan yang ada atau tidak, karena ketika saksi ditunjuk sebagai pembantu pendamping, proses pengerjaan proyek tersebut sudah berjalan sejak awal (sejak sebelum saksi ditunjuk menjadi pembantu pendamping) ; Bahwa setahu saksi, program tersebut ada juklaknya dan juklaknya ditandatangani Sekda Propinsi Jawa Timur ; Bahwa setahu saksi, sesuai dengan juklak pengerjaan proyek tersebut tidak boleh diborongkan, akan tetapi harus dikerjakan oleh masyarakat/tenaga setempat dan tidak boleh menggunakan alat berat, karena di dalam juklak tidak disebutkan mengenai alat berat tersebut ; Bahwa pada waktu saksi ke Desa Bendowulung, saksi bertemu dengan Pak Lurah dan perangkat desa, dan saksi menanyakan kapan mulai dilaksanakan pengerjaan proyek tersebut ; Bahwa setahu saksi, pengerajaan proyek tersebut dilaksanakan sekitar pertengahan Januari 2008, dan dana proyek tersebut diterimakan pada awal Desember 2007 ; Bahwa menurut juklak, tidak disebutkan berapa lama proses pengerjaan proyek tersebut, akan tetapi didalam juklak disebutkan apabila sampai tahun anggaran proyek tersebut belum dilaksanakan, dana proyek tersebut harus dikembalikan ; Bahwa setahu saksi, laporan pertanggung jawaban proyek tersebut pada termin pertama sudah dilaksanakan, sedangkan laporan pertanggung jawaban pada termin kedua, saksi tidak tahu ; Bahwa setahu saksi, penggunaan dana untuk kegiatan lain selain yang ada dalam proposal, tidak diperbolehkan ;

24

Bahwa

setahu

saksi,

Kepala

Desa

tidak

dibenarkan/tidak

diperbolehkan untuk mengelelola dana proyek program JPES PAMDKB tersebut, karena tugas Kepala Desa adalah sebagai Pembina dalam proyek tersebut ; Bahwa saksi membenarkan, penerima bantuan menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan sebagai bentuk pertanggung jawaban kepada Gubernur Jawa Timur, selambat-lambatnya 3 bulan setelah uang bantuan tersebut diterima ; Bahwa setahu saksi, apabila ada sisa dana dari proyek tersebut, sesuai dengan juklak harus dikembalikan ; Bahwa setahu saksi, proyek tersebut seharusnya selesai pada akhir Desember 2007, tetapi karena pencairan dananya terlambat yaitu pada sekitar awal bulan Desember 2007, maka penyelesaian pengerjaan proyek tersebut juga mengalami keterlambatan ; Bahwa saksi tidak tahu mengenai teknis pencairan dana program JPES tersebut ; Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa menyatakan membenarkan keterangan saksi ; 7. Drs. ABIT SUBAGYO, pada pokoknya menerangkan : Bahwa saksi pernah memberikan keterangan di depan Penyidik Polwil Kediri Resor Blitar ; Bahwa saksi bertugas di Kasubid. Pendidikan Mental Spiritual dan Pemerintahan di BAPEDA Kab. Blitar, dan kaitan saksi dengan perkara ini adalah sebagai PPTK (Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan) terkait dengan program JPES, yang tugasnya melakukan koordinasi dan evaluasi bersama dengan Tim Koordinasi Kabupaten (TKK) ; Bahwa saksi memberikan keterangan sehubungan dengan perkara terdakwa, yang kaitannya dengan saksi bahwa secara prosedural sesuai petunjuk sudah dilaksanakan yaitu memberikan sosialisasi tentang penjabaran/petunjuk umum program dan kegiatan JPES di tingkat Kabupaten, Kecamatan dan Desa ; Bahwa setahu saksi, yang melakukan sosialisasi adalah Tim dari tingkat Kabupaten ; Bahwa setahu saksi, Desa Bendowulung mengajukan proposal perbaikan jalan pada tahun 2007, dimana proposal tersebut disebutkan bahwa program JPES untuk masyarakat dari masyarakat,

25

dilaksanakan oleh Pokgakin untuk digunakan oleh masyarakat padat karya ; Bahwa besarnya dana yang diajukan dalam proposal proyek tersebut yaitu sebesar Rp. 58.000.000,- dan digunakan untuk perbaikan jalan makadam ; Bahwa penyelesaian program tersebut, sesuai evaluasi hasil laporan sudah sesuai dengan pengajuan yaitu 3 x 700 m ; Bahwa dalam proposal pengajuan proyek tersebut disebutkan 3 x 400 m, akan tetapi kenyataan di lapangan proyek tersebut menjadi 3 x 700 m, setahu saksi hal ini diperbolehkan karena semacam program stimulan, apabila bisa dikembangkan atas swadaya masyarakat, maka hal tersebut diperbolehkan ; Bahwa setahu saksi, dana proyek tersebut dicairkan untuk tahap I yaitu pada tanggal 5 Desember 2007 ; Bahwa setahu saksi, jangka waktu pelaksanaan dan pelaporan yang dibutuhkan yaitu sampai akhir Desember 2007 harus sudah selesai untuk pelaksanaan, tetapi oleh karena ada sosialisasi untuk pencairan tahap II mundur sampai akhir Desember 2007, maka untuk penyelesaian keseluruhan proyek tersebut, baik pelaksanaan dan pelaporan, dijadwalkan sampai akhir Maret 2008 ; Bahwa dana tersebut tidak dapat dipergunakan untuk kegiatan lain, dan haruslah sesuai dengan usulan/proposal ; Bahwa dalam proyek tersebut Desa Bendowulung sudah membuat pertanggung jawaban untuk termin pertama, sedangkan untuk termin yang kedua sampai sekarang belum membuat pertanggung jawaban dan dilaporkan, karena sudah ada permasalahan ini ; Bahwa tugas saksi secara riil sebagai pejabat pelaksana teknis kegiatan (PPTK) adalah mensosialisasi program sesuai petunjuk umum, melakukan monitoring evaluasi di lapangan, dan melakukan kunjungan kerja ; Bahwa seingat saksi, pada waktu sosialisasi pesertanya adalah para Camat, pendamping Pokmas, dan Kepala Desa/Kelurahan seKabupaten, dimana nara sumbernya yaitu Tim Koordinasi Kabupaten (TKK) dan Bakorwil Biro AP (Administrasi Pembangunan) Propinsi Jawa Timur di Madiun ;

26

Bahwa setahu saksi, pada waktu sosialisasi tersebut disampaikan juga bagaimana aturan-aturan yang ada dalam proyek tersebut, termasuk juga bagaimana tugas Kepala Desa dalam proyek tersebut ;

Bahwa dana proyek untuk setiap desa yaitu semua desa variabelnya antara Rp. 58.000.000,- sampai Rp. 60.000.000,-, tergantung dari usulan/proposal yang ada dan yang dikabulkan ;

Bahwa setahu saksi, dalam laporan termin I proyek pembangunan jalan di Desa Bendowulung yang saksi terima, proyek tersebut telah selesai dilaksanakan, akan tetapi saksi sendiri tidak tahu bagaimana penyelesaian pelaksanaan pembangunan jalan tersebut dan saksi tidak pernah mengecek secara fisik ;

Bahwa yang melaksanakan proyek tersebut di tingkat Desa yaitu Pokmas dan Pokgakin ; Bahwa setahu saksi, tugas Kepala Desa dalam proyek tersebut adalah sebagai Pembina/Pengawas yang ikut bertanggung jawab dalam kegiatan, serta memberikan evaluasi dalam pelaksanaan penyelesaian proyek tersebut ;

Bahwa setahu saksi, Kepala Desa tidak boleh merangkap jabatan dalam pelaksanaan proyek tersebut ; Bahwa pelaksanaan proyek padat karya tersebut, tidak diperbolehkan dilaksanakan diluar Pokmas/Pokgakin, dan harus sesuai dengan petunjuk dari Pokmas/Pokgakin ;

Bahwa dalam pelaksanaan proyek tersebut, harus ada pendamping yang mendampingi Pokgakin, oleh karena banyak Pokgakin yang buta huruf dan merasa tidak mampu dalam melaksanakan proyek tersebut, dimana hal tersebut sudah sesuai dengan usulan Kepala Desa pada waktu sosialisasi ;

Bahwa setahu saksi, apabila pendamping sebelum proyek selesai dan kontraknya sudah habis, maka untuk kelancaran proses administrasi Kepala Desa diperbolehkan untuk mengambil alih penyelesaian pelaksanaan proyek tersebut, dan tidak diperbolehkan mengambil alih penyelesaian pelaksanaan proyek tersebut selain proses administrasi ;

Bahwa setahu saksi, pemerintah kabupaten tidak memberikan semacam daftar tarif upah pekerja, akan tetapi tergantung masingmasing desa, minimal Rp. 25.000,- per hari, bisa juga lebih ;

27

Bahwa menurut saksi, dalam proyek pembangunan jalan di Desa Bendowulung, tidak ada sisa dana dari proyek tersebut karena sudah dilaporkan, serta sudah sesuai dengan prosedur dan tidak ada penyimpangan ;

Bahwa setahu saksi, dana proyek termin II turun pada tanggal 27 Desember 2007, sebesar Rp. 29.000.000,- ; Bahwa saksi belum pernah menerima pelaporan termin II dari proyek tersebut, karena setahu saksi kendalanya adalah belum ada penyelesaian dalam pelaksanaan proyek tersebut, sehingga Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ)-nya belum dilaporkan ;

Bahwa seharusnya Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) tersebut sudah harus diselesaikan dan dilaporkan dalam jangka waktu 3 bulan, setelah pencairan dana proyek tersebut, dimana hal tersebut diatas diatur dalam Pedoman Umum (Pedum) ;

Bahwa setahu saksi, pendamping proyek tidak sampai selesai mendampingi proyek tersebut karena SK pendamping batas waktunya sampai akhir Desember, dan pendamping sudah lepas sama sekali meskipun proyek belum tuntas ;

Bahwa saksi tidak tahu dalam proyek tersebut ada sisa dana atau tidak ; Bahwa semua dana dari pemerintah harus dipertanggung jawabkan, dan apabila ada sisa dana dalam proyek tersebut, tidak diperbolehkan lagi dibelanjakan untuk material dan harus dikembalikan kepada Negara ;

Bahwa menurut saksi, apabila dalam satu proyek terdapat sisa dana, akan tetapi sisa dana tersebut tidak dikembalikan ke Kas Negara adalah merupakan penyimpangan ;

Bahwa setahu saksi, Desa Bendowulung mendapatkan dana bantuan dari pemerintah sebanyak 2 kali, yaitu pada tahun 2006 dari PAMDKB dan pada tahun 2007 dari Program JPES ; Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa

menyatakan membenarkan keterangan saksi ; 8. ZAENAL FATONI, pada pokoknya menerangkan : Bahwa saksi pernah memberikan keterangan di depan Penyidik Polwil Kediri Resor Blitar ;

28

Bahwa tugas saksi adalah sebagai pendamping pembantu pada tingkat kecamatan dan yang menunjuk saksi adalah Tim Koordinasi Kabupaten (TKK) secara lisan ;

Bahwa untuk melaksanakan tugas sebagai pendamping pembantu tersebut, saksi mengetahuinya dari Pedum ; Bahwa saksi mulai melaksanakan tugas sebagai pendamping pembantu untuk Desa Bendowulung yaitu akhir Sepetember 2007, dan yang saksi dampingi seluruhnya ada 9 desa ;

Bahwa setahu saksi, dana proyek sebesar Rp. 58.000.000,- tersebut dipergunakan untuk pembuatan jalan makadam dan dicairkan sebanyak 2 tahap, dan masing-masing tahap sebesar Rp. 29.000.000,- ;

Bahwa setahu saksi, dana proyek tersebut turun yaitu antara bulan Nopember sampai dengan bulan Desember 2007 ; Bahwa yang seharusnya menerima dana tersebut adalah Pokgakin, sedangkan Kepala Desa sebagai pembimbing, dan yang mencairkan dana tersebut sesuai dengan Pedoman Umum (Pedum) adalah bendahara Pokgakin ;

Bahwa setahu saksi, apabila usulan yang telah disetujui dialihkan ke lokasi lain, sesuai dengan petunjuk tidak diperbolehkan ; Bahwa menurut Pedoman Umum (Pedum), kewajiban bendahara tidak diperbolehkan dialihkan ke orang lain tanpa sepengetahuan dari pemerintah ;

Bahwa setahu saksi, sesuai dengan petunjuk Kepala Desa sebagai pelindung tidak diperbolehkan merangkap sebagai bendahara ataupun membelanjakan material dan hal tersebut diatas semuanya diatur di dalam Pedoman Umum (Pedum) ;

Bahwa apabila ada sisa dana dalam proyek tersebut, menurut pedoman umum (Pedum) harus dikembalikan ke Kas Negara ; Bahwa menurut Pedoman Umum (Pedum), untuk kegiatan lain/untuk pembelian barang yang tidak ada hubungannya dengan program ini, tidak diperbolehkan ;

Bahwa saksi tidak tahu kapan proyek tersebut mulai berjalan, dan setahu saksi sampai dengan akhir bulan Desember 2007, dimana tugas saksi sebagai pendamping pembantu proyek tersebut berakhir, proyek tersebut belum berjalan ;

29

Bahwa kemudian saksi berkoordinasi dengan LPPD, kapan proyek tersebut dimulai, dimana pada awal Januari 2008 kegiatan tersebut belum juga dimulai, dan ketika kontrak saksi berakhir, proyek tersebut belum selesai ;

Bahwa masa kerja saksi tidak diperpanjang oleh TKK, dan saksi koordinasikan dengan Bapeda, dimana tugas saksi sebagai pendamping pembantu adalah hanya sampai dengan bulan Desember 2007, selanjutnya atas keterlambatan penyelesaian pelaksanaan proyek tersebut, saksi tidak bertanggung jawab lagi karena kontrak kerja saksi telah berakhir ;

Bahwa saksi tidak tahu, apakah ada pengganti saksi yang bertugas untuk menjadi pendamping pembantu lagi atau tidak ; Bahwa setahu saksi, dari 9 desa yang saksi dampingi tersebut, tidak mengalami kendala apapun, dimana mengenai pencairan dananya lancar dan tidak mengalami keterlambatan ;

Bahwa

Laporan

Pertanggung

Jawaban

(LPJ)

untuk

Desa

Bendowulung pada termin I sudah diterimakan, sedangan LPJ untuk termin II saksi tidak tahu karena belum diterimakan ; Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa menyatakan ada yang benar dan ada yang salah, dan melalui Penasehat Hukumnya akan ditanggapi dalam pembelaan ; 9. NURCHOLIS, pada pokoknya menerangkan : Bahwa saksi pernah memberikan keterangan di depan Penyidik Polwil Kediri Resor Blitar ; Bahwa pekerjaan saksi adalah sebagai pedagang material yang melayani material yang dibutuhkan oleh pembeli, dan saksi mempunyai CV di daerah Plosoarang ; Bahwa yang saksi ketahui sehubungan dengan perkara ini adalah pada sekitar tahun 2008 Pak Lurah Rohmad datang ke tempat saksi, untuk membeli batu dan pasir, tetapi saksi kurang tahu berapa jumlahnya ; Bahwa pembelian material oleh Pak Lurah Rohmad tersebut, tidak secara tunai, tetapi pesan kepada saksi terlebih dahulu, baru beberapa hari kemudian membayar ;

30

Bahwa saksi tidak ingat berapa jumlah uang yang dibayarkan oleh Pak Lurah Rohmad kepada saksi, sehubungan dengan pembelian material tersebut ;

Bahwa harga pasir per ritnya, seingat saksi adalah Rp. 325.000,-, tetapi saksi tidak ingat berapa jumlah pesanannya ; Bahwa saksi tidak tahu, berapa jumlah uang yang dibayarkan oleh terdakwa, pada waktu saksi menandatangani kwitansi ; Bahwa terdakwa hanya memesan pasir kepada saksi, dan tidak pernah memesan tanah urug ; Bahwa seingat saksi, satu rit pasir isinya adalah 5 kubik ; Bahwa setahu saksi, material untuk urugan adalah berupa pasir dan bukan batu gebal ; Bahwa usaha saksi selain pasir, saksi juga berjualan batu dari gunung gedog, dan saksi membeli batu tersebut dari masyarakat disana ; Bahwa setahu saksi, Pak Lurah datang ke tempat saksi memesan batu dan pasir adalah untuk membangun jalan di Desa Bendowulung, akan tetapi tidak langsung dibayar lunas, namun setelah beberapa hari kemudian dibayar sebanyak 3 kali pembayaran, sampai lunas ;

Bahwa pada waktu pembayaran material tersebut, ada kwitansi pembayarannya dan ada tanda tangan saksi, dimana yang menyediakan kwitansi tersebut adalah saksi ;

Bahwa nama CV yang saksi punyai adalah CV. Modjo Agung ; Bahwa yang membayar material tersebut adalah Pak Lurah sendiri dengan ditemani oleh seseorang, tetapi saksi tidak tahu namanya ; Bahwa sebelum saksi menandatangani kwitansi pembayaran tersebut, saksi terlebih dahulu membaca isinya ; Bahwa saksi tidak ingat lagi, berapa kali terdakwa memesan pasir dan batu, dan saksi juga tidak ingat berapa truk atau berapa rit untuk mengangkut pasir dan batu ke Desa Bendowulung ;

Bahwa setahu saksi, harga material dahulu lebih murah daripada harga sekarang, dimana harga sekarang adalah Rp. 250.000,-, kurang lebih naik turunnya sekitar Rp. 50.000,- ;

Bahwa seingat saksi, terdakwa tidak pernah memesan sirtu karena saksi tidak pernah mengirimkan sirtu ;

31

Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa menyatakan ada yang benar dan ada yang salah, dan melalui Penasehat Hukumnya akan ditanggapi dalam pembelaan ; 10. IKA SANGDIAH ANGGRAENI, pada pokoknya menerangkan : Bahwa saksi pernah memberikan keterangan di depan Penyidik Polwil Kediri Resor Blitar ; Bahwa pekerjaan saksi adalah sebagai sekretaris sekaligus merangkap bendahara pada CV. Modjo Agung milik Pak Nurkholis, yang tugasnya adalah mencatat pembukuan barang yang dijual maupun dibeli ; Bahwa saksi kenal dengan terdakwa pada waktu terdakwa datang ke tempat Pak Nurkholis, untuk memesan pasir dan batu, tetapi saksi tidak pernah melihat terdakwa pada saat pembayaran material tersebut ; Bahwa seingat saksi, terdakwa membeli material di tempat Pak Nurkholis hanya sekali, tetapi saksi tidak ingat berapa nilainya ; Bahwa kwitansi pembayaran atas pembelian material tersebut, berasal dari saksi, tetapi saksi tidak ingat ada berapa kwitansi pembayaran yang saksi buat pada waktu itu, dan saksi mengakui bahwa tulisan yang terdapat di dalam kwitansi tersebut adalah tulisan saksi, dimana sesuai dengan kwitansi tersebut, terdakwa membayar sebanyak 3 kali dan jumlah keseluruhannya sesuai dengan kwitansi pembayaran tersebut, untuk selebihnya saksi tidak tahu ; Bahwa yang dibeli oleh terdakwa pada waktu itu adalah batu gebal dan pasir, dan bukan pasir urug ; Bahwa menurut saksi, kwitansi yang diperlihatkan di persidangan yang terdapat tanda tangan Saidi, Suparman, dan Rohmad, saksi tidak tahu siapa yang membuat, dan saksi juga tidak membaca isinya, yang saksi tahu adalah bahwa saksi hanya disuruh tanda tangan saja dan stempel yang tertera di dalam kwitansi tersebut ; Bahwa setahu saksi, pembelian material tersebut tidak harus melalui saksi, akan tetapi pembayarannya seharusnya melalui saksi, karena harus ada kwitansi pembayarannya, dan kwitansi pembayaran tersebut benar apabila sudah dibubuhi stempel ; Bahwa pembayaran material tersebut, tidak dapat melalui Pak Nurkholis, karena saksi sebagai sekretaris sekaligus merangkap

32

bendahara, dimana saksi berhak untuk menerima setiap pembayaran dari pembelian material tersebut ; Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa menyatakan tidak tahu ; 11. HARIYANTO, pada pokoknya menerangkan : Bahwa saksi pernah memberikan keterangan di depan Penyidik Polwil Kediri Resor Blitar ; Bahwa saksi memberikan keterangan sehubungan dengan perkara korupsi yang dilakukan oleh terdakwa Rohmad, dalam pelaksanaan program PAM-DKB tahun 2007 di Desa Bendowulung Kec. Sanankulon Kab. Blitar ; Bahwa dalam pelaksanaan program PAM-DKB tahun 2007 di Desa Bendowulung saksi adalah sebagai tukang batu, tukang pecah batu dan penyedia tanah urug ; Bahwa tenaga yang digunanakan sebanyak 3 orang yang bekerja selama 9 hari dan 1 orang yang bekerja selama 10 hari ; Bahwa saksi pernah menerima pembayaran ongkos tukang dari saksi Tuwuh Susiono sebesar Rp. 1.850.000,- ; Bahwa ongkos yang dibutuhkan untuk pecah batu adalah sebesar Rp. 1.225.00,- ; Bahwa untuk pembelian tanah urug sebanyak 24 rit, biaya yang dibutuhkan adalah sebesar Rp. 4.200.000,- ; Bahwa dalam setiap melakukan pembayaran selalu ada kwitansi pembayarannya ; Bahwa saksi jug pernah mendapatkan pembayaran (bonus) langsung dari terdakwa (Kepala Desa) sebesar Rp. 500.000,- ; Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa menyatakan ada yang benar ada yang salah, dan keterangan lainnya terdakwa menyatakan tidak tahu ; Menimbang, bahwa selanjutnya Penasehat Hukum terdakwa mengajukan saksi yang meringankan bagi terdakwa (a de charge), yang memberikan keterangan di bawah sumpah di persidangan, yang pada pokoknya menerangkan sebagai berikut : 1. ISMADI, pada pokoknya menerangkan : Bahwa saksi melakukan penelitian pembuatan jalan makadam di Desa Bendowulung Kec. Sanankulon Kab. Blitar, dimana saksi yang

33

mengukur keadaan di lapangan yaitu panjang 502 m, lebar 2,70 m dan ketebalan rata-rata 18 cm ; Bahwa yang melakukan penelitian tersebut ada 3 orang, yaitu saksi sendiri, Mardjuki dan Muadi ; Bahwa seingat saksi, penelitian tersebut dilakukan lebih kurang 3 minggu yang lalu ; Bahwa saksi melakukan tugas penelitian tersebut adalah atas perintah dari atasan (Dinas) ; Bahwa seingat saksi, setelah pengukuran kemudian dihitung volume, yaitu tebalnya LPB (Lapis Pondasi Bawah) ; Bahwa seingat saksi, untuk biaya pembersihan jalan sebesar Rp. 156.103,-, LPB sebesar Rp. 38.913.703,-, pasang batu tepi hitam untuk tepi badan jalan sebesar Rp. 5.589.268,-, katelan (P x L x Tebal) sebesar Rp. 3.832.926,-, penyesuaian berm untuk batu tepi badan jalan sebesar Rp. 2.008.000,-, dan jumlah total keseluruhannya adalah sebesar Rp. 50.500.000,- ; Bahwa saksi tidak tahu berapa nilai proyek pembuatan jalan makadam, yang ada di Desa Bendowulung tersebut ; Bahwa setahu saksi, yang berhak meneliti apabila proyek pembuatan jalan sudah memenuhi syarat atau belum adalah Kimpraswil ; Bahwa setahu saksi, proyek pembuatan jalan makadam yang ada di Desa Bendowulung tersebut, menurut Kimpraswil sudah memenuhi syarat, yaitu panjang 502 m, lebar 2,70 m dan ketebalannya rata-rata 18 cm ; Bahwa saksi tidah tahu berapa meter yang seharusnya diajukan dalam proposal, untuk pembuatan jalan makadam di Desa Bendowulung tersebut ; Bahwa setahu saksi, setiap ada proyek di Kimpraswil, ada petunjuk teknis untuk mengetahui bahwa proyek tersebut memenuhi syarat atau tidak, yang disebut dengan Bestek ; Bahwa tujuan saksi mengadakan penelitian tersebut adalah untuk mengkur berapa nilai analisisnya ; Bahwa yang menganalisa hasil kerja saksi adalah Kepala Dinas, dengan menyampaikan hasil laporan penelitian tersebut ; Bahwa seingat saksi, apabila saksi ditugaskan di lapangan dalam pengerjaan suatu proyek, biasanya saksi langsung melakukan

34

pengecekan, dimana petunjuk dari pusat menyatakan bahwa pengecekan tersebut dilakukan, untuk mengetahui apakah proyek pengerjaan jalan tersebut sudah baik ; Bahwa untuk proyek pembuatan jalan di Desa Bendowulung, saksi tidak tahu bagaimana proses pengerjaan pembuatan jalan makadam tersebut ; Bahwa setahu saksi, Kimpraswil tidak melakukan pengecekan harga dalam proyek pembuatan jalan, karena itu bukanlah tugas dari Kimpraswil ; Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa menyatakan tidak tahu ; 2. MARDJUKI, pada pokoknya menerangkan : Bahwa saksi melakukan penelitian pembuatan jalan makadam di Desa Bendowulung Kec. Sanankulon Kab. Blitar, dimana saksi yang mengukur keadaan di lapangan yaitu panjang 502 m, lebar 2,70 m dan ketebalan rata-rata 18 cm ; Bahwa yang melakukan penelitian tersebut ada 3 orang, yaitu saksi sendiri, Ismadi dan Muadi ; Bahwa saksi dapat menentukan harga satuan yaitu pedoman dari analisis yang dikeluarkan oleh Bina Marga Pusat, dimana masalah harga disesuaikan dengan daerah masing-masing, karena dapat berubah sewaktu-waktu, tergantung harga BBM, dimana terdapat harga terendah dan harga tertinggi, dan saksi mengambil antaranya ; Bahwa setahu saksi, proyek tahun 2008 yang diberikan kepada Desa Bendowulung tersebut, sudah sesuai dengan aturan Bina Marga ; Bahwa saksi tidak pernah melakukan pemantauan, pada saat proyek pembuatan jalan makadam di Desa Bendowulung tersebut berjalan ; Bahwa yang saksi lakukan pada tanggal 15 april 2009 adalah mengadakan penelitian dengan melihat kondisi jalan ; Bahwa pada saat saksi mengadakan penelitian, saksi tidak membongkar semua ruas jalan, tetapi hanya sampel yaitu 10 m dari titik start, dari ujung sebelah kiri, dimana luasnya adalah 1 kill yaitu sekitar 15 cm2, panjang 15 cm dan tebal 15 cm ; Bahwa saksi sama sekali tidak mengecek berapa biaya yang telah dikeluarkan dalam proses pengerjaan proyek tersebut ;

35

Bahwa saksi tidak tahu, kapan proyek pembuatan jalan makadam di Desa Bendowulung tersebut selesai ; Bahwa saksi tidak tahu, apa tujuan saksi melakukan penelitian terhadap proyek jalan tersebut, tetapi saksi hanya diminta untuk melakukan pengecekan ;

Bahwa pada saat saksi melakukan pengecekan terhadap proyek jalan tersebut, tidak ada suratnya dan tidak ada laporan tata cara pelaksanaannya, akan tetapi perintah langsung dari Kepala Dinas ; Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa

menyatakan tidak tahu ; Menimbang, bahwa telah didengar pula keterangan terdakwa di persidangan, yang telah memberikan keterangan yang pada pokoknya menerangkan sebagai berikut : Bahwa terdakwa adalah Kepala Desa Bendowulung yang masih aktif sampai sekarang ; Bahwa terdakwa diangkat sebagai Kepala Desa pada akhir tahun 2007 ; Bahwa pada sekitar bulan Desember 2007, Desa Bendowulung pernah menerima bantuan dari Pemda Tk. II Kab. Blitar yaitu proyek JPES/PAM-DKB untuk proyek pembuatan jalan makadam ; Bahwa dalam proyek pembuatan jalan makadam tersebut, Desa Bendowulung mengajukan proposal terlebih dahulu ; Bahwa dana yang turun untuk proyek tersebut adalah sebesar Rp. 58.000.000,-, yang dipergunakan untuk pembangunan jalan makadam di Dsn. Cepoko Ds. Bendowulung dengan panjang 400 m x 3 m, kemudian selanjutnya dipindahkan oleh terdakwa ke Dsn. Pangru Ds. Bendowulung dengan panjang 700 m x 3 m ; Bahwa yang mencairkan dana tersebut adalah terdakwa dengan bendahara yaitu Saidi ; Bahwa tugas terdakwa dalam proyek tersebut adalah sebagai pembina, yang bertugas membina program yang ada di desa ; Bahwa dalam proses pengerjaan proyek pembuatan jalan tersebut, dibentuk panitia dimana yang menjadi Ketua adalah Suparman, Bendahara adalah Saidi, Sekretaris adalah Sutrisno, dan Bendahara BOP adalah Atim ; Bahwa pencairan dana proyek tersebut adalah sebanyak 2 kali, yaitu termin I pada tanggal 17 Desember 2007 sebesar Rp. 29.000.000,- dan

36

termin II pada tanggal 27 Desember 2007 sebesar Rp. 29.000.000,-, yang dilakukan di Bank Jatim, dimana yang menerima dana tersebut adalah bendahara Saidi ; Bahwa pembelian material dilakukan setelah dana diterima, yaitu pada tanggal 28 Desember 2007, dimana sebelumnya dimusyawarahkan antara tim Pokmas dan LPPD, dan terdakwa diminta oleh LPPD untuk pembelian batu dan pasir ; Bahwa terdakwa tidak mengontrol setiap hari proses pengerjaan proyek tersebut di lapangan, akan tetapi terdakwa serahkan kepada tim Pokmas yang didampingi oleh LPPD ; Bahwa bendahara setelah pencairan dana proyek tersebut, kemudian menitipkan dana proyek tersebut kepada terdakwa, karena menurut bendahara demi alasan keselamatan dan keamanan sehingga semua dana proyek tersebut dititipkan kepada terdakwa ; Bahwa terdakwa melakukan pembelian material bersama dengan Pak Tuwuh, dimana terdakwa sendiri yang membayar dan yang mengeluarkan uangnya ; Bahwa terdakwa kenal dengan Nurkholis, pada waktu pembelian material ; Bahwa dalam pembelian material tersebut, terdakwa membayar sebanyak 2 kali untuk pembelian pasir dan batu, sebesar Rp. 16.550.000,-, dimana yang menerima pembayaran tersebut adalah Nurkholis dan yang menulis kwitansi adalah sekretarisnya ; Bahwa uang sebesar Rp. 58.000.000,- untuk pembelian material, menurut terdakwa sudah sesuai dengan peruntukannya, karena pada waktu pelaksanaan proyek untuk termin I telah dipertanggung jawabkan (sudah ada LPJ-nya), baik keuangan maupun administrasinya, sedangkan untuk termin II belum dipertanggung jawabkan (belum ada LPJ-nya), baik keuangan maupun administrasinya ; Bahwa untuk termin II belum ada LPJ-nya, karena belum ada penyelesaian dari tim Pokmas yang harus mempertanggung jawabkan, baik secara lisan maupun tertulis untuk diserahkan ke desa ; Bahwa menurut terdakwa, secara fisik proyek tersebut untuk termin II sudah selesai dikerjakan, tetapi pembuatan papan nama (board) belum dibuatkan ;

37

Bahwa terdakwa tidak dapat membuat laporan semua pengeluaran uang, karena tim Pokmas belum membuat laporan SPJ, dan ini masih tanggung jawab Pokmas ;

Bahwa terdakwa sebagai pembina dari proyek tersebut tidak berhak untuk menyimpan uang, akan tetapi demi keamanan dan kelancaran proyek tersebut, terdakwa bersedia untuk menyimpan dana proyek tersebut ;

Bahwa terdakwa telah membelanjakan dan telah mengeluarkan dana program JPES/PAM-DKB tahun 2007, yaitu untuk pembelian bahan material sebesar Rp. 16.550.000,-, pembelian lain-lain sebesar Rp. 2.591.000,- dan dana yang diberikan kepada Tuwuh Susiono sebesar Rp. 12.200.000,-, 31.341.000,- ; yang jumlah keseluruhannya adalah sebesar Rp.

Bahwa dana program JPES/PAM-DKB tersebut terdapat sisa anggaran sebesar Rp. 26.659.000,-, dimana pada tanggal 22 Agustus 2008 terdakwa memasukkan kembali sisa dana tersebut ke dalam rekening sebesar Rp. 16.900.000,- dan sisanya sebesar Rp. 9.759.000,- masih ada di tangan terdakwa ;

Bahwa setiap pengeluaran dana proyek tersebut adalah benar melalui terdakwa, tetapi terdakwa tidak pernah membayar ongkos tukang, melainkan tim Pokmas dan LPPD ;

Bahwa dari setiap pengeluaran dana proyek tersebut, terdakwa tidak pernah membuat catatan atas pengeluaran itu, akan tetapi terdakwa hanya melihat dari kwitansi pembelian material yang ada, dan setiap pengeluaran sebagian tidak ada kwitansinya ;

Bahwa yang berkewajiban untuk membuat laporan pertanggung jawaban tersebut adalah tim lapangan dari Pokmas ; Bahwa oleh karena Ketua tim Pokmas yaitu Suparman buta huruf, terdakwa pernah meminta kepada yang bersangkutan untuk laporan secara lisan ke desa, apabila tidak bisa, dibantu untuk melaporkan pertanggung jawaban jika sudah selesai dikerjakan ;

Bahwa menurut terdakwa, Ketua tim Pokmas belum pernah membuat laporan pertanggung jawaban ; Bahwa terdakwa meminta laporan kepada Ketua tim lapangan, yaitu pada sekitar bulan Juni 2008, dimana laporan pertanggung jawaban

38

tersebut seharusnya pada akhir bulan Maret 2008 sudah harus selesai dan diserahkan ke Pemkab. Blitar ; Bahwa pada waktu pengajuan proposal pada termin I, ada tim pendamping sejak dana akan dicairkan sebelum bulan Desember 2007, yaitu sekitar bulan Oktober Nopember 2007, akan tetapi setelah bulan Desember 2007 dan proyek berjalan pada bulan Januari 2008, sudah tidak ada pendamping, karena menurut pendamping proyek, masa kerjanya (kontraknya) sudah habis pada akhir bulan Desember 2007 ; Bahwa terdakwa sudah berusaha bersama dengan perangkat desa untuk membuat laporan pertanggung jawaban, tetapi Ketua tim Pokmas yaitu Suparman tidak bersedia menandatangani SPJ ; Bahwa proyek termin II dimulai pada sekitar bulan Januari 2008, sampai dengan akhir bulan Maret 2008 ; Bahwa dari setiap pengeluaran uang yang melalui terdakwa, terdapat kurang lebih 10 kali pengeluaran uang yang tidak terdakwa catat ; Bahwa menurut terdakwa, pengukuran panjang jalan diukur dari tiang listrik, bukan diukur sesuai dengan pengajuan yaitu 400 m x 3 m ; Menimbang, bahwa selain mengajukan saksi-saksi, Penuntut Umum untuk membuktikan dakwaannya telah mengajukan barang bukti berupa : 1 (satu) buah buku catatan untuk Desa Bendowulung ; 1 (satu) buah buku tabungan SIMPEDA Bank BPD Jatim ; 9 (sembilan) lembar kwitansi pembayaran ;

yang ke-semuanya barang bukti tersebut telah disita secara sah menurut hukum, sehingga dapat dipergunakan untuk memperkuat pembuktian dalam perkara ini ; Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan para saksi yang telah memberikan keterangannya di bawah sumpah yang saling bersesuaian satu dengan lainnya, dikaitkan pula dengan keterangan terdakwa serta memperhatikan pula barang bukti yang diajukan ke persidangan, Majelis Hakim memperoleh fakta-fakta hukum dan keadaan sebagai berikut : Bahwa benar Rohmad Bin Dullah Mukti (terdakwa) adalah Kepala Desa Bendowulung, yang diangkat sejak akhir tahun 2007, dan masih aktif sampai sekarang ; Bahwa benar pada sekitar bulan Desember 2007, Desa Bendowulung pernah menerima bantuan dari Pemda Tk. II Kab. Blitar yaitu proyek JPES/PAM-DKB untuk proyek pembuatan jalan makadam ;

39

Bahwa benar yang menjadi sasaran dan yang berhak menerima proyek JPES/PAM-DKB tersebut adalah harus dari Pokgakin ; Bahwa benar tugas Kepala Desa dalam proyek tersebut adalah sebagai Pembina/Pengawas yang ikut bertanggung jawab dalam kegiatan, serta memberikan evaluasi dalam pelaksanaan penyelesaian proyek tersebut ; Bahwa benar Kepala Desa tidak boleh merangkap jabatan dalam pelaksanaan proyek tersebut ; Bahwa benar dana yang turun untuk proyek tersebut adalah sebesar Rp. 58.000.000,-, yang dipergunakan untuk pembangunan jalan makadam di Dsn. Cepoko Ds. Bendowulung dengan panjang 400 m x 3 m, yang kemudian selanjutnya dipindahkan ke Dsn. Pangru Ds. Bendowulung dengan panjang 700 m x 3 m ; Bahwa benar pencairan dana proyek tersebut adalah sebanyak 2 kali, yaitu termin I pada tanggal 17 Desember 2007 sebesar Rp. 29.000.000,dan termin II pada tanggal 27 Desember 2007 sebesar Rp. 29.000.000,-, yang dilakukan di Bank Jatim, dimana yang menerima dana tersebut adalah bendahara Saidi ; Bahwa benar dalam proyek pembuatan jalan makadam tersebut, Desa Bendowulung mengajukan proposal terlebih dahulu ; Bahwa benar dalam proses pengerjaan proyek pembuatan jalan tersebut, dibentuk panitia dimana yang menjadi Ketua adalah Suparman, Bendahara adalah Saidi, Sekretaris adalah Sutrisno, dan Bendahara BOP adalah Atim ; Bahwa benar yang mencairkan dana tersebut di Bank BPD Jatim adalah Rohmad selaku Kepala Desa bersama dengan bendahara yaitu Saidi, dimana bendahara setelah pencairan dana proyek tersebut, kemudian menitipkan dana proyek tersebut kepada Kepala Desa, karena menurut bendahara demi alasan keselamatan dan keamanan sehingga semua dana proyek tersebut dititipkan kepada Rohmad selaku Kepala Desa ; Bahwa benar Rohmad selaku Kepala Desa bersama dengan Pak Tuwuh, melakukan pembelian material, dimana Kepala Desa sendiri yang membayar dan yang mengeluarkan uangnya ; Bahwa benar dalam setiap pembelian material tersebut, tidak dilakukan secara tunai, akan tetapi dilakukan dengan 2 kali pembayaran, dimana setiap pembayaran dilengkapi dengan kwitansi pembayarannya ;

40

Bahwa benar dana proyek pada termin I semua sudah dipergunakan untuk proses pengerjaan jalan makadam tersebut, dan telah ada laporan pertanggung jawabannya, baik keuangan maupun administrasinya, sedangkan untuk dana proyek pada termin II semua juga sudah dipergunakan untuk proses pengerjaan jalan makadam tersebut, akan tetapi belum ada laporan pertanggung jawabannya, baik keuangan maupun administrasinya ; Bahwa benar pada waktu pengajuan proposal pada termin I, ada tim pendamping sejak dana akan dicairkan sebelum bulan Desember 2007, yaitu sekitar bulan Oktober Nopember 2007, akan tetapi setelah bulan Desember 2007 dan proyek berjalan pada bulan Januari 2008, sudah tidak ada pendamping, karena menurut pendamping proyek, masa kerjanya (kontraknya) sudah habis pada akhir bulan Desember 2007 ; Bahwa benar dana program JPES/PAM-DKB tersebut terdapat sisa anggaran sebesar Rp. 26.659.000,-, dimana pada tanggal 22 Agustus 2008 Kepala Desa Rohmad memasukkan kembali sisa dana tersebut ke dalam rekening sebesar Rp. 16.900.000,- dan sisanya sebesar Rp. 9.759.000,- masih ada di tangan Kepala Desa ; Menimbang, bahwa apakah dari fakta-fakta hukum dan keadaan tersebut diatas, terdakwa dapat dipersalahkan melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan kepadanya, Majelis Hakim akan mempertimbangkan lebih lanjut ; Menimbang, bahwa terdakwa telah diajukan ke persidangan oleh Penuntut Umum dengan dakwaan yang disusun secara Alternatif yaitu Dakwaan Kesatu : perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 18 Undang-undang Nomor : 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor : 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor : 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi atau Dakwaan Kedua : perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 3 jo. Pasal 18 Undang-undang Nomor : 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor : 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor : 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ;

41

Menimbang, bahwa untuk dapat dipersalahkan melanggar ketentuan pasal-pasal tersebut, maka semua unsur yang terkandung dalam pasal-pasal yang didakwakan tersebut harus terpenuhi oleh perbuatan terdakwa ; Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa didakwa dengan dakwaan Alternatif, maka secara hukum Majelis Hakim dapat secara langsung memilih dakwaan mana yang lebih tepat dan dianggap telah memenuhi unsur-unsur salah satu dari dakwaan Penuntut Umum, terhadap perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa dengan mendasarkan pada alat-alat bukti berupa keterangan saksi, keterangan terdakwa dan barang bukti yang diajukan di persidangan, yang bersesuaian satu dengan yang lainnya, sesuai dengan Pedoman Teknis Administrasi dan Teknis Peradilan, Buku II edisi 2007, Mahkamah Agung RI 2008, hal.33 ; Menimbang, bahwa dengan memperhatikan surat dakwaan Penuntut Umum dihubungkan dengan fakta-fakta hukum yang terungkap pada pemeriksaan di persidangan, maka menurut hemat Majelis Hakim, dalam perkara ini lebih tepat diterapkan Dakwaan Kedua, yaitu sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 3 jo. Pasal 18 Undang-undang Nomor : 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor : 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor : 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang unsur-unsurnya adalah sebagai berikut : 1. Setiap Orang ; 2. Dengan Tujuan Menguntungkan Diri Sendiri atau Orang Lain atau Suatu Korporasi ; 3. Menyalahgunakan Kewenangan, Kesempatan atau Sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan ; 4. Dapat Merugikan Negara atau Perekonomian Negara ; Ad. 1. Unsur Setiap Orang. Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan Setiap Orang sesuai dengan ketentuan Pasal 1 angka 3 UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UU No. 31 Tahun 1999 adalah orang perseorangan atau termasuk korporasi ;

42

Menimbang, bahwa menurut Martiman Prodjo Hamidjojo, SH.MM dalam bukunya Penerapan Pembuktian Terbalik Dalam Delik Korupsi, Penerbit CV . Mandar Maju Bandung Tahun 2001, Hal. 52-53, disebutkan istilah yang lazim dalam perundang-undangan pidana ataupun KUHP memakai kata Barangsiapa atau salinan dari Hij Die (teks KUHP) dan yang dimaksud dengan Setiap Orang atau Barangsiapa adalah orang atau orang-orang yang apabila orang atau orang-orang tersebut terbukti memenuhi unsur-unsur delik yang diatur dalam Pasal 2 ayat (1) UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, maka orangorang itu disebut sebagai si pelaku atau si pembuat dari delik tersebut ; Menimbang, bahwa menurut R. Wiyono, SH dalam bukunya Pembahasan Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Penerbit Sinar Grafika Jakarta Tahun 2005, hal. 27 disebutkan bahwa dalam Pasal 2 ayat (1) tersebut tidak ditentukan adanya suatu syarat, misalnya syarat Pegawai Negeri yang harus menyertai Setiap Orang yang melakukan tindak pidana korupsi yang dimaksud. Oleh karena itu sesuai dengan apa yang dimaksud dengan Setiap Orang dalam Pasal 1 angka 3 pelaku tindak pidana korupsi yang terdapat dalam Pasal 2 ayat (1) dapat terdiri atas orang perseorangan dan/atau korporasi ; Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta di persidangan terdakwa ROHMAD BIN DULLAH MUKTI telah membenarkan identitasnya sebagaimana dalam surat dakwaan Penuntut Umum, sehingga terdakwa adalah orang sebagai subyek hukum yang didakwa telah melakukan tindak pidana tersebut dan memiliki kemampuan mempertanggung jawabkan perbuatannya itu ; Menimbang, bahwa subyek hukum yang memiliki kemampuan bertanggung jawab adalah didasarkan kepada keadaan dan kemampuan jiwanya (geestelijke vermogens), yang dalam doktrin hukum pidana ditafsirkan sebagai dalam keadaan sadar ; Menimbang, bahwa pada saat melakukan perbuatannya itu terdakwa berada dalam keadaan sadar, tidak berada dalam pengaruh dan tekanan dari pihak manapun juga, oleh karenanya terhadap diri terdakwa haruslah dianggap mampu bertanggung jawab (toerekeningsvatbaar) atas perbuatannya tersebut ; Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, maka Majelis Hakim tidak sependapat dengan Penuntut Umum dan Penasehat

43

Hukum terdakwa, sehingga dengan demikian unsur Setiap Orang dalam dakwaan ini menurut pendapat Majelis Hakim telah terpenuhi ; Ad. 2. Unsur Dengan Tujuan Menguntungkan Diri Sendiri atau Orang Lain atau Suatu Korporasi. Menimbang, bahwa unsur subyektif dari unsur ini adalah tujuan si pelaku dalam melakukan tindak pidana yaitu untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi. Unsur tujuan ini tidak berbeda artinya dengan maksud atau kesalahan sebagai maksud atau kesengajaan dalam arti sempit. Yang dimaksud dengan tujuan adalah suatu kehendak yang ada dalam pikiran atau batin si pelaku, yang ditujukan untuk memperoleh suatu keuntungan bagi dirinya sendiri atau orang lain atau suatu korporasi. Sedangkan memperoleh suatu keuntungan atau menguntungkan artinya memperoleh atau menambah kekayaan dari yang sudah ada. (Lamintang, 276) ; Menimbang, bahwa sebagaimana terungkap dalam fakta fakta persidangan sebagaimana terurai di atas, terdapat sisa anggaran sebesar Rp. 26.659.000,- (dua puluh enam juta enam ratus lima puluh sembilan ribu rupiah) ; Menimbang, bahwa sisa dana program tersebut yang ada pada KepalaDesa (terdakwa) adalah sebesar Rp. 9.759.000,- (sembilan juta tujuh ratus lima puluh sembilan ribu rupiah) dan sebesar Rp. 16.900.000,- (enam belas juta sembilan ratus ribu rupiah) disimpan dalam rekening Bank BPD Jatim ; Menimbang, bahwa adalah beralasan menurut hukum apabila dana program pembangunan yang tidak habis terserap atau terpakai dalam suatu program pembangunan dikembalikan ke kas negara ; Menimbang, bahwa terdapat jumlah dana negara yang dikuasai atau yang ada pada Kepala Desa (terdakwa) sebagaimana telah diuraikan di atas yaitu sebesar Rp. 9.759.000,- (sembilan juta tujuh ratus lima puluh sembilan ribu rupiah) ; Menimbang, bahwa penguasaan dana tersebut oleh terdakwa merupakan perbuatan yang dapat menguntungkan terdakwa, oleh karena terdakwa dapat menikmati dana tersebut, walau sebenarnya menurut hukum dana tersebut merupakan dana sisa program pembangunan yang tidak terserap yang seharusnya dikembalikan kepada kas negara ;

44

Menimbang, bahwa dana program pembangunan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan terdakwa adalah sebesar Rp. 26.659.000,- (dua puluh enam juta enam ratus lima puluh sembilan ribu rupiah), termasuk dana yang ada pada atau dikuasai oleh terdakwa, dengan demikian dana tersebut memungkinkan terdakwa selain menguntungkan dirinya juga orang lain atau suatu korporasi dengan dana sebesar itu ; Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, maka Majelis Hakim berpendapat unsur Dengan Tujuan Menguntungkan Diri Sendiri atau Orang Lain atau Suatu Korporasi dalam dakwaan ini telah terpenuhi ; Ad. 3. Unsur Menyalahgunakan Kewenangan, Kesempatan atau Sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan. Menimbang, bahwa menyalahgunakan kewenangan dapat didefinisikan sebagai perbuatan yang dilakukan oleh orang yang sebenarnya berhak untuk melakukannya, tetapi dilakukan secara salah atau diarahkan pada hal yang salah dan bertentangan dengan hukum atau kebiasaan oleh mereka yang memiliki jabatan atau kedudukan. Sedangkan menyalahgunakan kesempatan artinya adanya peluang atau tersedianya waktu yang cukup dan sebaik-baiknya untuk melakukan perbuatan tertentu oleh mereka yang memiliki jabatan atau kedudukan. Sedangkan menyalahgunakan sarana artinya orang yang memiliki jabatan atau kedudukan, juga memiliki sarana atau alat yang ada pada dirinya yang digunakan untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, tetapi dipergunakan untuk perbuatan lain yang berhubungan dengan jabatannya ; Menimbang, bahwa sebagaimana diuraikan dalam fakta yang diperoleh di persidangan, Terdakwa tidak berwenang untuk menggunakan dana program pembangunan tersebut guna kepentingan pribadinya maupun untuk kepentingan finansial atau keuangan pihak lain baik itu perorangan atau suatu korporasi ; Menimbang, bahwa dengan kedudukannya sebagai Kepala Desa, terdakwa mempunyai akses atau kesempatan untuk mencairkan dana tersebut dari sumbernya ; Menimbang, bahwa terdakwa tidak berwenang menggunakan dana tersebut yang tidak sesuai dengan peruntukannya terdakwa yang atau tidak diluar dapat peruntukkannya, sehingga perbuatan

45

mempertanggungjawabkan dana sejumlah Rp. 26.659.000,- (dua puluh enam juta enam ratus lima puluh sembilan ribu rupiah), merupakan penyalahgunaan wewenang terdakwa sebagai Kepala Desa tersebut ; Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan diatas, maka Majelis Hakim berpendapat unsur Menyalahgunakan Kewenangan, Kesempatan atau Sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan dalam dakwaan ini telah terpenuhi ; Ad. 4. Unsur dapat Merugikan Negara atau Perekonomian Negara. Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan Merugikan Keuangan Negara adalah sama artinya dengan menjadi ruginya keuangan negara atau berkurangnya keuangan negara (R. Wiyono SH dalam bukunya Undangundang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi hal. 32) ; Menimbang, bahwa selanjutnya yang dimaksud dengan Keuangan Negara sebagaimana dalam penjelasan umum Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 adalah seluruh kekayaan negara dalam bentuk apapun yang dipisahkan atau tidak dipisahkan termasuk didalamnya segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karena berada dalam penguasaan, pengurusan dan pertanggung jawaban pejabat lembaga negara baik tingkat pusat ataupun di daerah ; Menimbang, bahwa arti dapat dalam unsur ke 4 ini haruslah diartikan sebagai suatu perbuatan yang menimbulkan kerugian negara dengan tanpa dirinci dan menyebut bentuk dan jumlah kerugian negara tertentu sebagaimana halnya tindak pidana materiil (Drs. Adami Chazawi, SH dalam bukunya Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia hal. 45) ; Menimbang, bahwa dengan adanya dana program pembangunan yang tidak dapat terserap atau dana program pembangunan yang tidak terpakai atau sisa, merupakan kekayaan milik negara, sehingga apabila tidak dapat diserap dalam pembangunan adalah logis menurut hukum atau secara tehnis yuridis, dana tersebut harus kembali ke kas negara ; Menimbang, bahwa pemanfaatan dana tersebut oleh terdakwa tentu saja merupakan perbuatan yang bertentangan dengan hukum yang mengatur tentang pengembalian dana negara yang dikelola pemerintah yang

46

disalurkan dalam program pembangunan, apabila tidak terserap atau bersisa, dana tersebut harus kembali ke kas negara ; Menimbang, bahwa apabila dana yang tidak terserap atau dana sisa itu tidak dikembalikan ke kas negara tentu saja negara mengalami kerugian ; Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan tersebut diatas, maka Majelis Hakim berpendapat unsur Dapat Merugikan Negara atau Perekonomian Negara dalam dakwaan ini telah pula terpenuhi ; Menimbang, bahwa oleh karena semua unsur yang terdapat dalam Dakwaan Kedua telah terpenuhi seperti telah diuraikan diatas, maka Majelis Hakim berpendapat bahwa terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 3 jo Pasal 18 UU No. 13 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ; Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa dinyatakan bersalah dan selama proses persidangan berlangsung Majelis Hakim tidak menemukan adanya alasan pemaaf maupun pembenar pada diri terdakwa yang dapat menghapuskan pertanggung-jawaban pidana atas segala perbuatan pidana yang dilakukannya, maka kepada terdakwa haruslah dinyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan perbuatan pidana sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 3 jo Pasal 18 UndangUndang No. 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dan karenanya patut dijatuhkan pidana yang setimpal dengan kesalahannya ; Menimbang, bahwa berdasarkan uraian tentang pertimbangan hukum sebagaimana terurai pada alinea terdahulu (terurai di atas), maka Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini sependapat dengan Penuntut Umum, sepanjang hal itu berkenaan dengan dakwaan yang dianggap terbukti oleh Penuntut Umum dalam Surat Tuntutannya, berkenaan dengan hal-hal selain dan selebihnya, Majelis Hakim mempunyai pertimbangan sebagaimana terurai diatas ; Menimbang, bahwa dari uraian pertimbangan Majelis Hakim sebagaimana tersebut diatas, menunjukan Majelis Hakim tidak sependapat dengan Penasehat Hukum terdakwa sepanjang hal itu berkenaan dengan semua argumen Penasehat Hukum terdakwa dalam nota pembelaan yang

47

diajukan di persidangan, sehingga dengan demikian Majelis Hakim tidak perlu lagi mempertimbangkan hal-hal lain yang diajukan oleh Pihak Penasehat Hukum terdakwa berkenaan dengan nota pembelaan tersebut ; Menimbang, bahwa oleh karena selama proses pemeriksaan terhadap terdakwa telah dilakukan penahanan, maka sesuai ketentuan Pasal 22 ayat (4) KUHP penahanan yang telah dijalani terdakwa tersebut dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan ; Menimbang, bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 3 jo Pasal 18 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 yang bunyinya : Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan/atau denda paling seidkit Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) ; Menimbang, bahwa kata dan/atau dalam pasal tersebut menurut Majelis Hakim mengandung arti bahwa bagi pelaku tindak pidana korupsi selain dijatuhi pidana penjara dan dapat juga dijatuhi pidana denda, atau dapat hanya dijatuhi pidana penjara saja ; Menimbang, bahwa dalam hal ini Majelis Hakim tidak sependapat dengan Jaksa Penuntut Umum dalam tuntutannya, yang mencantumkan pidana penjara sekaligus juga pidana denda untuk penerapan pasal tersebut, karena menurut Majelis Hakim sangat tidak memenuhi rasa keadilan apabila terhadap terdakwa, disamping dijatuhi pidana penjara juga ditambah dengan pidana denda yang besarnya menurut pasal tersebut paling sedikit adalah sebesar Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah), yang berarti lebih besar daripada kerugian negara yang diakibatkan dari perbuatan terdakwa itu sendiri ; Menimbang, bahwa oleh karena itu Majelis Hakim berpendapat bahwa pidana denda tidak perlu dikenakan pada diri terdakwa tersebut dalam perkara ini ;

48

Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 18 (1) huruf b Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 31 Tahun 1999, disebutkan bahwa selain tindak pidana tambahan sebagaimana dimaksud dalam KUHP, pidana tambahan dalam tindak pidana korupsi salah satunya adalah pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya sama dengan harta benda yang diperoleh dari tindak pidana korupsi ; Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana, maka sesuai Pasal 197 ayat (1) huruf i KUHP dan Pasal 222 ayat (1) KUHP kepada terdakwa dibebani untuk membayar biaya perkara ini yang besarnya akan ditetapkan dalam amar putusan ini ; Menimbang, bahwa sebelum Majelis menjatuhkan pidana kepada terdakwa, maka sesuai pasal 197 ayat (1) huruf f KUHP akan dipertimbangkan terlebih dahulu hal-hal yang meberatkan maupun hal-hal yang meringankan bagi diri terdakwa, yaitu sebagai berikut : Hal-hal yang memberatkan : Sebagai Kepala Desa, terdakwa tidak memberikan contoh/teladan bagi masyarakat ; Perbuatan Terdakwa bertentangan dengan semangat Pemerintah dalam memberantas dan memerangi tindak pidana korupsi ; Perbuatan Terdakwa meresahkan masyarakat, khususnya masyarakat Desa Bendowulung Kab. Blitar ; Hal-hal yang meringankan : Terdakwa bersikap sopan di persidangan dan mengaku terus terang di persidangan ; Terdakwa belum pernah dihukum ; Terdakwa adalah aparat desa yang masih sangat dibutuhkan di dalam masyarakat ; Terdakwa merasa bersalah dan menyesali perbuatannya, serta mempunyai tanggungan keluarga ; Menimbang, bahwa untuk mempersingkat keputusan ini, maka segala hal yang tertuang dalam berita acara persidangan adalah merupakan suatu kesatuan yang tak terpisahkan dalam putusan ini ; Mengingat, pasal 3 jo Pasal 18 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan

49

Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UndangUndang No. 31 Tahun 1999 dan ketentuan pasal-pasal dalam UndangUndang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana serta peraturan perundang-undangan lainya yang berkaitan dengan perkara ini ;

MENGADILI
1. Menyatakan terdakwa ROHMAD BIN DULLAH MUKTI telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana KORUPSI ; 2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa ROHMAD BIN DULLAH MUKTI oleh karena itu dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun ; 3. Menetapkan agar masa selama terdakwa berada dalam tahanan sementara dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan tersebut; 4. Menetapkan agar terdakwa tetap berada di dalam tahanan ; 5. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa ROHMAD BIN DULLAH MUKTI dengan pidana tambahan untuk membayar uang pengganti sebesar Rp. 26.659.000,- (dua puluh enam juta enam ratus lima puluh sembilan ribu rupiah) dengan ketentuan jika terdakwa tidak membayar uang pengganti paling lama dalam waktu 1 (satu) bulan sesudah Putusan Pengadilan memperoleh kekuatan hukum yang tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh Jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut, dalam hal terdakwa tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar uang pengganti, maka diganti dengan pidana penjara selama 6 (enam) bulan ; 6. Memerintahkan barang bukti berupa : 1 (satu) buah buku catatan untuk Desa Bendowulung ; 9 (sembilan) lembar kwitansi pembayaran ; 1 (satu) buah buku tabungan SIMPEDA Bank BPD Jatim

Dilampirkan dalam berkas perkara, sedangkan : Dikembalikan kepada terdakwa ROHMAD BIN DULLAH MUKTI ; 7. Membebankan kepada diri terdakwa tersebut untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah) ;

50

Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Blitar pada hari SENIN, tanggal 8 JUNI 2009, oleh kami EDI JUNAEDI, SH sebagai Hakim Ketua Majelis, ASMUDI, SH dan ENNIERLIA ARIENTOWATY, SH masing-masing sebagai Hakim Anggota, putusan mana diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum pada hari ini RABU, tanggal 10 JUNI 2009 oleh Majelis Hakim tersebut, dengan didampingi oleh Hj. NILAWATI, SH Panitera Pengganti pada Pengadilan Negeri Blitar dan dihadiri oleh PURWANTO, SH.MH dan Y. SOEYATNO, SH Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Blitar serta terdakwa dan Penasehat Hukumnya.

HAKIM-HAKIM ANGGOTA

HAKIM KETUA MAJELIS ttd

ASMUDI, SH

EDI JUNAEDI, SH

ENNIERLIA ARIENTOWATY, SH

PANITERA PENGGANTI ttd Hj. NILAWATI, SH

51

Catatan : Putusan tersebut belum memperoleh kekuatan Hukum tetap karena oleh terdakwa pada tanggal 17 Juni 2009 diajukan Pemeriksaan dalam tingkat banding.

PANITERA PENGGANTI ttd Hj. NILAWATI, SH

Salinan yang sama bunyinya, Oleh ; PANITERA PENGADILAN NEGERI BLITAR

RENGGO WAHYUDI, SH.MM. NIP. 19571012.1983.031.003

52

Anda mungkin juga menyukai