DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
KELAS G
Pada hari dan tanggal yang sudah tidak dapat di ingat lagi dengan pasti dalam
bulan Maret 2014 terdakwa ADY PRIYO LEKSONO, S.H. Alias DODIK Bin
DJUHADI menawarkan tanah kapling yang terletak di Jl. Ganesha IV turut Desa
Purwosari Rt. 01 Rw. 07 Kec. Kota Kab. Kudus kepada saksi CATUR
SASETIYO UTOMO Bin R HARTONO. Tanah kapling yang ditawarkan
terdakwa kepada saksi CATUR SASETIYO UTOMO Bin R HARTONO yaitu
sebidang tanah kapling No. 6 dengan ukuran 65,54 M² seharga Rp. 50.000.000,-
(lima puluh juta rupiah) kemudian terdakwa mengatakan kepada saksi CATUR
SASETIYO UTOMO BIN R HARTONO bahwa tanah kapling yang dijual
tersebut adalah milik terdakwa, padahal sesungguhnya tanah tersebut adalah milik
ahli waris LILAH Binti MUNADI (Alm) dan SUKAENAH (Alm) yaitu saksi
PURWANTO Bin MUKSIN, SUHARTO, SRI KISWATI, SRI HAYATI, EDY
SUYITNO, BAMBANG KRISTIANTO, WITIDJO, DWI PRAYITNO, DWI
PURNOMO, ANI WAHYUNI, DIDIK MULYO UTOMO, SLAMET
RIYANTO, SUSANA, PUSPA ARUM, CHALIM, SITI ASROFAH dan sertifikat
tanah tersebut berada di ahli waris LILAH Binti MUNADI (Alm) dan
SUKAENAH (Alm) selanjutnya terdakwa menjanjikan sepada saksi CATUR
SASETIYO UTOMO Bin R HARTONO bahwa dalam waktu 2 (dua) tahun
sertifikat tanah kapling tersebut akan dibalik nama atas nama saksi CATUR
SASETIYO UTOMO Bin R HARTONO dan terdakwa pada saat menjual tanah
kapling tersebut kepada saksi CATUR SASETIYO UTOMO Bin R HARTONO,
terdakwa memberikan brosur penjualan tanah kapling kepada saksi CATUR
SASETIYO UTOMO Bin R HARTONO sehingga dengan kata-kata dan janji-
janji terdakwa tersebut, saksi CATUR SASETIYO UTOMO BIN R HARTONO
bersedia membeli tanah kapling yang ditawarkan oleh terdakwa. Selanjutnya pada
hari Rabu tanggal 26 Maret 2014 jam 13.00 WIB bertempat dirumah saksi
CATUR SASETIYO UTOMO Bin R HARTONO di Desa Gondosari Rt. 03 Rw.
10 Kec. Gebog Kab. Kudus saksi CATUR SASETIYO UTOMO Bin R
HARTONO menyerahkan uang muka pembelian tanah kapling No. 6 sebesar Rp.
10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) kepada terdakwa, kemudian pada hari Rabu
tanggal 25 Juni 2014 sekitar jam 13.00 WIB bertempat di rumah saksi CATUR
SASETIYO UTOMO Bin R HARTONO di Desa Gondosari Rt. 03 Rw. 10 Kec.
Gebog Kab. Kudus saksi CATUR SASETIYO UTOMO Bin R HARTONO
menyerahkan uang pembelian tanah kapling No. 6 sebesar Rp. 40.000.000,-
(empat puluh juta rupiah) kepada terdakwa. Selanjutnya pada hari dan tanggal
yang tidak dapat diingat dengan pasti dalam bulan Oktober 2014 terdakwa
menawarkan lagi 3 (tiga) bidang tanah kapling yang terletak di Jl. Ganesha turut
Desa Purwosari Rt. 01 Rw. 07 Kec. Kota Kab. Kudus kepada saksi CATUR
SASETIYO UTOMO Bin R HARTONO yaitu tanah kapling No. 7 dengan ukuran
65,5 M² seharga Rp. 55.000.000,- (lima puluh lima ribu rupiah), tanah Kapling
No. 8 dengan ukuran 65,54 M² seharga Rp. 55.000.000,- (lima puluh lima juta
rupiah), tanah kapling No. 9 dengan ukuran 65,54 M² seharga Rp. 55.000.000,-
(lima puluh lima juta rupiah) kemudian pada hari Kamis tanggal 02 Oktober 2014
sekitar jam 20.00 WIB bertempat dirumah saksi CATUR SASETIYO UTOMO
Bin R HARTONO Desa Gondosari Rt. 03 Rw. 10 Kec. Gebog Kab. Kudus saksi
CATUR SASETIYO UTOMO Bin R HARTONO menyerahkan 1 (satu) unit
mobil Ford Everest tahun 2004 Nomor Polisi H-8874-GH seharga Rp.
125.000.000,- (seratus dua puluh lima juta rupiah) berikut STNK dan BPKB
kepada terdakwauntuk membayar pembelian 3 (tiga) tanah kapling No. 7, No. 8,
No. 9. Selanjutnya pada hari dan tanggal yang tidak dapat diingat dengan pasti
dalam bulan Desember 2014 bertempat di Kantor CV. Tika Bangkit di Jln.
Rahtawu Raya turut Desa Gondosari Rt.01 Rw. 09 Kec. Gebog Kab. Kudus, saksi
CATUR SASETIYO UTOMO Bin R HARTONO menyerahkan uang pembelian
tanah kapling sebesar Rp. 40.000.000,- (empat puluh juta rupiah) kepada terdakwa
namun ternyata sampai bulan Juni 2017 saksi CATUR SASETIYO UTOMO
BinR HARTONO tidak menerima sertifikat 4 (empat) bidang tanah kapling yang
telah dibelinya dari terdakwa dan sampai sekarang terdakwa tidak mengembalikan
uang milik CATUR SASETIYO UTOMO Bin R HARTONO. Terdakwa telah
menggunakan uang milik saksi CATUR SASETIYO UTOMO Bin R HARTONO
sebesar Rp. 215.000.000 (dua ratus lima belas juta rupiah) untuk keperluan
pribadi terdakwa tanpa ijin dari pemiliknya. Akibat perbuatan terdakwa tersebut
saksi CATUR SASETIYO UTOMO BIN R HARTONO mengalami kerugian
sebesar Rp. 215.000.000 (dua ratus lima belas juta rupiah) atau setidak-tidaknya
lebih dari Rp. 250,- (dua ratus lima puluh rupiah). Sebagaimana diatur dan
diancam pidana dalam Pasal 378 KUHP;
ANALISIS EKSAMINASI PUTUSAN
A. IDENTITAS
Untuk membuktikan tepat atau tidaknnya putusan majelis hakim dalam
menjatuhkan putusan pemidanaan terhadap terdakwa maka harus melihat
struktur penyusunan putusan. Menurut struktur pembuatan putus an
pemidanaan pada pasal 197 Ayat (1) KUHAP bahwa :
Surat Putusan Pemidanaan memuat:
a. kepala putusan yang dituliskan berbunyi: "DEMI KEADILAN
BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA";
b. nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal, jenis kelamin,
kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan terdakwa;
c. dakwaan, sebagaimana terdapat dalam surat dakwaan;
d. pertimbangan yang disusun secara ringkas mengenai fakta dan keadaan
beserta alat pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan di sidang
yang menjadi dasar penentuan kesalahan terdakwa;
e. tuntutan pidana, sebagaimana terdapat dalam surat tuntutan;
f. pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pemidanaan
atau tindakan dan pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi
dasar hukum dari putusan, disertai keadaan yang memberatkan dan
yang meringankan terdakwa;
g. hari dan tanggal diadakannya musyawarah majelis hakim kecuali
perkara diperiksa oleh hakim tunggal;
h. pernyataan kesalahan terdakwa, pernyataan telah terpenuhi semua
unsur dalam rumusan tindak pidana disertai dengan kualifikasinya dan
pemidanaan atau tindakan yang dijatuhkan;
i. ketentuan kepada siapa biaya perkara dibebankan dengan menyebutkan
jumlahnya yang pasti dan ketentuan mengenai barang bukti;
j. keterangan bahwa seluruh surat ternyata palsu atau keterangan di mana
letaknya kepalsuan itu, jika terdapat surat otentik dianggap palsu;
k. perintah supaya terdakwa ditahan atau tetap dalam'tahanan atau
dibebaskan;
l. hari dan tanggal putusan, nama penuntut umum, nama hakim yang
memutus dan nama panitera;
Dalam hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 197 Ayat (1) huruf b
KUHAP yang memuat identitas dari terdakwa sudah lengkap dan
sudah terpenuhi.
B. MASA PENAHANAN
Terdakwa ditangkap pada tanggal 3 Juli 2019;
Terdakwa ditahan dalam tahanan Rumah Tahanan Negara oleh:
1. Penyidik sejak tanggal 3 Juli 2019 sampai dengan tanggal 22 Juli 2019;
2. Penyidik Perpanjangan oleh Penuntut Umum sejak tanggal 23 Juli 2019
sampai dengan tanggal 31 Agustus 2019;
3. Penuntut Umum sejak tanggal 29 Agustus 2019 sampai dengan tanggal
17 September 2019;
4. Majelis Hakim pengadilan Negeri Kudus sejak tanggal 11 September
2019 sampai dengan tanggal 10 Oktober 2019;
5. Perpanjangan Ketua Pengadilan Negeri Kudus sejak tanggal 11 Oktober
2019 sampai dengan tanggal 9 Desember 2019;
C. DAKWAAN
Menurut Pasal 143 KUHAP, surat dakwaan mempunyai dua syarat yang
harus dipenuhi yaitu:
a. Syarat Formil
Syarat formil diatur dalam Pasal 143 Ayat (2) huruf a KUHAP yang
mencakup :
1. Diberi tanggal.
2. Memuat identitas terdakwa secara lengkap yang meliputi nama
lengkap, tempat lahir, umur / tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan,
tempat tinggal, agama, dan pekerjaan.
3. Ditandatangani oleh Penuntut Umum.
Surat dakwaan dalam Putusan Nomor: 124/Pid.B/2019/PN Kds sudah
memuat identitas lengkap, tanggal dan tanda tangan penuntut umum
sesuai dengan ketentuan di atas. Pada dasarnya, ketentuan ini tidak
mengatur mengenai batalnya surat dakwaan apabila persyaratan dalam
Pasal 143 ayat (2) huruf a KUHAP tidak terpenuhi. Ketentuan ini lebih
difokuskan pada pencegahan error in persona atau kekeliruan terhadap
orang yang didakwa melakukan tindak pidana, sehingga orang tersebut
harus dibebaskan. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa syarat formil
surat dakwaan berfungsi untuk mengidentifikasi terdakwa dengan baik.
Kesalahan atau ketidaksesuaian dalam pemenuhan persyaratan formil
tidak serta merta dapat dimintakan pembatalan. Dakwaan dapat
dimintakan pembatalan apabila ternyata di persidangan ditemukan bahwa
terdakwa telah salah diidentifikasi. Dalam hal ini, identitas terdakwa
telah diakui dan dibenarkan oleh terdakwa sendiri selama persidangan.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada kesalahan dalam mengidentifikasi
terdakwa di dalam persidangan. Dengan demikian syarat formil surat
dakwaan dalam putusan Nomor: 124/Pid.B/2019/PN Kds sudah
terpenuhi.
b. Syarat Materiil
Bahwa menurut Pasal 143 Ayat (2) huruf b KUHAP, surat dakwaan
harus memuat uraian secara cermat, jelas, dan lengkap mengenai tindak
pidana yang dilakukan, dengan menyebut waktu (tempus delicti) dan
tempat tindak pidana itu dilakukan (locus delicti). Adapun pengertian
dari cermat, jelas, dan lengkap adalah sebagai berikut :
1. Cermat
Cermat berarti dalam surat dakwaan itu dipersiapkan sesuai dengan
undang-undang yang berlaku bagi terdakwa, tidak terdapat
kekurangan/kekeliruan. Penuntut umum sebelum membuat surat
dakwaan selain harus memahami jalannya peristiwa yang dinilai
sebagai suatu tindak pidana, juga hal-hal yang dapat menyebabkan
batalnya surat dakwaan yaitu :
a) Apakah terdakwa berkemampuan untuk mempertanggung
jawabkan perbuatannnya menurut hukum.
b) Apakah terdakwa pernah dihukum pada waktu sebelumnya
sehingga dapat disebut sebagai residivis.
c) Apakah tidak terjadi nebis in idem.
d) Apakah tindak pidana yang telah dilakukan terjadi di dalam
wilayah hukum kekuasaannya.
2. Jelas
Jelas berarti bahwa dalam surat dakwaan, penuntut umum harus
merumuskan unsur-unsur delik yang didakwakan dan uraian
perbuatan materiil (fakta) yang dilakukan terdakwa. Dalam hal ini
tidak boleh memadukan dalam uraian dakwaan antar delik yang satu
dengan yang lain, yang unsur-unsurnya berbeda satu sama yang
lain/antar uraian dakwaan yang hanya menunjukkan pada uraian
sebelumnya, sedangkan unsure-unsurnya berbeda.
3. Lengkap
Lengkap berarti bahwa uraian surat dakwaan harus mencakup semua
unsur-unsur yang ditentukan oleh undang-undang secara lengkap.
Dalam uraian tidak boleh ada unsur delik yang tidak dirumuskan
secara lengkap atau tidak diuraikan perbuatan materiilnya secara
tegas, sehingga berakibat perbuatan itu bukan merupakan tindak
pidana menurut undang-undang (Darwan Prinst, 1998 : 117-119).
Mengenai syarat materil yang mana di jelaskan pada Pasal 143 Ayat (2)
huruf b KUHAP di atas, surat dakwaan dalam Putusan Nomor:
124/Pid.B/2019/PN Kds telah memuat uraian secara cermat, jelas, dan
lengkap mengenai tindak pidana yang dilakukan, dengan menyebut
waktu (tempus delicti) dan tempat tindak pidana itu dilakukan (locus
delicti) sesuai dengan ketentuan Pasal dan penjelasan di atas yaitu pada
hari dan tanggal yang sudah tidak dapat di ingat lagi dengan pasti dalam
bulan Maret 2014, pada hari Rabu tanggal 26 Maret 2014 jam 13.00
WIB, pada hari Rabu tanggal 25 Juni 2014 sekitar jam 13.00 WIB pada
hari Kamis tanggal 02 Oktober 2014 sekitar jam 20.00 WIB, pada hari
dan tanggal yang tidak dapat diingat dengan pasti dalam bulan Desember
2014, atau setidak-tidaknya pada tahun 2014, bertempat di Lokasi tanah
Kapling di Jl. Ganesha IV Desa Purwosari Rt. 01 Rw. 07 Kecamatan
Kota Kabupaten Kudus, bertempat dirumah saksi CATUR SASETIYO
UTOMO Bin R HARTONO di Desa Gondosari Rt. 03 Rw. 10
Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus, bertempat di Kantor CV. Tika
Bangkit di Jln. Rahtawu Raya turut Desa Gondosari Rt. 01 Rw. 09
Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus, atau setidak-tidaknya pada suatu
tempat tertentu yang masih termasuk daerah Hukum Pengadilan Negeri
Kudus yang berwenang memeriksa dan mengadili perkaranya. Dalam
hal ini syarat materiil surat dakwaan dalam putusan Nomor:
124/Pid.B/2019/PN Kds sudah terpenuhi.
D. EKSEPSI
Dalam putusan 124/Pid.B/2019/PN Kds terdakwa menyatakan telah
mengerti isi dan maksud dari surat dakwaan dan tidak mengajukan
eksepsi atau keberatan.
E. TUNTUTAN
Dalam hal Surat Tuntutan, KUHAP tidak banyak membahas ketentuan
mengenai Tuntuan oleh Jaksa Penuntut Umum dalam persidangan pidana.
Salah satu ketentuan yang membahas tentang Surat tuntutan dalam proses
persidangan pidana terdapat dalam pasal 182 KUHAP. Pasal ini mengatur dua
hal, yang pertama, bahwa setelah pemeriksaan sidang dinyatakan selesai,
penuntut umum harus mengajukan tuntutan pidana.Kedua, bahwa tuntutan
dilakukan secara tertulis dan setelah dibacakan segera diserahkan kepada
hakim ketua sidang dan turunannya kepada pihak yang berkepentingan.
Berbeda dengan ketentuan surat dakwaan yang mengatur persyaratan
formil dan materiil, Ketentuan surat tuntutan pada dasarnya tidak memuat
pengaturan mengenai batasan atau syarat-syarat untuk mengajukan surat
tuntutan. Ketentuan ini hanya menjelaskan kapan surat tuntutan diajukan
dalam proses persidangan pidana.
Sebagaimana dijelaskan di atas, surat tuntutan diajukan secara tertulis
oleh penuntut umum setelah pemeriksaan dinyatakan selesai dan sebelum
pembelaan oleh terdakwa dan atau penasihat hukum.Oleh karena itu,surat
tuntutan dapat dikatakan sebagai kesimpulan dan pendapat atau keterangan
penuntut umum atas pembuktian surat dakwaan yang diajukan ke
persidangan. Dalam hal ini,penuntut umum melakukan analisis yuridis
dengan mengaitkan fakta‐fakta yang telah terungkap di persidangan dengan
pasal pidana yang didakwakan kepada pelaku. Analisis yuridis tersebut
diakhiri dengan kesimpulan penuntut umum tentang terbukti dan
terpenuhinya kesalahan pelaku yang melakukan tindak pidana sebagaimana
diatur dan diancam pada ketentuan peraturan perundang‐undangan yang
berlaku, serta diikuti dengan pertimbangan mengenai hal‐hal yang
memberatkan dan hal-hal yang meringankan.
Surat tuntutan juga mencantumkan fakta persidangan berupa catatan
pemeriksaan alat bukti selama persidangan.Dalam hal ini,jaksa penuntut
umum menghadirkan 4 orang saksi, 1 saksi ahli dan tidak ada saksi yang
meringankan terdakwa. Setelah menguraikan surat dakwaan dan fakta-fakta
persidangan, Surat Tuntutan kemudian dilanjutkan dengan analisis yuridis
JPU yang membuktikan pasal yang di dakwakan kepada terdakwa yaitu pasal
378 KUHP.
Dalam Hal ini Jaksa Penuntut Umum menyimpulkan bahwa berdasarkan
fakta persidangan,telah terbukti:
Menyatakan terdakwa ADY PRIYO LEKSONO, SH Alias DODIK Bin
DJUHADI bersalah melakukan tindak pidana “Penipuan” sebagaimana diatur
dan diancam pidana dalam Pasal 378 KUHP;
Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa ADY PRIYO LEKSONO,SH
Alias DODIK Bin DJUHADI dengan pidana penjara selama 2 (dua) tahun
dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan sementara dengan perintah
terdakwa tetap ditahan;
Menyatakan barang bukti berupa :
3 (tiga) lembar kwitansi pembayaran tanah kapling Ganesha Greenland
888, antara lain :
tertanggal Kudus, 26 Maret 2014 sebesar Rp.10.000.000,- (sepuluh juta
rupiah);
tertanggal Kudus, 25 Juni 2014 sebesar Rp.50.000.000,- (lima puluh juta
rupiah);
tertanggal Kudus, 02 Oktober 2014 berupa mobil Ford Everest Diesel H-
8874-GH seharga Rp 125.000.000,- (seratus dua puluh lima jura rupiah)
1 (satu) lembar kertas brosur penjualan KAVLING GANESHA
GREENLAND 888
1 (satu) lembar pernyataan tertanggal Kudus/Selasa, 4 Juli 2017 oleh ADY
PRIYO LEKSONO, SH.
dikembalikan kepada saksi CATUR SASETIYO UTOMO BIN R
HARTONO
Membebankan kepada terdakwa biaya perkara sebesar Rp.2.000,- (dua
ribu rupiah).
Unsur-unsur pasal :
Ketentuan Pasal 378 KUHP yang dikutip dari (Soesilo 1997) unsur-
unsurnya sebagai berikut:
a. unsur subyektif : barangsiapa
b. unsur obyektif :
- dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain;
- melawan hukum;
- suatu benda;
- dengan memakai nama palsu;
- rangkaian kebohongan;
- tipu muslihat.
1) Unsur “barangsiapa”, yaitu setiap orang yang menjadi subyek hukum yang
kepadanya dapat dimintai pertanggungjawaban menurut hukum atas perbu
atan yang dilakukannya. Subyek hukum adalah segala sesuatu yang dapat
memperoleh, mempunyai atau menyandang hak dan kewajiban hukum, ya
ng terdiri dari orang dan badan hukum (Mertokusumo: 2007).
Barangsiapa merupakan unsur subyektif dalam tindak pidana, menurut
(Wiyanto: 2012) adalah unsur yang berasal dari dalam diri si pelaku
(dader) tindak pidana.
Unsur subyektif ini pada dasarnya merupakan hal-hal atau keadaan-
keadaan yang dapat ditemukan di dalam diri si pelaku termasuk ke dalam
kategori ini adalah keadaan jiwa atau batin si pelaku. Perihal unsur
subyektif (Kartanegara: 2003) membedakan menjadi dua macam, yaitu:
kemampuan bertanggung jawab dan kesalahan. Pelaku tindak pidana
sebagaimana Pasal 55 ayat (1) KUHP yakni mereka yang melakukan, yang
menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan perbuatan, dalam
kasus penipuan dalam jual beli kaveling tanah adalah Ady Priyo Leksono,
sehingga unsur barang siapa telah terpenuhi.
6) Unsur keenam yaitu “tipu muslihat”. Unsur tipu muslihat adalah “suatu
tipu yang diatur demikian rapinya, sehingga orang yang berpikiran normal
pun dapat mempercayainya akan kebenaran hal yang ditipukannya”
(Sugandhi 1980). Ady Priyo Leksono untuk meyakinkan calon konsumen
dalam usahanya jual beli kaveling tanah, membuat brosur dan
mengedarkan, di dalamnya berisi rangkaian kalimat bahwa kaveling tanah
yang dijual adalah miliknya, luas dan harga satuan kaveling tanah, jaminan
tanah yang dijual adalah milik Ady Priyo Leksono, serta pengurusan
sertifikat tanah kaveling yang dijual dalam waktu 2 (dua) tahun sertifikat
hak milik atas nama pembeli telah terbit, sehingga unsur tipu muslihat
telah terpenuhi.
Berdasarkan uraian sebagaimana tersebut di atas terkait dengan
penjabaran unsur-unsur Pasal 378 KUHP yang didakwakan dalam dakwaan
tunggal, dituntut dan diputus oleh Pengadilan Negeri Kudus dalam
putusannya Nomor 124/Pid.B/2019/Pn.Kds, dapat dijelaskan bahwa tindakan
Ady Priyo Leksono tersebut telah memenuhi keseluruhan unsur Pasal 378
KUHP sebagai tindak pidana penipuan.
F. PLEDOI
Setelah mendengar permohonan terdakwa yang pada pokoknya mohon
kepada majelis hakim untuk menjatuhkan putusan yang seringan-ringannya
kepada terdakwa.
G. REPLIK
Setelah mendengar tanggapan Penuntut Umum maupun tanggapan Terdakwa
yang masing-masing menyatakan tetap pada tuntutan dan permohonan
pembelaannya;
H. DUPLIK
Setelah mendengar tanggapan Penuntut Umum maupun tanggapan Terdakwa
yang masing-masing menyatakan tetap pada tuntutan serta pembelaan
dimaksud;
I. ALAT BUKTI
Alat bukti saksi
Untuk membuktikan dakwaannya penuntut umum telah mengajukan
saksi-saksi sebagai berikut:
Saksi CATUR SASETIYO UTOMO BIN R HARTONO bahwa saksi
kenal dengan terdakwa saat bertemu dilokasi tanah kavling , tidak ada
hubungan keluarga.
Saksi SUNIPAH Binti BASRI PATONO (alm), bahwa saksi kenal
dengan terdakwa, tidak ada hubungan keluarga.
Saksi PURWANTO Bin MUKSIN (alm), bahwa kenal dengan terdakwa
dan merupakan keponakan dari pemilik tanah.
Saksi SUNARDI Bin ASTRO SUMADI (Alm), bahwa saksi kenal
dengan terdakwa dan ada hubungan keluarga.
Saksi H. BENNY HIDAYAT, SH, M Kn Bin AGUS SUDONO (Alm),
bahwa saksi kenal dengan terdakwa, tidak ada hubungan keluarga karena
saksi merupakan notaris/PPAT.
Barang bukti
J. AMAR PUTUSAN
MENGADILI:
1. Menyatakan Terdakwa ADY PRIYO LEKSONO, SH Alias DODIK
Bin DJUHADI terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana “Penipuan” sebagaimana dalam dakwaan
tunggal;
2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa ADY PRIYO LEKSONO,
SH Alias DODIK Bin DJUHADI dengan pidana penjara selama 1
(satu) tahun dan 8 (delapan) bulan;
3. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani
Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
4. Menetapkan Terdakwa tetap berada dalam tahanan;
5. Menetapkan barang bukti berupa :
- 3 (tiga) lembar kwitansi pembayaran tanah kapling Ganesha
Greenland 888, antara lain :
o tertanggal 26 Maret 2014 sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta
rupiah);
o tertanggal 25 Juni 2014 sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah);
o tertanggal 02 Oktober 2014 berupa mobil Ford Everest Diesel
H8874- seharga Rp125.000.000,00 (seratus dua puluh lima juta
rupiah);
- 1 (satu) lembar kertas brosur penjualan KAVLING GANESHA
GREENLAND 888;
- 1 (satu) lembar pernyataan tertanggal Kudus/Selasa, 4 Juli 2017
oleh ADY PRIYO LEKSONO, SH;
dikembalikan kepada saksi CATUR SASETIYO UTOMO BIN R
HARTONO;
6. Membebankan kepada Terdakwa untuk membayar biaya perkara
sejumlah Rp2.000,00 (dua ribu rupiah);
Putusan pengadilan perlu diuji atau diperiksa dengan tujuan untuk
mengetahui, sejauh mana pertimbangan hukum dari hakim yang memutus
perkara tersebut apakah telah sesuai dengan prinsip-prinsip hukum dan
apakah prosedur hukum acaranya telah diterapkan dengan benar, serta apakah
putusan tersebut telah menyentuh rasa keadilan dalam masyarakat. Hakim
yang tidak memutuskan terdakwa Ady Priyo Leksono melanggar ketentuan
Pasal 154 UU No. 1 Tahun 2011 meskipun telah memenuhi unsur.
Namun oleh karena jaksa penuntut umum dalam surat dakwaannya
tersusun dalam dakwaan tunggal, jika dikaitkan dengan ketentuan asas ultra
petita, bahwasannya penjatuhan putusan oleh Majelis hakim atas suatu
perkara dilarang melebihi apa yang telah ada didalam tuntutan atau dakwaan
yang telah diajukan oleh jaksa Penuntut umum atau menjatuhkan putusan
terhadap perkara yang tidak diminta oleh Jaksa penuntut umum.
Ultra petita adalah melebihi yang diminta (Irwan 2020). Ultra petitum
dilarang sehingga putusan-putusan judec factie yang dianggap melanggar atau
keluar dari norma dan asas kepatutan atau kebenaran dengan alasan “salah
menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku”. Hakim hanya menimbang
hal-hal yang diajukan para pihak dan tuntutan hukum yang didasarkan
kepadanya (ultrapetitum partium non cognoscitur) (Irwan 2020). Hal ini
berarti bahwa eksaminasi terkait dengan putusan hakim/pengadilan yang
perlu diuji atau diperiksa, terdapat suatu batasan, bahwa hakim tidak boleh
memutuskan lebih dari apa yang telah didakwa atau dituntut, karena jelas
melanggar asas ultra petita.
Sebagaimana yang di sampaikan melalui Undang-Undang No. 4 tahun
2009 tentang kekuasaan kehakiman pasal 50 Yang meminta untuk di setiap
putusan hakim untuk selalu menyertakan Alasan-alasan selain pasal-pasal
yang digunakan sebagai dasar putusan, Dimana alasan-alasan yang digunakan
hakim dalam pertimbangannya ini Haruslah disusun dengan teliti dan cermat
berdasarkan alat-alat bukti dan Serangkaian fakta-fakta hukum yang
ditemukan dalam persidangan.
Penerapan pidana dalam amar putusan ini tidak tepat, yang dimana
hukuman yang di jatuhkan kepada Terdakwa yang telah dinyatakan terbukti
bersalah yaitu: Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa dengan pidana penjara
selama 1 (tahun) 8 (delapan) bulan; putusan dalam kasus ini lebih ringan
daripada tuntutan oleh JPU yaitu pidana selama 1 tahun. Sehingga tidak
menimbulkan efek jera kepada terdakwa, karena tidak sebagaimana yang
diharapkan, padahal tujuan penjatuhan hukuman pidana itu adalah untuk
membuat terpidana menjadi jera dan tidak mengulangi perbuatannya serta
pembelajaran untuk masyarakat.
KESIMPULAN
Dasar pertimbangan JPU mendakwa ADY PRIYO LEKSONO dengan Pasal
378 KUHP dalam kasus yang diputus dengan putusan Nomor 124/Pid.B/
2019/Pn Kds., karena tindakan Ady Priyo Leksono menurut persepsi JPU telah
memenuhi unsur Pasal 378 KUHP.
Kelayakan atau kepatutan Pasal 154 UU Nomor 1 Tahun 2011 untuk
didakwakan, karena JPU dalam membuat surat dakwaan, belum memenuhi asas
kecermatan dan kepatutan. Bahwa terdakwa telah menjual kaveling tanah yang
belum terselesaikannya status hak atas tanahnya, tindakan Terdakwa pada
kenyataannya telah melanggar ketentuan Pasal 378 KUHP jo Pasal 154 UU No. 1
Tahun 2011 sebagai perbarengan tindak pidana.
SARAN
Jika suatu saat terjadi kasus yang sama yakni kasus penipuan dengan
objeknya jual beli kaveling tanah yang belum terselesaikan status hak atas
tanahnya hendaknya dakwaan Penuntut Umum seharusnya disusun secara
subsidair dengan penerapan sanksi pidana terberat yakni melanggar ketentuan
Pasal 154 UU No. 1 Tahun 2011 yang mengatur tentang perumahan dan Kawasan
permukiman, sebagai suatu perbarengan tindak pidana sebagaimana Pasal 63 ayat
(2) KUHP, dengan asas lex spesialis derogat legi generalis, yakni aturan yang
bersifat umum (Pasal 378 KUHP) ditiadakan oleh aturan yang bersifat khusus
(Pasal 154 UU No. 1 Tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman)
maka penerapan hukuman terhadap pelaku dapat dijatuhkan pidana secara
maksimal.