Anda di halaman 1dari 16

Eksaminasi

EKSAMINASI PUBLIK TERHADAP PERKARA KORUPSI


KETUA KPU KABUPATEN LUMAJANG
(Dengan terdakwa Drs. Misbahul Munir)

Yayasan Pengembangan Sumber Daya Indonesia (YPSDI)

Berkas yang dieksaminasi:


1. Surat Dakwaan Kejaksaan Negeri Lumajang No. Reg. Perk. PDS.
09/Lumaj/05/2005, Tanggal 06 Juni 2005
2. Nota Keberatan (Eksepsi) Terhadap Surat Dakwaan No. Reg. Perk. PDS.
09/Lumaj /05/2005 Oleh Tim Pembela Terdakwa Drs. Misbahul Munir,
Tanggal 20 Juni 2005
3. Putusan Sela Majelis Hakim Pengadilan Negeri Lumajang Nomor:
192/Pid.B/2005/PN.Lmj

Majelis Eksaminasi
Adapun majelis eksaminasi tersebut terdiri dari beberapa unsur yaitu ; aktivis
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), akademisi, dan Advokat, yang diharapkan
mempunyai posisi obyektif, tidak memihak dengan kasus yang akan dieksaminasi
dan tidak mempunyai kepentingan, atau hubungan atau keterkaitan langsung atau
tidak langsung dengan kasus yang akan dieksaminasi, yaitu:
1. H. Harjono Mintaroem, S.H., M.H. (Dosen Hukum Pidana di Fakultas
Hukum Universitas Airlangga Surabaya) ;
2. Sudarto, S.H. (Kordinator Aliansi Gerakan Rakyat Untuk Transparansi
Keuangan KPU Jawa Timur / GERTAK KPU JATIM & Kordinator Kantor
Hukum ALBHA Surabaya) ;

www.pemantauperadilan.com 1
Eksaminasi

3. Ahmad Nurhuda (Kordinator Gerakan Rakyat Untuk Transparansi Keuangan


KPUD Lumajang & Sekretaris Jenderal Jaringan Masyarakat Pemantau
Peradilan dan Korupsi / JAMPPEK Lumajang)

A. Uraian Ringkas Perkara


Seacara singkat kasus dugaan korupsi di KPU Lumajang berawal ketika pada
tanggal 26 Agustus 2003 KPU Kabupaten Lumajang mengajukan permohonan
anggaran dana bantuan kepada Pemkab Lumajang. Dalam APBD tahun 2004
Kabupaten Lumajang terdapat pos bantuan untuk KPU Kabupaten Lumajang dan
Panwaslu Kabupaten Lumajang sebesar Rp. 755.000.000,-. KPU Kabupaten
Lumajang mendapat Rp. 600 Juta dan Panwaslu mendapatkan dana Rp. 155 Juta.
Maret 2004 Terdakwa selaku Ketua KPUD Kabupaten Lumajang meminta uang
kepada Bendahara APBD untuk sewa mobil. Tanggal 26 Maret 2004 R. Sumartini
membayar sewa Rp. 210 juta, uang diterima Terdakwa. Tanggal 8 April 2004 R.
Sumartini membayar kekurangan sewa sebesar Rp. 30 juta, uang diterima Edi Faizal
Muttaqin anggota KPU Kabupaten Lumajang.
Bahwa yang dipersoalkan sebagai perbuatan melawan hukum yang
dipertimbangkan seharusnya adalah ketika KPU Kabupaten Lumajang mengajukan
banduan dana kepada Pemkab Lumajang harus disebutkan apakah disitu ada item
untuk sewa mobil atau tidak kalau ada nilainya berapa, sehingga ketika KPU
Kabupaten Lumajang menyewa 5 unit mobil dengan anggaran Rp. 240 juta menjadi
lebih jelas perbuatan yang mana yang disebut sebagai perbuatan melawan hukum.
Bahwa Drs. Misbahul Munir sebagai Ketua KPU Kabupaten Lumajang
diajukan ke Persidangan di Pengadilan Negeri Lumajang karena didakwa
melakukan tindak pidana korupsi. Baik bertindak sendiri-sendiri maupun bersama-
sama dan bersekutu dengan Agung Wahyuono, S.P, Edi Faisal Muttaqin, SH, S.Sos,
Ira Prayuniarti, SH dan M. Gaid Jumartono, S. Pd.

www.pemantauperadilan.com 2
Eksaminasi

Dalam Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejaksaan Negeri


Lumajang No.Reg.Perk.PDS.09/Lumaj/05/2005, Tanggal 06 Juni 2005 terhadap
Terdakwa Drs. Misbahul Munir dihadapkan kepersidangan karena telah didakwa
melakukan tindak pidana :

Primair :
Bahwa ia, terdakwa Drs Misbahul munir baik bertindak sendiri-sendiri
maupun bersamasama dan bersekutu dengan agung Wahyono,SP, Edy faizal
Muttaqin,SH, S. Sos, Ira Prayuniarti,SH dan M. Gaid Jumartono,S,Pd (masing-
masing diperiksa dalam bekas perkara terpisah) pada hari dan tanggal yang sudah
tidak dapt diingat lagi, sejak bulan januari 2004 sampai bulan desember 2004, atau
setidak tidaknya pada suatu waktu dalam tahun 2004, bertempat dikantor KPU
Kabupaten Lumajang Jl. A Yani No. 285 atau setidak tidaknya pada suatu tempat
yang masih termasuk dalam daerah Hukum Pengadilan Negeri Lumajang, sebagai
satu perbuatan berlanjut, secara melawan hukum melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan
keuangan Negara atau perekonomian negara, yang dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1. Penyelewengan dana APBD dengan dalih untuk sewa kendaraan bermotor ;
2. Penyelewengan dana APBN untuk sosialisasi, penerangan, dan penyuluhan ;
3. Penyelewengan dana APBN untuk pengadaan logistic Pemilu tahun 2004.

Perbuatan terdakwa sebagaiman diatur dan diancam pidana dalam Pasal 2


ayat (1) Undang Undang Nomor 31 Tahun 1999 Jo pasal 18 ayat (1) sub b Undang
Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo
Undang Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang Undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Peberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat
(1) ke 1 KUHP Jo Pasal 64 ayat (1) KUHP.

www.pemantauperadilan.com 3
Eksaminasi

Subsidair :
Bahwa ia, terdakwa Drs Misbahul munir baik bertindak sendiri-sendiri
maupun bersamasama dan bersekutu dengan agung Wahyono,SP, Edy faizal
Muttaqin,SH, S. Sos, Ira Prayuniarti,SH dan M. Gaid Jumartono,S,Pd (Splitzing) pada
hari dan tanggal yang sudah tidak dapt diingat lagi, sejak bulan januari 2004 sampai
bulan desember 2004, atau setidak tidaknya pada suatu waktu dalam tahun 2004,
bertempat dikantor KPU Kabupaten Lumajang Jl. A Yani No. 285 atau setidak
tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk dalam daerah Hukum Pengadilan
Negeri Lumajang, sebagai satu perbuatan berlanjut, dengan tujuan menguntungkan
diri sendiri atau orang lain atau korporasi, menyalahgunakan kewenangan,
kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang
dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, perbuatan tersebut
dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut :
1. Penyelewengan dana APBD dengan dalih untuk sewa kendaraan bermotor ;
2. Penyelewengan dana APBN untuk sosialisasi, penerangan, dan penyuluhan ;
3. Penyelewengan dana APBN untuk pengadaan logistic Pemilu tahun 2004.

Perbuatan terdakwa sebagaiman diatur dan diancam pidana dalam Pasal 3


ayat (1) Undang Undang Nomor 31 Tahun 1999 Jo Pasal 18 ayat (1) sub b Undang
Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Koupsi Jo
Undang Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang Undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Peberantasan Tindak Pidana Koupsi Jo Pasal 55 ayat
(1) ke 1 KUHP Jo Pasal 64 ayat (1) KUHP
Dalam Nota Keberatan (Eksepsi) Terhadap Surat Dakwaan Jaksa Penuntut
Umum, oleh Tim Pembela Terdakwa Drs. Misbahul Munir pada Tanggal 20 Juni
2005, pada intinya adalah :
1. Surat dakwaan harus batal demi hukum, karena :

www.pemantauperadilan.com 4
Eksaminasi

Obscur Libel / Kabur, karena tidak jelas kerugian negera yang diuraikan
dalam surat dakwaan, apakah Rp.247.500.000,- (dua ratus empat puluh
tujuh juta lima ratus ribu rupiah), atau Rp.199.550.853,- (seratus sembilan
puluh sembilan juta lima ratus lima puluh ribu delapan ratus lima puluh
tiga rupiah), ataukah Rp.247.500.000,- + Rp.199.550.853,- sehingga
totalnya menjadi Rp.447.050.853,- (empat ratus empat puluh tujuh juta
lima puluh ribu delapan ratus lima puluh tiga rupiah) ;
Salah dalam mencantumkan pasal yang dilanggar, yakni Pasal 55 (1) ke 1
KUHP, dimana dalam KUHP tidak ada Pasal 55 (1) ke 1 KUHP, yang ada
Pasal 55 (1) ke 1e dan 2e ;
Salah dalam mencantumkan pasal yang dilanggar, yakni Pasal 18 sub b
Undang Undang nomor 31 Tahun 1999 yang dikatakan sebagai perbuatan
pidana yang telah dilakukan oleh terdakwa, padahal pasal tersebut
merupakan pidana tambahan, bukan delik atau perbuatan pidana ;
Sangat tidak jelas dan sangat kabur dalam menguraikan adanya perbuatan
berlanjut sebagaimana diatur dalam Pasal 64 (1) KUHP
2. Surat dakwaan sangat prematur karena sesuai Undang Undang Nomor 23
Tahun 2003 terhadap dana APBD harus terlebih dahulu di audit, namun
sampai detik ini dana tersebut belum di audit BPK, sehingga belum ada hasil
audit dari BPK yang menyatakan telah terjadi penyimpangan atau
penyelewengan dana tersebut, oleh karenanya dakwaan harus dinyatakan
tidak dapat diterima

Menanggapi Nota Keberatan (Eksepsi) yang dilakukan oleh Tim Penasehat


Hukum Terdakwa, Jaksa Penuntut Umum memberikan tanggapan yang didasarkan
pada alasan-alasan sebagai berikut :
1. Penuntut Umum telah menyusun surat dakwaannya dengan jelas, cermat, dan
lengkap, telah memenuhi unsur materiil, baik mengenai tempus maupun locus

www.pemantauperadilan.com 5
Eksaminasi

delictinya. Demikian juga dengan penyebutan jumlah kerugian negara, Penuntut


Umum menyatakan kerugian negara sebagai akibat perbuatan terdakwa dan
anggota KPUD lainnya telah jelas dirumuskan dalam surat dakwaannya, yaitu :
untuk sewa mobil sebesar Rp.247.500.000,- (dua ratus empat puluh tujuh juta
lima ratus ribu rupiah), atau setidak-tidaknya sekitar jumlah itu. Sedang total
kerugian negara adalah sebesar Rp.199.550.853,- (seratus sembilan puluh
sembilan juta lima ratus lima puluh ribu delapan ratus lima puluh tiga rupiah).
Jumlah ini adalah kerugian negara dari 3 (tiga) item perbuatan terdakwa, yaitu :
Sewa Kendaraan, Sosialisasi/Penyuluhan/Penerangan, dan Pengadaan Logistik ;
2. Isi Pasal 11 huruf f Undang Undang Nomor 23 Tahun 2003 adalah
mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari APBN
sesuai dengan peraturan perundang-undangan ;
3. Eksepsi Penasehat Hukum Terdakwa mengenai kaburnya rumusan tentang
Perbuatan Berlanjut sudah termasuk materi pokok perkara ;
4. Pencantuman Pasal 55 (1) ke 1 KUHP dalam dakwaan Penuntut Umum bukan
Pasal 55 (1) angka 1e dan 2e sebagaimana keberatan Penasehat Hukum
Terdakwa hanyalah sekedar timbul dalam praktek peradilan ;
5. Pencantuman Pasal 18 (1) sub b Undang Undang Nomor 31 Tahun 1999 harus
dicantumkan dalam surat dakwaan sebagai dasar bagi Jaksa (sebagai eksekutor)
untuk mengembalikan kerugian keuangan negara setelah perkara berkekuatan
hukum tetap.

Dengan adanya Surat Dakwaan dari Jaksa Penuntut Umum, yang kemudian
ditanggapi dengan Nota Keberatan (Eksepsi) oleh Tim Penasehat Hukum Terdakwa,
serta ditanggapi lagi dengan Tanggapn terhadap Nota Keberatan (Eksepsi) oleh Jaksa
Penuntut Umum, Majelis Hakim Pengadilan Negeri Lumajang memberikan
pertimbangan hukum (terlampir) dalam Putusan Sela yang pada intinya
memutuskan untuk mengadili :

www.pemantauperadilan.com 6
Eksaminasi

1. Mengabulkan Nota Keberatan (Eksepsi) Penasehat Hukum Terdakwa ;


2. Menyatakan surat dakwaan Penuntut Umum
No.Reg.Perk.PDS.09/Lumaj/05/2005, tertanggal 06 Juni 2005, BATAL DEMI
HUKUM ;
3. Memerintahkan agar terdakwa segera dikeluarkan dari tahanan sejak putusan
ini dijatuhkan ;
4. Membebankan segala biaya perkara yang timbul dalam perkara ini kepada
negara sebesar Rp.5000,- (lima ribu rupiah).

B. Catatan Hukum
Kasus yang menyangkut KPU para anggota KPU Daerah Lumajang yang oleh
Jaksa Penuntut Umum (JPU) didakwa melakukan tindak pidana korupsi seperti yang
dimaksud dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2001, dimana pada waktu Penuntut Umum menyampaikan atau
membacakan surat dakwaannya ternyata oleh Penasehat Hukum Terdakwa diajukan
nota keberatan (eksepsi) karena dianggap dakwaannya kabur, dan nota keberatan
yang diajukan tersebut ternyata oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Lumajang
diterima dan dinyatakan dakwaan batal demi hukum.
Tentang adanya nota keberatan yang telah diajukan oleh Penasehat Hukum
Terdakwa mengenai dakwaan Jaksa Penuntut Umum (JPU) yang kurang cermat dan
karenanya dinyatakan kabur, Tim Eksaminator mengambil kesimpulan yang sama
dengan apa yang telah disampaikan oleh Tim Penasehat Hukum Terdakwa, namun
Tim Eksaminator memberikan pendapat yang berbeda, bahkan cenderung tidak
sepakat dengan Tim Penasehat Hukum Terdakwa mengenai :

1. Tentang Dakwaan Batal Demi Hukum karena surat dakwaan tidak berisi uraian
secara cermat, jelas, dan lengkap mengenai tindak pidana yang dilakukan

www.pemantauperadilan.com 7
Eksaminasi

Tim Eksaminator menilai Nota Keberatan (Eksepsi) yang diajukan Tim


Penasehat Hukum Terdakwa tentang Surat Dakwaan yang dibuat tidak cermat, tidak
jelas, dan tidak lengkap mengenai tindak pidana yang dilakukan, secara teoritis
maupun secara praktis seperti yang diatur dalam Kitab Undang Undang Hukum
Acara Perdata (KUHAP) adalah sebagai berikut :
Ketentuan Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP :
Penuntut Umum membuat surat dakwaan yang diberi tanggal dan
ditandatangani, serta berisi : uraian secara cermat, jelas, dan lengkap
mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan
waktu dan tenpat tindak pidana itu dilakukan

Dari rumusan Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP tersebut tidak dijelaskan
secara jelas mengenai apa yang dimaksud dengan surat dakwaan yang cermat, jelas,
dan lengkap, namun menurut beberapa pandangan yang digunakan bahwa surat
dakwaan harus dibuat dengan jelas, penuh ketelitian, tidak sembarangan, serta hati-
hati. Artinya disini adalah tidak menimbulkan kekaburan atau keraguan, dan tidak
perlu ditafsirkan lagi. Surat dakwaan juga harus dibuat dengan lengkap, yang artinya
adalah tidak ada lagi unsur-unsur yang ditentukan didalam pasal dakwaan yang
ketinggalan atau tidak dimasukan kedalam surat dakwaan.
Menurut kebiasaan praktek pradilan dan yurisprudensi, bahwa suatu surat
dakwaan dikatakan tidak cermat, tidak jelas, dan tidak lengkap apabila pasal yang
didakwakan tidak diterangkan secara utuh dan menyeluruh, juga surat dakwaan
yang berisikan pertentangan antara fakta dan dasar hukum yang satu dengan fakta
dan dasar hukum yang lainnya. Hal demikian akan merugikan kepentingan
Terdakwa dalam melakukan pembelaan.
Selain itu juga menurut Surat Edaran Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor
: SE-004/J.A/11/1993, tanggal 16 November 1993, yang kemudian dijelaskan dengan

www.pemantauperadilan.com 8
Eksaminasi

Surat Edaran Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum (JAM.PIDUM) Nomor :
B.607/E/11/1993, tanggal 22 November 1993, merumuskan agar surat dakwaan :
a. Cermat, didasarkan pada ketentuan pidana terkait, tanpa adanya kekurangan
atau kekeliruan yang menyebabkan surat dakwaan batal demi, hukum atau dapat
dibatalkan, atau dinyatakan tidak dapat diterima.
b. Jelas, didasarkan pada uraian yang jelas dan mudah dimengerti dengan cara
menyusun redaksi yang mempertemukan fakta-fakta perbuatan terdakwa
dengan unsur-unsur tindak pidana yang didakwakan, sehingga terdakwa yang
mendengarkan atau membacanya akan mengerti dan mendapat gambaran
tentang siapa yang melakukan tindak pidana, tindak pidana apa yang dilakukan,
kapan dan dimana tindak pidana itu dilakukan, apa akibat yang ditimbulkan dan
mengapa terdakwa melakukan tindak pidana itu.
c. Lengkap, didasarkan pada uraian yang bulat dan utuh ,yang mampu
menggambarkan unsur-unsur tindak pidana yang didakwakan, beserta waktu
dan tempat tindak pidana itu dilakukan.

Bahwa surat dakwaan mempunyai kedudukan yang sangat penting dan


menduduki posisi sentral dalam proses penyelesaian perkara pidana atau dalam hal
ini adalah perkara korupsi. Karena itu penuntut umum dituntut benar-benar cermat
dalam menyusun surat dakwaan. Dengan surat dakwaan penuntut umum
meletakkan batu pertama dalam pemeriksaan sidang di pengadilan dari situlah
diketahui dari mana pemeriksaan terdakwa akan diawali. Oleh karena itu penuntut
umum dituntut memiliki kemampuan teknis, profesional dan punya integritas moral
yang handal.
Bahwa penuntut umum dalam surat dakwaan No. Reg.
Perk..PDS.09/Lumaj/05/2005 menawarkan kelemahan diantaranya. Surat Dakwaan
tidak menerangkan secara utuh dan menyeluruh mengenai tindak pidana yang
dilakukan Terdakwa, dan perbuatan mana yang dikatakan melanggar atau melawan

www.pemantauperadilan.com 9
Eksaminasi

hukum sebagaimana diatur dalam pasal 2 ayat (1) UU No. 31 Tahun 1999. Penuntut
Umum memang sudah berusaha menguraikan tindak pidana yang dilakukan
Terdakwa diawali ketika Terdakwa menjadi Ketua KPU Kab. Lumajang, yang disusul
dengan pengajuan dana ke Pemkab Kab. Lumajang, bantuan dana untuk KPU Kab.
Lumajang melalui APBD sebesar Rp. 600 juta kepada KPU Kab. Lumajang dan
sampai pada penggunaan uang Rp. 240 Juta untuk sewa 5 unit mobil yang ditaksir
merugikan Negara Rp. 247.500.000,- (dua ratus empat puluh tujuh juta lima ratus
ribu rupiah). Dimana perbuatan melawan hukumnya ? perbuatan mana yang
memperkaya diri sendiri dan perbuatan mana yang memperkaya orang lain.
Bahwa Dakwaan hanya menguraikan dana dari APBD, tidak menguraikan
untuk apa saja dana sebesar Rp. 600 Juta digunakan KPU Kab. Lumajang
sebagaimana pengajuannya atau menguraikan pos-pos anggaran mana saja yang
dimintakan KPU Kab. Lumajang untuk dibiayai APBD. Akibatnya ketika Penuntut
Umum mendakwa Terdakwa menyelewengkan dana APBD dengan dalih sewa
mobil atau kendaraan bermotor menjadi kabur atau tidak jelas dan tidak bisa dilihat
dengan jelas adanya unsur korupsi dalam sewa mobil tersebut. Maka adalah wajar
kalau hakim memberikan penilaian adalah tidak cukup bilamana jaksa dalam
dakwaannya hanya menyebutkan pasal-pasal ketentuan hukum pidana yang
didakwakan tanpa memberikan uraian yang jelas, terang serta merumuskannya
tentang perbuatan meteriil yang dilakukan oleh terdakwa.
Bahwa kesalahan-kesalahan dalam membuat dakwaan apakah itu disengaja
atau tidak disengaja semestinya tidak perlu terjadi mengingat kerja-kerja yang
terkait dengan pembuatan surat dakwaan sudah diatur secara tegas dan jelas. Bagi
kejaksaan membuat surat dakwaan merupakan kewajiban yang selalu dijalankan
setiap kasus yang ditangani disidangkan di pengadilan.
Bahwa dakwaan yang cermat, jelas dan lengkap tetap menjadi syarat yang
sama ketika Penuntut Umum mendakwa Terdakwa menyelewengkan dana APBN
untuk sosialisasi, penerangan dan Penyuluhan atau untuk pengadaan logistik pemilu.

www.pemantauperadilan.com 10
Eksaminasi

Bahwa dalam surat dakwaan yang dibuat penuntut umum diketahui antara
dakwaan primer dan subsidir bunyi pasalnya sama persis. Jika ini benar, maka hal ini
akan semakin memperkuat bahwa ada upaya tersembunyi yang dilakukan untuk
menyelamatkan terdakwa dari jeratan hukum tindak pidana korupsi.

Pertimbangan Majelis Hakim


Bahwa Majelis Hakim dalam memberikan pertimbangan hukum sebagai
landasan untuk memutuskan Dakwaan Batal Demi Hukum lebih terfokus pada
dakwaan penuntut umum khususnya mengenai penyelewengan dana APBD.
Penyelewengan Dana APBN untuk sosialisasi dan Penyelewengan Dana untuk
Pengadaan logistic pemilu tahun 2004 diabaikan.
Bahwa dalam dakwaan Penuntut Umum ada tiga perbuatan yang didakwakan
kepada Terdakwa sebagai perbuatan korupsi dimana ketiga perbuatan itu menjadi
sumber utama yang mengakibatkan terjadinya kerugian Negara.
Bahwa sesuai dengan penjelasan Pasal 2 ayat (1) UU No. 31 Tahun 1999
disebutkan bahwa dalam, kata dapat sebelum frasa merugikan keuangan atau
perekonomian Negara menunjukkan bahwa tindak pidana korupsi merupakan delik
formil, yaitu adanya tindak pidana korupsi cukup dengan dipenuhinya unsur-unsur
perbuatan yang sudah dirumuskan bukan dengan timbulnya akibat. Oleh karena itu
sepanjang perbuatan terdakwa sudah memenuhi unsure, maka bisa dikatakan
korupsi telah terjadi. Persoalan kerugian negara akibat korupsi berapa jumlah
kerugian Negara yang sebenarnya harus dicari dan dibuktikan dalam persidangan.

2. Salah dalam mencantumkan pasal yang dilanggar, yaitu Pasal 55 ayat (1) ke 1
KUHP, dimana dalam KUHP tidak ada Pasal 55 (1) ke 1 KUHP, yang ada Pasal
55 ayat (1) ke 1e dan 2e.
Pengacara Terdakwa dalam Nota Keberatannya (Eksepsi) menyampaikan
bahwa Jaksa Penuntut Umum (JPU) tidak cermat dalam membuat dakwaan Pasal 55

www.pemantauperadilan.com 11
Eksaminasi

(1) ke 1 KUHP, karena dalam KUHP tidak ada pasal yang dimaksud, namun yang ada
hanyalah Pasal 55 (1), angka 1 e dan 2 e, sehingga dakwaan Jaksa Penunut Umum
(JPU) batal demi hukum karena obscure liber (kabur), confuse (membingungkan),
misleading (menyesatkan), yang mengakibatkan Terdakwa atau Penasehat
Hukumnya kesulitan untuk melakukan pembelaan diri, dan perbuatan yang
menghadapkan Terdakwa dengan surat dakwaan yang tidak jelas atau
membingungkan dikualifikasikan sebagai perkosaan terhadap hak asasi atas
pembelaan diri. Oleh karena pencantuman pasal yang salah merupakan bukti
dakwaan disusun secara tidak cermat sebagaimana disyaratkan oleh Pasal 143 ayat
(3) KUHAP, maka sesuai dengan Pasal 143 ayat (3) KUHAP tersebut surat dakwaan
haruslah dinyatakan Batal Demi Hukum.
Dalam tanggapan Jaksa Penuntut Umum (JPU) atas Nota Keberatan (Eksepsi)
Penasehat Hukum Terdakwa terhadap salah pencantuman Pasal 55 (1) KUHP
adalah: Bahwa pencantuman Pasal 55 (1) ke 1 KUHP dalam dakwaan penuntut
bukan Pasal 55 (1) angka 1 e dan 2 e sebagaimana keberatan Penasehat Hukum
Terdakwa, hanyalah sekedar timbul dalam praktek peradilan.
Majelis hakim yang memeriksa perkara tersebut dalam pertimbangan
hukumnya memberikan alasan bahwa apa yang dikemukakan Penasehat Hukum
Terdakwa mengenai kesalahan pencantuman Pasal 55 (1) ke 1 KUHP harus ditolak,
karena hal itu hanya menyangkut persoalan praktek peradilan yang tidak
berimplikasi yuridis.
Harus disadari bahwa KUHP yang dipakai saat ini bukanlah KUHP yang sah,
KUHP yang dipakai saat ini sebenarnya merupakan terjemahan yang dilakukan oleh
pakar hukum, dengan demikian tentu terjemahannya tergantung dari selera dan
kemampuan serta tujuan dari penterjemahnya. KUHP yang sah dalam bahasa
Belanda yang asalnya dari Stb. 1915 Nomor 732 yaitu Wetboek van Strafrecht voor
Nederlandsch Indie (WvS-NI). Kemudian dengan Undang Undang Nomor 1 Tahun
1946 yang tersebut dalam Pasal 1 jo Pasal 6 ayat (1), Wetboek van Strafrecht voor

www.pemantauperadilan.com 12
Eksaminasi

Nederlandsch Indie (WvS-NI) diubah menjadi Wetboek van Strafrecht (WvS).


Didalam Pasal 6 ayat (2) nya WvS itu disebut sebagai Kitab Undang Undang Hukum
Pidana (KUHP), tetapi isi pasal-pasalnya masih tetap dalam bahasa Belanda, yang
diterjemahkan hanya judulnya saja.
Dalam kaitan masalah penggunaan Pasal 55 KUHP yang menjadi salah satu
alasan bagi Penasehat Hukum Terdakwa untuk menyatakan dakwaan Jaksa
Penuntut Umum (JPU) kabur adalah sebenarnya yang terdapat dalam KUHP
terjemahan R. Susilo. Didalam KUHP terjemahan Prof. Moeljatno, Prof. Ruslan
Saleh, dan juga terjemahan Departemen Kehakiman (DEPKEH), penulisan atau
penyebutan pasalnya sebagai Pasal 55 ayat (1) ke 1 dan ke 2. jadi perbedaannya
hanya perbedaan penterjemahnya, namun isi dan maknanya sama. Oleh sebab itu
apa yang dikemukakan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Lumajang dalam
pertimbangannya benar, bahwa apa yang digunakan oleh Jaksa Penuntut Umum
(JPU) atas penulisan Pasal 55 (1) ke 1 KUHP itu tidak menjadi masalah, dikarenakan
tidak adanya implikasi atau akibat yuridisnya.

3. Salah dalam mencantumkan pasal yang dilanggar, yakni Pasal 18 sub b Undang
Undang Nomor 31 Tahun 1999 yang dikatakan sebagai perbuatan pidana yang
telah dilakukan oleh Terdakwa, padahal pasal tersebut merupakan pidana
tambahan bukan delik / perbuatan pidana
Dalam dakwaan Jaksa Penuntut Umum (JPU) dalam Pasal 18 ayat (1) sub b
Undang Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi jo Undang Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang
Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi :
Pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya dengan harta
benda yang diperoleh dari tindak pidana korupsi

www.pemantauperadilan.com 13
Eksaminasi

Bahwa pasal tersebut diatas adalah bukan delik atau perbuatan pidana,
melainkan pidana tambahan, sehingga Pasal 18 ayat (1) sub b tersebut diatas bukan
perbuatan atau delik yang bias didakwakan, sehingga dengan dicantumkannya pasal
tersebutsebagai perbuatan yang dilanggar pula oleh Terdakwa merupakan hal yang
sangat membingungkan bagi Terdakwa.
Dalam tanggapan Jaksa Penuntut Umum (JPU) atas Nota Keberatan (Eksepsi)
Penasehat Hukum Terdakwa menyatakan bahwa Pencantuman Pasal 18 ayat (1) sub
b Undang Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi jo Undang Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang
Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
harus dicantumkan dalam surat dakwaan, hal ini sebagai dasar bagi Jaksa (sebagai
eksekutor) untuk mengembalikan kerugian keuangan negara setelah perkara
berkekuatan hukum tetap.
Tentang penggunaan Pasal 18 ayat (1) sub b Undang Undang Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Undang Undang
Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Tim Eksaminator melihat pasal
tersebut tidak ditempatkan secara mandiri, tetapi dikaitkan dengan Pasal 2 ayat (1)
Undang Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi jo Undang Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang
Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Jadi
harus diartikan bahwa pidana tambahan yang dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) sub
b itu juga dikenakan pada Terdakwa

www.pemantauperadilan.com 14
Eksaminasi

C. KESIMPULAN & REKOMENDASI


1. Kesimpulan
Seperti diketahui bersama bahwa kasus korupsi yang melibatkan aparat
negara / aparat pemerintahan merupakan isu yang cukup sensitif dan menarik untuk
dikedepankan menjadi sebuah bahan diskusi disamping adanya upaya dari penegak
hukum untuk memberantasnya. Kasus korupsi yang melibatkan KPU Kabupaten
Lumajang dalam hal ini memiliki nilai tersendiri mengingat untuk pertama kalinya
kasus korupsi ini terjadi di tubuh institusi KPU yang nota bene menjadi sebuah
institusi yang akan mengawal proses demokrasi di Indonesia.
Mengingat kondisi inilah kasus tersebut menjadi sorotan penting, tidak hanya
sebagai konsumsi lokal namun juga menjadi fokus bagi para pengambil kebijakan di
pusat. Dengan menjadi sorotan penting ini setidaknya akan menjadi sebuah
keuntungan strategis untuk segera menuntaskan kasus tersebut, karena setidaknya
ini akan menjadi pertaruhan baik secara hukum maupun politik dari pemerintah
untuk dapat menegakan supremasi hukum, tetapi pada kenyataannya ada indikasi
bahwa upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan oleh penegak hukum dalam
kasus korupsi di KPU Kabupaten Lumajang dilakukan kurang serius.
Hal ini dapat dilihat dari tidak terpenuhinya ketentuan dalam pembuatan
surat dakwaan yang berdampak dakwaan dinyatakan batal demi hukum. Ini
setidaknya menjadi sebuah tamparan keras bagi korps Kejaksaan, mengingat sebagai
sebuah institusi penegak hukum sudah barang tentu dalam hal pembuatan surat
dakwaan sudah pasti harus dibuat secara sempurna memenuhi ketentuan yuridis
normatif, selain itu bahwa kasus korupsi di KPU Kabupaten Lumajang ini
merupakan kasus korupsi yang menjadi sorotan publik sebagai mana dijelaskan
diatas, sehingga sudah barang tentu penaganannya harus dilakukan sebaik dan
seprofesional mungkin. Namun kesalahan sudah terjadi, sehingga ini sekali lagi
menunjukkan bahwa jaksa penuntut umum tidak memiliki keseriusan dalam
memberantas korupsi.

www.pemantauperadilan.com 15
Eksaminasi

Meskipun sidang tetap dilanjutkan dengan pembuatan surat dakwaan baru


atau penyempurnaan dari dakwaan yang dinyatakan batal demi hukum, namun
hingga pelaksanaan eksaminsi publik ini proses persidangan kasus korupsi di KPU
Kabupaten Lumajang ini sangat lamban dan cenderung ditunda-tunda, sehingga
sekali lagi mengesankan bahwa kasus ini diproses dengan cara yang tertutup, tidak
transparan, dan jauh darfi prinsip keadilan.

2. Rekomendasi
a. Harus ada upaya yang lebih intens dan berkelanjutan dimana NGO,
Perguruan Tinggi, Praktisi Hukum, DPRD dan Masyarakat bersama-sama
melakukan pemantauan persidangan dengan tiga obyek sekaligus, yaitu Jaksa,
Hakim dan Tersangka (kuasa hukum tersangka);
b. Mempublikasikan setiap temuan yang dianggap mengganggu proses
penegakan hukum perbuatan korupsi;
c. Melaporkan dugaan korupsi di KPU Kabupaten Lumajang kepada Kejaksaan
Agung, KPK agar dipantau dan mendapatkan dukungan;
d. Mengadakan publik hearing dengan Kejaksaan, DPRD agar kasus dugaan
korupsi di KPU Kabupaten Lumajang penanganannya dimaksimalkan;
e. Jika dimungkinkan dapat dilakukan gelar perkara yang melibatkan aparat
penegak hukum, DPRD, Tersangka, NGO, Perguruan Tinggi, dan masyarakat
untuk mencari solusi alternatif untuk menyelesaikan kasus korupsi tersebut.

www.pemantauperadilan.com 16

Anda mungkin juga menyukai