Anda di halaman 1dari 13

PEMBAGIAN HARTA BERSAMA DITINJAU DARI BESARAN

KONTRIBUSI SUAMI ISTRI DALAM PERKAWINAN


Kajian Putusan Nomor 618/PDT.G/2012/PA.BKT

EQUITABLE DISTRIBUTION OF MATRIMONIAL PROPERTY


BASED ON THE CONTRIBUTION OF EACH SPOUSE
An Analysis of Court Decision Number 618/PDT.G/2012/PA.BKT

M. Beni Kurniawan
Fakultas Hukum Universitas Indonesia
Jl. Salemba Raya No. 4 Jakarta 10430
E-mail: benieluchiha92@gmail.com

Naskah diterima: 14 Agustus 2017; revisi: 13 November 2017; disetujui 27 Maret 2018

http://dx.doi.org/10.29123/jy.v11i1.224

ABSTRAK janda apabila kontribusinya kurang selama perkawinan


dan tidak menjalankan kewajibannya sebagai pencari
Pembagian harta bersama diatur dalam Pasal 97
nafkah. Janda bisa mendapatkan bagian yang lebih besar
Kompilasi Hukum Islam, di mana janda maupun duda
dari duda, jika ia mendapatkan beban ganda (double
berhak separuh dari harta bersama. Pembagian tersebut
burden) sebagai pencari nafkah dan mengurus rumah
adil apabila suami dan istri memberikan besaran
tangga.
kontribusi yang sama selama perkawinan. Tidak sedikit
dalam rumah tangga, salah satu pihak tidak melaksanakan Kata kunci: harta bersama, kontribusi, keadilan.
kewajibannya, seperti suami tidak memberikan nafkah
maupun istri yang tidak mengurus rumah tangga.
Rumusan masalah yang muncul adalah bagaimana ABSTRACT
pembagian harta bersama berdasarkan kontribusi suami Distribution of assets is set out in Article 97 of Islamic
istri dalam perkawinan dari perspektif keadilan. Metode Law Compilation, in which a widow or widower
penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif is entitled to get half of their marital property. The
dengan mengkaji peraturan perundang-undangan distribution is fair when each spouse give the same
yang berkaitan dengan harta bersama dan studi kasus amount of contribution during the course of marriage.
terhadap Putusan Nomor 618/PDT.G/2012/PA.BKT. Not least in the household, one party does not carry
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembagian harta out the obligations, such as the husband who does not
bersama berdasarkan kontribusi suami istri dalam provide a living, nor the wife who does not take care of
perkawinan dari perspektif keadilan adalah pembagian the household. The formulation of the problem is how
harta bersama dengan menilai besaran kontribusi para equitable the distribution of matrimonial property based
pihak, di mana pembagian yang adil tidak harus dibagi on the acquirement of the spouse during their course of
50 persen bagi duda dan 50 persen bagi istri. Akan tetapi marriage from the perspective of justice. This analysis
duda bisa mendapatkan bagian yang lebih kecil dari uses normative juridical research method by studying

Pembagian Harta Bersama Ditinjau Dari Besaran Kontribusi Suami Istri (M. Beni Kurniawan) | 41

JURNAL ISI.indd 41 4/25/2018 3:32:58 PM


the legislation related to the issue of matrimonial rest for the widowed wife. However, a widower could
property and examining Court Decision Number 618/ earn a smaller share of the widow if his acquirement is
PDT.G/2012/PA.BKT. The results resolve that from less during the course of marriage, and fail to fulfill his
the perspective of justice, the distribution of this joint obligation to earn a living. A widow can get a greater
property measured from both spouses’ contribution in share of a widower, if she gets a double burden of
marriage is that a fair share does not necessarily have earning a living and taking care of the household.
to be half split of 50 percent for the widower and half
Keywords: matrimonial property, contribution, justice.

I. PENDAHULUAN masing berhak seperdua atas harta peninggalan


A. Latar Belakang bersama selama tidak ditentukan lain dalam
perjanjian pernikahan.” Kemudian dalam Pasal
Perkawinan tidak hanya menyatukan
128-129 KUHPerdata, dinyatakan bahwa apabila
seorang pria dan wanita dalam sebuah rumah/
putusnya tali perkawinan antara suami dan istri,
keluarga, tetapi juga membawa konsekuensi
maka harta bersama itu dibagi dua antara suami
hukum bagi suami istri maupun terhadap anak
istri.
mereka. Pada prinsipnya suatu perkawinan
bertujuan untuk selamanya dan memberikan Indonesia sebagai negara yang menganut
kesenangan serta kebahagian bagi pasangan supremacy of law mengindikasikan segala
suami istri yang bersangkutan (Rochaeti, 2013: tindakan dan keputusan penyelenggara negara
651). Namun fakta membuktikan banyak faktor harus berdasarkan hukum (Hayat, 2015: 406).
yang memicu keretakan bangunan rumah tangga. Indonesia juga menganut tradisi civil law yang
Dengan putusnya suatu perkawinan maka cenderung mengutamakan hukum tertulis
menimbulkan akibat hukum yang merupakan dalam bentuk peraturan perundang-undangan
konsekuensi dari hubungan antara suami dan (Ashidiqqie, 2014: 7). Oleh karena itu, setiap
istri. Akibat hukum yang ditimbulkan adalah putusan hakim di Indonesia harus berdasarkan
hak asuh anak (hadhonah), nafkah ‘iddah, dan kepada hukum tertulis. Hal ini bertujuan
mut’ah, masa idah istri, nafkah istri dan anak, dan untuk menjamin adanya kepastian hukum dan
harta bersama (Mulyo, 1985: 212-213). menghindari adanya perbedaan putusan hakim
yang satu dengan putusan hakim yang lainnya.
Harta bersama merupakan hasil dari
hubungan hukum kekeluargaan dan hubungan Putusan Nomor 618/PDT.G/2012/PA.BKT
hukum kekayaannya terjalin sedemikian eratnya, berawal dari seorang suami yang menggugat
sehingga keduanya tidak dapat dipisahkan (Satrio, mantan istrinya terhadap pembagian harta
1991: 5). Pembagian harta bersama antara suami bersama untuk dibagi setengah sama banyak
istri pasca perceraian menjadi persoalan yang sesuai ketentuan Kompilasi Hukum Islam.
rumit, sehingga tidak heran banyaknya gugatan Adapun istri atau (tergugat) menolak harta
harta bersama pasca terjadinya perceraian. bersama untuk dibagi sama banyak. Tergugat
Mengenai pembagian harta bersama atau gono- berpandangan bahwa harta yang diperoleh
gini dalam Kompilasi Hukum Islam dalam Pasal selama perkawinan adalah hasil jerih payahnya
97 disebutkan: “Janda atau duda cerai masing- di mana tergugatlah yang lebih dominan dalam

42 | Jurnal Yudisial Vol. 11 No. 1 April 2018: 41 - 53

JURNAL ISI.indd 42 4/25/2018 3:32:58 PM


mencari nafkah. Dalam putusannya, majelis C. Tujuan dan Kegunaan
hakim mengesampingkan aturan Kompilasi
Tujuan dari tulisan ini adalah untuk
Hukum Islam dan memutuskan bagian suami 1/3
mengetahui konsep pembagian harta bersama
dan istri 2/3.
berdasarkan kontribusi suami istri dalam
Pertimbangan hukum majelis hakim perkawinan dari perspektif keadilan. Adapun
memberikan porsi yang lebih banyak kepada kegunaan dari tulisan ini adalah dapat
istri dalam pembagian harta karena istri selain memperkaya khazanah pengetahuan hukum
mengurus rumah tangga juga mencari nafkah yang khususnya terkait dengan perkembangan konsep
seharusnya menjadi kewajiban suami (penggugat) pembagian harta di Indonesia.
sebagai kepala rumah tangga. Sebagaimana yang
diatur dalam Pasal 80 ayat (4) huruf a Kompilasi D. Tinjauan Pustaka
Hukum Islam menyatakan: “Bahwa kewajiban 1. Pengertian Harta Bersama
seorang suami terhadap istrinya adalah nafkah,
kiswah, dan tempat kediaman bagi istri.” Harta bersama adalah harta yang didapatkan
suami istri selama perkawinan. Dalam perolehan
Majelis hakim menimbang bahwa adanya harta bersama istri tidak wajib mengumpulkan
beban ganda (double burden) terhadap istri harta bersama, namun ia harus melaksanakan
sebagai ibu rumah tangga dan pencari nafkah, kewajibannya sebagai istri dalam kehidupan
maka tidak adil apabila harta bersama dibagi berumah tangga (Mursyid, 2014: 323). Menurut
setengah sama banyak antara suami dan istri. Thalib (1986: 85), harta bersama adalah harta
Putusan Nomor 618/PDT.G/2012/PA.BKT yang kekayaan yang diperoleh selama perkawinan di
memutuskan bagian 1/3 untuk suami dan 2/3 luar hadiah atau warisan. Maksudnya adalah harta
untuk istri terlihat kontradiksi dengan aturan yang didapat atas usaha mereka, atau sendiri-
yang terdapat pada Pasal 97 Kompilasi Hukum sendiri selama masa ikatan perkawinan.
Islam dan Pasal 128-129 KUHPerdata mengenai
pembagian harta bersama, di mana janda dan Adapun pengertian harta bersama dalam
duda mendapatkan bagian yang sama banyak Pasal 35 Undang-Undnag Nomor 1 Tahun 1974
yaitu seperdua. Karenanya perlu diteliti lebih tentang Perkawinan sebagai berikut: “Harta
lanjut faktor-faktor yang menyebabkan majelis yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta
hakim memberikan putusan yang bertentangan bersama.” Di dalam Al Quran dan hadis tidak
dengan hukum tertulis. ditemui konsep tentang harta bersama dalam
perkawinan. Hukum Islam hanya mengenal
pemisahan harta. Harta kekayaan istri menjadi
B. Rumusan Masalah
milik istri dan dikuasai penuh olehnya, harta
Berdasarkan latar belakang masalah di suami milik suami dan dikuasai penuh olehnya.
atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
Kitab-kitab fikih pun tidak dibahas
ini adalah bagaimana pembagian harta bersama
mengenai harta bersama. Tidak adanya
berdasarkan kontribusi suami istri dalam
pembahasan harta bersama secara komprehensif
perkawinan dari perspektif keadilan?
oleh para fuqaha’ diakui juga oleh Arifin (1996:

Pembagian Harta Bersama Ditinjau Dari Besaran Kontribusi Suami Istri (M. Beni Kurniawan) | 43

JURNAL ISI.indd 43 4/25/2018 3:32:58 PM


122) menyebutkan hal tersebut disebabkan karena diperoleh (Wijayanti, 2013: 713). Pengecualian
pemahaman syariat waktu kitab-kitab fikih terhadap harta bersama, apabila harta tersebut
tersebut ditulis dan keadaaan susunan masyarakat berupa warisan, wasiat atau hibah yang diterima
pada waktu itu belum mengenal konsep harta oleh salah satu pihak. Harta tersebut dihitung
bersama. Sedangkan di Indonesia harta bersama sebagai harta pribadi masing-masing pihak dan
dikenal melalui hukum adatnya yang diterapkan dikuasai penuh olehnya.
secara terus-menerus sebagai hukum yang hidup,
maka oleh sebab itu lembaga harta bersama 2. Klasifikasi Harta Bersama
tidak mungkin untuk disingkirkan karena lebih
besar maslahatnya dari pada mudaratnya. Mengenai harta bersama sendiri, masih
Begitupun dengan dasar metodologi mashlahah perlu untuk diklasifikasikan secara jelas mana
mursalah, konteks harta bersama kemaslahatan- yang menjadi objek harta bersama dan mana
kemaslahatan merupakan tujuan dibaginya yang bukan. Oleh karena itu, untuk mengetahui
harta bersama, di mana istri merupakan pekerja bagaimana cara menentukan objek harta bersama
di rumah suami dan patut mendapatkan upah. suami istri dalam perkawinan, perlu digambarkan
Upah atau hasil keringat istri ini dalam keluarga mengenai ruang lingkup harta bersama.
tentu tidak dapat dipisahkan dengan harta suami Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun
(Faizal, 2015: 92). 1974 dan Kompilasi Hukum Islam menegaskan
Harta bersama terbentuk bersamaan bahwa yang menjadi objek dari harta bersama
dengan terjadinya perkawinan kecuali para pihak hanya terbatas harta yang diperoleh selama
menentukan lain dalam perjanjian kawin berupa perkawinan. Tetapi menurut Harahap (1997:
pemisahan harta. Hal ini tercermin dalam Pasal 35 303), bahwa untuk menentukan objek harta
Undang-Undang Perkawinan yang menegaskan bersama tidak sesederhana itu. Menurutnya,
bahwa harta benda yang diperoleh selama ruang lingkup harta bersama sebagai berikut:
perkawinan menjadi harta bersama (Harahap, a. Harta yang dibeli selama perkawinan.
1997: 299). Setiap barang yang dibeli selama
KUHPerdata juga mengatur tentang kapan perkawinan maka secara otomatis menurut
terbentuknya harta bersama dalam Pasal 119 hukum, harta tersebut menjadi objek harta
menyebutkan bahwa sejak saat dilangsungkannya bersama suami istri, sekalipun harta atau
perkawinan, maka menurut hukum terjadi barang terdaftar atas nama salah seorang
harta bersama menyeluruh antara suami istri, suami atau istri, maka harta yang atas nama
sejauh tentang hal itu tidak diadakan ketentuan- suami istri itu dianggap harta bersama.
ketentuan lain dalam perjanjian perkawinan. b. Harta yang dapat dibuktikan diperoleh
Dengan demikian, harta apapun yang diperoleh selama perkawinan. Kalau harta
terhitung sejak saat dilangsungkan akad nikah itu dipelihara/diusahakan dan telah
sampai putusnya pernikahan, baik karena dialihnamakan ke atas nama adik suami,
perceraian maupun kematian, maka seluruh jika harta yang demikian dapat dibuktikan
harta tersebut dengan sendirinya menjadi harta hasil yang diperoleh selama masa
bersama tanpa melihat dari siapa harta tersebut

44 | Jurnal Yudisial Vol. 11 No. 1 April 2018: 41 - 53

JURNAL ISI.indd 44 4/25/2018 3:32:58 PM


perkawinan, maka harta tersebut harus Jadi menurut apa yang dirumuskan dalam
dianggap harta bersama suami istri. Kompilasi Hukum Islam, penerapan terhadap
pembagian harta bersama masing-masing
c. Harta yang dibeli dan dibangun sesudah
pihak mendapat setengah merupakan usaha
perceraian yang dibiayai dari harta
untuk adanya unifikasi hukum, sehingga ada
bersama. Harta atau rumah yang dibangun
harmonisasi putusan hakim pengadilan agama
atau dibeli sesudah terjadi perceraian
dalam memutus perkara harta bersama.
dianggap harta bersama suami istri jika
biaya pembangunan atau pembelian Pembagian dalam Kompilasi Hukum Islam
sesuatu barang tersebut diperoleh dari hasil terhadap bagian harta bersama dalam cerai hidup
usaha bersama selama perkawinan. yang dibagi setengah, sama dengan aturan yang
terdapat dalam KUHPerdata Pasal 128 yaitu:
d. Penghasilan harta bersama dan harta
“Setelah bubarnya harta bersama, kekayaan
bawaan. Penghasilan yang tumbuh dari
bersama mereka dibagi dua antara suami dan
harta bersama dengan sendirinya menjadi
istri, atau antara para ahli waris mereka, tanpa
objek harta bersama. Akan tetapi bukan
mempersoalkan dan pihak mana asal barang-
hanya penghasilan yang tumbuh dari harta
barang itu.”
bersama, melainkan juga penghasilan
yang tumbuh dari harta pribadi. Dalam hal Menurut Harahap (1997: 304) pendirian
ini barang pokoknya memang tidak boleh yang digariskan dalam Kompilasi Hukum Islam
diganggu gugat, tetapi hasil yang tumbuh sejalan dengan pandangan orientasi makna
dari padanya jatuh menjadi objek harta perkongsian itu sendiri, sehingga suami istri
bersama. dianggap sebagai pihak dalam perkongsian
terhadap harta bersama dan patut untuk
Mengenai ketentuan pembagian harta
mendapatkan hak dan bagian yang sama apabila
bersama menurut Undang-Undang Nomor 1
perkawinaan mereka pecah.
Tahun 1974 tentang Perkawinan tidak mengatur
secara jelas tentang ketentuan pembagian harta
3. Pengaruh Kontribusi dalam Pembagian
bersama. Dalam Pasal 37 menyebutkan bahwa:
Harta Bersama
“Bila perkawinan putus karena perceraian, harta
bersama diatur menurut hukumnya masing- Perubahan pola hidup masyarakat terjadi
masing,” yang dimaksud dengan hukumnya secara perlahan tapi pasti akan menimbulkan
masing-masing ditegaskan dalam penjelasan akses cukup besar terhadap timbulnya perubahan
Pasal 37 itu sendiri yaitu: “Hukum agama, hukum nilai-nilai masyarakat. Nilai-nilai yang dulunya
adat, dan hukum lainnya.” sudah mapan mengalami pergeseran dan
mengambil bentuknya yang baru demikian
Kompilasi Hukum Islam mengatur secara
seterusnya (Hakim, 2015: 119). Misal, dahulu jika
jelas mengenai porsi pembagian harta bersama.
seorang istri bekerja mencari nafkah membantu
Secara khusus, Pasal 97 yang berbunyi: “Janda
keluarga dapat menimbulkan citra buruk di mata
atau duda cerai hidup masing-masing berhak
masyarakat, tetapi sekarang hal itu merupakan hal
seperdua dari harta bersama sepanjang tidak
yang biasa akibat tuntutan dan perubahan zaman.
ditentukan lain dalam perjanjian perkawinan.”

Pembagian Harta Bersama Ditinjau Dari Besaran Kontribusi Suami Istri (M. Beni Kurniawan) | 45

JURNAL ISI.indd 45 4/25/2018 3:32:58 PM


Ekonomi keluarga tidak hanya menjadi monopoli tulang dan tidak pula mengurus rumah tangga,
laki-laki atau suami, melainkan juga istri. pembagian harta bersama setengah bagi istri
dan setengah bagi suami tersebut tidak sesuai
Penghasilan ekonomi istri juga tidak
dengan rasa keadilan.
sekadar menjadi sumber ekonomi tambahan
atau sampingan bahkan bisa jadi sumber pokok Sebagaimana teori keadilan distributif dari
atau utama. Khusus di daerah perkotaan saat ini Aristoteles (justisia distributive) yang menyatakan
semakin banyak terjadi penghasilan istri justru bahwa keadilan adalah memberikan bagian kepada
menjadi tumpuan ekonomi keluarga termasuk setiap orang didasarkan atas jasa-jasanya atau
suaminya. Dengan begitu istri mempunyai beban kontribusinya (Dwisvimiar, 2011: 507). Karenanya
ganda (double burden) sebagai ibu rumah tangga istri berhak mendapatkan bagian harta bersama yang
dan pencari nafkah. Hal tersebut menjadikan lebih banyak dari suami apabila mempunyai jasa
ketimpangan kontribusi antara suami istri dalam yang lebih besar dari suami selama masa perkawinan.
suatu rumah tangga. Berdasarkan hal tersebut maka kontribusi dalam
perkawinan dapat memengaruhi besaran porsi
Pembagian harta bersama seperdua bagi
yang didapatkan dalam pembagian harta bersama.
suami dan seperdua bagi istri hanya sesuai
dengan rasa keadilan dalam hal baik suami
maupun istri sama-sama melakukan kontribusi II. METODE
yang dapat menjaga keutuhan dan kelangsungan Tulisan ini adalah tulisan yuridis normatif
hidup keluarga. Dalam hal ini, pertimbangan dengan melakukan kajian mendalam terhadap
bahwa suami atau istri berhak atas setengah aturan-aturan normatif yaitu melihat hukum
harta bersama adalah berdasarkan peran yang sebagai norma dalam masyarakat (Soekanto &
dimainkan baik oleh suami atau istri, sebagai Mamudji, 2006: 14) dengan melakukan studi
partner yang saling melengkapi dalam upaya kasus terhadap Putusan Nomor 618/PDT.G/2012/
membina keutuhan dan kelestarian keluarga. PA.BKT. Tulisan ini menggunakan pendekatan
Keadaan istri tidak bekerja di luar, tetapi deskriptif yaitu suatu penelitian yang dilakukan
dia masih memiliki peran besar dalam menjaga dengan tujuan utama untuk mendeskripsikan
keutuhan dan kelangsungan keluarga, seperti atau memberikan gambaran tentang suatu objek
mengurusi urusan rumah tangga, mengantar dan penelitian secara objektif.
menjemput anak, berbelanja dan menyediakan Data yang digunakan adalah data sekunder
kebutuhan suami, dan lain sebagainya, maka yang terdiri dari bahan-bahan hukum primer
istri tersebut layak untuk mendapatkan hak yaitu Putusan Nomor 618/PDT.G/2012/PA.BKT,
setengah harta bersama. Karena status istri yang Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
bekerja di rumah sebagai ibu rumah tangga sama Perkawinan, Peraturan Pemerintah Nomor 9
pentingnya dengan status suami bekerja di luar Tahun 1975, Kompilasi Hukum Islam, Undang-
rumah tangga (Salim & Nurlaelawati, 2009: 72). Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan
Sebaliknya, ketika istri bekerja, sedangkan pihak Agama beserta beserta perubahannya (Undang-
suami t idak menjalankan peran yang semestinya Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan Undang-
sebagai partner istri, si suami tidak ikut banting Undang Nomor 50 Tahun 2009). Adapun bahan

46 | Jurnal Yudisial Vol. 11 No. 1 April 2018: 41 - 53

JURNAL ISI.indd 46 4/25/2018 3:32:58 PM


hukum sekunder yaitu buku, jurnal, dan artikel sebagai kepala rumah tangga mempunyai
ilmiah yang terkait dengan objek penelitian ini. kewajiban dan bertanggung jawab penuh atas
kelangsungan hidup berumah tangga. Di mana
Alat pengumpulan data yang digunakan
penggugat adalah sebagai pemimpin dalam
adalah studi kepustakaan yang dilakukan guna
rumah tangga sebagaimana Surat An-Nisa ayat
mencari, mencatat, menganalisa, dan memahami
34 yang berbunyi: “Lelaki itu pimpinan dalam
data-data sekunder yang disebutkan di atas
rumah tangga.”
serta bahan-bahan lain yang membantu untuk
menganalisis permasalahan dalam tulisan ini. Majelis hakim memperkuat pertimbangan
Analisis data yang digunakan dalam penelitian hukumnya berdasarkan Pasal 80 ayat (4) huruf
ini adalah analisis kualitatif dengan menganalisa a dan b Kompilasi Hukum Islam menyatakan
permasalahan melalui proses-proses penyaringan bahwa kewajiban seorang suami terhadap istrinya
informasi-informasi yang kemudian dihubungkan adalah:
dengan langkah pemikiran rasional dari sudut
a. Nafkah, kiswah, dan tempat kediaman bagi
pandang teoritis (Moleong, 2005: 24).
istri.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN b. Biaya rumah tangga, biaya perawatan dan
biaya pengobatan bagi istri dan anak.
Putusan Nomor 618/PDT.G/PA.BKT
adalah perkara sengketa bersama di mana Kewajiban-kewajiban suami terhadap
penggugat (suami) menggugat tergugat (istri). istri (keluarga) adalah tanggung jawab penuh
Dasar hukum menurut Pasal 97 Kompilasi Hukum suami untuk menafkahi, melindungi istri dan
Islam, penggugat dan tergugat masing-masing anak. Kenyataannya selama penggugat dengan
berhak atas ½ (seperdua) dari harta bersama. tergugat dalam berumah tangga, tergugatlah
Dalam pokok perkara dijelaskan bahwa ketika yang lebih dominan dan berperan aktif dalam
penggugat dan tergugat berumah tangga, yang memenuhi kebutuhan hidup rumah tangganya,
aktif dalam mencari nafkah adalah tergugat (istri) hal ini dapat dilihat dari kegigihan istri dalam
yang bekerja sebagai PNS, adapun penggugat memenuhi kehidupan rumah tangganya,
(suami) tidak menjalankan kewajibannya sementara penggugat bekerja atas apa yang sudah
sebagaimana mestinya. Penggugat hanyalah diusahakan oleh tergugat sebelumnya.
seorang pengangguran yang kemudian dimodali
Istri (tergugat) bekerja dalam rumah
oleh tergugat untuk berdagang, meskipun pada
tangga sifatnya hanya meringankan beban suami
akhirnya hasil dagangan penggugat tidak terlalu
(penggugat) bukan sebagai tulang punggung
berpengaruh terhadap perekonomian keluarga.
untuk memenuhi kelangsungan hidup berumah
Majelis hakim menyebutkan bahwa tangga. Karenanya harta yang diperoleh (tanah
dalam mendapatkan harta bersama yaitu tanah, dan bangunan) selama perkawinan penggugat
tergugat memperolehnya dengan menggunakan dengan tergugat selama ini lebih dominan usaha
harta bawaan tergugat sejumlah 31 gram emas dari tergugat, dengan demikian tidak sepantasnya/
dan ditambah dengan harta dari adik tergugat sepatutnya harta yang didapat selama perkawinan
sejumlah 12 gram emas. Padahal penggugat dibagi sama antara penggugat dengan tergugat.

Pembagian Harta Bersama Ditinjau Dari Besaran Kontribusi Suami Istri (M. Beni Kurniawan) | 47

JURNAL ISI.indd 47 4/25/2018 3:32:58 PM


Berdasarkan pertimbangan tersebut, dalam suami memberikan kontribusi yang kurang maka
putusannya, majelis hakim melakukan ijtihad sudah seyogianya porsi istri dalam harta bersama
progressif dengan melakukan contra legem yaitu lebih besar dari suami. Begitu juga apabila suami
mengesampingkan norma aturan yang terdapat sudah membanting tulang untuk mencari nafkah
dalam Pasal 97 Kompilasi Hukum Islam yang sedangkan istri tidak mengurus rumah tangga
seharusnya harta bersama dibagi setengah sama dengan benar bahkan berbuat serong atau nusyuz,
banyak di antara para pihak, akan tetapi majelis maka sudah semestinya bagian suami dalam harta
hakim memutuskan bahwa harta bersama dibagi bersama lebih besar dari istri.
dengan ketentuan 1/3 (satu per tiga) bagian untuk
Apabila hakim tetap menerapkan
penggugat (suami) dan 2/3 (dua per tiga) bagian
ketentuan Pasal 97 Kompilasi Hukum Islam
lagi adalah hak tergugat (istri).
tentang pembagian harta bersama di mana para
Penulis mengapresiasi putusan majelis pihak mendapatkan porsi yang sama banyak,
hakim yang memberikan porsi harta bersama sedangkan hanya salah satu pihak yang berjuang
yang lebih banyak kepada istri dari pada mati-matian dalam mengumpulkan harta bersama
suami. Putusan tersebut merupakan putusan tetapi pihak lain tetap mendapatkan hak yang sama
yang memberikan proteksi terhadap hak-hak dengan pihak yang mempunyai kontribusi lebih,
perempuan dalam memperoleh haknya secara maka putusan tersebut jauh dari nilai keadilan.
adil. Tentunya putusan tersebut merupakan
Hakim diharuskan mempunyai kapabilitas
sebuah langkah progresif yang inheren dengan
dalam mengeksplorasi nilai-nilai keadilan untuk
perlindungan hak asasi manusia perempuan
kemudian menjadi konsiderasi hakim dalam
sebagaimana ditegaskan dalam Deklarasi Wina.
membuat sebuah putusan (Rosadi, 2016: 382).
Deklarasi ini menegaskan konsepsi tentang hak
Hakim juga dapat menjadikan nilai-nilai moral
asas perempuan sebagai hak asasi manusia yang
dalam masyarakat menjadi rujukan justifikasi
universal (Arinanto et al., 2015: 27), yaitu: “The
untuk menyelesaikan kasus-kasus hukum
human rights of women and of the girl-child are
yang hukumnya tidak lengkap (Luthan, 2012:
an inalienable, integral and indivisible part of
517). Karena putusan yang berkualitas adalah
universal human right.”
putusan yang dapat menimbulkan rasa keadilan
Mengenai Pasal 97 Kompilasi Hukum di masyarakat dengan mengingat hukum adalah
Islam tentang pembagian harta bersama ada nilai-nilai yang hidup di masyarakat.
filosofinya yaitu bahwa suami mencari nafkah
Penyeragaman hukum dalam masalah
merupakan kewajibannya sebagai kepala
pembagian harta bersama sebagaimana yang
keluarga dan istri mengurus rumah tangga juga
diatur di dalam Kompilasi Hukum Islam
merupakan kewajibannya, sehingga pekerjaan
merupakan sebuah komitmen dari upaya unifikasi
istri tersebut dihitung juga sebagai kontribusi.
hukum untuk mengatasi konflik yang mungkin
Hal ini berbeda apabila istri yang mencari
akan muncul terhadap porsi bagian suami istri di
nafkah, karena pada dasarnya penghasilan istri
dalam harta bersama. Namun demikian, muncul
hanya sekadar membantu saja bukan sebagai
pertanyaan sejauh manakah konsepsi pembagian
tulang punggung keluarga. Apabila dalam rumah
harta bersama di Kompilasi Hukum Islam dapat
tangga itu istri yang mencari nafkah sedangkan

48 | Jurnal Yudisial Vol. 11 No. 1 April 2018: 41 - 53

JURNAL ISI.indd 48 4/25/2018 3:32:58 PM


memenuhi rasa keadilan alam masyarakat? cicilannya sampai lunas dan setengah dari uang
Terlebih apabila selama masa perkawinan hanya mukanya. Dalam pembangunan rumah, istri
salah satu pihak yang berjasa atau memiliki yang membangun dengan uang hasil pinjaman
kontribusi dalam memperoleh harta bersama. koperasi, gaji tergugat sebagai PNS, dan uang
tabungan si istri. Sedangkan penggugat (suami)
Konsekuensi dari egalitarian membuat para
tidak memberikan uang untuk membeli bahan
istri tidak hanya duduk di rumah dan melayani
bangunan. Begitu juga harta bersama berupa
kebutuhan suami, melainkan juga bergulat
toko, tergugatlah (istri) yang memberikan
dengan usaha dan kerja-kerja ekonomi, sosial,
modal dagangan dari pinjaman koperasi yang
politik, dan sebagainya. Penghasilan ekonomi
kemudian dicicil dengan gaji tergugat. Adapun
istri juga tidak sekadar menjadi sumber ekonomi
penggugat (suami) tidak mau tahu tentang
tambahan atau sampingan bahkan bisa jadi
utang dari pinjaman koperasi yang dilakukan
menjadi sumber pokok atau utama. Khusus
oleh tergugat (istri) untuk membeli tanah,
di daerah perkotaan saat ini semakin banyak
membangun rumah, dan toko.
terjadi penghasilan istri justru menjadi tumpuan
ekonomi keluarga termasuk suaminya. Dengan Hal tersebut memberikan beban ganda
begitu istri mempunyai beban ganda (double terhadap istri, selain sebagai sumber pencari
burden) sebagai ibu rumah tangga dan pencari nafkah juga sebagai ibu rumah tangga, padahal
nafkah. Hal tersebut menjadikan ketimpangan semestinya tanggung jawab mencari nafkah
kontribusi antara suami istri dalam suatu rumah adalah kewajiban seorang suami. Sebagaimana
tangga. Oleh karena itu jelas bahwa telah terjadi yang dimuat dalam Surat An-Nisa ayat 34
perubahan besar antara kebudayaan lama dengan yang menegaskan bahwa laki-laki itu sebagai
kebudayaan baru, antar bangunan sosial lama pelindung perempuan (istri), karena Allah telah
dengan bangunan sosial zaman sekarang. Maka melebihkan laki-laki dari perempuan dan karena
tidaklah proporsional apabila hukum lama laki-laki memberikan nafkah dari hartanya
diterapkan dalam struktur sosial baru. terhadap perempuan (istri). Dengan begitu
apabila kontribusi istri lebih besar dari suami,
Sebagaimana pada Putusan Nomor 618/
maka istri berhak porsi bagian yang lebih besar
PDT.G/2012/PA.BKT terjadi ketimpangan
dari suami.
kontribusi antara suami istri selama perkawinan,
di mana si istri yang aktif bekerja. Istri sebagai Kewajiban suami sebagai pencari nafkah
PNS, dia yang memenuhi kebutuhan rumah juga diatur dalam Pasal 34 ayat (1) Undang-
tangga, meminjam bank untuk membeli tanah, Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
menjual emasnya, bahkan membeli toko untuk bahwa suami wajib melindungi istrinya dan
suaminya. Dalam perolehan harta bersama memberikan segala sesuatu keperluan hidup
tersebut sangat terlihat kecilnya kontribusi berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.
penggugat (suami) bahkan terlihat sekali sikap Ketentuan tersebut dipertegas dalam Pasal
acuh tak acuh suami. 80 ayat (4) Kompilasi Hukum Islam bahwa
sesuai penghasilannya suami menanggung
Perolehan harta bersama berupa tanah,
nafkah, kiswah, dan tempat kediaman bagi
tergugat (istri) sendiri yang membayar
istri. Karenanya ketika suami tersebut tidak

Pembagian Harta Bersama Ditinjau Dari Besaran Kontribusi Suami Istri (M. Beni Kurniawan) | 49

JURNAL ISI.indd 49 4/25/2018 3:32:58 PM


menjalankan kewajibannya sebagai pencari memberikan bagian lebih banyak kepada istri
nafkah, maka perlu dipertanyakan apakah suami 2/3 dan 1/3 kepada suami patut diapresiasi.
tersebut berhak mendapatkan separuh bagian Meskipun putusan majelis hakim pada Putusan
harta bersama sebagaimana yang diatur dalam Nomor 618/PDT.G/2012/PA.BKT sudah cukup
Pasal 97 Kompilasi Hukum Islam, janda dan duda merefleksikan keadilan, putusan tersebut akan
mendapat separuh bagian dari harta bersama. lebih adil apabila majelis hakim memutuskan
bagian yang lebih besar dari 2/3 untuk istri
Kasus seperti ini menurut hemat penulis
seperti 3/4 untuk istri dan 1/4 untuk suami. Hal
tidak adil jika harta bersama antara penggugat
ini berdasarkan pertimbangan bahwa adanya
(suami) dengan tergugat (istri) dibagi dua sama
beban ganda bagi istri sebagai pencari nafkah
banyak. Hakim diperkenankan untuk melakukan
dan ibu rumah tangga dan minimnya kontribusi
cotra legem yaitu menyimpangi ketentuan-
suami terhadap perolehan harta bersama selama
ketentuan hukum tertulis yang telah ada, namun
perkawinan.
tidak mempresentasikan keadilan yang ada di
masyarakat (contra legem) (Surihayanto, 2015: Konsep pembagian harta bersama
418). berdasarkan kontribusi dalam perkawinan
inheren dengan teori keadilan distributif dari
Contra legem adalah putusan hakim
Aristoteles (justisia distributive), yaitu: “Bahwa
pengadilan yang mengesampingkan peraturan
keadilan adalah memberikan bagian kepada
perundang-undangan yang ada, sehingga h a kim
setiap orang didasarkan atas jasa-jasanya atau
tidak menggunakan sebagai dasar pertimbangan
kontribusinya (Dwisvimiar, 2011: 507). Dalam
atau bahkan bertentangan dengan pasal undang-
arti bahwa keadilan yaitu membagi sesuatu
undang sepanjang pasal undang-undang tersebut
secara proporsional bukan membagi sama
tidak lagi sesuai dengan perkembangan dan rasa
rata. Perumpamaannya seorang manajer yang
keadilan masyarakat. Hal tersebut dibolehkan
mempunyai kontribusi dan tanggung jawab yang
sebagai dasarnya adalah Undang-Undang Nomor
lebih besar dari office boy sudah semestinya
4 Tahun 2004 Pasal 28 ayat (1) yaitu: ”Hakim
mendapatkan gaji yang lebih besar. Itulah yang
wajib menggali, mengikuti, dan memahami
disebut dengan keadilan. Dan sebaliknya jika
nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup
gaji seorang manajer yang kontribusinya lebih
dalam masyarakat.” Sedangkan Pasal 2 ayat (1)
besar sama dengan office boy, maka itulah
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
ketidakadilan. Begitu juga dalam harta bersama,
Kekuasaan Kehakiman yang menyatakan:
istri yang mempunyai kontribusi yang lebih besar
”Peradilan dilakukan Demi Keadilan Berdasarkan
dari suami sudah seharusnya mendapatkan bagian
Ketuhanan Yang Maha Esa.”
harta bersama yang lebih banyak dari suami.
Putusan hakim yang tepat dan adil dalam
Konsep pembagian harta bersama
pembagian harta bersama adalah putusan yang
berdasarkan kontribusi dalam perkawinan
memutus perkara pembagian harta bersama
memberikan ruang bagi hakim untuk menggali
berdasarkan jasa-jasa maupun kontribusi para
nilai-nilai keadilan di masyarakat dan membuat
pihak selama perkawinan. Putusan majelis
putusan yang merefleksikan nilai-nlai keadilan
hakim yang melakukan contra legem dengan
substantif yang merupakan salah satu pesan

50 | Jurnal Yudisial Vol. 11 No. 1 April 2018: 41 - 53

JURNAL ISI.indd 50 4/25/2018 3:32:58 PM


konstitusi dalam menegakkan prinsip keadilan 1/4. Begitu sebaliknya, apabila yang mencari
dalam proses peradilan. Hakim tidak hanya nafkah si istri bahkan juga mengurus rumah
“la bauche de la loi” (corong undang-undang), tangga sehingga memberikan beban ganda
hakim harus menggali dengan pikirannya untuk (double burden) bagi istri. Sedangkan suami
menemukan hukumnya dalam menangani kasus tidak menjalankan kewajibannya secara aktif
yang ditanganinya, sehingga dapat memutus sebagai pencari nafkah, malah tidak mau tahu
dengan putusan yang adil. Secara lebih konkret tentang keuangan rumah tangga. Apabila terjadi
hal ini termanifestasi dalam irah-irah putusan perceraian maka istri berhak mendapatkan bagian
pengadilan yang berbunyi: “Demi Keadilan lebih besar dari si suami. Bisa untuk istri 2/3 atau
Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” bukan 3/4 sedangkan untuk suami hanya 1/3 atau 1/4.
“Demi Kepastian Hukum Berdasarkan Peraturan
Bahkan dalam suatu kasus apabila hakim
Perundang-Undangan” (Kurniawan, 2017: 75).
menemukan fakta-fakta persidangan bahwa suami
Berdasarkan konsep pembagian harta tidak hanya tidak menjalankan kewajibannya
bersama berdasarkan kontribusi dalam perkawinan namun juga menyusahkan si istri, melakukan
pada suatu kasus hakim dapat memutus pembagian kekerasan dalam rumah tanggga, boros, sering
harta bersama seperdua bagi suami dan seperdua judi maupun mabuk. Hakim dapat memutuskan
bagi istri, apabila suami maupun istri sama-sama untuk tidak memberikan bagian harta bersama
melakukan kontribusi dalam perolehan harta kepada suami.
bersama. Suami berkewajiban untuk mencari
nafkah untuk keluarganya. Begitupun istri, dalam IV. KESIMPULAN
hal istri tidak bekerja di luar, tetapi dia memiliki
peran besar dalam menjaga keutuhan dan Putusan majelis hakim yang melakukan
kelangsungan keluarganya, seperti mengurusi contra legem terhadap Pasal 97 Kompilasi
urusan rumah tangga, mengantar dan menjemput Hukum Islam dengan memberikan bagian lebih
anak, berbelanja dan menyediakan kebutuhan banyak kepada istri 2/3 dan 1/3 kepada suami
suami, dan sebagainya, maka istri tersebut layak patut diapresiasi. Meskipun putusan majelis
untuk mendapatkan hak separuh harta bersama. hakim pada Putusan Nomor 618/PDT.G/2012/
Karena status istri yang bekerja di rumah sebagai PA.BKT sudah cukup merefleksikan keadilan,
ibu rumah tangga sebanding dengan suami yang putusan tersebut akan lebih adil apabila majelis
bekerja di luar rumah (Mesraini, 2012: 69). hakim memutuskan bagian yang lebih besar dari
2/3 untuk istri, seperti 3/4 untuk istri dan ¼ untuk
Jika si suami bekerja mencari nafkah dan suami. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa
istri tidak menjalankan kewajibannya mengurus adanya beban ganda bagi istri sebagai pencari
rumah tangga, tidak melayani suami, mendidik nafkah dan ibu rumah tangga dan minimnya
anaknya, bahkan melakukan nusyuz terhadap kontribusi suami terhadap perolehan harta
suami, berarti istri tidak memberikan kontribusi bersama selama perkawinan.
yang seimbang dengan suami. Apabila terjadi
perceraian maka suami berhak mendapatkan Pembagian harta bersama berdasarkan
bagian lebih besar dari si istri. Bisa untuk suami kontribusi dalam perkawinan adalah pembagian
2/3 atau ¾, sedangkan untuk istri hanya 1/3 atau harta bersama dengan menilai besaran kontribusi

Pembagian Harta Bersama Ditinjau Dari Besaran Kontribusi Suami Istri (M. Beni Kurniawan) | 51

JURNAL ISI.indd 51 4/25/2018 3:32:58 PM


para pihak. Konsep pembagian harta bersama DAFTAR ACUAN
berdasarkan kontribusi dalam perkawinan inheren
Arifin, B. (1996). Pelembagaan hukum Islam di
dengan keadilan distributif dari Aristoteles
Indonesia, akar sejarah hambatan dan
(justisia distributive), yaitu: “Bahwa keadilan
prospeknya. Jakarta: Gema Insani Press.
adalah memberikan bagian kepada setiap orang
didasarkan atas jasa-jasanya atau kontribusinya.” Arinanto, S. et al. (2015). Hukum hak asasi manusia.
Cetakan Kelima. Yogyakarta: PUSHAM UII.
Berdasarkan konsep pembagian harta
bersama berdasarkan kontribusi dalam Ashidiqqie, J. (2014). Pengantar ilmu hukum tata

perkawinan, jika si suami bekerja mencari nafkah negara. Cetakan keempat. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
dan istri menjalankan kewajibannya mengurus
rumah tangga, mengabdikan dirinya untuk sang Dwisvimiar, I. (2011). Keadilan dalam perspektif
suami selama siang malam, merawat, mendidik, filsafat ilmu hukum. Jurnal Dinamika Hukum,
dan menjaga anak, maka perkerjaan istri tersebut 11(3), 503-511.
juga dihitung sebagai kontribusi yang sama
Faizal, L. (2015). Harta bersama dalam perkawinan.
dengan pekerjaan suami di luar rumah. Apabila
Jurnal Ijtima’iyya, 8(2), 78-101.
terjadi perceraian, maka istri dan suami berhak
1/2 harta bersama. Hakim, D. A. (2015). Politik hukum lingkungan hidup
di Indonesia berdasarkan Undang-Undang
Jika si suami bekerja mencari nafkah dan istri Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
tidak menjalankan kewajibannya mengurus rumah dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Fiat
tangga, tidak melayani suami, mendidik anaknya, Justisia Jurnal Ilmu Hukum, 9(2), 114-132.
bahkan melakukan nusyuz terhadap suami, berarti
istri tidak memberikan kontribusi yang seimbang Harahap, M. Y. (1997). Kedudukan kewenangan &
acara peradilan agama, Undang-Undang
dengan suami. Apabila terjadi perceraian maka
Nomor 7 Tahun 1989. Jakarta: Pusat Kartini.
suami berhak mendapatkan bagian lebih besar dari
si istri. Bisa untuk suami 2/3 atau 3/4, sedangkan Hayat. (2015). Keadilan sebagai prinsip negara hukum:
untuk istri hanya 1/3 atau 1/4. Tinjauan teoritis dalam konsep demokrasi.
Jurnal Ilmu Hukum Padjadjaran 2(2), 389-408.
Jika yang mencari nafkah si istri bahkan
juga mengurus rumah tangga sehingga Kurniawan, M. B. (2017). Politik hukum Mahkamah
memberikan beban ganda (double burden) Konstitusi tentang status anak di luar
bagi istri. Sedangkan suami tidak menjalankan nikah: Penerapan hukum progresif sebagai
kewajibannya sebagai pencari nafkah, malah perlindungan hak asasi anak. Jurnal HAM, 8(1),
67-78.
tidak mau tahu tentang keuangan rumah tangga
dan bahkan pemabuk, penjudi. Apabila terjadi Luthan, S. (2012). Dialektika hukum & moral dalam
perceraian maka istri berhak mendapatkan bagian perspektif filasafat hukum. Jurnal Ius Quia
lebih besar dari si suami. Bisa untuk istri 2/3 atau Iustum, 4(19), 506-523.
3/4, sedangkan untuk suami hanya 1/3 atau 1/4.
Mesraini. (2012). Konsep harta bersama &
implementasinya di pengadilan agama. Jurnal
Ahkam, 12(1), 59-70.

52 | Jurnal Yudisial Vol. 11 No. 1 April 2018: 41 - 53

JURNAL ISI.indd 52 4/25/2018 3:32:58 PM


Moleong, L. J. (2005). Metode penelitian kualitatif.
Bandung: Rpsda Karya.

Mulyo, M. I. (1985). Tinjauan beberapa pasal UU


No. 1 Tahun 1974 dari segi perkawinan Islam.
Jakarta: IND HIILCO.

Mursyid, (2014). Ijtihad hakim dalam penyelesaian


perkara harta bersama di Mahkamah Syariah
Banda Aceh. Ar-Raniry: International Journal
of Islamic Studies, 1(2), 317-346.

Rochaeti, E. (2013). Analisis yuridis tentang harta


bersama (Gono gini) dalam perkawinan
menurut pandangan hukum Islam & hukum
positif. Jurnal Wawasan Hukum, 28(1), 650-
661.

Rosadi, E. (2016). Putusan hakim yang berkeadilan.


Badamai Law Jurnal, 1(1), 381-400.

Salim, A., & Nurlaelawati, E. (2009). Demi keadilan


& kesetaraan, sentivitas jender hakim agama di
Indonesia. Jakarta: PUSKUMHAM.

Satrio, J. (1991). Hukum harta perkawinan. Bandung:


PT Citra Aditya Bakti.

Soekanto, S., & Mamudji, S. (2006). Penelitian hukum


normatif; Suatu tinjauan singkat. Jakarta:
Rajagrafindo Persada.

Surihayanto, B. (2015). Eksistensi pembentukan


hukum oleh hakim dalam dinamika politik
legislasi di Indonesia. Jurnal RechtsVinding,
4(3), 413-430.

Thalib, S. (1986). Hukum keluargaan Indonesia.


Jakarta: UI Press.

Wijayanti, W. (2013). Kedudukan istri dalam


pembagian harta bersama akibat putusnya
perkawinan karena perceraian terkait
kerahasiaan bank. Jurnal Konstitusi, 10(4),
710-730.

Pembagian Harta Bersama Ditinjau Dari Besaran Kontribusi Suami Istri (M. Beni Kurniawan) | 53

JURNAL ISI.indd 53 4/25/2018 3:32:58 PM

Anda mungkin juga menyukai