Anda di halaman 1dari 2

Mimpi Pelajaran Tambahan di Sekolah Pagi ini kami siap berkemas untuk kembali di rumah, setelah berlebaran di rumah

ibu di Samarinda-Seberang. Awalnya, rencana pulang pukul 10. Akan tetapi ternyata harus tertunda, karena sang Istri tertawan oleh film Korea Winter Sonata, sehingga niat kami untuk pulang harus ditunda satu jam, sampai film ini selesai. Yah, perempuan cantik ini memang penggemar film Korea. Hampir semua judul sudah dilahapnya. Film-film Korea lebih berkualitas tandasnya tanpa mau memalingkan muka dari televisi. Film Winter sonata sendiri, mungkin sudah berkali-kali dia tonton, bahkan sejak anak pertama kami lahir pada tahun 2002 yang lalu. Sambil membunuh waktu, mau tidak mau saya juga sempat melirik Episode pertama film ini. Ternyata ada hal menarik yang membuat saya akhirnya merasa penting untuk menulis apa yang saya lihat di film drama tersebut. Terlihat Yu Jin (salah satu pemeran utama perempuan) sedang menyiarkan lagu Dancing Queen-nya ABBA, Dia sendiri kemudian menari sendiri di ruang siar sekolah diiringi Dancing Queen yang suaranya juga membahana ke seluruh lingkungan sekolah. Hal menarik yang ingin saya sampaikan tentunya bukan isi filmnya, tapi tentang mata pelajaran pilihan yang disediakan oleh di sekolah tersebut. Salah satunya adalah penyiaran. Kalau di tempat kita di Indonesia, mungkin kita kenal dengan nama kegiatan ekstrakurikuler. Yang menjadi pertanyaan saya kemudian adalah, apakah ekstrakurikuler ini sudah dikembangkan dengan sepenuh hati oleh sekolah ? apakah sudah terprogram rapi ? apakah sudah ada pelaksanaan monitoring dan evaluasi terhadap efektifitas pelaksanaannya ? Bayangan saya, kalau di Korea Selatan, ekstrakurikuler seperti kita ini menjadi mata pelajaran pilihan, tentu dilengkapi dengan pogram tahunan (prota), program semester (prosa), rencana pelaksanaan pembelajaran (rpp/lesson plan), sehingga memudahkan sekolah untuk memonitor dan mengevaluasinya. Sudahkah hal seperti ini diterapkan di sekolah-sekolah kita ? Pertanyaan selanjutnya, apakah kegiatan ekstrakurikuler yang disediakan sekolah sengaja dibuat ? apakah sudah didesain berdasarkan minat dan bakat siswanya? atau hanya sekedar tempelan semata ? Sebagai sebuah lembaga pembelajar, sekolah kita mestinya menyiapkan kegiatan ekstrakurikuler yang berasal dari penelusuran minat semua siswanya, sehingga semua siswa dapat terlibat aktif di dalamnya. Tentunya, rasa senang dan gembira karena minat dan bakat yang tersalurkan akan membuat siswa juga terpacu untuk berprestasi di bidang lainnya. Bahkan bila perlu, sangat memungkinkan bila beberapa materi pelajaran yang kemudian dikolaborasikan dengan salah satu kegiatan ekstrakurikuler tertentu

diajarkan bersamaan. Ini tentunya membutuhkan kreatifitas dan kerjasama guru-gurunya. Pertanyaan terakhir, apakah waktu yang disediakan untuk kegiatan ektrakurikuler ini sudah cukup dan efektif ? Lagi-lagi, kalau kita melihat di film Winter Sonata tadi, kita bisa melihat bagaimana Dancing Queen bisa terdengar ke seluruh lingkungan sekolah. Poin yang ingin saya sampaikan di sini adalah, bahwa sepertinya sekolah tersebut menyediakan jam khusus untuk kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, sehingga tidak mengganggu penyelenggaraan kegiatan belajar lainnya. Bayangan saya kemudian adalah, bagaimana bila sekolah kita menyediakan 1 2 jam pelajaran khusus pelajaran tambahan sesuai minat siswanya. Peluang ini sangat relevan dengan rencana pemerintah untuk mengurangi mata pelajaran di sekolah. Bukannya kita kemudian, menggantinya dengan jumlah pelajaran yang diperbanyak, tetapi sekolah mestinya menyediakan jam khusus untuk mata pelajaran pilihan yang memungkinkan siswa memilih sesuai minatnya. Dengan memberikan mata pelajaran pilihan yang ditelusuri berdasarkan bakan dan minat siswa dan diprogram secara baik dan efektif, harap Kita tentu punya keinginan agar sekolah akan menjadi rumah yang menyenangkan bagi siswanya.

Samarinda, 29 Oktober 2012

Anda mungkin juga menyukai