Anda di halaman 1dari 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Budaya Patriarki Kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yakni buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti budi akal ( Hartomo et. al 2008, hlm. 38 ). Dalam bahasa Belanda, kebudayaan adalah cultuur dalam bahasa Inggris adalah culture dan bahasa Arab Tsaqafah yang diadopsi dari bahasa latin yakni colere yang artinya mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani. Dan berkembanglah cultur sebagai segala daya dan aktifitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam (Prasetya. 2004. hlm 28). Sumardi memberikan batasan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat (Hartomo et. Al. 2008, hlm. 38). Culture is that complex whole wich includes knowledge, belief, art, morals, law, custom, and any other capabilities acquired By man as a member of society. Yang maksudnya kebudayaan adalah suatu satu kesatuan atau jalinan kompleks, yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, susila, hukum, adat istiadat dan kesanggupan lain yang diperoleh seseorang sebagai anggota masyarakat. (Taylor, E. B. 1983, Prasetya, 2004. hlm. 29).

7
Universitas Sumatera Utara

8 Menurut Gazalba kebudayaan adalah cara berpikir dan merasa yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan dari segolongan manusia, yang membentuk kesatuan sosial dalam suatu ruang dan suatu waktu (Prasetya. 2004. hlm. 30) Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kebudayaan adalah: (1) Hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat. (2) Keseluruhan pengetahuan manusia sebagai mahluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya untuk menjadi pedoman tingkah laku. (Salim. 2001). Patriarki adalah sistem pengelompokan masyarakat sosial yang mementingkan garis keturunan bapak/laki-laki. Patrilineal adalah hubungan keturunan melalui garis keturunan kerabat pria atau bapak (Sastryani. 2007. hlm. 65). Patriarki juga dapat dijelaskan dimana keadaan masyarakat yang menempatkan kedudukan dan posisi laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan dalam segala aspek kehidupan sosial, budaya dan ekonomi (Pinem. 2009. hlm. 42). Di negara-negara barat, Eropa barat termasuk Indonesia, budaya dan ideologi patriarki masih sangat kental mewarnai berbagai aspek kehidupan dan struktur masyarakat. Bila dilihat dari garis keturunan, masyarakat Sumatera Utara lebih cenderung sebagai masyarakat yang patrilineal yang dalam hal ini posisi ayah atau bapak (laki-laki) lebih dominan dibandingkan dengan posisi ibu (perempuan). Contoh suku yang menganut faktor budaya patriarki adalah Batak, Melayu dan Nias (Syukrie, 2003, 2, http://www.Glosarium-. Syukrie.com, diperoleh tanggal 20 Oktober 2009 ). Pada tatanan kehidupan sosial, konsep patriarki sebagai landasan ideologis, pola hubungan gender dalam masyarakat secara sistematik dalam praktiknya dengan pranata-

Universitas Sumatera Utara

9 pranata sosial lainnya. Faktor budaya merupakan salah satu penyebeb meningkatnya angka kekerasan terhadap perempuan. Hal ini dikarenakan terlalu diprioritaskannya laklaki (maskulin). Perbedaan jender sebetulnya tidak menjadi masalah selama tidak melahirkan ketidakadilan jender. Namun ternyata perbedaan jender baik melalui mitos-mitos, sosialisai, kultur, dan kebijakan pemerintah telah melahirkan hukum yang tidak adil bagi perempuan. Pada masyarakat patriarki, nilai-nilai kultur yang berkaitan dengan seksualitas perempuan mencerminkan ketidaksetaraan jender menempatkan perempuan pada posisi yang tidak adil (Widiant. 2005. hlm. 10) Sikap masyarakat patriarki yang kuat ini mengakibatkan masyarakat cenderung tidak menanggapi atau berempati terhadap segala tindak kekerasan yang menimpa perempuan. Sering dijumpai masyarakat lebih banyak komentar dan menunjukkan sikap yang menyudutkan perempuan (Manurung. 2002. hlm. 83). Yang mengakibatkan timbulnya ketimpangan pada budaya patriarki adalah : 1. Maskulinitas Maskulinitas adalah stereotype tentang laki-laki yang dapat dipertentangkan dengan feminitas sebagai steretotype perempuan maskulin bersifat jantan jenis laki-laki. Maskulinitas adalah kejantanan seorang laki-laki yang dihubungkan dengan kualitas seksual. (Sastriani. 2007. hlm. 77) Hegemoni dalam laki-laki dalam masyarakat tampaknya merupakan fenomena universal dalam sejarah peradaban manusia di masyarakat manapun di dunia, yang tertata dalam masyarakat patriarki. Pada masyarakat seperti ini, lakilaki diposisikan superior terhadap perempuan di berbagai sektor kehidupan baik

Universitas Sumatera Utara

10 domistik maupun publik. Hegemoni laki-laki atas perempuan memperoleh legitimasi dari nilai-nilai sosial, agama, hukum tersosialisasi secara turunmenurun dari generasi ke generasi. (Darwin. 2001. hlm 98). Laki-laki juga cenderung mendominasi menyubordinasi dan melakukan deskriminasi terhadap perempuan. Dikarenakan patriarki merupakan dominasi atau kontrol laki-laki atas perempuan, atas badannya, seksualitasnya,

pekerjaannya, peran dan statusnya, baik dalam keluarga maupun masyarakat dan segala bidang kehidupan yang bersifat ancolentrisme berpusat pada laki-laki dan perempuan (Manurung. 2002. hlm. 95). Darwin (2001, hlm.3) mengemukakan bahwa timbulnya kemaskulinitasan pada budaya patriarki karena adanya anggapan bahwa laki-laki menjadi sejati jika ia berhasil menunjukkan kekuasaannya atas perempuan. Sementara itu Dalam budaya patriarki pola pengasuhan terhadap perempuan juga masih didominasi dan penekanan pada pembagian kerja berdasarkan jender (Sihite. 2007. hlm. 6). Maskulinitas juga tampak dalam kelahiran, tindakan-tindakan masyarakat yakni dalam upacara kelahiran bayi (Jagong), kalau bayinya perempuan maka pemberian hadiah lebih sedikit kalo bayinya laki-laki. Banyaknya anak gadis usia sekolah putus sekolah disebabkan orangtuanya lebih memprioritaskan anaknya laki-laki karena pemikiran anak laki-laki nantinya harus menjadi kepala keluarga dan pencari nafkah. Dalam mengerjakan pekerjaan rumah anak laki-laki mendapat bagian yang sedikit dari perempuan karena perempuan diwajibkan melayani dan mengerjakan pekerjaan rumah dan membersihkan rumah. Sehingga pengharapan

Universitas Sumatera Utara

11 mempunyai anak laki-laki tampak sangat jelas daripada perempuan pada unsurunsur budaya patriarki (Widianti,. 2005. hlm. 33). 2. Otoritas dalam pengambilan keputusan Keputusan adalah suatu reaksi terhadap solusi alternatif yang dilakukan secara sadar dengan cara menganalisa kemungkinan-kemungkinan dari alternatif tersebut bersama konsekuensinya. Setiap keputusan akan membuat pilihan terakhir dapat berupa tindakan atau opini. Itu semua bermula ketika kita perlu untuk melakukan sesuatu tetapi tidak tahu apa yang harus dilakukan. Untuk itu keputusan dapat dirasakan rasional atau irasional dan dapat berdasarkan asumsi kuat atau asumsi lemah ( 4, http://www.teorikeputusan.co.id, diperoleh tanggal 20 januari 2008) Kesejahteraan jender salahsatunya dapat diukur dari kesamaan hak pengambilan keputusan (Darwin. 2001. hlm. 88) dan masih dominannya suami dalam pengambilan keputusan termasuk dalam mengambil keputusan dalam Keluarga Berencana (4, http://www.bkkbn.go.id, diperoleh tanggal 06 februari 2008). Perempuan berada di strata bawah sehingga takut otonominya berbeda dalam keluarga sedangkan pengertian otonomi adalah kemampuan untuk bertindak melakukan kegiatan, mengambil keputusan untuk bertindak atas kemauan sendiri (Widianti. 2005,. hlm. 213). Pada program keluarga berencana, perempuan harus diposisikan sebagai subjek, dan dengan demikian hak-hak reproduksinya termasuk hak dalam pengambilan keputusan harus dihargai. Dalam hal ini otoritas pengambilan

Universitas Sumatera Utara

12 keputusan masihlah berada pada suami. Salah satu indikasi dari lemahnya posisi perempuan dimasyarakat adalah dari tingkat perlindungan terhadap perempuan dalam proses reproduksi di Indonesia belum cukup (Darwin. 2001. hal. 125). B. Keluarga Berencana 1. Definisi Keluarga Berencana a. Cara merencanakan keluarga kapan ingin mendapatkan anak dan

berapa jumlah anak (Mochtar. 1998. hlm. 125). Keluarga Berencana adalah salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dan jalan memberi nasihat perkawinan, pengobatan kemandulan dan penjarangan kehamilan (BKKBN. 1999. hlm. 7). b. Keluarga Berencana adalah metode-metode pengendalian kelahiran yang memungkinkan pasien untuk mencegah reproduksi. Dalam arti luas adalah mempertimbangkan faktor-faktor yang mempersatukan salah satu pasangan dalam mencapai kehamilan, menangani faktor-faktor sosial dan emosional yang berkaitan dengan prioritas tinggi, mengatasi akibat dari beban kelebihan penduduk di dunia dan menimbang keuntungan wanita mengatur fertilitasnya sedemikian rupa sehingga mereka dapat ikut serta dalam kegiatan dalam bidang kemasyarakatan dan keluarga yang biasanya terhalang oleh seringnya penolakan dan terlalu banyak kehamilan. (Hacker. 2001. hlm. 225). c. Menurut WHO ( World Health Organization ) keluarga berencana adalah mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mendapatkan kelahiran

yang memang diinginkan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan

Universitas Sumatera Utara

13 dengan suami-istri, menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto. 2004. hlm. 27). 2. Tujuan Keluarga Berencana Tujuan umum dari Keluarga Berencana adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara mengatur kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, yang memperhatikan kepentingan manusia dan masyarakat antara lain orangtua,anak-anak dan masyarakat. (Mochtar. 1998. hlm 126) 3. Manfaat Keluarga Berencana Manfaat Keluarga Berencana dipandang dari segi kesehatan a. Untuk Ibu : Perbaikan kesehatan karena tercegahnya kehamilan yang berulang kali dalam jangka yang terlalu pendek, peningkatan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak-anak untuk beristirahat dan menikmati waktu luang serta melakukan kegiatan-kegiatan lainnya, b. Untuk Anak-anak : Anak yang akan dilahirkan dapat tumbuh secara wajar karena ibu yang mengandung berkeadaan sehat, sesudah lahir anak tersebut memperoleh perhatian, pemeliharaan dan makan yang cukup, c. Untuk Ayah : Memperbaiki kesehatan fisiknya, memperbaiki kesehataan

mental dan sosial budaya,

Universitas Sumatera Utara

14 d. Untuk Seluruh Keluarga adalah kesempatan seluruh anggota keluarga mempunyai kesempatan yang banyak dan sama akan segala hal (BKKBN. 1999. hlm. 9). 4. Metode-Metode Keluarga Berencana Sesuai dengan berubahnya visi dan misi program Keluarga Berencana yang disesuaikan dengan GBHN 1998 maka kebijakan program Keluarga Berencana yang ditempuh adalah mewujudkan keluarga yang berkualitas 2015. Dan dengan visi dan misi di atas ditempuh berbagai kebijaksanaan untuk menyelematkan ibu dan anak akibat melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran terlalu dekat dan melahirkan di usia terlalu tua. Kebijaksanaan yang ditempuh dengan tiga fase yakni : a. Fase menunda/mencegah kehamilan bagi pasangan usia subur dengan usia istri dibawah usia dua puluh tahun. b. Fase menjarangkan kehamilan periode usia istri antara 2030 tahun merupakan periode usia yang paling baik c. Fase menghentikan/mengakhiri kehamilan atau kesuburan. Periode umur istri di atas tiga puluh tahun, terutama di atas 35 tahun, sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah mempunyai dua orang anak (Hartanto. 2003. hlm. 30). 5. Akseptor Keluarga Berencana Akseptor adalah orang yang menerima (Salim, 2001). Akseptor Keluarga Berencana adalah orang yang menjalani kontrasepsi (Manuaba. 2005. hlm 33)

Universitas Sumatera Utara

15 a. Sasaran Akseptor Keluarga Berencana adalah 1) Pasangan Usia Subur yang menyusui, 2) Pasangan Usia Subur yang belum berkeluarga berencana. b. Syarat Akseptor Keluarga Berencana adalah 1) Tidak ingin hamil dalam jangka waktu yang lama 2) Pengambilan keputusan diri persetujuan suami (Mochtar. 1998. hlm. 127). 6. Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur dengan sel sperma,maka kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dan sel spermatosii. (Hartanto. 2003. hlm. 37) Syarat-syarat Kontrasepsi : 1. Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya, 2. Efek samping yang merugikan tidak ada, 3. Lamanya kerjanya dapat di atur sesuai keinginan , 4. Tidak mengganggu hubungan persetubuhan, 5. Tidak memerlukan bantuan medis atau control yang ketat, 6. Selama pemakaiannya 7. Cara penggunaannya sederhana, 8. Harganya murah agar dapat dijangkau masyarakat luas, dan, 9. Dapat diterima oleh pasangan suami-istri.

Universitas Sumatera Utara

16 7. Alat-Alat Kontrasepsi. Alat kontrasepsi yang tersedia di pasaran saat ini sangat beragam, baik pemakaian bahan baku dan bentuk. Dimana perbedaannya tergantung dari caraa kerja masing-masing alat (Indiarti. 2007. hlm. 236). a. Pil KB Pil KB adalah alat kontrasepsi yang digunakan untuk mencegah terjadinya kehamilan, mengandung hormone estrogen dan progesteron atau hanya mengandung hormone progesteron saja (BKKBN. 1999,. hlm. 10). Pil adalah kontrasepsi untuk mencegah kehamilan dengan cara meminum pil setiap hari secara teratur, kontrsepsi untuk mencegah kehamilan dengan cara meminum pil setiap hari secara teratur (Indiarti, 2007.) b. Suntik KB Metode suntikan menjadi bagian gerakan Keluarga Berencana serta

peminatnya makin bertambah, lebih aman, sederhana, efektif, tidak adanya gangguan (Manuaba.1998. hlm 130). c. KB Susuk Alat kontrasepsi ini dibuat dari bahan silastik sejenis plastik dan tidak

mengandung logam.Berbentuk tabung silinder berisi hormone seperti suntikan atau pil kb.Isu bahwa pemakai susuk mudah terkena sambaran petir sama sekali tidak benar karena tidak mengandung logam. Akan tetapi diakui kurang populernya susuk KB karena alat kontrasepsi yang satu ini relatif mahal disbanding alat lainnya. Sekarang ini ada dua macam susuk, yaitu dengan masa

Universitas Sumatera Utara

17 pemakaian lima tahun yang terdiri dari enam buah dan masa pemakaian tiga tahun yang hanya terdiri dari satu buah susuk (Indiarti. 2007. hlm. 239). d. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) IUD (Intra Uterine Device) atau spiral adalah plastik yang lentur dan mempunyai benang, sebagian mempunyai lilitan tembaga namun ada juga yang tidak logam, dan ada yang mengandung hormon. Alat ini dimasukkan ke dalam rahim melalui vagina (Indiarti. 2007. hlm. 241) Efek samping yang dapat ditimbulkan perdarahan, rasa nyeri, leukorea, ekspulsi, perforasi, dan translokasi (Siswosodarmo, 2007) e. Kondom Kandung karet yang dipasang pada penis yang ereksi sebelum ejakulasi. Dikemas dengan pelumas kontraseptif, dan sebagian diolah dengan obat spermatisida yang ditambah pada permukaannya. Kelemahannya ketergantungan coitus, kadang-kadang hipersensitifitas

terhadap karet atau minyak pelumas. Keuntungannya tersedia secara luas dan kemungkinan tercegahnya penyakit yang ditularkan lewat kontak seksual. (Hacker. 2001. hlm. 280). f. Keluarga Berencana spermatisida Spermatisida adalah zat kimia yang dapat melumpuhkan sampai mematikan spermatozoa yang digunakan menjelang hubungan seks. Setelah pemasangan 5-10 menit hubungan seks dapat dilakukan dengan spermasida dapat berfungsi.

Universitas Sumatera Utara

18 g. Vasektomi Vasektomi merupakan kontap atau metode operasi pria, dengan jalan memotong vasdeferen sehingga saat ejakulasi tidak terdapat spermatozoa dalam cairan sperma. Setelah menjalani vasektomi tidak segera akan steril tetapi memerlukan sekitar dua belas kali ejakulasi, baru sama sekali bebas dari spermatozoa. Oleh karena itu diperlukan penggunaan kondom selama dua belas kali sehingga bebas untuk melakukan hubungan seks. (Manuaba, 1999) h. Tubektomi Tubektomi adalah kontrasepsi permanen pada wanita. Caranya dengan mengikat atau memutus kedua saluran telur. Sehingga sperma yang masuk tidak bisa bertemu dengan sel telur. Ada dua cara dalam tubektomi, yakni: 1) Memotong saluran telur 2) Mengikat saluran telur Tubektomi hanya diizinkan pada pasangan suami istri yang sudah anak

setidaknya dua orang dan istrinya masih dalam usia reproduksi panjang (Indiarti. 2007. hlm. 248). 8. Masalah-masalah dalam gerakan keluarga berencana Adapun masalah masalah yang menjadi kendala atau hambatan gerakan keluarga berencana, yaitu : a. Jumlah angkatan remaja yang besar memasuki pasangan usia subur dan segera menjadi pasangan suami istri

Universitas Sumatera Utara

19 b. Tertundanya perkawinan mencapai umur sekitar dua puluh tahun dan pesatnya informasi masalah seksual menimbulkan dampak peningkatan hamil yang tidak dikehendaki c. Keinginan akan jenis kelamin yang dikehendaki d. Keluarga kecil yang kesepian dan ingin mempunyai anak lagi e. Usia harapan hidup makin panjang. C. Teori Keputusan Keputusan adalah suatu reaksi terhadap beberapa solusi alternatif yang dilakukan secara sadar dengan menganalisa kemungkinan-kemungkinan dari alternatif yang dilakukan secara sadar dengan menganalisa kemungkinan-kemungkinan dari alternatif tersebut bersama konsekuensinya. Setiap keputusan akan membuat pilihan terakhir, dapat pula berupa tindakan atau opini. Itu semua bermula ketika kita perlu untuk melakukan sesuatu tetapi tidak tahu apa yang harus dilakukan. Untuk itu keputusan dapat dirasakan rasional atau irrasional dan dapat berdasarkan asumsi kuat atau lemah. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa keputusan juga merupakan suatu perilaku. Perilaku adalah tindakan atau aktifitas dari manusia yang mempunyai bentangan yang sangat luas. Menurut Skiner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (ransangan dari luar). Skiner membedakan adanya dua respon : 1. Responden respons (Reflexive) Yakni respon yang ditimbulkan oleh ransangan-ransangan (stimulus tertentu). 2. Operant respons (Instrumental respons) Yakni respon yang ditimbulkan dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus

Universitas Sumatera Utara

20 atau peransang tertentu. Dilihat dari respons tehadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : 1. Perilaku tertutup (Covert behavior) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Ini reaksinya masih terbatas terhadap perhatian, presepsi,

pengetahuan/kesadaran dan sikap menerima stimulus. 2. Perilaku terbuka (Overt behavior) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus terserbut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice) yang dengan mudah dapat diamati oleh orang lain. Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning menurut Skinner adalah sebagai berikut: 1. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat (reinforces) berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan dibentuk. 2. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki, dan komponen disusun dalam urutan yang tepat. 3. Menggunakan secara urut komponen-komponen tersebut sebagai tujuan sementara, mengidentifikasi reinforces atau hadiah untuk masing-masing komponen tersebut. 4. Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen yang telah tersusun (Notoadmojo. 2002. hlm. 153)

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai