Anda di halaman 1dari 4

Kharisma Rifqi Fajar R.

VII G / 18

Cita-citaku Sebagai Seorang Tentara


Seminggu yang lalu tepatnya tanggal 10 Nopember, kita

memperingati hari pahlawan. Hari yang bersejarah bagi seluruh rakyat dan perjalanan bangsa Indonesia menuju kemerdekaannya. Ribuan nyawa telah gugur di medan perang demi membela hak bangsa kita untuk merdeka. Untuk memperingatinya kita diwajibkan memakai baju pejuang. Dalam peringatan itu semua sekolah di Indonesia diharuskan melaksakan upacara bendera, untuk menghargai jasa para pahlawan atau sesepuh kita yang telah gugur di medan perang. Sejarah tentang pertempuran 10 Nopember 1945 berawal dari berakhirnya penjajahan Jepang yang menyerah tanpa syarat kepada tentara sekutu setelah tentara sekutu menjatuhkan bom atom di 2 kota di Jepang yaitu Hiroshima dan Nagasaki. Dalam kekosongan itu, Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Namun, saat itu belum dilakukan pelucutan senjata pasukan Jepang oleh tentara sekutu. Sejak itulah terjadi berbagai gerakan rakyat Indonesia untuk melucuti senjata pasukan Jepang sehingga memakan banyak korban di berbagai daerah di Indonesia. Ketika gerakan untuk melucuti senjata pasukan Jepang berkobar-kobar, saat itulah tentara Inggris datang ke Indonesia dan mendarat di Surabaya pada bulan Oktober. Kedatangan tentara Inggris atas nama sekutu tersebut bertugas untuk melucuti senjata tentara Jepang, membebaskan tawanan yang ditahan oleh pasukan Jepang, dan memulangkan kembali pasukan Jepang ke negara asalnya. Namun, dibalik tugas tersebut ternyata tentara Inggris mengemban misi khusus yaitu untuk mengembalikan Indonesia kepada pemerintah Belanda sebagai jajahannya. Hal inilah yang meledakkan kemarahan rakyat Indonesia dimana-mana. Di Surabaya, dikibarkannya bendera Belanda Merah-Putih-Biru di hotel Yamato telah melahirkan Insiden Tunjungan yang menyulut bentrokan-

bentrokan antara tentara Inggris dan rakyat Indonesia. Singkatnya, bentrokan tersebut semakin memuncak dengan terbunuhnya Jendral Mallaby sebagai pimpinan tentara Inggris untuk daerah Jawa Timur. Karena itu, dikeluarkan ultimatum oleh jendral pengganti yang menghina para pejuang dan rakyat umum. Isi dari ultimatum tersebut yaitu semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan dan menyerahkan diri dengan mengangkat tangan di atas. Batas ultimatum hingga jam 6 pagi tanggal 10 Nopember. Namun, rakyat Indonesia menolak untuk melakukan ultimatum tersebut karena rakyat beranggapan bahwa kemerdekaan Indonesia telah diproklamasikan sebelumnya. Hal ini yang menyebabkan serangan besar-besaran oleh tentara Inggris pada tanggal 10 Nopember. Berbagai bagian kota Surabaya dihujani bom, ditembaki secara membabi buta dengan meriam dari darat, laut, dan udara. Ribuan penduduk menjadi korban. Banyak meninggal dan lebih banyak lagi yang luka-luka. Tetapi, perlawanan para pejuang juga berkobar di seluruh kota. Pidato Bung Tomo disiarkan setiap waktu untuk membakar semangat para pejuang. Semakin lama, pergerakan rakyat semakin terkoordinasi. Pertempuran ini berlangsung bermingguminggu hingga sebulan. Kebesaran arti dari pertempuran di Surabaya ini bukanlah karena banyaknya pahlawan yang telah gugur di medan perang. Bukan juga karena lamanya pertempuran secara besarbesaran dan besarnya kekuatan lawan. Tetapi, pertempuran tersebut memiliki peran dan pengaruh yang besar bagi revolusi waktu itu. Semangat perjuangan yang tinggi, solidaritas, dan nilai-nilai patriot yang terkandung, telah membakar semangat perlawanan sehingga muncul pertempuran di berbagai daerah di Indonesia. Makna dari hari pahlawan inilah yang harus kita tanam dalam diri kita untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air. Sebagai pelajar, yang bisa kita lakukan untuk memperingati hari pahlawan ini yaitu belajar dengan sungguh-sungguh untuk meraih apa yang kita inginkan sehingga

dapat berguna bagi bangsa dan negara Indonesia. Salah satu cara untuk mengenang jasa para pahlawan yaitu dengan berkunjung ke museum-museum untuk menambah pengetahuan kita tentang sejarah bangsa Indonesia. Sebelum memperingati hari pahlawan tepatnya pada tanggal 9 Nopember saya mengikuti drama kolosal yang berjudul Surabaya Membara yang berlokasi di Tugu Pahlawan, Surabaya. Kesan saya mengikuti drama kolosal tersebut, saya dapat mengetahui gambaran pertempuran arek-arek Suroboyo untuk merebut wilayah Surabaya dari jajahan tentara Belanda. Drama tersebut diperankan lebih dari 200 orang yang berasal dari berbagai kalangan. Dalam kesempatan itu saya berperan sebagai seorang anak pengungsi yang ditinggalkan ayahnya untuk bertempur di medan perang. Beberapa kali sebelum pertunjukan, saya mengikuti latihan bersama pemeran yang lain. Dalam memerankan tokoh dalam drama tentunya membutuhkan penghayatan terhadap cerita dan karakter yang diperankan. Karena itu, untuk memerankan peran itu saya harus bersungguh-sungguh untuk melakukannya. Saat pertunjukkan, banyak sekali orang yang datang untuk melihat. Sempat terbesit rasa bangga dapat mengikuti pertunjukan drama ini. Hasil yang didapatkan tidak mengecewakan. Drama kolosal tersebut berlangsung lancar dan mendapat apresiasi yang baik dari para penonton. Hingga saat ini, tinggal pemasaran kaset dan video rekamannya saja. Itulah yang saya tahu dari cak Taufik Monyong sebagai panitia penyelenggara drama kolosal Surabaya Membara. Pada tanggal 10 November, saya diharuskan untuk memakai baju pejuang. Inilah saat yang selalu kutunggu setiap tahunnya. Saat dimana saya bisa memakai baju tentara. Menjadi seorang tentara adalah cita-cita saya. Saya ingin sekali menjadi tentara, karena dapat mengabdi untuk negara, menjaga keutuhan negara, sebagai pasukan perdamaian, dan dapat menyelamatkan seseorang. Jika saya ingin menjadi seseorang tentara, saya harus belajar dengan giat, disiplin, kuat dalam fisik maupun mental, adil, jujur, ikhlas, bertanggung

jawab, dan dapat dipercaya. Hal itulah yang saya persiapkan dari sekarang. Setelah itu, saya melaksanakan upacara bendera dalam rangka memperingati hari Pahlawan 10 Nopember. Setelah upacara bendera, saya segera melaksanakan kegiatan PRAMUKA. Saya juga suka PRAMUKA, karena dalam PRAMUKA saya banyak belajar tentang kedisiplinan, sikap sosial terhadap orang lain dan lingkungan, serta hidup mandiri. Dalam kegiatan PRAMUKA, saya sering mengikuti berbagai kegiatan dan lomba. Saat saya masih duduk dibangku SD, saya pernah menjadi pemimpin upacara, ketua regu, berkemah, dan pernah menjadi juara lomba gerak jalan dan PBB. Setelah kegiatan PRAMUKA saya mengikuti kegiatan ekstra kurikuler pilihan saya.

Anda mungkin juga menyukai