Anda di halaman 1dari 56

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Era globalisasi menimbulkan kesadaran baru tentang pendidikan yang memberikan kepedulian terhadap kemajuan peradaban manusia. Kesadaran ini didukung oleh sebuah fakta bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang bersifat positif ternyata dinilai telah membawa implikasi serius baik bagi lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Dalam batasan pemahaman demikian, pendidikan menempati posisi sentral dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan bagi peranannya di masa akan datang. Seiring dengan tuntutan dunia pendidikan di Indonesia, maka pemerintah senantiasa melakukan berbagai upaya dalam peningkatan mutu pembelajaran. Di lembaga pendidikan yang bersifat formal seperti sekolah, keberhasilan pendidikan dapat dilihat dari hasil belajar siswa dalam prestasi belajarnya. Kualitas dan keberhasilan belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru memilih dan menggunakan metode pengajaran. Pengajaran yang baik adalah salah satu upaya untuk mengembangkan pemahaman yang mendalam terhadap materi dan meningkatkan keterampilan berfikir kiritis serta analitik. Hal ini juga tidak terlepas dari usaha guru sebagai komponen terpenting dalam pembelajaran di kelas. 52
FMIPA Universitas Negeri Makassar

Guru mempunyai peranan penting dalam menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Berbagai metode yang ditempuh oleh guru dalam peningkatan prestasi belajar siswa, namun tidak mampu memberi hasil yang memuaskan. Guru sebagai pengelola pengajaran bukan hanya dituntut profesional untuk berkreasi dalam meminimalkan masalah-masalah di kelas, Namun juga harus memiliki komitmen yang tinggi atas terselenggaranya pengajaran yang efektif. Solusinya yakni dengan melakukan penelitian tindakan berbasis kelas yang orientasi pelaksanaannya membawa siswa seolah-olah berada dalam keadaan nyata. Khususnya dalam meningkatkan hasil belajar fisika, sangat dibutuhkan kemampuan kepribadian, sosial dan akademik guru dalam menarik minat siswa untuk belajar. Banyak materi-materi dalam belajar fisika sering dianggap sangat sulit yang membuat mereka sangat cemas dan takut. Hal ini mengakibatkan peserta didik kurang ikut berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Melihat kondisi demikian, maka perlu adanya alternatif pembelajaran yang berorientasi pada bagaimana peserta didik belajar menemukan sendiri informasi, menghubungkan topik yang sudah dipelajari dan yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari, serta dapat berinteraksi multi arah baik bersama guru maupun selama siswa dalam suasana yang menyenangkan dan bersahabat. Salah satu alternatif yang dapat digunakan adalah model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan. Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan pada anak untuk bekerjasama sama dengan tugas-tugas terstuktur (Lie, 1999 :12). Melalui model pembelajaran ini peserta didik dapat saling

52

FMIPA Universitas Negeri Makassar

membantu antara teman yang satu dengan teman yang lain dalam kelompok. Model ini juga dapat meningkatkan berpikir kritis serta meningkatkan siswa dalam pemecahan masalah. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran fisika masih belum menggembirakan dengan rata-rata nilai hasil ulangan harian yang diperoleh siswa yakni 58,83. Ini dilihat diperoleh informasi bahwa hasil belajar fisika siswa masih tergolong sangat rendah terlihat dari hasil ulangan harian siswa. Tabel 1.1 Ketuntasan belajar fisika siswa kelas VII4 SMP Negeri 24 Makassar Nilai Kategori Frekuensi Persentase (%) 0-65 Tidak tuntas 23 76,67 66-100 Tuntas 7 23,33 (Sumber: SMP Negeri 24 Makassar, Juli 2009) Berdasarkan hasil observasi awal penulis dengan guru mata pelajaran fisika yang bertindak sebagai observer peneliti di SMP Negeri 24 Makassar, ditemukan bahwa pada umumnya siswa bersifat pasif dalam mengikuti pelajaran, rata-rata interaksi dan minat siswa terhadap mata pelajaran Fisika masih kurang. Model pembelajaran fisika yang digunakan bersifat konvensional oleh karena itu perlu dikembangkan suatu metode yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar fisika. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian dengan judul Peningkatan Hasil Belajar Fisika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Bertukar Pasangan pada Kelas VII4 SMP Negeri 24 Makassar.

52

FMIPA Universitas Negeri Makassar

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka dirumuskan permasalahan penelitian yaitu Apakah hasil belajar fisika siswa kelas VII4 SMP Negeri 24 Makassar dapat meningkat melalui model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar fisika siswa kelas VII4 SMP Negeri 24 Makassar melalui model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat kepada: 1. Sekolah, dalam hal ini Kepala SMP Negeri 24 Makassar sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan proses pembelajaran dan dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam usaha peningkatan kualitas sekolah. 2. Guru, dalam hal ini guru bidang studi fisika di SMP Negeri 24 Makassar sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan untuk melihat hasil belajar siswa. 3. Bagi siswa, penelitian ini merupakan media siswa untuk lebih terampil menyelesaikan soal, lebih memahami dan mendalami materi pelajaran fisika serta lebih aktif belajar, bersikap positif, bertanggungjawab dan senang belajar fisika yang pada gilirannya meningkatkan hasil belajar.

52

FMIPA Universitas Negeri Makassar

4.

Bagi peneliti, diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan salah satu model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan sebagai suatu pendekatan untuk meningkatkan pemahaman terhadap mata pelajaran fisika.

52

FMIPA Universitas Negeri Makassar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori 1. Tinjauan Tentang Belajar, Mengajar, dan Hasil Belajar a. Belajar Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana informasi diperoleh siswa kemudian bagaimana informasi itu diproses dalam pikiran siswa. Berdasarkan suatu teori belajar, diharapkan suatu pembelajaran dapat lebih meningkatkan pemahaman siswa sebagai hasil belajar. Gagne dalam E.Bell Gradler, Margaret (1994:188) menyatakan bahwa untuk terjadi belajar pada diri siswa diperlukan kondisi belajar, baik kondisi internal maupun kondisi external. Kondisi internal merupakan peningkatan (arising) memori siswa sebagai hasil belajar yang terdahulu. Memori siswa yang terdahulu merupakan komponen kemampuan yang baru dan ditempatkannya bersama-sama. Kondisi eksternal meliputi aspek atau benda yang dirancang atau ditata dalam suatu pembelajaran. Ini bertujuan antara lain merangsang ingatan siswa, menginformasikan tujuan pembelajaran, membimbing siswa belajar materi baru, memberikan

kesempatan kepada siswa menghubungkan pengetahuan yang telah ada dengan informasi yang baru. Selanjutnya Hilgard dalam Pasaribu dan Simanjuntak (1983:59) berpendapat bahwa: Belajar adalah suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan, perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar apabila 52
FMIPA Universitas Negeri Makassar

disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan sementara seseorang seperti kelelahan atau disebabkan obat-obatan. Menurut ahli psikologi dalam Syamsuddin (2005:157), Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu. Belajar biasa digunakan untuk menunjukkan bahwa kita telah menemukan sesuatu yang baru tentang sesuatu hal, seseorang atau kita memperolah pendirian baru. Pidarta dalam Warsita(2008:97) mengemukakan bahwa: Belajar adalah perubahan perilaku yang reletaif permanen sebagai hasil pengalaman(bukan hasil perkembangan) dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikannya kepada orang lain. Menurut Dewey dalam Sudjana dan Rivai (2005:19) berpendapat bahwa Belajar adalah interaksi antara stimulus dengan respons, merupakan hubungan dua arah antara belajar dan lingkungan. Lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan ini seefektif mungkin sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik. Pengalaman siswa yang diperoleh dari lingkungan itu akan menjadikan kepadanya bahan dan materi guna memperoleh pengertian serta bisa dijadikan landasan pedoman dan tujuan belajarnya. Berdasarkan beberapa pengertian tentang belajar yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang

52

FMIPA Universitas Negeri Makassar

menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku seseorang yang diperoleh dari pengalaman dan latihan, dimana perubahan itu akan menghasilkan peningkatan keterampilan, nilai dan sikap ke arah yang positif. b. Mengajar Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks. Tidak hanya sekedar menyampaikan informasi dari guru kepada siswa. Banyak kegiatan maupun tindakan harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar lebih baik pada seluruh siswa. Oleh karena itu rumusan pengertian mengajar tidak sederhana. Dalam arti membutuhkan rumusan yang dapat meliputi seluruh kegiatan dan tindakan dalam perbuatan mengajar itu sendiri. Seseorang berpandangan bahwa mengajar hanya sekedar menyampaikan pelajaran. Selain itu mengajar juga merupakan penanaman pengetahuan pada peserta didik. Menurut aliran progresif dalam Pasaribu dan Simanjuntak (1993:63), mengajar adalah suatu aktifitas mengorganisasi (mengatur) lingkungan sebaikbaiknya dengan menghubungkannya pada anak sehingga terjadi proses belajar. Menurut Ali (1987:12), mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Menurut William H. Burton dalam Ali (1987:13) berpandangan bahwa, Mengajar adalah upaya dalam memberi perangsang (stimulus), bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar.

52

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Menurut DeQueliy dan Gazali dalam Slameto (1995:30), Mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat. Dalam hal ini pengertian waktu yang singkat sangat penting. Guru kurang memperhatikan bahwa di antara siswa ada perbedaan individual, sehingga memerlukan pelayanan yang berbeda-beda. Bila semua siswa dianggap sama kemampuannya, maka bahan pelajaran yang diberikan akan sama pula. Hal itu bertentangan dengan kenyataan. Selanjutnya, menurut Gagne dan Brings dalam Ali (1987:73) berpendapat bahwa mengajar bukan upaya guru menyampaikan bahan sesuai tujuan. Hal ini berarti bahwa upaya guru hanya merupakan serangkaian peristiwa terjadi yang dapat mempengaruhi siswa belajar. Rangkaian peristiwa tersebut diperbuat guru dengan harapan dapat memberi kemungkinan terjadinnya proses belajar, sehingga kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan berbagai staretegi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien dan bermakna. Dalam hal ini kegiatan pembelajaran mampu mengembangkan dan meningkatakan

kompetensi, kreativitas, kemandirian, kerjasama, solidaritas, kepemimpinan, empati, toleransi dan kecakapan hidup peserta didik guna membentuk watak serta meningkatkan peradaban dan martabat bangsa. Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah memberikan sesuatu dengan cara membimbing dan membantu kegiatan belajar kepada seseorang (siswa) dalam mengembangkan

52

FMIPA Universitas Negeri Makassar

potensi intelektual, emosional dan spritualnya sehingga dapat berkembang secara optimal. c. Hasil Belajar

Belajar merupakan proses daripada perkembangan hidup manusia. Manusia belajar untuk melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktifitas dan prestasi hidup tidak lain adalah hasil belajar. Belajar adalah suatu proses dan bukan suatu hasil. Perubahan yang ingin dicapai melalui proses pendidikan pada dasarnya adalah perubahan tingkah laku, sebagaimana yang dikemukakan Ali (1987:14) bahwa Belajar adalah proses perubahan perilaku pola pikir yang berorientasi pada perubahan tingkah laku yang baru akibat adanya pengalaman. Hasil belajar adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan tingkat keberhasilan yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan suatu usaha tertentu. Selanjutnya dalam kaitannya dengan belajar, maka hasil belajar yang dicapai siswa dapat diketahui setelah mengikuti proses belajar mengajar. Hal ini dapat diukur dengan menggunakan tes hasil belajar. Hasil belajar yang dicapai oleh seseorang dapat dijadikan sebagai indikator tentang kemampuan, kesanggupan, penguasaan seseorang tentang pengetahuan, keterampilan dan sikap atau nilai yang dimiliki oleh orang itu dalam suatu kegiatan belajar. Salah satu hasil belajar adalah penguasaan bahan pelajaran atau biasa disebut prestasi. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individual, berpasangan, maupun

52

FMIPA Universitas Negeri Makassar

kelompok. Banyak kegiatan yang biasa dijadikan sebagai sarana untuk mendapatkan suatu prestasi. Dari beberapa pemikiran di atas, maka hasil belajar dapat dinyatakan sebagai tingkat penguasaan bahan pelajaran setelah mendapatkan atau memperoleh pengalaman belajar dalam kurun waktu tertentu yang dapat diukur dengan menggunakan tes atau penilaian tertentu. 2. Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning = CL) sebenarnya bukanlah merupakan ide baru namun telah ada sejak lama, bahkan pada awal abad pertama para filosof berpendapat bahwa, untuk dapat belajar dengan baik seseorang harus memilki pasangan atau teman. Bertolak dari gagasan inilah ide pembelajaran kooperatif dikembangkan. Pembelajaran kooperatif adalah kegiatan yang berlangsung dalam lingkungan belajar berbentuk kelompok kecil, sehingga siswa dapat saling berbagi ide dan bekerja secara kooperatif untuk menyelesaikan tugas akademik (Davidson dan Kroll dalam Hobri dan Susanto, 2006).

Pembelajaran kooperatif sesuai dengan paradigma bahwa disamping mahluk individual, manusia juga adalah mahluk sosial yaitu mahluk yang tidak bisa berdiri sendiri, namun selalu membutuhkan kerjasama dengan orang lain. Jelasnya, pembelajaran kooperatif tidak hanya bertujuan memahamkan siswa terhadap materi yang akan dipelajari, namun lebih menekankan pada melatih siswa untuk memilki kemampuan sosial, yaitu kemampuan untuk saling bekerjasama, saling memahami, saling berbagi informasi, saling membantu antar teman kelompok dan bertanggung jawab terhadap sesama teman

52

FMIPA Universitas Negeri Makassar

kelompok untuk mencapai tujuan umum kelompok. Di dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya dituntut keberhasilan individu namun juga keberhasilan kelompok. Dari pemikiran itulah dalam pembelajaran kooperatif, siswa belajar dalam kelompok kecil yang bersifat heterogen dari segi gender, etnis, dan kemampuan akademik untuk saling membantu satu sama lain dalam mencapai tujuan bersama (Slavin dalam Hobri dan Susanto). Menurut Slavin (Syarifuddin, 2007:6) bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar yang menempatkan siswa pada kelompokkelompok siswa yang heterogen. Dalam pembelajaran kooperatif setiap anggota kelompok akan bekerja sama dalam memahami suatu bahan pelajaran dan belajar belum selesai jika salah satu anggota dalam kelompoknya belum menguasai bahan pelajaran tersebut. Umumnya pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif memilki ciri-ciri yang meliputi: a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk memutuskan materi belajarnya. b. Kelompok yang dibentuk dari siswa memilki kemampuan tinggi (pandai), sedang dan rendah (kurang) c. Bila memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda. d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok daripada individu. Kooperatif atau kerjasama dalam belajar merupakan lawan dari persaingan dalam kehidupan sehari-hari. Jean D Garmbs (Rusman R, 2009)

52

FMIPA Universitas Negeri Makassar

berpendapat bahwa dalam pembelajaran di sekolah yang demokratis,baik kerjasama maupun persaingan sama pentingnya. Persaingan yang dimaksud bukan bertujuan untuk memperoleh hadiah atau kenaikan tingkat tetapi untuk mencapai hasil yang baik atau pemecahan masalah yang dihadapi kelompok untuk membentuk individu peserta didik menjadi manusia yang demokratis, guru harus menekankan pelaksanaan prinsip kerjasama atau kerja kelompok. Berkaitan dengan ini Bioton (Rusman, 2009) sangat memperhatikan apa yang dinamakan Group Process atau proses kelompok, yaitu cara individu mengadakan relasi dan kerjasama individu lain dalam kelompoknya untuk mencapai tujuan bersama a. Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Menurut Lie dalam Subrata (2008)

Adapun berbagai elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah : 1. Saling ketergantungan positif Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan positif menuntut adanya interkasi promotif yang memungkingkan sesama siswa saling memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar yang optimal. 2. Interaksi tatap muka

52

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Interaksi tatap muka para siswa dalam kelompok dapat saling bertatap muka, sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa. Interaksi semacam itu sangat penting karena ada siswa yang merasa lebih mudah belajar dari sesamanya. 3. Akuntabilitas individual Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar

kelompok. Meskipun demekian, penilaian untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual tersebut selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa anggota kelompok yang dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya, dan karena itu tiap anggota

kelompok harus memberikan urunan demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara individual inilah yang dimaksud dengan akuntabilitas individual. 4. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan social seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan

memperhatahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin antar hubungan antar pribadi.

52

FMIPA Universitas Negeri Makassar

b.

Peranan Pembelajaran Kooperatif

Ada banyak alasan mengapa dikembangkan pembelajaran kooperatif. Hasil penelitian melalui metode meta-analisis yang dilakukan oleh Johnson dan Johnson dalam Noor, Fatirul (2008:25) menunjukkan adanya berbagai keunggulan pembelajaran kooperatif sebagaimana terurai berikut ini : 1. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial. 2. Mengembangkan kegembiraan belajar yang sejati. 3. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois. 4. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial. 5. Memabangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa. 6. Menimbulkan perlaku rasional di masa remaja. 7. Meningkatkan rasa saling percaya diri kepada sesama manusia. 8. Meningkatkan keyakinan terhadap idea tau gagasan sendiri. 9. Meningkatkan motivasi belajar intrinsik. 10. Meningkatkan sikap positif terhadap belajar dan pengalaman belajar. c. Teknik-Teknik Pembelajaran Kooperatif

Sebagai seorang profesional, guru harus mempunyai pengetahuan dan persediaan strategi-strategi pembelajaran. Tidak semua strategi yang diketahuinya harus dan bisa diterapkan dalam kenyataan sehari-hari di ruang kelas. Meski demikian, guru yang baik tidak akan terpaku pada satu strategi saja. Guru Yang ingin maju dan berkembang perlu mempunyai persediaan strategi dan teknik-teknik pembelajaran yang pasti akan selalu bermanfaat

52

FMIPA Universitas Negeri Makassar

dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar sehari-hari. Guru bisa memilih dan juga memodifikasi sendiri teknik-teknik pada situasi kelas mereka. Dalam satu jam/sesi pelajaran, guru juga bisa memakai lebih dari satu teknik. Adapun teknik-teknik dalam pembelajaran kooperatif( Noor, Fatirul 2008:35)yakni : 1. Mencari Pasangan (Make a Match). 2. Bertukar Pasangan 3. Berpikir-Berpasangan-Berempat 4. Berkirim Salam dan Soal. 5. Kepala Bernomor (Numbered Heads). 6. Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray). 7. Jigsaw 8. Bercerita Berpasangan (Paired Storytelling) 9. Kancing gemerincing 10. Lingkaran Kecil Lingkaran Besar (inside Outside Circle) d. Penggunaan Pembelajaran Kooperatif

Ada beberapa cara menggunakan pembelajaran kooperatif bagi siswa di sekolah ( Darnah S, 2005:10)yaitu : Pertama, memanfaatkan tugas pekerjaan rumah. Membentuk beberapa kelompok siswa dengan ukuran antara dua sampai lima orang setiap kelompok. Untuk memulai siswa belajar, hasil siswa pekerjaan dibimbing rumah untuk dengan

membandingkan

dan

mendiskusikan

memberikan pertanyaan-pertanyaan kunci dan saran-saran tertentu.

52

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Kedua, pembahasan materi baru. Di dalam format pengajaran tradisional (direct instruction), biasanya guru mengembangkan, menerangkan atau mendemostrasikan suatu teknik baru, dalam format ini biasanya guru diharapkan para siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan materi baru itu atau soal-soal itu, tetapi kadang-kadang siswa malu bertanya dan segan terhadap guru. Oleh karena itu, dalam format pembelajaran kooperatif, setelah guru menyampaikan materi pelajaran, para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk berdiskusi, kemudian menyerahkan hasil kerja kelompok kepada guru. Dan jika perlu, guru memimpin diskusi tentang pekerjaan itu yang membutuhkan penjelasan dan klarifikasi. Untuk mengoptimalkan manfaat pembelajaran kooperatif, keanggotaan kelompok sebaiknya heterogen dan setiap anggota satu kelompok dapat duduk saling berdekatan sehingga dapat bekerja dengan cukup nyaman dan tidak perlu berbicara keras-keras. Pembelajaran kooperatif diarahkan untuk menciptakan empat kondisi yang harus dipenuhi untuk membangkitan perubahan konseptual berdasarkan pada konstruktivisme. Keempat langkah yang dimaksud adalah : 1. Orientasi, yaitu pengenalan topik yang akan dipelajari. 2. Pemunculan gagasan yaitu siswa diberi kesempatan untuk menyatukan secara eksplisit gagasan mereka kepada teman sebayanya dan gurunya. 3. Penyusunan ulang, perubahan dan perluasan gagasan, meliputi aktivitas yang memberi kesempatan kepada siswa untuk saling bertukar pikiran dengan teman sebaya dan membentuk serta menilai ide baru.

52

FMIPA Universitas Negeri Makassar

4. Aplikasi memberi kesempatan kepada siswa untuk menerapkan konsep baru yang telah dibentuk ke dalam konteks yang baru. e. Langkah-langkah Model Pembelajaran kooperatif

Model pemebelajaran kooperatif terdiri dari enam langkah atau fase utama (Natsir, 2004:74). Pelajaran dimulai dengan guru meyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase diikuti oleh penyajian informasi, seringkali dengan bahan bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja sama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase hasil akhir kerja kelompok, atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan memberikan penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu. Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Fase 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar Fase 2 Menyajikan Informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstarasi atau lewat bahan bacaan Fase 3 Mengorganisasikan siswa Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya ke dalam kelompok- membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efesien Tingkah Laku Guru

kelompok belajar Fase 4 Membimbing

kelompok Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada

52

FMIPA Universitas Negeri Makassar

bekerja dan belajar Fase 5 Evaluasi

saat mereka mengerjakan tugas mereka

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok

mempersentasikan hasil kerjanya. Fase 6 Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu atau kelompok

3. Model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan Sebagai seorang guru yang profesional, maka perlu dipahami bahwa setiap siswa yang berada di dalam suatu kelas, bukan merupakan kertas kosong yang akan ditulisi. Tetapi masing-masing berbekal pengetahuan, keterampilanketerampilan dan motivasi yang berbeda-beda. Sehingga ketika guru akan menyampaikan suatu materi pelajaran dalam kelas yang beragam

pengetahuannya, kemungkinan ada beberapa siswa yang tidak memiliki keterampilan-keterampilan persyaratan untuk mempelajari materi pelajaran tersebut. Salah satu alternatif pemecahan masalah tersebut adalah

menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan. Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan orang lain. Menurut Noor Fatirul (2008 :35) ada lima langkah-langkah model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan yaitu : 1 Setiap siswa mendapatkan satu pasangan (guru bisa menunjuk pasangannya atau siswa melakukan prosedur teknik mencari pasangan). 2 Kemudian guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas tersebut dengan pasangannya. 52
FMIPA Universitas Negeri Makassar

Setelah selesai mengerjakan tugas, setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain

Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan Masing-masing pasangan yang baru ini kemudian saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban mereka.

Temuan yang baru yang diperoleh dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semua.

B. Kerangka Pikir
Dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan, maka harus berusaha meningkatkan aktivitas, minat, motivasi, serta perhatian siswa dalam belajar. Permasalahan yang timbul bahwa telah berbagai macam model pembelajaran diterapakan dalam kegiatan belajar mengajar, namun upaya tersebut belum sepenuhnya dapat membawa peserta didik ke arah belajar yang bermakna. Fenomena yang terjadi selama ini bahwa minat siswa terhadap mata pelajaran fisika sangat kecil. Hal ini disebabkan karena siswa menganggap bahwa fisika sebagai mata pelajaran yang susah untuk dipahami yang akan berimbas terhadap hasil belajar siswa yang rendah. Keadaan tersebut harus diperbaiki dengan cara memperbaharui proses belajar mengajar baik dari segi penyediaan media yang tepat maupun penggunaan metode pembelajaran yang relevan dengan kondisi sekarang ini sehingga siswa dapat merasa senang mengikuti pelajaran. Dengan penerapan pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan dengan membentuk beberapa pasangan kelompok dalam satu kelas dan

52

FMIPA Universitas Negeri Makassar

memudahkan belajar, kerjasama, saling memberi dan menerima pendapat secara terbuka, menyelesaikan masalah yang ditemukan bersama-sama. Dengan model ini dapat meningkatkan motivasi belajar siswa

mengembangkan potensi yang dimiliki, serta dapat menimbulkan minat siswa sehingga sifat pasif dari siswa dapat teratasi dan siswa akan aktif belajar juga dapat mendorong siswa untuk berinteraksi dengan kelompok lainnya dan saling bekerja sama untuk memecahkan masalah bersama sehingga dapat meningkatkan hasil belajar terhadap materi yang akan diajarkan. Akhirnya tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai dengan hasil yang memuaskan.

C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka teoretik yang telah diberikan di atas maka hipotesis tindakan penelitian ini sebagai jawaban dari permasalahan yang diajukan adalah jika pada proses pembelajaran fisika digunakan model

pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan maka hasil belajar fisika siswa kelas Kelas VII4 SMP Negeri 24 Makassar dapat meningkat.

52

FMIPA Universitas Negeri Makassar

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Variabel Penelitian


1. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa Kelas VII4 SMP Negeri 24 Makassar melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif

teknik bertukar pasangan. 2. Variabel Penelitian Pada penelitian ini hanya terdiri atas dua variabel yakni hasil belajar fisika siswa dan model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan. B. Definisi Operasional Variabel. Untuk memberikan batasan ruang lingkup penelitian serta untuk menghindari beda penafsiran tentang variabel dalam penelitian, maka dirumuskan definisi operasional sebagai berikut : 1. Model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan adalah model pembelajaran dimana setiap siswa mendapat pasangan kemudian mendapat tugas dan dikerjakan dengan pasangannya. Selanjutnya setiap pasangan bergabung dengan pasangan yang lain kemudian masing-masing pasangan yang baru saling menanyakan dan

mengukuhkan jawaban mereka. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula.

52

FMIPA Universitas Negeri Makassar

2. Hasil belajar fisika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat penguasaan materi fisika yang sudah dipelajari atau diajarkan dalam kurun waktu tertentu. Tingkat penguasaan tercermin dari skor yang dicapai siswa dari jawaban tes hasil belajar fisika yang mencakup materi yang diajarkan. C. Lokasi dan Subyek Penelitian Lokasi penelitian ini adalah SMP Negeri 24 Makassar. Subjek penelitian ini adalah siswa pada satu kelas yaitu Kelas VII4 pada semester ganjil tahun ajaran 2009/2010 dan peneliti sebagai guru fisika di kelas tersebut. D. Prosedur Penelitian Penelitian ini direncanakan dalam dua siklus, yaitu Siklus I dan Siklus II. Siklus I dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan sedangkan siklus II dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan. Kegiatan-kegiatan pada siklus II merupakan perbaikan dari siklus I jika masih terdapat sesuatu yang tidak diharapkan. Rancangan penelitian ini mengikuti model Kemmis dan McTaggart (1989) yang terdiri dari empat komponen utama, yaitu (1) rencana, (2) tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Model ini dapat digambarkan sebagai berikut:

52

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Masalah Utama

Persiapan Merencanakan Tindakan I

Siklus I

Melaksanakan Tindakan I

Observasi & Refleksi

Siklus II

Melaksanakan Tindakan II

Merencanakan Tindakan II
Observasi & Refleksi

Pelaporan Hasil Sumber : Kemmis & Mc Taggart (Wibawa,B, dalam Rusman Rasyid 2009 : 24) Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas Secara lebih rinci prosedur penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Gambaran Kegiatan Siklus I Pelaksanaan siklus I dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan atau 6 jam pelajaran dengan alokasi waktu 6 x 40 menit. Prosedur kegiatan siklus I dapat dijabarkan sebagai berikut : a. Tahap Perencanaan Tindakan (Planning) Tahap perencanaan tindakan dalam siklus I, peneliti melakukan kegiatan sebagai berikut : 1. Menelaah materi pelajaran fisika kelas VII SMP semester ganjil agar dapat diketahui materi apa yang akan diajarkan.

52

FMIPA Universitas Negeri Makassar

2. Menentukan materi yang akan diajarkan dalam pelaksanaan siklus I melalui model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan. 3. Peneliti melaksanakan diskusi awal dengan guru mata pelajaran fisika lainnya di lokasi penelitian,untuk membahas materi yang akan diajarkan dalam penelitian. 4. Mempersiapkan perangkat pembelajaran berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang akan digunakan selama proses belajar-mengajar berlangsung dalam penelitian ini. 5. Mengembangkan alat bantu pengajaran (media pembelajaran) yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. 6. Membuat format observasi untuk merekam bagaimana kondisi belajar mengajar di kelas ketika pelaksanaan tindakan berlangsung. 7. Merancang dan membuat soal, baik soal latihan di kelas, soal tugas pekerjaan rumah, dan LKS (lembar kerja siswa). 8. Membuat tes hasil belajar untuk mengukur hasil belajar fisika siswa setelah diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan. b. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action) Pelaksanaan tindakan pada siklus I ini berlangsung selama 3 kali pertemuan, lama waktu setiap pertemuan (tatap muka) adalah 2 x 40 menit. Secara umum, tindakan yang dilakukan untuk setiap pertemuan (kegiatan pembelajaran) pada siklus I ini adalah sebagai berikut :

52

FMIPA Universitas Negeri Makassar

a. Guru memberikan motivasi kepada siswa dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. b. Guru menyampaikan materi pelajaran secara singkat. c. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok secara berpasangan. d. Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok dan mengerjakan soal yang ada pada LKS dengan mendiskusikan jawabannya dengan pasangannya. e. Setelah selesai, setiap pasangan bergabung dengan pasangan yang lain. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan kemudian saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban. Temuan baru yang diperoleh dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula. f. Selama proses kerja kelompok berlangsung, setiap kelompok tetap diawasi dan diberi bimbingan secara langsung kepada kelompok yang mengalami kesulitan dan mengobservasi tindakan yang dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi atau pengamatan. g. Kelompok menetapkan jawabannya yang dianggap paling benar dan memastikan setiap pasangannya mengetahui jawaban tersebut. h. Guru memanggil salah satu pasangan untuk mempersentasekan jawaban LKSnya. Selanjutnya, kelompok lain menanggapi jawaban yang diajukan kelompok tersebut. i. Guru meminta siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran.

52

FMIPA Universitas Negeri Makassar

j. Guru memberikan skor terhadap hasil laporan setiap anggota kelompok dan memberikan penghargaan kepada setiap anggota kelompok dengan presentase terbaik. c. Tahap Observasi (Obesvation) Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Selain itu, memberikan evaluasi tes hasil belajar setelah 3 kali pertemuan pada siklus I yang telah disediakan. Jenis tes berupa pilihan ganda yang terdiri atas item 20 soal yang mewakili seluruh materi yang telah dibahas. Menganalisis data hasil observasi dan tes untuk mengetahui skor akhir yang diperoleh siswa setelah mengikuti beberapa kali pertemuan dengan model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan. d. Tahap Refleksi (Reflection) Hasil yang diperoleh dari tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis dalam tahap ini, demikian pula dengan evaluasinya. Pada tahap ini dilakukan refleksi atau menelaah kembali penelitian ini berdasarkan hasil observasi dan evaluasi selama proses pembelajaran berlangsung. Melibatkan siswa dalam penelitian dengan meminta tanggapan mereka mengenai proses pelaksanaan pembelajaran. Hal-hal apa yang menurut mereka perlu ditingkatkan, baik segi model pembelajaran yang digunakan maupun teknik penyajian informasi yang dilakukan oleh peneliti. Mendiskusikan hasil refleksi yang telah dibuat bersama dengan observer yakni rekan-rekan guru mata pelajaran fisika. Dari hasil diskusi yang diperoleh,

52

FMIPA Universitas Negeri Makassar

peneliti dapat merefleksi diri dengan melihat sejauh mana faktor-faktor yang diselidiki pada data observasi telah tercapai. Hal-hal yang yang masih belum berhasil pada siklus ini akan ditindak lanjuti pada siklus II dan hal-hal yang sudah dianggap benar dipertahankan. Hasil yang diperoleh dari pengamatan observasi dikumpulkan serta dianalisis. Adapun yang menjadi refleksi pada siklus I adalah: a. Mengkoordinasikan kelompok sebelum pembelajaran dimulai. b. Pemberian tugas rumah kepada siswa berupa membuat ringkasan diakhir pembelajaran. c. Menekankan kepada siswa untuk mencatat materi yang diberikan dan memotivasi siswa dengan pemberian penghargaan kepada kelompok atau pasangan. Hasil refleksi ini digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan siklus berikutnya. 2. Siklus II a. Perencanaan tindakan 1) Mempersiapkan materi yang akan diajarkan dalam pelaksanaan siklus II melalui model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan. 2) Mempersiapkan perangkat pembelajaran berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang akan digunakan selama proses belajarmengajar berlangsung dalam penelitian ini. 3) Membuat format observasi untuk merekam bagaimana kondisi belajar mengajar di kelas ketika pelaksanaan tindakan berlangsung.

52

FMIPA Universitas Negeri Makassar

4) Merancang dan membuat soal, baik soal latihan di kelas, soal tugas pekerjaan rumah, dan LKS (lembar kerja siswa). 5) Membuat tes hasil belajar untuk mengukur hasil belajar fisika siswa setelah diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan. b. Pelaksanaan Tindakan Pada pelaksanaan tindakan siklus II ini, pelaksanaannya hampir sama pada pelaksanaan tindakan pada siklus I. namun, pada pelaksanan tindakan II ada beberapa aspek yang merupakan perbaikan dari pelaksanaan tindakan pada siklus I antara lain : guru mengkoordinasikan masing-masing kelompok sebelum pembelajaran dimulai, guru memberikan tugas berupa membuat ringkasan diakhir pembelajaran, guru lebih aktif mengontrol dan membimbing kelompok belajar dan guru memberikan penghargaan bagi kelompok terbaik pada tiap akhir pembelajaran. c. Observasi dan Evaluasi Observasi dilakukan pada saat proses belajar mengajar berlangsung dan pada akhir siklus II diberikan evaluasi untuk mengetahui terjadinya peningkatan hasil belajar dari siklus I. d. Refleksi Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi menunjukkan bahwa pada siklus II telah mencapai indiktaor keberhasilan,dimana hasil refleksi dari siklus I mengalami peningkatan pada siklus II sehingga penelitian in tidak dilanjutkan lagi.

52

FMIPA Universitas Negeri Makassar

E. Teknik Pengumpulan Data


Jenis data dan cara pengambilan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data tentang hasil belajar fisika siswa yang diperoleh dengan menggunakan tes hasil belajar pada setiap akhir siklus. Untuk data mengenai keaktifan dan kesungguhan siswa dalam mengikuti proses belajar akan diambil pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan pedoman observasi. F. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dari pelaksanaan observasi dianalisis secara kualitatif. Sedangkan data hasil belajar fisika siswa dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif yang meliputi skor rata-rata, presentase, stndar deviasi,nilai minimum dan nilai maksimun yang dicapai setiap siklus. Menurut Sudjana (2005) anlisis kuntitatif dapat digunakan teknik kategorisasi dengan berpedoman pada skala 1-100 dengan tabel dibawah ini :
Interval Nilai 90-100 75-89 55-74 40-45 0-39 Kualifikasi Tinggi sekali Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

52

FMIPA Universitas Negeri Makassar

G. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah apabila terjadi peningkatan skor rata-rata hasil belajar fisika dari siklus pertama ke siklus berikutnya. Perlakuan dianggap berhasil bila 80% siswa mencapai skor minimal 66 dari hasil tes belajar yang dicapai.

52

FMIPA Universitas Negeri Makassar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Pada bab ini data yang diperoleh di analisis dan di bahas. Data tentang hasil belajar di analisis secara kuantitatif berupa presentase tingkat penguasaan dari materi yang diajarkan kepada siswa. Sedangkan data tentang aktivitas siswa dianalisis secara kualitatif.

A. Hasil Penelitian
Analisis tes hasil belajar fisika dan analisis dari masing-masing pelaksanaan tindakan pada setiap siklus dapat diuraikan sebagai berikut: a) Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Pelaksaan Tindakan Siklus I. Data hasil kegiatan pembelajaran untuk materi suhu yang dianalisis dengan statistik deskriptif. Gambaran hasil belajar siswa seperti pada table di bawah ini : Tabel 4.1 Statistik deskriptif nilai hasil belajar fisika siswa kelas VII4 SMP Negeri 24 Makassar siklus I Statistik Nilai Statistik Ukuran sampel 30 Nilai ideal 100 Nilai Tertinggi 80 Nilai Terendah 20 Nilai rata-rata 60,17 Standar deviasi 14,77 Secara umum, pada siklus pertama diperoleh bahwa penguasaan siswa terhadap materi yang disajikan belum maksimal. Hal ini terlihat dari 30 orang siswa mengikuti tes belajar fisika, diperoleh skor rata-rata hasil belajar fisika siswa adalah 60,17 dari skor yang mungkin dicapai oleh siswa, dengan skor

52

FMIPA Universitas Negeri Makassar

tertinggi yang dicapai adalah 80 sedangkan skor terendah adalah 20. Data hasil belajar fisika siswa SMPN 24 Makassar pada siklus pertama secara rinci dapat dilihat pada lampiran Apabila skor hasil belajar fisika yang telah dicapai dikelompokkan ke dalam lima kategori, maka diperoleh gambaran hasil belajar sebagai berikut: Tabel: 4.2; Distribusi frekuensi, persentase dan kategori skor hasil belajar siswa kelas VII4 SMP Negeri 24 Makassar pada Siklus I No 1 2 3 4 5 Skor 90-100 75-89 55-74 40-45 0-39 Jumlah Kategori Tinggi sekali Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah frekuensi 0 6 17 5 2 30 Persentase (%) 0 20 56,67 16,67 6,66 100

Dari tabel diatas terlihat bahwa hasil belajar fisika siswa yang termasuk kategori sangat rendah 6,66% dan rendah 16,67%, sedangkan untuk kategori sedang 56,67% dan kategori tinggi hanya 20%. Hal ini berarti bahwa penyebaran skor yang diperoleh siswa kelas VII.4 merata dengan selisih perbedaan antara skor tertinggi dan skor terendah tidak terlalu besar. Jika dilihat dari persen tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan pada siklus pertama maka jumlah siswa yang tuntas pada kelas VII.4 hanya sembilan siswa.

52

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Apabila hasil tes siswa pada siklus pertama dianalisis berdasarkan indikator keberhasilan maka diperoleh hasil seperti yang akan ditampilkan pada tabel 4.3 berikut: Tabel:4.3; Distribusi, frekuensi dan persentase kategori ketuntasan hasil belajar fisika siswa kelas VII4 SMP Negeri 24 Makassar pada siklus I Skor 0 65 66-100 Jumlah Kategori Tidak tuntas Tuntas Frekuensi 21 9 30 Persentase (%) 70 30 100

Dari tabel diatas diperoleh jumlah siswa yang tuntas hanya sembilan orang (30%) dan siswa yang tidak tuntas 21 orang (70%). Hal tersebut belum mencapai kreteria indikator keberhasilan tindakan. Oleh karena itu kegiatan ini masih perlu dilanjutkan dengan mengadakan perbaikan-perbaikan tertentu dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis data dalam pelaksanaan pembelajaran, ada beberapa hal yang perlu diperbaiki dalam proses pembelajaran, agar siswa dapat belajar dengan baik. Perbaikan yang dimaksud adalah : 1. Setiap siswa bergabung dengan kelompoknya (pasangannya) sebelum pembelajaran dimulai yang bertujuan untuk mengefesienkan waktu dalam proses pembelajaran. 2. Pemberian tugas rumah kepada siswa diakhir pembelajaran berupa membuat ringkasan yang bertujuan agar siswa lebih menguasai dan memahami materi yang telah diajarakan

52

FMIPA Universitas Negeri Makassar

3. Memotivasi siswa dengan cara memberikan pujian dan penilaian yang tinggi bagi kelompok yang berani bertanya dan mempersentasikan jawaban hasil diskusinya. b) Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Pelaksaan Tindakan Siklus II Berdasarkan analisis deskriptif diperoleh bahwa skor rata-rata hasil belajar fisika siswa kelas VII.4 SMPN 24 Makassar adalah sebagai berikut : Tabel 4.4 Statistik deskriptif nilai hasil belajar fisika siswa kelas VII4 SMP Negeri 24 Makassar pada siklus II Statistik Ukuran sampel Nilai ideal Nilai Tertinggi Nilai Terendah Nilai rata-rata Standar deviasi Nilai Statistik 30 100 90 40 70,83 12,94

Data hasil belajar fisika dengan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan siswa pada siklus II secara rinci dapat dilihat pada lampiran Apabila skor hasil belajar fisika yang telah dicapai dikelompokkan ke dalam lima kategori, maka diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel.4.5; Distribusi frekuensi, persentase dan kategori skor hasil belajar siswa kelas VII4 SMP Negeri 24 Makassar pada Siklus II No 1 2 3 Skor 90-100 75-89 55-74 Kategori Tinggi sekali Tinggi Sedang frekuensi 2 9 18 Persentase (%) 6,67 20 60

52

FMIPA Universitas Negeri Makassar

4 5

40-54 0-39 Jumlah

Rendah Sangat rendah

4 0 30

13,33 0 100

Dari tabel diatas terlihat bahwa secara umum penguasaan materi terhadap materi yang disajikan mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari persentase untuk kategori sangat rendah 0% dan rendah 13,33% sudah berkurang. Sedangkan untuk kategori sedang tetap, akan tetapi kategori tinggi dan sangat tinggi mengalami peningkatan. Tabel.4.6; Distribusi, frekuensi dan persentase kategori ketuntasan hasil belajar fisika siswa kelas VII4 SMP Negeri 24 Makassar pada siklus II Skor 0 65 66 100 Jumlah Kategori Tidak tuntas Tuntas Frekuensi 6 24 30 Persentase (%) 20 80 100

3. Pelaksanaan tindakan dalam proses pembelajaran dan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan. a. Pelaksanaan Siklus I Hasil analisis data pembelajaran yang meliputi kegiatan siswa dan guru dijabarkan dalam tabel berikut ini :

52

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Tabel.4.9; Hasil observasi aktivitas siswa kelas VII4 SMP Negeri 24 Makassar pada siklus I Siklus I No. Kategori Aktivitas Siswa I 1. Siswa yang memperhatikan dan mencatat tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru Siswa yang memperhatikan informasi yang diberikan oleh guru. Siswa yang membaca LKS dan aktif terlibat dalam mengerjakan LKS Siswa yang menjawab semua soal yang diberikan oleh guru yang tertera pada LKS Siswa yang aktif berdiskusi dengan pasangannya Siswa yang mengajukan pendapat atau tanggapan pada saat berdiskusi Siswa yang melakukan aktivitas lain dalam proses pembelajaran II Rerata % Ket.

18

24

21

70

2.

20

20

20

60

3.

20

21

20,5

21

4.

18

14

16

55,3

5 6.

16 10

18 11

17 10,5

56,67 35

7.

30

Tabel.4.10; Hasil observasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran pada siklus I
Pertemuan I
N O

Pertemuan II Baik Cukup baik Kurang baik

Kegiatan Yang Diamati

Bai k

Cukup baik

Kurang baik

Kegiatan pendahuluan Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa Guru memberikan motivasi awal pada siswa

52

FMIPA Universitas Negeri Makassar

2.

3.

Kegiatan inti Guru mengorganisasikan siswa dalam bentuk kelompok Guru menjelaskan materi secara singkat Guru membagikan LKS pada setiap kelompok Guru memantau setiap kelompok dalam mengerjakan LKS Guru memberikan kesempatan pada setiap kelompok untuk menanggapi hasil persentase kelompok lain Guru meluruskan pendapat yang berbada. Kegiatan penutup Guru memberikan penghargaan pada kelompok yang memiliki kinerja yang baik Guru memberikan tugas rumah pada siswa

4.

Kegiatan pengelolaan kelas Posisi guru (di depan, di tengah, di belakang) Suara dapat didengar oleh semua siswa dalam kelas Cara penyampaian materi (dapat dimengerti oleh siswa) Dapat membuat suasana kelas nyaman

52

FMIPA Universitas Negeri Makassar

b. Refleksi Pelaksanaan siklus I 1. Perilaku siswa padat saat proses belajar mengajar Berdasarkan hasil siklus dari data-data observasi dan hasil tes siklus I diperoleh masih ada siswa yang tidak aktif dalam proses pembelajaran, data ini diperoleh dari hasil observasi yakni 30% siswa masih melakukan kegiatan lain selama proses pembelajaran berlangsung. Akan tetapi, motivasi siswa untuk mengikuti pelajaran cukup tinggi berdasarkan hasil observasi siswa aktif dalam pembahasan materi sekitar 70%, dan siswa yang memperhatikan informasi yang diberikan oleh guru sekitar 60% . sedangkan siswa yang aktif dalam mengerjakan LKS mengalami peningkatan sekitar 21%. Akan tetapi siswa yang menjawab semua soal yang diberikan oleh guru mengalami penurunan pada pertemuan kedua yaitu hanya sekitar 55,3%. Dari hasil observasi penerapan teknik bertukar pasangan, siswa yang aktif berdiskusi dengan pasangannya sekitar 56,67%, masih banyak pasangan yang kurang aktif ini disebabkan siswa belum terbiasa dengan kelompoknya. serta siswa yang mengajukan pertanyaan saat diberi kesempatan untuk bertanya sekitar 35% pada saat berdiskusi ini disebabkan siswa masih canggung untuk bertanya dan merasa kurang percaya diri. Hasil tes siklus pertama ini dari 30 orang siswa yang mengikuti tes hasil belajar siklus I diperoleh hasil belajar siswa yang termasuk kategori sangat rendah 6,66% dan rendah 16,67%. Sedangkan untuk kategori sedang 56,67% dan kategori tinggi hanya 20% masih sangat rendah.

52

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Apabila didasarkan pada indikator keberhasilan maka jumlah siswa yang tuntas adalah hanya 9 orang (30%) dan siswa yang tidak tuntas 21 orang (70%). 2. Pelaksanaan Pembelajaran oleh Guru. Pada siklus I peneliti masih memiliki banyak kekurangan, berdasarkan hasil diskusi dengan observer diperoleh bahwa penelti dalam pertemuan ke-1 dalam kegiatan pendahuluan kategorinya cukup baik, hal ini dilihat dari siswa orang yang memperhatikan dan mencatat tujuan pembelajaran sekitar 70%. Pada kegiatan inti peneliti dalam mengkoordinasikan kelompok juga dalam kategori cukup baik. Hal ini dilihat dari siswa masih banyak yang ribut dalam kelas pada saat pembagian kelompok. Dalam pemberian materi dalam kelas dalam kategori baik. Ini dilihat dari peneliti cukup menguasai materi dengan baik dan siswa dapat mengerti pelajaran yang diberikan. Sedangkan dalam kegiatan penutup dalam kategori baik, peneliti selalu memberikan penghargaan kepada setiap siswa dengan pujian dan sanjungan sehingga siswa termotivasi untuk lebih bekerjasama dengan kelompoknya. Sedangkan dalam pengelolaan kelas, posisi peneliti dalam kategori baik. Hasil refleksi ini digunakan sebagai acuan untuk pelaksanaan siklus beikutnya. c. Pelaksanaan Siklus II Tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus II ini banyak ditentukan dari hasil refleksi pada siklus I. Secara umum akan mengulang tindakan pada siklus I namun disertai dengan solusi dari hambatan-hambatan yang

52

FMIPA Universitas Negeri Makassar

dihadapi pada siklus I. Pada pertemuan pertama memberitahukan tentang hasil yang diperoleh pada siklus I yang tidak memenuhi indikator keberhasilan. Berdasarkan hal tersebut diatas dan hasil diskusi antara peneliti dengan siswa maka diputuskan bahwa tiap sebelum pembelajaran siswa bergabung dengan kelompoknya. Kemudian peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran kemudian memberikan materi secara singkat. Selanjutnya membagikan LKS dan membimbing praktikum.kepada setiap kelompok. Kemudian bertukar pasangan dengan kelompok lain dan kembali ke kelompok asal untuk mengukuhkan jawaban baru yang diperoleh. Selanjutnya salah satu dari kelompok mempersentasikan hasil yang diperolehnya. Diakhir pembelajaran diberikan tugas rumah berupa membuat ringkasan tentang materi yang telah dipelajari. Pada pertemuan ini terjadi peningkatan siswa yang aktif bekerjasama dengan pasangannya Pada pertemuan kedua peneliti tetap menerapkan teknik bertukar pasangan dengan kelompok yang sama. Pada pertemuan ini siswa melakukan praktikum, jadi materi yang diberikan cukup singkat. Pada pertemuan ini siswa lebih aktif dalam bekerjasama dengan pasangannya. Selain itu siswa yang mengajukan pendapat dan tanggapan meningkat pada saat salah satu kelompok mempersentasikan jawabannya. Sedangkan siswa yang melakukan aktivitas lain dalam proses pembelajaran berkurang. Diakhir pembelajaran guru mengajukan pertanyaan kepada siswa, kemudian guru dan siswa membuat kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari. Selanjutnya guru pun memberikan tugas rumah. Untuk

52

FMIPA Universitas Negeri Makassar

lebih jelasnya data tentang tingkah laku siswa dalam proses belajar mengajar dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel.4.11; Hasil observasi aktivitas siswa kelas VII4 SMP Negeri 24 Makassar pada siklus II Kategori Aktivitas No. Siswa 1. Siswa yang memperhatikan dan mencatat tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru Siswa yang memperhatikan informasi yang diberikan oleh guru. Siswa yang membaca LKS dan aktif terlibat dalam mengerjakan LKS Siswa yang menjawab semua soal yang diberikan oleh guru yang tertera pada LKS Siswa yang aktif berdiskusi dengan pasangannya Siswa yang mengajukan pendapat atau tanggapan pada saat berdiskusi Siswa yang melakukan aktivitas lain dalam proses pembelajaran I II Rerata % Siklus I

25

25

25

83,33

2.

21

23

22

73,33

3.

29

29

29

96,67

4.

20

26

23

76,67

22

26

24

80

6.

12

15 13,5 45 18,33

7.

5,5

52

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Tabel.4.12; Hasil observasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran pada siklus II
Pertemuan I N O Kegiatan Yang Diamati Bai k 1 Kegiatan pendahuluan Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa Guru memberikan motivasi awal pada siswa 2 Kegiatan inti Guru . mengorganisasikan siswa dalam bentuk kelompok Guru menjelaskan materi secara singkat Guru membagikan LKS pada setiap kelompok Guru memantau setiap kelompok dalam mengerjakan LKS Guru memberikan kesempatan pada setiap kelompok untuk menanggapi hasil persentase kelompok lain Guru meluruskan pendapat yang berbeda. 3 Kegiatan penutup Guru memberikan . penghargaan pada kelompok yang memiliki kinerja yang baik Guru memberikan tugas rumah pada siswa Cukup baik Kurang baik Baik Pertemuan II Cukup baik Kurang baik

52

FMIPA Universitas Negeri Makassar

4 Kegiatan pengelolaan kelas Posisi guru (di . depan, di tengah, di belakang) Suara dapat didengar oleh semua siswa dalam kelas Cara penyampaian materi (dapat dimengerti oleh siswa) Dapat membuat suasana kelas nyaman

d. Refleksi Pelaksanaan Siklus II Adapun hasil dari refleksi tindakan siklus II antara lain: a. Siswa yang aktif berdiskusi dengan pasangannya meningkat. b. Keberanian siswa dalam mengajukan pertanyaan dan pendapat saat berdiskusi meningkat. c. Siswa yang melakukan kegiatan lain selama proses pembelajaran semakin berkurang. d. Ketuntasan belajar yang diperoleh oleh kelas VII. 4 meningkat dari 30% menjadi 80% apabila didasarkan pada indikator keberhasilan maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan pada siswa telah berhasil meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII4 SMP Negeri 24 Makassar, sehingga tidak dilakukan lagi siklus berikutnya, akan tetapi siswa yang memiliki nilai rendah (2 orang) dalam proses belajar mengajar sangat aktif dalam

52

FMIPA Universitas Negeri Makassar

mengikuti pelajaran, setelah peneliti melakukan wawancara dengan siswa tersebut diperoleh hasil ternyata pada saat diajarkan siswa tersebut mengerti dari penjelasan yang telah diberikan oleh peneliti akan tetapi saat pelajaran berakhir siswa tersebut lupa dengan meteri yang telah diajarkan dan tiba dirumah siswa tersebut jarang dan bahkan tidak pernah menyentuh buku pelajaran fisika untuk belajar. Perubahan Tingkah Laku Siswa Disamping terjadi peningkatan hasil belajar fisika siswa, selama berlangsungnya penelitian dari siklus I ke siklus II tercacat sejumlah perubahan yang terjadi pada proses belajar fisika dalam hal keaktifan selama mengikuti proses pembelajaran. Perubahan tersebut merupakan data kualitatif yang diperoleh dari lembar observasi pada setiap pertemuan yang tercatat tiap siklus oleh observer. Secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut: Dilihat dari lembar observasi siswa dari siklus I ke siklus II. 1. Siswa yang memperhatikan dan mencatat tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru mengalami peningkatan 2. Untuk komponen siswa yang memperhatikan informasi yang diberikan oleh guru mengalami peningkatan 3. Meningkatnya jumlah siswa yang aktif terlibat dalam mengerjakan LKS karena materi yang diberikan cukup jelas. 4. Siswa yang aktif dalam pembahasan materi mengalami

peningkatan pada setiap siklus disebabkan karena adanya buku-

52

FMIPA Universitas Negeri Makassar

buku yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas, serta siswa yang mengajukan diri untuk mengerjakan soal di papan tulis persentasenya meningkat, juga komponen siswa yang mengajukan diri untuk mengerjakan soal di papan tulis mengalami peningkatan pada siklus II dibandingkan siklus I, hal ini berarti bahwa meningkatnya interaksi siswa dengan siswa dan siswa dengan guru. 5. Siswa yang aktif berdiskusi dengan pasangannya meningkat hal ini siswa sudah terbiasa dengan teman sekelompoknya hal ini yang mendorong kepada setiap siswa untuk saling bekerjasama. 6. Untuk komponen siswa yang bertanya saat diberi kesempatan untuk bertanya mengalami peningkatan, hal ini rasa percaya diri siswa untuk bertanya meningkat karena adanya motivasi belajar yang besar untuk lebih mengetahui materi yang telah diajarkan. 7. Siswa yang melakukan aktivitas lain selama pembelajaran mengalami penurunan pada siklus II dibandingkan dengan siklus I

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan pada siklus I dan siklus II maka hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa siswa yang semula memiliki skor hasil belajar fisika yang berada pada kategori sedang dapat ditingkatkan dengan penerapaan model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan. Peningkatan skor rata-rata hasil belajar siswa seiring dengan meningkatnya persentase frekuensi siswa yang melakukan aktivitas

52

FMIPA Universitas Negeri Makassar

dalam proses pembelajaran dan menurunnya jumlah siswa yang melakukan aktivitas lain pada saat proses pembelajaran. Menurut kriteria ketuntasan minimal (KKM) berdasarkan kompetensi dasar yang berlaku di SMP Negeri 24 Makassar yakni ketuntasan belajar siswa individual yakni 80% dari 100% yang mungkin dicapai oleh siswa. Hasil tes pada siklus I menunjukkan bahwa skor rata-rata hasil belajar hasil belajar siswa berkisar 60,17 atau jumlah siswa yang memenuhi KKM masih sangat sedikit sekitar 30% atau hanya sembilan orang. Sedangkan pada siklus II, dengan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan hasil belajar siswa kelas VII.4 mengalami peningkatan, baik untuk skor ratarata siswa maupun jumlah siswa yang memenuhi KKM. Skor rata-rata hasil belajar siswa meningkat dari skor 60,17 pada siklus I menjadi 70,83 pada siklus II dan jumlah siswa kelas VII.4 yang mencapai standar KKM meningkat dari 30% pada siklus I menjadi 80% (24 siswa). Berdasarkan data pada siklus II sehingga dapat disimpulkan bahwa pada siklus II terjadi peningkatan hasil belajar IPA Fisika siswa yang ditandai oleh ketuntasan belajar siswa kelas VII4 meningkat dari 30% menjadi 80% atau terjadi peningkatan ketuntasan belajar sebesar 50%. Pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan siswa ini dapat meningkatkan hasil belajar IPA fisika siswa karena menitikberatkan pada kerja sama siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru atau dengan kata lain meningkatnya interaksi siswa dengan siswa dan interaksi siswa dengan guru. Hal ini terlihat dari saling memberikan

52

FMIPA Universitas Negeri Makassar

pendapat antara guru dan siswa maupun siswa dengan pasangannya dalam pembahasan materi, jenis-jenis tugas yang yang akan dikerjakan sampai pada membuat kesimpulan pada akhir pembelajaran. Sehingga siswa tahu materimateri apa saja yang akan dipelajari, kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan selama proses belajar mengajar, jenis-jenis tugas yang akan dikerjakan oleh siswa. Sehingga hal tersebut dapat memotivasi siswa dan menimbulkan sikap bertanggung jawab pada diri siswa untuk dapat mempersiapkan diri dalam mengikuti pelajaran, misalnya mempersiapkan kesimpulan dari ide-ide pokok materi dan buku-buku referensi untuk materi yang akan dipelajari. Pada metode ini siswa diharapkan untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran, akan tetapi bukan berarti guru sudah tidak lagi memiliki peran dalam proses pembelajaran. Pada model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan, guru dan siswa memiliki tanggung jawab yang sama dalam menyukseskan proses belajar mengajar. Pada siklus I, pengajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan dimulai dengan

menyampaikan tujuan pembelajaran, mengkoordinasikan siswa dalam lima kelompok besar dan setiap kelompok terdiri dari tiga pasang siswa., menjelaskan materi secara singkat, membagikan LKS pada setiap kelompok dan mengerjakan dengan pasangannya. Setelah selesai mengerjakan tugas, setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain dan kedua pasangan tersebut bertukar pasangan. Masing-masing pasangan yang baru ini kemudian saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban mereka. Temuan yang baru yang diperoleh dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan

52

FMIPA Universitas Negeri Makassar

kepada pasangan semula. Dari hasil tes belajar pada siklus I diperoleh hasil yang rendah, maka untuk memperbaiki hasil tersebut maka pada siklus II dilakukan perbaikan di antaranya setiap kelompok bergabung dengan kelompoknya sebelum pembelajaran dimulai, dimana pemberian tugas disetiap akhir pembelajaran jenis tugas yang akan diberikan didiskusikan dengan sebaiknya-baiknya termasuk kekurangan dan masalah-masalah yang muncul pada siklus I, dan selanjutnya hasil belajar pada siklus II meningkat begitu pula dengan aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran pada siklus II meningkat dan siswa yang melakukan aktivitas lain dalam proses belajar mengajar frekuensinya berkurang dibandingkan dengan siklus I. Peningkatan tersebut disebabkan karena dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus II dilakukan perbaikan-perbaikan berupa: (1). Setiap siswa bergabung dengan pasangannya masing-masing sebelum pembelajaran dimulai. (2). Pemberian bimbingan kepada siswa baik perorangan maupun berpasangan yang mengalami kesulitan dilakukan sesering mungkin. (3). memberikan penghargaan kepada setiap siswa dengan pujian dan sanjungan sehingga siswa termotivasi untuk lebih bekerjasama dengan kelompoknya. (4). Memberikan tugas rumah berupa membuat ringkasan diakhir pembelajaran. Dari siklus I dan siklus II berdasarkan analisis observasi menunjukkan adanya peningkatan aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dari siklus I ke siklus II, mereka lebih antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dan mengakibatkan meningkatnya hasil belajar siswa kelas VII.4 SMP Negeri 24 Makassar. Skor belajar hasil tes

52

FMIPA Universitas Negeri Makassar

IPA Fisika meningkat sebesar 50%. Berdasarkan analisis data secara kuantitatif dan kualitatif yang diperoleh dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas VII.4 SMP Negeri 24 Makassar.

52

FMIPA Universitas Negeri Makassar

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penerapan model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan siswa yang menitikberatkan pada kerja sama antar siswa dan interaksi siswa dengan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar IPA Fisika siswa kelas VII.4 SMP Negeri 24 Makassar.

B. SARAN
Untuk meningkatkan hasil belajar fisika di SMP Negeri 24 Makassar maka disarankan: 1. Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan dapat digunakan sebagai alternatif model pembelajaran dalam lingkungan sekolah. 2. Kepada peneliti selanjutnya yang ingin mengembangkan lebih lanjut model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan siswa yang semula menekankan pada kerja sama antara siswa dan interaksi siswa dengan guru dalam pembelajaran. untuk dimodifikasi untuk memperoleh hasil belajar siswa yang lebih maksimal.

52

FMIPA Universitas Negeri Makassar

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1987, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, PT. Sinar Baru Algesindo: Bandung Arikunto, S. 2001, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi aksara : Jakarta Darna, S. 2005, Meningkatkan Hasil Belajar melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Siswa kelas VII SMP Negeri 26 Makassar. Skripsi FMIPA. Universitas Negeri Makassar. E. Bell Gredler, Margaret. 1994. Belajar dan Pembelajaran, PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta Haling, Abdul. 2006. Belajar dan Pembelajaran, Universitas Negeri Makassar : Makassar Natsir, Muh. 2004. Strategi Pembelajaran Fisika, Universitas Negeri Makassar : Makassar Noor Fatirul, Ahmad. 2008. Cooperative Learning, Trimanunipa@yahoo.com. Diakses pada tanggal 18 Februari 2009 Syamsuddin Abin, 2005. Psikologi Pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya : Bandung Syarifuddin. 2007. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap Hasil Belajar Biologi siswa SMP Negeri 6 Enrekang.Skripsi FMIPA. Universitas Negeri Makassar. Pasaribu, 1983. Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Tarsito. Rasyid, R.2008. Peningkatan Hasil Belajar Geografi melalui Model Pembelajaran Konstrutivisme pada siswa kelas VII1 SMP Negeri 1 Duampanua.Skripsi FMIPA.Universitas Negeri Makassar.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta : Jakarta Sudjana, n. 2005. Penilaiaan Hasil Belajar Mengajar, PT. Remaja Rosdakarya : Bandung Subrata, Heru. 2008. Cooperative Learning. www.google.com. Diakses pada tanggal 29 Januari 2009. 52
FMIPA Universitas Negeri Makassar

Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran. PT. Rineka cipta: Jakarta Zainal Aqib.2006. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru. Yrama Widya: Bandung.

52

FMIPA Universitas Negeri Makassar

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SEKOLAH KELAS/SEMESTER MATA PELAJARAN : SMP NEGERI 24 MAKASSAR : VII(TUJUH)/I : IPA FISIKA

Standar Kompetensi 1. Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari benda-benda dalam menggunakan peralatan. Kompetensi Dasar 1.2 Mendeskripsikan pengertian suhu dan pengukurannya Indikator 1. Menjelaskan pengertian suhu dan alat ukur suhu yang digunakan

A. Tujuan Pembelajaran Peserta Didik dapat : 1. Menjelaskan pengertian suhu 2. Menjelaskan bagian-bagian thermometer 3. Menyebutkan jenis-jenis thermometer B. Materi Pembelajaran Pengertian suhu Alat ukur suhu Jenis-jenis termometer

C. Metode Pembelajaran : Model : Cooperative Learning Teknik Bertukar Pasangan

D. Langkah-langkah Kegiatan 1. Kegiatan Pendahuluan a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa 52
FMIPA Universitas Negeri Makassar

b. Guru memotivasi siswa dengan memberikan pertanyaan awal : Apakah hubungan suhu dengan panas atau dingin ? Alat apakah yang dipakai untuk mengukur bila suhu tubuhmu terasa panas ? 2. Kegiatan Inti a. Guru menyampaikan materi pelajaran secara singkat tentang pengertian suhu, alat ukur suhu dan jenis-jenis thermometer. b. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok besar, dimana setiap kelompok terdiri atas 6 orang secara heterogen. c. Guru membagi siswa secara berpasangan, dimana setiap kelompok terdiri dari tiga pasangan siswa. d. Guru membagikan LKS kepada setiap siswa dan mengerjakan soal yang ada pada LKS dengan mendiskusikan jawabannya dengan pasangannya. e. Setelah selesai, setiap pasangan bergabung dengan pasangan yang lain dalam kelompoknya sendiri. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan kemudian saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban. Temuan baru yang diperoleh dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula. f. Guru memanggil satu pasangan dari salah kelompok untuk mempersentasikan jawaban LKS-nya. Selanjutnya, kelompok lain menanggapi jawaban yang diajukan kelompok tersebut. 3. Kegiatan Penutup a. Guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari. b. Guru memberikan penghargaan kepada pasangan yang memiliki kinerja yang baik. c. Guru member tugas rumah untuk mencari informasi mengenai macammacam termometer. E. Sumber Belajar 1. Mikrajuddin Abdullah, 2007. IPA FiSIKA 1 SMP dan MTS Untuk Kelas VII (ESIS) halaman 25-30. 52
FMIPA Universitas Negeri Makassar

2. Akhmad Manna, S.Si dkk. 2006. IPA Fisika kelas VII(Intan Pariwara) halaman 28-30. F. Penilaian Hasil Belajar 1. Teknik Penilaian - Tes tertulis 2. Bentuk Instrumen : - Isian dan PG. 3. Contoh Instrumen - Instrumen isian Mengapa tangan manusia tidak dapat dijadikan alat ukur suhu, padahal tangan dapat membedakan panas dan dingin. Instrumen Pilihan Ganda Besaran fisika yang menyatakan derajat panas suatu zat adalah. a. Kalor b. Intensitas panas c. Suhu d. Koefisien Muai

52

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Anda mungkin juga menyukai