Anda di halaman 1dari 7

BAB 1. PENDAHULUAN A.

Latar Belakang

Pelajaran geografi kelas X semester 2 pada pembahasan Pedosfer m enerangkan tentang pembentukan beberapa Ciri dan Proses Pembentukan Tanah di Ind onesia; Erosi Tanah dan Dampaknya Terhadap Kehidupan; Menjaga Kesuburan Tanah da n Usaha Mengurangi Erosi Tanah; dan Kelas Kemampuan Lahan yaitu Lahan Kritis dan Lahan Potensial, selain itu pada pelajaran sebelumnya juga mengenai pedosfer ya itu batu-batuan yang pada dasarnya tanah itu terbentuk dari batu-batuan. Oleh ka rena itu untuk lebih mempermantap teori yang telah dipelajari di sekolah kami da n pihak guru mengadakan study lapangan di beberapa tempat. Dan hasil dari pengam atan kami akan dituangkankan dalam makalah ini. Demikian latar belakang yang tel ah dibuat oleh penulis sebagaimana semestinya. B. Rumusan Masalah

Mengetahui beberapa ciri dan pembentukan tanah, erosi tanah dan dampakny a bagi kehidupan, serta kelas kemampuan tanah berupa lahan kritis dan lahan pote nsial yang diperoleh dari praktek langsung atau study lapangan. C. Tujuan Study Lapangan

Apadun tujuan dari study lapangan ini adalah untuk lebih mempermantap te ori yang telah dipelajari karena apabila hanya sekedar membaca/ mendengarkan seb uah teori hal tersebut tidak akan mencapai beberapa indikator pencapaian secara maksimal selain itu untuk mengajarkan kepada siswa cara meniunjau lokasi lapanga n yang belum pernah dilakukan, dan melatih kedisiplinan, kejujuran, dan daya tan gkap siswa

D.

Manfaat Study Lapangan

Manfaat yang diperoleh dari study lapangan ini yaitu para siswa telah m engetahui pelajaran pedosfer ini lebih mantap dan telah mencapai indikator pembe lajaran secara maksimal. Mudah-mudahan study lapangan akan terus dilakasanakan a gar lebih meningkatkan kualitas pembelajaran.

BAB 2. KAJIAN PUSTAKA A. Tanah Pada dasarnya, tanah berasal dari batuan atau zat organik lainnya yang mengalami pelapukan. Berubahnya batuan atau zat organik menjadi butir-butir tanah dikaren akan oleh beberapa faktor : 1. Pemanasan matahari pada siang hari dan pendinginan pada malam hari. 2. Batuan yang sudah retak, pelapukan dipercepat oleh air. 3. Akar tumbuh-tumbuhan dapat menerobos dan memecah batu-batuan sehingga ha ncur. 4. Binatang-binatang kecil seperti cacing tanah, rayap dan sebagainya yang membuat lubang dan mengeluarkan zat-zat yang dapat menghancurkan batuan. 5. Pemadatan dan tekanan pada sisa-sisa zat organik akan mempercepat terben tuknya tanah. Berdasarkan bahan induk dan proses perubahan yang disebabkan oleh tenaga oksigen , tanah di Indonesia dibedakan menjadi beberapa jenis seperti berikut : 1. Tanah podzolik merah kuning, adalah tanah yang terjadi ari pelapukan bat uan yang mengandung kwarsa pada iklim basah dengan curah hujan 2.500 3.500 mm/tahu n. Jika terkena air mudah basah, tanah ini banyak terdapat di pegunungan. 2. Tanah organosol adalah tanah y terjadi dari bahan induk organik seperti gambut dan rumput rawa pada iklim basah dengan curah hujan lebih dari 2.500 mm/t ahun. 3. Tanah oluvial adalah tanah yang berasal dari endapan lumpur yang dibawa melalui sungai-sungai. Tanah ini bersifat subur sehingga baik untuk pertanian da n bahan-bahan makanan. 4. Tanah kapur adalah tanah yang berasal dari batuan kapur yang umumnya ter dapat di daerah pegunungan kapur berumur tua. Tanah ini tidak subur, tetapi masi h dapat ditanami pohon jati. 5. Tanah vulkanis adalah yang berasal dari pelapukan batuan-batuan vulkanis baik dari lava atau batuan yang telah membeku (effusif) maupun dari abu vulkani s yang telah membeku (efflata). 6. Tanah pasir adalah tanah yang berasal dari batuan pasir yang telah melap uk. Tanah ini sangat miskin dan kadar air di dalamnya sangat sedikit. 7. Tanah humus (bunga tanah) adalah tanah yang terjadi dari tumbuh-tumbuhan yang telah membusuk. Tanah ini mengandung humus bersifat sangat subur dan umumn ya berwarna hitam. 8. Tanah laterit adalah tanah yang banyak mengandung zat besi dan aluminium , karena tua sekali, maka tanah ini sudah tidak subur lagi. Tanah ini berwarna m erah muda sehingga disebut tanah merah. Ikatan senyawa organik yang terdapat dalam tanah cukup banyak macamnya namun sed ikit yang dapat menyebabkan terjadinya kombinasi-kombinasi warna tanah, antara l ain oksida besi dan bahan organis. Adapun asal dari warna-warna itu adalah : 1. Kuning, berasal dari mineral limonit (2Fe2O33H3O) 2. Cokelat, berasal dari bahan-bahan organis asam yang lapuk sebagian 3. Putih, berasal dari mineral silika kuarsa (SiO2), kapur (CaCO3), kaolin, bauksit aluminium dan silikat, gypsum (CaCO42H2O) 4. Hitam, berasal dari bahan-bahan organis yang telah terurai dengan hebat dan biasanya ada hubungannya dengan unsur-unsur karbon (C), magnesium (Mg) serta

belerang (S) 5. Merah, berasal dari mineral hematit (Fe2O3) atau turgit (2Fe2O3H2O) 6. Hijau, berasal dari oksida ferrous 7. Biru, berasal dari mineral lilianit

B. Pelestarian Tanah Kesuburan tanah dapat dijaga dengan usaha-usaha sebagai berikut : 1. Pemupukan 2. Sistem irigasi yang baik 3. Pada lereng-lereng gunung dibuat hutan-hutan cadangan 4. Menanami lereng-lereng yang telah gundul 5. Menyelenggarakan pertanian di daerah miring secara benar Untuk mengurangi erosi tanah, maka diperlukan beberapa langkah berikut : 1. Terrasering 2. Contour farming 3. Pembuatan tanggul pasangan 4. Contour plowing 5. Contour strip cropping 6. Crop rotation 7. Reboisasi Lahan atau tanah mempunyai kemampuan yang berbeda-beda, perbedaan tersebut diseb abkan oleh : 1. Tekstur tanah 2. Permeabilitas tanah 3. Solum tanah atau ketebalan 4. Kemiringan lereng 5. Tingkat erosi 6. Penyaluran air

C.

Lahan Potensial dan Lahan Kritis

1. Lahan Kritis Adalah lahan yang tidak produktif. Meskipun dikelola, produktivitasnya sangat re ndah. Bahkan dapat terjadi jumlah produksi yang diterima jauh lebih sedikit dari pada biaya pengelolaannya. Lahan ini bersifat tandus, gundul dan tidak dapat dig unakan untuk pertanian. Sebab-sebab dari lahan kritis antara lain : a. Kekeringan b. Genangan air yang terus menerus c. Erosi tanah atau mass wasting d. Pembekuan air e. Pencemaran tanah f. Masuknya material yang bertahan lama di tanah g. Pengelolaan lahan yang kurang memperhatikan aspek-aspek kelestarian ling kungan 2. Lahan Potensial Adalah lahan yang belum dimanfaatkan atau belum diolah dan jika diolah akan memp unyai nilai ekonomi yang besar karena tingkat kesuburan yang tinggi dan mempunya i daya dukung terhadap kebutuhan manusia. Lahan potensial merupakan modal dasar dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Di daerah di luar Jawa banyak memiliki daerah produktif yang sangat potensial tetapi belum atau tidak dimanfa

atkan sehingga daerah ini dikenal dengan daerah yang sedang tidur

BAB 3. METODE STUDY LAPANGAN A. Metode Beberapa metode yang diterapkan dalam study lapangan ini yaitu: 1. Perumusan masalah 2. Mengumpulkan data sementara 3. Rencana meninjau langsung lokasi 4. Mengamati objek 5. Membuat kesimpulan 6. Membuat laporan hasil pengamatan B. Objek Objek yang diamati berupa : 1. Batuan yang berada di buaka, Barru 2. Batuan yang berada di kupa, perbatasan Barru 3. Lahan yang berada di sekitar bendungan.

BAB 4. PEMBAHASAN A. Lokasi 1

Gambar 1.1 Tempat ini berada pada desa buaka kecamatan Barru, di tempat ini kami me ngamati struktur dan beberapa badian lapisan tanah. Dapat dilihat terdapat tanam an yang tumbuh pada bagian atas, bagian itu disebut top soil. Top soil ini merup akan yang telah mengalami pelapukan yang sangat dahsyat sehingga menghasilkan bu ti-butiran tanah yang sangat halus sehingga dapat ditumbuh-tumbuhi tanaman hal t ersebut juga menambah wawasan kami yaitu telah dibuktikan salah satu kegunaan ta

nah yaitu sebagai persebaran vegetasi tumbuhan yang sangat bagus. Lapisan berikutnya yaitu sub soil, yang berada di bawah lapisan top soil . Dan lapisan terakhir yaitu regional soil hingga lapisan tersebut berselang-sel ing samapi lapisan paling bawah. Selanjutnya yaitu susunan struktur tanah yang sistematis : 1. Top soil 2. Sub soil 3. Regional Dilihat dari gambar di atas senyawa yang terdapat dalam batuan itu berup a: kapur (CaCO3) dari warna putih, magnesium (Mg) dari warna hitam, sedangkan pembentukan tanah dari gambar di samping yaitu dari bergesernya batuan induk sehingga batuan yang berada Gambar1. 2 diatasnya menyungsup kebawah. Hal ini membuktikan adanya pergeseran yang dialami oleh batuan tersebut dan diakibatkan oleh pengaruh tenaga eksogen dan tenaga en dogen.

Gambar 1.3 Ini merupakan bagian rendah dari batuan yang telah membentuk lubang yang berisi air seperti sebuah danau. Solum tanah lokasi 1 : Permeabilitas tanah : lebih besar karena tekstur tanah kasar Kapasitas tanah : lebih kecil karena tekstur tanah kasar B. Lokasi 2

Tepatnya berada di desa Kupa perbatasan Barru, unutk mencapai lokasi ini jalanannya cukup terjal karena berada di daerah tinggi. Seperti pada gambar di samping tanah yang kita injak pun termasuk dari baruan ya ng telah di ambil sebagai bahan pembuatan semen karena mengandung Gambar 1.4 CaCO3 atau kapur dan sedimen. Selanjutnya yaitu susunan senyawa yang terdapat dalam struktur tanah berupa CaCO 3 atau kapur, Magnesium, aluminium, silikat, dan mineral limonit (2Fe2O33H3O).

Gambar 1.5 Pada pemanfaatan tanah di atas digunakan unutk bahan pembuatan semen kerana bany ak mengandung CaCO3 selain itu juga terdapat kandungan sedimen, dapat dilihat pa da gambar mobil pengangkut tanah itu sedang beroperasi.

Gambar 1.6 Pada gambar di atas yang terlihat cukup jelas yaitu garis-garis vertical yang ba nyak mengandung silikat, CaCO3 atau kapur,dan magnesium. Juga terdapat lekukan-l ekukan yang terjadi akibat pengikisan atau factor dari luar. Permeabilitas tan ah : lebih kecil karena struktur tanah yang halus Kapasitas tanah : lebih besar karena struktur tanah yang halus C. Lokasi 3

Gambar 1.7 Dari gambar di atas kita dapat sedikit mengetahui kelas kemampuan tanah, berikut beberapa pembagian kelas kemampuan tanah : Kelas I : Dengan ciri tanah datar, butiran tanah agak halus, mudah diolah, sangat responsif terhadap pemupukan atau memiliki sistem pengaliran air yang ba ik. Kelas II : Dengan ciri lereng landai, butiran tanahnya halus sampai agak kasar, agak peka terhadap erosi dan sesuai untuk usaha pertanian. Kelas III : Dengan ciri tanah terletak pada wilayah yang agak miring dengan sistem pengairan yang kurang baik dan sesuai untuk usaha pertanian. Kelas IV : Dengan ciri tanah terletak pada wilayah yang miring seki tar 15 30% dengan sistem pengairan yang buruk tapi masih dapat dijadikan lahan per tanian. Kelas V : Dengan ciri tanah terletak di wilayah yang datar atau agak cekun g, seringkali tergenang air sehingga tingkat keasaman tanahnya tinggi, tidak coc ok untuk lahan pertanian, tapi sesuai ditanami rumput. Kelas VI : Dengan ciri ketebalan tanahnya tipis dan terletak di dae rah yang agak curam dengan kemiringan sekitar 30% - 45%, mudah tererosi, sesuai untuk padang rumput. Kelas VII : Dengan ciri terletak di wilayah yang sangat curam dengan kemiringan antara 45% - 65%, tanahnya sudah mengalami erosi berat, dan lebih se suai ditanami tanaman keras/tahunan. Kelas VIII : Dengan ciri terletak di daerah dengan kemiringan diatas 65%, butiran tanah kasar dan mudah lepas dari induknya, sangat rawan terhadap ke rusakan. Dari data di atas , jadi pada gambar merupakan pembagian kelas tanah mul ai dari kelas I sampai kelas V. Di mana Dengan ciri tanah datar, butiran tanah a gak halus, mudah diolah, sangat responsif terhadap pemupukan atau memiliki siste m pengaliran air yang baik. Dengan ciri lereng landai, butiran tanahnya halus sa mpai agak kasar, agak peka terhadap erosi dan sesuai untuk usaha pertanian Denga n ciri tanah terletak pada wilayah yang agak miring dengan sistem pengairan yang kurang baik dan sesuai untuk usaha pertanian. Dengan ciri tanah terletak pada w ilayah yang miring sekitar 15 30% dengan sistem pengairan yang buruk tapi masih da pat dijadikan lahan pertanian. Dengan ciri tanah terletak di wilayah yang datar atau agak cekung, seringkali tergenang air sehingga tingkat keasaman tanahnya ti nggi, tidak cocok untuk lahan pertanian, tapi sesuai ditanami rumput.

Seperti yang terlihat pada gambar di samping di daerah pegunugan tidak hanya dit umbuhi rumput tetapi juga ditumbuhibeberapa jenis tanaman . Disekar itu pu n juga gambar 1.8 terdapat semak-semak, pohon kelapa, dan masih banyak tumbuhan lainnya. Pada pemandangan yang terdapat dalam gambar di atas hanya didominasi pohon-pohon yang membentuk sebuah hutan. Dan ini sangat bagus untuk penghijauan Gambar 1.9 BAB 5. KESIMPULAN dan SARAN A. Kesimpulan Study lapangan ini sangat berguna untuk mencapai sebuah pembelajaran ter utama pada pelajaran pedosfer ini, diantaranya : pembentukan beberapa Ciri dan P roses Pembentukan Tanah di Indonesia; Erosi Tanah dan Dampaknya Terhadap Kehidup an; Menjaga Kesuburan Tanah dan Usaha Mengurangi Erosi Tanah; dan Kelas Kemampua n Lahan yaitu Lahan Kritis dan Lahan Potensial, selain itu pada pelajaran sebelu mnya juga mengenai pedosfer yaitu batu-batuan yang pada dasarnya tanah itu terbe ntuk dari batu-batuan. B. Saran Tentunya dalam pembuatan maka ini masih terdapat banyak kesalahan, oleh karena itu saya sebagai penulis sangat berharap saran yang membangun dari para p embaca agar kiranya lebih baik dalam pembuatan makalah- makalah yang akan datang .

Daftar Pustaka Wardiyatmoko, K. 2004. Kurikulum 2004. Jakarta : Erlangga. Dra. Puji Wijayanti dan Agung Wijayanto. 2003. Belajar Efektif Geografi. Surakar ta : Media Karya Putra. Sutrijat, Sumadi. 1999. Geografi 1. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudaya an.

Anda mungkin juga menyukai