Anda di halaman 1dari 6

TUGAS ESSAY ETIKA KEDOKTERAN

MARYAM HANIFAH 107103000600

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2012

Kode etik adalah merupakan suatu bentuk aturan tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan pada saat yang dibutuhkan akan dapat difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang secara logika-rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari kode etik. Dengan demikian kode etik adalah refleksi dari apa yang disebut dengan self control, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial (profesi) itu sendiri. Pelanggaran kode etik profesi adalah penyelewengan/ penyimpangan terhadap norma yang ditetapkan dan diterima oleh sekelompok profesi, yang mengarahkan atau memberi petunjuk kepada anggotanya bagaimana seharusnya berbuat dan sekaligus menjamin mutu profesi itu dimata masyarakat. Kode etik untuk sebuah profesi adalah sumpah jabatan yang juga diucapkan oleh para pejabat Negara. Kode etik dan sumpah adalah janji yang harus dipegang teguh. Artinya, tidak ada toleransi terhadap siapa pun yang melanggarnya. Benar adanya, dibutuhkan sanksi keras terhadap pelanggar sumpah dan kode etik profesi. Bahkan, apabila memenuhi unsur adanya tindakan pidana atau perdata, selayaknya para pelanggar sumpah dan kode etik itu harus diseret ke pengadilan.Kita memang harus memiliki keberanian untuk lebih bersikap tegas terhadap penyalahgunaan profesi di bidang apa pun. Kita pun tidak boleh bersikap diskrimatif dan tebang pilih dalam menegakkan hukum di Indonesia. Kode etik dan sumpah jabatan harus ditegakkan dengan sungguh-sungguh. Profesi apa pun sesungguhnya tidak memiliki kekebalan di bidang hukum. Penyalahgunaan profesi dengan berlindung di balik kode etik profesi harus diberantas. Kita harus mengakhiri praktik-praktik curang dan penuh manipulatif dari sebagian elite masyarakat. Ini penting dilakukan, kalau Indonesia ingin menjadi sebuah Negara dan Bangsa yang bermartabat. Jadi pelanggaran kode etik profesi merupakan pelanggaran yang dilakukan oleh sekelompok profesi yang tidak mencerminkan atau memberi petunjuk kepada anggotanya bagaimana seharusnya berbuat dan sekaligus menjamin mutu profesi itu dimata masyarakat. Kode etik disusun oleh organisasi profesi sehingga masing-masing profesi memiliki kode etik tersendiri. Misalnya kode etik dokter, guru, pustakawan, pengacara, Pelanggaran kde etik tidak diadili oleh pengadilan karena melanggar kode etik tidak selalu berarti melanggar hukum Dampak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran dan i n d u s t r i k e s e h a t a n d i s a t u p i h a k s e r t a m a k i n m e n i n g k a t n y a k e b u t u h a n d a n tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kedokteran/kesehatan serta kesadaranh o k u m d a n p e r k e m b a n g a n

m a s y a r a k a t g l o b a l d i p i h a k l a i n , m e n y e b a b k a n pengabdian profesi seorang dokter makin hari makin bertambah kompleks. Agar pengabdian profesi tersebut dapat tetap berjalan sesuai dengan cita-cita luhur profesi kedokteran, altruisme, rasa tanggung-jawab dan penghormatan terhadaphak-hak asasi pasien/klien maka kepada setiap dokter diharuskan untuk dapatbenar-benar menghayati dan mengamalkan etik kedokteran. Penghayatan makinbertambah dan pengamalan jika etik kedokteran dahulu yang dan seperti saat ini ini penting diketahui sejak juga

keberadaanprofesi kedokteran tidak dapat melepaskan diri dari dinamika kehidupan bangsadan negara. Keterlibatan dan peran aktif profesi kedokteran amat sentral dan merupakan arus utama pada setiap program pembangunan bangsa, terutama jika program tersebut erat kaitannya dengan kehendak untuk meningkatkan taraf hidup rakyat. Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) beserta p e n j e l a s a n n ya sebagai ciri profesi luhur, pada dasarnya telah mengatur moralitas pengabdianprofesi kedokteran yang dimaksud, termasuk keterlibatan dan peran aktifnyabermasyarakat, bersejawat, berbangsa dan bernegara. Lebih lanjut untuk dapatmelaksanakan tugas bimbingan, pengawasan dan penilaian pelaksanaan etikkedokteran, sehingga pengabdian profesi dan peran aktif tersebut agar tetapsesuai, searah dan sejalan dengan cita-cita luhur profesi kedokteran, telahdibentuk Majelis Kehormatan Etika Kedokteran (MKEK).KODEKI sebagai acuan dasar substantif yang telah disepakati dan MKEKsebagai institusi pelaksana penegakan diamalkannya kesepakatan dan fatwa-fatwa etika kedokteran dalam praktek profesi yang terkait dengan peraturanperundang-undangan yang berlaku masih harus dilengkapi dengan acuan dasar prosedural dalam bentuk Pedoman Organisasi dan Tatalaksana Kerja MKEK(selanjutnya disingkat Pedoman) sebagai lembaga yang menetapkan putusandan sanksi etik terhadap setiap dokter yang terbukti melakukan penyimpangan,kesalahan dan pelanggaran etik dalam praktek kedokteran di Indonesia Etik lebih mengandalkan itikad baik dan keadaan moral para pelakunya dan untuk mengukur hal ini tidaklah mudah. Karena itu timbul kesulitan dalam menilai pelanggaran etik, selama pelanggaran itu tidak merupakan kasus-kasus pelanggaran hukum. Dalam menilai kasus-kasus pelanggaran etik kedokteran, MKEK berpedoman pada : 1. Pancasila 2. Prinsip-prinsip dasar moral umumnya 3. Ciri dan hakekat pekerjaan profesi

4. Tradisi luhur kedokteran 5. LSDI 6. KODEKI 7. Hukum kesehatan terkait 8. Hak dan kewajiban dokter 9. Hak dan kewajiban penderita 10. Pendapat rata-rata masyarakat kedokteran 11. Pendapat pakar-pakar dan praktisi kedokteran senior. Selanjutnya, MKEK menggunakan pula beberapa pertimbangan berikut, yaitu : 1. Tujuan spesifik yang ingin dicapai 2. Manfaat bagi kesembuhan penderita 3. Manfaat bagi kesejahteraan umum 4. Penerimaan penderita terhadap tindakan itu 5. Preseden tentang tindakan semacam itu 6. Standar pelayanan medik yang berlaku Jika semua pertimbangan menunjukkan bahwa telah terjadi pelanggaran etik, pelanggaran dikategorikan dalam kelas ringan, sedang atau berat, yang berpedoman pada : 1. Akibat terhadap kesehatan penderita 2. Akibat bagi masyarakat umum 3. Akibat bagi kehormatan profesi 4. Peranan penderita yang mungkin ikut mendorong terjadinya pelanggaran 5. Alasan-alasan lain yang diajukan tersangka Bentuk-bentuk sanksi Dalam pasal 6 PP no.30 tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Sipil terdapat uraian tentang tingkat dan jenis hukuman, sebagai berikut : 1. Tingkat hukuman disiplin terdiri dari : a. Hukuman disiplin ringan b. Hukuman disiplin sedang, dan c. Hukuman disiplin berat

2. Jenis hukuman disiplin ringan terdiri dari : a. Teguran lisan b. Teguran tulisan, dan c. Pernyataan tidak puas secara tertulis 3. Jenis hukuman disiplin sedang terdiri dari : a. Penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lama satu tahun b. Penurunan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala untuk paling lama satu tahun, dan c. Penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama satu tahun 4. Jenis hukuman disiplin berat terdiri dari : a. Penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih rendah untuk paling lama satu tahun b. Pembebasan dari jabatan c. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil, dan d. Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil Pada kasus-kasus pelanggaran etikolegal, di samping pemberian hukuman sesuai peraturan tersebut di atas, maka selanjutnya diproses ke pengadilan.

1. Untuk pemulihan hak-hak profesi terhadap dokter teradu, dapat dilakukan terhadap : a. Dokter teradu yang dinyatakan atau terbukti tidak bersalah. b.Dokter terhukum/penerima sanksi telah menjalani sanksinya sesuaikeputusan MKEK dan ketentuan yang berlaku. 2. Bagi teradu yang ternyata tidak bersalah, dikeluarkan p e r n y a t a a n pemulihan hak-hak profesi oleh MKEK setempat, sedapat mungkin disertaidengan permintaan maaf kepada dokter yang bersangkutan, dengan salinankepada instansi dimana ia bekerja. 3. Bagi dokter dan terhukum/penerima disampaikan kepada sanksi yang yang telah serta m e l a k s a n a k a n sanksinya dengan baik, dikeluarkan pernyataan pemulihan hak-hak profesisecepatnya, bersangkutan kepadainstansi tempat ia bekerja.

4. Penerbitan Surat Keputusan Pemulihan hak-hak profesi dilaksanakan olehMKEK setingkat sesuai yurisdiksinya. 5. S u r a t Keputusan rehablitasi ini disampaikan kepada Pengurus I D I setingkat. 6. Hal-hal lain yang belum ditetapkan dalam hal pemulihan hak-hak profesiini akan diatur lebih lanjut melalui Keputusan Ketua MKEK Pusat

Berdasarkan hal tersebut menurut kesimpulan saya adalah apabila seorang dokter melanggar kode etik akan mendapat sanksi sesuai dengan keputusan dari MKEK jika tidak sampai pada sanksi pencabutan izin praktek maka dokter tersebut masih boleh menjalankan praktek sebagai dokter, kemudian tentang masalah apakah boleh menjadi peneliti atau dosen itu tergantung kembali kepada kode etik peneliti dan dosen jika pelanggaran kode etik yang dilakukan tidak termasuk dalam pelanggaran kode etik sebagai peneliti atau dosen maka dokter tersabut diperbolehkan untuk menjadi dosen ataupun peneliti.

Anda mungkin juga menyukai