Rizki Yulita Rahmah Ahmad Fadhillah Basuni Ringga Setiawan Muhsinah Noor Hamidah Putri Dwi Andriyani Gerda Marty Sura Rima Permata Sari Valdina Najifa Parimata
Problem tree
Tatalaksana
Pemeriksaan
Perawatan
Trauma
Klasifikasi
Prognosis
Sasaran Belajar
1. 2. 3. 4.
Menjelaskan definisi dan klasifikasi fraktur Menjelaskan definisi dan klasifikasi luka Menjelaskan penanganan dini terhadap perdarahan Menjelaskan pemeriksaan yang dilakukan pada kasus di skenario 5. Menjelaskan penanganan terhadap kasus 6. Menjelaskan peran dokter gigi pada penatalaksanaan kasus pada skenario 7. Menjelaskan proses penyembuhan luka dan faktorfaktor yang mempengaruhinya 8. Menjelaskan macam-macam medikamentosa yang diberikan pada pasien 9. Menjelaskan macam komplikasi luka trauma 10. Menjelaskan prognosis dari kasus di skenario
Menurut Hubungan dengan Jaringan Ikat Sekitarnya 1. Fraktur simpel Disebut juga fraktur tertutup, oleh karena kulit di sekeliling fraktur sehat dan tidak sobek. 2. Fraktur terbuka Kulit di sekitar fraktur sobek sehingga fragmen tulang berhubungan dengan dunia luar (bone expose) dan berpotensi untuk menjadi infeksi. Fraktur terbuka dapat berhubungan dengan ruangan di tubuh yang tidak steril seperti rongga mulut. 3. Fraktur komplikasi Fraktur tersebut berhubungan dengan kerusakan jaringan atau struktur lain seperti saraf, pembuluh darah, organ visera atau sendi.
Tamara, 2012
fraktur sederhana : linear yang tertutup misalnya pada kondilus,koronoideus, korpus dan mandibula yang tidak bergigi fraktur compound : fraktur yang lebih luas dan terbuka atau berhubungan dengan jaringan lunak dan lingkungan fraktur comminuted : fraktur akibat benturan langsung yang sangat keras seperti peluru yang mengakibatkan tulang menjadi berkeping yang kecil atau remuk fraktur patologis: disebabkan oleh keadaan tulang yang lemah oleh karena adanya penyakitpenyakit tulang, seperti osteomielitis, tumor ganas, kista yang besar dan penyakit tulang sistemis sehingga dapat menyebabkan fraktur spontan
Miloro M, 2004
Bakar A, 2012
Le Fort I
Le Fort II
Tamara, 2012
Berdasarkan sifatnya: a. Luka Akut Luka yang sembuh sesuai dengan periode waktu yang diharapkan / sesuai dengan konsep penyembuhan. Ex. insisi, eksisi b. Luka Kronis Luka yang proses penyembuhannya mengalami keterlambatan atau bahkan kegagalan. Ex.luka diabetes Berdasarkan Kehilangan Jaringan: a. Superfisial: luka hanya terbatas pada lapisan epidermis b. Parsial (partial-thickness): luka meliputi lapisan epidermis dan dermis c. Penuh (full-thickness): luka meliputi epidermis, dermis dan jaringan subcutan dapat juga melibatkan otot, tendon, dan tulang
Baroroh, 2011
Berdasarkan Stadium: a. Stage I Lapisan epidermis utuh, namun terdapat eritema atau perubahan warna b. Stage II Kehilangan kulit superfisial dengan kerusakan lapisan epidermis dan dermis. Eritema di jaringan sekitar yang nyeri, panas, dan edema. Exudate sedikit sampai sedang. c. Stage III Kehilangan jaringan sampai dengan jaringan sub cutan, dengan terbentuknya rongga (cavity), exudate sedang sampai banyak. d. Stage IV Hilangnya jaringan sub cutan dengan terbentuknya rongga (cavity) yang melibatkan otot, tendon dan atau tulang. Exudat sedang sampai banyak
Baroroh, 2011
4. Pemeriksaan
Pemeriksaan Fisik Umum : Sadar Kesakitan Lokal : Look-Feel-Move - e.o Palpasi utk memeriksa kegoyangan abnormal pada rahang, krepitasi dan step akibat deformitas rahang - i.o Dijumpai perdarahan/ ekimosis, ditemukan pergerakan abnormal gigi yang bersebelahan dengan regio fraktur, kegoyangan gigi, fraktur gigi, dan periksa oklusi.
Black & Hawk, 2005 ; Thapliyal C. G, et all ; 2007
..lanjutan pemeriksaan
5. Tatalaksana kasus
Kedaruratan : jalan nafas (airway), pernafasan, sirkulasi darah termasuk penanganan syok, penanganan jar. Lunak & imobilisasi sementara serta evaluasi terhadap kemungkinan cidera otak Tahap kedua : penanganan fraktur secara definitif, yaitu reduksi/ reposisi fragmen fraktur, fiksasi fragmen fraktur & imobilisasi, sehingga fragmen tulang yang telah dikembalikan tidak bergerak sampai fase penyambungan & penyembuhan tulang selesai
INTERMAXILLARY FIXATION
Panorex showing two fractures of the mandible, one running obliquely across the symphysis and the other from the sigmoid notch to the angle.
Intermaxillary fixation screw. Two screws in the maxilla and two in the mandible are joined with wires
An incison is made in the lower gingivolabial sulcus and the mental nerve is isolated and preserved. The fracture is reduced and stabilized with a compression plate and screws
An external incison is made below the angle of the mandible and the ascending ramus fracture is also reduced and stabilized with a metal plate and screws.
Tamara, 2012
Fase II ( Proliferasi atau Rekonstruksi) 2-24 hari Tujuan utama fase ini adalah: - Proses granulasi (untuk mengisi ruang kosong pada luka) - Angiogenesis (pertumbuhan kapiler baru) Secara klinis tampak kemerahan pada luka Terjadi bersamaan dengan fibroplasia Tanpa proses angiogenesis sel-sel penyembuhan tidak dapat bermigrasi, replikasi, melawan infeksi dan pembentukan atau deposit komponen matrik baru - Proses kontraksi (untuk menarik kedua tepi luka agar saling berdekatan) Menurut Hunt (2003): kontraksi peristiwa fisiologi terjadinya penutupan pada luka terbuka, yang terjadi bersamaan dengan sintesis kolagen. ukuran luka semakin mengecil / menyatu
Udjianti, 2007
Udjianti, 2007
Jenis analgesik
Non Opioid
Paracetamol OAINS Salisilat Asam asetat Asam propionat Opioid Iritasi lambung dan ulserasi, gangguan hemostasis, toksisitas SSP, gangguan ginjal, asma
Morfin
Diamorfin Petidin Fentanil Jenis Analgesik Kodein Tramadol Ajuvan Antidepresan Antikonvulsan Efek Samping Nausea and vomitting, konstipasi, mengantuk, ketergantungan
1. Infeksi Gejalanya berupa infeksi termasuk adanya purulent, peningkatan drainase, nyeri, kemerahan dan bengkak disekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah sel darah putih. 2. Perdarahan sulit membeku pada garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing (seperti drain). perdarahan berlebihan terjadi, penambahan tekanan balutan luka steril mungkin diperlukan. 3. Dehiscence terbukanya lapisan luka partial atau total. 4. Eviscerasi keluarnya pembuluh melalui daerah irisan.
Baroroh, 2011
9. Komplikasi
..lanjutan komplikasi
Emboli paru DVT (Deep Venous Trombosis) Gagal Ginjal Sindrome Kompartemen Non-union Delayed union Malunion Pertumbuhan terlambat Artritis Distrofi simpatik (refleks) pascatrauma
Hupp JR, 2008
10. Prognosis
Jika terapi dan operasi perbaikan untuk memulihkan bentuk dilakukan dalam waktu 1 minggu setelah cedera/ trauma maka prognosis dapat baik. Jika penderita mempunyai penyakit kronik atau osteoporosis maka penyembuhannya bisa jadi masalah
Sudjatmiko G, 2007
TERIMA KASIH
Daftar Pustaka
Thapliyal C. G, Sinha C. R, Menon C. P, Chakranarayan S. L. C. A. (2007). Management of Mandibular Fractures. Available at http://medind.nic.in/maa/t08/i3/maat08i3p218.pdf. last update 12 Desember 2010 Dudley HAF, Eckersley JRT, Paterson-Brown S, Pedoman Tindakan Medik dan Bedah, EGC Jakarta 2000 Apley AG, Solomon L. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley. 7th ed. Jakarta: EGC. 2012 David S Perdanakusuma (2007): Anatomi fisiologi dan penyembuhan luka. Short Course wound care update. JW Marriot. Surabaya Huda Nuh. Pengaruh Hiperbarik Oksigen (HBO) Terhadap Perfusi Perifer
Luka Gangreng Pada Penderita DM di RSAL Dr. Ramelan Surabaya. 74-78. Yayasan Khasanah Kebajikan
Universitas Indonesia, Depok, 2010 Sudjatmiko, G. 2007. Petunjuk Praktis Ilmu Bedah Plastik Rekonstruksi. P
Suriadi (2007): Manajemen Luka. STIKEP Muhammadiyah. Pontianak David S Perdanakusuma (2007): Anatomi fisiologi dan penyembuhan luka. Short Course wound care update. JW Marriot Surabaya Wajan Juni Udjianti (2007): Pengkajian pasien dan luka. Short course wound care update. JW Marriot Surabaya Idral Darwis, Widasari Sri Gitarja (2008): Indonesia enterostomal therapy education programme. Bogor-Indonesia Juniper, Richard P, Brian j, Parkins. Kedaruratan dalam Praktik Dokter Gigi. Alih Bahasa. Cornella Hutauruk: Jakarta. Hipokrates. 2011 Bakar, Abu. Kedokteran Gigi Klinis. Quantum Sinergis Media. Yogyakarta. 2012. hal 197-199 Michael Miloro. Petersons Principles of Oral and Maxillofacial Sugery.
Soepardi AE., Iskandar N., Bashiruddin J., Restuti RD. Trauma Muka dalam
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Ed 6. 2007. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Baroroh, DB. Konsep Luka. PSIK FIKES UMM. 2011. Tamara, MR. Penatalaksaan Anastesi Fraktur Mandibula. STIKES Bhakti Kencana. Bandung. Indonesia. 2012 Sjamsuhidajat R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 3. Jakarta: EGC. 2010 Hupp JR, Ellis E, Tucker MR. Oral and Maxillofacial Surgery. 5th Ed. 2008 Grace PA, Borley NR. Ilmu Bedah. Ed 3. 2007