Anda di halaman 1dari 11

Aliran-Aliran Pemikiran Islam Di Malaysia Muhammad 'Imarah menyebutkan bahawa aliran yang menghidupkan pembaharuan Islam, mereka ini

berada dalammadrasah Asolah al-Fikriyyah Fi Shari‘atina wa Tasri‘atina. (aliran pemikiran asli dalam syariah danperundangan).Antara mereka yang berada dalam aliran ini ialah Muhammad al-Ghazali, Yusuf al-Qaradawi, Muhammad‘Abduh, Rashid Rida, Mahmud Shaltut, Abdullah Darraz, Muhammad alKhudari dan Abu Zahrah. Muhammad‘Imarah membahagikan kepada empat aliran -Ra’yu – Fuqaha yang lebih mirip melihat kepada sausana dan keadaan dalam menafsirkansesuatu nas. Mereka menafsir berdasarkan keadaan sekeliling. Aliran ini bukan aliran yang menafikan nas tetapi iahanya manhaj berinteraksi semasa -Ashar – Mereka tidak mengingkari aliran al-Ra’yu secara mutlak tetapi lebih kepada zahirnas dan pendekatan wa Tarjih bayn Madrasah al-Ra’yu wa al-Ashar (aliran pertimbangan dan tarjih antaraaliran akal dan nas) Antara polopur aliran ini ialah Ibn -Fikriyyah fi Syari‘atina wa Tasri‘atina( aliran pemikiran asli dalam syariah danperundangan). Mereka ini termasuk dalam golongan yang mahu menghidupkan pembaharuan pemikiran Islam. Merekabergantung kepada aliran Ashar dan akal, mengikut manhaj mawazanat (pertimbangan) dan tarjih tetapi berbeza darimadrasah Ibn Taimiyyah tadi. Mereka membuat tarjih lebih kepada akal beserta dalil, meniktibarkan dalil-dalil akalmerupakan asal bagi nas, lebih mengutamakan alQur’an dari al-Sunnah, bergantung kepada nas-nas kitab lebihdari hadith ahad, mengingkari nasakh yang membatalkan ayat-ayat terdahulu, mengambil fikrah-fikrah mazhab yangbersesuaian, mengingkari taqlid dan sentiasa menghormati ilmu ulama muktabar dan tidak bersandarkan kepada mana-mana aliran lama dan baru.Di samping itu terdapat satu lagi aliran yang lebih kepada aliran pemilihan individu (aliran talfiq di antara berbagaipandangan). Mereka ini muncul pada abad 13 dan 14 hijrah yang mahu keluar dari jumud pemikiran dan yang sentiasaterikat dengan matan-matan feqah semata-mata. Mereka ini seperti al-San‘ani, alShawkani, Sayyid Sabiq, SiddiqKhan dan al-Bani. Di dunia Islam, lahir pelbagai aliran pemikiran berdasarkan faktor persekitaran, budaya dan bangsatersebut. Di benua India, namanama seperti Sir Ahmad Khan, Sabli al-Nu'mani, Maududi, Muhamad Iqbal dan AliHassan alNadwi, Di Mesir, Jamaluddin al-Afghani, Muhamad Abduh, Rashid Rida, Hassan al-Banna, Sayyid Qutb,Muhammad al-Ghazali dan al-Qaradawi, di Afrika Utara lahirnya Abdul Hamid Badis, Malik bin Nabi, Muhamad TahirAsyhur dan di Turki, Badi'iuzzaman al-Nursi. Di rantau ini, lahirnya Syeikh Tahir Jalaluddin, Agus Salim dan Syeikh al-Hadi dan lain-lain. Namun pemikiran Islam pada abad ke 20 itu diwarnai dengan istilah-istilah dan penyelesaian kepadamasalah secara simplistik.Dalam satu kajian bertajuk "Civil Democratic Islam : Patners, Resources and Strategis" (2003) telah diterbitkan olehRAND Corporation sebuah badan penyelidikan dan penasihat yang berpengaruh di Washington.Dalam kajian ini, umatIslam di nilai dari segi kecenderungan pemikiran mereka sama ada tradisionalis, fundamentalis, modernis atau sekularis.Kajian ini memperlihatkan bagaimana cara untuk mengadu-dombakan umat Islam melalui pengelompokan ini. Kajian itumenegaskan bahawa golongan modernis dan sekularis (spt. aliran Kamal Atartuk) perlu didokong secara halus denganlambakan dana penajaan, ruang media dan penonjolan idola untuk dipuja. Golongan tradisional (Salafi dan Wahabi) puladisaran agar didokong manakala golongan fundamentalis (spt Ikhwan al-Muslimun) hendaklah dipinggirkan. Berlakuperbalahan antara golongan tradisional dan fundamentalis dalam isu-isu

remeh dan persoalan furu'. Perbalahan danpertelingkahan perlu disuburkan agar sumber kekuatan umat Islam dilelahkan tanpa sebarang manfaat yang jelas.Olehitu umat Islam tidak perlu terperangkap dengan pengelompokan tersebut. Pada masa yang sama umat Islam harusmempunyai kajian-kajian untuk menangani strategi-strategi dalam menghadapi globalisai dunia Barat.Fazlur Rahman menegaskan dalam bukunya Islam, bahawa pembaharuan Islam mestilah dimulai dengan pendidikan.Menurut Rahman, pembaharuan pendidikan adalah satusatunya pendekatan untuk suatu penyelesaian jangka panjangatas masalah yang menimpa umat Islam kini iaitu berupa dikotomi mental dan kehidupan peribadi maupun sosial yangberpecah belah yang mengakibatkan kekacauan dalan segala usaha serta krisis yang melumpuhkankehidupan.Walaupun demikian ia mengakui pendidikan memerlukan jangka masa yang panjang paling kurang duagenerasi. Kerana iu, beliau menawarkan program jangka pendek iaitu pertama ; menciptakan orientasi politik Islam yangasli dan kedua menciptakan iklim intelektualisme sebagai langkah awal pengislaman seluruh segi kehidupan.Kedangkalan dan kekakuan dalam pendidikan adalah penyebab terjadinya kelemahan intelektualisme Islam. Keadaanyang tidak menguntungkan ini, terutama sikap ulama tradisi terhadap ilmu pengetahuan sekular yang nampaknya inginmemadamkan semangat penelitian yang besar dan keseluruhan pertumbuhan ilmu pengetahuan positif. Oleh itu, beliaumengkritik golongan tradisional dan moden yang seringkali bercakaran. Beliau menawarkan kepada umat Islam satupendekatan yang terbaik untuk mengkaji ajaran Islam yang disebut sebagai neomodernisme Islam.Menurut Greg Barton, Fazlur Rahman merupakan orang yang pertama kali mengunakan istilah neomodernisme dalamsebuah model yang sistematik. Menurut Rahman, neomodernisme bererti pemikiran Islam yang progresif yang munculdari modernisme Islam namun mencakup juga aspek-aspek kesarjanaan tradisional. Neomodernisme lebih mengusulkan

1. Pendahuluan

Fazlur Rahman merupakan tokoh intelektual Muslim yang mempunyai latar belakang keilmuan Islam yang mapan dan tradisi pemikiran Barat yang kritis. Ia adalah tokoh utama neomodernisme, yaitu aliran pemikiran dalam Islam yang mencoba melihat secara kritis tradisi pemikiran Islam dan wacana keilmuan Barat, namun sekaligus tetap apresiatif terhadap warisan pemikiran Islam sendiri. Pemikiran Rahman dimulai dari hasil riset historisnya bahwa sejak penghujung abad pertama hijriyah, kaum muslimin telah mengembangkan suatu sikap yang kaku dengan pendekatan-pendekatan a-historis, literalis, dan atomistis dalam memahami kedua sumber utama ajaran Islam, yaitu Al-Quran dan Sunnah Nabi. Menurut Rahman , masalahmasalah mendasar mengenai metode penafsiran terhadap kedua sumber tersebut dan upaya kontekstualisasi ajaran Islam bagi masyarakat Muslim kontemporer belum mendapatkan perhatian yang proporsional. Untuk menjawab krisis dan problematika tersebut, Rahman menawarkan suatu metode yang sistematisndan komprehensif, yang disebutnya double movement.

Fazlur Rahman (1332 H./1919 M. 1408 H./1988 M.), dikenal sebagai salah seorang tokoh intelektual Islam modern yang tergolong briliant. Kecerdasannya tercermin dari berbagai gagasan yang dia tuangkan dalam sejumlah buku dan artikel, mulai dari persoalan filsafat, teologi, tasawuf, hukum, sampai pada perkembangan Islam kontemporer. Sehubungan dengan tantangan kehidupan modern, rupa-rupanya membuat Fazlur Rahman berpikir keras dalam menemukan resep yang mampu mengatasi problem yang muncul, dan menyadarkannya untuk mengkaji ulang beberapa pandangan yang mentradisi di kalangan umat Islam, tetapi terkesan kurang akomodatif bahkan sulit ketika berhadapan dengan perkembangan kehidupan modern. Dalam konteks ini, Fazlur Rahman hadir dengan tawaran pemikiran dan rumusan metodologi bagaimana al-Quran sebaiknya dipahami sehingga nilai-nilai yang terkandung di dalamnya selalu aktual dan relevan dengan isu-isu dan problem yang dihadapi umat Islam.1 Dalam makalah ini penulis akan mencoba untuk mereview pemikiran Fazlur Rahman serta kontribusinya dalam pemikiran Islam kontemporer. Pertama-tama, makalah ini akan membahas latarbelakang kehidupan personal dan intelektualnya. Diskusi seputar kehidupannya ini diperlukan untuk menelusuri latarbelakang sosial-politik-budaya dan tradisi. keagamaannya. Dari pembahasan ini diharapkan akan dapat diketahui bagaimana latarbelakang tersebut telah memberikan pengaruh dan membentuk pemikirannya. Selanjutnya pembahasan mengenai pemikiran Fazlur Rahman meliputi: landasan filosofis pemikirannya, konsepsinya tentang alQuran dan sunnah, serta tawaran metodologi untuk memahami al-Quran dan sunnah dalam konteks kehidupan kontemporer.

1. Biografi Fazlur Rahman

1. Ebrahim Moosa , Introduction, dalam Fazlur Rahman, Revival and Reform In Islam, Oxford: Oneworld Publications, 2000. 1. Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas , Bandung: Mizan, 1994, h. 79. 2. Fazlur Rahman, Islam , Chicago: The University of Chicago Press, 1979, h. 41. Fazlur Rahman dilahirkan pada tanggal 21 September 1919 di Hazara, suatu daerah di Anak Benua Indo-Pakistan yang sekarang terletak di Barat laut Pakistan. Fazlur Rahman dilahirkan dalam suatu keluarga Muslim yang sangat religius. Kereligiusan ini dinyatakan oleh Fazlur Rahman sendiri yang mengatakan bahwa ia melaksanakan ibadah-ibadah seperti shalat, puasa, dan lainnya, tanpa pernah meninggalkannya sekalipun.2 Dengan latar belakang kehidupan keagamaan yang demikian, maka menjadi wajar ketika berumur sepuluh tahun ia sudah dapat menghafal Al-Quran.

Adapun mazhab yang dianut oleh keluarganya ialah mazhab Hanafi. Walaupun hidup ditengahtengah keluarga yang menganut mazhab Sunni, Fazlur Rahman mampu melepaskan diri dari sekat-sekat yang membatasi perkembangan intelektual dan keyakinankeyakinannya. 3 Orang tua Fazlur Rahman sangat mempengaruhi pembentukan watak dan keyakinan awal keagamaannya. Ayah Fazlur Rahman merupakan penganut mazhab Hanafi yang sangat kuat, namun beliau tidak menutup diri dari pendidikan modern. Pada tahun 1933, Fazlur Rahman melanjutkan pendidikannya di sebuah sekolah modern di Lahore. Selain menempuh pendidikan formal, Fazlur Rahman juga mendapatkan pendidikan atau pengajaran tradisional dalam kajian-kajian keislaman dari ayahnya sendiri, Maulana Syahab alDin. Materi pengajaran yang diberikan ayahnya ini merupakan materi yang ia dapat ketika menempuh pendidikan di Darul Ulum Deoband, di wilayah utara India. Ketika berumur empat belas tahun, Fazlur Rahman sudah mulai mempelajari filsafat, bahasa Arab, Teologi atau Kalam, Hadis dan Tafsir. 4

Setelah menyelesaikan pendidikan menengahnya, Fazlur Rahman kemudian melanjutkan pendidikannya dengan mengambil kosentrasi studi bahasa Arab dan pada tahun 1940 ia berhasil mendapatkan gelar Bachelor of Art. Dua tahun kemudian, dia berhasil menyelesaikan studi S2 nya dan mendapatkan gelar Master dalam bahasa Arab. Pada tahun1946, Fazlur Rahman berangkat ke Inggris untuk melanjutkan studi di Oxford University. Di bawah bimbingan Profesor Simon Van den Berg dan H.A.R Gibb, Fazlur Rahman berhasil menyelesaikan studinya tersebut dan memperoleh gelar Ph.D. pada tahun 1949 dengan disertasi tentang Ibnu Sina. Disertasi Fazlur Rahman ini kemudian diterbitkan oleh Oxford University Press dengan judul Avicennas Psychology.

1. 4. Amal, Islam dan Tantangan Modernitas, h. 80. 1. 4. Ibid., 80-81. 2. 5. Pakistan memisahkan diri dari India pada 14 Agustus 1947 dan berdiri sendiri sebagai Negara baru dengan asas Islam. Gagasan Negara Islam Pakistan berawal dari ide Sir Sayyid Ahmad Khan yang kemudian dikuatkanoleh Muhammad Iqbal dan dielaborasikan ke dalam wilayah praktis oleh Muhammad Ali Jinnah

Selama menempuh pendidikan di Barat, Fazlur Rahman menyempatkan diri untuk belajar pelbagai bahasa asing. Bahasa-bahasa yang dikuasai Fazlur Rahman di antaranya ialah Latin, Yunani, Inggris, Jerman, Turki, Arab dan Urdu. 5 Penguasaan pelbagai bahasa ini membantu Fazlur Rahman dalam memperdalam dan memperluas cakrawala keilmuannya (khususnya studi keislaman) melalui penelusuran pelbagai literatur.

Setelah menyelesaikan studinya di Oxford University, Fazlur Rahman tidak langsung ke negeri asalnya Pakistan (ketika itu sudah melepaskan diri dari India), 6 ia memutuskan untuk tinggal beberapa saat di sana. Ketika tinggal di Inggris, Fazlur Rahman sempat mengajar di Durham University. Kemudian pindah mengajar ke Institute of Islamic Studies, McGill University, Kanada, dan menjabat sebagai Associate Professor of Philosophy sampai awal tahun 1960.

Setelah tiga tahun mengajar di McGill University, akhirnya pada awal tahun 1960 Fazlur Rahman kembali ke Pakistan atas permintaan Ayyub Khan (Presiden Pakistan, 1958- 1969) untuk membangun negeri asalnya, Pakistan. Permintaan Ayyub Khan kepada Fazlur Rahman bertujuan untuk merumuskan ideology Islam bagi Negara Pakistan. Selanjutnyapada tahun 1962, Fazlur Rahman diminta oleh Ayyub Khan untuk memimpin Lembaga Riset Islam (Islamic Research Institute) dan menjadi anggota Dewan Penasihat Ideologi Islam (TheAdvisory Council of Islamic Ideology). Sementara itu motivasi pribadi Fazlur Rahman menerima tawaran dari Ayyub Khan adalah karena keinginannya untuk membangkitkan kembali visi Al-Quran yang dinilainya telah terkubur dalam puing-puing sejarah sebagaimana yang terjadi negeri asalnya tersebut. 7

1. 6. Fazlur Rahman, Islam , Chicago: The University of Chicago Press, 1979, h. 3031 1. 7. Ibid h. 33

Jabatan yang diduduki oleh Fazlur Rahman akhirnya menuai pelbagai reaksi. Para ulama tradisional menolak jika Fazlur Rahman mendudukinya, ini disebabkan oleh latar belakang pendidikannya yang ditempuh di Barat. Penentangan atas Fazlur Rahman akhirnya mencapai klimaksnya ketika jurnal Fikr-o-Nazar menerbitkan tulisannya yang kemudian menjadi dua bab pertama bukunya yang berjudul Islam. Pada tulisan tersebut, Fazlur Rahmanmengemukakan pikiran kontroversialnya mengenai hakikat wahyu dan hubungannya dengan Muhammad. Menurut Fazlur Rahman, Al-Quran sepenuhnya adalah kalam atau perkataan Allah swt, namun dalam arti biasa, Al-Quran juga merupakan perkataan Muhammad s.a.w.8 Akibat pernyataanpernyataannya tersebut, Fazlur Rahman dinyatakan sebagai munkir-i-Quran (orang yang tidak percaya Al-Quran). Kontroversi dalam media masa Pakistan mengenai pemikiran Fazlur Rahman tersebut berlalu hingga kurang lebih satu tahun, yang pada akhirnya kontroversi ini membawa pada gelombang demonstrasi massa dannmogok total di beberapa daerah Pakistan pada September 1968. Menurut hampir seluruh pengkaji pemikiran Fazlur Rahman berpendapat bahwa penolakan atasnya bukanlah ditujukan kepada Fazlur Rahman tetapi untuk menentang Ayyub Khan. Hingga akhirya pada 5 September 1968 permintaan Fazlur Rahman untuk mengundurkan diri dari pimpinan Lembaga Riset Islam dikabulkan oleh Ayyub Khan. 9

Pada akhir tahun 1969 Fazlur Rahaman meninggalkan Pakistan untuk memenuhi tawaran Universitas California, Los Angeles, dan langsung diangkat menjadi Guru Besar Pemikiran Islam. Mata kuliah yang dia ajarkan meliputi pemahaman Al-Quran, filsafat Islam, tasawuf, hukum Islam, pemikiran politik Islam, modernisme Islam, kajian tentang pemikiran tokoh-tokoh Islam seperti al-Ghazali, Shah Wali Allah, Muhammad Iqbal, dan lain-lain. Salah satu alasan yang menjadikan Fazlur Rahman memutuskan untuk menetap dan mengajar di Barat disebabkan oleh keyakinan bahwa gagasan-gagasan yang ditawarkannya tidak akan diterima dan berkembang di Pakistan. Selain itu, Fazlur Rahman menginginkanadanya keterbukaan atas pelbagai gagasan dan suasana perdebatan yang sehat, yang tidak ia temukan di Pakistan. 10

Selama di Chicago, Fazlur Rahman mencurahkan seluruh kehidupannya pada dunia keilmuan, khususnya studi Islam. Kehidupannya banyak dihabiskan di perpustakaan pribadinya di basement rumahnya, yang terletak di Naperville, kurang lebih 70 kilometer dari Universitas Chicago. Fazlur Rahman sendiri menggambarkan aktitivitas dirinya tersebut laiknya ikan yang naik ke atas hanya untuk mendapatkan udara. Dari konsistensinya dan kesungguhannya terhadap dunia keilmuan akhirnya Fazlur Rahman mendapatkan pengakuan lembaga keilmuan berskala internasional. Pengakuan tersebut salah satunya ialah pada tahun 1983 ia menerima Giorgio Levi Della Vida dari Gustave E von Grunebaum Center for Near Eastern Studies, Universitas California, Los Angeles.

1. 8. Ebrahim Moosa , Introduction, dalam Fazlur Rahman, Revival and Reform In Islam, Oxford: Oneworld Publications, 2000, h. 35 2. 9. Amal, Islam dan Tantangan Modernitas, h. 104.

Pada pertengahan dekade 80-an, tokoh utama neo-modernisme Islam ini mengalamigangguan kesehatan, di antaranya kencing manis dan jantung. Meski demikian, komitmen Fazlur Rahman untuk terus berkarya akhirnya terwujud dalam karyanya yang berjudul Revival and Reform in Islam: A Study of Islamic Fundamentalism (terbit tahun 2000). Walaupun baru diterbitkan setelah beliau wafat, namun pengerjaannya dilakukan ketika sakit beliau makin parah dengan dibantu oleh puteranya. Akhirnya, setelah beberapa lama sebelumnya dirawat di rumah sakit Chicago, pada 26 Juli 1988 profesor pemikiran Islam di Univesitas Chicago itu pun tutup usia pada usia 69 tahun.

1. Karir dan Karya Intelektual

Secara singkat, perkembangan pemikiran Fazlur Rahman dapat dipetakan ke dalam tiga periode: (I) periode awal (dekade 50-an); periode Pakistan (dekade 60-an); dan periode Chicago (dekade 70-an dan seterusnya). 11

Setidaknya ada tiga karya besar yang disusun Fazlur Rahman pada periode awal: 1. Avicennas Psychology (1952) 2. Avicennas De Anima (1959) 3. Prophecy in Islam: Philosophy and Orthodoxy (1958).

10. Ibid., h. 112

Dua yang pertama, Avicennas Psychology (1952); Avicennas De Anima (1959), merupakan terjemahan dan suntingan karya Ibn Sina (Avisena). Sementara yang terakhir, Prophecy in Islam: Philosophy and Orthodoxy (1958), mengupas perbedaan doktrin ke-Nabi-an antara yang dianut oleh para filsuf dengan yang dianut oleh ortodoksi. Untuk melacak akar pemikiran filsafat Islam, Fazlur Rahman mengambil sampel dua filsuf ternama, Al-Farabi (870-950) dan Ibn Sina (9801037). Dia mengulas pandangan kedua filsuf tersebut tentang wahyu ke-Nabi-an pada tingkat intelektual, proses psikologis wahyu tehnis atau imajinatif, doktrin mukjizat dan konsep dakwah dan syariah. Untuk mewakili pandangan ortodoksi, Fazlur Rahman menyimak pemikiran Ibn Hazm, Al-Ghazali, Al-Syahrastani, Ibn Taymiyah dan Ibn Khaldun. Dari pelacakannya ini, Fazlur Rahman menyimpulkan bahwa ada kesepakatan aliran ortodoks dalam menolak pendekatan intelektualis-murni para filsuf terhadap fenomena ke-Nabi-an. Hasil dari penelusurannya ini mengantarkan Fazlur Rahman sampai pada kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan mendasar antara posisi filsuf Muslim dan ortodoksi. 12

Pada periode kedua (Pakistan), ia menulis buku yang berjudul: Islamic Methodologyin History (1965). Dalam buku ini Fazlur Rahman memperlihatkan: 1. evolusi historis perkembangan empat prinsip dasar (sumber pokok) pemikiran Islam: AlQuran, Sunnah, Ijtihad dan Ijma, 2. Peran aktual prinsip-prinsip ini dalam perkembangan sejarah Islam itu sendiri. Buku kedua yang ditulis Fazlur Rahman pada periode kedua ini adalah Islam, yang menyuguhkan rekonstruksi sistemik terhadap perkembangan Islam selama empat belas abad.

Pada periode Chicago, Fazlur Rahman menyusun: 1. The Philosophy of Mulla Sadra (1975), 2. Major Theme of the Quran (1980); dan 3. Islam and Modernity: Transformation of an intellectual tradition (1982). Kalau karya-karya Fazlur Rahman pada periode pertama bersifat kajian historis, dan pada periode kedua bersifat hitoris sekaligus interpretatif (normatif), maka karya-karya pada periode ketiga lebih bersifat normatif murni. Pada periode awal dan kedua, Fazlur Rahman belum secara terang-terangan menyatakan diri terlibat langsung dalam arus pembaharuan pemikiran Islam, maka pada periode ketiga ini dia mendeklarasikan dirinya sebagai juru bicara neo-modernis. 13

1. Pemikiran Fazlur Rahman

Fazlur Rahman melihat pentingnya rumusan pandangan dunia (worldview) yang

11. Ibid., h. 11 12. Fazlur Rahman, Islam and Modernity: Transformation of an Intellectual Tradition (Chicago: The University of Chicago Press, 1982), 135-145 13. Ibid h 378 14. Fazlur Rahman, Major Themes of Quran (Minneapolis: Bibliotheca Islamica, 1980). Lihat juga Fazlur Rahman, Tema Pokok Al-Quran, terj. Anas Mahyudin (Bandung: Pustaka, 1983). menyeluruh dan utuh sebagai landasan filosofis bagi metodologinya. 14 Konsep pandangan dunia Fazlur Rahman, khususnya berkaitan pada tiga persoalan: Tuhan, manusia, dan alam, bertitik tolak dari al-Qur`an. 15 Konsep Tuhan seperti dinyatakan di dalam al-Qur`an bagi Fazlur Rahman pada dasarnya semata-mata adalah fungsional. Yakni Tuhan dibutuhkan bukan karena siapa Dia atau bagaimana Dia, tetapi karena apa yang Dia lakukan. 16

Berangkat dari landasan di atas, kita dapat mengambil gagasan Fazlur Rahman tentang Tuhan yang kemudian mewarnai berbagai pandangannya yang lain. Dengan kata lain, pandangan Fazlur Rahman tentang Tuhan selanjutnya dapat berimplikasi pada bagaimana Fazlur Rahman melihat segala fenomena di alam ini. Dalam pandangannya, Tuhanlah yang telah menciptakan manusia dan alam raya ini. Tuhan telah menjadikan alam dengan seperangkat aturannya yang dia sebut dengan istilah qadar. Qadar baginya bukanlah seperti apa yang dipahami oleh mayoritas para teolog (mutakallimum) sebagai ketentuan yang deterministik, mengikat serta membatasi kebebasan manusia, 17 melainkan segala ketentuan yang ada pada alam ini, terutama bendabenda fisik. Qadar itulah yang memberikan karakteristik dan sifat khusus padanya. Karakteristik dan sifat itulah yang merupakan amarTuhan terhadap alam. Karenanya segala yang ada di alam adalah Islam, karena ia tunduk dan patuh terhadap amar Tuhan. Amar Tuhan itulah yang kemudian

menjadi amanah bagi alam ini. Karenanya, pula, al-Qur`an mengatakan bahwa alam bertasbih kepada Tuhan. 18

Tuhan menciptakan alam semesta ini bukanlah tanpa tujuan. Ia hendak merealisasikan tujuanNya itu lewat ciptaan-Nya dan misi-Nya. Tujaunnya adalah kebaikan. Pada titik ini,hemat penulis, Fazlur Rahman percaya, setidaknya menerima, yang disebut dalam terminologi filsafat agama sebagai argumen teleologis. Argumen ini menyatakan bahwa alam memiliki tujuan. Alam mengarah kepada suatu tujuan yang lebih tinggi yakni kebaikan.

15. Ibid., h. 91 16. Ibid h. 93 17. QS, 57:1; 59:1; 61:1; 13:14; 62:1; 64:1 dan 17:44. 18. Amal, Islam dan Tantangan Modernitas,h. 70. Sudah merupakan anggapan umum bahwa Tuhan dalam Islam adalah transenden secara mutlak, hal ini terbukti dengan adanya penekanan tegas yang diberikan Islam terhadap pengesaan Tuhan, keagungan-Nya, kemuliaan-Nya, dan lain-lain.19 Akan tetapi, lanjut Fazlur Rahman, gambaran semacam ini tidak muncul dari al-Qur`an, melainkan dari perkembangan teologi Islam belakangan. 20 Tentu saja imanensi Tuhan ini sedikit pun tidak berarti perbuatan-perbuatn yang dilakukan oleh alam atau manusia secara nyata dilakukan oleh Tuhan: Tuhan bukanlah saingan atau pengganti bagi manusia atau agen-agen alam dalammenghasilkan efek-efek, dan Dia tidak pula campur tangan dalam proses kerja mereka. 21 Hukum alam adalah bagian dari perilakuNya (sunnah). 22

Manusia diciptakan Tuhan dengan maksud turut merealisir tujuan-Nya yang mulia, tujuan kebaikan. Di samping manusia diberi tugas dalam rangka keseluruhan dari penciptaan-Nya, ia juga dituntut agar selalu patuh kepada Tuhan. Di sini Tuhan memberikan daya intelegensi yang tinggi kepada manusia. Dengan akal manusia membedakan yang baik dan yang buruk. Karena itu Tuhan memberikan derajat yang paling tinggi kepada manusia dibandingkan dengan makhluk lain. Di antara makhluk, manusialah yang dilengkapi dengan moral. Karena itu manusia, dalam

hidupnya, penuh dengan perjuangan, baik perjuangan untuk merealisasikan tujuan penciptaan Tuhan, hubungannya dengan alam, maupun pada level pribadi.

Anda mungkin juga menyukai