Anda di halaman 1dari 39

PERJALANAN KE JEPANG Maret 2008 24 April 2008 Giri Prahasta Putra

Chapter I Pergi ke Jepang Tidak mudah!

Nama saya Giri Prahasta Putra. Saya berasal dari SMAN-1 Sampit, Kalimantan Tengah, Indonesia. Pengalaman saya ke Jepang adalah pengalaman pertama saya menuju ke luar negeri. Merupakan sesuatu yang sangat menghebohkan, menggemparkan, seru dan lucu untuk diceritakan. Cerita ini saya mulai dari ketika saya dipanggil maju ke depan oleh bapak Kepala Sekolah dan dikejutkan bahwa saya mendapat kesempatan bertandang ke Jepang. Jadi ceritanya waktu itu sedang kumpul-kumpul di lapangan. "Giri, kamu maju," kata pak Syaifudi. Saya pun maju, heran ada apa, saya kira hanya sekedar pemberitahuan biasa karena saat itu saya menjabat ketua OSIS. Kata-kata berikutnya saya tidak menangkap apa tapi saya terkejut ketika "ke Jepang." Ha? Apakah ini mimpi? Karena memang beberapa minggu yang lalu saya mengetik di shoutout friendster "Pokoknya harus ke Jepang!" Saya cubit-cubit tangan sendiri. Masih sakit. Oh, bukan ternyata, bukan mimpi Setelah itu saya mendapatkan surat dari pak Syaifudi. Surat tersebut merupakan undangan yang menyatakan saya berhak untuk pergi ke Jepang. Jelas saya menjadi takjub dengan surat itu, apalagi ternyata surat tersebut bertajuk JENESYS di pojok kiri atasnya, sebuah kata yang belum pernah saya dengar, membuat saya semakin bingung. Isi surat itu juga bermacam-macam, dari blangko tentang nama, alamat, umur, dan hal standar lainnya, hingga hal-hal aneh seperti bahasa yang dipakai, makanan yang tidak boleh dimakan, dan semacamnya yang cukup membuat saya heran, terlebih lagi semua itu harus diisi dengan

menggunakan bahasa Inggris! Baru kali itu saya mengisi blangko yang berbahasakan bahasa internasional tersebut.

Oh iya, di surat tersebut juga disarankan untuk menghubungi Pak Cecep bila ada hal-hal yang masih dirasa membingungkan. Saya sempat menghubungi Pak Cecep lebih dari 7 kali sebelum keberangkatan, karena memang administrasi sebelum keberangkatan itu sangat membingungkan! Haha! Maklumlah orang kampung mau jalan-jalan, hehe. Saya harus membuat paspor dan berbagai hal surat-menyurat yang cukup membuat saya bingung, maklum, ini kali pertama saya keluar negeri. Untung kedua orang tua saya pernah naik haji, jadi kurang lebih hal-hal dan prosedur yang dilakukan mirip, dan orang tua saya membantu saya. Setelah semua selesai, saya punya waktu sekitar satu bulan sebelum berangkat. Kesempatan ini segera saya manfaatkan untuk membeli tiket pesawat open-date (tiket pesawat pulang-pergi), selain itu saya juga sedikit-sedikit belajar bahasa Jepang, saya juga menggunakan waktu luang tersebut untuk mencari tentang budaya-budaya yang dapat saya kenalkan di Jepang. Selama sebulan teman-teman saya selalu bertanya "Kapan berangkat?", atau terkejut "Hloh? Belum berangkat?" Yang paling banyak adalah yang minta oleh-oleh. Hua... mereka pikir saya bawa uang berapa milyar??? 11 April 2008. Waktu keberangkatan akhirnya tiba. Saya akan pergi ke Jakarta terlebih dahulu. Saya pun pergi ke bandara H.Asan. Bandara tersebut merupakan bandara kecil yang terletak di kota saya. Ibu dan

bibi saya ikut mengantar. Saat itu saya juga ditemani beberapa tetangga saya yang memang kebetulan ingin ke Jakarta. Semua terlihat begitu lancar. Saya juga sudah siap dengan sebuah koper biru tua yang diletakkan di samping saya dan sebuah tas punggung berwarna hitam yang saya tenteng sedari tadi. 15 menit dari waktu seharusnya pesawat datang telah berlalu. Ibu saya mulai gelisah, saya bingung (karena tidak tahu apa-apa).

30 menit telah berlalu. Tiba-tiba terdengar sebuah pengumuman, Dikarenakan ada masalah kerusakan di Denpasar, maka pesawat akan didelay hingga besok, Kontan semua calon penumpang seketika menjadi panik dan bingung. Ya, saya pun bingung, padahal seharusnya semua peserta sudah melaporkan kedatangannya hari ini. Akhirnya Ibu saya yang paling spontan mengambil aksi. Beliau segera ke counter maskapai penerbangan yang akan saya pakai, yaitu Merpati. Akhirnya saya membatalkan penerbangan dengan maskapai penerbangan tersebut dan menggunakan penerbangan lainnya yang ada pada besok hari, namun dikarenakan di Sampit tidak ada penerbangan pada esok hari, maka saya harus pergi ke Palangkaraya.

Palangkaraya adalah sebuah kota yang harus ditempuh selama 4 jam dari Sampit. Hanya disana terdapat bandara yang cukup dekat dan cukup besar serta memiliki jadwal yang banyak. Wah.. padahal hari itu teman-teman saya sudah berkumpul dan melaksanakan kegiatan pra keberangkatan untuk persiapan disana. Saya berhubungan dengan mereka melalui facebook dan SMS kalau-kalau ketinggalan berita. 12 April 2008. Jam 5 pagi keesokan harinya, akhirnya saya pun berangakat. Saya beserta paman, bibi, dan kedua orang tua saya menggunakan mobil paman saya, dan bergegas menuju Palangkaraya. Sesampainya di Palangkaraya, saya segera menuju counter maskapai yang saya tuju, yaitu Sriwijaya, dan akhirnya saya sampai di pesawat. Setelah naik ke pesawat, duduk dengan nyaman, dan menyandarkan kepala, tampaknya semuanya lancar-lancar saja. Namun, tetap saya masih merasa gugup, entah kenapa, rasanya seperti ada firasat yang tidak nyaman. Apa karena saya terlalu banyak menonton Air Crash Investigation? Atau karena teringat dengan film Final Destination? Haha, entahlah Memang firasat tersebut tidak beralasan, namun terbukti tepat! Salah seorang pramugari segera mengumumkan, Dikarenakan ada masalah teknis, maka kami minta para penumpang untuk kembali ke ruang tunggu.

Kembali, delay terjadi. Saya pun harus menunggu selama 2 jam. Selama 2 jam tersebut pikiranpikiran takut untuk tidak jadi pergi ke Jepang berkelebat. Mana mungkin semua jerih payah yang sudah dilakukan selama ini harus dibuang begitu saja, hiy ngeri membayangkannya. Kalau mengejar pesawat, pesawat yang mana? Bagaimana dengan technical meeting dan administrasi lainnya? Tampaknya paman saya paham akan perasaan yang menyeramkan ini, beliau pun mengajak saya untuk sholat Duhur. Ya, mungkin karena saya kurang berdoa! Akhirnya kerusakan pada pesawat telah diperbaiki. Saya segera mengucap Alhamdulillah mudah-mudahan perjalanan saya lancar, dan kembali saya gugup, teringat film-film dokumenter tentang kecelakaan pesawat yang menyebabkan berbagai bencana tragis, hiy Tidak berapa lama kemudian saya sudah berada di dalam pesawat dan lepas landas. Hm kata ibu saya, ketika pesawat yang saya tumpangi lepas landas, mesin di sebelah kiri mengeluarkan asap hitam! Suatu hal yang tidak lazim, dan menyeramkan!

Chapter II Japan! I'm Coming! Alhamdulillah, sekitar 1 jam kemudian saya sampai di Jakarta. Disana saya segera dijemput oleh bibi saya. Tiba-tiba telepon genggam saya berbunyi, ternyata Pak Cecep segera menyarankan agar saya bergegas ke hotel the Sultan, yaitu hotel dimana seharusnya semua peserta berkumpul sebelum pergi. Setelah dengan gugup, tergesa-gesa, dan berputar sekali, untuk mencari hotel the Sultan tersebut, akhirnya saya sampai. Saya diberi arahan singkat dari Pak Cecep tentang program yang akan dijalani ini. Saya juga mencari semua informasi yang belum saya dapatkan dari teman sekamar saya di hotel. Usut punya usut, Ternyata JENESYS kali ini berlangsung dengan mengundang negara-negara ASEAN + Timor Leste. Saya juga terkejut ternyata tim dari Indonesia harus dibagi lagi menjadi 10 kelompok, sehingga setiap kelompok terdiri dari 2 orang. Saya satu kelompok dengan Era, dia berasal dari Bali. Kemudian dilaksanakan lagi technical meeting, jadi saya tidak terlalu ketinggalan berita. Fiuh...

13 April 2008. Esoknya kami berangkat ke bandara. Oh iya, sebelum diri keberangkatan, bertandang ke kami toko

menyempatkan

elektronik yang ada di dalam bandara. Tujuan kami ke sana adalah mencari adapter untuk colokan listrik di Jepang. Ya, colokan yang ada di Indonesia berbeda dengan standar yang ada di Jepang. Untuk di Jepang, disana

menggunakan colokan dengan bentuk tipis pipih, sedangkan Indonesia adalah bulat seperti silinder.

Nah, kami pun segera menyerbu toko elektronik tersebut dan memborong semua persediaan yang ada. Wah, bahkan sampai kakak kasir toko tersebut sampai kewalahan! Oh ya, itu adalah kali pertama saya masuk ke deretan toko keberangkatan luar negeri. Biasanya saya hanya ke daerah domestik. Ternyata Bandara Soekarno-Hatta begitu luasnya. Saya jadi bertanya-tanya, laku tidak ya barang-barang yang dijual disini? hm.. Setelah selesai berbelanja kami pun mulai mempersiapkan diri berangkat ke Jepang. Kami berangkat kesana dengan menggunakan maskapai JAL. Tentu saja saya menjadi sangat bersemangat. Selain ini pertama kali saya berpergian ke luar negeri, saya akan menggunakan maskapai penerbangan dari negara lain! Wow! 14 April 2008. Akhirnya saya tiba di dalam pesawat. Seketika saya terkagum-kagum dengan fasilitas yang ada di dalamnya. Setiap barisnya terdapat 9 kursi. Di depan setiap kursi terdapat sebuah layar mini. Di setiap kursi disediakan sebuah selimut, sebuah bantal, dan sebuah headset. Sebagai orang yang berasal dari kampung nan jauh di tengah-tengah Kalimantan, ini merupakan hal yang sangat luar biasa bagi saya. Haha! Segera saja saya duduk dan mengutak-atik segala layanan yang ada diberikan. Ternyata layar tersebut berisi fasilitas musik, film, peta perjalanan, pengetahuan wisata, permainan, penjualan barang-barang, hingga penampilan gambar dari kamera yang diletakkan di dekat hidung pesawat. Wow! Ada momen yang aneh saat saya naik pesawat. Ketika tekanan di dalam pesawat menjadi tinggi, tiba-tiba bagian gigi geraham saya serasa bolong dan menekan sakit, menjalar sampai ke kepala saya. kemudian.. tuk! Serasa ada yang putus dan sakit itu hilang. Hm.. aneh.. Setelah duduk, berpuas-puas diri bermain game, makan, menonton film, dan tertidur, akhirnya 8 jam terlewati dan saya sampai di bandara Narita, kami sudah siap menjejakkan kaki di tanah Jepang. Wah, sampai sekarang rasanya itu semua hanya mimpi!

Chapter III Orang Udik di Jepang Setelah kami masuk ke dalam bandara, tiba-tiba diberitahukan agar bagi yang ingin ke kamar kecil agar dilakukan sekarang karena perjalanan menuju Tokyo akan memakan waktu sekitar 1 jam. Wah,kesempatan yang sudah saya tunggu dari tadi! Saya segera mengikuti teman-teman lainnya yang menuju toilet. Ups! Ketika kami masuk ke dalam toilet, semuanya serba canggih! Ketika saya menggunakan urinoir, tempat buang air kecil untuk laki-laki, saya bingung dimana letak tuas penyiramnya, oh, ternyata urinoir tersebut cukup ditinggalkan begitu saja, dan secara otomatis air akan menyiram. Hal udik lainnya ketika saya mencuci tangan. Sangat mengherankan melihat keran yang tidak memiliki tuas. Beberapa saat saya mencoba merogoh-rogoh benda-benda yang tampak seperti tuas di dekat keran tersebut, oh, ternyata keran tersebut otomatis! Kita cukup menyodorkan tangan kita, dan air pun segera keluar, begitu pula untuk sabun cuci tangan. Wah belum masuk ke dalam kota saja saya sudah terkagum-kagum seperti ini. Kemudian kami diajak ke tempat kereta. Ya, semacam kereta kecil sebagai penghubung bandara. Yang menakjubkan adalah letak stasiun dari kereta tersebut yang berada di bandara, walaupun bukan kereta yang sebenarnya dan lebih mirip shuttle-car, tapi ini sudah sangat keren! Setelah sampai di area berikutnya yang tidak saya kenal, paspor kami di cek. Beberapa dari kami dengan kepercayaan diri yang amat sangat berfoto selagi mengantri.Ups! Ternyata di tempat itu tidak diperbolehkan untuk berfoto,wah! Baru sekali saya melihat larangan untuk mengambil foto. Petugas mengecek paspor kami. Selain dengan cara manual, dia juga meminta kami untuk menaruh jari kami di sebuah alat untuk mengambil sidik jari, serta berfoto untuk tanda pengenalan di alat tersebut. Aduh canggih sekali.

Setelah itu kami keluar untuk mengambil bagasi. Oh, lagi-lagi kami ditegur karena berfoto di dalam bandara, padahal disana sudah ada pemberitahuan agar tidak diperbolehkan menggunakan kamera. Hahaha! Setelah mengambil bagasi, ternyata sudah ada koordinator dari JICE (Japan International Cooperation Center) yang menyambut kami. Beliau terlihat masih muda dan enerjik, suaranya juga begitu lantang! Pakaiannya juga terlihat sangat remaja. Dengan rok sebatas lutut dan kemeja yang fresh, penampilannya meyakinkan semua yang melihatnya bahwa orang tersebut siap dipanggil kapan saja. Kami kemudian diajak masuk ke dalam bis. Sepanjang perjalanan saya dapat menikmati

pemandangan musim semi. Walaupun musim semi hampir habis, namun masih ada pohon-pohon sakura yang berkembang di sepanjang jalan menuju Tokyo. Itu adalah pertama kalinya dalam hidup saya memandang pohon sakura secara langsung. Ketika kami memasuki pintu tol, saya terkejut! Ternyata pintu tol yang dilalui sangat cepat! Setahu saya ketika kami di Jakarta, ketika bis ingin memasuki pintu tol harus berhenti sejenak untuk membayar. Namun ketika kami berada di Jepang, tidak sampai 3 detik kami segera melaju kembali! Wow! Selama perjalanan menuju hotel, kami disuguhi berbagai pemandangan. Kami melewati Rainbow bridge, memandang Disneyland dari jauh, melihat pantai yang langsung mengarah ke Samudera Pasifik, dan beberapa pohon sakura yang masih berbunga.

Akhirnya kami sampai di sebuah hotel bernama Prince Hotel. Ketika saya menjajakkan kaki saya, saya seketika terkejut dengan udara Jepang yang sangat segar. Karena masih musim semi, jadi udara di Jepang sangat nyaman. Walaupun di tengah kota Tokyo, namun rasanya seperti berada di pegunungan! Kami kemudian menuju kamar masing-masing. Saya satu kamar dengan perwakilan dari Malaysia dan Brunei Darussalam. Untunglah, jadi saya masih bisa menggunakan bahasa Indonesia saya jika ada kosakata Bahasa Inggris yang saya tidak ingat, hehehe Hari itu rombongan Indonesia keluar lagi untuk makan siang beserta peserta dari negara lain. Kami makan siang di restoran outdoor cafe. Hm.. tidak tepat juga dikatakan outdoor, karena letaknya di dalam semacam rumah kaca. Nama cafe-nya Garden Cafe. Kami makan, hm... sepertinya chicken katsu. Setelah itu kami kembali ke hotel sebentar dan jalan-jalan ke sekitar hotel. Beruntung di dekat hotel tersebut ada kuil yang bisa kami kunjungi.

Malam harinya kami mengadakan semacam pertemuan. Kami dibagi-bagi berdasarkan prefektur yang akan kami kunjungi. Saya berada di grup Aichi. Malam itu juga kami saling berkenalan, mengadakan pengarahan, dan diberi sebuah kartu SOS. Kartu SOS adalah sebuah kartu yang isinya kurang lebih memohon agar orang yang ditunjukkan kartu SOS untuk menelepon nomor yang tertera jika pemegang kartu tersebut tersesat. Hm, kartu ini membuat saya merasa sangat aman!

10

15 April 2008. Hari berikutnya saya bangun jam 5 pagi. Walaupun jam 5 pagi, itu sama saja dengan jam 3 pagi di Indonesia, jadi tetap saja saya merasa mengantuk. Namun saya merasa beruntung karena dapat menyaksikan matahari terbit dari Tokyo. Tokyo terlihat begitu cerah! Hari ini kami diharuskan belajar bahasa Jepang. Ini merupakan kegiatan yang sangat mengasyikkan! Setelah kami belajar di dalam kelas, kami kemudian diajak jalanjalan ke Sunshine City. Sunshine City itu merupakan salah satu menara yang berada di Tokyo, hm boleh dikatakan seperti mall. Tujuan kami dibawa kesana adalah untuk mempraktekkan secara langsung pelajaran yang telah kami dapatkan. Disana kami diberikan 12 pertanyaan yang harus ditanyakan ke orang-orang Jepang asli yang berada di sana. Pertanyaan-pertanyaan tersebut nantinya akan mengarahkan kepada tujuan akhir dimana kami bisa makan malam bersama. Kami ditemani oleh seorang pengawas. Walaupun agak membingungkan, namun kami berhasil sampai di tempat yang dituju. Di tengah perjalanan kami berhenti sebentar di Daiso. Itu adalah toko serba ada yang menyediakan barang-barang khas Jepang yang unik dan murah. Saya beli baterai untuk kamera dan pegangan unik untuk membawa kantong plastik agar tidak sakit. Hm.. teman saya ada yang membeli sumpit, ada juga yang mug. Saat di Daiso, saya juga sempat menanyakan charger untuk baterai. Aduh.. karena pegawainya tidak bisa berbahasa Inggris, jadi saya bertanya dengan terbata-bata, hahaha! Namun asyik sekali berinteraksi dengan orang Jepang langsung. Wow! Sangat menyenangkan! 16 April 2008.

11

Hari

berikutnya,

kami

meninggalkan

Tokyo dan berangkat menuju Nagoya yang terletak di prefektur Aichi. Kami berangkat dengan menggunakan shinkanshen! Wow! Shinkanshen, kereta cepat yang sekedar

menjadi desas-desus di Indonesia, kini berada di hadapan saya! Kesempatan ini tidak saya sia-siakan, saya segera mengambil gambar bersama dengan Shinkanshen. Kami pun masuk ke dalam kereta tersebut. Wow! (Berapa kali ya saya menyebutkan kata "wow"?) Di dalamnya luar biasa! Rasanya seperti berada di dalam pesawat terbang. Di setiap barisnya terdapat 6 buah kursi, tidak lupa dengan meja yang dapat dilipat di bagian depannya. Ya! Sangat luar biasa! Ketika kereta bergerak, rasanya juga seperti berada di dalam pesawat! Tidak ada suara gujrug-gujrug yang pada umumnya dikeluarkan oleh kereta. Telinga saya juga rasanya seperti ketika menyelam di dalam air, seperti di sumbat sesuatu yang bertekanan, persis seperti ketika naik pesawat terbang. Yang mengejutkan ketika sesama kereta cepat ini berselisihan. Rasanya seperti ada yang mendorong dari samping kereta, dan BWUSH! Jendela di kereta yang berselisihan tidak terlihat sama sekali karena saking cepatnya, bahkan yang terlihat hanya pemandangan yang ada di seberang jendela, seolah kereta tersebut terbelah di bagian tengahnya. Oh

12

iya, dalam perjalanan menuju Aichi kami juga sempat melihat gunung Fuji lo! Pembimbing kami, Yuri-san dan Akira-san ternyata baru kali ini juga melihat gunung Fuji.

13

Chapter IV Aichi Ai Shiteru 2 jam kemudian akhirnya kami sampai di Aichi. Di sana kami disambut oleh pemerintah daerah dan yang mengatur serta berwenang dalam masalah pendidikan di Aichi. Kala itu kami diharuskan memperkenalkan diri kami masing-masing dengan bahasa Jepang. Memang kami sudah belajar, tapi rasanya masih agak canggung-canggung, hihihi. Setelah itu kami diberi oleh-oleh berupa buklet ,peta Nagoya, notebook kecil, serta sebuah kipas. Setelah berangkat itu kami segera Toyota

menuju

Comemorative Museum. Disana kami bisa melihat perkembangan perusahaan Toyota. Saya sangat terkejut mengapa lambang dari museum tersebut adalah mesin tenun, yang notabene bahwa Toyota adalah perusahaan mobil. Ternyata, Toyoda, pendiri perusahaan tersebut, dulu menciptakan mesin tenun kain. Namun lambat laun perusahaan tersebut beralih ke industri mobil. Nama perusahaan itu dulunya juga Toyoda, sesuai dengan nama pendirinya, entah kenapa lambat laun ejaannya diubah dan berubah menjadi Toyota. Setelah itu kami kembali ke hotel untuk istirahat.

14

17 April 2008. Keesokan harinya kami dipecah menjadi 3 grup. Pembagian tersebut dimaksudkan untuk pembagian menuju sekolah-sekolah di Jepang. Saya mendapat kesempatan ke sekolah Shigakukan. Sekolah Shigakukan sangat besar! Hanya untuk luas halaman depannya saja, sekolah saya bahkan bisa masuk kedalamnya. Selain besarnya yang membuat saya takjub, saya juga terpana dengan transportasi yang digunakan oleh siswa-siswanya. Rata-rata dari mereka hanya menggunakan sepeda dan berjalan kaki! Padahal kalau saya menggunakan sepeda motor di Sampit, sst bahkan mereka terkejut ketika saya memberitahukan hal tersebut! Mereka mengatakan siswa SMA di Sampit kaya-kaya. Hahaha! Usut punya usut ternyata memang peraturan di Jepang ketat. Siswa SMA tidak diperkenankan menggunakan sepeda motor, kalau tidak bisa dipenjara. Hm.. tapi itu malah keren, polusi jadi berkurang dan orang-orang jadi berolahraga, kemacetan juga teratasi. Kami pun segera masuk ke dalam gedung sekolah. Ada sebuah peraturan yang sangat aneh, kami diwajibkan melepas sepatu yang kami digunakan di luar dan harus menggantinya dengan sendal dalam ruangan. Ya, sebuah peraturan yang sangat bagus menurut saya, karena membuat ruangan tetap bersih. Selain itu ada juga peraturan untuk mengganti sendal dalam ruangan dengan sendal dalam toilet ketika masuk ke dalam toilet. Peraturan yang lagi-lagi membuat saya menyunggingkan senyum! Kelompok kami pergi ke Aula dan disambut oleh siswa-siswi disana. Kemudian kami pergi ke kelas-kelas. Hari itu kami mengikuti pelajaran Kaligrafi, Geografi, dan Memasak Puding. Dalam perjalanan menuju kelas-kelas kami bertemu dengan siswa-siswi Jepang. Mereka ramah-ramah dan selalu tersenyum. Hm.. ngomong-ngomong siswa-siswi Jepang, saya heran mengapa untuk perempuannya rok mereka begitu pendek dan untuk laki-lakinya rambutnya bisa segondrong itu. Kalau di Indonesia

15

bisa disemprot habis-habisan. Era sempat bertanya itu ke kakak keluarga angkat Jepangnya, itu ternyata karena gaya saja. Oh.. ada-ada saja.. Setelah kelas berakhir, kami diajak

berkeliling untuk melihat kegiatan ekstrakulikuler sekolah. Banyak sekali! Ada baseball, sepak bola, bola tangan, cheerleader, volley, dan sebagainya. Saya juga sempat mencoba Kendo. Saya disuruh untuk memukul bagian tangan dan kepala lawan dengan pedang bambu yang disediakan. Rasanya tidak tega, tapi katanya tidak apa-apa, hahaha! Rasanya puas!

Tidak terasa hari pun harus berakhir. Kami pergi ke ruangan untuk berkumpul dengan siswasiswi Shigakukan terakhir kalinya. Mereka memberikan kami origami yang lucu-lucu. Setelah itu kami pun masing-masing dijemput oleh anggota keluarga angkat dan menuju rumah keluarga angkat masing-masing. Saya dijemput oleh Saito Chinami-san, beliau menjadi ibu angkat saya. Saya ternyata bersama-sama dengan seorang delegasi dari Malaysia! Setelah kami sampai di rumah keluarga angkat, kami diberikan kamar dengan alas tatami, lantai dengan alas terbuat dari bambu, dan tidur dengan futon, tempat tidur yang digelar di lantai. Untuk makan malam, kami diajak pergi ke restoran sushi. Baru kali itu saya merasakan sushi yang sebenarnya di Jepang. Ayah angkat saya memesan sake. Sake adalah minuman keras yang terbuat dari gandum/beras. Itu kali pertama saya melihat orang meminum sake secara langsung. Tak lama kemudian kami

16

dipersilahkan untuk memakan sushi, ayah angkat saya yang mengambil piring-piring yang ada di meja berjalan. Beberapa sushi terasa sangat pedas di hidung, beberapa sangat sulit dikunyah, namun saya sangat menyukai semuanya. Saya sangat takjub dengan cara makan sushi. Kita harus memasukkan sebuah sushi langsung ke dalam mulut, jadi tidak boleh memakan setengah-setengah. Untuk merasakan yang terbaik, kita juga harus meletakkan bagian ikan di lidah dan nasi di atas. Uh! Untuk mulut yang kecil rasanya sangat susah untuk mengunyah sushi yang ukurannya besar tersebut! Oh iya, di restoran sushi tersebut diberikan keran kecil untuk menuangkan air panas. Air panas tersebut berguna untuk membuat teh hijau. Serbuk teh hijau sudah disediakan, kita tinggal menuangkannya ke dalam gelas dan menuangkan air panas. Teh hijau tersebut gratis, bisa diminum sebanyak yang kita mau. 18 April 2008. Besoknya kami diajak ke setomo no matsuri, sejenis festival keramik. Kami kesana dengan menaiki trem lo! Iya, sejenis kereta api yang menghubungkan antar tempat di Jepang. Saya diminta oleh ibu angkat saya untuk mencoba membeli karcis di mesin khusus. Keren sekali! Sesampainya di tempat tujuan kamii diajak melukis patung keramik, berbelanja keramik, dan berkeliling melihat-lihat kerajinan warga setempat. Saat itu saya juga diajak untuk mengerjakan kerajinan tangan berupa melukis patung keramik berukuran kecil. Saat itu saya secara kebetulan bertemu dengan warga Indonesia di Jepang! Kala itu saya menggunakan jaket delegasi Indonesia yang bertuliskan INDONESIA yang sangat mencolok di bagian belakangnya. Lantas, warga Indonesia tersebut menghampiri saya dan menyapa, wah! Rasanya seperti bertemu dengan sahabat sendiri! Saya juga sempat merasakan es krim rasa teh hijau, baru kali itu saya merasakan es krim dengan rasa tersebut, walaupun rasanya manis, tapi agak pahit di belakang. Namun saya rasa es krim ini sangat enak karena aromanya yang sangat khas.

17

Kemudian setelah itu kami mencari tempat dimana kami bisa makan siang. Kami pun sampai di Unagi Yaki , yaitu suatu warung yang menyediakan belut bakar. Saya dan teman saya yang berasal dari Malaysia ditanyai apakah kami boleh memakan belut (karena kami berdua

beragama Islam). Kami katakan boleh, dan kami pun berhenti sebentar disana untuk makan siang. Setelah puas berkeliling, saya diajak ke toko buku. Saya memang meminta agar kami diberikan kesempatan ke toko buku agar saya dapat membeli buku untuk belajar kanji. Ibu angkat saya dengan senang hati memilihkan dua buah buku yang dia rasa cocok untuk saya. Wah, menyenangkan sekali! Malam harinya, saya diajak Anna, kakak angkat saya, ke arena bowling. Karena sebelumnya saya tidak pernah bermain bowling, maka ini adalah pengalaman pertama saya ke arena bowling. Kami berangkat menuju arena bowling bersama Ryu, teman Anna. Menuju arena bowling, kami sebelumnya makan malam terlebih dahulu. Jadi kami pergi ke sebuah restoran. Restoran tersebut cukup unik, kami diharuskan membuat makanan sendiri, jadi hanya bahan makanan yang diberikan, kemudian kita dipersilahkan untuk memasaknya di atas meja beralaskan besi, yang sebenarnya meja itu adalah kompor yang sangat besar. Setelah makan malam, kami segera berangkat menuju arena bowling. Saat itu Ryu agak kebingungan dimana letak arena bowling tersebut, tiba-tiba dia menekan-nekan beberapa tombol di mobilnya, seketika layar GPS menyala. Hanya dengan memasukkan nama tempat yang dia inginkan, dengan tepat terpeta tempat tujuan, letak mobil saat ini, hingga arah yang bisa diambil untuk menuju ke sana, canggih sekali!

18

Sesampainya disana, kami harus mendaftar terlebih dahulu, setelah itu kami harus meminjam sepatu bowling yang sesuai dengan nomor kaki kami. Yang menakjubkan, semua sepatu sudah disusun dengan nomor masing-masing di mesin khusus, jadi kita hanya tinggal menekan tombol di mesin yang menyediakan sepatu dengan ukuran yang kita inginkan tersebut, dan seketika sepatu pun keluar, sangat praktis! Setelah itu kami pun mulai bermain bowling. Ternyata bowling tidak semudah kelihatannya! Ayunan yang diberikan tidak perlu terlalu kuat, namun seiring dengan itu, hal itu malah membuat ketepatan arah bola berkurang. Sungguh permainan yang sangat rumit! Akhirnya saya mendapat nilai yang paling rendah dan hanya berhasil melakukan 1 kali strike, hahaha! Setelah itu kami pulang. Wah, pengalaman yang sangat menyenangkan! Oh iya, pada malam harinya saya tidak tidur sampai jam 3 pagi, saya mengerjakan sebuah kartu ucapan terima kasih dengan menggambar pohon sakura, sebuah kanji SIAWASE (kebahagiaan), dan sepotong kalimat berterima kasih. Uh, sangat melelahkan, namun rasanya menyenangkan membuat hadiah dengan tangan sendiri untuk orang yang sudah kita sayangi. 19 April 2008. Keesokan harinya kami harus berpisah dengan keluarga angkat kami. Ya, kami hanya diberikan kesempatan selama 1 hari, jadi kami harus kembali ke hotel. Sebelum berangkat ke hotel, saya diberi sebotol Umeboshi dan sebuah gantungan kunci. Umeboshi itu adalah buah yang dijadikan asinan. Rasanya sangat asam, namun kata nenek, umeboshi sangat baik untuk kesehatan pencernaan.

19

Tidak lama kemudian saya diantar kembali ke hotel. Disana kami mengadakan sebuah pesta perpisahan dengan host family. Entah kenapa suasana itu begitu mengharukan, walaupun kami hanya bergabung selama 1 hari, namun rasanya seolah kedekatan itu sudah terjalin sangat kuat, seolah mereka sudah menjadi keluarga yang sebenarnya. Walaupun hal tersebut sangat berat, namun kami harus rela berpisah dengan mereka. Begitu beratnya dan sangat berartinya momen tersebut bahkan sampai sekarang hal itu masih sulit untuk dilupakan. Untuk mengurangi hal yang menyedihkan tersebut, kami diajak ke Shippo Yaki, yaitu sebuah galeri keramik, dimana kami bisa membuat gantungan kunci, gantungan telepon genggam, atau sebuah kalung. Disana saya menjadi tahu betapa rumit dan telitinya pengolahan keramik. Ya, sangat rumit! Bahkan hanya untuk sekedar sebuah gantungan kunci dengan desain sederhana kami sudah

20

harus berkutat dengan berat, padahal para seniman membuat sebuah guci dengan gambar-gambar yang amat rumit dan berbagai tekstur yang amat indah. Kemudian kami dipersilahkan memilih sendiri apa bentuk tatakan dari ornamen yang ingin kami buat. Kami juga diberi pilihan akan dibentuk sebagai apa ornamen yang telah dibuat tersebut, saat itu saya memilihnya sebagai gantungan kunci. Pertama-tama kami harus melukis dengan warna hitam terlebih dahulu. Warna hitam tersebut merupakan subjek dari karya yang ingin dibuat, misalnya kita ingin menulis nama, garis luar dari gambar, dan sebagainya. Kala itu saya menulis nama saya dengan karakter katakana. Setelah kami selesai melukis dengan warna hitam, karya kami dibakar terlebih dahulu agar warna hitam tadi tidak luntur. Setelah pembakaran, langkah berikutnya adalah pewarnaan. Ternyata langkah pewarnaan tidak sembarangan, kita harus menggunakan sebuah kuas khusus yang terbuat dari kayu, kita juga tidak melukis seperti hal biasanya, namun dengan mendorong-dorong warna yang kita inginkan ke arah yang kita inginkan. Hal itu dikarenakan pewarna untuk keramik bukanlah seperti cat pada umumnya, namun seperti pasir-pasir kaca yang bercampur dengan air. Pemilihan warna pada pewarna juga tidak sembarangan. Ada warna yang transparan, sehingga bila diletakkan menumpuk dengan garis berwarna hitam tidak akan mengganggu garis tersebut karena akan transparan setelah dibakar. Ada pula pewarna yang warnanya pekat sehingga warna hitam dapat tertutupi setelah dibakar. Oh iya, pemilihan warna juga tidak bisa sesuai dengan pewarna yang belum dibakar. Misalnya kita melihat pewarna yang masih mentah berwarna merah muda, namun sebenarnya setelah dibakar akan menjadi merah tua, nah, maka dari itu kita harus memperhatikan warna mengacu kepada lembaran yang telah diberikan. Akhirnya saya berhasil membuat gantungan kunci sederhana. Gantungan kunci tersebut bertuliskan nama saya dengan menggunakan karakter katakana tertera di atasnya. Kurang begitu

21

bagus sih, namun hasil dari karya sendiri, dan ingat seberapa susah pengolahannya, saya rasa ini sangat memuaskan. 20 April 2008. Keesokan harinya kami diajak ke Kastil Inuyama, letaknya cukup jauh dari Nagoya, dengan menaiki bus kira-kira perlu sekitar 1 jam perjalanan. Kastil Inuyama adalah salah satu dari puluhan kastil yang tersebar di Jepang. Inuyama bukan kastil yang besar, namun sudah sangat tua dan orisinalitasnya masih dipertahankan.

Dulunya kastil ini dimiliki secara individu dan hanya untuk kalangan sendiri, namun akhirnya kastil tersebut diberikan kepada sebuah yayasan untuk dirawat dan menjadi tempat wisata untuk umum. Untuk menuju kastil Inuyama, kita harus berjalan menanjak cukup jauh. Namun dihibur dengan suasana yang asri dan pepohonan yang menyejukkan, lelah rasanya tidak akan terasa. Setelah kita membayar tiket, kita diijinkan untuk memasuki pekarangan kastil Inuyama. Untuk memasuki kastil, sebelumnya kita harus melepas sepatu terlebih dahulu. Ada pengalaman yang agak kecut, saya melihat Shedah, delegasi dari Malaysia, melepas sepatunya di atas alas kayu, jelas saya ikuti, ups! Tiba-tiba saya tangan saya ditarik oleh seorang bapak pengawas kastil, dia menyuruh agar kita melepas sepatu diluar dari alas kayu, hohoho Setelah kita melepas sepatu, kita harus menaruh sepatu kita di sebuah kantong plastik putih. Sepatu tersebut harus kita bawa sendiri selama kita berada di dalam kastil. Untuk menuju ke tingkat berikutnya, kita harus menaiki tangga-tangga yang curam. Oh iya, bila ingin menaiki tangga, kita harus menggunakan sisi yang sebelah kanan, sedangkan sisi yang sebelah kiri hanya digunakan untuk turun.

22

Kami hanya sebentar saja berada di dalam kastil, setelah itu kami keluar dan berkunjung ke toko oleh-oleh. Sayang sekali waktu yang diberikan sangat sedikit, jadi saya tidak bisa memilihmilih lebih banyak untuk oleh-oleh. Di waktu yang sangat sedikit tersebut saya menyempatkan diri untuk menyicipi es krim Sakura. Wow! Rasanya ternyata sangat enak! Ternyata seperti itu rasanya bila kita memakan Sakura, hehehe.. Setelah kami berkeliling di kastil Inuyama, kami pergi ke museum karakuri. Karakuri adalah sebuah boneka mekanis yang sangat presisi pergerakannya dan sangat cerdas. Boleh dikatakan karakuri adalah robot yang terbuat dari kayu. Saat melihat karakuri saya menjadi berpikir betapa sudah terlatihnya bangsa Jepang dengan robot, bahkan di dalam tradisi dan budaya mereka sudah ada pengolahan boneka-boneka mekanis yang sangat mendekati robot! Setelah kami puas berada di museum karakuri, kami segera pergi ke Uraku-En. Disana kami diberi kesempatan untuk menyicipi sajian dari upacara teh. Ternyata upacara teh itu memiliki langkahlangkah yang cukup banyak. Pertama-tama kita harus duduk dengan bersimpuh. Kemudian, penyaji akan memberikan sebuah penganan. Saat itu kami diberi kue yang berisi kacang tanah dan tambahan bunga sakura. Kue itu rasanya sangat manis, namun kami diberitahu kue tersebut harus manis karena untuk menyaingi rasa yang amat pahit dari teh hijau. Setelah kami selesai memakan kue tersebut, kemudian teh hijau disuguhkan. Ketika teh datang, kita harus membungkuk, kemudian memegang bagian bawah cangkir dengan tangan kiri dan sisi cangkir dengan tangan kanan. Kita harus memutar bagian cangkir yang bergambar di arah luar dan meminum dari bagian cangkir yang tidak bergambar. Setelah kita meminum teh tersebut, kita harus

23

memutar cangkir tersebut untuk menikmati keindahan desain pada cangkir, begitu berulang-ulang. Sebenarnya langkah langkah yang diberikan masih sangat sedikit, masih ada langkah-langkah yang lebih banyak dan lebih rumit, misalnya kita harus menaruh cangkir di kiri,kemudian depan, dan sebagainya. Setelah ke Uraku-En, kami pergi menuju Aichi Disposal Site. Itu adalah tempat dimana sampah dari prefektur Aichi dikirim. Sst.. tempat itu bukan sekedar tempat pembuangan sampah lho, tetapi tempat pengolahan sampah! Letak Aichi Disposal Site berada di pegunungan. Letaknya sebenarnya tidak tepat di dalam prefektur Aichi, namun berada di prefektur lain, dulu hal ini membuat warga membuat tidak senang, apalagi dengan bau sampah yang tidak mengenakkan. Dulu prefektur Aichi juga hanya menaruh sampah-sampah mereka tanpa pernah mengolahnya. Lama-kelamaan mereka sadar tidak ada lagi tempat yang dapat digunakan untuk menumpuk sampah. Mereka kemudian berpindah ke area pantai. Namun tak diduga, dahulu pantai sebagai biota yang amat subur, kemudian dikarenakan sampah yang menumpuk, banyak kerang-kerang yang hilang, burung-burung yang tidak lagi datang, ikan-ikan yang menjadi sedikit, dan berbagai kehidupan lainnya yang seolah direnggut akibat pencemaran dari penumpukan sampah. Ini membuat prefektur Aichi berpikir, daripada menggunakan tempat yang lainnya, lebih baik tetap menggunakan tempat yang lama, namun dengan pengelolaan yang baik. Mulai saat itu mereka mengolah sampah yang ada, menanami sekelilingnya dengan pepohonan, memberi desinfektan pada sampah yang telah diolah dan menjadikannya dinding

24

pembatas, bahkan yang menakjubkan, aspal sepanjang area pengolahan sampah berasal dari sampah! Namun tidak sampai disitu, mereka juga berpikir bagaimana dengan air hujan yang menggenangi sampah yang pasti akan mengakibatkan pencemaran pada air sungai. Hal ini telah dikelola secara matang oleh mereka, maka air yang berada di tempat pengumpulan sampah dikumpulkan, kemudian disaring kembali, bahkan hingga lebih bersih dari air sungai, barulah setelah itu air tersebut kemudian dikembalikan lagi ke sungai. Ada hal yang cukup mengejutkan, kotoran dari hasil penyaringan air itu pada akhirnya ditumpuk dengan sebuah mesin tertentu. Bentuknya seperti kue coklat, dan ternyata para pekerja disana memang menyebutnya sebagai chocolate cake. Chocolate cake tersebut nantinya akan diolah sebagai batu-bata. Wow! Bahkan pengolahan sampah sudah dipikirkan dari a sampai z , sangat hebat! Akhirnya kami menyelesaikan perjalanan kami di Aichi Disposal Site, kami pun kembali ke Nagoya. Ternyata ketika sampai di Nagoya, kami diturunkan di sebuah daerah pertokoan dan dipersilahkan berkeliling dengan bebas. Namun ada syaratnya, kami harus dalam kelompok minimal 3 orang, membawa kartu SOS, dan harus kembali ke tempat awal pada jam 5.30 untuk makan malam di restoran Dennys. Kemudian kami diberikan sebuah peta kecil sebagai pembantu penunjuk jalan. Kami pun berangkat. Saya berkelompok dengan Era, Rose, dan Jo El. Kami tidak tahu ingin pergi ke arah mana, dan hanya pergi kemana kaki melangkah, menuju tempat yang sekiranya menarik. Beberapa kali kami masuk ke beberapa toko baju, bahkan kami sempat memasuki sebuah butik yang memasang harga dengan batasan selangit! Ehm, baju-baju disana memang dapat dikatakan relatif mahal, namun hal tersebut berkebalikan dengan toko komputer. Komputerkomputer yang dijual disana setengah harga dengan yang dijual di Indonesia, bahkan yang menakjubkan, ada komputer-komputer bekas yang ditumpuk di luar, seolah itu bagaikan baju yang

25

diobral. Ya ampun, sebegitukah harga komputer dipandang di Jepang? Saya hanya dapat tersenyum melihat semua itu. Setelah mengunjungi toko-toko tanpa tujuan yang jelas, kami memutuskan untuk pergi ke Hyaku-Yen Shoppu, yaitu toko yang menjual dengan harga 100 yen untuk setiap barang yang dijualnya. Tujuan kami ingin ke sana, jelas, untuk membeli oleh-oleh dengan harga yang murah. Karena kami tidak tahu dimana toko tersebut, maka kami mencoba menanyakannya ke salah seorang yang sedang duduk di depan sebuah toko. Langsung saja kami bertanya dengan bahasa Jepang, Sumimasen, Hyaku-En Shoppu wa doko desuka? yang artinya Permisi, dimanakah toko dengan harga 100 yen?. Ternyata orang yang ditanya tersebut tidak tahu tepatnya dimana. Dia kemudian meminta kami untuk tunggu sebentar, dia ingin bertanya ke pemilik toko yang ada di dalam toko yang ada di belakangnya, namun ternyata pemilik toko tersebut sedang menelepon seseorang. Dirasa agak lama, maka orang tadi mengeluarkan iPhonenya, kemudian memasukkan nama dari toko yang ingin dicari. Beberapa saat kemudian, dia berkata Ah, Toi desu. Yang artinya ,Ah, Jauh... Karena tampaknya memang jauh, maka kami mengurungkan niat kami dan memutuskan untuk berkeliling daerah di dalam peta saja. Saya kagum dengan orang Jepang. Dia begitu inginnya membantu kami mencari hingga turut bertanya ke orang lain. Maka kami mengucapkan terima kasih dan mulai berkeliling. Setelah puas berkeliling, kami berhenti di sebuah toko souvenir. Ketika saya memasuki toko tersebut, tiba-tiba pemiliknya berkata Selamat Datang... Kontan saya terkejut, wah! Bisa bahasa Indonesia! Ya, walaupun hanya sedikit-sedikit, rasanya sangat bangga ada seseorang yang bisa menggunakan bahasa tersebut di negeri orang. Begitu inginnya sang pemilik toko menampilkan bahwa dia dapat berbahasa Indonesia, di salah satu sudut tokonya dipasang tulisan oleh-oleh. Pemilik toko tersebut berkata banyak orang Indonesia yang datang ke tokonya untuk membeli souvenir, jadi dia memberi perhatian yang khusus untuk Indonesia. Ketika dia melihat saya dan Era

26

yang menggunakan jaket bertuliskan Indonesia, seketika dia menunjukkan kemampuan bahasa Indonesianya. Setelah puas berbelanja oleh-oleh, kami pun kembali dan makan malam terakhir kalinya di Aichi di restoran Dennys. Makanan yang di Denny's sudah pernah kami pesan beberapa hari sebelumnya. Itu karena koordinator kelompok kami ingin memastikan semua dapat pesanan dan tepat. Misalnya, karena saya beragama Islam, maka ada menu khusus bagi kami. Wah.. perhatian sekali. Setelah kami puas dan kenyang kami kembali lagi ke hotel. Dalam perjalanan menuju bis, teman saya yang pintar bermain sulap melihat toko sulap. Dia ingin sekali masuk, tapi Kato-san mendorongnya untuk cepat pulang dan tidak mengizinkannya. Hahaha! Kami hanya bisa tertawa.

21 April 2008. Keesokan harinya, kami mengadakan workshop tentang pengalaman yang sudah dialami selama berada di Jepang. Kami mengelompokkan berbagai penemuan kami ke suatu tema-tema tertentu seperti agama, budaya, pendidikan, lalu lintas, dan kebersihan. Yang paling konyol adalah di tema teknologi. Tema yang diangkat untuk teknologi adalah begitu canggihnya toilet yang ada di Jepang. Ya, toilet yang ada di Jepang rata-rata sudah menggunakan super-toilet, yaitu toilet dengan fasilitas yang sudah sangat canggih! Toilet tersebut memiliki dudukan dengan penghangat, kemudian untuk membersihkan sudah ada tombol-tombol tertentu, bahkan pada beberapa, air yang disemprotkan dapat diatur temperaturnya. Setelah berkutat dengan beragam perbincangan, kami mendiskusikan bagaimana cara penyajian presentasi yang akan diberikan. Setelah beberapa kali mengadakan kroscek, akhirnya disepakati bahwa kami akan mengadakan sebuah pentas drama tentang Jepang. Jadi, kami akan membuat

27

sebuah sketsa kecil tentang peserta Jenesys yang pergi ke Jepang dan dengan gaya yang terheranheran menemukan berbagai hal baru tentang Jepang. Setelah itu kami istirahat. Saya dan beberapa orang yang beragama Islam segera keluar untuk sholat. Kami diberikan sebuah area untuk sholat di koridor. Disana sudah dipasang sekat. Tiba-tiba ada sebuah permintaan yang sangat menakjubkan, sekitar 6 orang dari grup kami bertanya apakah mereka dapat melihat bagaimana kami sholat. Tentu saja boleh, namun rasanya sangat aneh! Hahaha! Biasanya di Indonesia ritual sholat bukanlah hal yang luar biasa, namun bagi beberapa negara ASEAN lainnya, sholat bukan suatu hal yang umum dilakukan di sana. Akhirnya mereka berdesak-desakkan di sudut untuk melihat bagaimana ritual utama ibadah agama Islam tersebut dijalankan. Mereka berdecak kagum dan terheran-heran, bahkan ada yang berkata Ini adalah kali pertama aku melihat bagaimana sholat itu, hihihi saya hanya dapat menyimpul senyum. Setelah sholat, kami kembali ke dalam ruangan untuk berdiskusi. Setelah mengembangkan sedikit ide awal, kemudian kami diajak ke kastil Nagoya. Kastil Nagoya merupakan kastil terbesar di Aichi dan merupakan kastil yang dijadikan sebagai pusat pertahanan dan perlindungan ketika perang terjadi. Begitu luas dan besarnya kastil tersebut, hingga beberapa kali lipat rumah saya dapat masuk ke dalamnya! Oh iya, yang paling terkenal, di atas kastil terdapat dua lumba-lumba yang terbuat dari kayu dan dilapisi emas murni. Yang di sebelah kiri adalah jantan, sedangkan yang di sebelah kiri adalah betina. Lumba-lumba tersebut dipercaya sebagai pengendali air dan apabila kastil terbakar, lumba-lumba tersebut dapata membantu memadamkan api. Kastil tersebut tidak lagi dalam keadaan yang sempurna seperti dulu karena saat perang dunia II dibombardir oleh pasukan sekutu. Maka, kastil tersebut masih direnovasi hingga kini. Renovasi kastil tersebut juga sudah sangat bagus, bahkan sebuah elevator dibangun di dalam kastil untuk kemudahan bagi pengunjung untuk berkeliling.

28

Sayang,

di

dalam

kastil

tidak

diperbolehkan sembarangan mengambil kamera, hanya ada tempat-tempat tertentu yang diperbolehkan untuk mengambil foto, lantas tempat untuk area berfoto tersebut segera kami serbu dan dipakai bersama, wah, pokoknya sangat ricuh! Hahaha! Setelah kami puas berkeliling dan menghabiskan waktu terakhir kali di Aichi, kami kembali ke hotel untuk bersiap-siap berangkat kembali ke Tokyo. Ya, hari itu memang hari terakhir kami di Aichi, dan sekitar 1 jam kemudian kami pun berangkat menuju stasiun untuk kembali menaiki Shinkanshen. Rasanya kami tetap ingin berada di Aichi, sedih rasanya akan meninggalkan kenangan-kenangan indah yang kami lakukan bersama disini, bahkan sepertinya langit turut sedih ketika kami pergi, ya, hujan yang begitu lebat mengantar kepergian kami.

29

Chapter V Meet to Farewell Sekitar 2 jam kemudian kami pun sampai di Tokyo, kami segera mengarah ke Tokyo Tower. Disana, seluruh delegasi yang telah mengadakan perjalanan ke prefektur-prefektur lain juga berkumpul. Saya juga bertemu dengan delegasi Indonesia yang berkunjung ke prefektur lain. Ketika kami bertemu, rasanya seperti sobat lama yang sudah sekian tahun tidak bertemu, yang pada kenyataannya kurang dari 5 hari. Suasana restoran menjadi ribut dan sangat ramai. Semua meneriakkan yel-yel yang mereka punya untuk menyatakan grup mereka eksis. Yang paling heboh adalah regu dari hyogo. Mereka mengenakan kaos hijau-hijau, ikat kepala, dan dengan semangat yang rasanya terlalu berlebihan mereka meneriakkan yel-yel mereka. Tim kami, tim aichi, tidak mau kalah, kami dengan sekeraskerasnya dan dengan suara lantang mengucapkan ITADAKIMASU!! yang artinya Selamat Makan. Hahaha! Setelah semua kenyang, setiap grup dipandu oleh koordinator masing-masing kembali ke Prince Hotel. Karena letak Tokyo Tower dengan Prince Hotel sangat dekat, maka kami hanya berjalan kaki. Saya dan Era sempat tertinggal karena saya meminta Era untuk mengambil foto saya dengan latar belakang Tokyo Tower yang sangat indah malam itu. Era sangat khawatir tertinggal rombongan, akhirnya kami harus berlari-lari kecil dan sedikit kebingungan mengejar rombongan, hahaha Sekembalinya di hotel, kami diam-diam punya rencana rahasia, yaitu untuk mengadakan latihan di sebuah ruangan yang rahasia! Yuri-san telah mengkonfirmasi dari salah seorang pegawai hotel ada sebuah lantai yang dapat digunakan untuk kami latihan drama yang akan ditampilkan pada presentasi. Namun kami harus diam-diam, disana tidak boleh ribut karena sebenarnya di lantai yang kami gunakan sedang diadakan rapat.

30

Akhirnya kami berlatih disana, bahkan kami mengembangkan ide cerita dengan saling menghubungkan setiap cerita yang dimiliki setiap orang menjadi satu kesatuan cerita. Sebenarnya agak konyol, namun sudah dapat menghasilkan apa yang kami mau. Ceritanya seperti ini, ada sekelompok turis yang bertandang ke Jepang.Pertama-tama mereka berkunjung ke museum karakuri. Tiba-tiba mereka berpapasan dengan dua orang turis ,yang masih satu grup dengan mereka, yang ingin pergi ke toilet. Kedua turis tersebut kagum dengan kecanggihan toilet Jepang yang memiliki penghangat. Kemudian mereka mencoba wastafel, mereka juga kagum dengan wastafel yang otomatis. Setelah itu kedua turis tadi naik taksi menuju Toyota Comemorative Museum. Mereka juga takjub dengan Taksi yang mereka gunakan memiliki GPS (Global Positioning System), yaitu alat yang dapat mencari arah tujuan yang dituju. Sesampainya di museum, mereka berpapasan dengan pelajar dari Jepang. Kedua turis tadi menanyakan bagaimana para pelajar di Jepang belajar dan bagaimana sistem pendidikan mereka. Setelah mereka bertanya, mereka melanjutkan perjalanan menuju pameran robot. Pentas pun selesai dengan diakhiri bernyanyi bersama. Wah, jalannya cerita memang tidak ada yang terlihat cukup sinkron, namun begitulah adanya, hahaha! Setelah latihan yang melelahkan, kami diminta kembali ke kamar masing-masing. Oh iya, saat itu teman dalam satu kamar sudah diacak. Saya tidak lagi bersama dengan orang Malaysia dan Brunei, namun sekarang dengan salah seorang dari delegasi Singapura, namanya Chek Hui. Nah! Saya memiliki cerita yang sangat memberi pengalaman yang luar biasa, sebenarnya agak memalukan, namun sangat berkesan! Jadi setelah latihan dan telah kembali ke kamar, Check Hui ingin ke kamar sebelah, kamar yaitu temannya, jadi sembari menunggu Check Hui kembali, saya menunggu dalam kamar sambil menonton TV dengan posisi berbaring. Saya merasa sangat mengantuk karena sudah melakukan banyak kegiatan hari ini, maka saya berpikir untuk berbaring sebentar.

31

Beberapa saat kemudian, entah kenapa, tiba-tiba kamar digedor. Terdengar Yuri-san "Giri... are you Okay??". Saya langsung terbangun dan membuka pintu. ketika terbuka, Saya melihat (seingat saya) Era, Yuri-San, dan Kato-San "Ah... What are you doing?". Dengan heran, secara spontan saya menjawab "I was sleeping, why?", dan mereka mengatakan "We thought something happened to you....." Jadi menurut mereka begini cerita sebenarnya.. Setelah Check Hui ke kamar temannya, dia kembali ke kamarnya, yaitu kamar yang juga saya tempati. Eh! kamarnya terkunci! Ya, karena kamar hotel tersebut hanya bisa dibuka jika memiliki kunci, atau dengan memutar gagangnya dibuka dari dalam, ya... semacam automatic-lock... Kemudian Check Hui membunyikan bel, menggedor-gedor. Tidak terbuka! Kemudian dia mencoba menelepon kamar dengan menggunakan telepon yang ada di kamar sebelah. Eh! Tidak ada jawaban! Akhirnya dia meminta kunci cadangan dari resepsionis, klek! pintu terbuka... Hei! ternyata kunci selotnya terpasang!! jadi pintu hanya bisa terbuka sedikit, wah,..... beberapa orang datang, namun hanya dengan gaya yang santai saja, "pasti bisa dibuka", pikir mereka,seperti di film-film.... tinggal congkel sedikit.. Ah! Ternyata tidak bisa! Suasana menjadi heboh, orang-orang berdatangan, Kemudian Era berteriak-teriak "Giri! Bangun!! Bangun!!", jadi semua orang bersama-sama menggunakan bahasa Indonesia dan berkoar-koar "Giri Bangun!! Bangun!!". Akhirnya Mereka mencoba mengetahui apa sebenarnya yang terjadi di dalam kamar dengan mengambil foto melalui pintu yang hanya terbuka sedikit. Seseorang kemudian mengambil gambar dengan kamera yang ada di handponenya. Wua!!! mereka menjerit! Pemandangan yang ada di dalam foto (mereka anggap) adalah Darah yang merembes ke kasur! whua!!! Mereka pun semakin panik, sampai-sampai Boss , seorang delegasi dari Vietnam, dan Aiman ,adari Malaysia, menangis-nangis!

32

Kemudian ada yang ingin mengambil langkah gila dengn melewati jendela di sebelah kamar unutuk memeriksa keadaan apa sebenarnya. Iya, seperti yang di film-film Jackie Chan, melewati antara jendela ke Jendela, untung Pelayan hotelnya mencegah mereka. Ada yang segera menghubungi ke pelayan hotelnya, "Cepat, hubungi pihak darurat!", tapi pelayan hotel tersebut hanya menjawab, "Tenang, ini Jepang, kami bisa mengaturnya," dan melangkah santai, pergi. Semua berteriak-teriak. Sepanjang koridor heran dan menjulurkan kepalanya melalui pintupintu kamar "Ada apa?" pasti seperti itu pikiran mereka. Sampai katanya seseorang yang tampaknya adalah manager hotel datang! Akhirnya Kato-San dan Yuri-San yang bisa membuatku terbangun... Hm.. tentang foto yang seperti darah merembes itu sebenarnya adalah tali dari name-tag saya yang berwarna merah. Karena saking capeknya, name tag tersebut saya taruh sembarangan di atas kasur, ah!, ternyata hasilnya jadi fatal ya! hahaha! Setelah kejadian itu, masih saja ada gosip-gosip membuncah ruah. Katanya kamar itu dihantui oleh Onna, yaitu hantu yang mengambil jiwa remaja laki-laki saat tidur. Uwah.. ada-ada saja Besok adalah hari terakhir kami bisa berkumpul-kumpul bersama di Jepang. Maka pada sarapan pagi kami sudah duduk berdasarkan negara masing-masing. 22 April 2008. Hari itu kami mengadakan perjalanan wisata terakhir, yaitu berkunjung ke Miraikan. Miraikan adalah salah satu tempat yang aku impi-impikan untuk didatangi. Tempat itu merupakan museum teknologi nasional Jepang. Disana bersemayam ASIMO, robot pintar, dan beragam teknologi sains yang ada di Jepang.

33

Ketika kami sampai disana, kami diberi instruksi pertunjukkan apa yang ingin kami tonton. Saat itu ada dua pertunjukkan yang bertepatan waktunya, yaitu pertunjukkan

planetarium dan ASIMO. Pada awalnya saya tertarik ingin menonton ASIMO, namun Era ingin menonton planetarium. Dipikir-pikir saya juga sudah sering melihat pertunjukkan ASIMO di televisi, dan nampaknya ya begitu-begitu saja, hehehe. Lagipula, untuk menonton

pertunjukkan planetarium kita harus memesan tempat duduk karena tempat yang diberikan terbatas. Saya pun tertarik untuk memilih pertunjukkan planetarium yang terletak di studio GAIA. Sebelum kami menuju GAIA, kami berkeliling terlebih dahulu di dalam Miraikan. Ternyata untuk memasuki sebuah ruangan kita harus menempelkan tiket kita ke pagar masuk. Dengan menscan barcode yang ada di tiket, pagar akan terbuka. Sekitar 45 menit kemudian kami mengantri menuju studio GAIA. Ternyata antriannya sudah cukup panjang! Sebelum memasuki studio lagi-lagi kami harus men-scan tiket kami agar dapat memasuki studio, namun tiket kali ini berbeda, yaitu tiket khusus pertunjukkan yang sudah kami pesan di sebuah mesin khusus sebelumnya. Oh iya, sebelum masuk masing-masing dari kami dipinjamkan kacamata 3D. Ruangan di dalam studio GAIA sebenarnya tidak terlalu istimewa, karena gelap. Namun yang menarik perhatian adalah sekitar 7 proyektor yang diletakkan di tengah ruangan yang memancarkan

34

cahaya ke segala arah. Sayang kami tidak diperbolehkan menggunakan kamera maupun video disana. Oh iya, saya duduk satu deret dengan Era dan Afiq. Afiq adalah perwakilan dari delegasi Brunei Darussalam. Selama 20 menit pertama, Afiq begitu bersemangat. Dia mencoba mengambil benda-benda imajiner dari hasil karya kacamata 3D, Mengganggu saja, kata Era. Namun kemudian tangan Afiq yang melambai-lambai tidak lagi kelihatan. Saya tidak tahu kenapa, Era juga tidak tahu, dia hanya mendengar suara orang mendengkur. Ketika lampu dinyalakan.. ah! Ternyata Afiq tertidur! Saya segera membangunkannya, dia hanya berkata Eh, sudah selesai ya?, hahaha.. ada-ada saja si Afiq.. Setelah menonton pertunjukkan di Gaia, kami pun segera turun dan berkumpul di gedung yang berada di depan Miraikan. Disana kami akan makan siang dan sekaligus mengadakan presentasi Workshop. Ada pengalaman yang membingungkan saat disana. Ketika waktu sholat tiba, kami diajak ke sebuah tempat yang letaknya ada di belakang panggung tempat presentasi akan diadakan. Disana ada ruangan-ruangan yang dulunya dipakai sebagai tempat berganti pakaian. Nah, kami dipersilahkan menggunakan tempat itu sebagai ruangan ibadah. Dikarenakan kami tidak tahu dimana kiblatnya, maka saya kembali mengeluarkan kompas. Namun ada yang aneh, kompas tersebut seolah ditarik oleh magnet-magnet yang diletakkan di seluruh ruangan, jadi arah kiblat yang sebenarnya menjadi rancu! Yang sholat di ruangan pertama ke arah kanan, sedangkan yang sholat di ruangan kedua ke arah kiri sedikit serong. Namun hal ini akhirnya ditoleransi karena kami sebagai orang yang berpergian dan memang tidak tahu dimana arah kiblat sebenarnya. Setelah sholat, kami semua segera keluar ruangan dan menuju ke Aula tempat dimana presentasi diadakan.

35

Akhirnya acara di mulai. Satu-persatu setiap regu maju untuk mempresentasikan hasil workshop mereka. Setelah menunggu 3 grup, akhirnya giliran kami datang. Kami semua pun maju dan mulai memainkan peran. Hahaha, ternyata drama yang diperankan ternyata sedikit kacau! Ketika saat saling meneriakkan yel-yel tentang ASEAN, salah seorang dari kami salah menyebutkan. Yang seharusnya disebutkan oleh tim seberang, namun orang tersebut malah menyebutkannya. Namun kami cukup puas dengan apa yang dapat kami tampilkan karena kami tampil dengan berbeda diantara yang lainnya. Setelah semua presentasi dari semua grup selesai, kami kembali menuju hotel. Disana kami akan mengadakan pesta perpisahan dengan seluruh orang. Sekitar jam 7 malam acara pun dimulai. Pada acara tersebut ada penampilan grup Taiko dari salah satu universitas di Jepang. Taiko adalah jenis alat tetabuhan. Kini Taiko dimainkan secara berkelompok, bahkan sekarang sudah banyak yang menambahkan koregrafi diantara permainan. Setelah penampilan Taiko, kemudian dilanjutkan dengan sebuah tarian sederhana. Tarian tersebut menggunakan sebuah kain yang disampirkan di leher. Ternyata seluruh peserta diberikan kain untuk tarian tersebut dan kemudian tarian tersebut diajarkan ke seluruh peserta. Kami pun menari bersama. Acara berikutnya kami diajak untuk menyanyi bersama. Nyanyian tersebut sudah pernah diajarkan kepada kami. Judulnya "Sekai Ni Hitotsu Dake No Hana." Suasana menjadi begitu heboh dan meriah!

36

Namun akhirnya acara harus berakhir, kami pun saling mengucapkan rasa terimakasih ke orang-orang. Yuri-san, Kato-san, bahkan Akira-san menitikkan air matanya. Oh iya, kami diberikan sebuah sertifikat dan sebuah foto grup Aichi. Di foto tersebut kami saling membubuhkan tanda-tangan kami dan memberikan komentar-komentar singkat. 23 April 2008. Besok harinya kami mengadakan makan pagi dengan negara masing-masing. Makan pagi tersebut merupakan makan pagi untuk terakhir kalinya di Jepang. Setelah makan pagi kemudian kami diberi arahan untuk pulang ke negara masing-masing. Satu jam kemudian kami pun diantar menaiki bis menuju bandara Narita. Kato-san, Yuri-san, dan Akira-san turut mengantarkan. Era sempat menangis kembali. Beberapa saat kemudian bis pun bergerak dan kami pun berangkat menuju bandara narita untuk kembali ke Indonesia. Sesampainya di Narita kami dibolehkan untuk kelililing-keliling sebentar. Saya membeli onigiri dan beberapa oleh-oleh. Saya sempat berhenti sebentar untuk takjub. Bukan karena toko tapi karena

37

bak sampah. Bak sampah di bandara tersebut di bagi-bagi menjadi 5. Ada botol plastik, kaleng, koran, botol kaca, dan lain-lain. Sebegitu rumitnya ternyata membuang sampah di Jepang, hehe. Setelah itu kami berkumpul lagi untuk persiapan berangkat. Saat kami memasuki pengawasan dan protokol keberangkatan di bandara, teman kami ada yang mengurus hal-hal aneh dahulu. Halhal aneh? Ya, saat melewati metal detector terdeteksi barang-barang, teman saya , Maulana, bahkan sampai melepas jaket dan ikat pinggangnya.Namun yang sangat menghebohkan adalah teman saya yang membawa boneka samurai, dia harus berurusan macam-macam tapi untunglah tidak apa-apa. Kami kembali naik JAL dan pulang ke Indonesia. Sampailah kami di Bandara Soekarno-Hatta.

38

Chapter VI Antiklimaks Sesampainya di Indonesia keadaan berbalik 180 derajat. Yang biasanya merasakan keteraturan dan sejuknya hawa Jepang, Indonesia panas!! Ketika sampai di Bandara pun petugasnya ternyata terlihat judes. Terbiasa melihat bandara yang besar, melihat bandara di Indonesia malah serasa melihat terminal bis. Hahaha! Kami kemudian pulang dengan bis menuju the Sultan seraya diberi makan nasi Padang untuk mengobati kerinduan. Hm... dilahap habis. Malam harinya kami semua berkumpul di kamar tempat saya dan Maulana. Kami ada yang bertukar oleh-oleh, juga ada yang ngobrol-ngobrol. Kami semua ternyata masih lapar. Kami ingin memesan sesuatu untuk dimakan. Tapi ternyata, ya ampun! Makanan yang dijual mahal-mahal! ya.. sudahlah daripada lapar teman kami pun membelinya. Ketika ada petugas hotel yang membawa nasi goreng pesanan teman kami, ada yang sedang minta dipijatkan di dalam kamar, dia tidak memakai baju atasan dan hanya memakai selimut. Ng.. apa ya pikiran petugas hotel tersebut melihat sekelompok orang sedang berkumpul di dalam kamar dengan perempuan yang sedang tidak memakai baju atasan? Hyahaha! Oh, nasi goreng itu kami lahap bareng-bareng. 24 April 2008. Keesokan harinya kami berpisah dan dijemput oleh keluarga masing-masing. Hm... perjalanan ini begitu menyenangkan!

39

Anda mungkin juga menyukai