Anda di halaman 1dari 2

Manajemen Tim Pengembang Kurikulum A. Latar Belakang: Pemberlakuan UU No.

22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah menuntut pelaksanaan otonomi daerah dan wawasan demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan pendidikan yang tadinya bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Desentralisasi pengelolaan pendidikan dengan dilakukannya penyempurnaan kurikulum ini mengacu pada UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional dan pasal 35 ayat 1 tentang standar nasional pendidikan berkenaan dengan standar isi, proses, dan kompetensi lulusan. Desentralisasi pengelolaan pendidikan yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan kondisi daerah perlu segera dilaksanakan, mengingat mutu pendidikan kita belum optimal. Dari berbagai analisis diyakini bahwa salah satu faktor penyebab masalah tersebut adalah terpusatnya pengambilan keputusan dalam bidang pendidikan sehingga sering terjadi kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi daerah atau sekolah setempat. Salah satu bentuk kebijakan dari desentralisasi pengelolaan pendidikan adalah lahirnya manajemen berbasis sekolah (MBS) di mana warga sekolah (kepala sekolah, guru, karyawan, orangtua siswa, dan masyarakat) diberi kewenangan lebih besar dalam pengambilan keputusan mengenai pengelolaan pendidikan, seperti dalam pengelolaan kurikulum, baik dalam arti penjabaran lebih lanjut Kurikulum yang berlaku secara Nasional maupun pelaksanannya di sekolah. Kewenangan sekolah dalam mengelola kurikulum ini diwujudkan pada pengembangan silabus dan pelaksanaannya sebagai penjabaran dari kurikulum yang berlaku secara nasional. Pengembangan silabus dan pelaksanaannya di sekolah disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah, dan kondisi daerah. Dengan demikian, daerah atau sekolah memiliki cukup kewenangan untuk merancang dan menentukan hal-hal yang akan diajarkan, pengelolaan pengalaman belajar, cara mengajar, dan menilai keberhasilan suatu proses belajar mengajar. Dengan demikian, sekolah diharapkan dapat mengelola kurikulum sendiri, mampu melakukan manajemen berbasis sekolah, mampu mengembangkan program-program yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang dimilikinya, memiliki fleksibilitas dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya sekolah secara optimal, serta melibatkan warga sekolah dan masyarakat secara langsung dalam penyelenggaraan sekolah. Dalam pelaksanaannya kurikulum perlu dipantau untuk melihat perkembangan pelaksanaan di lapangan. Selama ini pemantauan lebih banyak dilaksanakan oleh pusat, maka agar hasilnya lebih sesuai maka pemantauan juga dilaksanakan oleh pihak setempat.

Agar sekolah dan atau daerah dapat mengembangkan silabus sendiri, menyesuaikan dengan kondisi daerah (prinsip diversifikasi) dan melaksanakan monitoring pelaksanaan kurikulum di daerahnya, seperti telah disampaikan di atas diperlukan kelompok kerja yang secara khusus menangani kegiatan-kegiatan tersebut yang berkaitan dengan pengembangan dan pelaksanaan kurikulum. Kelompok kerja dimaksud tersebut dinamakan tim pengembang kurikulum.

Anda mungkin juga menyukai