Anda di halaman 1dari 9

Analisis Total Minyak Atsiri Written by Ikhsan Firdaus Monday, 26 October 2009 Kata Kunci: kadar eugenol, kadar

sitronellal, minyak atsiri, minyak cengkeh, min yak sereh Pendahuluan Minyak Atsiri merupakan suatu minyak yang mudah menguap (volatile oil) biasanya terdiri dari senyawa organik yang bergugus alkohol, aldehid, keton dan berantai pendek. Minyak atsiri dapat diperoleh dari penyulingan akar, batang, daun, bung a, maupun biji tumbuhan, selain itu diperoleh juga terpen yang merupakan senyawa an hidrokarbon yang bersifat tidak larut dalam air dan tidak dapat disabunkan. B eberapa contoh minyak atsiri yaitu minyak cengkeh, minyak sereh, minyak kayu put ih, minyak lawang dan dan lain-lain. Penetapan yang dilakukan dalam praktikum ini ialah: 1. Penetapan kadar eugenol dalam minyak cengkeh Minyak atsiri yang dihasilkan dari tumbuh-tumbuhan cengkeh. Sebagian besar Eugen ol. Eugenol termasuk golongan Fenol, sehingga dapat disabunkan oleh NaOH membent uk garam. Natrium eugenolat yang larut dalam air. Dengan melakukan penyabunan mi nyak cengkeh pada alat labu Cassia yang berskala pada lehernya, karena terpen ti dak dapat disabunkan dan tidak larut dalam air, maka volume terpen bisa diketahu i. Volume minyak eugenol dapat diketahui dari selisih anatara volume minyak ceng keh dikurangi volume terpen. 2. Penetapan kadar sitronellal dalam minyak sereh Minyak sereh diperoleh dari hasil penyulingan batang atau akar tumbuhan sereh. M inyak sereh merupakan sumber geraniol dan sitronellal. Mutu minyak sereh ditentu kan oleh kandungan kedua komponen tersebut terutama sitronellal. Sitronellal ter masuk golongan alkanal. Sehingga dapat ditetapkan dengan Metode Asidimetri, dima na sitronellal direaksikan dengan hidroksilamin-HCl akan membebaskan HCl, lalu H Cl direaksikan dengan KOH-alkohol berlebih, maka kelebihan KOH-alkohol akan dit itar oleh HCl. Dengan dilakukan blanko, maka kadar sitronellal dapat diketahui. Penetapan Kadar Eugenol Dalam Minyak Cengkeh Dasar Eugenol termasuk golongan Fenol yang dengan NaOH akan membentuk Na-Eugenolat yan g larut dalam air. Sedangkan terpen tidak disabunkan dan tidak larut dalam air, sehingga volume terpen dapat diketahui. Dengan diketahui volume terpen, maka vol ume Eugenol pun dapat diketahui. Reaksi

Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan: 1. Pipet gondok 10 ml 2. Labu Cassia 100 ml 3. Penangas air 4. Gelas ukur Bahan-bahan yang digunakan: 1. Minyak cengkeh 2. Larutan NaOH 10 N Cara Kerja 1. Dipipet 10 ml minyak cengkeh 2. Dimasukkan ke dalam labu Cassia 100 ml 3. Ditambahkan 35 ml NaOH 1 N, lalu dkocok selama 5 menit 4. Dipanaskan di atas penangas air selama 10 menit 5. Ditambahkan lagi NaOH 1 N sampai permukaan cairan berada pada skala labu Cass ia 6. Didiamkan selama 1 hari

7. Dibaca volume terpen Contoh Data Volume contoh = 10,0 ml Volume terpen Volume eugenol = 8,5 ml Contoh Perhitungan

1,5 ml

Penetapan Kadar Sitronellal Dalam Minyak Sereh Dasar Sitronellal merupakan golongan aldehid yang bersifat pereduksi sehingga dengan h idroksilamin-HCl akan membentuk oksima dan membebaskan HCl. HCl yang dibebaskan, direduksikan dengan KOH-alkohol berlebih terukur, lalu kelebihan KOH-alkohol be rlebih terukur dititar oleh HCl memakai indikator BTB yang dalam keadaan netral berwarna hijau. Reaksi Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan: 1. Neraca 2. Pipet tetes 3. Pipet gondok 10 ml dan 25 ml 4. Buret 50 ml 5. Statif Bahan-bahan yang digunakan: 1. Contoh minyak sereh 2. Alkohol netral 3. Indikator BTB 4. KOH-alkohol 5. NH2OH.HCl 6. Larutan HCl 0,5 N Cara Kerja 1. Ditimbang 2 gram minyak sereh 2. Ditambahkan 2 ml alkohol netral, serta indikator BTB 3. Ditambahkan 25 ml KOH-alkohol (dipipet) 4. Ditambahkan 20 ml NH2OH.HCl 5. Dikocok dan dibiarkan selama 15 menit 6. Dititar dengan HCl 0,5 N hingga titik akhir berwarna hijau 7. Dilakukan penetapan terhadap blanko Contoh Data

Vpenitar blanko = 23,70 ml Vpenitar contoh = 21,25 ml N HCl 0,5 N = 0,4396 N Contoh Perhitungan

Hasil Analisis Hasil analisis total minyak atsiri dibandingkan dengan SNI No. 0075-79 dan SII N o. 0006-72 adalah sebagai berikut: Parameter Hasil Standar % Eugenol 85,0 % 79 93 % % Sitronellal 8,27 % > 35 % Pembahasan Pada hasil analisis diperoleh penyimpangan pada kadar Sitronellal dalam minyak s ereh, hal tersebut bisa disebabkan oleh adanya Sitronella yang terbang dalam uda ra/suhu kamar karena sebagian minyak atsiri bersifat mudah menguap atau ketika m elarutkan minyak atsiri dengan alkohol netral, mungkin alkohol yang digunakan be lum benar-benar netral, sehingga alkohol tersebut akan berekasi dengan KOH, sehi nga diperoleh kesalahan negatif. Simpulan Setelah melakukan analisis total minyak atsiri dan hasil analisis dibandingkan d engan SNI No. 0025-79 untuk minyak sereh dan SII No. 0006-72 untuk minyak cengke h, maka dapat disimpulkan minyak sereh yang dianalisis memiliki mutu kurang baik dan minyak cengkeh yang dianalisis memiliki mutu baik. Daftar Pustaka Djalil, Latifah Abdul. 2003. Penuntun Praktikum Kimia Analisis Terpadu. SMAKBo : Bogor. PENETAPAN TOTAL ABU 1. Tujuan Percobaan a. Mahasiswa dapat melakukan analisis kadar abu dalam suatu bahan pangan. b. Mahasiswa dapat mengetahui kadar mineral dalam suatu bahan pangan. 2. Dasar Teori Abu adalah zat organic sisa hasil pembakaran suatu bahan organic. Kandungan abu dan komposisinya tergantung pada macan bahan dan cara pengabuanya. Kadar abu ada hubunganya dengan mineral suatu bahan. Mineral yang terdapat dalam suatu bahan terdapat dalam suatu bahan dapat merupakan dua macam garam yaitu ga ram organic dan garam anorganik. Yang termasuk dalam garam organic misalnya gara m-garam asam mallat, oksalat, asetat, pektat. Sedngkan garam anorganik antara la in dalam bentuk garam fosfat, karbonat, klorida, sulfat, nitrat. Selain kedua ga ram tersebut, kadang-kadang mineral berbentuk sebagai senyawaan komplek yang ber sifat organis. Apabila akan ditentukan jumlah mineralnya dalambentuk aslinya san gatlah sulit,oleh karena itu biasanya dilakukan dengan menentukan sisa-sisa pemb akaran garam mineral tersebut,yang dikenal dengan pengabuan. Penentuan kadar abu total dapat digunakan untuk berbagai tujuan sebagai berikut: a. Untuk menentukan baik tidaknya suatu proses penggolahan b. Untuk mengetahui jenis bahan yang digunakan c. Untuk memperkirakann kandungan buah yang digunakan untuk membuat jelly. Kandungan abu juga dapat dipakai untuk menentukan atau membedakan fruit uinegar (asli) atau sintesis d. Sebagai parameter nilai bahan pada makanan. Adanya kandungan abu yang ti dak larut dalam asam yang cukup tinggi menunjukkan adanya pasir atau kotoran lai n. Penentuan kadar abu adalah mengoksidasikan senyawa organik pada suhu yang tinggi ,yaitu sekitar 500-600C dan melakukan penimbangan zat yang tinggal setelah proses pembakaran tersebut. Lama pengabuan tiap bahan berbedabeda dan berkisar antara 2 -8 jam. Pengabuan dilakukan pada alat pengabuan yaitu tanur yang dapat diatur su hunya. Pengabuan diangap selesai apa bila diperoleh sisa pembakaran yang umumnya bewarna putih abu-abu dan beratnya konstan dengan selang waktu 30 menit. Penimb angan terhadap bahan dilakukan dalam keadan dingin,untuk itu krus yang berisi ab u diambil dari dalam tanur harus lebih dahulu dimasukan ke dalam oven bersuhu 10 5C agar suhunya turun menyesuaikan degan suhu didalam oven,barulah dimasukkan ked alam desikator sampai dingin,barulah abunya dapat ditimbang hingga hasil timbang annya konstan.

Penentuan kadar abu dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : a. Pengabuan cara Langsung (Cara Kering) Prinsip dari pengabuan cara langsung yaitu dengan mengoksidasi semua zat organic pada suhu tinggi, yaitu sekitar 500 600oC dan kemudian melakukan pen imbangan zat yang tertinggal setelah proses pembakaran tersebut . Mekanisme pengabuan pada percobaan ini adalah pertama-tama krus porsel in dioven selama 1 jam. Krus porselin adalah tempat atau wadah yang digunakan da lam pengabuan, karena penggunaannya luas dan dapat mencapai berat konstan maka d ilakukan pengovenan. Kemudian didinginkan selama 30 menit, setelah itu dimasukka n eksikator. Lalu timbang krus sebagai berat a gram. Setelah itu masukkan bahan (kentang halus) sebanyak 3 gram kedalam krus dan catat sebagai berat b gram. Kem udian dimasukkan dalam tanur pengabuan sampai warna menjadi putih keabu-abuan. P engabuan yang dilakukan didalam muffle dilakukan melalui 2 tahap yaitu : 1. Pemanasan pada suhu 300oC yang dilakukan dengan maksud untuk dapat melin dungi kandungan bahan yang bersifat volatile dan bahan berlemak hingga kandungan asam hilang. Pemanasan dilakukan sampai asap habis. 2. Pemanasan pada suhu 800oC yang dilakukan agar perubahan suhu pada bahan maupun porselin tidak secara tiba-tiba agar tidak memecahkan krus yang mudah pec ah pada perubahan suhu yang tiba-tiba. Setelah pengabuan selesai maka dibiarkan dalam tanur selama 1 hari. Sebelum dila kukan penimbangan, krus porselin dioven terlebih dahulu dengan tujuan mengeringk an air yang mungkin terserap oleh abu selama didinginkan dalam muffle dimana pad a bagian atas muffle berlubang sehingga memungkinkan air masuk, kemudian krus di masukkan dalam eksikator yang telah dilengkapi zat penyerap air berupa silica ge l. Setelah itu dilakukan penimbangan dan catat sebagai bera c gram. Beberapa kelemahan maupun kelebihan yang terdapat pada pengabuan dengan cara lan sung. Beberapa kelebihan dari cara langsung, antara lain : 1. Digunakan untuk penentuan kadar abu total bahan makanan dan bahan hasil pertanian, serta digunakan untuk sample yang relative banyak, 2. Digunakan untuk menganalisa abu yang larut dan tidak larut dalam air, se rta abu yang tidak larut dalam asam, dan 3. Tanpa menggunakan regensia sehingga biaya lebih murah dan tidak menimbul kan resiko akibat penggunaan reagen yang berbahaya. Sedangkan kelemahan dari cara langsung, antara lain : 1. Membutuhkan waktu yang lebih lama, 2. Tanpa penambahan regensia, 3. Memerlukan suhu yang relatif tinggi, dan 4. Adanya kemungkinan kehilangan air karena pemakaian suhu tinggi b. Pengabuan cara Tidak Langsung (Cara Basah)

Prinsip dari pengabuan cara tidak langsung yaitu memberikan reagen ki mia tertentu kedalam bahan sebelum dilakukan pengabuan. Senyawa yang biasa ditam bahkan adalah gliserol alcohol ataupun pasir bebas anorganik selanjutnya dilakuk an pemanasan pada suhu tunggi. Pemanasan mengakibatkan gliserol alcohol membentu k kerak sehingga menyebabkan terjadinya porositas bahan menjadi besar dan dapat mempercepat oksidasi. Sedangkan pada pemanasan untuk pasir bebas dapat membuat p ermukaan yang bersinggungan dengan oksigen semakin luas dan memperbesar porosita s, sehingga mempercepat proses penngabuan. Mekanisme pengabuannya adalah pertama-tama krus porselin dioven selama 1 jam. Kemudian didinginkan selama 30 menit, setelah itu dimasukkan eksikator. Lalu timbang krus sebagai berat a gram. Setelah itu masukkan bahan (kentang halu s) sebanyak 3 gram kedalam krus dan catat sebagai berat b gram. Kemudian ditamba hkan gliserol alcohol 5 ml dan dimasukkan dalam tanur pengabuan sampai warna men jadi putih keabu-abuan. Setelah terjadi pengabuan, abu yang terbentuk dibiarkan dalam muffle selama 1 hari. Sebelum dilakukan penimbangan, krus porselin dioven terlebih dahulu dengan tujuan mengeringkan air yang mungkin terserap oleh abu se lama didinginkan dalam muffle dimana pada bagian atas muffle berlubang sehingga

memungkinkan air masuk, kemudian krus dimasukkan dalam eksikator yang telah dile ngkapi zat penyerap air berupa silica gel. Setelah itu dilakukan penimbangan dan catat sebagai bera c gram. Suhu yang tinggi menyebabkan elemen abu yang bersifat volatile seperti Na, S, Cl, K dan P menguap. Pengabuan juga menyebabkan dekomposisi tertentu seperi K2CO3 dan CaCO3. pengerin gan pada metode ini bertujuan untuk mendapatkan berat konstan. Sebelum sample di masukkan dalam krus, bagian dalam krus dilapisi silica gel agar tidak terjadi pe ngikisan bagian dalam krus oleh zat asam yang terkandung dalam sample. Beberapa kelebihan dan kelemahan yang terdapat pada pengabuan cara tidak langsun g. Kelebihan dari cara tidak langsung, meliputi : a. Waktu yang diperlukan relatif singkat, b. Suhu yang digunakan relatif rendah, c. Resiko kehilangan air akibat suhu yang digunakan relative rendah, d. Dengan penambahan gliserol alkohol dapat mempercepat pengabuan, dan e. Penetuan kadar abu lebih baik. Sedangkan kelemahan yang terdapat pada cara tidak langsung, meliputi: a. Hanya dapat digunakan untuk trace elemen dan logam beracun, b. Memerlukan regensia yang kadangkala berbahaya, dan c. Memerlukan koreksi terhadap regensia yang digunakan Pengabuan sering memerlukan waktu yang lama, untuk mempercepat pengabuan dapat d itempuh dengan beberapa cara, antara lain: a. Mencampurkan bahan dengan pasir kuarsa murni sebelum pengabuan. Dimaks udkan agar memperbesar permukaan (luas) dan mempertinggi porositas sampel sehing ga kontak oksigen dengan sampel selama proses pengabuan akan diperbesar. Dengan demikian oksidasi zatzat organik akan berjalan dengan baik dan cepat sehingga wa ktu pengabuan dapat dipercepat. b. Menambahkan campuran gliserol-gliserol dan alkohol kedalam sampel sebe lum diabukan. Dengan demikian, maka oksidasi tidak mempengaruhi kadar abu bahan tersebut, artinya gliserol dan alkohol mempengaruhi oksidasi bahan labih cepat. 3. Peralatan dan Bahan a. Peralatan yang digunakan Cawan pengabuan terdiri dari platuna, nikel, atau silika lengkap dengan tutupnya. Tanur pengabuan (furnace) Penjepit cawan b. Bahan yang digunakan : terigu dan biskuit 4. Prosedur Percobaan 1. Menyiapkan cawan pengabuan, kemudian membakarnya dalam tanur kurang lebi h 1 jam, mendinginkanyadalam desikator dan menimbang sampai bobot konstan. 2. Menimbang sebanyak 3 5 gram sampel dalam cawan tersebut, menempatkan caw an berisi contoh di atas hot plate (bunsen listrik), kemudian membakar contoh sa mpai asap hilang. 3. Melanjutkan pengabuan dalam furnace dengan suhu 550- 6000C sampai dipero leh abu berwarna putih keabuan. 4. Mendinginkan cawan sampai suhu 100 1100C dalam furnace yang telah dimati kan. 5. Mengangkat dan meninginkan dalam desikator selama 1 jam, kemudian menimb ang samapi ketelitian 0,1 mg.

6.

Perhitungan

Diketahui : Berat cawan biskuit + tutup : 21,4947 gra m Berat cawan tepung tapioka + tutup : 21,0085 gram Berat sampel biskuit : 4,0320 gram Berat sampel tepung tapioka : 4,0963 gram Berat cawan + tutup + isi biskuit setelah furnace : 21,97 gram Berat cawan + tutup + isi tepung tapioka furnace : 22,1 gram a. Berat abu biskuit = (Berat cawan + tutup + isi biskuit setelah furnace) (Berat cawan + tutup) = 21,97 gram 21,4947 gram = 0,4951 gram b. Berat abu tepung tapioka = (Berat cawan + tutup + isi tepung tapioka furnace) (Berat cawan + tutup) = 22,1 gram - 21,0085 gram = 1,0915 gram c. Kadar abu biskuit = berat abu biskuit x 100 % Berat sampel = 0,4951 gram x 100 % 4,0320 gram = 12,27 % d. Kadar abu tepung tapioka = berat abu tepung tapioka x 100 % Berat sampel = 1,0915 gram x 100 % 4,0963 gram = 26,86 %

7. Analisis Percobaan Pada praktikum kali ini,proses pengabuan dilakukan dengan menggunakan Muffle Fur nace (tanur) yang memijarkan sampel pada suhu mencapai 550C penggunaan tanur kare na suhunya dapat diatur sesuai dengan suhu yang telah ditentukan untuk proses pe ngabuan. Sampel yang telah halus ditimbang 3 5 gram,sebelum dimasukkan kedalam t anur terlebih dahulu sampel dipanaskan diatas hot plate tujuannya agar dapat mem inimalkan asap atau jelaga yang muncul pada saat pengabuan. Untuk kali ini anali sis kadar abu total menggunakan bahan atau sampel berupa tepung tapioka dan bisk uit. Setelah tercapai pengabuan yang dapat ditunjukkan pada warna yang dihasilkan sam pel setelah diarangkan,pada pengabuan sampel telah menjadi abu berwarna putih ab u-abu. Berat abu yang didapat pada sampel biskuit yakni seberat 0,4951 gram, jau h sekali penurunan berat yang terjadi karena berat sampel awal 4,0320 gram, sert a pada sampel tepung tapioka yakni seberat 1,0915 gram, jauh sekali penurunan be rat yang terjadi karena berat sampel awal 4,0963 gram berarti selama proses pema nasan awal sampai pada proses pengabuan telah terjadi penguapan air dan zat-zat yang terdapat pada sampel,sehingga yang tersisa hanyalah sisa dari hasil pembaka ran yang sempurna yakni abu. Pada sampel biskuit didapat kadar abu lebih besar dibandingkan sampel pada tepun g tapioka yakni sebesar 12,27 % dan 26,86 % yang dihitung berdasarkan berat kering, Besarnya kadar abu yang didapat dalam praktikum kali ini, mungkin diseb abkan oleh suhu ruang ataupun adanya ppasir dan kotoran yang terdapat dalam samp el. Untuk itu dilakukan pengujian kadar abu totol yang memiliki berbagai macam t ujuan yakni : menentukan baik tidaknya suatu proses pengolahan,mengetahui jenis bahan yang digunakan juga sebagai parameter nilai bahan makanan dan mengetahui a danya abu yang tidak larut dalamasam yang cukup tinggii menunjukkan adanya pasir

atau kotoran lain yang terdapat dalam suatu bahan. 8. Kesimpulan Setelah melakukan praktikum analisis kadar abu dapat disimpulkan bahwa : a. Abu adalah zat orgganik dari sisa hhasil pembakaran suatu bahan organic b. Proses untuk menentukan jumlah mineral sisa pembakaran disebut pengabuan c. Proses pengabuan dapat dilakukan dengan menggunakan tanur yang memijarkan sampel pada suhu mencapai 500-600C. GRAVIMETRI : PENETAPAN KADAR AIR DAN KADAR ABU JARINGAN TANAMAN Prinsip Percobaan Gravimetri adalah metode analisis kimia secara kuantitatif dimana jumlah analit ditentukan dengan mengukur bobot substansi murni yang hanya mengandung analit.(S koog 2004) Penentuan kadar zat berdasarkan pengukuran berat analit atau senyawa yang mengandung analit dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode pengendap an melalui isolasi endapan sukar larut dari suatu komposisi yang tak diketahui d an metode penguapan dimana larutan yang mengandung analit diuapkan, ditimbang, d an kehilangan berat dihitung. (Harvey 2000) Berdasarkan cara mengukur fase, grav imetri dibedakan menjadi dua jenis, yaitu gravimetri evolusi langsung dan gravim etri evolusi tidak langsung. Gravimetri evolusi langsung berfungsi untuk menguku r fase gas secara langsung, sedangkan gravimetri evolusi tidak langsung berfungs i untuk mengukur fase gas dan fase padat dari padatan yang terbentuk.(Skoog 2004 ) Kadar air suatu bahan menunjukkan kandungan air bebas dalam bahan tersebut yang berikatan hidrogen dengan sesama molekul air bebas. Kadar abu suatu bahan adalah residu senyawa oksida dan garam yang tersisa dari pengeringsn suatu bahan pada temperatur yang tinggi.(Fennema 1996) Pada percobaan ini, gravimetri digunakan untuk melakukan penetapan kadar air dan kadar abu bubuk temu giring (Curcuma heyneana). Temu giring adalah semak semusi m yang hidup secara liar di pekarangan dan ladang pada tanah lembab dan sedikit cahaya. Zat kimia yang terkandung dalam temu giring antara lain minyak atsiri da n zat pati.(Davy 1996) Pada percobaan ini, sampel yang digunakan berupa bubuk te mu giring, bukan bahan segar temu giring. Penetapan kadar air bubuk temu giring dilakukan berdasarkan metode penguapan, sedangkan penetapan kadar abu bubuk temu giring dilakukan berdasarkan metode pengendapan. Tujuan Percobaan Percobaan ini bertujuan menetapkan kadar air dan kadar abu suatu bahan. Alat dan Bahan Alat-alat yang dipakai adalah botol timbang, neraca analitik, eksikator, oven (t hermostat), cawan porselin, pembakar gas, dan tanur listrik. Bahan-bahan yang di gunakan adalah bubuk temu giring (Curcuma heyneana). Prosedur Percobaan Penetapan Kadar Air Botol timbang dikeringkan pada temperatur 105C selama 30 menit. Setelah didingink an dalam eksikator selama 15 menit, kemudian ditimbang. Kira-kira 3 gram bubuk t emu giring dimasukkan dalam botol timbang, kemudian dikeringkan pada temperatur 105C hingga bebas air selama 60 menit. Setelah didinginkan dalam eksikator selama 15 menit, botol timbang dan isinya ditimbang. Pekerjaan dilakukan rangkap 3 (tr iplo). Penetapan Kadar Abu Cawan porselin dikeringkan pada temperatur 600C selama 30 menit, dinginkan dalam eksikator kemudian ditimbang. Kira-kira 2 gram bubuk temu giring dimasukkan ke d alam cawan porselin. Cawan dan isinya dipanaskan dengan nyala bunsen sampai tida k berasap lagi. Kemudian dimasukkan ke dalam tanur listrik dengan temperatur 600C selama 30 menit. Setelah didinginkan dalam eksikator, cawan dan isinya ditimban g. Pekerjaan dilakukan rangkap 3 (triplo). Data Hasil Pengamatan Penetapan Kadar Air Ulangan Massa Cawan + Tutup

gram Massa Bubuk Temu Giring gram Massa Sebelum Pengeringan (a) gram Massa Sesudah Pengeringan (b) gram Kadar Air % 1 33,4098 3,0426 36,4524 36,1949 25,7500 2 26,4596 3,0973 29,5569 29,2685 28,8400 3 30,5431 3,0273 33,5704 33,2796 29,0800 Rata-rata 27,8900 St. Deviasi 1,8572 Contoh Perhitungan Kadar Air (Ambil data ulangan ke-2) : Kadar Air = = = 28,8400 % Perhitungan Rata-rata Kadar Air : Rata-rata = = = 27,8900 % Perhitungan Standar Deviasi Kadar Air : Sd = = = = = 1,8572 Ketelitian = = Penetapan Kadar Abu Ulangan Massa Cawan + Tutup gram Massa Bubuk Temu Giring (b) gram Massa Sebelum Pengeringan gram Massa Sesudah Pengeringan gram Massa Abu (a) gram Kadar Abu % 1 30,0079 2,0052 32,0131 30,4386 1,5745 78,5208 2 34,4716 2,0001 36,4717 34,8827 1,589 79,4460 3 30,5843 2,0002 32,5845 31,0121 1,5724 78,6121 Rata-rata 78,8597 St. Deviasi 0,5098 Contoh Perhitungan Kadar Abu (Ambil data ulangan ke-3) : Kadar Abu = = = 78,5208 % Perhitungan Rata-rata Kadar Abu : Rata-rata = = = 78,8597 % Perhitungan Standar Deviasi Kadar Abu : Sd = = = = = 0,5098 Ketelitian = = Pembahasan Percobaan ini menentukan kadar air dan kadar abu bubuk temu giring (Curcuma heyn eana) dengan menggunakan metode gravimetri evolusi tidak langsung. Cara yang dil akukan untuk pengeringan adalah dengan menggunakan oven dan tanur listrik karena bubuk temu giring merupakan contoh bahan yang kandungan airnya dapat diuapkan d engan oven dan tanur listrik pada kondisi temperatur tinggi. Desikator digunakan untuk memperkecil resiko hilangnya air saat pendinginan.(Skoog 2004) Kadar air ditentukan dengan membandingkan selisih bobot bubuk temu giring sebelum pengerin gan pada suhu 105C selama 60 menit dan bobot bubuk temu giring setelah pengeringa n dengan bobot bubuk temu giring sebelum pengeringan. Kadar abu ditentukan denga

n membandingkan bobot abu yang didapat dengan bobot bubuk temu giring sebelum pe ngeringan pada suhu 600C selama 30 menit. Proses perpindahan cawan selalu menggun akan gegep agar lemak dari tangan yang mungkin menempel pada cawan tidak ikut te rtimbang. Pada percobaan penentuan kadar air, didapatkan hasil kadar air bubuk temu giring sebesar (27,8900 1,8572) % dengan ketelitian 93,3409 %. Hal ini berarti bubuk t emu giring tidak dapat disimpan lama pada suhu kamar dengan kemasan terbuka. Kar ena bahan yang dapat disimpan lama pada suhu kamar dengan kemasan terbuka harus memiliki kadar air kurang dari 10 %.(Acker 1969) Pada percobaan penentuan kadar abu, didapatkan hasil kadar abu bubuk temu giring sebesar (78,8597 0,5098) % dengan ketelitian 99,3535 %. Hal ini berarti sebagia n besar kandungan bubuk temu giring tersusun atas molekul mineral. Karena penent uan kadar abu biasa digunakan untuk menentukan kadar mineral yang terdapat dalm suatu bahan, walaupun jenis mineral yang terkandung tidak dapat diidentifikasi m enggunakan metode ini.(Fennema 1996) Ketelitian yang didapat dari percobaan sangat tinggi. Hal ini berarti kesalahan yang mungkin terjadi sudah bisa dihindari. Kesalahan ini meliputi kurang hati-ha ti dalam pemindahan cawan, kesalahan kalibrasi neraca analitik, dan kesalahan pe nyimpanan dalam desikator. Namun demikian, ketepatan pada percobaan ini tidak da pat dicari karena tidak ada sumber yang mencantumkan kadar air dan kadar abu bub uk temu giring. Kesalahan ini dapat teratasi dengan koordinasi yang baik antara asisten dengan praktikan sehingga praktikan dapat membawa bahan segar yang akan diuji. Dengan demikian, pencarian literatur tentang bahan tersebut akan lebih mu dah. Simpulan Percobaan ini telah berhasil menentukan kadar air dan kadar abu bubuk temu girin g (Curcuma heyneana). Kadar air bubuk temu giring sebesar (27,8900 1,8572) % den gan ketelitian 93,3409 % dan kadar abu bubuk temu giring sebesar (78,8597 0,5098 ) % dengan ketelitian 99,3535 %.

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab 12 Kesetimbangan Fasa
    Bab 12 Kesetimbangan Fasa
    Dokumen16 halaman
    Bab 12 Kesetimbangan Fasa
    Agus Wandi
    Belum ada peringkat
  • Asam Dan Basa
    Asam Dan Basa
    Dokumen24 halaman
    Asam Dan Basa
    Tony Redzza Saputra
    100% (1)
  • 3 Erika Pardede
    3 Erika Pardede
    Dokumen11 halaman
    3 Erika Pardede
    Cindy Carnella
    Belum ada peringkat
  • Business Plan
    Business Plan
    Dokumen17 halaman
    Business Plan
    Ryandika Afdila
    Belum ada peringkat
  • Karaketristik Bahan
    Karaketristik Bahan
    Dokumen2 halaman
    Karaketristik Bahan
    Cindy Carnella
    Belum ada peringkat
  • Grafik He
    Grafik He
    Dokumen19 halaman
    Grafik He
    Cindy Carnella
    Belum ada peringkat
  • 3 Erika Pardede
    3 Erika Pardede
    Dokumen11 halaman
    3 Erika Pardede
    Cindy Carnella
    Belum ada peringkat
  • Proses Dan Cara Pengolahan Limbah Rumah Tangga
    Proses Dan Cara Pengolahan Limbah Rumah Tangga
    Dokumen6 halaman
    Proses Dan Cara Pengolahan Limbah Rumah Tangga
    KartikaDeviAriyanti
    Belum ada peringkat
  • Alpha Selulosa
    Alpha Selulosa
    Dokumen85 halaman
    Alpha Selulosa
    Cindy Carnella
    Belum ada peringkat
  • Untitled
    Untitled
    Dokumen1 halaman
    Untitled
    Cindy Carnella
    Belum ada peringkat
  • Kimia Industri
    Kimia Industri
    Dokumen2 halaman
    Kimia Industri
    Cindy Carnella
    Belum ada peringkat
  • Untitled
    Untitled
    Dokumen1 halaman
    Untitled
    Cindy Carnella
    Belum ada peringkat
  • Untitled
    Untitled
    Dokumen1 halaman
    Untitled
    Cindy Carnella
    Belum ada peringkat
  • Untitled
    Untitled
    Dokumen1 halaman
    Untitled
    Cindy Carnella
    Belum ada peringkat
  • Reka Febby Andriani
    Reka Febby Andriani
    Dokumen2 halaman
    Reka Febby Andriani
    Cindy Carnella
    Belum ada peringkat
  • Untitled
    Untitled
    Dokumen1 halaman
    Untitled
    Cindy Carnella
    Belum ada peringkat
  • Untitled
    Untitled
    Dokumen3 halaman
    Untitled
    Cindy Carnella
    Belum ada peringkat
  • Untitled
    Untitled
    Dokumen8 halaman
    Untitled
    Cindy Carnella
    Belum ada peringkat