Anda di halaman 1dari 14

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Judul Mentaati perintah Allah SWT serta mengamalkannya merupakan ibadah yang timbul dari perwujudan rasa syukur seorang hamba kepada Sang Maha Pencipta, yang telah memberikan kepada kita karunia Iman dan Islam, menciptakan kita saling berpasang-pasangan, dan menumbuhkan rasa kasih sayang di antara kita semua. Di dalam hukum Islam, perkawinan adalah sebuah pernikahan yang mengandung suatu akad yang sangat kuat, yang membolehkan satu sama lainnya saling mengambil manfaat. Pernikahan merupakan transaksi antara dua orang, yang mana keduanya saling serah terima dengan menggunakan shigat ijab dan qobul, yaitu antara wali mempelai wanita dan mempelai laki-laki. Pernikahan diistilahkan Allah dalam Al-Quran dengan kalimat mistaqon gholiidhon (perjanjian yang sangat kokoh).. Pernikahan juga merupakan suatu amaliyah yang dianjurkan Allah SWT, dan sebuah aturan (syariat) yang diwahyukan kepada setiap Nabi dan Rasul-Nya supaya manusia senantiasa dapat berketurunan lewat perkawinan yang dirahmati dan diberkahi Allah. Allah SWT berfirman:

Artinya: Dan Sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunan. Dan tidak hak bagi seorang Rasul mendatangkan sesuatu ayat (mukjizat) melainkan dengan izin Allah. Bagi tiaptiap masa ada kitab (yang tertentu). (QS. Al-Rodu:38)1 Dalam ayat lain Allah SWT berfirman:


Artinya: Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurniaNya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Q.S. al-Nur : 32)2 Suatu amaliah yang merupakan interaksi antara sesama manusia (hablu mina al-naas) dan menjadi fitrah manusia yang dilahirkan ke dunia, tidak akan lepas dari qonun dan tuntunan yang dibawa oleh Utusan Allah (Rasulullah) untuk umatnya, sehingga merupakan ketentuan yang berjalan sepanjang qurun, yang tidak akan hilang ditelan gelapnya kebodohan yang mewarnai umat akhir zaman. Sebagian amaliyah Rasulullah SAW yang menjadi pegangan umat Islam adalah at-tazwij (pernikahan), sehingga beliau pernah bersabda dalam hadits riwayat Imam Nasai yang diriwayatkan dari Anas:

Departemen Agama RI, Al-Quran dan terjemahannya, PT. Toha Putra, Semarang, 1996, h.203 2 Ibid.,h.282

Artinya: Dari Anas bahwa segolongan dari sahabat Nabi SAW sebagiannya telah berkata, saya tidak akan mengawini wanita, dan sebagian berkata saya tidak akan memakan daging, sebagian berkata saya tidak akan tidur di atas tikar, sebagian berkata saya akan puasa kemudian tidak berbuka, maka sampailah kabar tersebut kepada Rasulullah SAW. Dan beliau memuji terhadap apa yang telah di ucapkan oleh para sahabatNya, kemudian beliau bersabda apa keadaan kaum-kaum yang berkata seperti ini dan seperti ini, akan tetapi saya shalat dan juga tidur, saya berpuasa dan juga berbuka dan mengawini wanita, barang siapa yang tidak suka terhadap sunahku, maka ia bukan termasuk umatku yang sempurna. (H.R. Nasai) Apabila kita renungkan dan kita aplikasikan dalam kehidupan seharihari yang kita jalani, pernikahan memang merupakan sebuah aqad (perjanjian atau sebuah ikatan antara dua orang) yang sangat erat, yang memperhitungkan nilai dan derajat kedua orang tersebut baik di sisi masyarakat maupun disisi Allah SWT. Sehingga Allah menegaskan dalam firman-Nya:


Artinya: bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, Padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suamiisteri. Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu Perjanjian yang kuat(QS. An-nisa:21)4
3

HR.Al- Nasai, Sunan An-Nasai, Juz 10, Maktaba Syameela, h. 309. Dep. Ag. RI, loc. cit.,h. 64

Perkawinan adalah merupakan sebuah perwujudan pakaian dan selimut untuk setiap manusia dari rasa panas dan dingin, perwujudan makanan dan minuman dari setiap rasa lapar dan haus. Dengan perkawinan, seseorang dapat menjalani hidupnya saling melengkapi dan menutupi kekurangan satu sama lainnya, sehingga ia merasa sempurna dalam hidupnya. Dengan perkawinan pula, seseorang dapat mencurahkan rasa kasih sayang, menumbuhkan rasa damai dan tentram, mengeratkan ikatan silaturrahim antara sesama dan membentuk sebuah bangsa yang saling mengenal (taaruf). Dalam hal ini Allah SWT berfirman:


Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (Q.S. Al-Rum: 21)5 Dalam ayat lain Allah SWT berfirman:

Ibid., h. 324

Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S. Al-Hujurat: 13).6 Pernikahan atau perkawinan, semata-mata bukan hanya untuk memenuhi kepuasan nafsu seksual saja, akan tetapi dibalik semua itu pernikahan bertujuan supaya manusia itu dapat menjalankan sunatullah, makhluk yang berpasang-pasangan atas qudroh dan irodah-Nya. Dengan demikian nikah merupakan taabudi yang bersifat vertical dan horizontal, yaitu ibadah yang dilaksanakan lewat hubungan antara sesama manusia dan penyempurna ibadah seorang hamba dengan Sang Maha Pencipta. Dan tidak kalah pentingnya, tujuan pernikahan adalah untuk membuat keturunan sebagai penerus dari orangtuanya di kemudian hari. Anak lahir secara biologi adalah sama, baik dilahirkan di dalam pernikahan maupun di luar pernikahan, dan khususnya sebagai anak berhak menerimanya bagian waris yang sama. Anak merupakan keturunan dan ahli waris orangtuanya maka ketika manusia meninggal dunia, sebagai mestinya manusia hidup ia membutuhkan bekal untuk perjalanannya yang sangat jauh, dan bekal itu tidak akan didapat kecuali dengan melakukan amal-amal yang shaleh. Salah satu amal shaleh yang akan menemani seseorang dalam perjalanan panjangnya, yaitu doanya anak shaleh. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW pernah bersabda:
6

Ibid., h. 412


Artinya: Ketika Manusia mati maka putuslah amalnya terkecuali tiga, shodaqoh jariah, ilmu yang bermanfaat, atau doanya anak sholeh. (H.R. Muslim)7 Oleh sebab itu, keturunan sangat signifikan (berarti). Dengan keturunan (zduriyyah), manusia dapat dinilai derajat dan keberhasilannya, meneruskan perjuangannya dalam mengemban amanah yang diberikan Allah SWT. Di dalam rotasi kehidupan yang tidak lepas dari rona-rona dan egoisme manusia, manusia tidak akan lepas dari problematika, kendala social dan budaya, Oleh sebab itu, apakah manusia mampu mengarungi hidupnya dan membentengi dirinya dari problematika, kendala yang timbul dari hawa nafsu dan syahwatnya. Maka manusia manakah yang termasuk manusia-manusia yang brilian, yaitu orang-orang yang memiliki keimanan dan senantiasa berbuat kebajikan? Dan manusia manakah yang termasuk manusia-manusia yang akan dicampakkan? Yaitu orang-orang yang tidak beriman dan tidak berbuat kebajikan. Perilaku dan perjalanan hidup yang tidak mengindahkan norma dan agama, sungguh sangat rentan dan akan sangat mudah dimasuki faktor-faktor yang bersifat negatif atau preventif. Di antaranya, hubungan seks di luar nikah termasuk salah satu faktor yang bersifat negative preventif bagi umat Islam, yang dikemudian hari hal ini akan mengakibatkan terhadap status anak tidak sah menurut hukum (walad ghoirsyari). Demikian juga, akan berpengaruh
7

Abi Husen Muslim bin Al-hajaj, Shohih Muslim, juz 1 Daru Al-fikri, Baerut, h. 129

terhadap hak waris dan perwalian anak tersebut. Yang padahal kesalahan bukanlah pada anak, akan tetapi atas perbuatan orang tuanya. Di dalam Hukum Positif Indonesia, yang terdiri dari Hukum Islam (KHI), Hukum Adat, dan Hukum Perdata (BW). Apabila ada permasalahan hukum yang menimpa suatu masyarakat, maka tidak akan lepas dari ketiga kerangka hukum tersebut. Oleh karena itu, melihat hukum yang hidup di Indonesia ini sebagiannya mengadopsi hukum Colonial Belanda, yaitu Hukum Perdata (BW), maka dalam hal ini penyusun menganggap signifikan untuk membahas hukum tentang kewarisan anak luar kawin perspektif Hukum Islam (KHI), dan Hukum Perdata (BW). Yang mana anak adalah sebuah generasi bangsa, yang akan mewarisi nenek moyangnya. Dan anak juga merupakan embrio pemimpin di masa depan. Sebagaimana kata pepatah Pemuda hari ini adalah Pemimpin masa yang akan datang. Sebelum penyusun membicarakan lebih lanjut, penyusun akan kemukakan beberapa faktor yang mendorong penyusun membahas judul ini. 1. Anak adalah ahli waris dari kedua orangtuanya. Maka ahli waris harus jelas dan diakui secara hukum dan agama. 2. Bagi anak perempuan yang lahir di luar kawin, maka akan sangat berpengaruh ketika ia akan melangsungkan perkawinan yang menganut madzhab tidak sah kawin tanpa wali dan dua orang saksi yang adil. 3. Anak adalah sebuah generasi bangsa, pemimpin di masa depan, maka seyogyanya anak harus mempunyai hubungan darah yang jelas dan bersih menurut aturan agama dan negara.

B. Penegasan Istilah Untuk membatasi obyek pembahasan agar mengarah pada pokok permasalahan maka perlu penjelasan terhadap istilah yang ada dalam judul Studi Komparasi Kewarisan Anak Luar Kawin Perspektif Hukum Islam (KHI) Dan Hukum Perdata (BW). Studi komparasi : Penulis membandingkan dan mencari kembali faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu; berkenaan atau berdasarkan perbandingan. Kewarisan : Hukum yang mengatur tentang pemindahan hak pemilikan harta peninggalan (tirkah) pewaris, menentukan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris dan beberapa bagian masing-masing. Anak Luar Kawin : Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah menurut ketentuan agama Islam.8 Perspektif : 1. Cara melukiskan suatu benda dll., pada permukaan yang mendatar sebagaimana yang terlihat oleh mata dengan tiga dimensi (panjang, lebar, dan tingginya); 2. Sudut pandang; pandangan.9 Hukum Islam : Kompilasi Hukum Islam (KHI) berarti sekumpulan yang tersusun secara teratur.10 Kompilasi hukum Islam (KHI) merupakan rangkuman atau kumpulan hukum Islam yang di tetapkan melalui inpres No.1/1991 yang berisi hukum perkawinan, kewarisan dan perwakafan dan dijadikan sebagai hukum materiil Peradilan Agama. Hukum Perdata : Van Dunne mengartikan hukum perdata sebagai suatu peraturan yang mengatur tentang hal-hal yang sangat esensial bagi kebebasan individu, seperti orang dan keluarganya hak milik dan perikatan. H.F.A. Vollmar berpendapat hukum perdata adalah aturan-aturan atau norma-norma yang memberikan pembatasan dan oleh karenanya memberikan perlindungan pada kepentingan-kepentingan
Ahmad Rofiq, Fiqih Mawaris, Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2001, hal.,158 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Bahasa DEPDIKBUD, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cetakan ketiga, Balai Pustaka, Jakarta, 1990, h., 453
9 10 8

Ibid., h. 1007

perseorangan dalam perbandingan yang tepat antara kepentingan yang satu dengan kepentingan yang lain dari orang-orang di dalam suatu masyarakat tertentu terutama yang mengenai hubungan keluarga. Sudikno Martokusumo berpendapat hukum perdata adalah hukum antara perorangan yang mengatur hak dan kewajiban orang perseorangan yang satu terhadap yang lain di dalam hubungan kekeluargaan dan di dalam pergaulan masyarakat.11 Dari pengertian istilah tersebut di atas dapat ditegaskan bahwa yang dimaksud penulis dengan judul Studi Komparasi Kewarisan Anak Luar Kawin Perspektif Hukum Islam (KHI) Dan Hukum Perdata Barat(BW) adalah penulis dalam hal ini mau membandingkan dan menganalisis kewarisan/hak waris anak luar kawin, melalui studi kepustakaan dengan meneliti buku-buku yang ada kaitanya dengan kewarisan/hak waris anak luar kawin dilihat dari sudut pandang Hukum Islam (KHI) dan Hukum Perdata Barat (BW).

C. Permasalahan Pernikahan semata-mata bukanlah hanya untuk memenuhi kepuasan nafsu seksual saja, akan tetapi dibalik semua itu pernikahan bertujuan supaya manusia dapat menjalani hidupnya dengan penuh rasa kasih sayang, damai dan tentram, tidak keluar dari koridor syariah yang telah ditentukan Allah SWT terhadap hamba-hamba-Nya. Ternyata phenomena yang ada tidaklah selalu berjalan sesuai dengan ketentuan (qonun) yang telah dibawa oleh Rasulullah SAW, banyak gejala sosial yang mewarnai lini kehidupan ini yang sangat ironis bila kita terapkan di zaman yang gemerlap dengan ilmu dan teknologi
11

Titik Triwulan Tutik, Hukum Perdata Dalam System Hukum Nasional, hlm., 10.

10

yang seharusnya menunjukkan rasa khidmat terhadap qonun dan etika. Namun tetap saja ilmu dan teknologi tidak dapat menyatu dengan gelapnya kebodohan dan egoisme manusia yang selalu cenderung untuk menuruti kehendak hawa dan nafsu. Pada akhirnya masalah sosial selalu kita hadapi di tengah-tengah masyarakat dan keluarga, di antaranya yang sulit kita hindari di zaman ini adalah pergaulan bebas yang mengikut-sertakan muda mudi dan orang dewasa. Finis dari pergaulan tersebut berdampak tidak sehat di tengah dunia iptek dan menjadi stigma di masyarakat. Misalkan, terjadinya aborsi karena khawatir anak yang dilahirkan tidak punya bapak menjadi pilihan bagi wanita-wanita yang tidak mengindahkan norma agama, padahal Islam selalu memberikan solusi terhadap setiap permasalahan yang terjadi di tengah-tengah umat demi terciptanya kemaslahatan umat itu sendiri. Berdasarkan latar belakang di atas, ada beberapa masalah yang dapat diungkap: 1. Bagaimanakah kedudukan anak luar kawin dalam kewarisan menurut perspektif Hukum Islam (KHI) dan Hukum Perdata Barat (BW) 2. Bagaimana perbandingan antara keduanya kaitannya dengan segi manfaat bagi hukum positif di Indonesia.

11

D. Tujuan Penulisan Suatu penelitian atau pengkajian yang akan dilakukan sudah barang tentu harus dapat memberikan kegunaan yang jelas. Tujuan penulisan dalam pembahasan judul ini adalah: 1. Untuk mengetahui manakah yang lebih bermanfaat dan maslahat untuk menentukan kewarisan atau hak waris anak luar kawin yang ada di Indonesia. 2. Untuk memberikan distribusi pada khazanah keilmuan tentang kewarisan atau hak waris anak luar kawin perspektif Hukum Islam (KHI) dan perspektif Hukum Perdata (BW). 3. Untuk mengetahui bagaimanakah perbandingan kewarisan atau hak waris anak luar kawin perspektif Hukum Islam (KHI) dan Hukum Perdata (BW).

E. Metode Penelitian Dalam penyusunan skripsi ini digunakan beberapa metode untuk mengumpulkan informasi maupun data, sehingga skripsi ini dapat dirumuskan secara sistematis. Adapun metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian

12

Untuk

mendapatkan

data-data

yang

dibutuhkan,

penulis

menggunakan metode library research (penelitian kepustakaan) yaitu mengumpulkan data yang dilakukan dengan mencari data dan informasi dari buku-buku literatur, dokumen dan lain-lain yang berkaitan dengan pembukuan masalah skripsi ini. 2. Teknik pengumpulan data Dengan metode penelitian pustaka, penyusun mengumpulkan data langsung dari bukubuku literatur maupun buku buku lainnya yang terkait dengan penulisan skripsi ini. 3. Metode Analisa Data Sebagai kelanjutan dari pengumpulan data adalah pengolahan dan penganalisaan data. Metode analisa data yang penulis gunakan adalah: a. Deduktif Yaitu suatu metode yang berangkat dari pengetahuan yang bersifat umum, dan bertitik tolak pada pengetahuan umum itu kemudian akan digunakan untuk menilai suatu kejadian khusus. Metode ini akan penulis gunakan terutama dalam membahas bab IV, dalam bab ini penulis akan mengungkapkan pengertian dan menganalisis Hak Waris Anak Luar Kawin perspektif Hukum Islam (KHI) dan Hukum Perdata (BW) secara umum kemudian ditarik kesimpulan secara mengerucut. b. Induktif Yaitu suatu analisis yang berangkat dari sesuatu yang spesifik kemudian ditarik generalisasi yang bersifat umum. Metode ini penulis

13

gunakan terutama dalam membahas bab IV. Dalam bab ini penulis akan menganalisis secara mendalam dan khusus mengenai Studi Komparasi Kewarisan Anak Luar Kawin Perspektif Hukum Islam (KHI) dan Hukum Perdata (BW).

F. Sistematika Penulisan Skripsi Sistematika dalam penulisan skripsi ini terbagi atas lima bab, dan tiap-tiap bab terbagi pula atas beberapa sub bab. Lebih jelasnya, pembahasan skripsi ini adalah sebagai berikut: Bab I : PENDAHULUAN Yang meliputi alasan pemilihan judul, penegasan istilah,

permasalahan, tujuan penulisan judul, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II : KEWARISAN ANAK LUAR KAWIN PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (KHI) Dalam bab ini penulis akan kemukakan tentang sejarah Kompilasi Hukum Islam (KHI), pengertian kewarisan perspektif hukum Islam (KHI), pengertian anak luar kawin menurut Hukum Islam, hubungan kewarisan, rukun dan syarat kewarisan, asas hukum kewarisan dalam Hukum Islam, dan tentang hak waris anak luar kawin menurut hukum Islam, Bab III : KEWARISAN ANAK LUAR KAWIN PERSPEKTIF HUKUM PERDATA (BW)

14

Meliputi

sejarah Hukum Perdata (BW), pengertian kewarisan

menurut Hukum Perdata (BW), pengertian Anak Luar Kawin Menurut Hukum Perdata (BW), syarat umum pewarisan, cara mendapatkan warisan, konsep dasar hukum waris, asas hukum waris, pewarisan apabila ada anak di luar kawin, anak luar kawin sebagai ahli waris dari orangtuanya, dan Pasal-Pasal yang berkaitan dengan Pewarisan Anak Luar Kawin. Bab IV : ANALISIS KEWARISAN ANAK LUAR KAWIN PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (KHI) DAN HUKUM PERDATA BARAT (BW) Meliputi kewarisan/hak waris anak luar kawin perspektif hukum Islam (KHI), kewarisan/hak waris anak luar kawin perspektif Hukum Perdata Barat (BW), dan analisis perbandingan

kewarisan/hak waris anak luar kawin antara Hukum Islam (KHI) dan Hukum Perdata (BW). Bab V : Penutup Terdiri dari kesimpulan, saran dan penutup.

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen22 halaman
    Bab Ii
    Sebiru Bahri
    Belum ada peringkat
  • Antara Dakwah Dulu Dan Sekarang
    Antara Dakwah Dulu Dan Sekarang
    Dokumen5 halaman
    Antara Dakwah Dulu Dan Sekarang
    Sebiru Bahri
    Belum ada peringkat
  • Kop Amplop
    Kop Amplop
    Dokumen1 halaman
    Kop Amplop
    Sebiru Bahri
    Belum ada peringkat
  • AMPLOP
    AMPLOP
    Dokumen2 halaman
    AMPLOP
    Sebiru Bahri
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen1 halaman
    Bab I
    Sebiru Bahri
    Belum ada peringkat
  • 2
    2
    Dokumen5 halaman
    2
    Sebiru Bahri
    Belum ada peringkat