Anda di halaman 1dari 14

TEORI AKUNTANSI (ankarath) 7.

INVESTASI PADA ENTITAS ASOSIASI Pendahuluan IAS 28 menguraikan perlakuan akuntansi yang harus diadopsi atas investasi pada entitas asosiasi. Bagaimanapun juga, investasi pada entitas asosiasi tersebut tidak termasuk investasi pada entitas asosiasi yang dimiliki oleh entitas modal ventura atau rekayasa dana, unit trust, dan entitas sama lainnya apabila investasi yang dimiliki atas asset financial yang diperdagangkan sesuai dengan IAS 39, instrument financial atau keuangan : pengakuan dan pengukuran. Istilah penting Asosiasi. Entitas di mana investor mempunyai pengaruh yang signifikan, akan tetapi tidak mempunyai kendali atau kendali bersama. Hal ini meliputi entitas yang tidak terkait dengan mana investor mempunyai suatu pengaruh yang signifikan, tetapi bukanlah ventura entitas anak (subsidiary venture) atau ventura entitas patungan (joint venture). Pengaruh yang signifikan. Kekuatan untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan kebijakan operasi daripada suatu entitas, tetapi tanpa mempunyai kendali atau kendali bersama atas kebijakan - kebijakan yang dimaksud. Proses kebijakan pengambilan keputusan meliputi partisipasi mengenai deklarasi deviden dan distribusi lain. Pengaruh yang signifikan Keadaan berikut akan menunjukkan eksistensi pengaruh yang signifikan : 1. Investor mempunyai suatu perwakilan pada dewan direktur atau suatu badan pemerintahan asosiasi yang hampir sama. 2. 3. 4. 5. Investor berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan entitas asosiasi Adanya transaksi yang material antara investor dan entitas asosiasi; atau Adanya pergerakan dalam manajemen antara investor dan entitas asosiasi; atau Adanya prasyarat dari informasi tehnis yang penting antara investor dan entitas asosiasi

Factor penting dalam menentukan apakah seorang investor mempunyai pengaruh yang signifikan adalah eksistensi dan efek potensi hak bersuara yang dimiliki oleh investor sekarang dapat dilaksanakan atau dipertukarkan. Pengaruh yang signifikan dianggap hilang jika investor kehilangan kekuatan atau daya untuk berpartisipasi di dalam proses pengambilan keputusan financial dan operasi dari perusahaan asosiasi.

Metode ekuitas Menurut metode ekuitas, investasi di dalam entitas asosiasi awalnya dibukukan menurut beban perolehannya (at cost). Nilai investasi yang disebutkan tadi selanjutnya meningkat atai menurun untuk mengakui bagian investor dari laba atau rugi entitas asosiasi setelah tanggal akuisisi. Distribusi yang diterima dari entitas asosiasi akan mengurangi jumlah yang tercatat (carrying amount) investasi. Penyesuaian terhadap nilai yang tercatat (carrying value) investasi juga harus dilakukan karena adanya perubahan kepemilikan investor dalam entitas asosiasi. Perubahan yang timbul karena perubahan pada pendapatan atau penghasilan komprehensif lain dapat disebabkan karena revaluasi property, pabrik dan peraltan atau yang berasal dari perbedaan translasi nilai tukar mata uang asing. Bagian investor yang berubah tersebut harus diakui dalam pendapatan atau penghasilan komprehensif lain oleh investor sesuai IAS 1, mengenai Penyajian Laporan Keuangan.

Metode akuntansi Seorang investor harus mempertanggungjawabkan investasi pada entitas asosiasi menurut metode ekuitas, kecuali menurut tiga kondisi berikut : 1. Investasi yangdikklasifikasikan sebagai dipertahankan untuk dijual menurut IFRS 5, maka asset tak lancar yang dipertahankan untuk dijual dan operasi yang dihentikan (Noncurrent Assets Held for Sale and Discontinued Operations). Menurut standar ini, investasi diklasifikasikan sebagai dipertahankan untuk dijual jika pengaruh yang signifikan ditujukan untuk sementara sifatnya karena entitas asosiasi telah dibeli dan dimiliki secara eksklusif dengan suatu anggapan dihentikan selama 12 bulan dari akuisisi dan manajemen entitas asosiasi secara aktif mencari seorang pembeli.

2.

Entitas induk yang memiliki investasi pada entitas asosiasi dibebaskan menurut IAS 27, mengenai Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri, dari

penyusunan laporan keuangan konsolidasian; dan 3. Semua kondisi berikut dipenuhi oleh investor : a. Investor adalah entitas anak yang dimiliki secara keseluruhan atau sebagaian dari entitas lainnya dan pemiliknya telah diinformasikan tentang dan bukan merupakan objek investor yang tidak menerapkan metode ekuitas. b. Hutang investor atau instrument ekuitas tidak diperdagangkan di dalam pasar public atau bursa. c. Investor tidak mengarsipkan dan tidak dalam proses pengarsipan laporan

keuangannya dengan komisi surat berharga atau sekuritas atau badan regulator lainnya untuk tujuan penerbitan salah satu kelompok instrumen financial atau keuangannya didalam suatu pasar public atau bursa. d. Entitas induk terakhir atau berikutnya dari investor menghasilkan laporan keuangan konsolidasian yang tersedia untuk public dan sesuai dengan Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS). Akuntansi investasi pada laporan keuangan tersendiri Jika investor atau entitas induk menyusun laporan keuangan konsolidasian, maka investasi pada perusahaan asosiasi harus dipertanggung jawabkan di dalam laporan keuangan yang tersendiri dari investor atas dasar beban perolehannya atau sesuai dengan IAS 39, mengenai Instrumen Finansial : Pengakuan dan Pengukuran. Perlakuan ini harus diterapkan kepada setiap kategori investasi. Pengungkapan Menurut IAS 28, pengungkapan berikut yang diharuskan dipenuhi oleh investor : 1. Nilai wajar investasi pada entitas asosiasi untuk mana terdapat pencantuman penerbitan harga. 2. Ikhtisar ingormasi keuangan entitas asosiasi yang harus memasukkan jumlah asset, liabilitas, pendapatan, dan laba atau rugi keseluruhan. 3. Penjelasan bilamana investasi kurang dari 20% yang diperhitungkan oleh metode ekuitas atau jika investasi lebih dari 20% tidak diperhitungkan oleh metode ekuitas.

4.

Tanggal pelaporan laporan keuangan suatu entitas asosiasi yang berbeda dengan tanggal pelaporan laporan keuangan investor dan alas an untuk menanggap kedua hal tadi adalah sama

5.

Sifat dan batasan restriksi yang signifikan atas kemampuan entitas asosiasi untuk mentransfer dana kepada investor dalam bentuk deviden tunai atau pelunasan pinjaman atau uang muka.

6.

Bagian dari rugi yang tidak diakui perusahaan asosiasi, jika seorang investor menghentikan pengakuan bagian laba dari entitas asosiasi

7.

Penjelasan mengenai entitas asosiasi yang tidak diperhitungkan atas penggunaan metode ekuitas

8.

Ikhtisar informasi keuangan dari entitas asosiasi, secara individu maupun secara kelompok yang tidak diperhitungkan atas penggunaan metode ekuitas, termasuk jumlah asset, liabilitas, pendapatan, dan laba rugi keseluruhan.

Pengungkapan berikut terkait dengan liabilitas kontinjensi yang mengharuskan : 1. Bagian investasi dari liabilitas kontinjensi dari entitas asosiasi yang terjadi bersama-sama dengan investor lainnya 2. Liabilitas kontinjensi yang timbul karena investor menanggung semua atau sebagian liabilitas entitas asosiasi. Apabila laporan keuangan tersendiri dari entitas asosiasi disususn, pengungkapan berikut diharuskan : 1. 2. Fakta bahwa laporan keuangan terpisah disusun dan alasan untuk penyusunan yang semacam Suatu daftar investasi yang signifikan pada entitas anak, entitas asosiasi, dan entitas yang dikendalikan secara bersama-sama dengan rincian nama entitas asosiasi, Negara asal entitas, proporsi kepemilikan, dan bagian kepemilikan (atau hak bersuara yang dimiliki, jika berbeda) 3. Suatu deskripsi metode yang digunakan untuk memperhitungkan investasi yang disebutkan di atas.

8.PROPERTI INVESTASI Pendahuluan

IAS 40 menunjukkan isu akuntansi untuk property real estate (bangunan, tanah, atau keduanya) yang dimiliki untuk tujuan apresiasi modal atau pendapatan sewa, atau keduanya, dan bukan untuk tujuan digunakan secara internal di dalam produksi barang atau jasa (umumnya disebut asset pabrik) atau unutk dijual dalam rangkaian bisnis yang normal sebagai bagian dari persediaan. Property ini dinamakan property investasi dalam laporan posisi keuangan. Ruang lingkup IAS 40 mencakup property yang diklasifikasian sebagai property investasi. Contoh property investasi menurut IAS 40 adalah : 1. Tanah yang dimiliki untuk apresiasi modal jangka panjang daripada untuk dijual dalam jangka pendek dalam kegiatan usaha sehari-hari 2. 3. Tanah yang dimiliki saat ini penggunaanya dimasa depan untuk dijual Suatu bangunan yang dimiliki oleh entitas dan disewakan melalui satu atau lebih sewa operasi 4. Suatu bangunan yang kosong/belum terpakai, tetapi dimiliki untuk disewakan melalui satu atau lebih sewa operasi 5. Properti yang dibangun atau dikembangkan untuk penggunaan masa dating sebagai property investasi Pengukuran property investasi Pengukuran awal atas dasar harga perolehan yang memperkirakan nilai wajar ketika akuisisi. Harga perolehan (cost) meliputi harga beli dan segala biaya yang diperlukan untuk menyiapkan asset yang dimaksud untuk digunakan termasuk, tetapi tidak terbatas kepada biaya legal dan pajak real estate. Setelah akuisisi, IAS 40 mengizinkan entitas menilai property investasi menurut harga perolehannya dikurangi dengan akumulasi depresiasi dan penurunan nilai atau atas dasar nilai wajar. Pihak yang menyewa suatu property melalui sewa pembiayaan diharuskan hanya menggunakan pendekatan nilai wajar. Transfer ke dan dari property investasi

IAS 40 mengizinkan transfer dari property investasi dari dan ke jenis asset lainnya, seperti persediaan atau asset pabrik bilamana dan hanya jika ada bukti bahwa terdapat perubahan penggunaan asset tersebut. Transfer mungkin termasuk salah satu dari situasi berikut : 1. Dari property investasi ke persediaan jika maksud dan tujuan berubah menjadi untuk menjual asset tersebut 2. 3. Dari persediaan ke property investasi jika asset disewakan menurut perjanjian sewa operasi Dari property investasi ke property yang ditempati sendiri oleh pemilik jika perusahaan menempati property tersebut Penghentian / pelepasan Property investasi mungkin untuk dihentikan ( dijual atau disewakan) atau tidak diakui (dilepaskan). Jika hal itu terjadi, perusahaan diharuskan membukukan keuntungan atau kerugian atas penghentian atau pelepasan dalam laporan laba rugi. Jika ada asset yang dijual, maka selisih antara harga jual dan jumlah yang tercatat dari property akan memperoleh keuntungan atau kerugian dan harus diakui segera dalam laporan laba rugi. Pengungkapan IAS 40 mengharuskan pengungkapan ekstentif dalam kaitannya dengan property investasi. Pendeknya, entitas harus mengungkapkan apakah menggunakan metode harga perolehan atau metode nilai wajar. Metode nilai wajar dan harga perolehan Suatu entitas harus mengungkapkan : 1. 2. Apakah entitas menerapkan model harga perolehan (cost) atau model nilai wajar (fair value) Seandainya model nilai wajar yang diterapkan, apakah dan menurut kondisi apa suatu kepentingan property yang dimiliki menurut sewa klasifikasikan diklasifikasikan dan dicatat sebagai property investasi 3. Jika klasifikasi sulit dilakukan, maka kriteria yang digunakan dalam menentukan property investasi, pemilik property yang ditempati dan property yang dimiliki untuk dilepaskan dalam kegiatan bisnis normal

4.

Metode yang digunakan dan asumsi signifikan yang dibuat dalam menentukan nilai wajar yang meliputi suatu laporan apakah penentuan nilai wajar didukung dengan bukti pasar atau lebih cenderung ke factor lainnya

5.

Sebatas mana nilai wajar didasarkan pada penilaian oleh seorang penilai independen dan berkualifikasi

6.

Jumlah yang diakui dalam laporan laba rugi a. Pendapatan sewa dari property investasi

b. Beban operasi langsung yang menghasilkan pendapatan sewa c. Beban operasi langsung yang tidak menghasilkan pendapatan sewa

d. Kumulatif perubahan dalam nilai wajar yang yang diakui dalam laporan laba rugi atas penjualan property investasi dari sekelompok asset dimana model nilai wajar digunakan 7. Eksistensi dan jumlah pembatasan atas realisasi property investasi atau untuk pengiriman pendapatan dan hasil dari asset yang dilepaskan 8. Liabilitas kontraktual untuk membeli, membangun, atau mengembangkan property investasi atau untuk perbaikan, pemeliharaan, atau peningkatan. Model nilai wajar Jika entitas menetapkan nilai wajar, maka juga harus mengungkapkan suatu rekonsiliasi nilai tercatat awal dan akhir dari property investasi yang memperlihatkan : 1. Tambahan yang memperlihatkan akuisisi yang terpisah, pengeluaran berikut, dan tambahan melalui penggabungan badan usaha 2. 3. 4. Asset yang diklasifikasikan sebagai yang dikuasai/dimiliki untuk dijual menurut IFRS 5 Keuntungan atau kerugian bersih dari penyesuaian nilai wajar Selisih kurs neto yang timbul dari transaksi laporan keuangan di dalam suatu mata uang pelaporan yang berbeda 5. 6. Transfer kepada dan dari persediaan dan pemilik property yang ditempati Perubahan lain-lain

Metode harga perolehan Property investasi yang diukur menurut model harga perolehan, maka suatu entitas harus mengungkapkan :

1. 2. 3.

Metode depresiasi yang digunakan Masa manfaat atau tingkat depresiasi yang digunakan Rekonsiliasi jumlah kotor yang tercatat awal dan akhir dan akumulasi penyusutan dan kerugian karena penurunan nilai

4. 5. 6. 7. 8. 9.

Asset yang diklasifikasikan sebagai yang dimiliki untuk dijual menurut IFRS 5 Depresiasi Rugi karena penurunan nilai yang diakui dan dijurnal balik Selisih kurs netto Transfer ke dan dari persediaan dan pemilik property yang ditempati Perubahan lain-lain

Asset tidak berwujud Pendahuluan IAS 38 menguraikan perlakuan akuntansi untuk asset tidak berwujud yang tidak berhubungan dengan standar lain secara khusus. IAS 38 mengharuskan suatu entitas untuk mengakui asset tidak berwujud jika criteria tertentu terpenuhi. Asset tidak berwujud Tiga atribut penting dari suatu asset tak berwujud adalah : 1. Dapat diitentifikasi Asset tak berwujud dapat diidentifikasi jika : a. Dapat dipisahkan (dapat dipisahkan dan dijual, ditransfer, dilisensikan, disewakan,

atau dipertukarkan, atau secara individual atau sebagai bagian dari suatu paket) b. Timbul dari hak kontraktual atau hak legal lainnya tanpa memandang hak tersebut dapat ditransfer atau dipisahkan dari entitas atau dari hak dan liabilitas lainnya 2. Pengendalian Suatu entitas mengendalikan suatu asset jika daya untuk memperoleh manfaat ekonomis di masa depan mengalir dari sumber daya yang mendasari dan membatasi akses akses lainnya kepada manfaat tersebut. 3. Manfaat ekonomis masa depan

Manfaat ekonomis masa depan yang mengalir dari suatu asset tak berwujud meliputi : a. Pendapatan dari penjualan barang/jasa

b. Penghematan biaya c. Manfaat lainnya yang diakibatkan dari penggunaan asset oleh entitas

Pengakuan IAS 38 menetapkan suatu entitas untuk mengakui suatu aset tidak berwujud, apakah dibeli atau diciptakan sendiri (menurut biaya perolehannya), jika : 1. Dimungkinkan bahwa manfaat ekonomis di masa yang akan dating dapat diatribusikan kepada asset yang akan mengalir ke dalam entitas 2. Biaya perolehan asset yang dapat diukur secara andal

Goodwill, merek, kepala surat kabar, judul penerbitan, dan pos yang sejenis dalam substansi yang secara internal dihasilkan tidak boleh diakui sebagai asset tidak berwujud menurut standar ini. Pos-pos berikut harus dibebankan sebagai beban jika terjadi : 1. 2. 3. 4. Biaya awal, pra-pembukuan dan pra-operasi Biaya pelatihan Biaya iklan dan promosi Biaya relokasi dan biaya reorganisasi

Pengakuan awal untuk biaya riset dan pengembangan Semua biaya riset harus dibebankan. Biaya pengembangan dikapitalisasi hanya setelah kalayakan secara teknis dan komersil dari asset untuk dijual atau digunakan telah diterapkan. IAS 38 tidak memperbolehkan suatu entitas dari memulihkan suatu asset tidak berwujud pada suatu tanggal kemudian jika telah dibebankan sebagai beban. Pengukuran awal Aset tidak berwujud awalnya diukur atas dasar biaya perolehan Pengukuran setelah akuisisi

Suatu entitas harus memilih model biaya perolehan atau model revaluasi untuk setiap kelompok asset tak berwujud 1. Model biaya perolehan. Setelah pengakuan awal, asset tidak berwujud harus dicatat atas dasar biaya perolehan dikurang dengan amortisasi dan rugi karena penurunan nilai 2. Model revaluasi. Asset tidak berwujud dicatat atas dasar suatu jumlah yang direvaluasi (nilai wajar) dikurangi dengan amortisasi dan rugi karena penurunan nilai, hanya jika nilai wajar dapat ditentukan melalui referensi suatu pasar yang aktif Asset tidak berwujud dengan masa manfaat terbatas Biaya perolehan dikurang dengan nilai residu dari asset tidak berwujud dengan masa manfaat terbatas harus diamortisasi atas dasar sistematis selama masa hidupnya 1. 2. Metode amortisasi harus mencerminkan pola manfaat Jika pola secara andal tidak dapat ditentukan, maka asset harus diamortisasi dengan metode garis lurus 3. Beban amortisasi diakui dalam laporan laba rugi komprehensif, kecuali IFRS lainnya mengharuskan bahwa hal tersebut termasuk biaya perolehan asset lainnya 4. Periode amortisasi harus dikaji ulang setiap tahun

Asset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas Suatu asset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas tidak boleh diamortisasi. Masa manfaatnya harus dikaji ulang setiap periode untuk menetapkan apakah kondisi terus mendukung penilaian masa hidupnya yang tidak terbatas untuk asset tersebut.

Pengeluaran setelah pembelian asset tidak berwujud Pengeluaran berikut atas asset tidak berwujud setelah pembelian atau penyelesaiannya harus diakui sebagai beban pada saat terjadi, kecuali dimungkinkan bahwa pengeluaran ini akan menjadikan asset untuk menghasilkan manfaat ekonomis masa depan yang berkelebihan dari standar kinerja orisinil yang dinilai dan pengeluaran secara andal dapat diukur dan diatribusikan kepada asset.

Pengungkapan Untuk setiap kelompok asset tidak berwujun, membedakan antara asset tidak berwujud yang dihasilkan secara internal dan asset tidak berwujud lainnya, maka harus diungkapkan : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Masa manfaat atau tingkat amortisasi, jika masa manfaat terbatas Metode amortisasi Jumlah yang tercatat kotor Akumulasi amortisasi dan rugi karena penurunan nilai Baris pos di dalam laporan laba rugi dimana amortisasi dimasukkan Rekonsiliasi jumlah yang tercatat pada awal dan akhir periode memperlihatkan : a. Tambahan (kombinasi bisnis secara terpisah)

b. Asset yang dimiliki untuk dijual c. Penghentian dan pelepasan lainnya revaluasi

d. Penurunan nilai e. f. Kebalikan dari penurunan nilai Amortisasi

g. Selisih mata uang asing 7. 8. 9. Dasar untuk menetapkan bahwa asset tak berwujud mempunyai masa manfaat tidak terbatas Pengungkapan asset tak berwujud yang dibeli dengan car hibah dari pemerintah Informasi mengenai asset tak berwujud yang memiliki hak dibatasi

10. Komitmen untuk membeli asset tak berwujud

ASET TIDAK LANCAR YANG DIMILIKI UNTUK DIJUAL DAN OPERASI YANG DIHENTIKAN Pendahuluan IFRS 5 mengharuskan perusahaan-perusahaan untuk melakukan klasifikasi asset tidak lancarnya dalam laporan keuangan menjadi dimiliki untuk dijual, atau pelepasan kelompok asset perusahaan jika manajemen memutuskan untuk menjual asset tersebut dalam satu tahun.

Ruang lingkup IFRS 5 menangani asset tidak lancar yang terbanyak. Namun, standar ini tidak memasukkan asset tertentu dari ruang lingkupnya. Asset yang ridak dimasukkan, diklasifikasikan menjadi dua kategori utama, yaitu : 1. Asset tidak lancar yang telah dinilai pada nilai wajar dengan perubahan nilai wajar yang dibukukan di dalam laba atau rugi 2. Asset untuk mana terdapat kendala dalam menentukan nilai wajarnya

Saat dilakukan reklasifikasi Saat kondisi berikut terpenuhi, IFRS mengharuskan perusahaan-perusahaan untuk melakukan reklasifikasi asset sebagai asset yang dimiliki untuk dijual atau sebagai kelompok asset yang dilepaskan : 1. Suatu asset tidak lancar atau kelompok asset yang dilepaskan harus tersedia untuk penjualan segera dan penjualan harus mempunyai kemungkinan tinggi untuk direalisasikan 2. Untuk asset yang sudah tersedia untuk dijual segera, maka tindakan yang diperlukan untuk menyelesaikan penjualan tersebut, harus dilakukan atau mustahil untuk dibatalkan 3. 4. Penjualan harus terjadi dalam waktu satu tahun dari tanggal dimulai pengklasifikasian Jika penjualan tidak diselesaikan dalam satu tahun, maka asset tersebut harus diklasifikasikan sebagai yang dimiliki untuk dijual jika telah terpenuhi : a. Entitas berkomitmen untuk menjual asset tidak lancar, tetapi kondisi dipaksakan oleh pihak lain yang menyebabkan penjualan tidak selesai sehingga komitmen pembelian perusahaan dilakukan. b. Komitmen pembelian perusahaan harus dilakukan,tetapi kondisi yang tidak

diharapkan, dipaksakan oleh pembeli asset tidak lancar tersebut c. Asset tidak dijual karena keadaan yang tidak memungkinkan muncul

Asset yang dimiliki untuk dijual Jika perusahaan memutuskan untuk menjual asset tidak lancar dalam waktu satu tahun atau kurang, maka IFRS 5 mengharuskan perusahaan untuk melakukan reklasifikasi asset sebagai dimiliki untuk dijual.

Kelompok asset yang dilepaskan (dijual) IFRS 5 mendefinisikan sekelompok asset yang dilepaskan sebagai asset yang harus dijual bersamasama sebagai suatu kelompok di dalam suatu transaksi tunggal Operasi yang dihentikan (discounted operations) Beberapa kelompok asset yang dilepaskan harus diklasifikasi sebagai operasi yang dihentikan jika memenuhi criteria tertentu dan operasi perusahaan mengalami kerugian berulang-ulang serta perusahaan berniat untuk keluar bersama dari lini bisnis atau lokasi geografis utama Pengukuran asset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual atau kelompok asset yang dilepaskan 1. Suatu asset harus diukur sesuai dengan Standar Pelaporan Keuangan Internasional yang berlaku sebelum klasifikasi sebagai yang dimiliki untuk dijual 2. Asset tidak lancar diklasifikasikan sebagai kelompok asset yang dilepaskan atau dimiliki untuk dijual diukur atas dasar mana yang lebih rendah antara jumlah yang tercatat dengan nilai wajar dikurang dengan biaya untuk menjual 3. Biaya untuk menjual diukur pada nilai sekarang jika penjualan diharapkan terjadi setelah satu tahun 4. 5. Kerugian karena penurunan nilai dicerminkan sebagai laba atau rugi atas penurunan awal Kenaikan berikutnya dalam nilai wajar dikurangi dengan biaya untuk menjual asset diakui dalam laba rugi hingga sebatas tidak melebihi kerugian karena penurunan nilai kumulatif (IAS 36) 6. Asset tidak lancar atau kelompok asset yang dilepaskan sebagai dimiliki untuk dijual tidak boleh disusutkan Perubahan dalam klasifikasi dari yang dimiliki untuk dijual Manajemen dapat memutuskan untuk mengubah klasifikasi suatu asset yang dimiliki untuk dijual karena kondisi yang membuat manajemen merubah rencananya untuk menjual asset yang bersangkutan. Pengungkapan IFRS 5 mengharuskan pengungkapan berikut :

1.

Asset tidak lancar dan kelompok asset dan liabilitas yang dilepaskan harus diungkapkan secara terpisah pada laporan posisi keuangan

2.

Pengungkapan juga harus meliputi keterangan asset tidak lancar dari suatu kelompok asset yang dilepaskan, keterangan mengenai fakta dan kondisi penjualan, dan harapan cara dan waktu pelepasan tersebut

3.

Setiap keuntungan atau kerugian yang timbul dari pengakuan kembali asset yang dimiliki untuk dijual atau asset yang dilepaskan harus dilaporkan dalam laporan pendapatan komprehensif di dalam laba atau rugi dari operasi yang berkelanjutan

4.

Setiap keuntungan atau kerugian atas operasi yang dihentikan harus dilaporkan sebagai pos tunggal, bersih dari pajak, serta catatan atas pengungkapan pendapatan dan beban yang timbul dari operasi yang dihentikan.

Anda mungkin juga menyukai