Anda di halaman 1dari 24

Vicka Levia Renny Anggraeni William Wibowo Firsandi P.F Alvita Ratnasari Pembimbing : dr. Edhiwan Prasetya, Sp.

PD

Sel goblet berfungsi untuk memproduksi mucus atau lendir untuk menjaga lapisan terluar sel agar tidak rusak karena enzim pepsin dan asam lambung.

Sel parietal berfungsi untuk memproduksi asam lambung (Hydrochloric acid) yang berguna dalam pengaktifan enzim pepsin.

Di lapisan mukosa terdapat 3 jenis sel

Sel chief berfungsi untuk memproduksi pepsinogen, yaitu enzim pepsin dalam bentuk tidak aktif. agar enzim tsb tidak mencerna protein yang dimiliki oleh sel tersebut yang dapat menyebabkan kematian pada sel tersebut.

Sefalik

sepenuhnya melalui saraf. Stimulasi nervus vagus asetilkolin dibebaskan menyebabkan stimulus langsung pada sel parietal dan sel epitel serta akan membebaskan gastrin dari sel G antrum., histamine juga ikut berperan.gastrin dapat bekerja.

Sekresi asam lambung

Gastrik

Sekresi getah lambung oleh makanan yang masuk kedalam lambung. menimbulkan refleks kolinergik local dan pembebasan gastrin. Jika pH turun dibawah 3, pembebasan gastrin akan dihambat.

Intestinal

mula-mula akan terjadi peningkatan dan kemudian akan diikuti dengan penurunan sekresi getah lambung. Jika kim yang asam masuk ke usus duabelas jari akan dibebaskan sekretin Ini akan menekan sekresi asam klorida dan merangsang pengeluaran pepsinogen.

nyeri akut, kronis, atau berulang atau ketidaknyamanan yang berpusat di abdomen bagian atas.

perasaan negatif subjektif yg dapat menggabungkan berbagai gejala termasuk cepat kenyang atau rasa penuh pada perut bagian atas.

Indonesia penyebab dispepsi adalah 86 % dispepsia fungsional, 13 % ulkus dan 1 % disebabkan oleh kanker lambung.
usia 45 tahun ke atas sering ditemukan kasus keganasan, sedangkan dispepsia fungsional diatas 20 tahun.

wanita > laki-laki Pada ulkus peptik perbandingan laki-laki dan wanita 2 : 1. Dari keseluruhan dyspepsia: 40% mempunyai penyebab organik 12-15% dyspepsia fungsional Gejala dyspepsia 40-70% keluhan gastrointestinal

Dispepsia organik Bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya. E/: esofagitis, ulkus peptikum, striktura esophagus jinak, keganasan saluran cerna bagian atas, iskemia usus kronik, dan penyakit pankreatobilier.

Dispepsia non organik


Bila tidak jelas

penyebabnya. Berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, dan endoskopi setelah 3 bulan dengan gejala dispepsia

Etiologi dispepsia Esofago gastro duodenal Tukak peptik, gastritis kronis, gastritis NSAID, keganasan Antiinflamasi non steroid, teofilin, digitalis, antibiotik

Obat-obatan

Hepatobilier

Hepatitis, Kolesistitis, Kolelitiasis, Keganasan, Disfungsi sfinkter Oddi


Pankreatitis, keganasan Diabetes mellitus, penyakit tiroid, gagal ginjal, kehamilan, penyakit jantung koroner / iskemik Dispepsia fungsional, irritable bowel syndrome

Pankreas Penyakit sistemik lain

Gangguan fungsional

Dispepsia fungsional Hipersensitivitas viseral Gangguan motilitas Perubahan sekresi asam Infeksi kuman Helicobacter pylori Stress Gangguan dan kelainan psikologis Predisposisi genetik

Sekresi asam lambung Infeksi Helicobacter pylori

Tekanan tinggi intragaster refluks acid / non-acid Kontroversial pada dyspepsia fungsional Pola makan yang terganggu, intoleransi makanan : fatty, spicy, alkohol,coklat, merica, citrus fruits, ikan

Faktor Diet

Gangguan akomodasi lambung

Gangguan relaksasi fundus gaster saat akomodasi makanan Hyperalgesia stimuli mekanis, kimia, nutrisi
Korelasi dengan stress, korelasi dengan kelainan psikiatri dan tipe kepribadian

Hipersensitivitas lambung

Faktor psikososial

Ulcer like dyspepsia Bila nyeri ulu hati yang dominan dan disertai nyeri pada malam hari, seperti terbakar, nyeri di epigastrium terutama saat lapar/epigastric hunger pain yang reda dengan pemberian makanan, antasida dan obat antisekresi asam dikategorikan sebagai dispepsia fungsional tipe seperti ulkus

Dismotility like dyspepsiaBila kembung, mual, cepet kenyang merupakan keluhan yang paling sering dikemukakan, dikategorikan sebagai dispepsia fungsional tipe seperti dismotilitas

Dispepsia non-spesifikBila tidak ada keluhan yang bersifat dominan.

Pada anamnesis tiga kelompok besar pola dispepsia

Perlu diperhatikan adanya Alarm sign


Umur 45 tahun (onset baru) Perdarahan dari rektal atau melena Penurunan berat badan >10% Anoreksia Muntah yang persisten Anemia atau perdarahan Massa di abdomen atau limfadenopati Disfagia yang progresif atau odinofagia Riwayat keluarga keganasan saluran cerna bagian atas Riwayat keganasan atau operasi saluran cerna sebelumnya Riwayat ulkus peptikum Kuning (Jaundice)

Darah lengkap,lipase dan amylase,fungsi hati . Foto seri sinar-X Barium Meal Test Endoskopi Test non-invasif untuk mendeteksi infeksi Helicobakter

Pylori dengan IgG serologik atau Urea Breath Test USG dan CT Scan jika ada kelainan pada empedu / pankreas Feses

Antasida

kalsium karbonat, alumunium hidroksida, magnesium hidroksida Penghambat asam (H2 blocker) (membantu mengurangi jumlah asam lambung yang diproduksi) ranitidin, cimetidin,dll PPI (Proton Pump Inhibitor) (menghentikan produksi asam lambung dan menghambat H.pylori ) omeprazole, lanzoprazole, dll Mucosal protecting agent bismuth, sukralfat Cytoprotective agents (melindungi jaringan mukosa lambung dan usus halus) sucraflate, misoprostol Antiansietas Diazepam dan Cholordiazepoxide Obat prokinetik (mencegah refluks dan memperbaiki bersihan asam lambung (acid clearance)) Metoklopropamid, Domperidone
(Antasid akan menetralisir sekresi asam lambung)

Antibiotik (untuk infeksi Helicobacter pylori membantu mengurangi simptom)

kombinasi antibiotik seperti amoxicillin, clarithromycin, metronidazole, dan tetracycline.

Urutan prioitas 1. PPI + Amoksisilin + Klaritromisin 2. PPI + Metronidazol + Klaritromisin 3. PPI + Metronidazol + Tetrasiklin

Pengobatan dilakukan selama 1 minggu


Dosis 1. PPI Omeprazole2x20mg 2. Amoksisilin 2x1000 mg/hari 3. Klaritromisin 2x500 mg/hari 4. Metronidazol 3x500 mg/hari 5. Tetrasiklin 4x250 mg/hari

Urutan prioritas

Collodial bismuth subcitrate + PPI + Amoksisilin + Klaritromisin 2. Collodial bismuth subcitrate + PPI + Metronidazole + Klaritromisin 3. Collodial bismuth subcitrate + PPI + Metronidazole + Tetrasiklin Pengobatan dilakukan selama 1 minggu
1.

Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama

makanan yang pedas, asam, gorengan atau berlemak. Hindari alkohol. Jangan merokok. Lakukan olah raga secara teratur. Kendalikan stress. Ganti obat penghilang nyeri.

Umumnya baik, tergantung pada beratnya penyakit

dan penanganan yang cepat. Prognosis pada kasus yang telah mengalami perforasi umumnya buruk.

Anda mungkin juga menyukai