Anda di halaman 1dari 29

Steven Alexander G T 102010288/A1

Amnamnesis Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Fisik

Identitas pasien Riwayat penyakit sekarang Riwayat penyakit dahulu Riwayat kesehatan keluarga Riwayat pribadi, sosial-ekonomi-budaya

Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium meliputi kadar hemoglobin, kadar hematokrit, jumlah trombosit, dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relatif disertai gambaran limfosit plasma biru Trombositopenia pada hari ke 3-8 Hemokonsentrasi hari ke 3

Keadaan umum dan tanda-tanda vital : Adanya penurunan kesadaran, kejang dan kelemahan; suhu tinggi; nadi cepat,lemah,kecil sampai tidak teraba;tekanan darah menurun (sistolok menurun sampai 80 mmHg atau kurang). Body system
Pernapasan (B1 : Breathing) Cardiovaskuler (B2 : Bleeding) Persarafan (B3: Brain) Perkemihan Eliminasi Uri (B4: Bladder) Pencernaan Eliminasi Alvi (B5: Bowel) Tulang otot integumen (B6: Bone)

Demam dengue dan demam berdarah dengue (DHF) disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4x106 . Envelope virus mengandung dua glikoprotein. Beberapa flavivirus ditularkan ke hewan vertebra melalui vektor nyamuk dan juga kutu dan juga ada yang ditularkan melalui vektor kelelawar dan tikus

Genome RNA dari flavivirus adalah sense postive. Prekusor protein dihasilkan dari genome mRNA dalam replikasi virus dimana dipisahkan oleh protease virus dan host. Flavivirus bereplikasi di sitoplasma dan pembentukan kembali partikel-partikel terjadi di interseluler. Proliferasi di dalam intraseluluer membran adalah salah satu karakteristik dari flavivirus

Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN2, DEN-3, dan DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue. Keempat serotype ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotype terbanyak. Terdapat reaksi silang antara serotipe dengue dengan Flavivirus lain seperti Yellow Fever, Japanese enchepalitis, dan West Nile Virus.

Vektor utama DHF adalah nyamuk kebun yang disebut Aedes aegypti, sedangkan vektor potensialnya adalah Aedes albopictus. Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan nyamuk rumah, mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih terutama pada kakinya. Morfologinya khas yaitu mempunyai gambaran lita yang putih pada punggungnya. Tempat perindukan utama Aedes aegypti adalah tempat-tempat berisi air bersih yang berdekatan letaknya dengan rumah penduduk, biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari rumah. Aedes aegypti tersebar luas di seluruh Indonesia. Aedes aegypti memiliki umur yang pendek yaitau kira-kira sepuluh hari, tetapi dalam waktu ini Aedes aegypti dapat menularkan virus dengue yang masa inkubasinya antara 3-10 hari.

Demam berdarah dengue tersebar di wilayah tropis, dimana vektor nyamuk Aedes aegypti berkembang dengan pesat dan endemik. Wilayah tropis yang merupakan tempat terjadinya demam berdarah dengue adalah Asia Tenggara, Pasifik Barat, dan Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air

Demam berdarah dengue merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas pada anak di negara tropis dan subtropis. Sekitar 95% kasus DBD terjadi pada anak usia <15 tahun dan 5% terjadi pada bayi. Demam berdarah dengue masuk wilayah Indonesia tahun 1968. Kasus di Indonesia pertama kali di laporkan terjadi di Surabaya dan Jakarta dengan jumlah kematian sebanyak 24 orang. Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD terbesar terjadi pada tahun 1998, dengan Incidence Rate (IR) 35,19 per 100.000 penduduk dan CFR 2 %

Risiko terkenanya DBD sekitar 0.2% pada saat pertama kali terinfeksi oleh virus dengue. Ratio kematian DBD dapat mencapai 15% tetapi dapat ditekan hingga kurang dari 1% dengan pengobatan yang baik. Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vektor nyamuk genus aedes (terutrama A. Aegypti dan A. Albopticus).

Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi virus dengue yaitu;
Vektor, perkembangbiakan vektor, kebiasaan mengigit, kepadatan vektor di lingkungan, transportasi vektor dari satu tempat ke tempat lain. Pejamu (host), terdapatnya penderita di lingkungan/ keluarga, mobilisasi dan paparan terhadap nyamuk, usia dan jenis kelamin. Lingkungan: curah hujan, suhu, sanitasi, dan kepadatan penduduk.

Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan 2 atau lebih manifestasi klinik sebagai berikut :

Nyeri Kepala Nyeri retro-orbital Mialgia / artralgia ( nyeri pada sendi ) Ruam kulit Manifestasi perdarahan ( petekie atau uji bendung positif ) Leukopenia ( berkurang nya jumlah leukosit dalam darah di bawah 5000 / uL Dan pemeriksaan serologi dengue positif atau ditemukan pasien DBD yang sudah dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama

Berdasarkan kriteria WHO 1997, diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal ini terpenuhi: Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari biasanya bifasik. 2. Terdapat minimal 1 manifestasi perdarahan berikut: uji bendung positif; petekie, ekimosis, atau purpura; perdarahan mukosa; hematemesis dan melena ( keluar nya feses pekat dan gelap yang diwarnai oleh pigmen darah atau darah yang berubah / muntahan hitam ). 3. Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/ ml). 4. Terdapat minimal 1 tanda kebocoran plasma sbb:

Jadi perbedaan utama antara DD dan DBD adalah pada DBD ditemukan adanya kebocoran plasma.

Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai umur dan jenis kelamin. Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya. Tanda kebocoran plasma seperti: efusi pleura, asites, hipoproteinemia, hiponatremia.

Terdapat 4 derajat spektrum klinis DBD (WHO, 1997), yaitu: Derajat 1: Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan adalah uji torniquet. Derajat 2: Seperti derajat 1, disertai perdarahan spontan di kulit dan perdarahan lain. Derajat 3: Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut kulit dingin dan lembab, tampak gelisah. Derajat 4: Syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur.

Diagnosis banding perlu dipertimbangkan bilamana terdapat kesesuaian klinis dengan demam tifoid, campak, chikunguya, dan leptospirosis Selama fase akut penyakit, sulit untuk membedakan DBD dari demam dengue dan penyakit virus lain yang ditemukan di daerah tropis

Dengan Demam Chikungunya


Kriteria Durasi Demam 2-4 hari 5-7 hari > 7 hari Manifestasi Perdarahan Test Tourniket positif Petekie menyebar Pertemuan ruam petekie Epistaksis Perdarahan Gusi Melena / Hematemesis Hepatomegali Syok 83,9 46,5 10,1 18,9 1,5 11,8 90,0 35,2 77,4 31,3 0,0 12,5 0,0 0,0 75,0 0,0 23,6 59,0 17,4 62,5 31,2 6,3 DBD % Chikunguya %

Dengan Demam Tifoid Pada Demam Typhoid : Pada minggu pertama, gejala klinis serupa dengan gejala penyakit infeksi akut pada umumnya, yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk, epistaksis. Demam meningkat perlahanlahan, terutama pada sore hingga malam hari.

Dengan Leptospirosis :

Demam ringan atau tinggi yang umumnya bersifat remiten Nyeri kepala Menggigil Mialgia Mual, muntah dan anoreksia Nyeri kepala dapat berat, mirip yang terjadi pada infeksi dengue, disertai nyeri retro-orbital dan fotopobia. Nyeri otot terutama di daerah betis sehingga pasien sukar berjalan, punggung dan paha. Sklera ikterik (mata kuning) dan conjunctival suffusion (mata merah ) dan pembesaran kelenjar getah bening, limpa maupun hati.

Dengan Campak :

Campak disebabkan oleh paramiksovirus Penularan terjadi melalui percikan lendir dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita campak Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul. Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa nyeri tenggorokan, hidung meler, batuk, nyeri otot, demam, mata merah, fotofobia (rentan terhadap cahaya, silau). Sekitar 2-4 hari kemudian baru muncul bintik putih kecil di mulut bagian dalam (bintik Koplik). Ruam (kemerahan di kulit) yang terasa agak gatal muncul 3-5 hari setelah timbulnya gejala diatas

Dengan Anemia Aplastik :

Gejala yang muncul berdasarkan gambaran sumsum tulang tulang yang berupa aplasia sistem eriropoitik, granulopoitik dan trombopoitik, serta aktifitas relatif sistem limfopoitik dan sistem retikuloendotelial (SRE). Aplasia sistem eritropoitik dalam darah tepi akan terlihat sebagai retikulositopenia yang disertai dengan merendahnya kadar Hb, hematokrit dan hitung eritrosit serta MCV (mean corpuscular volume). Secara klinis anak tampak pucat dengan berbagai gejala anemia lainnya seperti anoreksia ( kehilangan nafsu makan ) , lemah, palpitasi ( denyut jantung cepat ), sesak karena gagal jantung dan sebagainya. Oleh karena sifatnya aplasia sistem hematopoitik, maka umumnya tidak ditemukan ikterus, pembesaran limpa , hepar maupun kelenjar getah bening.

Dengan Idiopatik Trombositopenik Purpura : ITP adalah suatu keadaan perdarahan berupa petekie atau ekimosis di kulit / selaput lendir dan berbagai jaringan dengan penurunan jumlah trombosit karena sebab yang tidak diketahui. (ITP pada anak tersering terjadi pada umur 2 8 tahun), lebih sering terjadi pada wanita. Gejala klinis :

Masa prodormal, keletihan, demam dan nyeri abdomen. Secara spontan timbul petekie dan ekimosis pada kulit. Epistaksis. Perdarahan mukosa mulut. Menoragia. Memar. Anemia terjadi jika banyak darah yang hilang karena perdarahan. Hematuria. Melena.

Demam berdarah dengue dapat menjadi fatal bila kebocoran plasma tidak dideteksi lebih dini. Namun, dengan manajemen medis yang baik yaitu monitoring trombosit dan hematokrit maka mortalitasnya dapat diturunkan. Jika trombosit <100.000/ul dan hematokrit meningkat waspadai DSS

Demam berdarah dengue dapat menimbulkan komplikasi ensefalopati, kegagalan fungsi hati,miokarditis, gagal ginjal akut, sindroma uremik akut dan DIC yang menyebabkan perdarahan massif. Komplikasi tersebut umumnya jarang terjadi

Lingkungan Metode lingkungan untuk mengendalikan perkembangbiakan vektor yakni dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN):
Menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu. Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali. Menutup dengan rapat tempat penampungan air. Mengubur kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah.

Biologis Metode kontrol biologi ditujukan untuk stadium larva dari vektor. Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik seperti Gambusia affinis dan Poecilia reticulate (ikan adu/ikan cupang), bakteri penghasil endotoksin (Bacills thuringiensis serotipe H-14 dan Bacillus sphaericus). Kimiawi, cara pengendalian ini antara lain:

Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu. Pengasapan secara luas digunakan dengan alasan harga. Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai