Diajukan untuk memenuhi tugas akhir tengah semester satu mata kuliah kewarganegaraan
A. PENDAHULUAN kebanyakan remaja atau anak sekolah, awal masuk jiwa & pikiran mereka masih suci, ketika sudah masuk di lingkungan mereka yang membuat "kotor", dan tawuran pelajar biasanya dikarenakan adanya provokator, provokator bisa dari temen sendiri, senior bahkan orang luar sekolah itu sendiri... jadi yang paling penting setiap individu jangan sampai terprovokator. Menurut kami tawuran antar pelajar adalah perbuatan yang tidak terpuji, karena dapat merusak fasilitas umum dan fasilitas yg terdapat di sekolah. Tawuran juga dapat merusak masa depan, karena jika tertangkap polisi
nama mereka yang tertangkap akan tercemar. Faktor-faktor penyebab munculnya kenakalan remaja, menurut Kumpfer dan Alvarado 1. Kurangnya sosialisasi dari orangtua ke anak mengenai nilai-nilai moral dan sosial. 2. Contoh perilaku yang ditampilkan orangtua (modeling) di rumah terhadap perilaku dan nilai-nilai anti-sosial. 3. Kurangnya pengawasan terhadap anak (baik aktivitas, pertemanan di sekolah ataupun di luar sekolah, dan lainnya). Kurangnya disiplin yang diterapkan orangtua pada anak. Rendahnya kualitas hubungan orangtua-anak. Tingginya konflik dan perilaku agresif yang terjadi dalam lingkungan keluarga. Kemiskinan dan kekerasan dalam lingkungan keluarga. Anak tinggal jauh dari orangtua dan tidak ada pengawasan dari figur otoritas lain. 9. Perbedaan budaya tempat tinggal anak, misalnya pindah ke kota lain atau lingkungan baru. 10. Adanya saudara kandung atau tiri yang menggunakan obat-obat terlarang atau melakukan kenakalan remaja. Faktor lingkungan atau teman sebaya yang kurang baik juga ikut memicu timbulnya perilaku yang tidak baik pada diri remaja. Sekolah yang kurang menerapkan aturan yang ketat juga membuat remaja menjadi semakin rentan terkena efek pergaulan yang tidak baik. Berikut merupakan cara-cara efektif untuk mencegah dan menghadapi kenakalan remaja. 1. Berikan batasan yang jelas
4. 5. 6. 7. 8.
Orangtua disarankan untuk memberikan batasan yang jelas mengenai perilaku apa yang benar-benar tidak boleh dilakukan oleh anak, misalnya membolos, menggunakan narkoba,dsb. 2. Berdiskusilah untuk tawar menawar Lakukan tawar menawar melalui diskusi mengenai perilaku lainnya yang dianggap berpotensi membuat anak menjadi nakal, seperti pulang malam, menginap / bahkan memilih pacar. 3. Biarkan anak menentukan standar moralnya sendiri Proses tawar-menawar akan merangsang anak untuk menentukan standar moralnya sendiri. Di sisi lain hal ini dapat membuat anak lebih menghormati orangtuanya karena telah diberikan kesempatan untuk menentukan pilihannya sendiri. 4. Aktif berkomunikasi dengan guru di sekolah Pengawasan dan pemantauan orangtua di rumah bisa dilengkapi dengan pengawasan dari guru di sekolah. Pemantauan terpadu ini akan memberikan banyak masukan yang menyeluruh bagi orangtua mengenai perilaku anaknya di luar rumah. 5. Tak Ada Kata Terlambat Menurut Faisal, tidak ada kata terlambat dalam menangani anak remaja yang terlihat 'melenceng'. Karena di usia ini teman adalah segalanya bagi anak, ia dapat dengan mudah terpengaruh oleh temanteman sebayanya.
B. PERMASALAHAN Menurut Mahfudz, "ospek" terhadap siswa baru memang dilakukan dengan cara melibatkan para junior menguji nyali dengan berkelahi. Kebanyakan siswa baru yang masih polos pun, kata Mahfudz terpaksa harus mengikuti perintah para senior termasuk alumnus yang kerap berkunjung ke sekolah. Menurut Mahfudz, terus berulangnya tawuran antar pelajar khususnya SMAN 6 karena faktor lingkungan termasuk pendidikan preventif yang kurang mengena. "SMAN 6 itu kan sekolah elit, isinya artis dan anak pejabat. Jadi ada rasa sungkan untuk melakukan
tindakan tegas dari pihak sekolah," pungkasnya. Salah satu alasan sering terjadinya tawuran, kata Mahfudz, karena lingkungan SMA 6 yang dikepung mal dan segala aktivitas yang mengganggu proses belajar mengajar. Faktor lain adalah solidaritas antarpelajar. Nah, sekolah dekat mal jelas masalah besar. Siswanya jadi tidak konsen belajar gara-gara hiruk pikuk mal. Salah siapa sampai bisa seperti ini? Kalau urusan ini, mungkin bisa diserahkan ke Dinas Tata Kota. Tapi, meminjam kata-kata dosen saya, apa-apa di Indonesia perlu amunisi, dan jika sudah ada, pasti kekurangan terus. Kata amunisi bisa berarti apa saja. Lanjut ke poin nomor 2. Solidaritas antar pelajar? Bagiku sama saja dengan ikut-ikutan. Untuk yang macam begini, pasti ada dalangnya. Saya tidak tahu mesti dibilang apa, tapi kalau dalam bahasa Bali, disebutnya penekek. Lebih lanjut, setelah quote di bawah. (Tawuran) itu bagian dari tradisi yang terus ditradisikan. Dulu semester pertama saya sudah dikondisikan tawuran dengan SMA 70, kata Ketua Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Mahfudz Siddiq di Kompleks DPR, Jakarta, Senin (19/9/2011). Jadi begini, para penekek angkatan sebelumnya pasti memiliki sentimen dengan siswa SMA 70. Karena cekcok terus dan mereka mau lulus, akhirnya mereka meneruskan tradisi itu kepada adik kelasnya. Eh, mungkin kata yang lebih tepat memaksakan. Ya, mereka memaksakan tradisi itu.
C. PERUMUSAN D. KESIMPULAN Mungkin solusi terbaiknya adalah dengan mencari akar-akar masalah dan menghabisinya. Yang jelas, pendidikan pembentukan karakter atau budi pekerti tidak akan membantu banyak karena hanya merupakan sekumpulan teori idealis yang tidak nyata. Sekarang, tinggal mencari siapa yang mau mencari akar-akarnya dan menghabisinya. Jangan suruh siswa, mereka mungkin tidak tahu siapa yang memulai tradisinya. Saat beginilah peran guru diperlukan untuk memutus lingkaran setan yang sudah tidak benar ini.
Seperti biasa, jika sebuah tradisi hanya diikuti saja tanpa pemahaman yang jelas, hanya akan menjadi sebuah kebiasaan buruk. Untuk masalah ini, harus dicari akarnya dan dimusnahkan agar tradisi salah ini tidak semakin menjadi-jadi. Itulah tugas guru-guru dan semua aparat yang terlibat. Sayangnya, kasihan guru-guru di Indonesia. Gaji mereka lumayan rendah jika dibandingkan guru di luar negeri, jadi boro-boro mikirin siswa, mereka jauh lebih memikirkan keuangan mereka. Selain itu, kadang guru hanya berpikir buat mengajar saja, bukan menjadi psikolog dan teman siswa. Jadi, untuk pemerintah, naikkan gaji guru dan pikirkan kesejahteraan mereka. Kalau bisa, potong gaji DPR dan alokasikan ke guru. Tapi, kira-kira pemerintah berani gak ya E. KEPUSTAKAAN http://news.okezone.com/read/2011/09/19/338/504446/sudahtradisi-tawuran-anak-artis-pejabat-di-sma-6 http://myquran.org/forum/index.php?topic=72174.60 http://megapolitan.kompas.com/read/2011/09/20/16453733/Kron ologi.Kericuhan.SMA.6.Jakarta.Versi.Polisi http://blog.tp.ac.id/fenomena-tawuran-antar-pelajar