Anda di halaman 1dari 8

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya (wikipedia). Rumah Sakit merupakan fasilitas sosial yang menunjang kesehatan masyarakat sehingga keberdaannya tidak dapat dipisahkan. Seiring dengan perkembangan jaman kini rumah sakit semakin banyak sehingga masyarakat mudah untuk mengaksesnya, tidak seperti jaman dahulu masyarakat sulit untuk mengakses rumah sakit karena keberadaannya yang terhitung jarang. Karena hal itu juga masalah pencemaran akibat limbah rumah sakit baik padat maupun cair sering menyebabkan konflik antara pihak rumah sakit dengan masyarakat yang ada di sekitarnya. KEPMENLH telah berupaya untuk menjaga kerusakan lingkungan akibat pencemaran, salah satunya pencemaran oleh limbah rumah sakit. Dengan diterbitkannya keputusan menteri nomor: KEP-58/MENKLH/12/1995 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit. Walaupun secara eksplisit KEPMENKLH tersebut tidak mengharuskan rumah sakit untuk mengolah limbah cair dengan pembuatan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), namun arahan yang diterima implementor (pelaksana) sebagaimana yang dilakukan pada industri dan hotel yaitu membangun IPAL secara ad hoc dengan teknologi end-of-pipe (http://journal.unair.ac.id). Limbah rumah sakit jika tidak ditangani dengan baik akan berdampak mengganggu kegiatan operasional dan menurunkan tingkat kesehatan masyarakat. Seperti yang kita ketahui bahwa limbah dari kegiatan medis adalah bekas yang telah mengalami paparan dengan bakteri, virus atau mikroorganisme lainnya dan memungkinkan berbagai penyakit bisa timbul (http://cousbravo.blogspot.com). Air limbah rumah sakit mengandung senyawa organik yang cukup tinggi juga kemungkinan mengandung senyawasenyawa kimia lain serta mikro-organisme patogen yang dapat menyebabkan penyakit terhadap masyarakat di sekitarnya. Oleh karena potensi dampak air limbah rumah sakit terhadap kesehatan masyarakat sangat besar, maka setiap rumah sakit diharuskan mengolah air limbahnya sampai memenuhi persyaratan standar yang berlaku (http://www.kelair.bppt.go.id). Namun kendala yang paling ditemui adalah teknologi pengolah limbah saat ini masih cukup mahal, umumnya sampai saat ini untuk rumah sakit tipe kecil masih membuang air limbahnya ke saluran umum atau badan air tanpa melakukan pengolahan sama sekali.

Gambar 1 : Diagram pengelolaan air limbah rumah saki

1.2 Karakteristik Limbah Rumah Sakit Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Apabila dibanding dengan kegiatan instansi lain, maka dapat dikatakan bahwa jenis sampah dan limbah rumah sakit dapat dikategorikan kompleks. Secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair. a. Limbah Klinis Limbah klinis adalah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi, veterinari, farmasi atau sejenis pengobatan, perawatan, penelitian atau pendidikan yang menggunakan bahan-bahan beracun, infeksius berbahaya atau bisa membahayakan kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu. Bentuk limbah klinis bermacam-macam dan berdasarkan potensi yang terkandung di dalamnya dapat dikelompokkan sebagai berikut: Limbah benda tajam Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol atau menusuk kulit seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas dan dapat menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan. Benda-benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radio raktif. Limbah infeksius Yaitu segala macam limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif) dan limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriiksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit menular. Limbah jaringan tubuh Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh, biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi. Limbah sitotoksik Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik. Limbah farmasi Berasal dari obat-obatan kadaluarsa, obat-obat yang terbuang karena batch uang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat-obat yang dibuang oleh pasien atau dibuang oleh masyarakat, obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh institusi yang bersangkutan dan limbah yang dihasilkan selama proses produksi. Limbah kimia Dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam tindakan medis, veterinari, laboratorium, prose sterilisasi, dan roset. Limbah radioaktif Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida. Limbah ini dapat berasal dari antara lain : tindakan kedokteran nuklir, radio-imunoassay dan bakteriologis; dapat berbentuk padat, cair atau gas.

b. Limbah non klinis Sering disebut juga limbah non medis yang berasal dari kantor/administrasi kertas, unit pelayanan (berupa karton, kaleng, botol), sampah dari ruang pasien, sisa administrasi kertas, sampah dapur (sisa makanan dll.). (http://cousbravo.blogspot.com)

BAB II PEMBAHASAN SURVEY


2.1 LOKASI SAMPLING Rumah Sakit Santo Yusup Jalan Cikutra No. 7, Cicadas, Bandung Timur Bandung, Jawa Barat 40124 2.2 PEMETAAN

Gb. 2 Lokasi Pengambilan Sampling

(http://maps.google.co.id)

2.3 Deskripsi Kegiatan Survey dan Penentuan Titik Pengambilan Sampling Survey dilakukan pada: Hari : Senin Tanggal : 1 Oktober 2012 Pukul : 10.00 - 10.53 WIB Lokasi : Rumah Sakit Santo Yusup Dalam pembuatan laporan ini untuk mencari data yang diperlukan, kami melakukan kegiatan survey ke Rumah Sakit Santo Yusup yang akan menjadi tempat pengambilan sampling dalam melakukan praktikum. Survey dilakukan pada hari Senin tanggal 1 Oktober 2012 pukul 10.00 WIB. Kegiatan survey ini dipandu oleh Bapak Hari yang bertugas mengelola IPAL di Rumah Sakit Santo Yusup tersebut. Pak Hari menjelaskan bahwa sistem IPAL yang beroperasi di RS tersebut menggunakan metode Biodetox. Biodetox adalah pegolahan air limbah secara aerob dengan menggunakan bakteri aerob. Dimana bakteri memerlukan oksigen untuk menguraikan air limbah tersebut. Air limbah yang masuk dalam IPAL biodetox ini bersumber dari limbah dapur rumah sakit, laboratorium rumah sakit, kamar rawat inap, kantor-kantor rumah sakit, kamar mandi dan ruang cuci rumah sakit. IPAL ini beroperasi selama 24 jam. Rumah Sakit Santo Yusup

menghasilkan limbah dengan debit rata-rata sebesar 90-100 m3/hari. Limbah yang berasal dari beberapa sumber limbah di RS Santo Yusuf mengalami peningkatan debit tertinggi pada pagi hari mewakili semua sumber yang ada (limbah tercampur), karena pada pagi hari sampai dengan pukul 10.00 WIB seluruh kegiatan di RS Santo Yusup dimulai dan hampir semua orang di dalamnya melakukan aktivitas. 2.3.1 Sistematika Pengolahan Air Limbah RS. Santo Yusup

Gb. 3 Sistematika Pengolahan Limbah Cair RS. Santo Yusup Bandung

Pada awalnya air limbah dari setiap penghasil limbah di RS. Santo Yusup dialirkan dan ditampung ke dalam influent chamber. Saat proses penyaluran ke influent chamber bahan padat masih dapat ikut masuk ke dalam sistem penyaluran menuju sistem pengolahan limbah. Bahan padat ini kemudian disaring melalui proses penyaringan dengan pompa yang kemudian disalurkan melalu pipa menjadi solid waste. Selanjutnya air limbah diolah ke dalam equalizing tank dimana air limbah yang belum tercampur homogen dari influent chamber dibuat menjadi homogen dan alirannya diatur dengan flow regulator yang menggunakan sistem radar. Flow regulator ini berfungsi sebagai pengendali fluktuasi kualitas air limbah yang tidak sama selama 24 jam. Jika debit air limbah yang dihasilkan sedikit, maka pompa yang ada di dalam equalizing tank akan memompa air limbah untuk kemudian dialirkan ke clarifier tank, tetapi jika debit air limbah melimpah maka akan diatur oleh flow regulator dengan dibantu oleh diffuser, air limbah dari berbagai sumber teraduk dan bercampur menjadi homogen. Diffuser juga dapat menghilangkan bau busuk pada air limbah. Di dalam clarifier tank terjadi pengendapan lumpur (sludge) yang dibersihkan atau dikuras dengan sistem pemompaan secara berkala selama 3 sampai dengan 6 bulan satu kali. Setelah itu limbah kemudian disalurkan melalui pipa atau mengalir sendiri (over flow) jika debit dalam jumlah banyak ke dalam buffer tank. Buffer tank berfungsi sebagai tanki pengalihan air limbah yang sudah tidak mengandung lumpur untuk kemudian masuk ke dalam tanki biodetox yang berisi bakteri. Dalam tanki ini terjadi pengolahan secara aerob. Air limbah di dekomposisikan oleh mikroorganisme menjadi bahan organik yang semakin lama semakin berkurang. Dalam hal ini bahan buangan organik diubah dan digunakan untuk perkembangan sel baru (protoplasma) serta diubah dalam bentuk bahan-bahan lainnya seperti CO2, H2O, dan ammonia. Massa dari protoplasma dan bahan organik baru yang dihasilkan, mengendap

bersama-sama dengan endapan dalam activated sludge (http://dwioktavia.wordpress.com). Pada tanki biodetox disuntikkan blowwer yang berfungsi untuk menambahkan O2 sebagai sumber energi bakteri aerob dalam proses biodetox agar bakteri tidak mati. Kemudian limbah disalurkan lagi ke chlorination tank dengan tujuan untuk mengendalikan jumlah populasi bakteri pada ambang yang tidak membahayakan. Air limbah kemudian diendapkan kembali di clarifier tank 2 untuk memisahkan endapan lumpur dengan air limbah. Kemudian air limbah masuk ke dalam treted water tank untuk dipompa kemudian dibuang ke Saluran Air Kotor Kota Bawah Tanah yang berakhir di IPAL Bojong Soang. 2.4 Penentuan Titik Sampling

Titik Sampling

Pengambilan titik sampling langsung di ambil dari outlet sebelum masuk ke saluran kota bawah tanah yang akan menuju ke IPAL bojong soang.

BAB III ALASAN PEMILIHAN RUMAH SAKIT SANTO YUSUF


Melakukan pemantauan terhadap kualitas air limbah yang dihasilkan Rumah Sakit Santo Yusup selama 2 semester masa kuliah dan mengetahui efisiensi instalasi pengolahan air limbah RS. Santo Yusup dengan metode biodetox.

BAB 4 STANDAR BAKU MUTU


Baku mutu yang sesuai untuk limbah cair yang dihasilkan oleh rumah sakit adalah Keputusan MenteriI Negara Lingkungan Hidup No. 58 TAHUN 1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit.

NOTES: SEBUTKAN ALASAN KENAPA PAKE PERATURAN ITU!!! NU JELAS! KADE HILAP

BAB 5 PENUTUP
Pemetaan badan air sangat diperlukan untuk mengetahui asal terjadinya pencemaran yang mempengaruhi kualitas air di badan air tersebut. Selain itu, bisa juga dilakukan rencana

tindakan preventif pada daerah tersebut jika kita telah mengetahui titik-titik yang menyebabkan pencemaran pada badan air. LAMPIRAN Isinya tentang photo masalah sama pencemaran apa aja yg masuk ke badan air. Atau tambahan buat lampiran dari peraturan yang dimasukin

Anda mungkin juga menyukai