Anda di halaman 1dari 34

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Ilmu mengenai kesehatan lingkungan diberi batasan sebagai ilmu yang mempelajari tentang dinamika hubungan interaktif antar kelompok penduduk atau masyarakat dengan segala macam perubahan komponen lingkungan hidup seperti spesies kehidupan, bahan, zat, atau kekuatan disekitar manusia yang menimbulkan ancaman, atau berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat serta berupaya mencari-cari upaya pencegahan. Tak hanya itu, kesehatan lingkungan juga terkadang di artikan sebagai suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang

keseimbangan ekologis yang dinamis antara manusia dan lingkungan untuk mendukung tercapainya realitas hidup manusia yang sehat, sejahtera, dan bahagia. Oleh karena itu, kesehatan lingkungan dianggap penting untuk dibahas, karena melalui pembahasan tentang kesehatan lingkungan kita akan mengetahui hal-hal seperti dibawah ini: - Mencegah penyakit - Memperpanjang harapan hidup - Meningkatkan kesehatan dan efisiensi masyarakat melalui usaha masyarakat yang terorganisir untuk :

a) Sanitasi lingkungan b) Pengendalian penyakit menular c) Pendidikan hygne perseorangan d) Mengorganisir pelayanan media dan perawatan agar dapat dilakukan, diagnosis dini, pengobatan pencegahan, serta e) Membangun mekanisme sosial sehingga setiap insan dapat menikmati standar kehidupan yang cukup baik untuk dapat memelihara kesehatan. Dengan demikian, setiap warga dapat menyadari halnya atas kehidupan yang sehat dan panjang.

1.2.

Rumusan Masalah 1. Sebutkan pengertian dan dasar-dasar kesehatan lingkungan? 2. Jelaskan indicator kesehatan lingkungan ! 3. Jelaskan bagaimana sanitasi lingkungan yang baik ! 4. Apa-apa saja masalah yang mempengaruhi kesehatan lingkungan ? 5. Jelaskan factor-faktor yang mempengaruhi K3 ! 6. Jelaskan program keselamatan kerja sebuah perusahaan ! 7. Jelaskan pengertian amdal dan sebutkan manfaatnya ! 8. Jelaskan bagaimana prosedur sebuah perusahaan untuk

mendapatkan amdal ! 9. Apa saja dampak yang ditimbbulkan oleh limbah industri ? 10. Bagaimana cara mengatasi efek industry ? 11. Jelaskan bagaimana cara mengidentifikasi bahaya dilingkungan kerja ! 12. Bagaimana cara mengevaluasi factor-faktor bahaya di lingkungan kerja !

1.3.

Tujuan Instruksional Umum Setelah pembelajaran modul ini selesai mahasiswa di harapkan dapat menjelaskan tentang kesehatan lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja.

1.4.

Tujuan Instruksional Khusus Setelah pembelajaran modul ini, mahasiswa diharapkan dapat : 1. Menjelaskan tentang problematika kesehatan lingkungan 2. Menjelaskan tentang indicator kesehatan lingkungan 3. Menjelaskan tentang environmental sanitasi yang benar 4. Menjelaskan mengenai dasar-dasar environmental health 5. Menjelaskan tentang pengaruh perkembangan social ekonomi terhadap perkembangan kesehatan lingkungan 6. Menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi keselamatan kerja dan kesehatan kerja dilingkungan kerja. 7. Mengidentifikasi bahaya dilingkungan kerja 8. Mengukur dan mengevaluasi factor-faktor bahaya dilingkungan kerja. 9. Menjelaskan cara yang aman dan sehat serta menetapkan pekerja sesuai dengan keahliannya. 10. Menjelaskan program keselamatan dan kesehatan kerja.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kesehatan lingkungan

2.1.1 Pengertian Kesehatan Lingkungan Pengertian kesehatan lingkungan sangat beragam, hal ini sangat tergantung dari latar belakang, sudut pandang masing-masing ahli yang membahasnya. Ada beberapa pengertian kesehatan lingkungan sebagai berikut. 1. WHO Expert Committee Kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungannya agar dapat menjamin sehat dari manusia.Keadaaan sehat disini adalah sehat fisik, mental dan sosial serta mampu berproduktivitas secara ekonomi.

2. Walter R. Lyn Kesehatan lingkungan adalah hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan yang berakibat atau mempengaruhi derajat kesehatan manusia.

3. Slamet Ryadi Kesehatan lingkungan adalah bagian integral ilmu kesehatan masyarakat dengan lingkungannya dalam keseimbangan ekologi dengan tujuan membina dan meningkatkan derajat kesehatan maupun kehidupan sehat yang optimal.

4. Numenklatur bidang kesehatan Kesehatan lingkungan adalah penerapan prinsip kesehatan dalam perubahan dan penyusunan sifat-sifat fisik,kimiawi, atau biologis dari lingkungan untuk kepentingan kesehatan, kenyamanan dan kesejahteraan manusia. 5. Anwar Daud Kesehatan lingkungan adalah semua aspek lingkungan yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

6. HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) Kesehatan lingkungan adalah Suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia. Dapat disimpulkan Pengertian Kesehatan Lingkungan adalah Upaya perlindungan, pengelolaan, dan modifikasi lingkungan yang diarahkan menuju keseimbangan ekologi pada tingkat kesejahteraan manusia yang semakin meningkat.

2.1.2 Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan Kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan merupakan hal yang essensial di samping masalah perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan faktor keturunan. Lingkungan memberikan kontribusi terbesar terhadap timbulnya masalah kesehatan masyarakat.

Ruang lingkup Kesehatan lingkungan adalah : a. Menurut WHO 1) Penyediaan Air Minum 2) Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran 3) Pembuangan Sampah Padat 4) Pengendalian Vektor 5) Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia 6) Higiene makanan, termasuk higiene susu 7) Pengendalian pencemaran udara 8) Pengendalian radiasi 9) Kesehatan kerja 10) Pengendalian kebisingan 11) Perumahan dan pemukiman 12) Aspek kesling dan transportasi udara 13) Perencanaan daerah dan perkotaan 14) Pencegahan kecelakaan 15) Rekreasi umum dan pariwisata 16) Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk. 17) Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.

b. Menurut UU No 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan (Pasal 22 ayat 3), ruang lingkup kesehatan lingkungan sebagai berikut : 1) Penyehatan Air dan Udara 2) Pengamanan Limbah padat/sampah 3) Pengamanan Limbah cair 4) Pengamanan limbah gas 5) Pengamanan radiasi 6) Pengamanan kebisingan

7) Pengamanan vektor penyakit 8) Penyehatan dan pengamanan lainnya : Misal Pasca bencana.

2.1.3 Sanitasi lingkungan yang baik Sanitasi lingkungan adalah Status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebaginya (Notoadmojo, 2003). Salah satu kebutuhan penting akan kesehatan lingkungan adalah masalah air bersih, persampahan dan sanitasi, yaitu kebutuhan akan air bersih, pengelolaan sampah yang setiap hari diproduksi oleh masyarakat serta pembuangan air limbah yang langsung dialirkan pada saluran/sungai. Hal tersebut menyebabkan pandangkalan saluran/sungai, tersumbatnya saluran/sungai karena sampah. Pada saat musim penghujan selalu terjadi banjir dan menimbulkan penyakit. Beberapa penyakit yang ditimbulkan oleh sanitasi yang kurang baik serta pembuangan sampah dan air limbah yang kurang baik diantaranya adalah: 1. Diare 2. Demam berdarah 3. Disentri 4. Hepatitis A 5. Kolera 6. Tiphus 7. Cacingan 8. Malaria

Jamban sendiri merupakan tempat penampung kotoran manusia yang sengaja dibuat untuk mengamankannya, dengan tujuan: 1. Mencegah terjadinya penyebaran langsung bahan-bahan yang berbahaya bagi manusia akibat pembuangan kotoran manusia. 2. Mencegah vektor pembawa untuk menyebarkan penyakit pada pemakai dan lingkungan sekitarnya

Lalat

yang

hinggap

disampah

dan

dipermukaan air limbah atau tikus selokan yang masuk kedalam saluran air limbah dapat membawa sejumlah kuman penyebab penyakit. Bila lalat atau tikus tersebut menyentuh makanan atau minuman maka besar kemungkinan orang yang menelan makanan dan minuman tersebut akan

menderita salah satu penyakit seperti yang tersebut diatas. Demikian pula dengan anak-anak kecil yang bermain atau orang dewasa yang bekerja didekat atau mengalami kontak langsung dengan air limbah dan sampah dapat terkena penyakit seperti yang tersebut diatas, terutama bila tidak membersihkan anggota badan terlebih dahulu. 1. Air limbah dapat dikelompokkan kedalam 2 bagian, yaitu: 2. Air bekas yang berasal dari bak atau lantai cuci piring atau peralatan rumah tangga, lantai cuci pakaian dan kamar mandi 3. Lumpur tinja yang berasal dari jamban atau water closet (WC) Tangki septic atau unit pengolahan air limbah terpusat diperlukan guna mengolah air limbah sebelum dibuang kesuatu badan air. Disamping untuk mencegah pencemaran termasuk diantaranya organisme penyebab penyakit, pengolahan air limbah dimaksudkan untuk mengurangi beban pencemaran atau menguraikan pencemar sehingga memenuhi persyaratan standar kualitas ketika dibuang kesuatu badan air penerima. Sampah dan air limbah mengandung berbagai macam unsur seperti gas-gas terlarut, zat-zat padat terlarut, minyak dan lemak serta mikroorganisme.

Mikroorganisme yang terkandung dalam sampah dan air limbah dapat berupa organisme pengurai dan penyebab penyakit. Penanganan sampah dan air limbah yang kurang baik seperti: 1. Pengaliran air limbah ke dalam saluran terbuka 2. Dinding dan dasar saluran yang rusak karena kurang terpelihara Pembuangan kotoran dan sampah kedalam saluran yang menyebabkan penyumbatan dan timbulnya genangan akan mempercepat berkembangbiaknya mikroorganisme atau kuman-kuman penyebab penyakit, serangga dan mamalia penyebar penyakit seperti lalat dan tikus.

Suatu badan air seperti sungai atau laut mempunyai kapasitas penguraian tertentu. Bila air limbah langsung dimasukkan begitu saja kedalam badan air tanpa dilakukan suatu proses pengolahan, maka suatu saat dapat menimbulkan terjadinya pencemaran lingkungan. Pencemaran tersebut berlangsung bila kapasitas penguraian limbah yang terdapat dalam badan air dilampaui sehingga badan air tersebut tidak mampu lagi melakukan proses pengolahan atau penguraian secara alamiah. Kondisi yang demikian dinamakan kondisi septik atau tercemar yang ditandai oleh: 1. Timbulnya bau busuk 2. Warna air yang gelap dan pekat 3. Banyaknya ikan dan organisme air lainnya yang mati atau mengapung.

Pola Hidup Bersih dan Sehat Hidup bersih dan sehat dapat diartikan sebagai hidup di lingkungan yang memiliki standar kebersihan dan kesehatan serta menjalankan pola/perilaku hidup bersih dan sehat. Lingkungan yang sehat dapat memberikan efek terhadap kualitas kesehatan. Kesehatan seseorang akan menjadi baik jika lingkungan yang ada di sekitarnya juga baik. Begitu juga sebaliknya, kesehatan seseorang akan menjadi buruk jika lingkungan yang ada di sekitarnya kurang baik. Dalam penerapan hidup bersih dan sehat dapat dimulai dengan mewujudkan lingkungan yang sehat. Lingkungan yang sehat memiliki ciri-ciri tempat tinggal (rumah) dan lingkungan sekitar rumah yang sehat.

10

2.1.4 Problematika Kesehatan Lingkungan Pencemaran lingkungan sebagian besar disebabkan oleh ulah manusia sendiri. Berdasarkan lingkungan yang mengalami pencemaran, secara garis besar pencemaran lingkungan dapat dikelompokkan menjadi pencemaran air, tanah, dan udara. Pencemaran pada tanah dan air biasanya terjadi pada areal perairan seperti laut, sungai, danau, air tanah, dan seterusnya. Sementara pencemaran pada tanah adalah pencemaran yang terjadi pada wilayah daratan. Prevalensi pencemaran air dan tanah berlangsung sangat massif sehingga membuat daya dukung alam sudah tidak mampu mengembalikan pada kondisi sediakala. Karena itu alam kehilangan kemampuan untuk memurnikan pencemaran yang telah terjadi. Pencemaran yang dominan dan memperparah kondisi pengrusakan lingkungan adalah sampah dan zat seperti sampah plastik, deterjen, DDT (Dikloro Difenil Trikloroetana) yang semuanya tidak ramah lingkungan.

Faktor-faktor penyebab pencemaran lingkungan pada tanah adalah: 1. Sampah buangan manusia dari pemukiman penduduk; 2. Zat kimia dari rumah penduduk, industry, pertanian, dan sebagainya; 3. Erosi karena curah hujan yang tinggi.

Sementara penyebab pencemaran pada air umumnya karena akibat dari penggunaan zat kimia pemberantas hama DDT, utamanya di pedesaan. DDT banyak digunakan oleh petani untuk memberantas hama yang menyerang tanaman pertanian. Sementara pencemaran udara terjadi bila pada lapisan udara mengandung unsur-unsur yang mengotori udara. Adapun bentuk pencemar udara berbagai macam jenisnya: ada yang berbentuk gas dan ada yang berbentuk partikel cair atau padat. Pencemar udara berbentuk gas adalah karbon monoksida, senyawa belerang (SO2 dan H2S), senyawa nitrogen (NO2), dan chloroflourocarbon (CFC).

11

Pencemar udara berbentuk partikel cair titik-titik air atau kabut sedang yang berbentuk padat berupa debu atau abu vulkanik.Secara teoritis, pencemaran udara dalam bentuk gas terjadi bila beberapa gas dengan jumlah melebihi batas toleransi lingkungan masuk ke lingkungan udara sehingga dapat mengganggu kehidupan makhluk hidup. Misalnya kadar CO2 yang terlampau tinggi di udara dapat menyebabkan suhu udara di permukaan bumi meningkat dan dapat mengganggu sistem pernapasan. Kadar gas CO lebih dari 100 ppm di dalam darah dapat merusak sistem saraf dan dapat menimbulkan kematian. Gas SO2 dan H2S dapat bergabung dengan partikel air dan menyebabkan hujan asam. Keracunan NO2 dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan, kelumpuhan, dan kematian. Sementara itu, CFC dapat menyebabkan rusaknya lapian ozon di atmosfer. Partikel yang mencemari udara dapat berasal dari pembakaran bensin. Bensin yang digunakan dalam kendaraan bermotor biasanya dicampur dengan senyawa timbal agar pembakarannya cepat mesin berjalan lebih sempurna. Timbal akan bereaki dengan klor dan brom membentuk partikel PbClBr. Partikel tersebut akan dihamburkan oleh kendaraan melalui knalpot ke udara sehingga akan mencemari udara.Sementara pencemaran udara yang berbentuk partikel cair berupa kabut dapat menyebabkan sesak napas jika terhiap ke dalam paru-paru. Bila dalam bentuk padat dapat berupa debu atau abu vulkanik merupakan sumber penyakit yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Selain debu dan abu vulkanik, partikel padat dapat juga berasal dari makhluk hidup, misalnya bakteri, spora, virus, serbuk sari, atau serangga-serangga yang telah mati. Selain itu, masalah produk rekayasa genetik masih kontroversi di seluruh dunia karena baik ilmuwan, pemerintah maupun pengembang produk rekayasa genetik belum bisa memastikan keamanan dan efek negatifnya bagi kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Jadi masyarakat hanya ditekankan prinsip kehati-hatian (precautionary principle) dalam menggunakan dan mengonsumsi produk rekayasa genetik.

12

2.2 Kesehatan dan Keselamatan LIngkungan ( K3 )

2.2.1 Pengertian Kesehatan dan Keselatan Kerja Pengertian K3 menurut beberapa pendapat para ahli, yaitu : 1. Mangkunegara (2002, p.163) Keselamatan dan kesehatan kerjaadalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur. 2. Sumamur (2001, p.104) keselamatan kerja merupakanrangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.

3. Simanjuntak (1994) Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja .

4. Menurut Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000, p.6) Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.

5. Jackson (1999, p. 222) Kesehatan dan Keselamatan Kerja menunjukkan kepada kondisi-kondisi

fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan.

13

Menurut Mangkunegara (2002, p.165) bahwa tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut: a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis. b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif mungkin. c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya. d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai. e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja. f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja. g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja

2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kesehatan dan Keselamatan Kerja Faktor Individu 1. Penggunaan miras dan alcohol dalam bekerja 2. Trauma insident hidup 3. Karateristik individu 4. Merokok 5. Responsibility ( Tanggung Jawab) Semaikin tinggi jabatan seorang karyawan dalam suatu perusahan, semakin besar pula tanggung jawab yang diembannya. Seorang CEO, sebagai pimpinan tertinggi dalam perusahaan, mengeban tanggung jawab paling besar terhadap kelangsugan usaha perusahan. Semakin tinggi tanggung jawab yang diemban oelh seorang, semakin tinggi pula proteksi yang diberikan oleh perusahaan.

14

6. Skill (Keahlian) Untuk kelangsungan usaha perusahaan, perusahaan membutuhkan karyawan yang memiliki keahlian khusus. Misalnya, untuk bidang informasi, perusahaan membutuhkan tenaga akhli dibidang informasi teckhnologi yang menguasai teknologi computer. Keahlian mereka sangat spesifik,sehingga untuk mempertahankan agar mereka tetap bekerja di perusahaan tersebut, perusahaan menerapkan program proteksi yang layak dan bahkan kadang kadang diatas rata rata yang mampuh diberikan pesaing. Program proteksi yang diterapkan kepada pekerja yang memiliki keahlian khusus akan lebih tinggi dibangingkan dengan pekerja yang tidak memerlukan keahlian khusus, misalnya pekerja administrasi 7. Mental Effort (kerja Otak / Mental) Karyawan yanglebih mengandalkan kemapuan kerja otak atu mental, misalnya analis, programmer, marketer, atau akuntan. Kelas pekerja seperti ini sering disebut dengan White Collar kelas pekerja ini biasanya memeperoleh tingkat proteksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas pekerja yang lebih mengandalkan kekuatan fisik (Blue Collar). 8. Physical Effort (Kemampuan Fisik) Karyawan yang lebih mengandalakan kekuatan fisik (Blue Collar), misalnya satuan pengaman (Satpam), petugas kebersihan atau pekerja bangunan. Biasanya proteksi yang diberikan oleh perusahaan kepada mereka lebih difokuskan dalam bentuk perlindungan atas keselamatan kerja. 9. Work Condition (Kondisi Kerja) Kondisi kerja yang diharapkan oleh pekerja untuk satu bidang industri sering kali berbeda. Sebagai contoh, kondisi kerja bagi pekerja dibidang

15

perminyakan, yang bekerja di lepas pantai akan berbeda dengan kondisi kerja di darat. Semakin berat kondisi kerja yang dihadapi oleh pekerja, semakin tinggi program proteksi yang diterapkan. Faktor Organisasi 1. Seleksi karyawan 2. Design peralatan 3. Absensi dan keselamatan 4. Komitmen managemen keselamatan 5. Pelatihan keselamatan 6. Government Rule (Peraturan Pemerintah) Pemerintah sebagai regulator biasanya membuat peraturan yang

mengharuskan pengusaha atau perusahaan untuk memberikan perlindungan yang memadai bagi pekerja. Sebagai contoh, pemerintah mengaharuskan perusahaan memberikan perlindungan bagi pekerja melalui jaminan asuransi tenaga kerja atu yang dikenal dengan jamsostek. Melalui jaminan asuransi tersebut, pekerja yang di PHK, pekerja yang mengalami kecelakaan selama bekerja, atau yang sakti akan memperoleh santunan yang layak dari pihak asuransi. Selain itu, pemerintah juga mewajibkan perusahaan untuk memberikan hak cuti bagi penyegaran fisik dan mental pekerja. 2.2.3 Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja Program kesehatan dan keselamatan kerja yang dimilik oleh suatu perusahaan yaitu salah satunya adalah 1. Jamsostek

16

Jaminan Sosial Tenaga Kerja ( Jamsostek ) adalah program publik yang memberikan perlindungan bagi tenaga kerja untuk mengatasi resiko sosial ekonomi tertentu yang penyelenggarannya menggunakan mekanisme asuransi sosial. Sebagai program publik, JAMSOSTEK memberikan hak dan membebani kewajiban secara pasti (compulsory) bagi pengusaha dan tenaga kerja berdasarkan Undang-Undang No. 3 tahun 1992, berupa santunan tunai dan pelayanan medis, sedang kewajibannya adalah membayar iuran. Program ini memberikan perlindungan bersifat dasar, untuk menjaga harkat dan martabat manusia jika mengalami resiko-resiko sosial ekonomi dengan pembiayaan yang terjangkau oleh pengusaha dan tenaga kerja. Resiko sosial ekonomi yang ditanggulangi oleh program tersebut terbatas saat terjadi peristiwa kecelakaan, sakit, hamil, bersalin, cacad, hari tua dan meninggal dunia, yang mengakibatkan berkurangnya atau terputusnya penghasilan tenaga kerja atau membutuhkan perawatan medis Dasar Hukum : Program JAMSOSTEK kepesertaannya diatus secara wajib melalui Undang-Undang No. 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, sedangkan pelaksanaannya dituangkan dalam Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 1993, Keputusan Presdien No. 22 tahun 1993 dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.05/MEN/1993. Jenis Program Jamsostek: Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 baru mengatur jemis program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Kematian dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan. Program Jaminan Kecelakaan Kerja

17

Jaminan Kecelakaan Kerja memberikan kompensasi dan rehabilitasi bagi tenaga kerja yang mengalami kecelakaan pada saat mulai berangkat bekerja sampai tiba kembali dirumah atau menderita penyakit akibat hubungan kerja

Program Jaminan Hari Tua

Program Jaminan Hari Tua diselenggarakan dengan sistem tabungan hari tua, yang iurannya ditanggung pengusaha dan tenaga kerja.

Kemanfaatan Jaminan Hari Tua sebesar iuran yang terkumpul ditambah hasil pengembangan.

Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bersifat dasar diberikan kepada tenaga kerja dan keluarga maksimum dengan 3 orang anak. Program Jaminan Kematian Jaminan Kematian dibayarkan kepada ahli waris tenaga kerja dari peserta yang meninggal dunia bukan karena kecelakaan kerja, sebagai tambahan bagi jaminan hari tua yang jumlahnya belum optimal. 2. Pemeriksaan Pra-Penempatan Tujuan pemeriksaan kesehatan prapenempatan adalah untuk memastikan bahwa pekerja memang sesuai dengan pekerjaan. 3. Program Pencegahan Penyakit dan Program Keselamatan Kerja Layanan kesehatan kerja yang memfasilitasi aktivitas pencegahan di tempat kerja mencakup program pencegahan penyakit dan program keselamatan. Program Pencegahan penyakit

18

Awalnya, program penyakit terkait pekerjaan difokuskan pada pengendalian penyakit terkait pekerjaan yang mungkin dialami seseorang akibat pajanan di lingkungan pekerjaan. Program Keselamatan Program keselamatan merupakan bagian dari program kesehatan dan keselamatan di tempat kerja yang ditujukan untuk mengurangi jumlah dan keparahan kasus cedera tak disengaja terkait pekerjaan. 4. Program Promosi Kesehatan Program promosi kesehatan di tempat kerja biasanya mencakup pendidikan kesehatan,pemeriksaan dan/atau intervensi yang ditujukan untuk mengubah perilaku pegawai menuju arah kesehatan dan mengurangi risiko yang terkait. 5. Program bantuan Pegawai Program bantuan pegawai (employee assistance program, EAP) adalah program yang menbantu pegawai yang memiliki masalah penyalahgunaan zat,masalah rumah tangga,psikologis,dan masalah sosial yang mempengaruhi kinerja mereka. 2.2.4 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ( AMDAL )

a. Pengertian AMDAL AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan) adalah suatu kegiatan untuk mengetahui/mengidentifikasi dampak dari suatu kegiatan/proyek terhadap lingkungan disekitarnya sebelum kegiatan/proyek itu berjalan atau berlangsung. AMDAL adalah singkatan dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Dalam Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan disebutkan bahwa AMDAL merupakan kajian mengenai dampak besar dan penting untuk pengambilan keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

19

AMDAL sendiri merupakan suatu kajian mengenai dampak positif dan negatif dari suatu rencana kegiatan/proyek, yang dipakai pemerintah dalam memutuskan apakah suatu kegiatan/proyek layak atau tidak layak lingkungan. Kajian dampak positif dan negatif tersebut biasanya disusun dengan mempertimbangkan aspek fisik, kimia, biologi, sosial-ekonomi, sosial budaya dan kesehatan masyarakat. Suatu rencana kegiatan dapat dinyatakan tidak layak lingkungan, jika berdasarkan hasil kajian AMDAL, dampak negatif yang timbulkannya tidak dapat ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia. Demikian juga, jika biaya yang diperlukan untuk menanggulangi dampak negatif lebih besar daripada manfaat dari dampak positif yang akan ditimbulkan, maka rencana kegiatan tersebut dinyatakan tidak layak lingkungan. Suatu rencana kegiatan yang diputuskan tidak layak lingkungan tidak dapat dilanjutkan pembangunannya.

b. Tujuan AMDAL AMDAL bertujuan untuk mengetahui / mengidentifikasi dampak negatif yang ditimbulkandari suatu kegiatan/proyek terhadap lingkungan disekitarnya dan kemudian memberikan solusi penanggulangan dampak negatif yang ditimbulkan dan memperbesar dampak positifnya.

c. Manfaat AMDAL Bagi pemerintah, AMDAL bermanfaat untuk: - Mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan serta pemborosan sumber daya alam secara lebih luas. - Menghindari timbulnya konflik dengan masyarakat dan kegiatan lain di sekitarnya. - Menjaga agar pelaksanaan pembangunan tetap sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. - Perwujudan tanggung jawab pemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup. - Bahan bagi rencana pengembangan wilayah dan tata ruang.

20

Bagi pemrakarsa, AMDAL bermanfaat untuk: - Menjamin keberlangsungan usaha dan/atau kegiatan karena adanya proporsi aspek ekonomis, teknis dan lingkungan. - Menghemat dalam pemanfaatan sumber daya (modal, bahan baku, energi). - Dapat menjadi referensi dalam proses kredit perbankan. - Memberikan panduan untuk menjalin interaksi saling menguntungkan dengan masyarakat sekitar sehingga terhindar dari konflik sosial yang saling merugikan. - Sebagai bukti ketaatan hukum, seperti perijinan. Bagi masyarakat, AMDAL bermanfaat untuk: - Mengetahui sejak dini dampak positif dan negatif akibat adanya suatu kegiatan sehingga dapat menghindari terjadinya dampak negatif dan dapat memperoleh dampak positif dari kegiatan tersebut. - Melaksanakan kontrol terhadap pemanfaatan sumberdaya alam dan upaya pengelolaan lingkungan yang dilakukan pemrakarsa kegiatan, sehingga kepentingan kedua belah pihak saling dihormati dan dilindungi. - Terlibat dalam proses pengambilan keputusan terhadap rencana pembangunan yang mempunyai pengaruh terhadap nasib dan kepentingan mereka.

d. Prosedur AMDAL terdiri dari: 1. Proses penapisan (screening) wajib AMDAL 2. Proses pengumuman 3. Proses pelingkupan (scoping) 4. Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL 5. Penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL 6. Persetujuan Kelayakan Lingkungan Proses Penapisan:

21

Proses penapisan atau kerap juga disebut proses seleksi wajib AMDAL adalah proses untuk menentukan apakah suatu rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL atau tidak. Di Indonesia, proses penapisan dilakukan dengan sistem penapisan satu langkah.

Proses Pengumuman Setiap rencana kegiatan yang diwajibkan untuk membuat AMDAL wajib mengumumkan rencana kegiatannya kepada masyarakat sebelum pemrakarsa melakukan penyusunan AMDAL. Pengumuman dilakukan oleh instansi yang bertanggung jawab dan pemrakarsa kegiatan.

Proses Pelingkupan Pelingkupan merupakan suatu proses awal (dini) untuk menentukan lingkup permasalahan dan mengidentifikasi dampak penting (hipotetis) yang terkait dengan rencana kegiatan.

Proses penyusunan dan penilaian KA-ANDAL: Setelah KA-ANDAL selesai disusun, pemrakarsa dapat mengajukan dokumen kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal penilaian KA-ANDAL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali dokumennya.

Proses penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL; Penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL dilakukan dengan mengacu pada KAANDAL yang telah disepakati (hasil penilaian Komisi AMDAL). Setelah selesai disusun, pemrakarsa dapat mengajukan dokumen kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai.

2.2.5 Dampak yang ditimbulkan dari limbah industri maupun limbah medis /

22

klinik LIMBAH INDUSTRI Bahaya dari bahan-bahan pencemar yang mungkin dihaslkan dari proses-proses dalam industri terhadap kesehatan yaitu : a. b. Debu, dapat menyebabkan iritasi, sesak nafas Kebisingan, mengganggu pendengaran, menyempitkan pembuluh darah, ketegangan otot, menurunya kewaspadaan, kosentrasi pemikiran dan efisiensi kerja. c. Karbon Monoksida (CO), dapat menyebabkan gangguan serius, yang diawali dengan napas pendek dan sakit kepala, berat, pusing-pusing pikiran kacau dan melemahkan penglihatan dan pendengaran. Bila keracunan berat, dapat mengakibatkan pingsan yang bisa diikuti dengan kematian. d. Karbon Dioksida (CO2), dapat mengakibatkan sesak nafas, kemudian sakit kepala, pusing-pusing, nafas pendek, otot lemah, mengantuk dan telinganya berdenging. e. Belerang Dioksida (SO2), pada konsentrasi 6-12 ppm dapat menyebabkan iritasi pada hidung dan tenggorokan, peradangan lensa mata (pada konsentrasi 20 ppm), pembengkakan paru-paru/celah suara. f. Minyak pelumas, buangan dapat menghambat proses oksidasi biologi dari sistem lingkungan, bila bahan pencemar dialirkan keseungai, kolam atau sawah dan sebagainya.

23

g.

Asap, dapat mengganggu pernafasan, menghalangi pandangan, dan bila tercampur dengan gas CO2, SO2, maka akan memberikan pengaruh yang nenbahayakan seperti yang telah diuraikan diatas.

LIMBAH MEDIS Karakteristik Limbah Rumah Sakit Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Apabila dibanding dengan kegiatan instansi lain, maka dapat dikatakan bahwa jenis sampah dan limbah rumah sakit dapat dikategorikan kompleks. Secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair.

Limbah klinis adalah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi, veterinari, farmasi atau sejenis, pengobatan, perawatan, penelitian atau pendidikan yang menggunakan bahan-bahan beracun, infeksius berbahaya atau bisa membahayakan kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu. Bentuk limbah klinis bermacam-macam dan berdasarkan potensi yang terkandung di dalamnya dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1) Limbah benda tajam Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. 2) Limbah infeksius Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut:

24

Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif) Limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit menular. 3) Limbah jaringan tubuh Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh, biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi. 4) Limbah sitotoksik Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik. 5) Limbah farmasi Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-obat yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat- obat yang dibuang oleh pasien atau dibuang oleh masyarakat, obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh institusi yang bersangkutan dan limbah yang dihasilkan selama produksi obat-obatan. 6) Limbah kimia Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan riset.

7) Limbah radioaktif Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida.

25

Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Lingkungan Dan Kesehatan Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan dapat menimbulkan berbagai masalah seperti : Gangguan kenyamanan dan estetika. Ini berupa warna yang berasal dari sedimen, larutan, bauphenol, eutrofikasi dan rasa dari bahan kimia organik. Kerusakan harta benda dapat disebabkan oleh garam-garam yang terlarut (korosif,karat),air yang berlumpur dan sebagainya yang dapat menurunkan kualitas bangunan di sekitar rumah sakit. Gangguan/kerusakan tanaman dan binatang ini dapat disebabkan oleh virus, senyawa nitrat, bahan kimia, pestisida, logam nutrien tertentu dan fosfor. Gangguan terhadap kesehatan manusia ini dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, virus, senyawa-senyawa kimia, pestisida, serta logam seperti Hg, Pb, dan Cd yang berasal dari bagian kedokteran gigi. Gangguan genetik dan reproduksi meskipun mekanisme gangguan belum sepenuhnya diketahui secara pasti, namun beberapa senyawa dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan genetik dan sistem reproduksi manusia misalnya pestisida, bahan radioaktif. Pengelolaan Limbah Rumah Sakit A) Limbah padat Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah dan klinis perlu dilakukan limbah pemisahan

penampungan,

pengangkutan,

pengelolaan

pendahuluan.

1) Pemisahan a) Sampah dari haemodialisis

26

Sampah hendaknya dimasukkan dengan incinerator. Bisa juga digunakan autoclaving, tetapi kantung harus dibuka dan dibuat sedemikian rupa sehingga uap panas bisa menembus secara efektif. (Catatan: Autoclaving adalah pemanasan dengan uap di bawah tekanan dengan tujuan sterilisasi terutama untuk limbah infeksius). b) Limbah dari unit lain : Limbah hendaknya dimusnahkan dengan incinerator. Bila tidak mungkin bisa menggunakan cara lain, misalnya dengan membuat sumur dalam yang aman.

2) Penampungan Sampah klinis hendaknya diangkut sesering mungkin sesuai dengan kebutuhan. Sementara menunggu pengangkutan untuk dibawa ke incinerator atau pengangkutan oleh dinas kebersihan (atau ketentuan yang ditunjuk), sampah tersebut hendaknya : Disimpan dalam kontainer yang memenuhi syarat. Di lokasi/tempat yang strategis, merata dengan ukuran yang disesuaikan dengan frekuensi pengumpulannya dengan kantong berkode warna yang telah ditentukan secara terpisah. Diletakkan pada tempat kering/mudah dikeringkan, lantai yang tidak rembes, dan disediakan sarana pencuci. Aman dari orang-orang yang tidak bertanggungjawab; dari binatang, dan bebas dari infestasi serangga dan tikus.

27

Terjangkau

oleh

kendaraan

pengumpul

sampah

(bila

mungkin).

3) Pengangkutan Kereta atau troli yang digunakan untuk pengangkutan sampah klinis harus didesain sedemikian rupa sehingga : Permukaan harus licin, rata dan tidak tembus Tidak akan menjadi sarang serangga Mudah dibersihkan dan dikeringkan Sampah tidak menempel pada alat angkut Sampan mudah diisikan, diikat, dan dituang kembali . Harus disediakan bak terpisah dari sampah biasa dalam alat truk pengangkut. Dan harus dilakukan upaya untuk mencegah kontaminasi sampah lain yang dibawa. Harus dapat dijamin bahwa sampah dalam keadaan aman dan tidak terjadi kebocoran atau tumpah. B. Limbah Cair Limbah rumah sakit mengandung bermacam-macam mikroorganisme, bahanbahan organik dan an-organik. Beberapa contoh fasilitas atau Unit Pengelolaan Limbah (UPL) di rumah sakit antara lain sebagai berikut: a) Kolam Stabilisasi Air Limbah (Waste Stabilization Pond System) Sistem pengelolaan ini cukup efektif dan efisien kecuali masalah lahan, karena kolam stabilisasi memerlukan lahan yang cukup luas; maka biasanya dianjurkan untuk

28

rumah sakit di luar kota (pedalaman) yang biasanya masih mempunyai lahan yang cukup. Sistem ini terdiri dari bagian-bagian yang cukup sederhana yakni : 1. Pump Swap (pompa air kotor). 2. Stabilization Pond (kolam stabilisasi) 2 buah. 3. Bak Klorinasi 4. Control room (ruang kontrol) 5. Inlet 6. Incinerator antara 2 kolam stabilisasi 7. Outlet dari kolam stabilisasi menuju sistem klorinasi.

b) Kolam oksidasi air limbah (Waste Oxidation Ditch Treatment System) Sistem ini terpilih untuk pengolahan air limbah rumah sakit di kota, karena tidak memerlukan lahan yang luas. Kolam oksidasi dibuat bulat atau elips, dan air limbah dialirkan secara berputar agar ada kesempatan lebih lama berkontak dengan oksigen dari udara (aerasi). Kemudian air limbah dialirkan ke bak sedimentasi untuk mengendapkan benda padat dan lumpur. Selanjutnya air yang sudah jernih masuk ke bak klorinasi sebelum dibuang ke selokan umum atau sungai. Sedangkan lumpur yang mengendap diambil dan dikeringkan pada Sludge drying bed (tempat pengeringan Lumpur).

Sistem kolam oksidasi ini terdiri dari : 1. Pump Swap (pompa air kotor) 2. Oxidation Ditch (pompa air kotor) 3. Sedimentation Tank (bak pengendapan) 4. Chlorination Tank (bak klorinasi) 5. Sludge Drying Bed ( tempat pengeringan lumpur, biasanya 1-2 petak). 6. Control Room (ruang kontrol)

29

c) Anaerobic Filter Treatment System Sistem pengolahan melalui proses pembusukan anaerobik melalui

filter/saringan, air limbah tersebut sebelumnya telah mengalami pretreatment dengan septic tank (inchaff tank). Proses anaerobic filter treatment biasanya akan menghasilkan effluent yang mengandung zat-zat asam organik dan senyawa anorganik yang memerlukan klor lebih banyak untuk proses oksidasinya. Oleh sebab itu, sebelum effluent dialirkan ke bak klorida ditampung dulu di bak stabilisasi untuk memberikan kesempatan oksidasi zat-zat tersebut di atas, sehingga akan menurunkan jumlah klorin yang dibutuhkan pada proses klorinasi nanti.

2.2.6 Cara Mengidentifikasi Bahaya Di Lingkungan Kerja

Menurut Mangkunegara (2002, p.170), bahwa indikator penyebab keselamatan kerja adalah: a) Cara mengidentifikasi bahaya di lingkungan kerja yang berasal dari tempat

lingkungan kerja itu sendiri, yang meliputi: 1. Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya yang kurang diperhitungkan keamanannya. 2. Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak 3. Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya. 4. Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak. 5. Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik Pengaturan penerangan. c) Cara mengidentifikasi bahaya di lingkungan kerja yang dapat dilihat dari keadaan karyawannya.

30

Adanya penyakit yang diderita karyawan karena pekerjaannya Dalam jangak panjang, bahaya bahaya di lingkungan tempat kerja dikaitkan dengan kanker kelenjar tiroid, hati, paru paru, otak, ginjal dan lain lain.

1.2.7 Cara mengevaluasi faktor-faktor bahaya lingkungan

1. Elimination upaya menghilngkan bahaya dari sumber 2. Reduction Pengurangan bahaya yang terjadi 3. Engeneering control bahaya diisolasi 4. Administrative control Penjadwalan kerja untuk mengurangi pemaparan penyakit 5. Personal protective equipment Perlindungan diri dari bahaya.

31

BAB III PENUTUP


2.2 Kesimpulan

Hidup bersih dan sehat dapat diartikan sebagai hidup di lingkungan yang memiliki standar kebersihan dan kesehatan serta menjalankan pola/perilaku hidup bersih dan sehat. Lingkungan yang sehat dapat memberikan efek terhadap kualitas kesehatan.

Kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan merupakan hal yang essensial di samping masalah perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan faktor keturunan. Lingkungan memberikan kontribusi terbesar terhadap timbulnya masalah kesehatan masyarakat.

Proteksi atau perlindungan perusahan terhadap karyawan sangat penting dilakukan proteksi atau perlindungan ini akan semakin mengingkatkan kesejahtaraan, kesehatan dan terutama keselamatan kerja karyawan.

Peranan departemen sumber daya manusia dalam keselamatan kerja merupakan peranan yang sangat vital dalam perusahaan, departemen inilah yang merencanakan program keselamatan kerja karyawan sampai dangan pelaksanaannya.

2.3 Saran Adapun saran yang dapat kami berikan adalah sebagia berikut : Diharapkan seluruh masyarakat dapat menerapkan hidup bersih dan sehat yang bermula dengan mewujudkan lingkungan yang sehat. Lingkungan yang sehat dapat memberikan efek terhadap kualitas kesehatan. Kesehatan

32

seseorang akan menjadi baik jika lingkungan yang ada di sekitarnya juga baik dan begitu sebaliknya. Perusahaan dalam hal ini manajer SDM harus merencanakan atau membuat program yang berkesinambungan mengenai keselamatan kerja karyawan. Perusahaan hendaknya tidak tinggal diam apabila ditemukan terjadi kecelakaan pada saat karyawan bekerja. Kecelakaan pada saat bekerja merupakan resiko yang merupakan bagian dari pekerjaan, untuk perusahaan hendaknya mencegah dalam hal ini melakukan proteksi atau perlindungan berupa kompensasi yang tidak dalam bentuk imbalan, baik langsung maupun tidak langsung, yang diterapkan oleh perusahaan kepada pekerja. Proteksi atau perlindungan pekerja merupakan keharusan bagi sebuah perusahaan.

33

Daftar Pustaka

McKenzie,James F,dkk. 2006. Kesehatan Masyarakat suatu pengantar (An Introcuction to Community Health). Jakarta : EGC

Daud,Anwar,dkk. 2001. Dasar-Dasar Kesehatan Lingkungan. Fakultas kesehatan Msyarakat UNHAS

Sentoso,Gempur. 2004. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Prestasi Pustaka

http://kesehatanlingkungan.environmentalsanitationjournal.wordpress.com/ tanggal akses 30 Juni 2011

34

Anda mungkin juga menyukai