Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan ridho dan rahmat-Nya kami kelompok diskusi tutorial 4 dapat menyelesaikan laporan tutorial kedua yang berjudul Dokter Keluargaku, sebagai suatu laporan atas hasil diskusi tutorial kami yang berkaitan dengan materi pembelajaran pada blok XXI semester VII ini. Pada laporan ini kami membahas masalah yang berkaitan tentang kasus Kedokteran Keluarga. Kami mohon maaf bila dalam laporan ini terdapat banyak kekurangan dalam menggali semua aspek yang menyangkut segala hal yang berhubungan dengan scenario 2 ini serta learning objective yang kami cari. Karena ini semua disebabkan oleh keterbatasan kami sebagai manusia. Tetapi, kami berharap laporan ini dapat memberi pengetahuan serta manfaat kepada pembaca. Kritik & saran sangat kami harapkan demi perbaikan laporan di masa yang akan datang.

Mataram, 31 Desember 2010 Kelompok 4

DAFTAR ISI

Kata pengantar.......................................................................................1 Daftar Isi....................................................................................................................2 Skenario 2.................................................................................................................3 Concept Map.............................................................................................................4 Learning Objective...................................................................................................5
Cara Membangun Komunikasi Dokter - Pasien...........................................................6

Dokter Keluarga...............................................................................................8 Surveillance...................................................................................................16 Daftar Pustaka...............................................................................................24

SKENARIO 2

Dokter Keluargaku Dokter Alay, 27 tahun adalah dokter yang baru bertugas di wilayah Sumber Kencana. Dia bertanggung jawab terhadap kesehatan masyarakat di wilayah tersebut. Disamping mengembangkan upaya kesehatan yang sudah ada, dokter Alay juga berusaha mengembangkan dokter keluarga. Dalam pelaksanaannya dokter Alay harus banyak mempelajari konsep dokter keluarga. Masyarakat di wilayah kerja dokter Alay belum mengetahui bahwa dokter Alay adalah dokter keluarga di wilayah tersebut karena dokter Alay belum pernah mensosialisasikan program tersebut ke masyarakat di wilayah kerjanya. Setelah 6 bulan bertugas akhirnya dokter Alay mulai dapat menerapkan konsep dokter keluarga yang selama ini dia pelajari. Serta berhasil membangun komunikasi yang baik dengan masyarakat sekitar.

CONCEPT MAP

Puskesmas & lembaga/instansi terkait

Dokter Keluarga

Dokter Umum

Konsep dokter keluarga

Pelayanan

Cakupan wilayah kerja

Pembiayaan

Komprehensif Berkelanjutan Personal Primer Rujukan

Menurunkan mortalitas & morbiditas Efektivitas pelayanan kesehatan Efektivitas pembiayaan kesehatan

LEARNING OBJECTIVE

1. Cara membangun komunikasi dokter pasien yang baik 2. Surveillance 3. Berapa kepala keluarga cakupan dari 1 dokter keluarga ? 4. Bagaimana hubungan antara dokter keluarga dengan dokter puskesmas ? 5. Apakah tugas/wewenang dokter keluarga ?

Cara Membangun Komunikasi Dokter Pasien

Komunikasi yang baik dan efektif antara dokter dengan pasien dapat dilakukan dengan beberapa cara, berikut ini merupakan langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh seorang dokter dalam membangun suatu komunikasi dengan pasien. Ada empat langkah yang terangkum dalam satu kata untuk melakukan komunikasi, yaitu SAJI (Poernomo, Ieda SS, Program Family Health Nutrition,Depkes RI, 1999). S = Salam A = Ajak Bicara J = Jelaskan I = Ingatkan Secara rinci penjelasan mengenai SAJI adalah sebagai berikut Salam: Beri salam, sapa dia, tunjukkan bahwa Anda bersedia meluangkan waktu untuk berbicara dengannya. Ajak Bicara: Usahakan berkomunikasi secara dua arah. Jangan bicara sendiri. Dorong agar pasien mau dan dapat mengemukakan pikiran dan perasaannya. Tunjukkan bahwa dokter menghargai pendapatnya, dapat memahami kecemasannya, serta mengerti perasaannya. Dokter dapat menggunakan pertanyaan terbuka maupun tertutup dalam usaha menggali informasi. Jelaskan: Beri penjelasan mengenai hal-hal yang menjadi perhatiannya, yang ingin diketahuinya, dan yang akan dijalani/dihadapinya agar ia tidak terjebak oleh pikirannya sendiri. Luruskan persepsi yang keliru. Berikan penjelasan mengenai penyakit, terapi, atau apapun secara jelas dan detil. Ingatkan: Percakapan yang dokter lakukan bersama pasien mungkin memasukkan berbagai materi secara luas, yang tidak mudah diingatnya kembali. Di bagian akhir percakapan, ingatkan dia untuk hal-hal yang penting 6

dan koreksi untuk persepsi yang keliru. Selalu melakukan klarifikasi apakah pasien telah mengerti benar, maupun klarifikasi terhadap hal-hal yang masih belum jelas bagi kedua belah pihak serta mengulang kembali akan pesanpesan kesehatan yang penting. Salain langkah-langkah di atas, komunikasi antara dokter dengan pasien dapat dibangun dengen memposisikan pasien bukan sebagai objek akan tetapi pasien harus diposisikan sebagi seorang patner dimana kedudukan keduanya berada dalam suatu kesetaraan. Menurut Kurzt (1998), dalam dunia kedokteran ada dua pendekatan komunikasi yang digunakan: 1. Disease centered communication style atau doctor centered communication style. Komunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam usaha menegakkan diagnosis, termasuk penyelidikan dan penalaran klinik mengenai tanda dan gejala-gejala. 2. Illness centered communication style atau patient centered communication style. Komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien tentang penyakitnya yang secara individu merupakan pengalaman unik. Di sini termasuk pendapat pasien, kekhawatirannya, harapannya, apa yang menjadi kepentingannya serta apa yang dipikirkannya

Dokter Keluarga

Ilmu

kedokteran

keluarga

adalah

suatu

disiplin

ilmu

yang

menitikberatkan pada upaya pelayanan yang bersifat primer, komprehensif, dan berkesinambungan, yang tidak hanya melihat satu individu itu saja, tetapi juga melihat korelasinya dengan keluarga, komunitas, dan lingkungannya. Dokter keluarga adalah dokter yang kompeten, yang menyediakan pelayanan kesehatan secara personal, primer, komprehensif, dan kontinu pada pasiennya, dan juga memikirkan adanya korelasi dengan keluarga, komunitas, dan lingkungannya. Pelayanan bisa dilakukan di tempat praktek, rumah pasien, atau terkadang di rumah sakit. Dokter tidak hanya menatalaksana tanda dan gejala saja, tetapi juga memandang pasien tersebut secara holistic (disertai pemberian edukasi dan konseling pada pasien).

PRINSIP-PRINSIP DOKTER KELUARGA 1. Personal care Yaitu prinsip mengenai hubungan yang dekat antara dokter dan pasien. Dalam hubungan ini pasien tidak hanya mencari dokter hanya pada saat sakit saja, namun juga pada saat pasien merasakan membutuhkan konseling dan sebagai mentor (teman) 2. Primary care Yaitu prinsip sebagai pelayanan paling pertama bagi pasien. Dimana dalam hal ini, seorang dokter keluarga diharapkan untuk lebih mengutamakan pelayanan akut dan tindakan preventifnya 3. Continuing care Dokter keluarga juga diharapkan untuk turut melakukan pelayanan pada kasus-kasus yang kronis, dimana dibutuhkan monitoring secara
8

teratur dan pencegahan terhadap komplikasi yang mungkin dapat terjadi, seperti pada penyakit diabetes mellitus, hipertensi, dan lainnya. 4. Comprehensive care Dokter keluarga diharapakn untuk melakukan pelayanan secara komprehensif, yaitu pada: a. Semua kelompok umur b. Semua jenjang pelayanan, seperti promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan paliatif c. Semua aspek, tidak hanya aspek fisik, namun juga aspek sosial dan psikologis

TUGAS DOKTER KELUARGA

1. Menyelenggarakan pelayanan primer secara paripurna menyuruh, dan bermutu guna penapisan untuk pelayanan spesialistik yang diperlukan, 2. Mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat, 3. Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat sehat dan sakit, 4. Memberikan pelayanan kedokteran kepada individu dan keluarganya, 5. Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan taraf kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi, 6. Menangani penyakit akut dan kronik, 7. Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke RS, 8. Tetap bertanggung-jawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter Spesialis atau dirawat di RS,
9

9. Memantau pasien yang telah dirujuk atau di konsultasikan, 10. 11. 12. 13. Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi Mengkordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan Menyelenggarakan rekam Medis yang memenuhi standar, Melakukan penelitian untuk mengembang ilmu kedokteran pasiennya, pasien,

secara umum dan ilmu kedokteran keluarga secara khusus.

WEWENANG DOKTER KELUARGA

1. Menyelenggarakan Rekam Medis yang memenuhi standar, 2. Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi masyarakat, 3. Melaksanakan tindak pencegahan penyakit, 4. Mengobati penyakit akut dan kronik di tingkat primer, 5. Mengatasi keadaan gawat darurat pada tingkat awal, 6. Melakukan tindak prabedah, beda minor, rawat pascabedah di unit pelayanan primer, 7. Melakukan perawatan sementara, 8. Menerbitkan surat keterangan medis, 9. Memberikan masukan untuk keperluan pasien rawat inap, 10. Memberikan perawatan dirumah untuk keadaan khusus.

PELAYANAN KEDOKTERAN SECARA MENYELURUH Pelayanan kedokteran secara menyeluruh:


1. Adalah mobilisasi semua sumber daya yang diperlukan untuk melayani

kesehatan penderita (lee,1961)

10

2. Adalah pelayanan yang dalam melakukan pedekatan kepada pasien

selalu berorientasi pada keluarga, serta bekerja sama dalam tim, menyelenggarakan dengan tatacara mutahi, pelayanan kedokteran terbaik yang tersedia (ferrara, 1968) Prinsip pokok pelayanan kedoteran secara menyeluruh adalah pelayanan yang lengkap ditinjau dari sudut penyelenggaraan pelayanan (menerapkan semua tatacara pelayanan yang dikenal), maupun ditinjau dari sudut pandang pasien sebagai pemakai jasa pelayanan (memenuhi semua kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien, baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari anggota keluarga) Prinsip pokok yang kedua lebih penting karena dengan memenuhi semua kebutuhan dan tuntutan pasien sebagai anggota keluarga dapat dipenuhi, diharapkan dapat meningkatkan kualitas kesehatan pasien, yang jika berhasi diwujudkan akan berperan terhadap lingkungannya masing-masing untuk meningkatkan kualitas kesehatan. Ada 4 karakteristik pelayanan kesehatan secara menyeluruh:
1. Jenis pelayanan yang diselenggarakan: mencakup semua jenis layanan

yang dikenal dimasyarakat a. Ditinjau dari kedudukannya dalam system kesehatan. Pelayanan kedokteran secara menyeluruh mencakup ketiga tingkat pelayanan kesehatan dibawah ini:
i. Pelayanan kedokteran tingkat pertama (primary medical

care)
ii. Pelayanan kedokteran tingkat kedua (secondary medical

care)
iii. Pelayanan kedokteran tingkat ketiga (tertiary medical

care)
11

b. Ditinjau dari peranannya dalam mencegah penyakit : i. Peningkatan derajat kesehatan (health promotion) ii. Pencegahan khusus (specific protection) iii. Diagnosis dini dan pengobatan tepat (early diagnose and

prompt treatment)
iv. Pembatasan cacat (disability limitation) v. Pemulihan kesehatan (rehabilitation) 2. Tata cara pelayanan. Pelayanan kedokteran dilakukan secara terpadu

dan berkesinambungan. Setiap jenis pelayanan kesehatan harus ada dalam pengorganisasian yang utuh. Ada beberapa pengertian pelayanan berkesinambungan: a. Bekersinambungan dalam arti pemenuhan kebutuhan pasien: jika sehat, jangan sampai sakit. Jika sakit diobati biar tidak sakit. Setelah sembuh diperlukan pelayanan pemulihan. Semuanya dilakukan secara berkesinambungan. b. Berkesinambungandalam arti waktu penyelenggaraan: harus ada setiap saat diperlukan 3. Pusat perhatian pada waktu menyelenggarakan pelayanan: selain memerhatikan keluhan atau pada masalah kesehatan yang disampaikan penderita sebagai manusia seutuhnya, lengkap dengan pelbagai factor lingkungan yang mempengaruhi kesehatannya. (intinya cari semua hal yang dianggap penting dalam mendiagnosis penyakit untuk dapat memberikan pelyanan seperti no 2a)
4. Pendekatan

pada penyelenggaraan pelayanan: dilakukan dengan

pendekatan dari semua sisi yang terkait (comprehensive approach).


12

Sisi fisik mental dan social yang secara keseluruhan disebut holistic (holistic approach). Jadi pelayanan kedokteran secara menyeluruh mencakup semua jenis pelayanan kedokteran yang dikenal di masyarakat, dilaksanankan secara terpadu dan berkesenambungan, memusatkan perhatian kepada pasien sebagai manusia seutuhnya, seta pendekatan pelayanannya dilakukan secara holistic. Manfaat pelayanan kedokteran secara meyeluruh jika dilakukan dengan baik 1. Terpenuhinya pelbagai kebutuhan dan tuntutan kesehatan.
2. Memudahkan pemanfaatan pelayanan kesehatan

3. Biaya kesehatan akan lebih terkendali 4. Mutu pelayanan kesehatan akan lebih meningkat Factor penghambat pelayanan kedokteran secara menyeluruh
1. Terkotak-kotaknya pelayanan kedokteran. Hal yang terpenting disini

adalah yang

karena diberikan

pesatnya tidak

perkembangan menyeluruh

ilmu

dan mereka

teknologi hanya

memunculkan berbagai spesialis dan sub-spesialis, sehingga pelyanan karena menyelenggarakan satu jenis pelayanan saja 2. Mahalnya biaya kedokteran kedokteran. Akibat dari hal tersebut adalah kesinambungan pengobatan pasien jadi tidak terlaksana (khusunya pada pasien dengan ekonomi kelas rendah)
3. Peraturan

perundang-undangan. Adanya peraturan yang bersiffat (contohnya ada undang undang yang tidak

melarang

memperbolehkan menyediakan obat dan atau melakukan tubektomi di prektek swasta perorangan.
13

4. Sikap dan kemapuan dokter sebagai penyelenggara pelayanan.


5. Sikap dan perilaku pasien sebagai pemakai jasa pelayanan. Pasien

yang berganti-ganti dokter

Upaya mewujudkan pelayanan secara menyeluruh: 1. Menerapkan pendekatan institusi. Setiap saranan pelayanan kesehatan di masyarakat, termasuk para dokter yang menyelenggarakan praktek swasta, dimotivasi untuk mampu serta bersedia menyelenggarakan pelayanan kedokteran secara menyeluruh. Tapi tidak efisien dan tidak mendapat hasil yang optimal karena: a. Butuh biaya yang sangat mahal
b. Keterbatasan kemampuan. Perkembangan ilmu pengetahuan,

jenis pelayanan bertambah dan semakin kompleks, sehingga sulit untuk terpenuhi. 2. Menerapkan system pendekatan. Ada tiga hal pokok untuk system ini dilakukan secara berurutan: a. Menetapkan tingkat
i. Tingkat pertama (primary health constitution) ii. Tingkat kedua (secondary health constitution) iii. Tingkat ketiga (Tertiary health constitution)

stratifikasi

pelayanan

kesehatan.

Membedakan

setiap pelayanan kesehatan atas beberapa strata. Ada tiga

b. Mentetapkan tanggungjawab dan wewenang tiap strata. i. Primary health care service
14

ii. Secondary health care service iii. Tertiary health care service
c. Menetapkan mekanisme kerja sama antara strata pelayanan.

Untuk menjamin keterpaduan dan kesinambungannya setiap strata. Mekanismenya adalah konsultasi (consultation) di satu pihak, serta rujukan (referral) dipihak lain. Pengertian pelayanan kedokteran secara menyeluruh pada pelayanan dokter keluarga terletak pada tanggung jawab dokter keluarga dalam memenuhi pelbagai kebutuhan dan tuntutan kesehatan semua anggota keluarga yang menjadi tanggung jawabnya. Pelayanan diberikan sesuai dengan SKDI.

RASIO CAKUPAN KERJA DOKTER KELUARGA MENURUT JUMLAH KEPALA KELUARGA

Jumlah kepala keluarga yang ditangani dan menjadi tanggung jawab seorang dokter keluarga, berbeda-beda tergantung kesepakatan dalam kontraknya. Konsep dari dokter keluarga adalah dalam suatu wilayah yang terdapat 2500 orang dipegang oleh 1 dokter keluarga, dan dalam dokter keluarga ini terdiri dari 1 dokter umum, suster keluarga, administratur dan tiap beberapa dokter keluarga terdapat apotek keluarga. Idealnya seorang dokter keluarga mampu melayani sekitar 500 keluarga. Kalau diasumsikan satu keluarga terdiri dari empat jiwa, rasionya seorang dokter bisa melayani 2.000 jiwa. Dengan catatan sang dokter bekerja full-time, hanya memusatkan perhatiannya pada pasien yang menjadi mitra pantauannya. Perbandingan ini berdasarkan asumsi bahwa baik kunjungan maupun komunikasi antardokter dan pasien dilakukan bila jumlahnya di setiap daerah,

15

dirasa perlu dan tidak saban hari. Meskipun tidak tertutup kemungkinan pasien bisa menghubungi dokter kapan saja jika ada masalah.

BEDA DOKTER KELUARGA DENGAN DOKTER PUSKESMAS

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 131/Menkes/SK/II/2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional disebutkan bahwa kelak di masa yang akan datang masyarakat dan swasta akan menyelenggarakan sendiri Unit Kesehatan Penduduk strata pertama melalui konsep dokter keluarga tersebut. Puskesmas dalam hal ini tidak lagi menyelenggarakan pelayanan tersebut kecuali di daerah yang sangat terpencil. Hal ini disebabkan karena sudah terlalu banyaknya tugas yang diemban oleh puskesmas. Menurut data tahun 2000 saja menunjukkan bahwa ada 7000 Puskesmas yang melayani 30000 hingga 40000 populasi. Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kelak dokter keluarga diharapkan akan meringankan beban kerja baik dokter puskesmas maupun puskesmas secara keseluruhan. Bagaimana sebenarnya perbedaan antara dokter praktik umum dan dokter keluarga dapat dijelaskan sebagai berikut. Menurut PDKI Layanan yang diselenggarakan dokter keluarga (wewenang) sebatas kompetensi dasar kedokteran yang diperolehnya selama pendidikan kedokteran dasar ditambah dengan kompetensi dokter layanan primer yang diperoleh melalui CME/CPD atau program spesialisasi. Cakupan layanan lebih luas dan dalam daripada Dokter tetapi tetap dalam lingkup pelayanan primer. Ilmu dan keterampilannya sebagai penyelenggara layanan primer lebih lengkap dibandingkan Dokter. Dengan demikian dokter yang bergelar profesi DK dapat didefinisikan secara singkat sebagai Dokter (Praktik Umum) yang memperoleh pendidikan tambahan khusus melalui program CME/CPD dan
16

menerapkan pendekatan kedokteran keluarga dalam praktiknya di tempat pelayanan kesehatan primer.

17

Surveillance

DEFINISI Surveilans kesehatan masyarakat adalah pengumpulan, analisis, dan analisis data secara terus-menerus dan sistematis yang kemudian didiseminasikan (disebarluaskan) kepada pihak-pihak yang bertanggungjawab dalam pencegahan penyakit dan masalah kesehatan lainnya . Karakteristik surveilans yang efektif: cepat, akurat, reliabel, representatif,

sederhana, fleksibel, akseptabel, digunakan.

TUJUAN Surveilans memantau terus-menerus kejadian dan kecenderungan penyakit, populasi, mengamati faktor-faktor informasi

mendeteksi dan memprediksi outbreak pada

yang mempengaruhi kejadian penyakit, seperti perubahan-perubahan biologis pada agen, vektor, dan reservoir. Selanjutnya surveilans menghubungkan pencegahan dan pengendalian penyakit. Surveilans bertujuan memberikan informasi tepat waktu tentang masalah tersebut kepada pembuat keputusan agar dapat dilakukan langkah-langkah

kesehatan populasi, sehingga penyakit dan faktor risiko dapat dideteksi dini dan dapat dilakukan respons pelayanan kesehatan dengan lebih efektif. 18

Tujuan khusus surveilans: 1. Memonitor kecenderungan (trends) penyakit; 2. Mendeteksi perubahan mendadak insidensi penyakit, untuk mendeteksi dini outbreak; Data praktik), Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Puskesmas, RS, Dokter Komunitas Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, Provinsi, Pusat

Peristiwa penyakit, kesehatan populasi Intervensi Keputusan Pelaporan Informasi (Umpan Balik) 3. Memantau kesehatan populasi, menaksir besarnya beban penyakit (disease burden) pada populasi; 4. Menentukan kebutuhan kesehatan prioritas, membantu perencanaan, implementasi, monitoring, dan evaluasi program kesehatan; 5. Mengevaluasi cakupan dan efektivitas program kesehatan; 6. Mengidentifikasi kebutuhan riset.

MANFAAT 1. Surveilans memungkinkan pengambil keeputusan untuk memimpin dan mengelola dengan efektif. 2. Surveilans kesehatan masyarakat memberikan informasi kewaspadaan dini bagi pengambil keputusan dan manajer tentang masalah-masalah kesehatan yang perlu diperhatikan pada suatu populasi. 3. Surveilans kesehatan masyarakat merupakan instrumen penting untuk mencegah outbreak penyakit dan mengembangkan respons segera penyakit mulai menyebar. ketika Informasi dari surveilans juga penting bagi

kementerian kesehatan, kementerian keuangan, dan donor, untuk memonitor sejauh mana populasi telah terlayani dengan baik.

JENIS-JENIS Dikenal beberapa jenis surveilans: (1) Surveilans individu; 19

Surveilans individu (individual surveillance) mendeteksi dan memonitor individuindividu yang mengalami kontak dengan penyakit serius, misalnya pes, cacar, tuberkulosis, tifus, demam kuning, sifilis. Surveilans individu memungkinkan dilakukannya isolasi institusional segera terhadap kontak, sehingga penyakit yang dicurigai dapat dikendalikan. Sebagai contoh, karantina merupakan isolasi institusional yang membatasi gerak dan aktivitas orang-orang atau binatang yang sehat tetapi telah terpapar oleh suatu kasus penyakit menular selama periode menular. (Last, 2001). Dikenal dua jenis karantina: Karantina total; Karantina total membatasi kebebasan gerak semua orang yang terpapar penyakit menular selama masa inkubasi, untuk mencegah kontak dengan orang yang tak terpapar. Karantina parsial. Karantina parsial membatasi kebebasan gerak kontak secara selektif, berdasarkan perbedaan tingkat kerawanan dan tingkat bahaya transmisi penyakit. Contoh, anak sekolah diliburkan untuk mencegah penularan penyakit campak, sedang orang dewasa diperkenankan terus bekerja. Satuan tentara yang ditugaskan pada pos tertentu dicutikan, sedang di pos-pos lainnya tetap bekerja. (2) Surveilans penyakit; Surveilans penyakit (disease pengumpulan sistematis, surveillance) melakukan pengawasan terusTujuan karantina adalah mencegah transmisi penyakit selama masa inkubasi seandainya terjadi infeksi

menerus terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit dan kematian, serta data relevan lainnya. Jadi fokus perhatian surveilans penyakit adalah penyakit, bukan individu.

20

Di banyak negara, pendekatan surveilans penyakit biasanya didukung melalui program vertikal (pusat-daerah). Contoh, program surveilans tuberkulosis, program surveilans malaria. Beberapa dari sistem surveilans vertikal dapat berfungsi efektif, tetapi tidak sedikit yang tidak terpelihara dengan baik dan akhirnya kolaps, karena pemerintah kekurangan biaya. Banyak program surveilans penyakit vertikal yang berlangsung paralel antara satu penyakit dengan penyakit lainnya, menggunakan fungsi penunjang masing-masing, mengeluarkan biaya untuk sumberdaya masing-masing, dan memberikan informasi duplikatif, sehingga mengakibatkan inefisiensi. (3) Surveilans sindromik; Syndromic surveillance (multiple disease surveillance) melakukan

pengawasan terus-menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit, bukan masing-masing penyakit. Surveilans sindromik mengandalkan deteksi indikator-indikator kesehatan individual maupun populasi yang bisa diamat sebelum konfirmasi diagnosis. Surveilans sindromik mengamati indikatorindikator individu sakit, seperti pola perilaku, gejala-gejala, tanda, atau temuan laboratorium, yang dapat ditelusuri dari aneka sumber, sebelum diperoleh konfirmasi laboratorium tentang suatu penyakit. Surveilans sindromik dapat dikembangkan pada level lokal, regional, maupun nasional Sebagai contoh, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menerapkan kegiatan surveilans sindromik berskala nasional terhadap penyakitpenyakit yang mirip influenza (flu-like illnesses) berdasarkan laporan berkala praktik dokter di AS. Dalam surveilans tersebut, para dokter yang berpartisipasi melakukan skrining pasien berdasarkan definisi kasus sederhana (demam dan batuk atau sakit tenggorok) dan membuat laporan mingguan tentang jumlah kasus, jumlah kunjungan menurut kelompok umur dan jenis kelamin, dan jumlah total kasus yang teramati. Surveilans tersebut berguna untuk memonitor aneka penyakit yang menyerupai influenza, termasuk flu burung, dan antraks, sehingga dapat memberikan peringatan dini dan dapat digunakan sebagai instrumen untuk memonitor krisis yang tengah berlangsung.

21

Suatu sistem yang mengandalkan laporan semua kasus penyakit tertentu dari fasilitas kesehatan, laboratorium, atau anggota komunitas, pada lokasi sistem tertentu, disebut surveilans sentinel. Pelaporan sampel melalui kesehatan dengan menggunakan sumber daya yang terbatas . (4) Surveilans Berbasis Laboratorium; Surveilans berbasis laboartorium digunakan untuk mendeteksi dan menonitor penyakit infeksi. Sebagai contoh, pada penyakit yang ditularkan melalui makanan seperti salmonellosis, penggunaan sebuah laboratorium sentral untuk mendeteksi strain bakteri tertentu memungkinkan deteksi outbreak penyakit dengan lebih segera dan lengkap daripada sistem yang mengandalkan pelaporan sindroma dari klinik-klinik. (5) Surveilans terpadu; Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan semua kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/ provinsi/ kabupaten/ kota) sebagai sebuah pelayanan publik bersama. Surveilans terpadu menggunakan struktur, proses, dan personalia yang sama, melakukan fungsi mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk tujuan pengendalian penyakit. Kendatipun pendekatan surveilans terpadu tetap memperhatikan perbedaan kebutuhan data khusus penyakit-penyakit tertentu. Karakteristik pendekatan surveilans terpadu: (1) Memandang surveilans sebagai pelayanan bersama (common services); (2) Menggunakan pendekatan solusi majemuk; (3) Menggunakan pendekatan fungsional, bukan struktural; (4) Melakukan sinergi antara fungsi inti surveilans (yakni, pengumpulan, pelaporan, analisis data, tanggapan) dan fungsi pendukung surveilans (yakni, pelatihan dan supervisi, penguatan laboratorium, komunikasi, manajemen sumber daya); (5) Mendekatkan fungsi surveilans dengan penyakit. berbeda. 22 pengendalian Meskipun menggunakan pendekatan terpadu, surveilans terpadu

surveilans sentinel merupakan cara yang baik untuk memonitor masalah

tetap memandang penyakit yang berbeda memiliki kebutuhan surveilans yang

(6) Surveilans kesehatan masyarakat global. Perdagangan dan perjalanan internasional di abad modern, migrasi manusia dan binatang serta organisme, memudahkan transmisi penyakit infeksi lintas negara. Konsekunsinya, masalah-masalah yang dihadapi negara-negara berkembang dan negara maju di dunia makin serupa dan bergayut. Timbulnya epidemi global (pandemi) khususnya menuntut dikembangkannya jejaring yang terpadu di seluruh dunia, yang manyatukan para praktisi kesehatan, peneliti, pemerintah, dan organisasi internasional untuk memperhatikan kebutuhankebutuhan surveilans yang melintasi batas-batas negara. Ancaman aneka penyakit menular merebak pada skala global, baik penyakit-penyakit lama yang muncul kembali (re-emerging diseases), maupun penyakit-penyakit yang baru muncul (new emerging diseases), seperti HIV/AIDS, flu burung, dan SARS. Agenda surveilans global yang komprehensif melibatkan aktor-aktor baru, termasuk pemangku kepentingan pertahanan keamanan dan ekonomi. PENDEKATAN Pendekatan surveilans dapat dibagi menjadi dua jenis: (1) Surveilans pasif; (2) Surveilans aktif (Gordis, 2000). (1) Surveilans pasif Memantau penyakit secara pasif, dengan menggunakan data penyakit yang harus dilaporkan (reportable diseases) yang tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan. Kelebihan surveilans pasif, relatif murah dan mudah untuk dilakukan. Negaranegara anggota WHO diwajibkan melaporkan sejumlah perbandingan penyakit internasional. Kekurangan surveilans pasif adalah kurang sensitif dalam mendeteksi kecenderungan penyakit. Data yang dihasilkan cenderung under-reported, karena tidak semua kasus datang ke fasilitas pelayanan kesehatan formal. Selain itu, tingkat pelaporan dan kelengkapan laporan biasanya rendah, karena waktu petugas terbagi dengan tanggungjawab utama memberikan pelayanan 23 penyakit infeksi yang harus dilaporkan, sehingga dengan surveilans pasif dapat dilakukan analisis

kesehatan di fasilitas kesehatan masing-masing. Untuk mengatasi problem tersebut, instrumen pelaporan perlu dibuat sederhana dan ringkas. (2) Surveilans aktif Menggunakan petugas khusus surveilans untuk kunjungan berkala ke lapangan, desa-desa, tempat praktik pribadi dokter dan tenaga medis lainnya, puskesmas, klinik, dan rumah sakit, dengan tujuan mengidentifikasi kasus baru penyakit atau kematian, disebut penemuan kasus (case finding), dan konfirmasi laporan kasus indeks. Kelebihan surveilans aktif, lebih akurat daripada surveilans pasif, sebab dilakukan oleh petugas lokal. Kelemahan surveilans aktif, lebih mahal dan lebih sulit untuk dilakukan daripada surveilans pasif. Sistem surveilans dapat diperluas pada level komunitas, disebut community surveilance. Dalam community surveilance, informasi dikumpulkan langsung dari komunitas oleh kader kesehatan, sehingga memerlukan pelatihan diagnosis kasus bagi kader kesehatan. Definisi kasus yang sensitif dapat membantu para kader kesehatan mengenali dan merujuk kasus mungkin (probable cases) ke fasilitas kesehatan tingkat pertama. menggunakan 2006). definsi kasus Petugas kesehatan di tingkat lebih tinggi dilatih lebih spesifik, yang memerlukan konfirmasi yang memang dipekerjakan untuk menjalankan tanggungjawab itu. Selain itu, surveilans aktif dapat mengidentifikasi outbreak

laboratorium. Community surveilans mengurangi kemungkinan negatif palsu (JHU,

TAHAPAN TAHAPAN SURVEILANCE 1. Pengumpulan data. Data- data yang dikumpulkan meliputi: Karakteristik penderita ( umur, sex, pekerjaan dll ) Jumlah kematian. Penyebab penyakit atau agent 24

Tempat kejadian ( Kab, Kecamatan, Desa,,Dusun ) Waktu kejadian ( Bulan atau mingguan ) Reservoar ( tempat perindukan agent ) Hasil laboratorium

2. Kompilasi, analisa dan interpretasi data Kompilasi data adalah suatu pengolahan data berdasarkan waktu kejadian, tempat kejadian, umur penderita, jenis kelamin penderita, pekerjaan penderita dll yang bisa dibuat dalam bentuk tabel, grafik, diagram, peta dll Analisa data dapat dilakukan secara diskriptif atau uji statistik Interpretasi data hasil kajian dari analisa data untuk melakukan keputusan atau tindak lanjut dari permasalahan penyakit. 3. Penyebarluasan informasi. Penyebarluasan informasi ini sangatlah penting untuk diketahui oleh pelaku kegiatan ( Provider) maupun penentu kebijakan untuk bahan evaluasi dan menyusun perencanaan program dimasa akan datang sehingga permasalahan kesehatan yang muncul dapat diminimalisir.

25

DAFTAR PUSTAKA

Azwar azrul, dkk. 2004. A Primer On Family Medicine Practice. Singapore International Foundation. Singapore

Azrul Azwar. 1996. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga. Jakarta : Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia

26

Anda mungkin juga menyukai