Anda di halaman 1dari 32

1 Teori Relativitas Khusus ___________________________________________________________________________________________

BAB I TEORI RELATIVITAS KHUSUS


Fisika adalah ilmu yang berupaya secara ilmiah menelaah gejala alam mulai dari skala mikro (partikel elementer) hingga skala makro (jagad raya), serta mulai dari kelajuan rendah hingga kelajuan maksimum. Teori relativitas merupakan salah satu tulang punggung fisika modern. Sumbangannya terutama dalam bentuk penataan dan pelurusan konsep konsep dasar dalam fisika, khususnya yang berkaitan dengan ruang waktu, momentum energi sebagai aspek kinematika semua gejala alam, yang selanjutnya mengangkat cahaya sebagai pembawa isyarat berkelajuan maksimum. Sumbangan teori relativitas, dalam hal ini adalah teori relativitas khusus adalah mampu menampilkan persamaan Maxwell, yang merupakan persamaan dasar dalam elektrodinamika, dalam bentuk yang kovarian. Konsekuensi teori relativitas khusus adalah kelajuan gelombang elektromagnet dalan ruang vakum sama dengan c (laju cahaya di ruang hampa). Beberapa percobaan menunjukkan bahwa dalam elektromagnetik, tidak ada kerangka istimewa. Dalam kerangka inersial, kelajuan cahaya sama dengan c, atau dengan kata lain, c merupakan suatu besaran invarian. Selain itu sistem persamaan Maxwell berlaku dalam smua kerangka inersial, yang oleh karena itu konsep ruang waktu dan momentum energi yang mutlak harus diganti. Ada tiga asas yang melandasi teori relativitas khusus, yaitu : Asas ke nol (Asas perpadanan / korespondensi) : untuk setiap gerakan berkelajuan rendah (momentum rendah), konsep konsep dan hukum hukum relativistik yang muncul harus sesuai dengan konsep konsep yang telah ada dalam teori Newton. Asas pertama : Semua hukum alam bersifat tetap bentuknya (kovarian) terhadap perpindahan peninjauan dari kerangka inersial satu menuju kerangka inersial yang lain. ___________________________________________________________________

2 Teori Relativitas Khusus ___________________________________________________________________________________________

Asas kedua : Laju maksimal yang dapat dimiliki oleh isyarat tidak bergantung (invarian) dari kerangka acuan inersial yang digunakan. Nilai kelajuan maksimal c ini merupakan salah satu tetapan alam yang sangat penting dalam fisika dan memegang peranan utama dalam penelusuran konsep ruang waktu serta momentum energi. Nilainya sebagaimana yang ditetapkan oleh Badan Umum Internasional mengenai Berat dan Ukuran adalah c = 299792458 m/s. Hal ini berarti satu meter adalah jarak yang ditempuh oleh cahaya dalam ruang vakum selama selang waktu 1/299792458 detik. Terdapat dua pendekatan yang digunakan untuk menelusuri kaedah transformasi antara besaran besaran fisis (transformasi Lorentz) dari kerangka ~ inersial yang satu (K) menuju kerangka inersial yang lain (K ) yang bergerak dengan kecepatan konstan V terhadap K. Pendekatan pertama yang digunakan bersifat konvensional yaitu dengan memilih ruang dan waktu sebagai variabel awal yang digunakan dalam merumuskan kaedah transformasi Lorentz. Dengan pendekatan ini, kaedah transformasi untuk besaran momentum dan energi baru ditelusuri kemudian. Pendekatan kedua bersifat pendekatan energetika, yaitu dengan memilih momentum energi sebagai variabel awal, yang selanjutnya transformasi untuk besaran ruang dan waktu baru ditampilkan kemudian. Menurut Muslim (1997), pendekatan ini tampil lebih ringkas dan lebih sesuai apabila diterapkan untuk proses mikroskopik pada zarah elementer, mengingat data data pada proses hamburan dan spektroskopi biasanya melibatkan besaran momentum dan energi. Berikut ini akan dijabarkan perumusan kaedah transformasi Lorentz melalui pendekatan energetika (momentum energi), mengacu pada Muslim (1997). 1.1 Pendekatan Energetika dan Penjabaran Kaedah Transformasi Lorentz Menurut asas korespondensi, perumusan hukum Newton kedua yang berbentuk dp F= dan dE = F . dr = dW dt (1.1)

___________________________________________________________________

3 Teori Relativitas Khusus ___________________________________________________________________________________________

dapat pula berlaku dalam energetika relativistik (untuk momentum dan energi relativistik), dengan modifikasi definisi bagi momentum p . Dalam hal ini, F adalah gaya luar yang melakukan kerja dW pada zarah dalam selang waktu dt, dengan akibat terjadinya perubahan momentum sebesar dp dan energi sebesar dE sewaktu zarah tersebut melakukan pergeseran sejauh dr . Perubahan tenaga tersebut dapat dituliskan sebagai dr dp dE = . dr = dp . = v . dp . (1.2) dt dt Pada saat zarah dalam keadaan rehat ( v = 0 ), energi zarah bernilai E0 yang dinamakan dengan energi rehat. Selanjutnya jika zarah bergerak ( v 0 ), energi zarah tersebut akan bertambah dengan energi kinetik sebesar Ek menjadi energi total E yang dirumuskan sebagai E = E0 + E k . Jika zarah tersebut bergerak lurus maka v // p sehingga dE = v dp. diperoleh energi foton sebesar E = dE = c dp = pc + konstan . konstan tersebut sama dengan nol. Jadi diperoleh E 2 = p 2 c 2 untuk v = c. (1.5) (1.3)

(1.4)

Untuk foton dengan v = c konstan dan invarian (asas kedua teori relativitas), maka

Mengingat tidak ada foton dengan kecepatan nol, maka disimpulkan bahwa tetapan

(1.6)

Selanjutnya untuk zarah bermassa dengan v atau p atau Ek sembarang, bentuk kuadrat momentum p 2 dapat diuraikan ke dalam suatu deret Taylor dalam Ek = E E0 yang berbentuk 2 p 2 = a0 + a1 Ek + a2 Ek + ... (1.7)

Untuk zarah rehat (v = 0), nilai p maupun Ek = 0, sehingga a0 = 0. Dari sini, perilaku zarah untuk kecepatan rendah diberikan oleh koefisien a1 . Untuk ___________________________________________________________________

4 Teori Relativitas Khusus ___________________________________________________________________________________________


2 zarah berkelajuan tinggi, Ek tinggi sehingga nilai E 2 Ek , mengingat untuk

daerah ini E0 dapat diabaikan. Dari kondisi ini diperoleh a0 = 1 / c 2 , sedangkan untuk a3 dan seterusnya sama dengan nol. Adapun untuk kelajuan rendah, tentu saja a1 0 . Jadi untuk sembarang daerah kelajuan / energi kinetik, berlaku kaitan dispersi untuk zarah bebas yang berbentuk 2 p 2 = p . p = a1 Ek + Ek / c 2 untuk 0 v c. Apabila ungkapan di atas diambil turunannya, serta dengan mengingat bahwa dEk = d ( E E0 ) = dE diperoleh 2p . dp = (a1 + 2 Ek / c 2 ) dE atau dE = p . dp 2 1 a + Ek / c 2 1 (1.11) (1.10) (1.9)

(1.8)

yang harus = v . dp . Dari sini diperoleh kesamaan p = v 1 a1 + Ek / c 2 . 2

(1.12)

Pangkat dua persamaan di atas adalah


2 aE Ek p 2 = v 2 1 a1 + 1 2 k + 4 4 c c

(1.13)

yang harus bernilai sama dengan 2 p 2 = a1Ek + Ek / c 2 .

(1.14)

Dua persamaan terakhir di atas dapat dituliskan dengan mengumpulkan Ek yang berpangkat sama sebagai
2 v 2 Ek v2 2 1 2 2 + a1 1 2 Ek = 1 a1 v 2 . 4 c c c

(1.15)

Dengan mengalikan persamaan di atas dengan

c2 , diperoleh (1 v 2 / c 2 )

___________________________________________________________________

5 Teori Relativitas Khusus ___________________________________________________________________________________________


2 Ek + a1c 2 Ek = 2 a1 v 2 c 2 4(1 v 2 / c 2 )

(1.16)

yang ternyata sama dengan p 2 c 2 . Dengan demikian p= a1v 2 1 v2 / c2 . (1.17)

Untuk kelajuan rendah, berlaku rumus Newton : p = mv dan 1 v2 / c2 1 sehingga mv = atau a1 = 2m . relativistik sebagai p= dengan mv 1 v / c 1 1 v2 / c2
2 2

(1.18)

(1.19)

a1v 2 (1.20)

Dengan mengisikan hasil ini ke dalam pers. (1.17) diperoleh vektor momentum

= mv

(1.21)

1.

(1.22)

Selanjutnya dengan mengisikan nilai a1 = 2m ke dalam pers. (1.12) diperoleh mv = v (m + Ek / c 2 ) (1.23) atau Ek = mc 2 ( 1) . dengan energi rehatnya, atau yang dituliskan sebagai E k = E E0 dengan E = energi relativistik partikel dan E0 = energi rehat partikel. ___________________________________________________________________ (1.25) (1.24)

Mengingat energi kinetik partikel adalah energi relativistik partikel dikurangi

6 Teori Relativitas Khusus ___________________________________________________________________________________________

Selanjutnya dapat dilakukan identifikasi berikut : E = mc 2 = dan E0 = mc 2 Untuk limit non relativistik, bentuk (1.27) mc 2 1 v2 / c2 (1.26)

1 = (1 v 2 / c 2 ) 1 / 2 1 (1 + v 2 / 2c 2 ) 1 = v 2 / 2c 2
sehingga tenaga kinetik nonrelativistik menjadi Ek = mc 2 (v 2 / 2c 2 ) = 1 mv 2 2 yang bersesuaian dengan teori Newton. Kuadrat energi relativistik partikel bernilai E2 = m 2c 4 1 = m 2c 4 m 2v 2c 2 + m 2v 2c 2 2 2 2 2 1 v / c 1 v / c
2

(1.28)

(1.29)

)
(1.30)

m 2 c 4 (1 v 2 / c 2 ) mv = + 2 2 2 2 (1 v / c ) 1 v / c sehingga E=

2 c = m 2c 4 + p 2c 2

p 2c 2 + m2c 4

(1.31)

Hubungan antara p, v dan E dapat dituliskan dalam bentuk Ev 2 2 p = mv = mc v / c = 2 . c

(1.32)

Dari persamaan (1.31), dapat dibuat ilustrasi yang menggambarkan hubungan tersebut dalam segitiga siku-siku, seperi yang terdapat pada Gambar 1.1.

mc 2 p

Gambar 1.1 ___________________________________________________________________

7 Teori Relativitas Khusus ___________________________________________________________________________________________

Segitiga siku-siku antara E, pc dan mc 2 Contoh soal : Tentukan kecepatan sebuah partikel dalam c atau laju cahaya dalam ruang hampa agar a. b. c. rumus Newton p = mv dapat digunakan dengan kesalahan 10 6 .
2 rumus E k = 1 mv dapat digunakan dengan kesalahan yang sama. 2 rumus p = mv hanya memberikan setengah dari nilai momentum yang

sebenarnya dimiliki partikel tersebut. d.


2 rumus E k = 1 mv hanya memberikan nilai setengah dari yang sebenarnya 2

dimiliki oleh partikel tersebut. e. a. Tenaga kinetik partikel sama dengan 10 tenaga rehatnya. Jika rumus momentum p = mv(1 v 2 / c 2 ) 1 / 2 = mv(1 2 ) 1 / 2 seperti yang terdapat pada persamaan (1.21) diuraikan menggunakan deret, diperoleh p = mv(1 + 1 2 + 3 4 + ...) .
2 8

Jawaban :

Dengan demikian rumus Newton yang hanya memuat suku pertama deret di atas dapat digunakan dengan kesalahan 10 6 , jika
12 2

10 6

atau v 1,41 10 3 c = 4,24 10 5 m/s . Kecepatan ini cukup tinggi (lebih dari 100 kali kecepatan bunyi di udara). b. Tenaga kinetik partikel seperti dirumuskan pada persamaan (1.24) adalah E k = mc 2 [(1 2 ) 1 / 2 1] yang jika diuraikan ke dalam deret menjadi ___________________________________________________________________

8 Teori Relativitas Khusus ___________________________________________________________________________________________

E k = 1 mv 2 (1 + 3 2 + ...) .
2 4

Jadi supaya rumus tenaga kinetik klasik masih dapat digunakan dengan tingkat kesalahan tersebut, maka
32 4

10 6

atau v 1,15 10 3 c . Nilai ini sedikit lebih kecil dari nilai pada (a). c. Untuk pertanyaan tersebut mv = 1 mv(1 v 2 / c 2 ) 1 / 2
2

yang berarti v = 1 3c .
2

d.

Untuk pertanyaan tersebut


1 mv 2 2

= 1 mc 2 [(1 v 2 / c 2 ) 1 / 2 1]
2

yang berarti 1 + 2 = (1 2 ) 1 / 2 . Bentuk ini dapat dituliskan dalam bentuk (1 + 2 2 + 4 )(1 2 ) = 1 6 4 + 2 = 1 sehingga

2 ( 4 2 1) = 0 .
Bentuk persamaan kuadrat dalam 2 di atas memiliki akar positif

2 = 1 ( 5 1)
2

sehingga v = 0,79 c = 2,36 108 m/s. e. Untuk E k = mc 2 [(1 2 ) 1 / 2 1] = 10mc 2 ___________________________________________________________________

9 Teori Relativitas Khusus ___________________________________________________________________________________________

maka (1 2 ) 1 / 2 = 11 sehingga 120 121

2 =
atau

v = 2,988 10 8 m/s. Transformasi Lorentz untuk besaran ( E , p) ~ Ditinjau transformasi Lorentz antara kerangka K dan kerangka K yang bergerak terhadap K dengan kecepatan V, yang secara linear menghubungkan ~ p p p perangkat besaran ( E , p x , p y , p z ) dan ( E , ~ x , ~ y , ~ z ) serta sebagai bentuk pengkhususan dipilih transformasi yang hanya ditinjau ke arah salah satu sumbu koordinat saja, dalam hal ini dipilih sumbu x. Bentuk transformasi Lorentz tersebut adalah (Muslim, 1985) ~ E = ' ( E + bp x ) ; ~ x = ( p x + aE ) ; ~ y = p y dan ~ z = p z . p p p

1.2

(1.33)

Jadi pada bentuk di atas, komponen momentum ke arah sumbu y dan z tidak mengalami perubahan, sehingga transformasi hanya melibatkan pasangan ( E , p x ) . Untuk mencari parameter parameter transformasi yaitu , ' , a dan b, akan ditinjau dua kasus khusus yaitu kasus partikel bermassa rehat m yang rehat masing masing ~ ~ di K dan K . Ilustrasi tentang kerangka K dan K terdapat pada Gambar 1.2. ~ z z V O x ~ x ~ O y ~ y

___________________________________________________________________

10 Teori Relativitas Khusus ___________________________________________________________________________________________

~ Gambar 1.2. Kerangka K dan K ~ Saat partikel rehat di K , yang berarti ~ = ~ = ~ =0 px p y pz maka memberikan p y = pz = 0 serta p x + aE = 0 atau p x = aE . Padahal hubungan antara p, v dan E adalah Ev p= 2 c sehingga diperoleh kesimpulan a= v . c2 (1.39) (1.38) (1.37) (1.36) (1.35)

(1.34)

~ Mengingat partikel tersebut rehat di K , itu berarti partikel tersebut bergerak dengan kecepatan v = V = V nx di K. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa a= V . c2 (1.40)

Selanjutnya saat partikel rehat di K, yang berarti px = p y = pz = 0 , yang dari transformasi Lorentz memberikan ~ = ~ =0 p y pz serta ~ = aE = V mc 2 = Vm. px c2
2

(1.41)

(1.43)

(1.44)

___________________________________________________________________

11 Teori Relativitas Khusus ___________________________________________________________________________________________

~ Partikel tersebut berarti bersama sama dengan kerangka K bergerak terhadap K ~ dengan kecepatan v = V = V nx . Dengan demikian momentum partikel di K bernilai px = sehingga diperoleh . 1 V 2 / c2 ~ ~ Kemudian dihitung nilai energi E di K menurut ~ E= sehingga diperoleh ' = 1 1 V 2 / c2 = . (1.48) mc 2 1V / c
2 2

mV 1 V 2 / c2 1

(1.45)

(1.46)

= ' (mc 2 + 0)

(1.47)

~ Untuk menentukan tetapan b, ditinjau kembali partikel yang rehat di K , ~ ~ sehingga transformasi Lorentz untuk energi E di K menghasilkan ~ (1.49) E = mc 2 = ' (mc 2 + bmV ) atau bmV = yang berarti bahwa (1.51) ~ Dengan demikian transformasi Lorentz antara kerangka K dan kerangka K yang bergerak dengan kecepatan V ke arah sumbu x untuk perangkat besaran ~ ( E , p x , p y , p z ) dan ( E , ~ x , ~ y , ~ z ) adalah p p p ~ E= E Vp x 1 V 2 / c2 ; (1.52) b = V . mc 2 mc 2 = mc 2 1 V 2 / c 2 1 = mV 2 2

(1.50)

2 ~ = p x VE / c ; px 1 V 2 / c2

(1.53)

___________________________________________________________________

12 Teori Relativitas Khusus ___________________________________________________________________________________________

~ =p ; ~ =p py (1.54) y pz z. Selanjutnya dilakukan perluasan jika arah V sembarang. Dengan melakukan substitusi : p x p // ; p y dan p z p ; p xV p//V = p V diperoleh E pV ~ E= ; 1 V 2 / c2 ~ p // VE / c 2 p // = ; 1 V 2 / c2 ~ p = p (1.58) (1.55) (1.56) (1.57)

(1.59) (1.60)

~ Karena K bergerak terhadap K dengan kecepatan V , maka transformasi balik untuk bentuk di atas adalah E= ; 1 V 2 / c2 ~ ~ p // + VE / c 2 p // = ; 1 V 2 / c2 ~ p = p ~ ~ E + pV (1.61)

(1.62)

(1.63) Ditinjau sebuah partikel bermassa m yang bergerak di K dengan kecepatan v ~ ~ ~ dan di K dengan kecepatan v . Kaedah transformasi untuk energi E di kerangka ~ K memberikan ~ E= mc 2 mv V = 1 v'2 / c 2 1 V 2 / c2 1 v2 / c2 1 v2 / c2 mc 2 1 (1.64)

yang dengan membalik pembilang dan penyebut persamaan di atas, kemudian menyederhanakannya diperoleh 1 v2 / c2 . 1 v' / c = 1 V / c 1 v V / c2
2 2 2 2

(1.65)

___________________________________________________________________

13 Teori Relativitas Khusus ___________________________________________________________________________________________

Jika pada persamaan di atas diisikan v = c, maka v juga sama dengan c. Hal ini berarti kecepatan cahaya di semua kerangka acuan inersial bernilai tetap (invarian) yang sama dengan c. Akibat lain dari persamaan di atas adalah dengan menuliskannya sebagai 1 1 1 = 2 ' 1 v V / c atau ' = (1 v V / c 2 ) (1.67) (1.66)

Sementara itu dari pers. (1.63) untuk komponen momentum tegaklurus diperoleh ~ (1.68) ' mv = mv yang menghasilkan kaedah kecepatan tegaklurus sebagai ~ v v = . (1 v V / c 2 ) Sedangkan untuk komponen momentum yang sejajar, diperoleh ~ ' mv // = (mv // Vmc 2 / c 2 ) = m( v // V ) sehingga ~ v // = vV . 1 v V / c2 (1.71)

(1.69)

(1.70)

Dengan menggunakan kaedah penjumlahan kecepatan di atas, dapat ~ diturunkan transformasi koordinat (ct , r ) dan (c~, r ) menurut resep t v = dr / dt (1.72) dan ~ ~ v = d r / d~ . t Untuk transformasi kecepatan tegaklurus, diperoleh d ~ dr r = . d~ t dt (1 v V / c 2 ) (1.73)

(1.74)

Dengan berlakunya simetri gerak pada panjang yang tegaklurus V , untuk vektor koordinat yang tegaklurus diperoleh ~ r = r (1.75) ___________________________________________________________________

14 Teori Relativitas Khusus ___________________________________________________________________________________________

dan sekaligus juga ~ d r = dr , sehingga (1.77) d ~ = dt (1 v V / c 2 ) = ( dt dr V / c 2 ) . t Untuk syarat awal : t = ~ = 0 dan r = 0 , integrasi persamaan di atas memberikan t hasil transformasi waktu koordinat : ~ = (t r V / c 2 ) . t ditulis sebagai ~ d r// dr// Vdt d ~ r// = = d~ t dt (1 v V / c 2 ) dt (1 v V / c 2 ) atau ~ d r// = (dr// Vdt ) . Dengan menerapkan syarat awal ~ t = ~ = 0 dan r// = r// = 0 , t maka pengintegralan persamaan di atas memberikan ~ r// = (r// Vt ) . Gabungan antara pers. (1.75) dan (1.81) menghasilkan ~ r = r + ( 1)(r V )V / V 2 Vt Contoh Soal : Sebuah pesawat antariksa dilihat dari bumi sedang bergerak ke arah timur dengan kecepatan v p = 0,6c i dan dalam waktu lima detik akan bertabrakan dengan sebuah komet yang sedang bergerak ke arah barat dengan kecepatan v k = 0,8c i . a. b. Dilihat dari pesawat antariksa, berapakah kecepatan komet mendekatinya ? Menurut pilot pesawat antariksa tersebut, berapa waktu yang tersedia untuk menghindari tabrakan tersebut? Jawaban : ___________________________________________________________________ (1.80) (1.79) (1.76)

(1.78)

Sementara itu dari kaedah transformasi kecepatan yang sejajar, bentuknya dapat

(1.81)

(1.82)

15 Teori Relativitas Khusus ___________________________________________________________________________________________

a.

Ditinjau dari pesawat antariksa yang bergerak dengan kecepatan V = v p terhadap bumi (kerangka K), kecepatan komet mendekati pesawat tersebut dapat dicari dengan perumusan v // k V 0,8c 0,6c v ' // k = =i = 0,946c i . 2 2 1 v //V / c 1 (0,8c)( 0,6c) / c Jadi kecepatan komet tersebut menurut pilot pesawat adalah 0,946c mendekati pesawat tersebut.

b.

Dengan menggunakan dilatasi waktu, dapat ditentukan waktu yang tersedia bagi pilot tersebut untuk menghindari tabrakan. Karena faktor dilatasi waktu adalah = (1 0,6 2 ) 1 / 2 = 1,25 maka t ' = t 5 = detik = 4 detik . 1,25

1.3

Metode lain penurunan bentuk eksplisit besaranbesaran fisis relativistik Metrik ruang waktu datar empat dimensi (metrik Minkowski) yang digunakan

dalam teori relativitas khusus muncul dari bentuk invarian metrik ds 2 = dx dx = c 2 dt 2 + dx 2 + dy 2 + dz 2 = c 2 dt 2 + dr 2 dengan vektor koordinat kontravarian dirumuskan 4 x = ( x 0 , x m ) = ( x 0 , x1 , x 2 , x 3 ) = (ct , x, y, z ) = (ct , r ) Pada metrik pers. (1.83), komponen tensor metrik rank kovarian adalah 2 00 = 11 = 22 = 33 = 1 dan (1.85) (1.84) (1.83)

= 0 untuk .
Sementara itu pasangan komponen tensor metrik rank kontravarian adalah 2 00 = 11 = 22 = 33 = 1 dan

(1.86)

(1.87)

___________________________________________________________________

16 Teori Relativitas Khusus ___________________________________________________________________________________________

= 0 untuk
Kaitan antara waktu pribadi dengan elemen garis s adalah ds 2 = c 2 d 2 sehingga pers. (1.83) menjadi

(1.88)

(1.89)

1 dx 2 + dy 2 + dz 2 (1.90) 2 c Diperkenalkan vektor kecepatan v yang memiliki komponen 3 komponen d 2 = dt 2 Cartesan vx = dx dy dz , vy = , vz = dt dt dt (1.91)

Dengan substitusi komponen komponen kecepatan di atas, pers. (1.90) dapat 3 dituliskan menjadi 1 v2 2 2 2 2 1 2 d = dt 1 2 (dx / dt ) + (dy / dt ) + (dz / dt ) = dt c c
2 2

(1.92)

atau 1/ 2 v2 dt 1 2 dt = , d = c dengan 1 2 2 . 1 v / c (1.93)

(1.94)

Didefinisikan vektor kecepatan kontravarian V yang memiliki komponen 4 V

dx dx dt d = = = ( ct , r ) = ( c, v ) d dt d dt

(1.95)

sedangkan komponen vektor kecepatan kovarian V dapat dicari dari V dengan 4 menggunakan tensor metrik kovarian pers. (1.85) (1.86) : V = V = (c, v ) .

(1.96)

Sementara untuk vektor kecepatan kontravarian P , komponen 4 komponennya adalah

___________________________________________________________________

17 Teori Relativitas Khusus ___________________________________________________________________________________________

mc 2 E P = mV = m ( c, v ) = , mv = , p c c dengan energi : E = mc 2 dan momentum : 3 p = mv .

(1.97)

(1.98)

(1.99)

Hasil pers. (1.98) dan (1.99) berturut-turut sama dengan pers. (1.26) dan (1.21). Sedangkan vektor momentum kovarian P adalah 4 P = P = ( E / c, p) (1.100)

Adapun vektor gaya kontravarian F memiliki komponen 4 komponen dP dP dt dE F = = = ,f d dt d cdt

(1.101)

dengan gaya f didefinisikan sebagai 3 dp f = dt Sementara itu vektor gaya kovarian F dirumuskan sebagai 4 dE F = F = c dt , f . akan menghasilkan suatu skalar, seperti misalnya v2 2 2 2 2 2 2 VV = (c, v ) (c, v ) = c + v = c 1 2 = c 2 c

(1.102)

(1.103)

Perkalian dalam (inner product) antara dua vektor kovarian dan kontravarian

(1.104)

dan P P = ( E / c, p)( E / c, p) = ( E / c ) 2 + p 2 = m 2 c 2 Dari turunan pers. (1.104) di atas diperoleh 0= dE dE d , f (c, v ) + (c, v ) mVV = FV + V F = c dt c dt , f d (1.105)

___________________________________________________________________

18 Teori Relativitas Khusus ___________________________________________________________________________________________

2 dE + f v = 2 dt sehingga diperoleh dE =f v dt dituliskan menjadi

(1.106)

(1.107)

Dengan hasil di atas, vektor gaya kontravarian dan kovarian berturut 4 turut dapat

F = f v / c, f
dan

) )

(1.108)

F = f v / c, f
Dari pers. (1.105) berlaku kaitan

(1.109)

E 2 = p 2c 2 + m 2c 4 . Sementara dari pers. (1.107) : dE = v f dt = v dp . Bentuk di atas sama dengan pers. (1.2) 1.4

(1.110)

(1.111)

Transformasi Lorentz Vektor4 melalui Transformasi Koordinat4 Berikut ini akan dijabarkan kaedah alih bentuk Lorentz untuk komponen

vektor baik dalam bentuk kovarian maupun kontravarian melalui transformasi 4, koordinat (1.3 dimensi ruang dan 1 dimensi waktu) di ruang 4 waktu Minkowski. Mula mula diberikan aturan transformasi koordinat untuk vektor dalam ruang sembarang berdimensi N. Selanjutnya diberikan deskripsi ruang waktu Minkowski yang menjadi wahana teori relativitas khusus Einstein. Diberikan kaitan transformasi koordinat di dalam ruang waktu tersebut bagi dua kerangka inersial yang salah satunya bergerak dengan kecepatan konstan V terhadap lainnya. Dengan kaitan tersebut selanjutnya melalui kaedah transformasi untuk vektor, nilai nilai komponen beberapa vektor dihitung dan diperoleh relasi yang 4 mengaitkan besaran besaran pada kedua kerangka tersebut. Vektor yang dipilih di 4 sini berkaitan berkaitan dengan masalah dalam dinamika relativistik dan ___________________________________________________________________

19 Teori Relativitas Khusus ___________________________________________________________________________________________

elektrodinamika, seperti vektor kecepatan vektor momentum vektor gaya 4, 4, 4, vektor potensial dan vektor kerapatan 4 4. 1.5 Kaedah Transformasi untuk Vektor Ditinjau suatu ruang berdimensi N dengan koordinat
1 2 N x N = ( x , x ,..., x ) .

(1.112)

Jika dilakukan transformasi ke koordinat ~ N = ( ~1 , ~ 2 ,..., ~ N ) x x x x (1.113)

di dalam ruang tersebut, kaedah transformasi yang mengubungkan vektor ~ ~ kontravarian A dan A serta antara vektor kovarian A dan A berturut turut adalah (Lawden, 1982) ~ ~ x A = A x dengan inversi x ~ A = ~ A , x

(1.114)

(1.115)

serta ~ x A = ~ A x dengan inversi A = ~ ~ x A . x (1.117) (1.116)

Di sini telah digunakan kesepakatan penjumlahan Einstein, yaitu jika terdapat indeks berulang, maka penjumlahan harus dilakukan meliputi jangkuan indeks tersebut. Apabila penjumlahan tak ingin dilakukan, maka hal tersebut harus diungkapkan secara eksplisit. 1.6 RuangWaktu Minkowski dan Kaedah Transformasi Lorentz Metrik ruang waktu Minkowski dengan koordinat ___________________________________________________________________

20 Teori Relativitas Khusus ___________________________________________________________________________________________

x = ( x 0 , x1 , x 2 , x 3 ) = (ct, x, y, z) = (ct , r ) dapat mengambil bentuk ds 2 = g dx dx = c 2 dt 2 + dx 2 + dy 2 + dz 2 = c 2 dt 2 + dr 2 dengan g = ( mn = mn , 00 = 1, 0 m = m 0 = 0 )

(1.118)

(1.119)

(1.120)

Ditinjau dua kerangka inersial yakni kerangka K dengan koordinat x dan ~ kerangka K dengan koordinat ~ yang bergerak dengan kecepatan konstan V x terhadap kerangka K ke arah r.V r// = 2 V V dkk, 1997) ~ r// = (r// Vt ) ~ r = r ~ = (t r.V / c 2 ) t dengan = 1 1 V2 / c2 . (1.125) (1.122) (1.123) (1.124) (1.121)

Kaitan Lorentz antara koordinat di dalam ruang 4 waktu Minkowski adalah (Zahara

Kalau komponen ruang di atas ingin digabungkan, hasilnya ~ ~ ~ ( 1)(r.V ) ct r = r// + r = r + V V c V2 yang jika diuraikan ke dalam komponen komponennya menjadi
j i ~ i n = x i n + ( 1) x V j V i n V x 0 n x i i i i 2 c V

(1.126)

(1.127)

atau
i i ~ i = i + ( 1)V V j x j V x 0 j x c V2

(1.128)

Sedangkan penguraian untuk komponen waktu adalah ___________________________________________________________________

21 Teori Relativitas Khusus ___________________________________________________________________________________________

c~ = (ct t atau

Vi i x) c

(1.129)

~ 0 = ( x 0 Vi x i ) . x c

(1.130)

~ Dari pers. (1.128) dan (1.130), jika dilakukan derivatif parsial koordinat K terhadap K, diperoleh ( 1)V iV j ~ i x i =j + x j V2 ~ i x V i = c x 0 V ~ 0 x = i i c x ~ 0 x = . x 0 Ditinjau suatu vektor kontravarian di ruang K 4 S = ( S 0 , S m ) = ( S 0 , S) ~ dan vektor kontravarian di ruang K 4 ~ ~ ~ ~ ~ S = (S 0 , S m ) = (S 0 , S) . diperoleh : 0 SV Vn n ~ 0 ~ 0 ~ 0 0 ~ 0 n x x x S = S S = S = 0 S + n S = S 0 c c x x x dan
m ~ ~ m x ~ m x ~ m x V m 0 m + ( 1)V Vn S n S m = S = 0 S 0 + n S n = S + n V2 c x x x ( 1)S V m S 0 m m V = S + (1.138) V c V2

(1.131) (1.132) (1.133) (1.134)

(1.135)

(1.136)

Dengan menggunakan kaedah transformasi untuk komponen vektor kontravarian,

(1.137)

yang jika dinyatakan dalam notasi vektor menjadi ___________________________________________________________________

22 Teori Relativitas Khusus ___________________________________________________________________________________________

~ ( 1)S V S 0 S =S+ V V. c V2 Mengingat bentuk (S V )V / V 2 = S // , kaedah untuk komponen vektor S yang sejajar V adalah

(1.139)

(1.140)

~ S 0 (1.141) V = S // ( S 0 / c)V . S // = S // + ( 1)S // c Sementara itu kaedah untuk komponen vektor S yang tegaklurus V adalah ~ (1.142) S = S . Selanjutnya ditinjau vektor kecepatan kontravarian : 4 V = ( c, v ) sehingga S0 = c dan S =v. (1.145) (1.144)

(1.143)

Dengan menggunakan hasil pers. (1.137), untuk komponen ke nol, diperoleh ~ c = c + v V (1.146) c yang memberikan hasil ~ vV = 1 + 2 . c (1.147)

Persamaan di atas menghubungkan faktor dilatasi partikel yang bergerak di kedua kerangka. Sedangkan dengan menggunakan pers. (1.139) untuk komponen vektor, diperoleh ~ ~ = v + ( 1) v V V c V v 2 c V yang jika disederhanakan menjadi (1.148)

___________________________________________________________________

23 Teori Relativitas Khusus ___________________________________________________________________________________________

( 1) v V v+ V V 2 ~ V v= vV 1 2 c

(1.149)

Persamaan di atas menghubungkan vektor kecepatan di kedua kerangka acuan. 3 Kaedah untuk v // adalah ~ v // V v // = (1.150) vV 1 2 c Sedangkan untuk v adalah ~ v v = vV (1.151) 1 2 c Berikutnya ditinjau vektor momentum kontravarian yang memiliki 4 komponen : P = ( E / c, p ) sehingga S0 = E / c dan S =p. Kaedah transformasi Lorentz untuk energi adalah pV ~ E / c = E / c c atau ~ E = E pV . (1.154) (1.153) (1.152)

(1.155)

(1.156)

Bentuk (1.156) di atas sama dengan pers. (1.58). Adapun kaedah transformasi Lorentz untuk vektor momentum adalah 3 ~ ( 1)p V E p =p+ V 2 V. V2 c

(1.157)

Untuk komponen vektor momentum sejajar dan tegaklurus, kaedahnya adalah 3 ___________________________________________________________________

24 Teori Relativitas Khusus ___________________________________________________________________________________________

~ E p // = p // + ( 1)p // 2 V = p // ( E / c 2 )V c dan ~ p = p Selanjutnya ditinjau vektor gaya kontravarian : 4

(1.158)

(1.159)

Bentuk (1.158) dan (1.159) di atas sama dengan bentuk pers. (1.59) dan (1.60).

F = f v / c, f
sehingga f v S = c
0

(1.160)

(1.161)

dan S = f . Diperoleh ~ ~ = f + ( 1) f V V f v V f V2 c2 (1.163) (1.162)

yang dengan menggunakan pers. (1.139), bentuk di atas dapat dituliskan menjadi ( 1) f V f v V 2 V ~ f+ V2 c f = . (1.164) vV 1 2 c Kaedah f untuk komponen sejajar dan tegaklurus berturut turut adalah f v f v ~ f // + ( 1) f // c 2 V f // c 2 V f// = = . (1.165) vV vV 1 2 1 2 c c dan ~ f = f vV . 1 2 c (1.166)

___________________________________________________________________

25 Teori Relativitas Khusus ___________________________________________________________________________________________

~ Selanjutnya jika ditinjau kasus khusus dengan v = V , atau partikel rehat di K , yang berarti bahwa : VV 1 2 = 2 , c (f V )V = f //V V = f //V 2 , sehingga V2 f // 1 2 ~0 c =f f// = // 2 V 1 2 c dan ~0 f (1.170) f = 2 = f . ~ Jadi untuk kerangka rehat partikel di K , kaedah transformasi Lorentz untuk vektor gaya adalah 3 ~0 ~0 ~0 f = f// + f = f // + f . 1.7 (1.171) (1.167) (1.168)

(1.169)

Transformasi Lorentz untuk besaranbesaran elektrodinamika Diketahui dan v berturut turut adalah rapat muatan dan kecepatan aliran relatif terhadap suatu kerangka inersial K. Rapat arus j dirumuskan sebagai (1.172) j = v . Persamaan kontinuitas muatan dirumuskan sebagai + . j = 0 t

(1.173)

Dalam elektrodinamika dikenal skalar potensial listrik dan vektor potensial listrik A yang mana gabungan keduanya bersama 3 sama membentuk suatu vektor potensial A dengan komponen 4 A = ( A0 , A m ) = ( / c, A) (1.174)

Mengikuti sistem satuan SI, terdapat perumusan perumusan berikut ___________________________________________________________________

26 Teori Relativitas Khusus ___________________________________________________________________________________________

1 + .A = 0 c 2 t 1 2A 2 2 + 2 A = 0 j c t 1 2 + 2 = 0 c 2 2 2 c t A = 0 j dengan vektor kerapatan j didefinisikan sebagai 4 j = ( j 0 , j ) = ( c, j ) . Operator skalar didefinisikan sebagai 4 = = Operator turunan 1 2 1 2 2 2 2 + 2 = 2 2 + 2 + 2 + 2 c 2 t 2 c t x y z kovarian dan kontravarian

(1.175) (1.176) (1.177)

Gabungan dua persamaan di atas menghasilkan (1.178)

(1.179)

(1.180) masing-masing

koordinat 4

dirumuskan sebagai = 1 = 0 , m = , x x x c t (1.181) (1.182)

1 = = , c t Bentuk syarat Lorentz pers. (1.175) dapat dituliskan sebagai A = 0 menjadi j = 0

(1.183)

sedangkan bentuk persamaan kontinuitas muatan (pers. (1.173)) dapat dituliskan

(1.184)

Kaedah transformasi Lorentz untuk komponen vektor kerapatan adalah 4 ~ c = c j V (1.185) c atau

___________________________________________________________________

27 Teori Relativitas Khusus ___________________________________________________________________________________________

~ = j V c2 serta ~ ( 1) j V j = j+ V V , V2 ~ j// = j// V ,

(1.186)

(1.187) (1.188)

dan ~ j = j . potensial adalah 4 ~ AV = c c c atau ~ = AV , serta ~ ( 1) A V A=A+ V 2 V, V2 c ~ A // = A // 2 V , c dan ~ A = A . (1.194) (1.192) (1.193) (1.190) (1.189)

Sementara itu kaedah transformasi Lorentz untuk komponen vektor

(1.191)

~ Jika kita ingin mencari transformasi balik dari kerangka K ke kerangka K, hal itu dapat dilakukan dengan mudah, yaitu dengan substitusi V = V . Dengan substitusi ini, diperoleh kaedah transformasi Lorentz besaran-besaran berikut ini : Vektor kecepatan : 3 ~ ~ ( 1) v V v+ V + V V2 v= ~ vV 1 + c2

(1.195)

___________________________________________________________________

28 Teori Relativitas Khusus ___________________________________________________________________________________________

Energi : Vektor momentum : 3

~ v // + V v // = ~ vV 1+ 2 c ~ v v = ~ vV 1 + c2 ~ ~ E = E + pV

(1.196)

(1.197)

(1.198)

~ ~ ~ ( 1)p V E p=p+ V+ 2 V V2 c ~ ~ E p // = p // + 2 V c ~ p = p Vektor gaya : 3 ~ ~ ~ ( 1) f V f ~ v V+ V f+ 2 2 V c f= ~ vV 1 + 2 c ~ ~ ~ f v f// + 2 V c f // = ~ 1 + v V c2 ~ f f = ~ vV . 1 + c2 Rapat muatan Vektor rapat arus ~ ~ + j V = c2

(1.199)

(1.200) (1.201)

(1.202)

(1.203)

(1.204)

(1.205)

___________________________________________________________________

29 Teori Relativitas Khusus ___________________________________________________________________________________________

~ ~ ( 1) j V ~ j= j+ V + V V2 ~ ~ j// = j// + V ~ j = j . ~ ~ = + A V Skalar potensial listrik : Vektor potensial listrik : 3 ~ ~ ~ ( 1) A V A=A+ V+ 2 V V2 c ~ ~ A // = A // + 2 V c ~ A = A .

(1.206) (1.207) (1.208) (1.209)

(1.210)

(1.211) (1.212)

Dari telaah di atas, tampak bahwa teori relativitas khusus berperan besar dalam menata dan meluruskan besaran-besaran fisika yang mendasar, seperti besaran panjang, waktu, kecepatan, momentum, energi dan sebagainya. Selanjutnya juga telah dikaji proses penurunan kaedah transformasi Lorentz besaran-besaran di atas yang menunjukkan bahwa hukum fisika memiliki bentuk yang tetap di dalam semua kerangka acuan inersial.

___________________________________________________________________

30 Teori Relativitas Khusus ___________________________________________________________________________________________

Soal-Soal Latihan Bab I 1. Sebuah pesawat bergerak ke arah timur dengan laju 0,8 c diukur menurut menara yang diam. Pesawat tersebut melepaskan peluru dengan laju 0,6 c terhadap pesawat. Carilah masing-masing laju dan arah gerak peluru terhadap menara jika arah peluru terhadap pesawat adalah (a) (b) (c) (d) 2. timur utara barat timur laut.

Sebuah partikel bermassa m bergerak terhadap kerangka I dengan kecepatan v = (c / 5)(i 2 + 2k ) . Jika terdapat kerangka II yang bergerak terhadap j j kerangka I dengan kecepatan V = (c / 5)(2i + 2k ) , carilah : (a) (b) momentum dan tenaga kinetik dan tenaga total partikel menurut kerangka I. kecepatan, momentum, tenaga kinetik dan tenaga total partikel menurut kerangka II.

3.

Dua buah partikel bergerak sepanjang sumbu Z kerangka K masing-masing dengan kecepatan v1 dan v 2 dengan v1 > v2 . Agar ditinjau dari K, kedua partikel tersebut mempunyai kecepatan yang berlawanan, tunjukkan bahwa kecepatan gerak kerangka K ke arah sumbu Z terhadap K besarnya adalah
2 2 c 2 v1v2 (c 2 v1 )(c 2 v2 ) . v1 v2

4.

Sebuah elektron dalam suatu akselerator tenaga tinggi bergerak dengan kelajuan 0,5 c. Carilah kerja yang harus dilakukan terhadap elektron untuk menaikkan kelajuannya menjadi

(a) 0,75 c ___________________________________________________________________

31 Teori Relativitas Khusus ___________________________________________________________________________________________

(b) (c)

0,99 c Untuk kedua nilai kelajuan tersebut, tentukan faktor peningkatan tenaga kinetik maupun momentum elektron.

5.

Sebuah inti radioaktif bergerak dengan kecepatan v = 0,6c i terhadap kerangka K (lab), sewaktu ia memancarkan partikel beta dengan kecepatan v = 0,75c terhadap inti tersebut (kerangka K 0 ). j (a) (b) Tentukan besar dan arah kecepatan partikel beta menurut kerangka K. Jika partikel beta tersebut tetap dipancarkan dengan kelajuan 0,75 c di K 0 , namun arahnya dilihat dari K sejajar dengan sumbu y, tentukan arah pancaran diamati dari inti dan kelajuan partikel beta diamati di K.

6.

Di kerangka K, dua partikel A dan B bergerak masing-masing dengan kecepatan v A = vA dan v B = vB ( v B > v A > 0 ). Jika terdapat kerangka i i ~ i K yang bergerak terhadap K dengan kecepatan V = V (diketahui vB > V > v A > 0 ) : (a) (b) ~ ~ ~ Tentukan kecepatan A dan B menurut K , yaitu v A dan v B . ~ Jika menurut pengamat yang rehat di K , kecepatan A dan B sama besar namun berlawanan arah, tunjukkan bahwa V=
2 2 (c 2 + vA vB ) (c 2 vA )(c 2 vB ) . vA + vB

7.

Di kerangka K, sebuah partikel bergerak dengan kecepatan u . Di K tersebut juga terdapat medan E dan B . Bagaimanakah cara menentukan gaya Lorentz pada partikel tersebut di kerangka K, dimana K bergerak dengan kecepatan V terhadap K ? Jika gaya Lorentz di K tersebut telah diperoleh, bagaimana cara menguji bahwa nilai yang diperoleh itu benar ?

___________________________________________________________________

32 Teori Relativitas Khusus ___________________________________________________________________________________________

8.

Diketahui

vektor 4

kontravarian

: X = (Y / c , c Z )

dengan

3 (1 u 2 / c 2 ) , u = vektor kecepatan dan c laju cahaya di ruang hampa. (a) tuliskan kaedah tranformasi Lorentz untuk besaran Y dan Z . (Petunjuk : jangan lupa relasi antara dengan ) (b) Jika terdapat hubungan : Y = k c dan Z = k u / c dengan k suatu

invarian Lorentz, carilah invarian Lorentz yang dapat diperoleh dari vektor tersebut, serta berapakah nilainya ? 4 9. Jelaskan bahwa gaya Lorentz yang dirasakan oleh sebuah partikel di kerangka K menjadi gaya Coulomb di kerangka diam K. Bagaimana dengan sebaliknya, gaya Coulomb di K menjadi gaya Lorentz di K ? 10. Di kerangka K, sebuah partikel bermassa rehat m bermuatan q bergerak dengan kecepatan konstan u . Di K tersebut terdapat medan listrik E dan medan imbas magnet B . Jika kerangka K bergerak terhadap kerangka K dengan kecepatan konstan V : (a) (b) (c) (d) Tentukan energi, energi kinetik dan momentum partikel di K maupun di K. Carilah kecepatan partikel, medan listrik dan medan imbas magnet di K. Nyatakan gaya Lorentz yang bekerja pada partikel di K maupun K. Tuliskan tiga invarian Lorentz yang melibatkan besaran-besaran di atas.

___________________________________________________________________

Anda mungkin juga menyukai