Anda di halaman 1dari 11

ISSN 0215-8250

PENGGUNAAN STRATEGI PENYELESAIAN SOAL SECARA KUALITATIF PADA PEMBELAJARAN KALKULUS I


oleh I Putu Wisna Ariawan Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Pendidikan MIPA, IKIP Negeri Singaraja ABSTRAK Penelitian tindakan ini bertujuan : (1) memperbaiki implementasi strategi penyelesaian soal secara kualitatif pada pembelajaran Kalkulus I yang akhirnya berdampak pada meningkatnya prestasi belajar mahasiswa, (2) mendeskripsikan kendala-kendala yang dihadapi selama berlangsungnya proses pembelajaran, dan (3) mengetahui tanggapan mahasiswa terhadap model pembelajaran yang diterapkan. Penelitian ini dilakukan pada jurusan pendidikan Kimia IKIP Negeri Singaraja dengan melibatkan 22 orang mahasiswa semester I yang wajib memprogram mata kuliah Kalkulus I pada tahun ajaran 2002/2003. Tindakan yang dilakukan adalah dengan menerapkan strategi penyelesaian soal secara kualitatif pada lembar kerja mahasiswa yang berwawasan konstruktivis. Setelah diterapkannya tindakan selama 2 siklus akhirnya diperoleh hasil : (1) penggunaan strategi penyelesaian soal secara kualitatif pada Lembar Kerja Mahasiswa yang berwawasan konstruktivis dapat meningkatkan prestasi belajar Kalkulus I mahasiswa jurusan pendidikan Kimia dari rata-rata nilai C (59.7727) pada siklus I menjadi nilai B (71.8182) pada siklus II , (2) tidak ada kendala-kendala yang menyebabkan terhambatnya proses pembelajaran yang dihadapi selama pelaksanaan tindakan pada siklus I maupun siklus II, dan (3) mahasiswa memberikan tanggapan positif terhadap model pembelajaran yang diterapkan. Kata-kata kunci : strategi penyelesaian soal secara kualitatif, konstruktivis. ABSTRACT The purposes of this action research were : (1) to improve the implementing of the qualitative problem-solving on the Calculus I lecture which finaly increase the student achievement, (2) to describe the all problem while teaching-learning process was going, and (3) to know the student response towards teaching-learning model which using. This research was carried out at the Chemistery Department of IKIP Negeri Singaraja involving 22 students of the 1 st
_________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003

ISSN 0215-8250 semester taking Calculus I course in the academic year of 2002/2003. The action given was implementing the qualitative problem-solving strategies on the constructivist students work-sheet. After implementing a two-cycle action research, the results showed that : (1) the qualitative problem-solving strategies on the constructivist student work-sheet can increase the student achievement on the Calculus I, shown by the increasing the achievement mean value from C (59.7727) in cycle I to be B (71.8182) in cycle II , (2) there are no significant problems faced during the theaching-learning process both in cycle I and cycle II , and (3) student give the positive responses toward teaching-learning model being implemented. Key words : The qualitative problem-solving strategies, constructivist.

1. Pendahuluan Berdasarkan pengalaman mengajar Kalkulus I mulai tahun 1994 hingga saat ini, dan hasil penelitiannya Suparta, dkk (2000) dan Wisna, dkk (2001), banyak mahasiswa pada jurusan pendidikan Kimia yang mengalami kesulitan, khususnya dalam menyelesaikan persoalan Kalkulus I. Hal ini mengindikasikan bahwa pemahaman konsep Kalkulus I mahasiswa jurusan pendidikan kimia masih lemah. Menurut W.J. Leonard, Dufresne dan Mestre (1996), pemahaman konsep akan berpengaruh terhadap kemampuan menyelesaikan suatu persoalan dan akan tercermin pula pada prestasi belajar yang dicapai. Dari penelitiannya Suparta, dkk. (2000) diperoleh hasil bahwa nilai ratarata prestasi belajar Kalkulus I untuk mahasiswa jurusan pendidikan Kimia sebesar 42,47 dan Wisna, dkk (2001) diperoleh hasil bahwa nilai rata-rata prestasi belajar Kalkulus I untuk mahasiswa jurusan pendidikan Kimia sebesar 57,71. Temuan lain yang diperoleh dari hasil penelitian Wisna, dkk (2001) bahwa dari hasil angket yang telah disebarkan ternyata hanya 47,62 % mahasiswa jurusan pendidikan Kimia menyatakan materi Kalkulus I mudah dimengerti. Dengan kata lain, ada sebanyak 52,38 % mahasiswa merasakan masih sulit untuk memahami konsep Kalkulus I. Di samping itu, juga diperoleh hasil bahwa 90,48 % mahasiswa sudah menyadari akan manfaat Kalkulus I pada bidang ilmu yang ditekuninya. Jika dikaitkan dengan prestasi belajar Kalkulus I mahasiswa hal ini sangatlah kontradiktif karena sesungguhnya mereka telah sadar akan manfaat kalkulus, tetapi kenapa prestasi belajar kalkulusnya belum optimal.
_________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003

ISSN 0215-8250 Untuk mengantisipasi kemungkinan berlanjutnya kondisi yang demikian, maka perlu dicarikan suatu solusi terbaik terutama dalam menangani proses pembelajaran Kalkulus I. Solusi yang peneliti ajukan adalah dengan menerapkan pembelajaran yang menggunaan strategi Penyelesaian Soal secara Kualitatif pada Lembar Kerja Mahasiswa (LKM) yang Berwawasan Konstruktivis. Strategi penyelesaian soal secara kualitatif yang dirancang dalam penelitian ini adalah penggunaan LKM yang berwawasan konstruktivis di mana pada contoh soalnya secara eksplisit dan terstruktur dicantumkan komponen-komponen : (1) konsep, prinsip atau rumus utama yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan, (2) justifikasi mengapa konsep, prinsip atau rumus tersebut dapat digunakan, dan (3) bagaimana menggunakan konsep, prinsip atau rumus tersebut secara tepat untuk menyelesaikan persoalan. Selanjutnya dalam menyelesaikan soal latihan, mahasiswa selalu diarahkan atau dituntut untuk menuliskan ketiga komponen di atas. Sejalan dengan permasalahan penelitian, pelaksanaan tindakan yang dirancang dalam penelitian ini diharapkan dapat mencapai sasaran berupa : (1) adanya peningkatan prestasi belajar mahasiswa jurusan pendidikan kimia dalam mata kuliah Kalkulus I, (2) adanya deskripsi tentang kendala-kendala yang dihadapi selama berlangsungnya proses pembelajaran, (3) adanya tanggapan positif dari mahasiswa jurusan pendidikan kimia terhadap model pembelajaran yang diterapkan. Kepentingan terhadap pengetahuan Kalkulus I, khususnya bagi mahasiswa di Jurusan Pendidikan Kimia tampaknya tidak bisa ditawar-tawar lagi. Oleh karena itu, mengusahakan kemudahan, mencari alternatif pembelajaran Kalkulus I merupakan suatu pekerjaan yang urgen untuk dilaksanakan. Dengan alasan inilah, maka rancangan pemebelajaran kalkulus I yang efektif senantiasa perlu dipertimbangkan. Para ahli pendidikan berpendapat bahwa inti dari kegiatan pendidikan adalah memulai pelajaran dari apa yang diketahui peserta didik. (Pusat Kurikulum,2002). Dengan demikian, pengetahuan awal pebelajar merupakan hal yang sangat penting dalam suatu proses pembelajaran. Seperti dikutip oleh Ardana, dkk. (2002), Nickson menyatakan bahwa pembelajaran matematika menurut pandangan konstruktivis adalah membantu pebelajar untuk membangun
_________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003

ISSN 0215-8250 konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi, sehingga konsep atau prinsip itu terbangun kembali dan transformasi informasi yang diperoleh menjadi konsep atau prinsip baru. Dalam kaitannya dengan pembelajaran matematika di perguruan tinggi, mahasiswalah yang harus berfikir secara aktif, merumuskan konsep dan mengambil makna. Peran dosen dalam hal ini hanyalah membantu mahasiswa agar proses konstruksi itu berjalan secara lancar, sehingga mahasiswa dapat membentuk pengetahuannya. LKM merupakan lembaran yang berisikan sejumlah informasi serta instruksi yang ditujukan untuk mengarahkan mahasiswa bertingkah laku seperti yang diharapkan oleh pembuat LKM atau pengajar. Lembar kerja yang ideal harus mampu menjadikan pebelajar mempunyai keinginan untuk berkreativitas sesuai dengan yang diinstruksikan. Oleh karenanya, dalam pembuatan lembar kerja sangat penting untuk diperhatikan struktur atau bangun dari lembar kerja tersebut. Menurut Suparta, dkk (2000), lembar kerja pada intinya sangat tepat digunakan untuk tujuan menjadikan pebelajar lambat laun mampu bekerja secara mandiri. Di samping itu, dengan bantuan lembar kerja diharapkan mahasiswa akan mampu mengingat suatu konsep dengan lebih lama dan bahkan bisa bersifat permanen karena konsep itu diperoleh melalui keterlibatan mental yang tinggi. Strategi penyelesaian soal secara kualitatif adalah suatu strategi instruksional yang diadopsi dari Qualitative Problem-Solving yang dikembangkan oleh W.J. Leonard, Dufresne dan Mestre (1996) yang digunakan pada perkuliahan fisika. Seperti yang telah diuraikan di atas, dalam strategi ini selalu ditekankan pada tiga komponen utama dalam menyelesaikan suatu persoalan. Komponenkomponen yang dimaksud adalah : (1) konsep, prinsip atau rumus utama yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan, (2) justifikasi mengapa konsep, prinsip atau rumus tersebut dapat digunakan dan (3) bagaimana menggunakan konsep, prinsip atau rumus tersebut secara tepat untuk menyelesaikan persoalan. Dengan mencantumkan strategi seperti di atas dalam meyelesaikan suatu soal, maka mahasiswa selalu dituntut kemampuannya dalam mengidentifikasi, menjustifikasi dan mengaplikasikan konsep, prinsip atau rumus secara tepat. Adanya tuntutan semacam itu akan menjadi pemacu bagi mahasiswa untuk mempelajari materi yang diberikan secara lebih hati-hati dan mendalam. Hal ini
_________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003

ISSN 0215-8250 merupakan pengalaman baru bagi mahasiswa bahwa dalam mempelajari Kalkulus I haruslah dilakukan secara lebih sistematis. Sebagai contoh misalnya, dalam menyelesaikan persoalan tentukan titik pada garis y = 2x 15 yang paling dekat dengan titik (0,0). Dalam menyelesaikan persoalan tersebut, selayaknya mahasiswa dapat mengemukakan bahwa (1) konsep atau prinsip utama yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan tersebut adalah garis yang melalui (0,0) dan memotong tegak lurus garis y = 2x 15, bukannya konsep atau rumus jarak titik (0,0) terhadap garis y = 2x 15 . Hal ini disebabkan karena dengan menggunakan konsep atau rumus jarak suatu titik terhadap suatu garis yang diketahui hanya dapat ditentukan jarak titik ke garis yang diketahui tetapi koordinat titik yang dicari belum dapat ditentukan, (2) justifikasi dari konsep yang dipilih. Misalnya diketahui garis l : y = m 1 x + c 1 melalui titik (p,q) dan memotong tegak lurus garis g : y = = m 2 x + c 2 di titik (a,b). Berdasarkan hal yang diketahui maka dapat dinyatakan bahwa koordinat titik (a,b) letaknya paling dekat terhadap titik (p,q) pada garis l dan (3) proses dalam menyelesaikan persoalan dengan menggunakan konsep atau rumus yang telah diidentifikasi. Melalui (0,0) buat garis l yang tegak lurus terhadap
1 garis g : y = 2x 15. Garis l yang dibuat bergradien 2 (syarat dua buah garis 1 berpotongan tegak lurus). Persamaan garis l berbentuk y = 2 x + c. Karena l 1 melalui (0,0) maka diperoleh c = 0. Jadi, persamaan garis l berbentuk y = 2 x. Garis l dan g berpotongan di titik (6,-3). Jadi koordinat titik yang dicari adalah (6,-3).

2. Metode Penelitian Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester I jurusan pendidikan Kimia IKIP Negeri Singaraja tahun ajaran 2002/2003 yang memprogram mata kuliah Kalkulus I. Banyaknya subjek penelitian sebanyak 22 orang. Yang menjadi obyek dalam penelitian tindakan ini adalah prestasi belajar Kalkulus I, tanggapan mahasiswa terhadap model pembelajaran yang diterapkan serta kendala-kendala yang dihadapi selama berlangsungnya proses pembelajaran.
_________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003

ISSN 0215-8250 Rancangan tiap siklus terdiri dari empat tahapan yakni perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi. Data prestasi belajar dikumpulkan melalui tes hasil belajar yang pelaksanaannya dilakukan pada setiap akhir siklus. Data tentang tanggapan mahasiswa terhadap model pembelajaran yang diterapkan dijaring dengan menggunakan angket yang dilaksanakan pada akhir siklus II. Data tentang kendala-kendala yang dihadapi selama berlangsungnya proses pembelajaran dijaring melalui observasi yang dilakukan selama berlangsungnya tindakan pada siklus I dan siklus II. Data tentang hasil belajar Kalkulus I dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Data statistik yang akan dilibatkan dalam analisis adalah rata-rata skor hasil belajar. Untuk mengetahui tanggapan mahasiswa terhadap model pembelajaran yang diterapkan dilakukan melalui analisis deskriptif terhadap pendapat mahasiswa yang tertuang dalam angket. Data pendapat mahasiswa dianalisis berdasarkan skor rata-rata pendapat mahasiswa ( P ), mean ideal (Mi) dan standard deviasi ideal (Sdi) yang selanjutnya dibandingkan dengan konversi yang telah ditetapkan (Nurkancana dan Sunartana, 1992). Sedangkan kendala-kendala yang dihadapi diuraikan secara kualitatif. 3. Hasil dan Pembahasan Materi yang tercakup pada siklus I adalah Sistem Bilangan Real dan Pertaksamaan yang tidak memuat nilai mutlak (dibahas dalam 1 kali pertemuan), Nilai Mutlak dan Pertaksamaan yang memuat nilai mutlak (dibahas dalam 2 kali pertemuan). Sedangkan pada siklus II materi yang dibahas mencakup fungsi dan grafiknya (dibahas dalam 1 kali pertemuan) , Limit fungsi dan Kekontinuan (dibahas dalam 2 kali pertemuan). Setelah dilakukan tes pada akhir siklus I dan akhir siklus II diperoleh rata-rata skor prestasi belajar seperti disajikan pada tabel berikut.

_________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003

ISSN 0215-8250 Tabel 1. Rata-Rata Skor Prestasi Belajar pada Siklus I dan Siklus II Rata-Rata Skor Prestasi Belajar Siklus I Siklus II 59,77 71,82 Sementara itu, distribusi perolehan nilai mahasiswa berdasarkan kriteria PAP skala lima disajikan pada tabel berikut. Tabel 2. Distribusi Nilai Mahasiswa Berdasarkan PAP Skala Lima pada Siklus I dan Siklus II NILAI A B C D E SIKLUS I Total Dalam % 4 18,18 2 9,09 7 31,82 8 36,36 1 4,55 SIKLUS II Total Dalam % 8 36,36 5 22,73 3 13,64 2 9,09 4 18,18

Selama pelaksanaan tindakan baik pada siklus I maupun pada siklus II tidak ada kendala-kendala yang signifikan yang menyebabkan terhambatnya proses pembelajaran yang dilaksanakan. Untuk mengetahui tanggapan mahasiswa terhadap model pembelajaran yang diterapkan maka pada akhir siklus II dilaksanakan penjaringan data tentang hal tersebut dengan cara menyebarkan angket. Hasil penjaringan data tersebut disajikan pada tebel berikut. Tabel 3. Distribusi Jawaban Mahasiswa pada Angket yang Diberikan. No Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 SS 1 3 4 1 4 3 4 3 S 13 13 14 7 16 4 11 13 17 RESPON R TS 1 7 4 2 4 4 9 2 9 7 4 4 5 2 2 16 STS TOTAL 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

1 2

_________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003

ISSN 0215-8250 TOTAL 23 108 37 45 7 220

Keterangan : SS = Sangat Setuju S = Setuju R = Ragu-Ragu TS = Tidak Setuju STS = Sangat Tidak Setuju Dari hasil analisis data diperoleh skor rata-rata pendapat mahasiswa ( P ) = 36,59. Menurut kriteria yang telah ditetapkan maka skor rata-rata ini berada pada kategori positif. Dari data yang tercantum pada Tabel 1 diperoleh bahwa rata-rata skor prestasi belajar mahasiswa pada siklus I sebesar 59,77. Jika dikonversikan dalam PAP skala lima ternyata berada pada rentangan nilai C. Pada siklus II dicapai ratarata prestasi belajar sebesar 71,82. Berarti, jika dikonversikan dalam PAP skala lima berada pada rentangan nilai B. Rata-rata prestasi belajar mahasiswa pada siklus I memang kurang memuaskan. Rendahnya rata-rata prestasi belajar tersebut sangat dominan dipengaruhi oleh ketakmampuan mahasiswa dalam menentukan daerah definisi pada test prestasi belajar yang diberikan. Dari 22 orang peserta tes tidak satupun diantara mereka yang dapat menentukan dengan tepat daerah definisi dari fungsi f(x) = x 2 1 . Persoalan x

ini memang agak kompleks. Pertama, mereka harus dapat menentukan bahwa secara umum, daerah definisi dari x adalah x 0. Selanjutnya mereka harus

2 1 0 dengan syarat tambahan x bahwa x 0. Dari 22 peserta tes hanya 5 orang yang dapat mengidentifikasi konsep yang digunakan dalam menyelesaikan persoalan tersebut namun dalam mengaplikasikan konsep tersebut mereka tidak benar. Dengan adanya kesalahan semacam ini maka pada siklus II peneliti lebih menekankan bagaimana mengaplikasikan suatu konsep secara benar dengan menugaskan mahasiswa untuk mengerjakan PR dan pada pertemuan berikutnya PR tersebut dibahas bersama. menyelesaikan bentuk ketaksamaan x
_________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003

ISSN 0215-8250 Ada beberapa kelemahan yang dapat diidentifikasi selama pelaksanaan siklus I. Pada saat mengerjakan LKM yang diberikan mahasiswa hanya mengerjakannya sendiri. Di samping itu, mereka mengerjakan LKM yang diberikan sambil melihatlihat teori yang ada di buku. Kelemahan-kelemahan yang muncul pada siklus I selanjutnya diupayakan untuk diperbaiki pada pelaksanaan tindakan Siklus II. Pada tindakan siklus II, dalam mengerjakan LKM mahasiswa diarahkan mengerjakannya secara berkelompok yang beranggotakan kurang lebih 4 orang (ada dua kelompok yang anggotanya 5 orang). Disamping itu, mahasiswa sebelumnya sudah ditugaskan untuk membaca teorinya terlebih dahulu di rumah. Setelah mahasiswa selesai mengerjakan LKM, salah satu wakil kelompok ditugaskan untuk menuliskan hasilnya di depan dan kelompok lainnya menanggapi hasil yang disajikan kelompok lainnya. Melalui tindakan seperti itu ternyata pada akhir siklus II rata-rata prestasi belajar mahasiswa mencapai nilai B. Jika dibandingkan dengan siklus I maka pada siklus II ada peningkatan ratarata prestasi belajar mahasiswa sebesar 12,05 (20,15 %). Peningkatan rata-rata skor prestasi belajar tersebut telah mampu mencapai nilai B jika dikonversi secara PAP. Dari data yang tersaji pada Tabel 2 terlihat bahwa ada peningkatan banyaknya mahasiswa yang memperoleh nilai A sebesar 18,18 % (4 orang), peningkatan banyaknya mahasiswa yang memperoleh nilai B sebesar 13,64 % (3 orang). Namun, ada peningkatan banyaknya mahasiswa yang memperoleh nilai E sebesar 13,64 % (3 orang). Hal menonjol yang dapat dicatat dari hasil tes pada akhir siklus II adalah dalam menentukan kekontinuan suatu fungsi tangga (bersyarat). Beberapa mahasiswa tidak mengkajinya berdasarkan limit kiri dan limit kanan, namun langsung menggunakan konsep pencarian limit di suatu titik. Penyelesaian dengan cara demikian tentulah keliru karena pada suatu fungsi tangga (bersyarat), kekontinuan fungsi tersebut harus dikaji pada batas-batas intervalnya. Selama pelaksanaan tindakan pada siklus I maupun siklus II tidak teramati adanya hal-hal yang dapat menghambat berlangsungnya proses pembelajaran. Semua mahasiswa dapat mengikuti perkuliahan dengan baik sesuai dengan model pembelajaran yang diterapkan. Hal paling menonjol yang teramati selama pelaksanaan tindakan adalah pada saat awal pelaksanaan siklus I. Beberapa mahasiswa merasa bingung dalam menentukan konsep maupun menentukan
_________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003

ISSN 0215-8250 justifikasi kenapa konsep yang dipilih itu dapat digunakan dalam menyelesaikan persoalan. Namun, setelah diberikan contoh lain yang lebih sederhana yakni menentukan koordinat titik pada garis y = 2x 15 yang terdekat dengan (0,0) mahasiswa bisa memahami apa yang sebenarnya dimaksudkan dalam strategi penyelesaian soal secara kualitatif tersebut. Dari distribusi jawaban angket mahasiswa seperti yang tercantum pada Tabel 3 diperoleh rata-rata skor pendapat mahasiswa ( P ) sebesar 36,59. Menurut kriteria yang telah ditetapkan maka rata-rata skor ini berada pada kategori positif. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum mahasiswa menunjukkan apresiasi yang positif terhadap model pembelajaran yang diterapkan. 4. Penutup Beberapa hal yang dapat disimpulkan terkait dengan penelitian yang telah dilakukan adalah : (1) penggunaan strategi penyelesaian soal secara kualitatif pada Lembar Kerja Mahasiswa yang berwawasan konstruktivis secara umum dapat meningkatkan prestasi belajar Kalkulus I mahasiswa jurusan pendidikan Kimia dari rata-rata nilai C (59,77) pada siklus I menjadi rata-rata nilai B (71,82) pada siklus II, (2) Tidak ada kendala-kendala yang signifikan yang menyebabkan terhambatnya proses pembelajaran yang dihadapi selama pelaksanaan tindakan pada siklus I maupun siklus II dan (3) mahasiswa memberikan tanggapan positif terhadap model pembelajaran yang diterapkan. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka bagi pengajar Kalkulus I lainnya dapat mempertimbangkan penggunaan strategi penyelesaian soal secara kualitatif pada Lembar Kerja Mahasiswa yang berwawasan konstruktivis. Di samping itu, perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap model pembelajaran yang telah dikembangkan ini untuk memperoleh hasil yang lebih meyakinkan.

DAFTAR PUSTAKA Ardana, Sadra, Pujawan, Sri Mertasari dan Gita. 2002. Pengembangan Model Kooperatif Individuasi Berbantuan Berwawasan Konstruktivis dalam Pembelajaran Matematika pada Siswa Kelas I SLTPN 1 Singaraja. Laporan Penelitian. Singaraja : STKIP Singaraja.
_________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003

ISSN 0215-8250

Leonard, W. J., Dufresne, R. J. and Mestre, J. P. 1996. Using Qualitative Problem Solving Strategies to Highlight the Role of Conceptual Knowledge in Solving Problems. Am. J. Phys, 64 (12), pages 1495 1503. New York : American Association of Physics Teachers. Nurkancana, Wayan dan Sunartana. 1992. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya : Usaha Nasional. Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas. 2002. Kurikulum dan Hasil Belajar Rumpun Pelajaran Matematika. Jakarta : Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas. Suparta, Wisna Ariawan dan Gita. 2000. Pengembangan Strategi Pembelajaran Tak Langsung Berbantuan Lembar Kerja Mahasiswa dengan Penyuguhan Contoh Soal Aplikatif : Upaya Pengembangan Model Instruksional. Laporan Penelitian. Singaraja : STKIP Singaraja. Wisna Ariawan, Suparta dan Pujawan. 2001. Model Pembelajaran Berbantuan Lembar Kerja Mahasiswa (LKM) yang Berwawasan Konstruktivis dengan Berorientasi Contoh Soal Aplikatif dalam Perkuliahan Kalkulus I. Laporan Penelitian. Singaraja : STKIP Singaraja.

_________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003

Anda mungkin juga menyukai