Materi Kapus, Savoy 30 Nov 2010, Final
Materi Kapus, Savoy 30 Nov 2010, Final
MENINGKATKAN DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT, MELALUI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, TERMASUK SWASTA DAN MASYARAKAT MADANI.
MELINDUNGI KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN MENJAMIN TERSEDIANYA UPAYA KESEHATAN YANG PARIPURNA, MERATA, BERMUTU DAN BERKEADILAN
VISI KEMENKES
MASYARAKAT SEHAT YANG MANDIRI DAN BERKEADILAN
RESPONSIF
EFEKTIF BERSIH
4
Mengatur Perencanaan, Pengadaan, Pendayagunaan, Pembinaan dan Pengawasan Mutu Tenaga Kesehatan dalam rangka Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
5
MENGAWAL JENIS
MENGAWAL MUTU MENGAWAL PENYEBARAN
PENGATURAN
Diperlukan karena Nakes mempunyai spesifikasi tertentu & berhubungan dengan Manusia dimana Kesehatan adalah hak asasi manusia Kesehatan merupakan investasi Kesalahan dalam pelayanan dapat berdampak kematian atau kecacatan yg bersifat tetap
7
PENGATURAN
Pengaturan bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yg diberikan Nakes melindungi masyarakat atas tindakan yang dilakukan Nakes memberikan kepastian hukum bagi masyarakat yang dilayani & Nakes
8
PERMENKES
Nomor HK.02.02/Menkes/149/I/2010 ada perubahan No. 1464/MENKES/PER/X/2010 Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan Nomor HK.02.02/Menkes/148/I/2010 Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat Nomor 161/MENKES/PER/I/2010 Registrasi Tenaga Kesehatan
9
10
Permenkes No.1464/Menkes/Per/X/2010
11
KETENTUAN UMUM
Definisi bidan : lulus dan teregistrasi STR : didapat bila sudah memiliki sertifikat kompetensi (harus melalui uji kompetensi) SIKB Untuk bekerja di Fasyankes SIPB Untuk Praktik Bidan Mandiri
12
PERIZINAN
Bidan yang menjalankan praktik mandiri dan/atau bekerja di Fasyankes minimal Diploma III (D III) Kebidanan. SIKB atau SIPB berlaku untuk 1 (satu) tempat. SIKB atau SIPB berlaku selama STR masih berlaku dan dapat diperbaharui kembali jika habis masa berlakunya.
13
SIKB/SIPB
14
PENYELENGGARAAN PRAKTIK
Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan: a. Pelayanan Kesehatan Ibu; b. Pelayanan Kesehatan Anak; c. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Perempuan dan Keluarga Berencana.
15
Lanjutan
Pelayanan Kesehatan Ibu yang dimaksud, meliputi : a. Pelayanan konseling pada masa pra hamil; b. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal; c. Pelayanan persalinan normal; d. Pelayanan ibu nifas normal; e. Pelayanan ibu menyusui; dan f. Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan.
16
Lanjutan
Bidan dalam memberikan pelayanan berwenang untuk : a. Episiotomi; b. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II; c. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan; d. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil; e. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas; f. Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi asi eksklusif; g. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum;
17
Lanjutan
h. i. j. k. Penyuluhan dan konseling; Bimbingan pada kelompok ibu hamil; Pemberian surat keterangan kematian; dan Pemberian surat keterangan cuti bersalin.
18
Lanjutan
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak berwenang untuk : a. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi Vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat; b. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk; c. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan; d. Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah;
19
Lanjutan
e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah; f. Pemberian konseling dan penyuluhan; g. Pemberian surat keterangan kelahiran; dan h. Pemberian surat keterangan kematian.
20
Lanjutan
Beberapa pelayanan yg hanya dapat dilakukan oleh bidan yang telah dilatih :
a. Pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit. b. Asuhan antenatal terintegrasi. c. Penanganan bayi dan anak balita sakit. d. Penyuluhan terhadap penyakit Infeksi Menular Seksual. e. Pencegahan penyalahgunaan NAPZA.
21
BIDAN DI WILAYAH YANG TIDAK ADA DOKTER SEGI WEWENANG Bagi bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter, dapat melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan. Daerah yang tidak memiliki dokter yang dimaksud adalah kecamatan atau kelurahan/desa yang ditetapkan oleh Kepala Dinkes Kab/Kota Dalam hal daerah yang telah terdapat dokter, kewenangan bidan sebagaimana dimaksud tidak berlaku.
22
Lanjutan
Pada daerah yang belum memiliki dokter, pemerintah dan pemda harus menempatkan bidan dengan pendidikan minimal DIII Kebidanan apabila tidak ada pemerintah dan pemda dapat menempatkan bidan yang telah mengikuti pelatihan. Pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota bertanggung jawab menyelenggarakan pelatihan bagi bidan yang memberikan pelayanan di daerah yang tidak memiliki dokter.
23
Lanjutan
Bidan dalam menjalankan praktik mandiri harus memenuhi persyaratan meliputi : a. Memiliki tempat praktik, ruangan praktik dan peralatan untuk tindakan asuhan kebidanan, serta peralatan untuk menunjang pelayanan kesehatan bayi, anak balita dan prasekolah yang memenuhi persyaratan lingkungan sehat; b. Menyediakan maksimal 2 (dua) tempat tidur untuk persalian; dan c. Memiliki sarana, peralatan dan obat sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
24
Lanjutan
Bidan dalam menjalankan praktik/kerja senantiasa meningkatkan mutu pelayanan profesinya, dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya.
25
26
KETENTUAN UMUM
Definisi perawat: lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun luar negeri sesuai peraturan perundang-undangan. SIPP Bukti tertulis yang diberikan kepada perawat untuk melakukan praktik keperawatan secara perorangan dan/atau berkelompok. Standar adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesi yang meliputi standar pelayanan, standar profesi dan standar prosedur operasional.
28
Lanjutan
Surat Tanda Registrasi yang selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Pemerintah kepada tenaga kesehatan yang telah memiliki sertifikat kompetensi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
29
PERIZINAN
Perawat dapat menjalankan praktik mandiri dan/atau bekerja di Fasyankes dengan pendidikan minimal Diploma III (D III) Keperawatan. Setiap perawat yang menjalankan praktik wajib memiliki SIPP. SIPP dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah danberlaku selama STR masih berlaku dan dapat diperbaharui kembali jika habis masa berlakunya.
30
PROSES REGISTRASI
sesuai dengan PERMENKES 148 TH 2010
UJI KOMPETENSI SERTIFIKAT KOMPETENSI REGISTRASI DI DINKES PROPINSI STR
SIPP
31
PENYELENGGARAAN PRAKTIK
Dalam menjalankan praktik mandiri, perawat wajib memasang papan nama praktik keperawatan Praktik keperawatan dilaksanakan melalui kegiatan: a. pelaksanaan asuhan keperawatan b. pelaksanaan upaya promotif, preventif, pemulihan dan pemberdayaan masyarakat; dan c. pelaksanaan tindakan keperawatan komplementar. Perawat dalam melakukan praktik harus seuai dengan kewenangan yang dimiliki.
32
PERAWAT DI WILAYAH YANG TIDAK ADA DOKTER SEGI WEWENANG Bagi perawat yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter dalam rangka melaksanakan tugas pemerintah, dapat melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenangannya. Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan yang dimaksud harus mempertimbangkan kompetensi, tingkat kedaruratan dan kemungkinan untuk dirujuk. Daerah yang tidak memiliki dokter yang dimaksud adalah kecamatan atau kelurahan/desa yang ditetapkan oleh Kadinkes Kab/Kota
33
Lanjutan
Dalam melaksanakan praktik, perawat mempunyai hak: a. Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan praktik keperawatan sesuai standar; b. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari klien dan/atau keluarganya; c. Melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi; d. Menerima imbalan jasa profesi; dan e. Memperoleh jaminan perlindungan terhadap risiko kerja yang berkaitan dengan tugasnya.
34
Lanjutan
Dalam melaksanakan praktik, perawat wajib untuk: a. Menghormati hak pasien; b. Melakukan rujukan; c. Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan; d. Memberikan informasi tentang maslah kesehatan pasien/klien dan pelayanan yang dibutuhkan; e. Meminta persetujuan tindakan keperawatan yang akan dilakukan;
35
Lanjutan
e. Meminta persetujuan tindakan keperawatan yang akan dilakukan; f. Melakukan pencatatan asuhan keperawatan secara sistematis; dan g. Mematuhi standar. Perawat dalam menjalankan praktik wajib membantu program pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
36
37
UJI KOMPETENSI
SUATU PROSES UNTUK MENGUKUR PENGETAHUAN, KETERAMPILAN DAN SIKAP TENAGA KESEHATAN SESUAI DENGAN STANDAR PROFESI
39
REGISTRASI
PENCATATAN RESMI TERHADAP TENAGA KESEHATAN YANG TELAH MEMILIKI SERTIFIKAT KOMPETENSI DAN TELAH MEMPUNYAI KUALIFIKASI TERTENTU LAINNYA SERTA DIAKUI SECARA HUKUM UNTUK MENJALANKAN PRAKTIK DAN/ATAU PEKERJAAN PROFESINYA
40
41
Yg sdg proses Ortotis Prostetis, Fisikawan Medis, Perawat Aestesi, Akupunktur Terapis, Perawat dan Apoteker
42
MTKI
LEMBAGA YANG BERFUNGSI UNTUK MENJAMIN MUTU TENAGA KESEHATAN YANG MEMBERIKAN PELAYANAN KESEHATAN
43
MTKI
45
ANGGOTA MTKI
46
SEKRETARIAT
Melakukan sinkronisasi dan harmonisasi tugas MTKI dengan kebijakan Pemerintah Penatausahaan STR Mengelola keuangan, kearsipan, personalia dan kerumahtanggaan MTKI
48
DIVISI PROFESI
Memberikan masukan dalam pelaksanaan uji kompetensi yang meliputi mekanisme, materi, penguji dan tempat uji Menunjuk perwakilan anggota organisasi profesi untuk dicalonkan dalam penyelenggaraan uji kompetensi
49
DIVISI STANDARISASI
Menyusun standar materi uji kompetensi Mengembangkan standar materi uji kompetensi Menyusun kriteria penguji Menyusun standar materi pelatihan tim penguji Menetapkan standar prosedur operasional uji kompetensi
50
DIVISI EVALUASI
Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan uji kompetensi Melaksanakan monitoring dan evaluasi pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan
51
MTKP
LEMBAGA YANG MELAKSANAKAN UJI KOMPETENSI DI DAERAH DALAM RANGKA PROSES REGISTRASI
52
Pendirian MTKP
Mengacu kepada Permenkes 161 * Keanggotaan MTKP ditetapkan oleh KaBadan PPSDMKes * MTKP bertanggung jawab kpd KaBadan PPSEDMKes melalui MTKI
53
54
DIVISI REGISTRASI
MELAKUKAN SINKRONISASI DAN HARMONISASI KEBIJAKAN MTKI TERKAIT PROSES REGISTRASI MENYIAPKAN PROSES REGISTRASI MENGAJUKAN USULAN STR KEPADA MTKI
56
DIVISI UJI
MELAKSANAKAN UJI KOMPETENSI MENGUSULKAN TEMPAT UJI KOMPETENSI MENGUSULKAN TIM PENGUJI MENYUSUN JADWAL UJI KOMPETENSI
57
DIVISI EVALUASI
MENGEVALUASI PROSES UJI KOMPETENSI MENGEVALUASI PROSES AWAL SERTIFIKASI SAMPAI DENGAN PELAKSANAAN
58
LISENSI
SIP SIK
59
STR
KESIMPULAN
1. Untuk menjamin mutu Nakes dilakukan Uji Kompetensi bagi para lulusan Nakes yg akan bekerja sesuai dg profesinya 2. Sertifikasi harus dilaksanakan guna menjaga kesinambungan mutu Nakes 3. Uji Kompetensi mendorong perubahan pendidikan Nakes, Saryankes & SDM Kes menuju profesionalisme & peningkatan mutu Yankes
60
KESIMPULAN
4. Peningkatan kompetensi tenaga kesehatan perlu didorong & ditingkatkan secara terus menerus 5. MTKP sebagai pelaksanan proses uji kompetensi di daerah mengacu kepada MTKI
61
TERIMA KASIH
62