Anda di halaman 1dari 14

ASTHMA BRONKHIAL DEFINISI

Asma adalah penyakit inflamasi (radang) kronik saluran napas menyebabkan terjadinya edema dan penyempitan jalan napas. Penyempitan jalan napas tersebut dapat terjadi total maupun parsial. Pada asma juga terjadi peningkatan hiperesponsif atau hiperreaktivitas jalan napas. Segala proses yang terjadi pada asma tersebut menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi (nafas berbunyi ngik-ngik), sesak nafas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam menjelang dini hari. Gejala tersebut terjadi berhubungan dengan obstruksi jalan nafas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversible dengan atau tanpa pengobatan. (pusat informasi asma) Hiperreaktivitas adalah suatu keadaan dimana jalan napas atau bronchiolus menjadi lebih sensitif terhadap alergen (pencetus spesifik) atau iritan (pencetus nonspesifik). Hiperreaktivitas bronkial berbeda-beda pada setiap individu. Walaubagaimanapun juga, sudah jelas bahwa orang dengan asthma dan alergi memiliki derajat hiperaktivitas bronchiolus yang lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak asthma ataupun alergi. Pada individu yang sensitif, bronchiolus lebih mudah untuk menjadi oedem dan menyempit ketika terpapar oleh alergen seperti asap tembakau, ataupun latihan. Pada orang yang asthma, beberapa diantaranya merupakan asthma yang ringan dan asimptomatik dan yang lainnya merupakan asthma yang parah dengan gejala-gejala kronik. Asthma mengenai setiap individu dengan berbeda-beda. Setiap individu berbeda dalam hal derajat reaktivitas terhadap pencetus lingkungan. Hal ini mempengaruhi tipe dan dosis pengobatan pada setiap individu. Epidemiologi Asma merupakan salah satu penyakit utama yang menyebabkan pasien memerlukan perawatan di rumah sakit. Sejumlah 50% kasus asma berkembang sejak masa kanak-kanak dan selebihnya pada usia dewasa sebelum usia 40 tahun. Asma dapat dimulai pada segala usia tanpa kecuali dan dapat terjadi pada semua orang di semua etnis. (zullies ikawati)

ETIOLOGI DAN FAKTOR PENCETUS Belum diketahui dengan jelas mengapa seseorang dapat terkena asthma dan yang lain tidak, tetapi kemungkinan hal itu disebabkan oleh kombinasi dari faktor lingkungan dan genetik. Pencetus asthma berbeda-beda pada setiap orang. Paparan dari sejumlah alergen dan iritan dapat mencetuskan tanda dan gejal asthma, yaitu sebagai berikut : 1. Airborne allergens, seperti serbuk, debu rumah tangga, alergen hewan terutama kucing dan anjing 2. Infeksi saluran napas 3. Aktivitas fisik (exercise-induced asthma), mereka yang timbul asmanya ketika melakukan aktivitas fisik 4. Perubahan cuaca, udara dingin 5. Polutan dan iritan udara, seperti asap, parfum, bau-bauan yang merangsang 6. Obat-obatan, sperti beta blocker, aspirin, OAINS lainnya 7. Bahan-bahan makanan tertentu seperti bahan pengawet, bahan penyedap, pewarna makanan 8. Emosi dan stress yang berat 9. Siklus menstruasi pada wanita 10. Menigkatnya usia kehamilan meningkatkan risiko terjadinya asthma Mayoclinic, pusat informasi asma Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gejala exercise-induced bronchospasm (pada orang dengan asthma ataupun atlet), antara lain sebagai berikut : 1. Paparan terhadap udaran kering dan dingin 2. Polutan lingkungan (sulfur, ozon) 3. Tingkat hiperreaktivitas bronchial 4. Tingkat kronisnya asthma dan terkontrolnya gejala-gejala asthma 5. Durasi dan intensitas latihan 6. Paparan alergen terhadap individu atopi 7. Adanya infeksi saluran pernapasan lainnya emedicine

PATOFISIOLOGI
2

Patofisiologi asthma sangat kompleks, meliputi komponen-komponen sebagai berikut : 1. Inflamasi saluran napas 2. Obstruksi aliran udara yang intermiten 3. Hiperresponsifitas bronchial Mekanisme inflamasi pada asthma dapat terjadi akut, subakut atau kronik dan adanya edema saluran napas dan sekresi mukus juga berkontribusi pada obstruksi aliran udara dan reaktivitas bronchial. Infiltrasi eosinofil dan sel mononuklear, hipersekresi mukus, deskuamasi epitel, hiperplasia otot dan remodelling saluran napas dapat terjadi. Asthma treatment. Asthma causes and symptoms. Antigen

presentation by the dendritic cell with the lymphocyte and cytokine response leading and to airway asthma

inflammation symptoms.

Pada inflamasi saluran napas terdapat sel-sel seperti sel mast, eosinofil, sel epitel, makrofag, dan limfosit T teraktivasi. Limfosit T berperan penting pada regulasi proes inflamasi saluran napas dalam pelepasan sitokin-sitokin. Sel-selsaluran napas lainnya seperti fibroblas, sel endotel, dan sel epitel berkontribusi pada kronisitas penyakit ini. Faktor lainnya seperti molekul adhesi (selekti,integrin), juga berperan penting pada pengaturan perubahan-perubahan saluran napas akibat proses inflamasi ini. Pada akhirnya, sel-sel tersebut menjadi mediator-mediator yang mempengaruhi tonus otot dan memproduksi perubahan struktus serta remodelling dari jalan napas. Adanya hiperresponsivitas jalan napas atau hiperreaktivitas bronchial pada asthma adalah sebagai respon terhadap berbagai stimulus-stimulus endogen dan eksogen. Mekanisme meliputi stimulasi langsung pada otot saluran napas dan stimulasi tidak langsung oleh substansi-substansi farmakologis aktif dari sel mediator-sekresi seperti sel mast ataupun neiron sensori nonmyelinisasi. Derajat dari hiperresposivitas jalan napas umumnya berhubungan dengan keparahn secara klinis dari asthma.

Obstruksi aliran udara dapat disebabkan oleh berbagai variasi perubahanperubahan.termasuk bronkokonstriksi akut, edema jalan napas, pembentukan mukus kronik, dan remodelling jalan napas. Bronkokonstriksi akut adalah konsekuensi dari keluarnya mediator immunoglobulin E-dependent selama paparan alergen udara dan sebagai komponen primer dari respon asthmatic awal. Edema jalan napas muncul setelah 624 jam alergen masuk dan ini disebut sebagai respon asthmatik lambat. Pembentukan mukus mengandung eksudat dari protein serum dan debris sel yang membutuhkan waktu beberapa minggu untuk resolve. Remodelling jalan napas berhubungan dengan perubahan struktural yang disebabkan inflamasi yang kronik dan dapat secara mendalam mempengaruhi reversibility dari obstruksi jalan napas. Expert Panel 2007 melaporkan 3 kunci perbedaan-perbedaan baru pada patofisiologi dari asthma, yaitu :

The critical role of inflammation has been further substantiated, but evidence is emerging for considerable variability in the pattern of inflammation, thus indicating phenotypic differences that may influence treatment responses.

Of the environmental factors, allergic reactions remain important. Evidence also suggests a key and expanding role for viral respiratory infections in these processes.

The onset of asthma for most patients begins early in life, with the pattern of disease persistence determined by early, recognizable risk factors including atopic disease, recurrent wheezing, and a parental history of asthma.

Current asthma treatment with anti-inflammatory therapy does not appear to prevent progression of the underlying disease severity.

Patogenesis dari exercise-induced bronkospasme masih kontroversial. Penyakit ini dapat disebabkan oleh kehilangan air dari jalan napas, kehilangan panas dari jalan napas atau kombinasi keduanya. Saluran napas atas didisain untuk menjaga udara inspirasi pada kelembapan 100% dan suhu tubuh pada 37C. The nose is unable to condition the increased amount of air required for exercise, particularly in athletes who breathe through their mouths. Panas yang abnormal dan aliran air pada cabang bronkial menyebabkan bronkokonstriksi, yang muncul dalam hitungan menit pada latihan. Results from bronchoalveolar lavage studies have not demonstrated an increase in inflammatory mediators. These patients

generally develop a refractory period, during which a second exercise challenge does not cause a significant degree of bronchoconstriction. Emedicine

FAKTOR RISIKO Asthma sangat banyak terjadi, mengenai jutaan orang dewasa dan anak-anak. Jumlah orang yang didiagnosis penyakit ini semakin menignkat setiap tahunnya, tetapi belum diketahui alsannya. Banyak faktor yang telah dipikirkan dapat meningkatkan kemungkinan seseorang dapat terkena asthma. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut : 1. Memiliki orangtua atau saudara kandung dengan asthma 2. Memiliki faktor alergi lainnya seperti dermatitis atopi ataupun rinitis alergi 3. Berat badan berlebih 4. Perokok 5. Perokok pasif 6. Memiliki ibu yang merokok saat hamil 7. Paparan terhadap polusi 8. Paparan terhadap pencetus pada pekerjaan seperti bahan kimia dalam pertanian, penata rambut 9. Berat badan lahir rendah 10. Paparan terhadap alergen, memiliki infeksi bakteri ataupun virus Mayoclinic

MANIFESTASI KLINIS Gejala asthma sangat bervariasi dari masing-masing individu. Perlu diingat juga bahwa gejala yang muncul pada asthma dapat mirip dengan gejala-gejala pada kondisi penyakit lainnya. Gejala-gejala yang sama pada asthma dapat ditemukan juga pada kondisi gangguan respirasi lainnya atau bahkan pada gangguan jantung. Empat gejala mayor yang terjadi pada asthma adalah : 1. Sesak napas, terutama pada malam hari 2. Wheezing/mengi 3. Batuk kronik, terutama pada malam hari dan pagi hari, serta setelah aktivitas dan pada udara dingin ataupunudara kering
5

4. Nyeri dada, dapat muncul sendiri ataupun bersamaan dengan adanya gejala-gejala diatas http://www.medicinenet.com/asthma/page6.htm#tocm Pada anak yang masih muda, tambahan tanda dan gejala yang mengindikasikan adanya asthma adalah sebagai berikut : 1. Bernapas lebih keras dan lebih cepat dari yang normal. Pada neonatus 30-60 kali per menit, balita 20-40 kali per menit 2. Batuk yang sering ataupun batuk pada saat bermain dengan aktif 3. Batuk pilek dengan mukus jernih dan encer yang disebabkan rinitis alergi Mayoclinic Klasifikasi Untuk mengklasifikasikan keparahan asma, harus dapat digali informasi tentang gejala yang muncul, seperti seberapa sering serangan asma terjadi ataupun seberapa berat serangan asma terjadi, selanjutnya baru dilakukan pemeriksaan fisik dan tes diagnostik lainnya. Mengetahui derajat keparahan asma penting dalam memilih terapi terbaik untuk masingmasing pasien. Keparahan asma dapat berubah seiring berjalannya waktu, sesuai dengan tatalaksana yang dijalankan. Derajat klasifikasi asma Intermitten Gejala Bulanan -gejala <1x/minggu -tanpa gejala di luar serangan -serangan singkat Mingguan -gejala >1x/minggu, tetapi <1x/hari -serangan dapat mengganggu aktivitas dan tidur Harian -gejala setiap hari -serangan mengganggu aktivitas dan tidur -membutuhkan bronkodilator setiap hari
6

Gejala Malam 2x/bulan

Faal Paru APE >80% VEP1 80% nilai prediksi APE *80% nilai terbaik Variabiliti APE <20% APE >80% VEP180% nlai prediksi APE 80% nilai terbaik Variabiliti APE 2030% APE 60-80% VEP1 60-80% nilai prediksi APE 60-80% nilai terbaik Variabiliti APE >30%

Persisten Ringan

>2x/bulan

Persisten Sedang

>1x/minggu

Persisten Berat

Kontinu -gejala terus menerus -sering kambuh -aktivitas fisik terbatas

Sering

APE <60% VEP1 60% nilai prediksi APE 60% nilai terbaik Variabiliti APE>30%

Diagnosis Diagnosis asma didasari oleh gejala yang bersifat episodik, gejala berupa batuk, sesak napas, mengi, rasa berat di dada dan variabiliti yang berkaitan dengan cuaca. Riwayat penyakit / gejala:

Bersifat episodik, seringkali reveribel dengan atau tanpa pengobatan Gejala berupa batuk, sesak napas, rasa berat di dada dan berdahak Gejala timbul / memburuk terutama malam / dini hari Diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu Respons terhadap pemberian bronkodilator Yang perlu dipertimbangkan: - Riwayat keluarga / atopi - Riwayat alergi / atopi - Penyakit lain yang memberatkan - Perkembangan penyakit dan pengobatan

Pemeriksaan Fisik

Gejala bervariasi sepanjang hari (pada pemeriksaan bisa normal) Mengi / wheezing pada auskultasi Sesak napas Sianosis Gelisah Sukar bicara Takikardi Hiperinflasi Penggunaan oto bantu napas

Pemeriksaan faal paru

Spirometri - Obstruksi jalan napas diketahui dari nilai rasio VEP1/KVP < 75% atau VEP1 <80% nilai prediksi

Reversibiliti, yaitu perbaikan VEP1 15% secara spontan, atau setelah inhalasi bronkodilator atau setelah pemberian bronkodilator oral 10014 hari, atau setelah pemberian kortikosteroid (inhalasi/oral) 2 minggu - Menilai derajat berat asma APE (Arus Puncak Ekspirasi) - Reversibiliti, yaitu perbaikan nilai APE 15% setelah inhalasi bronkodilator (uji bronkodilator) atau bronkodilator oral 10-14 hari atau respon terapi krtikosteroid (inhalasi/oral) 2 minggu. - Variabiliti, menilai variasi diurnal APE yang dikenal dengan variabiliti APE harian selama 1-2 minggu. Variabiliti juga dapat menilai derajat berat penyakit

Peran pemeriksaan lain untuk diagnosis

Uji provokasi bronkus - Dilakukan pada penderita dengan gejala asma dan faal paru normal - Sensitivitas tinggi tapi spesifisitas rendah hasil (-) dapat menyingkirkan diagnosis asma persisten, tapi nilai (+) tidak selalu berarti bahwa penderita tersebut asma Pengukuran status alergi - Uji kulit prick test - Pemeriksaan kadar IgE (tidak punya nilai dalam diagnosis alergi / atopi)

Penatalaksanaan Asma Tujuan penatalaksanaan asma: o Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma o Mencegah eksaserbasi akut o Meningkatkan danmempertahankan faal paru seoptimal mungkin o Mengupayakan aktivitas normal temasuk olahraga o Menghindari efek samping obat o Mencegah keterbatasan aliran udara (airflow limitation) ireversibel o Mencegah kematian karena asma Komponen penatalaksanaan asma: o Edukasi Edukasi yang baik akan menurunkan morbiditas dan mortalitas, menjaga penderita agar tetap masuk sekolah/kerja dan mengurangi biaya pengobatan. Edukasi kepada penderita dan keluarga sebagai mitra dokter dalam penatalaksanaan asma sehingga meningkatkan pemahaman tentang penyakit asma, meningkatkan keterampilan penanganan asma, meningkatkan kepuasan diri, meningkatkan rasa percaya diri dan meningkatkan kepatuhan penanganan diri. o Menilai dan monitor berat asma secara berkala
8

Penilaian klinis berkala antara 1-6 bulan dan monitoring asma oleh penderita sendiri mutlak dilakukan pada penatalaksanaan asma. Penilaian bisa dengan menanyakan keadaan asma pasien membaik atau memburuk dibandingkan kunjungan terakhir Pemantauan tanda dan gejala yang meliputi 3 hal: Gejala asma sehari-hari Asma malam Gejala asma pada dini hari yang tidak menunjukkan perbaikan setelah 15 menit dengan pengobatan agonis beta-2 kerja singkat Pemeriksaan faal paru Spirometri Pemantauan Arus Puncak Ekspirasi (APE) dengan Peak Flow Meter penting untuk menilai berat asma, derajat variasi diurnal, respon pengobatan saat serangan akut, deteksi perburukan asimptomatik sebelum menjadi serius, respon pengobatan jangka panjang, justifikasi objektif dalam memberikan pengobatan dan identifikasi pencetus. o Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus o Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang Bertujuan untuk mengontrol penyakit sehingga disebut sebagai asma terkontrol. Asma terkontrol adalah kondisi stabil minimal dalam waktu 1 bulan. Faktor yang menjadi pertimbangan: Medikasi (obat-obat) Pengontrol Adalah medikasi asma jangka panjang untuk mengontrol asma, diberikan tiap hari untuk mencapai dan mempertahankan keadaan asma terkontrol pada asma persisten o Kortikosteroid inhalasi o Kortikosteroid sistemik o Sodium kromoglikat o Nedokromil sodium o Metilsantin o Agonis beta-2 kerja lama, inhalasi o Agonis beta-2 kerja lama, oral o Leukotrien modifiers o Antihistamin generasi 2 ( antagonis- H1 ) o Lain-lain Pelega

Prinsipnya dengan dilatasi jalan napas melalui relaksasi otot polos, memperbaiki dan atau menghambat bronkokonstriksi yang berkaitan dengan gejala akut seperti mengi, rasa berat di dada dan batuk, tidak memperbaiki inflamasi jalan napas atau menurunkan hiperesponsif jalan napas. o Agonis beta-2 kerja singkat o Kostikosteroid sistemik (steroid sistemik digunakan sebagai obat pelega bila penggunaan bronkodilator yang lain sudah optimal tetapi hasil belum tercapai, penggunaannya dikombinasikan dengan bronkodilator lain) o Antikolinergik o Aminofilin o Adrenalin Rute pemberian medikasi o Oral o Parenteral o Inhalasi Inhalasi Dosis Terukur (IDT/metered-dose inhaler (MDI)) IDT dengan alat bantu (spacer) Breath-actuated MDI Dry Powder Inhaler (DPI) Turbuhaler Nebuliser Tahapan pengobatan
Semua tahapan: ditambah agonis beta-2 kerja singkat untuk pelega bila dibutuhkan, tidak melebihi 3-4x / hari Berat Asma Medikasi pengontrol Alternatif/pilihan lain Alternatif lain harian Asma Tidak perlu ----Intermiten Asma persisten Glukokortikosteroid -Teofilin lepas lambat ringan inhalasi (200-400 ug -Kromolin BD / hari atau -Leukotrien modifiers ekivalennya0 Asma persisten Kombinasi inhalasi -Glukokortikosteroid -ditambah sedang glukokosteroid inhalasi (400-800 ug BD agonis beta-2 9400-800 ug BD / atau ekivalennya) kerja lama hari atau ditambah Teofilin lepas oral, atau ekivalennya) dan lambat, atau -ditambah agonis beta-2 kerja -Glukokortikosteroid teofilin lepas lama inhalasi (400-800 ug BD lambat atau ekivalennya) ditambah agonis beta-2 kerja lama oral, atau

10

Kombinasi inhalasi glukokortikosteroid (>800 ug BD atau ekivalennya) dan agonis beta-2 kerja lama, ditambah 1 dari: -teofilin lepas lambat -leukotriene modifiers -glukokortikosteroid oral Semua tahapan: bila tercapai asma terkontrol, pertahankan terapi paling tidak 3 bulan kemudian turunkan bertahap sampai mencapai terapi seminimal mungkin dengan kondisi asma tetap terkontrol Asma persisten berat

-Glukokortikosteroid inhalasi dosis tinggi (>800 ug BD atau ekivalennya) atau -Glukokortikosteroid inhalasi (400-800 ug BD atau ekivalennya) ditambah leukotriene modifiers Prednisolon / metilprednisolon oral selang sehari 10 mg ditambah agonis beta-2 kerja lama oral, ditambah teoflin lepas lambat

Penanganan asma mandiri Sistem penanganan asma mandiri membantu penderita memahami kondisi kronik dan bervariasunya keadaan penyakit asma. Mengajak penderita memantau kondisinya sendiri, identifikasi perburukan asma sehari-hari, mengontrol gejala dan mengetahui kapan penderita membutuhkan bantuan medis/dokter. Penderita diperkenalkan kepada 3 zona; daerah zona merah,kuning dan hijau yang dianalogkan sebagai lampu lalu lintas untuk memudahkan pengertian dan diingat penderita. Agar penderita nyaman dan tidak takut dengan pencatatan tersebut, maka diberikan nama pelangi asma.
Pelangi asma, monitoring keadaan asma secara mandiri Hijau: Kondisi baik, asma terkontrol Tidak ada / minimal gejala APE: 80-100% nilai dugaan / terbaik Pengobatan bergantung berat asma, prinsipnya pengobatan dilanjutkan. Bila tetap berada pada warna hijau minimal 3 bulan, maka pertimbangkan turunkan terapi. Kuning: Berarti hati-hati, asma tidak terkontrol, dapat terjadi serangan akut/eksaserbasi Dengan gejala asma (asma malam, aktivitas terhambat, batuk, mengi, dada terasa berat saat aktivitas maupun istirahat) dan / atau APE 60-80% prediksi/nilai terbaik Membutuhkan peningkatan dosis medikasi atau perubahan medikasi

11

Merah: Berbahaya Gejala asma terus menerus dan membatasi aktivitas sehari-hari APE <60% nilai dugaan/terbaik Penderita membutuhkan pengobatan segera sebagai rencana pengobatan yang disepakati dokter-penderita secara tertulis. Bila tetap tidak ada respon, segera hubungi dokter atau ke rumah sakit

o Menetapkan pengobatan pada serangan akut Penilaian berat serangan merupakan kunci pertama dalam penanganan serangan akut. Langkah berikutnya adalah memberikan pengobatan tepat, selanjutnya menilai respons pengobatan, dan berikutnya memahami tindakan apa yang sebaiknya dilakukan pada penderita (pulang, observasi, rawat inap, intubasi, butuh ventilator, ICU dan lain-lain)

SERANGAN Ringan Aktivitas relatif normal, berbicara 1 kalimat dalam 1 napas, nadi <100, APE >80% Sedang Jalan jarak jauh timbulkan gejala, berbicara beberapa kata dalam satu napas, nadi 100-120, APE 60-80%

PENGOBATAN Terbaik: agonis beta-2 Alternatif: kombinasi oral agonis beta-2 dan teofilin Terbaik: nebulisasi beta2 tiap 4jam Alternatif: - Agonis beta-2 SC - Aminofilin IV - Adrenalin 1/1000 0,3ml SC O2 bila mungkin Kortikosteroid sistemik Terbaik: Nebulisasi agonis beta-2 tiap 4jam Alternatif: - Agonis beta-2 SC/IV - Adrenalin 1/1000 0,3 ml SK Aminofilin bolus dilanjutkan drip O2 Kortikosteroid IV
12

TEMPAT PENGOBATAN Rumah Praktek dokter Klinik Puskesmas Darurat gawat/RS Klinik Praktek dokter Puskesmas

Berat Sesak saat istirahat, berbicara kata perkata dalam satu napas, nadi >120, APE <60% atau 100 l/dtk

Darurat gawat/RS

Mengancam Jiwa Kesadaran berubah/menurun,gelisah, sianosis,gagal napas

Seperti serangan akut berat Pertimbangkan intubasi dan ventilasi mekanis

Darurat gawat/RS ICU

Penilaian Awal Riwayat dan PF, AGDA dan pemeriksaan lain atas indikasi.

Serangan Asma Ringan

Serangan Asma Sedang/Berat

Serangan Asma Mengancam Jiwa

Pengobatan Awal: Oksigenasi dengan kanul nasal Inhalasi dengan agonis beta-2 kerja singkat (nebulisasi), setiap 20 menit dalam 1 jam atau agonis beta-2 injeksi (Terbutalin 0,5ml subkutan atau Adrenalin 1/1000 0,3ml subkutan) Kortikosteroid sistemik: o Serangan asma berat o Tidak ada respons segera dengan pgobatan bronkodilator o Dalam kortikosteroid oral

Penilaian Ulang setelah 1jam (PF,saturasi O2 dan pemeriksaan lain atas indikasi

Respon Baik Respons baik dan stabil dalam 60 menit PF normal APE .70% prediksi/nilai terbaik Saturasi O2>90% (95% pada anak)

Respon tidak sempurna Resiko tinggi distress PF: gejala ringansedang APE >50% tapi <70% Saturasi O2 tidak perbaikan

Respon buruk dalam1jam Resiko tinggi distress PF: berat, gelisah, kesadaran menurun APE ,30% PaCO2 > 45 mmHg PaO2 <60 mmHg

Pulang Pengobatan dilanjutkan dengan inhalasi agonis beta-2 Kortikosteroid oral Edukasi penderita

Rawat RS Inhalasi agonis beta-2 anti-kolinergik Kortikosteroid sistemik Aminofilin drip O2 dengan kanul Pantau APE, saturasi O2, nadi, kadar teofilin

ICU Inhalasi agonis beta-2 anti-kolinergik Kortikosteroid iv Pertimbangkan agonis beta-2 injeksi SC/IM/IV O2 dengan masker venturi Aminofilin drip Mungkin perlu intubasi dan ventilasi mekanik

Perbaikan

Tidak perbaikan

Pulang Bila APE >60% prediksi/terbaik. Tetap berikan pengobatan oral atau inhalasi

ICU Bila tidak ada perbaikan 612jam

13

o Kontrol secara teratur Dokter sebaiknya menganjurkan penderita untuk kontrol tidak hanya bila terjadi serangan akut tetapi kontrol teratur terjadwal, interval berkisar 1-6 bulan bergantung pada keadaan asma. Hal tersebut untuk meyakinkan bahwa asma tetap terkontrol dengan mengupayakan penurunan terapi seminimal mungkin o Pola hidup sehat Meningkatkan kebugaran fisik Berhenti atau jangan pernah merokok Lingkungan kerja yang kondusif

14

Anda mungkin juga menyukai