Anda di halaman 1dari 4

Tatalaksana gangguan depresi TERAPI Semua pasien depresi harus mendapat psikoterapi, dan beberapa memerlukan tambahan terapi

fisik. Jenis terapi bergantung dari diagnosis, berat penyakit, umur pasien, respon terhadap terapi sebelumnya (Nurmiati, 2005). Terapi depresi pada lansia bertujuan untuk : 1. Menurunkan / menghilangkan tanda, gejala 2. mengembalikan fungsi utama 3. meminimalkan resiko relaps / rekurens Macam-macam terapi depresi : 1. Psikoterapi Psikoterapi yaitu terapi yang digunakan untuk menghilangkan keluhankeluhan dan mencegah kambuhnya gangguan psikologik atau pola perilaku maladaptive. Terapi ini dilakukan dengan jalan pembentukan hubungan yang professional antara terapis dengan pasien. a) Terapi Kognitif Ada dugaan bahwa penderita depresi adalah orang yang belajar menjadi tak berdaya, depresi diterapi dengan memberikan pasien latihan keterampilan dan memberikan pengalaman-pengalaman tentang kesuksesan. Terapi ini bertujuan untuk menghilangkan simptom depresi melalui usaha yang sistematis yaitu merubah cara piker maladaptif dan otomatik pada pasien-pasien depresi. Dasar pendekatannya adalah suatu asumsi bahwa kepercayaan-kepercayaan yang mengalami distorsi tentang diri sendiri, dunia, dan masa depan dapat menyebabkan depresi. Pasien harus menyadari cara berpikirna yang salah. Kemudian dia harus belajar cara merespon cara pikir yang salah tersebut dengan cara yang lebih adaptif. Dari perspektif kognitif, pasien dilatih untuk mengenal dan menghilangkan pikiran-pikiran negatif dan harapan-harapan negatif. Cara ini dipraktikkan di luar sesi terapi dan ini menjadi modal utama dalam merubah gejala. Terapi ini berlangsung lebih kurang 12 sampai 16 sesi. Ada 3 fase yaitu: 1) Fase Awal (sesi 1-4) : Membentuk hubungan terapeutik dengan pasien. Mengajarkan pasien tentang bentuk kognitif yang salah dan pengaruhnya terhadap emosi dan fisik. Menentukan tujuan terapi. Mengajarkan pasien untuk mengevaluasi pikiranpikirannya yang otomatis. 2) Fase pertengahan (Sesi 5-12) : Mengubah secara berangsur-angsur kepercayaan yang salah. Membantu pasien mengenal akar kepercayaan diri. Pasien diminta mempraktikkan keterampilan berespon terhadap hal-hal yang depresogenik dan memodifikasinya. 3) Fase Akhir (sesi 13-16) : Menyiapkan pasien untuk terminasi dan memprediksi situasi berisiko tinggi yang relevan untuk terjadinya kekambuhan, dan mengkonsolidasikan pembelajaran melalui tugas-tugas terapi sendiri. b. Terapi Perilaku Intervensi perilaku terutama efektif untuk pasien yang menarik diri dari sosial dan anhedonia. Terapi ini sering digunakan bersama-sama dengan terapi kognitif. Tujuan terapi peilaku adalah: meningkatkan aktivitas pasien, mengikutkan pasien dalam tugastugasyang dapat meningkatkan perasaan yang menyenangkan.

Fase awal: pasien diminta untuk memantau aktivitas mereka, menilaiderajat kesulitan aktivitasnya, serta kepuasan terhadap aktivitasnya. Pasien diminta untuk melakukan sejumlah aktivitas yang menyenangkan. Latihanketerampilan sosial, asertif, dapat meningkatkan hubungan interpersonal dan menurunkan interaksi submissive. Fase akhir: Fokus berpindah ke latihan mengontrol diri dan latihan pemecahan masalah. Diharapkan ilmu yang didapat di dalam terapi dapat digeneralisasi dan dipertahankan dalam lingkungan pasien sendiri. c. Psikoterapi Suportif Psikoterapi Suportif memberikan kehangatan, empati, pengertian dan optimistik. Bantu pasien identifikasi dan mengekspresikan emosinya dan bantu untuk ventilasi. Mengidentifikasi faktor-faktor presipitasi dan membantu mengoreksi. Bantu memecahkan problem eksternal (misal masalah pekerjaan, rumah tangga). Latih pasien untuk mengenal tanda-tanda dekompensasi yang akan datang. Temui pasien sesering mungkin (mula-mula 1-3 kali perminggu) dan secara teratur, tetapi jangan sampai tidak berakhir atau selamanya. Kenalilah bahwa beberapa pasien depresi dapat memprovokasi kemarahan terapis (melalui kemarahan, hostilitas, dan tuntutan yang tak masuk akal, dll). d. Psikoterapi Dinamik Dasar terapi ini adalah teori psikodinamik, yaitu kerentanan psikologik terjadi akibat konflik perkenbangan yang tak selesai. Terapi ini dilakukan dalam periode jangka panjang. Perhatian pada terapi ini adalah deficit psikologi yang menyeluruh yang diduga mendasari gangguan depresi.Misalnya, problem yang berkaitan dengan rasa bersalah, rasa rendah diri, berkaitan dengan pengalaman yang memalukan, pengaturan emosi yang buruk, defisit interpersonal akibat tak adekuatnya hubungan dengan keluarga. e. Psikoterapi Dinamik Singkat Sesinya berlangsung lebih pendek. Tujuannya menciptakan lingkungan yang aman buat pasien. Pasien dapat mengenal materi konfliknya dan dapat mengekspresikannya. f. Terapi Kelompok Tidak ada bentuk terapi kelompok yang spesifik. Ada beberapa keuntungan terapi kelompok : 1) Biaya lebih murah. 2) Ada destigmasi dalam memandang orang lain dengan problem yang sama. 3) Memberikan kesempatan untukmemainkan peran dan mempraktikkan keterampilan perilaku interpersonal yang baru. 4) Membantu pasien dalam mengaplikasikan keterampilan baru. Terapi kelompok sangat efektif untuk terapi jangka pendek pasien rawat jalan. Juga lebih efektif untuk depresi ringan. Untuk depresi yang lebih berat, terapi individu lebih efektif. g. Terapi Perkawinan Problem perkawainan dan keluarga sering menyertai depresi. Ia dapat mempengaruhi penyembuhan fisik. Oleh karena itu, perbaikan hubungan perkawinan merupakan hal penting dalam terapi ini. h. Psikoterapi Berorientasi Tilikan Jangka terapi cukup lama, berguna pada pasien depresi minor kronik tetentu dan beberapa pasien dengan depresi mayor yang mengalami remisi tetapi mempunyai konflik. (Nurmiati, 2005) 2. Terapi Biologik a. Farmakoterapi

Sebagian besar penderita membutuhkan antidepresan (70%-80% pasien berespon terhadap anti depresan), walaupun yang mempresipitasi terjadinya depresi jelas terlihat atau dapat diidentifikasi. Mulailah dengan SSRI atau salah satu anti depresan terbaru. Bila tak berhasil, pertimbangkan anti depresan trisiklik, atau MAOI (terutama padadepresi atipikal, atau kombinasi bebrapa obat yang efektif bila obat pertama tak berhasil. Harus hati-hati dengan efek samping dan harus sadar bahwa antidepresan dapat mempresipitasi episode manik pada beberapa pasien bipolar (10% dengan TCA, dengan SSRI lebih rendah, namun konsep tentang presipitasi manik masih diperdebatkan). Setelah sembuh dari episode depresi pertama, obat dipertahankan untuk beberapa bulan, kemudian diturunkan. Beberapa pasien membutuhkan obat pemeliharaan untuk periode jangka panjang. Antidepresan tunggal tidak dapat mengobati depresi. (Nurmiati, 2005) Obat antidepresan mempunyai beberapa sinonim, antara lain timoleptik atau psychic energizers. Dalam membicarakan obat antidepresi yang menjadi obat acuan adalah Amitriptilin. Efek samping yang dapat diakibatkan oleh obat antidepresan antara lain : 1) Sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun, dll). 2) Efek antikolinergik (mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur, konstipasi, sinus takikardi, dll). 3) Efek anti adrenergik alfa (perubahan EKG, hipotensi). 4) Efek neurotoksis (tremor halus, gelisah, agitasi, insomnia). 5) Efek samping yang tidak berat biasanya berkurang setelah 2 3 minggu bila tetap diberikan dengan dosis yang sama.Pada keadaan overdosis / intoksikasi trisiklik dapat terjadi atropine toxic syndrome dengan gejala eksitasi susunan saraf pusat, hipertensi, hiperpireksia,konvulsi, toxic konfusional state (confusion, delirium, disorientation). Tindakan untuk keadaan ini : 1) Bilas lambung 2) Diazepam 10 mg, IM untuk mengatasi konvulsi 3) Prostigmin 0,5-1 mg, IM untuk mengatasi efek antikolinergik (dapat diulangi setiap 30-45 menit sampai gejala mereda. 4) Monitoring EKG untuk deteksi kelainan jantung. Cara penggunaan Pemilihan jenis obat berdasarkan toleransi pasien terhadap efek samping dan penyesuaian efek samping terhadap kondisi pasien (usia, penyakit fisik tertentu, jenis depresi). Obat - Obatan Anti Depresan Trisiklik (TCAs) Selektive Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs) Amitriptilin 75-150 mg / hari Imipramin 75-150 mg / hari Clomipramin 75-150 mg / hari Amineptin 100- 200 mg / hari Opipramol 50-150 mg / hari Elvatelin 20-40 mg / hari Protetin 20-40 mg / hari Setralin 50-100 mg / hari Fluvotamin 50-100 mg / hari

Fluoxetin 10-20 mg/hari Penyebab Pasien susah buang air besar dan kecil Pada pemeriksaan di pemicu, ditemukan adanya nyeri tekal dari T10 kebawah, ini menandakan adanya gangguan pada saraf-saraf baik itu sensorik maupun motorik yang terdapat pada T10 kebawah. Saraf yang mengatur tubuh pada bagian buang air kecil dan besar adalah saraf yang berada pada L2-L4. Jika terjadi kerusakan pada saraf tersebut, maka akan ada gangguan pada pencernaan baik itu sulit buang air besar ataupun tidak dapat menahan buang air beasar dan kecil. Keluhan masalah buang air besar dan kecil ini biasanya merupakan keluhan penyerta pada pasien yang mengalami lumpuh kedua tungkai. Dikarenakan pada umumnya saraf yang mengalami gangguan berdekatan dengan saraf yang mengatur buang air besar dan kecil Sumber : http://apt.rcpsych.org/cgi/reprint/10/2/131.pdf?ck=nck Management of depression in later life Robert Baldwin & Rebecca Wild Departemen Kesehatan RI, 1999. Masalah Depresi pada Lansia. http://www.de pkes.go.id/downloads/keswa_lansia.p df . (13 September2009). Nurmiati A, 2005. Depresi Aspek Neurobiologi Diagnosis dan Tatalaksana. Balai Penerbit FKUI : Jakarta. Tan HT, Kirana R, 2007. Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya. Elex Media Komputindo : Jakarta. Baldwin and Wild R, 2004. Management of Depression in Later Life. Advances in Psychiatric Treatment vol. 10. http://apt.rcpsych.org/cgi/reprint/10/2/131.pdf?ck=nck (9 September 2009).

Anda mungkin juga menyukai