Anda di halaman 1dari 50

PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL BAHAN DIKLAT UJIAN DINAS TINGKAT I DISUSUN

OLEH : TIM PUSDIKLAT PEGAWAI PUSDIKLAT PEGAWAI BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN JAKARTA - 2008

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS i KATA PENGANTAR KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEGAWAI Berdasarkan Keputusan Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai, Badan Pendi dikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen Keuangan Nomor KEP026/PP.2/2007 tanggal 29 Nopember 2007 tentang Pembentukan Tim Penyusunan Modul Ujian Dinas Tingkat I (UD Tk. I) Tahun Anggaran 2007. Sdr. Rudolf Hutauruk, S.E.,M.B.A., ditunjuk seb agai penyusunan modul PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL pa da UD Tk. I. Modul ini adalah penyempurnaan dari modul sebelumnya dengan judul y ang sama yang disusun oleh Puji Handayani dan Zahar Angga S., dalam rangka menga komodir perkembangan materi TPF Departemen Keuangan. Penunjukan ini sangat beral asan karena yang bersangkutan adalah widyaiswara yang antara lain ditugaskan men gajar dan mengasuh mata pelajaran ini. Pengalaman mengajar yang cukup lama memun gkinkan yang bersangkutan memilih materi yang diharapkan memenuhi kebutuhan bela jar bagi peserta UD Tk. I. Modul ini terdiri dari 3 (tiga) Kegiatan Belajar (KB) yang merupakan satu kesatuan yakni, KB 1: Jiwa Korps Pegawai Negeri Sipil dan E tika, KB 2: Etika Pegawai Negeri Sipil, KB 3: Proses Pembinaan Jiwa Korps Pegawa i Negeri Sipil. Kami menyetujui modul ini digunakan sebagai bahan ajar bagi pese rta UD Tk. I, namun mengingat PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL sebagai bahan studi senantiasa berkembang, penyempurnaan modul perlu selal u diupayakan agar tetap memenuhi kriteria kemuktahiran dan kualitas. Pada kesemp atan ini, kami mengharapkan kepada para pembaca (termasuk peserta UD Tk. I) agar bersedia memberikan saran atau kritik demi penyempurnaan modul ini. Setiap sara n dan kritik yang membangun akan sangat dihargai. Atas perhatian dan peran semua pihak, kami ucapkan terima kasih. Jakarta, Desember 2007 Kepala Pusat Tony Rooswiyanto NIP 060064640 PUSDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS ii DAFTAR ISI PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KATA PENGANTAR ................................................................. ....................... i DAFTAR ISI ........................................... ........................................................... ii I. PENDAHULUAN .. ................................................................................ ... 1 1.1. Deskripsi singkat ................................................... ............................ 1 1.2. Tujuan Pembelajaran Umum ................... .......................................... 3 1.3. Tujuan Pembelajaran Khusus ... ......................................................... 3 II. Kegiatan Belajar (1) ........................................................................... ...... 5 JIWA KORPS PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN ETIKA 2.1. 2.2. 2.3. 2.4. 2.5. 2.6. 2.7. 2.8. 2.9. Uraian dan contoh ................. .......................................................... 5 Pengertian tentang Jiwa Korps Pegawai Negeri Sipil ...................... 6 Pengertian tentang Etik a dan Kode Etik ......................................... 6 Beberapa teori tenta ng Etika ........................................................... 7 Macam-mac am Etika ....................................................................... 9 Arti pentingnya etika pada organisasi ....................................... ..... 10 Unsur yang menentukan keberhasilan perwujudan etika organisasi 11 Rangk uman ........................................................................... ......... 14 Latihan 1 ......................................................... ............................... 16 III. Kegiatan Belajar (2) ...................................................... ......................... 17 ETIKA PEGAWAI NEGERI SIPIL 3.1. Uraian dan contoh ......................................................... .................. 17 3.2. Dasar hukum ......................................... ......................................... 17 3.3. Etika Kehidupan Berbangsa .... ........................................................ 18 3.4. Nilai-nilai das ar PNS ....................................................................... 2 2 3.5. Prinsip-prinsip moral PNS ............................................... ............... 22 3.6. Pelaksanaan etika PNS .................................. .................................. 23 3.7. Peraturan disiplin PNS .............. ...................................................... 25 3.8. Implementasi etik a dalam organisasi pemerintah ........................... 29 3.9. Kode etik di l ingkungan Departemen Keuangan ............................ 30 3.10. Rangkuman .. ................................................................................ .... 31 3.11. Latihan 2 ........................................................ .................................. 32 IV. Kegiatan Belajar (3) ................. ............................................................ 34 PROSES PEMBINAAN JIWA KORPS PNS 4.1. Uraian dan contoh ......................................................... ................... 34 PUSDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS iii 4.2. Penetapan kode etik ....................................................... ................... 34 4.3. Pembentukan Majelis Kode Etik ...................... ................................ 34 4.4. Proses Penegakan ...................... ....................................................... 35 4.5. Sanksi-sanksi .. ................................................................................ .. 35 4.6. Rangkuman ........................................................... ........................... 38 4.7. Latihan 3 .................................. ........................................................ 39 V. Tes Formatif .... ................................................................................ ...... 40 VI. Kunci Tes Formatif ......................................................... ..................... 43 VII. Umpan Balik dan Tindak Lanjut .................... .................................... 43 VIII. Daftar Pustaka ................... ................................................................... 44 PUSDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 1 PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL I. Pendahuluan 1.1. Deskripsi Singkat Pembinaan Jiwa Korps Pegawai Negeri Sipil beserta pelaksanaan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil mutlak diperlukan dalam rangk a untuk menghasilkan pegawai negeri sipil (PNS) yang kuat, kompak dan bersatupad u, memiliki kepekaan, tanggap dan memiliki kesetiakawanan yang tinggi, berdisipl in, serta sadar akan tanggung jawabnya sebagai unsur aparatur negara dan abdi ma syarakat sehingga cita-cita luhur bangsa dan negara, yang tertuang dalam Pembuka an UUD 1945 diharapkan akan dapat tercapai. Sejalan dengan amanat UUD 1945 terse but dan untuk menanggapi semakin tingginya tuntutan masyarakat (external custome rs) bagi tersedianya pelayanan prima dari aparatur negara maka upaya reformasi d i berbagai bidang dalam tata kehidupan berbangsa dan bernegara terus dilakukan o leh Pemerintah secara bertahap dan berkesinambungan. Departemen Keuangan juga me laksanakan pembenahan diri pada bidang yang merupakan tugas pokok dan tanggungja wabnya dengan melaksanakan reformasi birokrasi berupa langkah-langkah penataan d i bidang kelembagaan, ketatalaksanaan, dan sumber daya manusia (SDM)-nya, dan kh usus untuk reformasi di bidang SDM diarahkan untuk melakukan transformasi diri m enjadi birokrasi yang lebih efektif dan efisien, serta sesuai dengan tuntutan ke butuhan masyarakat. Dengan tetap mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahu n 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (PNS) mak a salah satu upaya yang dilakukan Departemen Keuangan di bidang SDM tersebut ada lah dengan menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 29/PMK.01/2007 tanggal 1 3 Maret 2007 tentang Pedoman peningkatan disiplin PNS di lingkungan Departemen K euangan. Peningkatan disiplin ini mutlak diperlukan dalam rangka untuk mewujudka n aparat pemerintah yang: bersih, berwibawa dan bertanggung jawab, serta untuk m eningkatkan kompetensi, transparansi dan integritas pegawai. Kode etik ini dimak sudkan untuk: meningkatkan disiplin PNS Departemen Keuangan, menjamin terpelihar anya tata tertib, menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan iklim kerja yang kon dusif, menciptakan PUSDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 2 dan memelihara kondisi kerja serta perilaku yang profesional, dan meningkatkan c itra dan kinerja pegawai. Hal ini tidak terlepas dari upaya untuk membangun buda ya organisasi, atau budaya kerja pegawai Departemen Keuangan. Beberapa kutipan p endapat tentang pentingnya budaya organisasi/kerja di lingkungan suatu organisas i dapat dilihat di bawah ini: Moelyono (2005:83) menganjurkan agar setiap organisasi di negara ini mulai untuk membangun budaya organisasinya, yang mencakup nilai budaya percaya (trust), nila i budaya manajemen (management), dan nilai budaya pembelajaran (learning). Alasa nnya bahwa untuk bisa menjadi bangsa yang unggul dalam persaingan global saat in i maka memiliki budaya tinggi warisan leluhur berupa berbagai artefak, seperti B orobudur, Prambanan, Tari Bedoyo, dan lain-lain tidaklah cukup, namun kita juga harus memiliki budaya maju/unggul, atau budaya masa depan karena saat ini kita s udah hidup di zaman: internet, satelit, perdagangan mata uang yang nilainya berp uluh kali lipat dibandingkan dengan perdagangan komoditi riil. Kemudian, Moelyono (2005:69) juga mengemukakan temuan dari sebuah riset global tahun 1999 di Bosto n, Masachussetts, Amerika Serikat, yang menyatakan bahwa BUDAYA --- menentukan ke majuan dari setiap masyarakat, negara, dan bangsa di seluruh dunia, baik ditinja u dari sisi politik, sosial, maupun ekonomi. Tanpa kecuali.(Hasil simposium diran gkum dalam buku, Culture Matters: How Values Shape Human Progress, disunting oleh Lawrence E. Harrison dan Samuel P. Huntington, 2000). Dengan melihat kenyataan-kenyataan tersebut, maka pembinaan jiwa korps dan pelak sanaan kode etik PNS mutlak diperlukan untuk menciptakan aparatur negara yang pr ofesional, memiliki budaya tinggi dan sekaligus berbudaya maju/unggul sehingga m ampu menyediakan pelayanan prima bagi seluruh pemangku kepentingan (stakeholders ), yakni atasan, bawahan, rekan kerja, masyarakat luas, dan pada akhirnya menjad i aparatur negara dari bangsa yang memiliki keunggulan kompetitif di pasar globa l. Dengan alasan tersebut maka modul Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil ini disusun sebagai bahan ajar diklat Ujian Dinas Golongan I yang d iselenggarakan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen Keuangan, yang mencakup 3 kegiatan belajar, yakn i; a. Pengertian Jiwa Korps dan Etika, b. Etika Pegawai Negeri Sipil c. Proses P embinaan Jiwa Korps Pegawai Negeri Sipil PUSDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 3 1.2. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti proses pembelajaran ini peserta diharapkan mampu memahami makna dari pembinaan jiwa korps dan kode etik PNS dan menerapkannya dengan sungguh-sunguh dalam tugas di unit kerjanya dan dalam perga ulannya sehari-hari. 1.3. Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mengikuti proses pembelajaran ini pesert a mampu; a. menjelaskan secara garis besar apa yang dimaksud dengan pembinaan ji wa korps dan kode etik PNS menurut Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004, b. mendefinisikan pengertian tentang etika secara umum, c. membedakan secara garis besar teori-teori etika, d. menguraikan macam-macam etika, e. menyebutkan mengap a etika dalam organisasi itu sangat penting, f. menjelaskan arti dan manfaat dar i kode etik PNS dalam menciptakan PNS yang berbudaya luhur, profesional, bertang gung jawab, jujur, berprestasi, dan mampu berkinerja tinggi g. menjelaskan apa y ang dimaksud dengan kode etik PNS dan bagaimana kode etik PNS tersebut dilaksana kan dalam organisasi pemerintah, h. menguraikan secara rinci unsur-unsur yang me nentukan keberhasilan perwujudan etika dalam organisasi pemerintah, i. menjelask an prosedur penyelesaian masalah pelanggaran kode etik yang diduga dilakukan ole h seorang PNS, j. menguraikan sanksi-sanksi moral maupun hukuman disiplin yang b isa dikenakan kepada PNS yang melanggar ketentuan kode etik PNS. Untuk memudahka n bagi peserta dalam mengikuti pembelajaran ini berikut ini di gambarkan secara skematis Pola pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil. PUSDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 4 PEMBINAAN JIWA KORPS PNS (PP No. 42/2004) REFORMASI BIROKRASI ORGANISASI PEMERINTAH KELEMBAGAAN PERATURAN DISIPLIN PNS (PP No 30/1980) KETATALAKSANAAN MAJELIS KODE ETIK SUMBER DAYA MANUSIA KODE ETIK PNS LARANGAN BAGI PNS KEWAJIBAN PNS PNS YG PROFESIONAL 12/6/2007 IMPLEMENTASI 6 PUSDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 5 II. Kegiatan Belajar (1) PENGERTIAN JIWA KORPS DAN ETIKA 2.1. Uraian dan contoh Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 te ntang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (PNS), dinyatakan bahwa jiwa korps PNS adalah rasa kesatuan dan persatuan, kebersamaan, kerjasama, tanggung jawab, dedikasi, disiplin, kreativitas, kebanggaan dan rasa memiliki o rganisasi PNS dalam Negara Kesatuan Repbulik Indonesia (NKRI). Pembinaan jiwa ko rps PNS ini perlu dipahami, dihayati, dan dilaksanakan oleh setiap individu PNS sebagai wujud tanggung jawabnya sebagai aparatur negara, abdi negara dan abdi ma syarakat. Dalam melaksanakan tugasnya tersebut setiap PNS dituntut untuk peka da n tanggap terhadap tuntutan masyarakat (external customers) yang semakin tinggi bagi tersedianya pelayanan prima dari aparatur negara, sesuai dengan amanat pera turan undang-undang yang berlaku. Dengan memiliki jiwa korps, seperti yang diama natkan oleh peraturan tersebut maka setiap PNS diharapkan akan dapat melaksanaka n tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional yang menjadi tanggung jawabny a di lingkungannya masing-masing. Pembinaan jiwa korps PNS ini secara eksplisit berkaitan pula dengan upaya Pemerintah untuk membentuk budaya organisasi, atau b udaya kerja yang menuntun PNS secara tidak langsung terikat menjadi suatu kesatu an yang utuh: memiliki kompetensi tinggi, kuat, kompak dan bersatu-padu, peka da n tanggap, memiliki kesetiakawanan tinggi, disiplin, serta sadar akan tanggung j awabnya sebagai unsur aparatur negara dan abdi masyarakat sehingga visi, misi, s erta strategi pemerintah untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa dan negara yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 diharapkan akan dapat tercapai. Sebagai conto h: bangsa dan negara Jepang yang mengalami kehancuran di bidang ekonomi dan indu stri akibat perang Dunia II mampu membangun kembali bidang-bidang tersebut dalam waktu yang relatif singkat, yakni sepuluh tahun karena mereka memiliki, mengemb angkan, dan mempertahankan budaya yang kuat dan kohesif di seluruh negerinya. In i tidak terlepas dari pembinaan jiwa korps pekerja di berbagai sektor perekonomi an dan industrinya, termasuk pembinaan jiwa korps pegawai di lingkungan organisa si pemerintahannya (Wirawan, 2007:7). Demikian pula halnya dengan Korea Selatan yang pada tahun 1960-an kondisi PUSDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 6 perekonomiannya relatif sama dengan negara Ghana di Afrika, namun pada tahun 199 0-an Korea Selatan telah menjadi kekuatan ekonomi Asia yang menggetarkan dunia d an menjadi berbeda dan memiliki diskrepansi dalam segala hal dibandingkan dengan negara Ghana yang tetap tidak berbeda dengan kondisinya seperti pada tahun 1960 -an (Moeljono, 2005:71). 2.2. Pengertian tentang Jiwa Korps Pegawai Negeri Sipil Secara garis besar Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tersebut memuat pen gertian-pengertian tentang hal-hal sebagai berikut: a. pembinaan jiwa korps, yan g bertujuan untuk: 1) membina karakter/watak PNS; 2) meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan PNS dalam mewujudkan kerja dan semangat pengabdian kepada masyarak at, serta meningkatkan kemampuan PNS; 3) mendorong etos kerja; dan 4) meningkatk an semangat, kesadaran, dan wawasan PNS, b. ruang lingkup pembinaan jiwa korps y ang mencakup: 1) peningkatan etos kerja untuk mendukung produktivitas dan profes ionalitas PNS; 2) partisipasi dalam penyusunan kebijakan Pemerintah yang terkait dengan PNS; 3) meningkatkan kerjasama antar PNS; dan 4) perlindungan hakhak sip il atau kepentingan PNS, c. kode etik PNS, yang merupakan ketentuan tertulis yan g berisikan nilainilai, norma-norma, atau kaidah-kaidah untuk mengatur perilaku moral PNS, yang harus dipenuhi dan ditaati oleh setiap individu PNS, d. kode eti k instansi dan kode etik profesi, dan e. penegakan kode etik dengan pembentukan Majelis Kode Etik. Pembinaan jiwa korps PNS ini mutlak diperlukan dan dilaksanak an dengan sungguh-sungguh, serta dievaluasi secara terus menerus dari waktu ke w aktu sesuai dengan perkembangan di luar maupun di dalam organisasiorganisasi pem erintah. Keberhasilan pembinaan korps PNS ini sangat ditentukan oleh komitmen pi mpinan dalam pelaksanaannya dan konsistensi penerapan kode etik pada setiap tuga s di lingkungan unit kerja setiap individu PNS serta dalam kehidupan mereka seha ri-hari. 2.3. Pengertian tentang Etika dan Kode Etik Secara teoritis pengertian tentang e tika dapat dibedakan atas 2 (dua) jenis, yakni: a. Etika, yang berasal dari baha sa Yunani kuno etos, yang berarti adat istiadat, atau kebiasaan hidup yang diang gap baik oleh kalangan atau PUSDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 7 masyarakat tertentu. Etika dalam hal ini berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara dan aturan hidup yang baik, dan segala kebiasaan yang dianut dan diwariskan dar i satu orang kepada orang lain, atau dari satu generasi ke generasi lain. Kebias aan ini terungkap dalam perilaku berpola yang terus berulang sehingga menjadi su atu kebiasaan. b. Etika juga dapat dipahami dengan cara yang berbeda sebagai mora litas, yang mempunyai pengertian yang lebih luas. Dalam pengertian ini Etika dise but sebagai suatu filsafat moral, atau ilmu yang membahas dan mengkaji nilai dan norma yang diberikan oleh etika dalam pengertian yang pertama. Sebagai suatu ca bang filsafat, etika lalu sangat menekankan pendekatan kritis dalam melihat nila i dan norma serta permasalahan moral yang timbul dalam kehidupan manusia, khusus nya dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika d apat diartikan dalam 3 pengertian, yakni: 1) sebagai nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam mengatur tingkah lakunya, 2) sebagai suatu ilmu tentang baik atau buruknya sesuatu (fils afat moral), dan 3) sebagai kumpulan asas atau nilai moral (kode etik). Sebagai kumpulan asas atau nilai moral (kode etik) dimaksudkan untuk mengatur tingkah la ku moral suatu kelompok dalam suatu masyarakat tertentu melalui ketentuan-ketent uan tertulis yang diharapkan akan dipegang teguh oleh seluruh anggota kelompok t ersebut. Agar kode etik itu dapat berfungsi dengan baik maka kode etik itu harus disusun oleh organisasi itu sendiri dengan memperhatikan kondisi riil yang terj adi pada organisasi yang bersangkutan sehingga kode etik itu diharapkan dapat di jiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai yang berlaku pada organisasi tersebut. Disa mping itu, kode etik juga tidak bersifat statis tetapi perlu sekali-sekali dinil ai kembali bahkan bila perlu direvisi atau disesuaikan dengan perobahan kondisi lingkungan yang terus berkembang. Dalam praktiknya, pelaksanaan kode etik itu pe rlu diawasi secara terus menerus dan perlu dilakukan pengenaan sanksi-sanksi bag i anggota organisasi yang melanggar kode etik tersebut. 2.4. Beberapa teori tent ang Etika Ada 3 teori utama dari Etika, yakni: a. Etika deontologi, yang berarti kewajiban. Menurut teori ini, suatu tindakan yang dianggap baik tidaklah dinila i dan dibenarkan berdasarkan akibat atau tujuan baik dari tindakan itu melainkan bahwa tindakan itu sendiri dianggap baik pada dirinya sendiri. Dengan perkataan lain, suatu tindakan dianggap bernilai moral karena tindakan itu dilaksanakan P USDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 8 berdasarkan kewajiban yang memang harus dilaksanakan terlepas dari apa tujuan at au akibat dari tindakan itu. Contoh: berbohong, mencuri, menyontek dalam ujian, dianggap tidak baik dilihat dari sudut etika deontologi. b. Etika teleologi, yan g berarti tujuan. Ditujukan untuk mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasar kan tujuan yang hendak dicapai, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh su atu tindakan. Suatu tindakan dinilai baik jika bertujuan mencapai sesuatu yang b aik, atau jika akibat yang ditimbulkannya baik dan berguna. Etika teleologi ini lebih bersifat situasional karena tujuan dan akibat dari suatu tindakan bisa san gat tergantung pada situasi khusus tertentu. Berbohong merupakan tindakan yang t idak baik menurut teori deontologi, namun belum tentu tidak baik menurut etika t eleologi. Berbohong tidak sesuai dengan nilai-nilai moral yang berlaku, namun da lam etika teleologi apabila perilaku berbohong tersebut memiliki tujuan yang bai k, maka bisa dinilai sebagai tindakan yang baik. Sebagai contoh: seorang PNS di bagian kepegawaian yang berbohong saat ditanya oleh seseorang mengenai informasi mutasi pegawai yang belum diterbitkan secara resmi dalam bentuk suatu surat kep utusan. Tindakan PNS dengan mengatakan bahwa ia tidak mengetahui tentang informa si tersebut (walaupun ia mengetahuinya) dapat dibenarkan, karena menyimpan infor masi yang bersifat rahasia dan belum boleh diketahui oleh orang lain adalah meru pakan tugasnya. Dalam hal ini ia berbohong untuk maksud yang baik. c. Etika Keut amaan, berbeda dengan etika deontologi dan teleologi, karena etika keutamaan tid ak mempersoalkan akibat dari suatu tindakan serta tidak melakukan penilaian mora l berdasarkan norma-norma universal. Nilai moral ditemukan dari pengalaman hidup bermasyarakat, dari contoh dan teladan yang diperlihatkan tokoh-tokoh besar dal am suatu masyarakat dalam hal menyikapi persoalan-persoalan hidup. Dari teladan hidup orang tersebut dikenal nilai-nilai moral, seperti kesetiaan, kejujuran, ke sediaan berkorban, kasih sayang, keberanian, dan sebagainya. Menurut teori ini, orang bermoral tidak ditentukan oleh kenyataan bahwa ia melakukan suatu tindakan bermoral, melainkan ditentukan oleh kenyataan dalam keseluruhan hidupnya, yaitu bagaimana ia menjalani hidup, apakah ia memiliki kecenderungan dalam bersikap d an berperilaku terpuji dalam menghadapi persoalan hidup (bukan dinilai berdasark an tindakan satu per satu dalam menentukan kualitas moralnya) PUSDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 9 2.5. Macam-macam etika Etika secara umum dapat dibagi 2 kategori, yaitu: a. Etik a Umum Etika umum mencakup tentang norma dan nilai moral, kondisi-kondisi dasar bagi manusia untuk bertindak etis, teori-teori etika, lembagalembaga normatif (d iantaranya adalah suara hati/nurani), dan semacamnya. Etika umum sebagai ilmu at au filsafat moral dapat dianggap sebagai etika teoritis, walaupun istilah ini se sungguhnya kurang tepat, karena bagaimanapun etika selalu berkaitan dengan peril aku dan kondisi praktis serta aktual dari manusia dalam kehidupannya sehari-hari dan tidak hanya semata-mata bersifat teoritis. b. Etika Khusus Etika khusus ada lah penerapan prinsip-prinsip atau norma-norma moral dasar dalam bidang kehidupa n yang khusus. Dengan kata lain, etika khusus adalah cerminan kritis rasional ya ng meneropong dan mencerminkan kehidupan manusia dengan mendasarkan diri pada no rma dan nilai moral yang ada dengan situasi khusus dari bidang kehidupan dan keg iatan khusus tertentu yang dilakukan setiap orang atau kelompok orang dalam suat u masyarakat. Etika khusus ini dianggap sebagai etika terapan karena aturan norm atif yang bersifat umum diterapkan secara khusus, sesuai dengan kekhususan dan k ekhasan bidang kehidupan dan kegiatan khusus tertentu. Maka dapat dikatakan bahw a etika khusus merupakan kontekstualisasi aturan moral umum dalam bidang dan sit uasi yang konkrit. Etika khusus ini terbagi menjadi 3, yaitu 1) etika individual , 2) etika sosial, dan 3) etika lingkungan hidup, sebagaimana digambarkan pada G ambar 1 berikut ini: Gambar 1: Pembagian Etika ETIKA UMUM ETIKA ETIKA KHUSUS ETIKA INDIVIDUAL ETIKA SOSIAL ETIKA LINGKUNGAN PUSDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 10 1) Etika individual, lebih menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirin ya sendiri, seperti prinsip integrasi pribadi yang berbicara tentang perilaku in dividual tertentu dalam rangka menjaga dan mempertahankan nama baiknya sebagai p ribadi yang bermoral. 2) Etika sosial, menyangkut tentang kewajiban dan hak, sik ap dan pola perilaku manusia sebagai makhluk sosial dalam interaksinya dengan se sama manusia. Etika individual dan etika sosial berkaitan satu sama lain bahkan dalam hal tertentu sulit untuk dipisahkan satu dengan lainnya karena sifat hakik i manusia yang bersifat ganda, yakni sebagai makhluk individual sekaligus menjad i makluk sosial. 3) Etika lingkungan, adalah merupakan etika khusus yang akhir-a khir ini semakin ramai dibicarakan. Etika lingkungan berbicara mengenai hubungan antara manusia, baik sebagai makhluk individu maupun sebagai kelompok dengan li ngkungan alam yang lebih luas dalam totalitasnya, dan hubungan antara manusia ya ng satu dengan manusia lainnya yang berdampak langsung atau tidak langsung pada lingkungan hidup secara keseluruhan. 2.6. Arti pentingnya etika pada organisasi Dalam kehidupan organisasi sering tim bul berbagai permasalahan yang pemecahannya mengandung implikasi moral dan etika . Dalam menghadapi permasalahan seperti itu tidak ada tolok ukur yang mutlak men genai benar atau salahnya sesuatu hal karena sangat tergantung pada berbagai fak tor, seperti agama, budaya, dan sosial. Dengan berdasarkan kenyataan tersebut ma ka dirasakan perlu untuk membuat etika dalam organisasi, yang dapat digunakan se bagai acuan. Rooswiyanto (2005:27) mengemukakan 3 alasan mendasar mengapa etika penting dalam kehidupan organsasi, yaitu: a. etika memungkinkan organisasi memil iki dan menyepakati nilai-nilai moral sebagai acuan dasar bersikap dan berperila ku bagi anggotaanggota organisasi, di mana nilai-nilai moral yang disepakati sec ara bersama tersebut harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan dengan maksud untuk mewujudkan tujuan organisasi, b. etika organisasi berisi nilai-nilai universal, yang dapat menjembatani konflik moral antara para anggota organisasi yang memil iki latar belakang berbeda, baik dari segi agama, suku, latar belakang sosial da n budaya dalam kehidupan organisasi yang bersangkutan, PUSDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 11 c. etika yang dilaksanakan secara efektif akan meningkatkan citra dan reputasi o rganisasi dan melanggengkan eksistensi organisasi tersebut. Siagian (1996:11) me ngemukakan beberapa alasan mengapa etika sangat diperlukan dalam organisasi, yai tu karena: 1) etika di samping menyangkut aplikasi seperangkat nilai luhur sebag ai acuan dasar bersikap dan berperilaku, juga menyangkut berbagai prinsip yang m enjadi landasan perwujudan nilai-nilai tersebut dalam berbagai hubungan yang ter jadi antar manusia dan lingkungan hidup. 2) etika memberikan prinsip yang kokoh dalam berperilaku sehingga dapat menjamin kehidupan sosial yang tertib karena et ika berisi nilai-nilai luhur yang disepakati bersama untuk dilaksanakan dan diju njung tinggi sebagai prinsip yang kokoh dalam berperilaku sehingga kehidupan org anisasi semakin bermakna, 3) etika sebagai landasan moral berperilaku yang relev an dan sejalan dengan dinamika yang berkembang sehingga memberikan makna dan mem perkaya kehidupan seseorang, kelompok, organisasi, dan masyarakat luas, di mana etika akan memperlancar interaksi antar manusia, 4) etika menunjukkan kepada man usia nilai hakiki dari kehidupan, sesuai dengan keyakinan agama, pandangan hidup , dan sosial. Dengan kata lain bahwa etika berkaitan langsung dengan sistem nila i manusia, mendorong tumbuhnya naluri moralitas, nilai-nilai hidup yang hakiki, dan memberi inspirasi kepada manusia untuk secara bersama-sama menemukan dan men erapkan nilai-nilai tersebut bagi kesejahteraan dan kedamaian umat manusia. 2.7. Unsur yang menentukan keberhasilan perwujudan etika organisasi Magnis-Suseno (2 002: ... ) menyatakan bahwa ada 4 unsur utama yang mempengaruhi keberhasilan per wujudan etika dalam organisasi pemerintah, yakni: a. Etos Kerja Etos kerja merup akan sikap dasar seseorang atau sekelompok orang dalam melakukan suatu pekerjaan . Etos kerja bisa kuat atau lemah, positif atau negatif, terlihat pada saat sese orang tersebut mengalami hambatan atau tantangan dalam pekerjaannya. Etos kerja individu akan sangat dipengaruhi oleh etos kerja kelompok, yaitu etos kerja oran gorang yang berada di sekitarnya. Contoh: seorang pegawai yang pada awalnya memi liki etos kerja yang tinggi bisa berobah menjadi malas, tidak bertanggung jawab terhadap pekerjaannya, ataupun menghindari PUSDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 12 pekerjaan akibat terpengaruh oleh rekan-rekan kerjanya yang memiliki etos kerja yang rendah. Unsur-unsur penting dalam etos kerja yang bisa mendukung terciptany a suatu suasana kerja yang kondusif adalah: 1) dedikasi dalam melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya, 2) semangat pengabdian kepada masyarakat, 3) bersedia me mpertanggungjawabkan hasil kerjanya, 4) bersedia memperhatikan harapan/tuntutan/ kritik masyarakat dan selanjutnya memperbaiki diri, 5) dorongan untuk terus-mene rus meningkatkan kompetensi dan kecakapan, 6) semangat untuk tidak lari dari kem ungkinan masalah, melainkan justeru mengidentifikasikan masalah yang paling meng ancam dan mengambil langkah untuk mengatasinya sebelum masalah tersebut semakin gawat, dan 7) transparansi dalam segala keputusan. b. Moralitas Pribadi Moralita s pribadi merupakan kesesuaian sikap dan perilaku seseorang dengan norma-norma y ang ada, yang terkait dengan baik buruknya suatu perbuatan. Moralitas pribadi ad alah yang menyangkut kualitas moral masing-masing orang atau individu. Ada beber apa moralitas pribadi yang penting, yakni antara lain: 1) dedikasi, 2) jujur dan tidak korupsi, 3) taat pada tuntutan khas etika birokrasi, 4) bertanggung jawab , 5) minat dan hasrat untuk terus-menerus meningkatkan kompetensi dan kecakapann ya, dan f) menghormati hak semua pihak yang terkait. Myrdal (1968: ... ) mengemu kakan pendapatnya bahwa ada 11 kemampuan atau keutamaan yang diharapkan dari seo rang pegawai yang baik, yaitu: (a) efisiensi, (b) kerajinan, (c) kerapihan, (d) tepat waktu, (e) kesederhanaan, (f) kejujuran, (g) pengambilan keputusan secara rasional, bukan berdasarkan emosional, atau nepotisme/kolusi, (h) kesediaan untu k berubah, (i) kegesitan, (j) mau bekerjasama, dan (k) bersedia memandang jauh k e depan. Sementara itu seorang PNS selalu dinilai pekerjaannya oleh atasannya, y ang tertuang dalam Dafar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) yang unsur-unsur penilaiannya meliputi: kesetiaan, prestasi kerja, tanggung jawab, PUSDIKLAT PEGA WAI BPPK 2008

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 13 ketaatan, kejujuran, kerjasama, prakarsa, dan kepemimpinan, khusus bagi pemegang jabatan struktural. Penilaian dengan menggunakan DP3 tersebut sebenarnya bisa dijadikan alat evaluasi terhadap moralitas dan kinerja PNS sekaligus memacu seti ap PNS untuk bekerja sesuai dengan etika, namun sebelumnya perlu ada kepastian t erlebih dahulu bahwa penilaian tersebut harus dilakukan dengan cara yang seobjek tif mungkin berdasarkan data yang tersedia maupun dengan suatu pengamatan langsu ng. c. Kepemimpinan yang bermutu Dalam kaitannya dengan perwujudan etika, seoran g pemimpin memikul peran sebagai panutan dan pemberi motivasi kepada para bawaha nnya sekaligus juga harus mampu menjaga kondisi lingkungan kerja agar tetap terj aga dalam suasana kerja yang etis. Untuk memperoleh pemimpin bermutu seperti itu maka pemimpin dituntut mempunyai 5 (lima) hal penting, yakni 1) Kompetensi Seor ang pemimpin harus benar-benar menguasai hal-hal yang merupakan bidang pekerjaan nya sehingga dia diharapkan akan mampu mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi. 2) Memastikan pelaksanaan tertib kerja Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk memimpin, berwibawa, mampu memberikan motivasi kepada bawahannya dan memiliki ketegasan untuk memberikan sanksi bagi pegawai yang melanggar atur an. 3) Konsistensi Seorang pemimpin harus bersikap konsisten dalam menerapkan at uran dan dalam memberikan sanksi ataupun penghargaan kepada para bawahannya. Ia tidak boleh pilih kasih terhadap bawahannya karena bisa mengakibatkan terjadinya ketidakadilan. 4) Transparansi Keputusan-keputusannya harus jelas dan transpara n bagi pihak-pihak yang terkait dengan keputusan tersebut. 5) Menjadi panutan Se orang pemimpin harus bisa menjadi panutan bagi para bawahannya sehingga ia harus meiliki intgritas pribadi yang bisa dijadikan teladan. Sifat-sifat pemimpin yan g bisa menjadi teladan, PUSDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 14 antara lain adalah: jujur, adil, cakap, tegas, komunikatif, dan bertanggung jawa b. d. Kondisi-kondisi sistemik Ada 2 (dua) syarat sistemik yang berpengaruh dala m keberhasilan untuk mewujudkan suatu etika dalam organisasi pemerintah, yakni: 1) Lingkungan kerja dapat mendukung atau merusak watak moral seseorang. Etos ker ja yang baik hanya dapat berkembang dalam lingkungan di mana orang mengalami bah wa sikap-sikap moralnya yang psoitif didukung, dihargai, dan diharapkan oleh ora ng-orang sekitarnya. Sebaliknya, lingkungan yang tidak kondusif bisa menurunkan etos kerja seseorang. 2) Pengawasan/pengendalian Harus ada pengawasan/pengendali an atas pelaksanaan pekerjaan sehingga penerapan etika aksan selalu dapat dipant au. Pengawasan/pengendalian ini tidak cukup dari dalam organisasi saja, melainka n juga perlu ada pengawasan/pengendalian dari luar organisasi, dalam hal ini pen gawasan/pengendalian oleh masyarakat harus diterima sebagai suatu hal yang posit if. 2.8. Rangkuman Pembinaan jiwa korps PNS perlu dipahami, dihayati, dan dilaks anakan oleh setiap individu PNS sebagai wujud tanggungjawabnya sebagai aparatur negara, abdi negara, dan abdi masyarakat. Pembinaan jiwa korps PNS ini secara ek splisit berkaitan pula dengan upaya Pemerintah untuk membentuk budaya organisasi , atau budaya kerja aparat pemerintah, yang menuntun PNS secara tidak langsung t erikat menjadi suatu kesatuan yang utuh: memiliki kompetensi tinggi, kuat, kompa k dan bersatu-padu, peka dan tanggap, memiliki kesetiakawanan tinggi, disiplin, serta sadar akan tanggungjawabnya sebagai aparatur negara dan abdi masyarakat se hingga visi, misi, serta strategi pemerintah untuk mewujudkan cita-cita luhur ba ngsa dan negara, yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 diharapkan dapat tercapa i. Keberhasilan pembinaan jiwa korps PNS ini sangat ditentukan oleh komitmen pim pinan dalam pelaksanaannya dan konsistensi penerapan kode etik setiap tugas di l ingkungan unit kerja setiap individu PNS serta dalam kehidupan mereka sehari-har i. Etika sesuai dengan pengertian harfiahnya dapat diartikan sebagai nilai-nilai yang baik yang menjadi suatu kebiasaan. Namun etika juga dapat PUSDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 15 diartikan sebagai filsafat moral yang lebih menekankan pendekatan kritis dalam m elihat nilai dan norma moral. Ada 3 (tiga) teori etika, yaitu teori deontologi, teleologi, dan etika keutamaan. Etika deontologi menilai baik buruknya suatu tin dakan berdasarkan tindakan itu sendiri, apakah sejalan dengan kewajiban si pelak u. Etika teleologi nenilai baik buruknya tindakan berdasarkan tujuan yang hendak dicapai atau akibat dari tindakan tersebut. Sedangkan etika keutamaan lebih men gutamakan pengembangan karakter moral pada diri setiap orang. Etika juga terbagi menjadi etika umum dan etika khusus. Etika khusus kemudian terbagi lagi menjadi etika individual, etika sosial, dan etika lingkungan hidup. Etika mempunyai art i penting dalam organisasi karena dalam kehidupan organisasi sering timbul berma cam-macam permasalahan yang pemecahannya mengandung implikasi moral dan etika. D an untuk menghadapi permasalahan tersebut tidak ada tolok ukur yang mutlak menge nai benar atau tidaknya sesuatu hal karena sangat tergantung pada berbagai fakto r, seperti agama, budaya, dan sosial. Berdasarkan hal tersebut maka peran etika menjadi sangat penting dalam organisasi, untuk: a. memungkinkan organisasi memil iki dan menyepakati nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi dan dilaksanakan, se bagai acuan dasar bersikap dan berperilaku bagi anggota-anggota organisasi, b. m enjembatani konflik moral antara para anggota organisasi, yang memiliki latar be lakang berbeda, baik dari segi agama, suku, latar belakang sosial dan budaya di dalam organisasi, c. meningkatkan citra dan reputasi organisasi, serta melanggen gkan eksistensi organisasi tersebut. Agar perwujudan etika organisasi tersebut d apat terlaksana di dalam suatu organisasi, maka perlu dipertimbangkan 4 faktor u tama yang sangat mempengaruhi, yakni 1) etos kerja, 2) ditunjang oleh moralitas pribadi pegawai/karyawan, 3) diarahkan oleh kepemimpinan yang bermutu, dan 4) di dukung syarat-syarat sistemik. PUSDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 16 2.9. Latihan 1 Pilihlah salah satu jawaban yang Anda anggap paling benar ! 1. Te ori etika mengukur baik buruknya suatu tindakan bukan berdasarkan akibat atau tu juan dari tindakan tersebut namun berdasarkan tindakan itu sendiri, disebut deng an: a. etika deontologi b. etika teleologi c. etika umum d. etika khusus 2. Etik a individual merupakan bagian dari: a. etika umum b. etika khusus c. etika sosia l d. etika lingkungan 3. Keberhasilan perwujudan suatu etika organisasi, ditentu kan oleh faktor-faktor: a. etika deontologi, teleologi, keutamaan, dan individua l b. etika umum, etika khusus, etika individual, etika sosial c. etos kerja, mor alitas pegawai, kepemimpinan bermutu, dan syarat sistemik d. kompentensi, konsis tensi, transparansi, dan tertib kerja 4. Syarat-syarat sistemik yang sangat berp engaruh dalam keberhasilan perwujudan etika, adalah: a. sistem komputer dan pera latan elektronik b. lingkungan kerja dan pengendalian/pengawasan (kontrol) c. et os kerja dan moralitas pribadi d. kepemipinan dan dedikasi 5. Berikut ini merupa kan 4 dari 11 kemampuan atau keutamaan yang diharapkan dari seorang pegawai yang baik menurut Gunnar Myrdal, kecuali: a. efisiensi b. tepat waktu c. hanya beker ja apabila disuruholeh atasan d. kejujuran PUSDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 17 III. Kegiatan Belajar (2) ETIKA PEGAWAI NEGERI SIPIL 3.1. Uraian dan contoh Etika Pegawai Negeri Sipil (PNS), yang selanjutnya disebu t sebagai Kode Etik PNS tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik PNS. Dalam peraturan pemerintah terse but, antara lain dinyatakan bahwa PNS wajib menjunjung tinggi nilai-nilai dasar, melaksanakan dan menerapkan etika PNS dalam bernegara, berorganisasi, bermasyar akat, terhadap diri sendiri, dan terhadap sesama PNS untuk mewujudkan PNS yang d apat memberikan pelayanan terbaik, adil dan merata, melalui sikap dan perilaku y ang baik sebagai bentuk pengamalan kode etik PNS. Menurut Keraf (2003) untuk men ingkatkan kualitas PNS maka PNS itu juga perlu memiliki dan menghayati prinsip-p rinsip moral dalam memberikan pelayanan. Kode etik PNS mewujudkan PNS yang bersi kap disiplin, menaati peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga dapat d inyatakan bahwa etika PNS adalah merupakan hal yang mendasar yang harus melekat pada diri PNS, baik berperilaku dalam pelaksanaan tugas maupun dalam berperilaku pada kehidupan sehari-hari. Contoh: Sekiranya setiap orang sesuai dengan profes inya masingmasing (seperti dokter, jaksa, hakim, pengacara, guru, pegawai negeri sipil, akuntan, dan lain-lain) melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan kode eti k yang mengatur sikap dan perilaku mereka masing-masing, maka hampir dapat dipas tikan bahwa kondisi negara/bangsa kita saat ini tidak akan mengalami krisis mult i dimensi seperti yang terjadi saat ini karena setiap anggota masyarakat akan me nerima pelayanan prima yang memuaskan dari setiap individu profesional tersebut dan akan mendorong motivasi setiap individu/anggota masyarakat untuk bekerja pro duktif dan inovatif di bidangnya masing-masing. 3.2. Dasar Hukum Etika PNS Dasar hukum penetapan etika, atau kode etik PNS adalah; a. Pasal 5 ayat (2), pasal 27 ayat (1), dan pasal 28 UUD 1945, b. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Po kok-Pokok Kepegawaian, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 ta hun 1999, PUSDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 18 c. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, d. Ketetapan Majelis Permusyawaratan R akyat (MPR) RI Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa, e. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin PNS, f. Peraturan Pem erintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik PNS. 3.3. Etika Kehidupan Berbangsa (TAP MPR No. VI/MPR/2001) a. Maksud dan tujuan Etika Kehidupan Berbangsa merupakan rumusan yang bersumber dari ajaran-ajaran agama kh ususnya yang bersifat universal, dan nilai-nilai luhur budaya bangsa yang tercer min dalam Pancasila sebagai acuan dasar dalam berpikir, bersikap, dan bertingkah laku dalam kehidupan berbangsa. Rumusan ini disusun dengan maksud untuk membant u memberikan penyadaran tentang arti penting tegaknya etika dan moral dalam kehi dupan berbangsa, sekaligus menjadi acuan dasar untuk meningkatkan kualitas manus ia yang beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia serta berkepribadian Indonesia. b. Pokok-pokok etika berbangsa Pokok-pokok etika dalam kehidupan berbangsa mengede pankan kejujuran, amanah, keteladanan, sportifitas, disiplin, etos kerja, kemand irian, sikap toleransi, rasa malu, tanggung jawab, menjaga kehormatan serta mart abat diri sebagai warga bangsa. Adapun uraian Etika Kehidupan Berbangsa adalah s ebagai berikut: a. Etika sosial dan budaya Etika ini bertolak dari rasa kemanusi aan yang mendalam dengan menampilkan kembali sikap jujur, saling peduli, saling memahami, saling menghargai, saling mencintai, dan saling menolong di antara ses ama manusia dan warga bangsa. Sejalan dengan itu, perlu ditumbuhkembangkan buday a malu, yakni malu berbuat kesalahan dan melakukan tindakan-tindakah yang berten tangan dengan moral agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa. Menumbuhkembangka n kembali budaya keteladanan yang harus diwujudkan dalam perilaku para pemimpin, baik formal maupun informal pada setiap lapisan masyarakat. Etika ini juga dima ksudkan untuk menumbuhkan dan mengembangkan kembali kehidupan berbangsa yang ber budaya tinggi dengan menggugah, PUSDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 19 menghargai, dan mengembangkan budaya nasional yang bersumber dari budaya daerah agar mampu melakukan adaptasi, interaksi dengan bangsa lain, dan tindakan proakt if sejalan dengan tuntutan globalisasi. Untuk itu, diperlukan penghayatan dan pe ngamalan agama yang benar, kemampuan adaptasi, ketahanan dan kreativitas budaya dari masyarakat. 2) Etika politik dan pemerintahan Dimaksudkan untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih, efisien, dan efektif serta menumbuhkan suasana politik yang demokratis yang bercirikan keterbukaan, rasa tanggung jawab, tanggap akan aspirasi rakyat, menghargai perbedaan, jujur dalam persaingan, kesediaan untuk m enerima pendapat yang lebih benar, serta menjunjung tinggi hak asasi manusia dan keseimbangan hak dan kewajiban dalam kehidupan berbangsa. Dengan etika ini diha rapkan mampu menciptakan suasana harmonis antar pelaku antar kekuatan sosial pol itik serta antar kelompok kepentingan lainnya untuk mencapai kemajuan bangsa dan negara sebesar-besarnya dengan mendahulukan kepentingan bersama daripada kepent ingan pribadi dan golongan. Etika politik dan pemerintahan mengandung misi kepad a setiap pejabat dan elit politik untuk bersikap jujur, amanah, sportif, siap me layani, berjiwa besar, memiliki keteladanan, rendah diri, dan siap untuk mundur dari jabatan publik apabila terbukti melakukan kesalahan dan secara moral kebija kannya bertentangan dengan hukum dan rasa keadilan masyarakat. Etika ini diwujud kan dalam bentuk sikap yang bertatakrama dalam perilaku politik yang toleran, ti dak berpura-pura, tidak sombong (arogan), jauh dari sikap munafik serta tidak me lakukan pembohongan publik, tidak manulatif, dan tidak melakukan tindakan-tindak an yang tidak terpuji lainnya. 3) Etika ekonomi dan bisnis Etika ekonomi dan bis nis dimaksudkan agar prinsip dan perilaku ekonomi dan bisnis, baik oleh perseora ngan, institusi, maupun pengambil keputusan dalam bidang ekonomi dapat melahirka n kondisi dan realitas ekonomi yang bercirikan persaingan yang jujur, berkeadila n, mendorong berkembangnya etos kerja ekonomi, daya tahan ekonomi, dan kemampuan saing, dan terciptanya suasana kondusif untuk pemberdayaan ekonomi yang berpiha k kepada rakyat kecil melalui kebijakan secara berkesinambungan. PUSDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 20 Etika ini mencegah terjadinya praktik-praktik monopoli, oligopoli, kebijakan eko nomi yang mengarah kepada perbuatan korupsi, kolusi, dan nepotisme, diskriminasi yang berdampak negatif terhadap efisiensi, persaingan sehat, dan keadilan, sert a menghindarkan perilaku menghalalkan segala cara dalam memperoleh keuntungan. 4 ) Etika penegakan hukum yang berkeadilan Etika penegakan hukum yang berkeadilan dimaksudkan untuk menumbuhkan kesadaran bahwa tertib sosial, ketenangan dan kete raturan hidup bersama hanya dapat diwujudkan dengan ketaatan terhadap hukum dan seluruh peraturan yang berpihak kepada keadilan. Keseluruhan aturan hukum yang m enjamin tegaknya supremasi dan kepastian hukum sejalan dengan pemenuhan rasa kea dilan yang hidup dan berkembang di dalam masyarakat. Etika ini meniscayakan pene gakan hukum secara adil, perlakuan yang sama dan tidak diskrininatif terhadap se tiap warga negara di hadapan hukum, dan menghindarkan penggunaan hukum secara sa lah sebagai alat kekuasaan dan bentuk-bentuk manipulasi hukum lainnya. 5) Etika keilmuan Etika keilmuan dimaksudkan untuk menjunjung tinggi nilainilai kemanusia an, ilmu pengetahuan dan teknologi agar warga bangsa mampu menjaga harkat dan ma rtabatnya, berpihak kepada kebenaran untuk mencapai kemaslahatan dan kemajuan se suai dengan nilai-nilai agama dan budaya. Etika ini diwujudkan secara pribadi at aupun kolektif dalam karsa, cipta, dan karya, yang tercermin dalam perilaku krea tif, inovatif, inventif, dan komunikatif, dalam kegiatan membaca, belajar, menel iti, menulis, berkarya, serta menciptakan iklim kondusif bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Etika ini menegaskan pentingnya budaya kerja keras de ngan menghargai dan memanfaatkan waktu, disiplin dalam berpikir dan berbuat, ser ta menepati janji dan komitmen diri untuk mencapai hasil terbaik. Disamping itu, etika ini mendorong tumbuhnya kemampuan menghadapi hambatan, rintangan, dan tan tangan dalam kehidupan, mampu mengubah tantangan menjadi peluang, mampu menumbuh kan kreativitas untuk penciptaan kesempatan baru, dan tahan uji serta pantang me nyerah. PUSDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 21 6) Etika lingkungan Etika lingkungan menegaskan pentingnya kesadaran menghargai dan melestarikan lingkungan hidup serta penataan tata ruang secara berkelanjutan dan bertanggung jawab. Etika ini bisa diwujudkan dalam pengelolaan lingkungan h idup secara arif dan bijaksana agar tercipta lingkungan yang bersih, teratur, ny aman serta bisa memberikan manfaat bagi masyarakat di sekitarnya. c. Arah kebija kan dan kaidah pelaksanaan Arah kebijakan untuk membangun etika kehidupan berban gsa diimplementasikan sebagai berikut: 1) mengaktualisasikan nilai-nilai agama d an budaya luhur bangsa dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara melalui pendidikan formal, informal, dan non-formal dan pemberian contoh keteladanan oleh para pemimpin negara, pemimpin bangsa, dan pemimpin masyarakat . 2) mengarahkan orientasi pendidikan yang mengutamakan aspek pengenalan menjadi pendidikan yang bersifat terpadu dengan menekankan ajaran etika yang bersumber dari ajaran agama dan budaya luhur bangsa serta pendidikan watak dan budi pekert i yang menekankan keseimbangan antara kecerdasan intelektual, kematangan emosion al dan spiritual, serta amal kebajikan. 3) mengupayakan agar setiap program pemb angunan dan keseluruhan aktivitas kehidupan berbangsa dijiwai oleh nilai-nilai e tika dan akhlak mulia, baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi . Sementara kaidah pelaksanaan etika kehidupan berbangsa ini adalah sebagai beri kut: (a) internalisasi dan sosialisasi etika ini menggunakan pendekatan agama da n budaya, (b) internalisasi dan sosialisasi etika ini dilakukan melalui pendekat an komunikatif, dialogis, persuasif, tidak melalui indoktrinasi, (c) mendorong s wadaya masyarakat secara sinergis dan berkesinambungan untuk melakukan internali sasi dan sosialisasi, (d) mengembangkan dan mematuhi etika-etika profesi: hukum, politik, kedokteran, guru, jurnalistik, dan profesi lainnya, sesuai dengan poko k-pokok etika kehidupana berbangsa, (e) internalisasi dan sosialisasi serta peng amalan etika ini merupakan bagian dari pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa. PU SDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 22 3.4. Nilai-nilai dasar PNS PNS di samping wajib melaksanakan dan menerapkan kode etik PNS, juga wajib menjunjung tinggi nilai-nilai dasar bagi PNS yang diatur d alam pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004. Adapun nilai-nilai dasar yang harus dijunjung tinggi oleh PNS meliputi; a. Ketaqwaan kepada Tuhan Yang Ma ha Esa, b. Kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan UUD 1945, c. Semangat nas ionalisme, d. Mengutamakan kepentingan Negara di atas kepentingan pribadi atau g olongan, e. Ketaatan terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan, f. Penghor matan terhadap hak asasi manusia, g. Tidak diskriminatif, h. Profesionalisme, ne tralitas, dan bermoral tinggi, dan i. Semangat jiwa korps. Nilai-nilai dasar ter sebut merupakan pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang berlaku bagi set iap PNS di seluruh wilayah Indonesia, tanpa membedakan di mana PNS bersangkutan bekerja, dan wajib dijunjung tinggi karena nilai-nilai yang terkandung di dalamn ya adalah merupakan nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam kehidupan bermas yarakat, berbangsa, bernegara, dan di pemerintahan. 3.5. Prinsip-prinsip moral PNS Sejalan dengan kepemerintahan yang baik (good gov ernance), PNS bertugas untuk memberikan pelayanan yang terbaik sesuai dengan keb utuhan dan harapan masyarakat, dan untuk mewujudkan PNS yang mempu memberikan pe layanan prima tersebut, maka ada 7 prinsip moral yang harus dimiliki dan dihayat i oleh seorang PNS (Keraf:2002), yakni: a. profesionalisme; menuntut PNS untuk b ertindak secara profesional, yaitu bertindak sesuai kemampuan dan keahlian yang dimilikinya, sesuai aturan hukum dan ketentuan yang berlaku, dan mempunyai komit men moral yang tinggi untuk membela kepentingan publik, b. integritas moral yang tinggi: menuntut PNS untuk bertindak sesuai dengan prinsip, dan selalu menjaga nama baiknya dengan tidak menyelewengkan kekuasaan dan kewenangannya yang bisa m erugikan kepentingan publik, c. tanggung jawab terhadap kepentingan publik: kare na kepentingan publik adalah nilai tertinggi yang tidak boleh diganti dan PUSDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 23 dikalahkan dengan kepentingan lainnya, maka seorang PNS harus bertanggungjawab s ecara profesional atas kepentingan publik tersebut, jadi bukan untuk menjadi kay a atau untuk mencari jabatan, d. berpihak kepada kebenaran dan kejujuran: menunt ut PNS harus selalu memiliki sikap jujur dan tegas. Oleh sebab itu setiap orang harus selalu dilayani sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku, e. beti ndak secara adil: setiap PNS harus memperlakukan semua orang (siapa saja) secara sama tanpa membeda-bedakan, tanpa diskriminasi atas dasar ras, suku, jenis kela min, agama, keluarga, dan sebagainya. Harus selalu bersikap netral dan hanya mem bela yang benar, tidak boleh ada yang diistimewakan atau diperlakukan khusus ole h karena itu harus sesuai prosedur dan ketentuan yang ada, f. jangan menghalalka n cara untuk mencapai tujuan: PNS harus membantu orang untuk menggunakan cara ya ng benar demi mencapai tujuan yang baik agar kepentingan semua pihak terjamin, g . jangan lakukan sesuatu pada orang lain, hal-hal apa yang Anda sendiri tidak ma u diperlakukan demikian: Jangan mempersulit orang lain karena Anda sendiri tidak ingin dipersulit, Jangan memeras dan meminta uang suap atau sogok dari siapa pu n untuk pelayanan publik yang Anda berikan, karena Anda sendiri juga tidak ingin diperlakukan demikian, apalagi hal ini adalah menyangkut pelayanan publik yang menjadi tanggung jawab Anda dan harus dilakukan tanpa pamrih. 3.6. Pelaksanaan e tika PNS Untuk mewujudkan pembinaan jiwa korps PNS dan menjunjung tinggi kehorma tan dan keteladanan sikap, tingkah laku dan perbuatan PNS dalam melaksanakan tug as kedinasan dan pergaulan sehari-hari, maka kode etik dipandang merupakan landa san yang dapat mewujudkan hal tersebut. Dalam Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 ditegaskan bahwa dalam pelaksanaan tugas kedinasan dan kehidupan sehari-hari, PNS wajib bersikap dan berpedoman pada: a. etika bernegara, yaitu: 1) melaksanakan sepenuhnya Pancasila dan UUD 1945, 2) mengangkat harkat dan mart abat bangsa dan negara, 3) menjadi perekat dan pemersatu bangsa dalam NKRI, 4) m enaati semua peraturan perundang-undangan dalam 5) melaksanakan tugas, PUSDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 24 6) akuntabel dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan 7) pemerintahan yang bersi h dan berwibawa, 8) tanggap, terbuka, jujur, dan akurat, serta tepat waktu dalam 9) melaksanakan setiap kebijakan dan program pemerintah. b. etika berorganisasi , yaitu: 1) melaksanakan tugas dan wewenang sesuai ketentuan yang berlaku, 2) me njaga informasi yang bersifat rahasia, 3) melaksanakan setiap kebijakan yang dit etapkan oleh pejabat yang berwenang, 4) membangun etos kerja untuk meningkatkan kinerja organisasi, 5) menjalin kerjasama secara kooperatif dengan unit kerja la in yang terkait dalam rangka pencapaian tujuan, 6) memiliki kompetensi dalam pel aksanaan tugas, 7) patuh dan taat terhadap standar operasional dan tata kerja, 8 ) mengembangkan pemikiran secara kreatif dan inovatif dalam rangka peningkatan k inerja organisasi, berorientasi pada upaya peningkatan kualitas kerja. c. etika bermasyarakat, yaitu: 1) mewujudkan pola hidup sederhana, 2) memberikan pelayana n dengan empati, hormat dan santun, tanpa pamrih dan tanpa unsur pemaksaan, 3) m emberikan pelayanan secara cepat, tepat, terbuka, dan adil serta tidak diskrimin atif, 4) tanggap terhadap keadaan lingkungan masyarakat, 5) berorientasi kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam melaksanakan tugas. d. etika terhadap diri sendiri, yaitu: 1) jujur dan terbuka serta tidak memberikan informasi yang tidak benar, 2) bertindak dengan penuh kesungguhan dan ketulusan, 3) menghindar i konflik kepentingan pribadi, kelompok, maupun golongan, 4) berinisiatif untuk meningkatkan kemampuan, keterampilan, dan sikap, kualitas pengetahuan, 5) memiliki daya juang yang tinggi, 6) memelihara kesehatan jasmani dan rohani, PUSDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 25 7) menjaga keutuhan dan keharmonisan keluarga, 8) berpenampilan sederhana, rapih , dan sopan. e. etika terhadap sesama PNS, yaitu: 1) saling menghormati sesama w arga negara yang agama/kepercayaan yang berlainan, 2) memelihara rasa persatuan dan kesatuan sesama PNS, memeluk 3) saling menghormati antara teman sejawat baik secara vertikal maupun horisonta l dalam suatu unit kerja, instansi, maupun antar instansi, 4) menghargai perbeda an pendapat, 5) menjunjung tinggi harkat dan martabat PNS, 6) menjaga dan menjal in kerja sama yang kooperatif sesama PNS, 7) berhimpun dalam satu wadah Korps Pe gawai Repbnulik Indonesia yang menjamin terwujudnya PNS dalam memperjuangkan hak haknya. 3.7. Peraturan disiplin PNS Kedisplinan merupakan hal yang sangat diperl ukan dalam pencapaian suatu tujuan tertentu. Tanpa adanya suatu kedisiplinan yan g tinggi maka pencapaian tujuan akan sulit terjadi bahkan bisa jadi akan menutup kemungkinan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Peraturan P emerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan disiplin PNS menetapkan di antar anya mengenai kewajiban dan larangan bagi PNS. Kewajiban dan larangan tersebut m enjadi acuan PNS dalam melaksanakan tugas yang menjadi kewajibannya dan menjauhi larangan-larangan tersebut. a. Kewajiban PNS Kewajiban merupakan sesuatu yang h arus dilaksanakan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002), yang bisa mengakibatkan pengenaan sanksi bagi yang tidak melaksanakannya. Kewajiban PNS sesuai Pasal 2 P eraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 adalah sebagai berikut: 1) setia dan taa t sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah, 2) mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan golongan atau diri sendiri, serta menghin darkan segala sesuatu yang dapat mendesak kepentingan negara oleh kepentingan go longan, diri sendiri, atau pihak lain, 3) menjunjung tinggi kehormatan dan marta bat negara, pemerintah, dan PNS, PUSDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 26 4) mengangkat dan menaati sumpah/janji PNS dan sumpah/janji jabatan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku, 5) menyimpan rahasia negara dan atau rahasia jabatan dengan sebaikbaiknya, 6) memperhatikan dan melaksanakan segala ketentua n pemerintah, baik yang langsung menyangkut tugas kedinasannya maupun yang berla ku secara umum, 7) melaksanakan tugas kedinasan dengan sebaik-baiknya dan dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab, 8) bekerja dengan jujur, terti b, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan negara, 9) memelihara dan meningkat kan keutuhan, kekompakan, persatuan dan kesatuan korps PNS, 10) segera melaporka n kepada atasannya, apabila mengetahui ada hal yang dapat membahayakan atau meru gikan negara/pemerintah, terutama di bidang keamanan, keuangan, dan material, 11 ) menaati ketentuan jam kerja, 12) menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik, 13) menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-b aiknya, 14) memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya kepada masyarakat menurut bidang tugasnya masing-masing, 15) bertindak dan bersikap tegas, tetapi adil da n bijaksana terhadap bawahannya, 16) membimbing bawahannya dalam melaksanakan tu gasnya, 17) menjadi dan memberikan contoh serta teladan yang baik terhadap bawah annya, 18) mendorong bawahannya untuk meningkatkan prestasi kerjanya, 19) member ikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan kariernya, 20) menaati ket entuan peraturan perundangan tentang perpajakan, 21) berpakaian rapi dan sopan s erta bersikap dan bertingkahlaku sopan santun terhadap masyarakat, sesama PNS, d an terhadap atasan, 22) hormat-menghormati antara sesama warga negara yang memel uk agama/kepercayaan terhadap Tuhan YME yang berlainan, 23) menjadi teladan seba gai warga negara yang baik dalam masyarakat, 24) menaati segala peraturan perund angan dan peraturan kedinasan yang berlaku. 25) menaati perintah kedinasan dari atasan yang berwenang, PUSDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 27 26) memperhatikan dan menyelesaikan dengan sebaik-baiknya setiap laporan yang di terima mengenai pelanggaran disiplin. Sementara itu pada masing-masing unit inst ansi juga bisa mengatur kewajiban-kewajiban para pegawai dilingkungannya secara lebih khusus karena masing-masing unit kerja memiliki karakter-karakter yang ber beda dengan unit-unit instansi lain, contoh: kewajiban pegawai di lingkungan Dit jen Pajak, Ditjen Bea dan Cukai, dan lain-lain. b. Larangan bagi PNS Larangan me rupakan perintah atau aturan yang melarang suatu perbuatan (Kamus Besar Bahasa I ndonesia, 2002). Larangan bagi setiap PNS menurut Pasal 3 Peraturan Pemerintah N omor 30 Tahun 1980 adalah sebagai berikut: 1) melakukan hal-hal yang dapat menur unkan kehormatan atau martabat Negara, Pemerintah, atau PNS, 2) menyalahgunakan wewenang, 3) tanpa izin pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara asi ng, 4) menyalahgunakan barang-barang, uang atau surat-surat berharga milik negar a, 5) memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan atau meminjamkan bara ng-barang, dokumen, atau surat-surat berharga milik negara secara tidak sah, 6) melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lai n di dalam atau di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan priba di, golongan, atau pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara, 7) melakukan tindakan yang bersifat negatif dengan maksud membalas dend am terhadap bawahannya atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjan ya, 8) menerima hadiah atau sesuatu pemberian apa saja dari siapa pun yang diket ahui atau patut diduga bahwa pemberian itu bersangkutan atau mungkin bersangkuta n dengan jabatan atau pekerjaan PNS yang bersangkutan, 9) memasuki tempat-tempat yang dapat mencemarkan kehormatan atau martabat PNS, kecuali untuk kepentingan jabatan, 10) bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya, 11) melakukan suatu tindakan atau sengaja tidak melakukan suatu tindakan yang dapat berakibat mengha langi atau mempersulit salah PUSDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 28 satu pihak yang dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi pihak yang dilayan i, 12) menghalangi berjalannya tugas kedinasan, 13) membocorkan dan atau memanfa atkan rahasia negara yang diketahui karena kedudukan jabatan untuk kepentingan p ribadi, golongan, atau pihak lain, 14) bertindak selaku perantara bagi seorang p engusaha atau golongan untuk mendapat pekerjaan atau pesanan dari kantor/instans i pemerintah, 15) memiliki saham/modal dalam perusahaan yang kegiatan usahanya b erada dalam ruang lingkup kekuasaannya, 16) memiliki saham suatu perusahaan yang kegiatan usahanya tidak berada dalam ruang lingkup kekuasaannya, jumlah pemilik an itu sedemikian rupa sehingga melalui pemilikan saham tersebut dapat langsung atau tidak langsung menentukan penyelenggaraan atau jalannya perusahaan, 17) mel akukan kegiatan usaha dagang baik secara resmi, maupun sambilan, menjadi direksi , pimpinan atau komisaris perusahaan swasta bagi yang berpangkat Pembina golonga n ruang IV/a ke atas atau yang memangku jabatan eselon I, 18) melakukan pungutan tidak sah dalam bentuk apapun juga dalam melaksanakan tugasnya untuk Seperti ha lnya dengan kewajiban-kewajiban PNS, maka larangan-larangan bagi PNS di unit ker ja instansi-instansi pemerintah juga bisa membuat larangan-larangan yang lebih s pesifik sesuai dengan sifat dan karakter unit kerja instansi masing-masing. c. H ak-hak PNS Dalam kaitannya dengan etika selain kewajiban-kewajiban dan laranganlarangan pada Pasal 2 dan Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980, maka menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 yang telah diperbaharui dengan UndangUndang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, maka PNS juga mempun yai hak yang dijamin oleh pemerintah, yakni: 1) memperoleh gaji yang layak sesua i dengan tanggung jawabnya, 2) memperoleh cuti, 3) memperoleh perawatan bagi yan g tertimpa sesuatu kecelakaan dalam dan atau karena menjalankan tugasnya, PUSDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 29 4) memperoleh tunjangan bagi yang menderita cacat jasmani atau cacat rohani dala m dan karena menjalankan tugas kewajibannya yang mengakibatkannya tidak dapat be kerja lagi dalam jabatan apapun juga, 5) memperoleh uang duka bagi keluarga PNS yang tewas, 6) memperoleh pensiun bagi yang telah memenuhi syarat-syarat yang di tentukan, 7) memperoleh kenaikan pangkat reguler, 8) menjadi peserta TASPEN menu rut Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 21963, 9) menjadi peserta ASKES menurut Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 1977. 3.8. Implementasi etika dalam organisasi pemerintah Agar etika yang baik bisa terwujud dalam suatu organisasi maka kode e tik organisasi tidak cukup hanya menentukan kewajiban-kewajiban, larangan-larang an, serta sanksi-sanksi saja, namun dibutuhkan juga langkahlangkah nyata yang si stematis serta dilaksanakan dengan penuh kesungguhan berupa partisipasi aktif da ri seluruh pihak yang berada dalam organisasi tersebut. Menurut Keraf (2002) ada beberapa hal yang diperlukan agar implementasi praktir etika yang baik dalam or ganisasi pemerintah dapat terwujud, yaitu sebagai berikut: a. adanya komitmen mo ral dan politik dari pimpinan departemen, dalam hal ini Menteri untuk membangun birokrasi departemen dengan sebuah etos, kebiasaan, serta etika yang baik demi m elayani kepentingan publik, b. komitmen moral dan politik itu lalu diterjemahkan ke dalam aturan formal internal departemen sebagai pegangan konkrit bagi setiap pejabat dan pegawai mulai dari Menteri, Direktur Jenderal, sampai kepada pegawa i paling rendah. Disusun secara rinci, termasuk sanksisanksi yang jelas, c. etos /etika birokrasi dan aturan yang jelas tadi lalu disosialisasikan dan diajarkan kepada PNS pada saat pertama kali masuk, dalam pelatihan dan dalam seluruh prose s pembenahan, d. sanksi yang diterapkan secara konsekuen merupakan alat pendidikan, yang baik bagi siapa saja. Sebaliknya, penghargaan baik dalam bentuk k enaikan pangkat atau pengakuan tertulis lainnya secara jujur dan objektif akan m erupakan alat motivasi yang baik bagi peningkatan etos di departemen tersebut, P USDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 30 e. adanya teladan yang nyata dari pimpinan departemen, khususnya Menteri dan Ese lon I, dalam menghayati dan mempraktikkan secara nyata prinsip-prinsip moral di atas. 3.9. Kode etik di lingkungan Dep. Keuangan Secara umum kode etik diartikan sebagai sekumpulan asas moral bagi suatu profesi tertentu, seperti kode etik ke dokteran, kode etik notaris, kode etik pengacara, kode etik PNS, dan sebagainya. Kode etik itu adalah merupakan nilai-nilai moral dan norma-norma yang dijadikan sebagai dasar acuan berpikir, bersikap, dan berperilaku bagi masing-masing angg ota profesi tersebut. Menurut Rooswiyanto (2005:23) ada dua tujuan utama dari ko de etik, yakni 1) untuk melindungi kepentingan masyarakat dari kemungkinan kelal aian, kesalahan (baik disengaja maupun tidak disengaja) oleh anggota dari organi sasi profesi yang bersangkutan, dan 2) melindungi keluhuran profesi dari perilak u-perilaku menyimpang anggota organisasi profesi yang bersangkutan. Agar kode et ik itu berfungsi sebagaimana diharapkan maka ada dua syarat mutlak yang harus di penuhi, yakni (a) kode etik dibuat oleh masingmasing profesi sehingga kode etik itu bisa dijiwai oleh cita-cita dan nilainilai yang hidup dalam profesi yang ber sangkutan. Dengan kata lain, kode etik harus merupakan hasil pemikiran dan penga turan anggota profesi tersebut, dan (b) pelaksanaan kode etik harus diawasi teru s menerus, setiap kasus pelanggaran dievaluasi dan dikenakan tindakan oleh suatu komite khusus untuk itu. Dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahu n 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik PNS dan Peraturan-peraturan Pe merintah lainnya (termasuk Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980), maka Mente ri Keuangan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 29/PMK.01/2007 tanggal 13 Ma ret 2007 tentang Pedoman peningkatan disiplin PNS di lingkungan Departemen Keuan gan menginstruksikan upaya penyusunan kode etik PNS Departemen Keuangan pada mas ing-masing unit kerja eselon I lingkup Departemen Keuangan berikut pembentukan M ajelis Kode Etik PNS-nya untuk tujuan mewujudkan aparat yang: bersih, berwibawa dan bertanggungjawab, serta untuk meningkatkan kompetensi, transparansi, dan int egritas PNS. Secara garis besar Peraturan Menteri Keuangan tersebut meminta agar setiap unit kerja eselon I Departemen Keuangan sudah harus memiliki kode etik P NS di lingkungannya masing-masing, berikut pembentukan Majelis PUSDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 31 Kode Etik-nya selambat-lambatnya akhir Juni 2007. Bagi unit-unit kerja eselon I yang sebelum dikeluarkannya peraturan Menteri Keuangan tersebut sudah memiliki k ode etik sendiri, maka diminta agar disesuaikan isinya dengan petunjuk umum yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan dimaksud. Peraturan tentang kode et ik yang ditetapkan oleh masing-masing unit eselon I lingkup Departemen Keuangan, sesuai dengan apa yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 29/PM K.01/2007 tanggal 13 Maret 2007 dapat dilihat pada Lampiran Modul ini. 3.10. Rangkuman Etika kehidupan berbangsa adalah merupakan rumusan yang bersumber dari ajaran-ajaran agama, khususnya yang bersifat universal, dan nilai -nilai luhur budaya bangsa yang tercermin dalam Pancasila sebagai acuan dasar da lam berpikir, bersikap, dan bertingkah laku dalam kehidupan berbangsa. Etika ber bangsa terdiri dari etika sosial dan budaya, etika politik dan pemerintahan, eti ka ekonomi dan bisnis, etika penegakan hukum yang berkeadilan, etika keilmuan, d an etika lingkungan. Agar pengembangan etika kehidupan berbangsa bisa terwujud m aka perlu disusun langkahlangkah dan arah kebijakan yang jelas. Dalam hal intern alisasi dan sosialisasi etika kehidupan berbangsa terdapat beberapa kaidah yang harus dilaksanakan. Prinsip-prinsip moral yang perlu dihayati oleh setiap PNS ad alah profesionalitas, integritas moral yang tinggi, tanggung jawab terhadap kepe ntingan publik, berpihak kepada kebenaran dan kejujuran, bertindak secara adil, jangan menghalalkan berbagai cara untuk mencapai tujuan, jangan lakukan sesuatu pada orang lain apa yang tidak mau dilakukan pada Anda sendiri. Kode etik PNS te rdiri dari etika: bernegara, berorganisasi, bermasyarakat, terhadap diri sendiri , dan terhadap sesama PNS. Dalam implementasi kode etik PNS ini perlu langkah-la ngkah nyata yang sistematis dan kesungguhan dalam pelaksanaannya. Setiap pelangg aran yang dilakukan oleh seorang PNS bisa dikenakan sanksi moral, bahkan dapat p ula dijatuhi hukuman disiplin sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomo r 30 Tahun 1980 tentang Peraturan disiplin PNS. Dengan mengacu pada Peraturan Pe merintah Nomor 42 Tahun 2004 dan Peraturan-peraturan Pemerintah lainnya (termasu k Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980), maka Menteri Keuangan dengan Peratu ran Menteri PUSDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 32 Keuangan Nomor 29/PMK.01/2007 tanggal 13 Maret 2007 tentang Pedoman peningkatan disiplin PNS di lingkungan Departemen Keuangan menginstruksikan upaya penyusunan kode etik PNS Departemen Keuangan pada masing-masing unit kerja eselon I lingku p Departemen Keuangan berikut pembentukan Majelis Kode Etik PNS-nya untuk tujuan mewujudkan aparat yang: bersih, berwibawa dan bertanggungjawab, serta untuk men ingkatkan kompetensi, transparansi, dan integritas PNS. Secara garis besar Perat uran Menteri Keuangan tersebut meminta agar setiap unit kerja eselon I Departeme n Keuangan sudah harus memiliki kode etik PNS di lingkungannya masing-masing, be rikut pembentukan Majelis Kode Etik-nya selambat-lambatnya akhir Juni 2007. 3.11. Latihan 2 Pilihlah satu jawaban yang Anda anggap paling benar. ! 1. Beriku t ini merupakan perwujudan etika dalam bermasyarakat kecuali: a. mewujudkan pola hidup sederhana b. memberikan pelayanan secara cepat, tepat, terbuka, dan adil serta tidak diskriminatif c. menaati semua peraturan perundang-undangan yang ber laku dalam melaksanakan tugas d. tanggap terhadap keadaan lingkungan masyarakat. 2. Pegawai Negeri Sipil yang selalu berpenampilan sederhana, rapi, dan sopan ad alah sesuai dengan .... a. etika dalam berorganisasi b. etika dalam bermasyaraka t c. etika dalam terhadap sesama PNS d. etika terhadap diri sendiri. 3. Ketetapa n MPR RI Nomor VI/MPR/2001 memuat rumusan mengenai: a. Etika kehidupan berbangsa b. Etika Pegawai Negeri Sipil c. Etika Pegawai Departemen Keuangan d. Etika kei lmuan. 4. Pegawai Negeri Sipil yang tidak patuh dan taat terhadap standar operas ional dan tata kerja dalam melaksanakan tugasnya adalah bertentangan dengan .... a. etika dalam bernegara b. etika dalam berorganisasi PUSDIKLAT PEGAWAI BPPK 20 08

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 33 c. etika dalam bermasyarakat d. etika terhadap diri sendiri 5. Berikut ini adala h merupakan perwujudan etika bernegara kecuali: a. menjadi perekat dan pemersatu bangsa dalam negara kesatuan Republik Indonesia b. mengangkat harkat dan martab at bangsa dan negara c. akuntabel dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan pemer intahan yang bersih dan berwibawa d. melaksanakan tugas dan wewenang sesuai kete ntuan yang berlaku PUSDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 34 IV. Kegiatan Belajar (3) PROSES PEMBINAAN JIWA KORPS PNS 4.1. Uraian dan contoh Untuk meningkatkan perjuangan, pengabdian, kesetiaan dan ketaatan PNS kepada negara kesatuan dan pemerintah Republik Indonesia berdasarka n Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 diperlukan ketentuan tentang pembinaan jiwa korps PNS. Peraturan pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 mengatur berbagai hal u ntuk menanamkan jiwa korps dan mengamalkan etika pada setiap individu PNS. Prose s pembinaan jiwa korps PNS dimulai dengan penetapan kode etik masing-masing inst ansi, kemudian pembentukan Majelis Kehormatan Kode Etik, proses penegakan terhad ap PNS yang melanggar kode etik, serta penerapan sanksi-sanksinya. 4.2. Penetapa n Kode Etik Berdasarkan ketentuan tentang kode etik sebagaimana diatur dalam Per aturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan jiwa korps PNS, maka kod e etik tersebut dibagi ke dalam beberapa etika, yakni: etika bernegara, berorgan isasi, bermasyarakat, terhadap diri sendiri, dan terhadap sesama PNS. Selain kod e etik yang diatur dalam Peraturan Pemerintah tersebut, selanjutnya Pejabat Pemb ina Kepegawaian pada masing-masing instansi dapat menetapkan kode etik instansi sesuai dengan sifat dan karakteristik yang menjadi tugas dan fungsi masing-masin g instansi. Demikian pula, masing-masing organisasi profesi di lingkungan PNS da pat menetapkan kode etik profesi sesuai dengan sifat dan karakteristik masing-ma sing organisasi profesi tersebut, misalnya kode etik Jaksa, kode etik Pemeriksa Bea dan Cukai, kode etik dokter, kode etik Pemeriksa Pajak, dan sebagainya. Namu n kode etik pada masingmasing instansi dan organisasi profesi tersebut tidak bol eh bertentangan dengan kode etik sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah N omor 42 tahun 2004 tersebut. 4.3. Pembentukan Majelis Kode Etik PNS Untuk menega kkan kode etik dan agar diperoleh objektivitas dalam menentukan apakah seorang P NS terbukti melanggar kode etik, maka PUSDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 35 pada setiap instansi dibentuk Majelis Kehormatan Kode Etik PNS, selanjutnya dise but Majelis Kode Etik PNS, yang merupakan lembaga non-struktural pada instansi p emerintah yang bertugas melakukan penegakan pelaksanaan serta menyelesaikan pela nggaran kode etik yang dilakukan oleh seorang PNS. Majelis Kode Etik ditetapkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian pada instansi yang bersangkutan. Dalam hal inst ansi pemerintah mempunyai instansi vertikal di daerah, maka pejabat pembina kepe gawaian dapat mendelegasikan wewenangnya kepada pejabat lain di daerah untuk men etapkan pembentukan Majelis Kode Etik. Majelis Kode Etik ini bersifat temporer, yaitu hanya dibentuk apabila ada PNS yang disangka melakukan pelanggaran kode et ik. Keanggotaan Majelis Kode Etik, terdiri dari: 1) satu orang Ketua merangkap A nggota, 2) satu orang Sekretaris merangkap Anggota, dan 3) sekurang-kurangnya ti ga orang Anggota. Apabila anggota Majelis Kode Etik lebih dari 5 orang, maka jum lah anggotanya harus tetap ganjil. Jabatan dan pangkat anggota Majelis Kode Etik tidak boleh lebih rendah dari jabatan dan pangkat PNS yang disangka melanggar k ode etik dan diperiksa oleh Majelis Kode Etik. 4.4. Proses Penegakan Majelis Kod e Etik mengambil keputusan setelah memeriksa PNS yang disangka melakukan pelangg aran kode etik, dan setelah PNS yang bersangkutan diberi kesempatan untuk membel a diri. Untuk mendapatkan objektivitas atas sangkaan pelanggaran kode etik, Maje lis Kode Etik disamping memanggil dan memeriksa PNS yang bersangkutan juga mende ngar pejabat lain atau pihak lain yang dipandang perlu. Keputusan Majelis Kode E tik diambil secara musyawarah mufakat, dan apabila tidak tercapai maka keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak. Keputusan Majelis Kode Etik adalah bersifa t final, yang berarti bahwa atas keputusan tersebut tidak dapat diajukan keberat an. Selanjutnya Majelis Kode Etik wajib menyampaikan keputusan hasil sidang maje lis kepada pejabat yang berwenang sebagai bahan dalam memberikan sanksi moral da n/atau sanksi lainnya kepada PNS yang bersangkutan. 4.5. Sanksi-Sanksi a. Sanksi Moral Pelanggaran adalah dalam bentuk ucapan, tulisan atau perbuatan PNS yang b ertentangan dengan butir-butir jiwa korps dan kode etik PNS. PNS yang melakukan pelanggaran kode etik PUSDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 36 dikenakan sanksi moral oleh pejabat yang berwewenang atau pejabat yang ditunjuk untuk itu. Yang dimaksud dengan pejabat yang berwenang adalah Pejabat Pembina Ke pegawaian atau pejabat yang berwenang menghukum atau pejabat lain yang ditunjuk. Pejabat Pembina Kepegawaian dapat mendelegasikan wewenangnya kepada pejabat lai n di lingkungannnya struktural eselon IV. sekurang-kurangnya pejabat Sanksi moral dikenakan baru boleh dikenakan apabila Majelis Kode Etik telah mere komendasikan bahwa yang bersangkutan dinyatakan telah melanggar kode etik PNS. S anksi moral tersebut dibuat secara tertulis dan dinyatakan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian, yang bisa berupa; (1) Pernyataan secara tertutup Pernyataan secara tertutup disampaikan oleh pejabat yang berwenang atau pejabat lain yang ditunjuk dalam ruang tertutup. Pengertian ruang tertutup, yaitu bahwa penyampaian pernya taan tersebut hanya diketahui oleh PNS yang bersangkutan dan pejabat yang menyam paikan pernyataan serta pejabat lain yang terkait. Pejabat terkait tersebut tida k boleh (2) berpangkat lebih rendah dari PNS yang bersangkutan. Pernyataan secar a terbuka Pernyataan secara terbuka dapat disampaikan melalui forumforum pertemu an resmi PNS, upacara bendera, media massa, dan forum lainnya yang dipandang ses uai dengan itu. Dalam pemberian sanksi moral, baik dalam bentuk pernyataan secar a tertutup maupun secara terbuka, harus disebutkan jenis pelanggaran kode etik y ang dilakukan oleh PNS tersebut. PNS yang melanggar kode etik, selain dikenakan sanksi moral, tidak tertutup kemungkinannya dijatuhi dengan hukuman disiplin PNS atau tindakan administratif lainnya, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang diatur dalam Peraturan disiplin PNS oleh pejabat yang berwenang menghukum berdasarkan rekomendasi dari Majelis Kode Etik. b. Hukuman Disiplin PNS Berdasar kan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan jiwa korps dan Ko de Etik PNS, seorang PNS yang melanggar kode etik selain dikenakan sanksi moral juga dapat dijatuhi hukuman disiplin. Ketentuan tentang hukuman pelanggaran PUSDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 37 disiplin PNS diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980. Hukuman disi plin tersebut bertujuan untuk memperbaiki dan mendidik PNS yang melakukan pelang garan disiplin. (1) Pelanggaran disiplin Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 30 T ahun 1980, yang dimaksud dengan pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulis an, atau perbuatan PNS yang melanggar Pasal 2 dan Pasal 3 peraturan pemerintah t ersebut, yang memuat kewajiban dan larangan bagi PNS. Ucapan adalah setiap katakata yang diucapkan di hadapan atau dapat didengar oleh orang lain, seperti dala m rapat, ceramah, diskusi, melalui telepon, radio, televisi, rekaman, atau alat komunikasi lainnya. Contoh: seorang PNS yang membocorkan rahasia negara melalui saluran telepon kepada orang lain untuk mendapatkan imbalan uang. Tulisan adalah pernyataan pikiran atau perasaan secara tertulis, baik dalam bentuk tulisan mau pun dalam bentuk gambar, karikatur, coretan, dan lain-lain yang serupa dengan it u. Contoh: seorang PNS yang membuat gambar atau karikatur atasannya dengan maksu d menjelek-jelekkan dan bersifat menyinggung harga diri atasannya tersebut. Perb uatan adalah setiap tingkah laku, sikap, atau tindakan. Contoh: seorang PNS yang menarik pungutan atas pelayanan yang diberikannya untuk kepentingan pribadi. Te rmasuk pelanggaran disiplin adalah setiap perbuatan memperbanyak, mengedarkan, m empertontonkan, menempelkan, menawarkan, menyimpan, memiliki tulisan atau rekama n yang berisi anjuran atau hasutan untuk melanggar ketentuan seperti dalam Pasal 2 dan Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980, kecuali hal itu dilakuk an untuk kepentingan dinas. (2) Tingkat dan jenis hukuman disiplin PNS yang terb ukti melakukan pelanggaran disiplin dapat dijatuhi hukuman disiplin sesuai denga n jenis pelanggaran yang dilakukannya. Tingkat hukuman disiplin terdiri dari: (a ) Hukuman disiplin ringan tegoran lisan tegoran tertulis pernyataan tidak puas s ecara tertulis PUSDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 38 (b) Hukuman disiplin sedang penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lama se tahun, penurunan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala untuk paling lama setahun, penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama setahun. (c) Hukuman disip lin berat penurunan pangkat setingkat lebih rendah untuk paling lama setahun pem bebasan dari jabatan, pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS, pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS. Dengan mengetahui ko de etik bagi PNS maupun kode etik pada unit instansi masing-masing, sanksi-sanks i yang bisa dikenakan bila melanggarnya, serta proses yang ditempuh dalam menent ukan pelanggaran terhadap kode etik, maka diharapkan dapat memberikan pemahaman secara menyeluruh mengenai makna dan manfaat dari pembinaan jiwa korps dan kode etik PNS. Pemahaman dan penghayatan atas arti dan manfaat pembinaan korps dan ko de etik PNS, serta melaksanakannya dengan konsisten dan penuh tanggung jawab aka n memberikan dampak pada produktivitas individual PNS, meningkatkan kinerja indi dual PNS dan pada gilirannya meningkatkan kinerja organisasi/instansinya. 4.6. R angkuman Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 mengatur tentang Pembinaan jiw a korps dan kode etik PNS. Selain kode etik PNS, peraturan ini juga meminta agar masing-masing instansi dapat menetapkan kode etik masing-masing sesuai dengan s ifat dan karakteristik dari masing-masing instansi. Demikian pula kode etik prof esi bagi beberapa profesi tertentu yang sekaligus berprofesi sebagai PNS, sepert i dokter, jaksa, hakim, pemeriksa pajak, pemeriksa Bea dan Cukai, dan sebagainya . Untuk menegakkan kode etik tersebut perlu dibentuk Majelis Kehormatan Kode Eti k PNS yang merupakan lembaga non-struktural yang bertugas menegakkan pelaksanaan serta menyelesaikan permasalahan pelanggaran kode etik oleh PNS. PUSDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 39 PNS yang terbukti melakukan pelanggaran kode etik dikenakan sanksi moral yang bi sa berupa pernyataan tertulis yang penyampaiannya secara tertutup atau penyampai annya secara terbuka. Selain sanksi moral, PNS yang terbukti melanggar kode etik tidak tertutup kemungkinannya dijatuhi hukuman disiplin PNS sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980. Dengan memahami manfaat dan arti dari pembinaan jiwa korps dan kode etik PNS ini, maka setiap PNS bisa mengetahu i secara jelas tentang kode etik instansi, profesi, proses yang di tempuh jika t erjadi pelanggaran, serta sanksi-sanksi yang dikenakan terhadap pelanggaran kode etik. Menerapkan kode etik dengan baik dan dilaksanakan secara konsisten dan pe nuh tanggungjawab akan menghasilkan PNS yang memiliki budaya kerja yang kuat, me njadi lebih produktif dilihat dari segi kinerja individual PNS yang bersangkutan dan meningkatkan kinerja organisasi tempat kerjanya secara keseluruhan. 4.7. La tihan 3 Pilihlah: A bila pernyataan 1, 2, dan 3 yang benar B bila pernyataan 1 d an 3 yang benar C bila pernyataan 2 dan 4 yang benar D bila semua pernyataan yan g benar 1. Berikut ini merupakan pernyataan yang benar mengenai keanggotaan Maje lis Kehormatan Kode Etik .... a. 1 (satu) Ketua merangkap anggota b. 1 (satu) Wa kil Ketua merangkap anggota c. 1 (satu) Sekretaris merangkap anggota d. Sekurang -kurangnya 2 (dua) orang anggota 2. Berikut ini merupakan pernyataan yang benar mengenai pengenaan sanksi bagi Pegawai Negeri Sipil yang terbukti melanggar kode etik .... a. PNS tersebut akan dikenakan sanksi moral b. Sanksi moral diberikan oleh Majelis Kehormatan Kode Etik c. Selain sanksi moral dimungkinkan pula dija tuhi hukuman disiplin PNS terhadap pegawai tersebut, d. Hukuman disiplin yang di berikan adalah penundaan kenaikan pangkat berkala untuk paling lama 1 (satu) tah un. 3. Peraturan yang terkait dengan pemberian sanksi terhadap Pegawai Negeri Si pil yang terbukti melanggar kode etik Pegawai Negeri Sipil adalah .... a. Undang -Undang Nomor 25 Tahun 2004 b. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 c. Ketet apan MPR RI Nomor VI/MPR/2001 PUSDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 40 d. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004. 4. Pegawai Negeri Sipil yang terbuk ti melanggar kode etik, selain dikenakan sanksi moral bisa juga dikenakan hukuma n disiplin. Yang termasuk hukuman disiplin tingkat berat adalah: a. Pernyataan t idak puas secara tertulis b. Penundaan gaji berkala untuk paling lama 1 (satu) t ahun, c. Penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama 1 (satu) tahun d. Penuruna n pangkat setingkat lebih rendah untuk paling lama 1 (satu) tahun. 5. Pegawai Ne geri Sipil yang melanggar ketentuan kode etik bisa dikenakan sanksi berupa .... a. Pernyataan secara umum b. Pernyataan secara tertutup c. Pernyataan secara khu sus d. Pernyataan secara terbuka V. Tes Formatif A. Pilihlah B bila pernyataan di bawah ini Benar, atau A bila perny ataan tersebut Salah! 1. B - S Kode etik PNS adalah pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan PNS di dalam melaksanakan tugasnya dan dalam pergaulan sehari-har i. B - S Etika deontologi mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tuju an yang mau dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulka n oleh tindakan itu. B - S Lingkungan kerja dapat mendukung ataupun merusak wata k moral seseorang 1 B - S PNS yang melangar kode etik PNS akan dikenakan . hukum an disiplin berupa pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS. B - S Majelis Kehormatan Kode Etik berwenang memberikan sanksi moral kepada PNS yang terbukti melanggar kode etik. 2. 3. 4. 5. B. Pilihlah salah satu jawaban yang Anda anggap paling benar! 6. Berikut ini mer upakan unsur-unsur utama yang mempengaruhi keberhasilan perwujudan etika dalam o rganisasi pemerintah menurut Franz Magnis-Suseno, SJ., kecuali .... a. etos kerj a b. moralitas pribadi pegawai/karyawan yang bersangkutan c. kepemimpinan yang b ermutu d. sistem komputerisasi. 7. Majelis Kehormatan Kode Etik adalah merupakan .... PUSDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 41 a. b. c. d. lembaga struktural yang bersifat tetap lembaga struktural yang bersifat temporer lembaga non struktural yang bersifat tetap lembaga non struktural yang bersifat temporer. 8. Rumusan Etika Kehidupan Berbangsa ditetapkan dalam .... a. Peraturan Pemerint ah Nomor 30 Tahun 1980 b. Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2004 c. Ketetapan MPR RI Nomor VI/MPR/2001 d. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004. 9. Yang merupakan etika dalam bermasyarakat menurut Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 adal ah .... a. menggunakan atau memanfaatkan semua sumber daya negara secara efisien dan efektif b. menjalin kerjasama secara koperatif dengan unit kerja lain yang terkait dalam rangka pencapaian tujuan c. tanggap terhadap keadaan lingkungan ma syarakat d. memelihara rasa persatuan dan kesatuan sesama PNS. 10. Berikut ini m erupakan pokok-pokok Etika Kehidupan Berbangsa, kecuali .... a. Etika politik da n pemerintahan b. Etika pertahanan dan keamanan c. Etika ekonomi dan bisnis d. E tika lingkungan 11. Yang merupakan penerapan prinsip-prinsip atau norma-norma mo ral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus adalah .... a. etika deontologi b. etika teleologi c. etika umum d. etika khusus. 12. Sanksi moral berupa pernyataa n tertutup mengandung arti .... a. penyampaian pernyataan dilakukan pada forum r apat yang dihadiri seluruh pejabat pada instansi terkait dalam ruangan tertutup b. penyampaian pernyataan hanya diketahui oleh PNS yang bersangkutan dan pejabat yang menyampaikan pernyataan serta pejabat lain yang terkait c. pernyataan disa mpaikan melalui media massa d. pernyataan disampaikan dalam amplop tertentu. 13. Berikut ini bukan merupakan pernyataan yang benar mengenai proses penegakan kod e etik .... a. kode etik instansi ditetapkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian b. Majelis Kehormatan Kode Etik ditetapkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian PUSDIK LAT PEGAWAI BPPK 2008

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 42 c. Pejabat Pembina Kepegawaian melakukan pemeriksaan terhadap PNS yang disangka melanggar kode etik d. Pejabat Pembina Kepegawaian memberikan sanksi terhadap PN S yang terbukti melanggar kode etik. 14. Berikut ini merupakan prinsip-prinsip m oral yang perlu dimiliki dan dihayati oleh setiap PNS (Keraf:2002), kecuali .... a. tidak diskriminatif b. tanggung jawab terhadap kepentingan publik c. profesi onalisme d. integritas moral yang tinggi. 15. Berikut ini merupakan hak-hak PNS yang dijamin oleh Pemerintah, kecuali .... a. memperoleh gaji yang layak b. meny impan rahasia jabatan c. memperoleh pensiun bagi yang telah memenuhi syaratsyara t yang ditentukan d. memperoleh kenaikan pangkat reguler. C. Pilihlah: A bila pe rnyataan 1, 2, dan 3 yang benar B bila pernyataan 1 dan 3 yang benar C bila pern yataan 2 dan 4 yang benar D bila semua pernyataan yang benar 16. Pendekatan yang digunakan dalam internalisasi dan sosialisasi etika kehidupan berbangsa adalah ..... a. agama b. politik c. budaya d. militer 17. Berikut ini adalah merupakan perwujudan dari etika terhadap sesama PNS menurut Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 .... a. menjalin kerjasama yang baik dengan rekan sesama PNS yang mem eluk agama yang sama saja b. menghormati rekan-rekan kerja sesama PNS baik dalam satu unit kerja maupun antar unit kerja c. berkompetisi dalam meningkatkan pres tasi unit kerjanya meskipun harus merugikan unit kerja lain d. menjunjung tinggi harkat dan martabat PNS. 18. Etika khusus terbagi menjadi .... a. etika individ ual b. etika sosial c. etika lingkungan hidup d. etika kelompok 19. Menurut Kera f (2002) beberapa hal yang diperlukan agar implementasi praktik etika yang baik dalam organisasi pemerintah bisa terwujud, adalah kecuali .... a. adanya komitme n moral dan politik dari pimpinan PUSDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 43 b. etos kerja c. sanksi d. penggajian yang memadai sesuai dengan tugas 20. Dalam kaitannya dengan perwujudan etika, seorang pemimpin memikul peran sebagai panut an/teladan dan pemberi motivasi kepada para bawahannya. Untuk memperoleh pemimpi n yang bermutu maka dituntut hal-hal di bawah ini, kecuali .... a. kompetensi b. konsistensi c. ketenaran d. transparansi VI. Kunci Tes Formatif 1. 2. 3. 4. 5. B A B A A 6. 7. 8. 9. 10. D D C B B 11. 12. 13 . 14. 15. D B C A B 16. 17. 18. 19. 20. B C A D C VII. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang ada di bagian akhir modul ini. Hitung jumlah jawaban Anda dengan b enar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui Tingkat Penguasaan (T P) Anda terhadap materi modul ini. TP = Jumlah jawaban yang benar 20 x 100% TP 90% 80% 70% 0% 100% 89% 79% 69% Baik Sekali Baik Cukup Kurang Apabila TP Anda mencapai 80% ke atas, Bagus! Bila TP Anda belum mencapai 80%, An da perlu mengulang dan mempelajari modul ini terutama pada Bagian yang belum And a kuasai. PUSDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 44 VIII. Daftar Pustaka 1. Keraf, A. Sonny, DR., Menumbuhkan dan Mengembangkan Etika Birokrasi, Makalah yang disampaikan dalam Top Management Seminar, Pusdiklat Pega wai, BPPK, Departemen Keuangan R.I., 16 Juli 2003. 2. Kamus Besar Bahasa Indones ia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002. 3. Magnis-Suseno, S.J., Sekitar Etika Birokrasi . Makalah pada Seminar Pengembangan Widyaiswara, Jakarta, 2002 4. Myrdal, Gunnar, An Inquiry into the Poverty of Nations: Asian Drama, New York: Pantheon, 1968. 5. Rooswiyanto, Drs. Tony, MSc, Etika Organisasi Pemerintah, Bahan diklat Prajabatan Gol. I dan II Departemen Keuangan, Jakarta: Pusdiklat Pegawai, 2005. 6. Siagian , Prof., DR. Sondang, Etika Bisnis, Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo, 1996. 7 . Soeharyo, Drs.Salamoen, M.P.A. dan Drs. Desi Fernanda, M.Soc. Sc., Etika Organi sasi, Prajabatan III, Jakarta: Lembaga Administrasi Negara, 2001. 8. Wibowo, SE, M.Phil, PhD, Manajemen Perubahan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006. 9. Wiraw an, Msi, SpA, MM, PhD, Budaya dan Iklim Organisasi: Teori Aplikasi dan Penelitia n, Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2007. Peraturan-peraturan 10. Undang-Undang D asar 1945 (yang telah di-amandemen untuk ke- 4 kalinya), 11. Ketetapan MPR Berba ngsa. Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan 12. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, sebagaiman a telah disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999. 13. Peraturan Pe merintah Nomor 21 Tahun 1975 tentang Sumpah/Janji PNS. 14. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin PNS. 15. Peraturan Pemerintah Nom or 101 Tahun 2000 tentang Kepemerintahan yang Baik. 16. Peraturan Pemerintah Nom or 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik PNS. 17. Beberapa ke putusan Sekretaris Jenderal, Direktur Jenderal, Ketua/Kepala Badan di lingkungan Departemen Keuangan tentang tentang Kode Etik Pegawai di masing-masing unit ker ja eselon I tersebut. PUSDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

pusdiklat pegawai 2008

Anda mungkin juga menyukai